Anda di halaman 1dari 11

KRIMINOLOGI KONTEMPORER

ANALISIS KEJAHATAN MAYANTARA DALAM PRESPEKTIF


KRIMINOLOGI (CYBER CRIME)
(Studi Kasus Perusakan Website Resmi SBY Oleh Wildan Yani S)

Disusun oleh :
ANDIKA PRAYITNO TAHIR
B012171059

ILMU HUKUM S2
KEPIDANAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 2

A. Latar Belakang ................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4

A. Analisis Data .................................................................................... 4

B. Bentuk Kejahatan............................................................................. 5

C. Sebab Timbulnya Kejahatan Cryber Crime ...................................... 6

D. Metode Pendekatan ......................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................. 8

A. Kesimpulan ...................................................................................... 8

B. Saran ............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 9

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti dikutip dari bukunya Dr.Siswanto Sunarso :

Bahwa pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dah


komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat, dan berkembang dalam tatanan
kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya,
pertahanan, keamanan dan penegakan hukum. Perbuatan melawan hukum di dunia
maya merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan, mengingat tindakan
carding, hack-ing, penipuan, terorisme, dan penyebaran informasi destruktif relah
menjadi bagian dari aktifiras lelaku kejahatan di dunia maya. Kenyataan itu, demikian
sangat kontras dengan ketiadaan regulasi yang mengatur pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi di berbagai sektor dimaksud. Oleh karena itu untuk
menjamin kepastian hukum, pemerintah berkewajiban melakukan regulasi terhadap
berbagai aktivitas terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
tersebut.

Oleh karena itu, perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai kejahatan, bentuk
bentuk kejahatan, sebab sebab terjadinya kejahatan, dan dampak apa saja yang yang
dapat ditimbulkan dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat.

Pada tanggal 23 Januari 2013, sekitar pukul 23.00 WIB, seorang remaja ditangkap
karena disangka telah melakukan kejahatan ciber dengan cara merusak website milik
presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang beralamat di www.presidensby.info, Dimana
Ciber crime merupakan kegiatan ataupun tindakan yang dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang dinamakan Hacker dan Cracker
dimana perbedaannya sangat kontras yaitu pada tujuan dari masing masing individu dari
seorang penggunanya. Hakcer dapat dikatakan sebagai seseorang yang memiliki keahlian
yang melakukan kegiatan komputerisasi dengan tujuan yang baik. Dan Cracker adalah
seseorang yang memiliki keahlian di bidang komputerisasi, dan menggunakan
keahliannya tersebut ke arah yang negatif.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas telah diungkapkan tentang pelaku kejahatan, bentuk bentuk
kejahatan, sebab sebab terjadinya kejahatan,dan dampak apa saja yang yang dapat
ditimbulkan.

Mengenai kasus perusakan website milik pemerintah yang menjadi sorotan media
beberapa waktu yang lalu memang tidak dapat dengan mudah kita simpulkan
kejahatannya, cara dia melakukan kejahatannya, hubungan sebab akibatnya, serta
dampaknya di kemudian hari seperti apa.

2
Dalam makalah ini penulis ingin mengajak pembaca untuk memahami :
1) Kejahatannya
2) Cara dia melakukan kejahatannya
3) Hubungan sebab akibatnya
4) Metode pendekatannya
Yang semuanya akan dibahas berdasarkan dari sudut pandang pelaku kejahatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Cyber Crime
Cybercrime atau kejahatan internet dapat diartikan sebagai kegiatan ilegal
dengan perantara komputer yang dapat dilakukan melalui jaringan elektronik
global. Teknologi, internet selain memberi manfaat juga menimbulkan dampak
negatif dengan terbukanya peluang penyalahgunaan teknologi tersebut. Hal itu
terjadi pula untuk data dan informasi yang dikerjakan secara elektronik. Pada
jaringan komputer seperti internet, masalah kriminalitas menjadi semakin
kompleks karena ruang lingkupnya yang luas. Kriminalitas dalam internet atau
cybercrime pada dasarnya adalah suatu tindak pidana yang berkaitan dengan
cyberspace, baik yang menyerang fasilitas umum di dalam cyberspace ataupun
kepemilikan pribadi.

2. Website Pemerintah
Sebuah situs web sendiri adalah sebutan bagi sekelompok halaman web yang
umumnya merupakan bagian dari suatu nama domain atau subdomain di World
Wide Web (WWW) Internet. WWW terdiri dari seluruh situs web yang tersedia
kepada publik. Halaman-halaman sebuah situs web diakses dari sebuah URL yang
menjadi "akar" (root), yang disebut homepage (beranda/halaman muka), dan
biasanya disimpan dalam server yang sama. Tidak semua situs web dapat diakses
dengan gratis. Beberapa situs web memerlukan pembayaran agar dapat menjadi
pelanggan, misalnya situs-situs yang menampilkan pornografi, situs-situs berita,
layanan surat elektronik (e-mail), dan lain-lain.
Oleh karena itu, situs pemerintah adalah sekelompok halaman web milik
pemerintah, yang merupakan bagian dari suatu nama domain atau subdomain di
World Wide Web di Internet.

3. Pembuktian Kejahatan Mayantara (Cyber Crime)


Dalam hukum pembuktian perkara pidana ada perbedaan diantara berbagai
negara. Negara yang satu dengan yang lainnya menerapkan sistem pembuktian
yang berbeda. Demikian pula alat bukti yang dipakai juga berbeda.
Dalam hukum pembuktian perkara pidana ada perbedaan diantara berbagai
negara. Negara yang satu dengan yang lainnya menerapkan sistem pembuktian
yang berbeda. Demikian pula alat bukti yang dipakai juga berbeda.

Pasal 183 KUHP menyatakan:


"Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya."

Disamping itu dalam Pasal 6 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1970 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman juga menyatakan senada:

4
" Tiada seorang jua pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan
karena alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan,
bahwa seseorang yang dapat dianggap bertanggung jawab, telah bersalah atas
perbuatan yang dituduhkan atas dirinya".

Dari ketentuan dalam pasal kedua pasal tersebut bahwa pembuktian dalam
perkara pidana ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu adanya keyakinan hakim
dan keyakinan tersebut harus didasarkan pada alat bukti yang telah ditentukan
oleh undang-undang, dalam hal ini KUHP.

Sedangkan dalam KUHP pasal 184 yang dimaksud dengan alat bukti yang sah
ialah :
 Keterangan saksi;
 Keterangan ahli;
 Surat;
 Petunjuk;
 Keterangan terdakwa.

Dalam hal ini dengan pembuktian kejahatan mayantara (cyber crime) yang
menjadi persoalan sangat sulit ialah saksi melihat aktivitas kejahatan tersebut,
mengingat dilakukan secara virtual yang akan sulit sekali untuk dilihat kapan dan
bagaimana pelaku berbuat kecurangan. Dan pelaku biasanya melakukan hal ini
seorang diri, karena bagi mereka perbuatan tersebut membutuhkan ketenangan
dan kreatifitas yang tinggi dalam menggunakan sebuah komputer. Kondisi
tersebut mengakibatkan sulitnya keterangan yang mempunyai nilai kesaksian
dalam hukum.

B. Bentuk kejahatan

Kejahatan dalam internet ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Kejahatan
Dengan Motif Intelektual. Biasanya jenis yang pertama ini tidak menimbulkan kerugian
dan dilakukan untuk kepuasan pribadi. Kejahatan Dengan Motif Politik, ekonomi atau
kriminal yang berpotensi menimbulkan kerugian bahkan perang informasi. Versi lain
membagi cybercrime menjadi tiga bagian yaitu pelanggaran akses, pencurian data, dan
penyebaran informasi untuk tujuan kejahatan.
Perusakan situs (website) resmi suatu instansi pemerintah telah diatur dalam Pasal
32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, yang berbunyi:
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara
apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

Pasal di atas menegaskan bahwa bilamana seseorang dengan sengaja mengubah,


mengurangi, melakukan transmisi, merusak menghilangkan, memindahkan,

5
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik atau yang lebih dikenal sebagai situs,
merupakan salah satu perbuatan yang dilarang karena telah melanggar isi pasal tersebut.
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut adalah:

a) Unsur Objektif
Setiap orang, dimana manusia oleh hukum diakui sebagai penyandang
hak dan kewajiban, sebagai subyek hukum atau sebagai orang.
b) Unsur Subjektif
Melawan hukum/ menambah/ merusak, dimana dalam undangundang
diatur bahwa pada perbuatan tersebut seseorang terikat kepada akibat hukum
yang muncul karena kehendaknya sendiri.

Berdasarkan kedua unsur di atas, maka setiap orang yang mengalami kerusakan
suatu Informasi Elektronik yang dilakukan oleh seseorang dengan cara melawan hukum
atau tanpa hak, dapat menggunakan pasal ini untuk menjerat setiap pelanggaran yang
dilakukan oleh seseorang dengan cara melawan hukum tersebut.
Pada Pasal tersebut dinyatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja mengubah,
mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dapat dipidana.
Uraian di atas menegaskan bahwa bilamana seseorang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum/ menambah/ merusak suatu Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik, akan dikenakan sanksi pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

C. Sebab Timbulnya Kejahatan Cyber Crime

Cyber Crime dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain :


1) Faktor internal
Maksudnya yaitu suatu kejahatan dapat terjadi karena suatu alasan yang
timbul dari diri sendiri dari korban kejahatan itu sendiri.
2) Faktor eksternal
Yaitu sesuatu hal yang menyebabkan terjadinya kejahatan itu karena pihak
luar atau orang lain.

Dalam hal kasus kejahatan cyber yang menimpa website SBY tersebut, dapat
dikategorikan sebagai faktor eksternal karena berdasarkan fakta fakta yang telah
terungkap bahwa sang peretas (Wildan Yani S) meretas situs presiden SBY dia lakukan
dengan alasan “hanya iseng/tidak ada unsur kesengajaan yang bertujuan”
Akibat yang ditimbulkan tidak terlalu besar kerusakannya karena cara peretasannya
tidak dilakukan dengan merusak situs korban, melainkan dilakukan dengan cara
membelokkan DNS servernya.

6
D. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam analisis ini menggunakan metode


pendekatan Sosiogenik yang artinya kita melihat sebuah kejahatan yang disebabkan
karena adanya struktur dan proses sosial masyarakat. Dimana dalam kasus yang dilakukan
ileh Wildan ini disebabkan karena adanya dorongan dari daerah lingkungan pergaulan
sekitar dari si pelaku kejahatan itu sendiri.
Misalnya adanya persaingan antara pelaku dengan teman temannya sesama
pengguna internet yang memiliki keahlian tertentu, dan adanya rasa keingintahuan yang
besar, atau bisa juga karena ingin terkenal. Sehingga si pelaku menganggap bahwa ini
merupakan sarana untuk menunjukkan kemampuan dan keahliannya kepada orang lain.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka selanjutnya ditarik simpulan, sebagai
berikut :
1. Perusakan situs pemerintah melalui media internet telah diatur pada pasal 406
ayat (1) KUHP.
2. Beberapa kendala bagi pihak yang berwenang untuk menanggulangi 48 ayat (1)
Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi elektronik
masalah ini, antara lain seperti pilihan hukumnya, proses pembuktiannya,
keterangan para saksi dan minimnya pengetahuan dan keahlian pihak-pihak yang
berwenang menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam dunia maya (khususnya
tindak pidana hacking), serta pelaksanaan putusannya dimana para pihak yang
bersengketa mungkin berada dalam wilayah yang berbeda, dengan demikian
secara teknis akan menimbulkan kesulitan.
3. Wildan sendiri telah menjalani hukumannya berdasarkan putusan hakim, namun
setelah dia bebas akan langsung dibina untuk direkrut oleh kepolisian untuk
membantu proses peradilan lainnya, terutama yang menyangkut masalah cyber
crime.
B. Saran
Cyber crime merupakan kejahatan jenis baru yang belum lama ini sering terjadi dan
menimpa kita. Untuk itu kita harus berhati hati karena apabila kita menjadi korban
kejahatan ini, kerugiannya memang tidak berbentuk nyata, tapi kerugian moril dan harga
diri lebih dirasakan, dan itu sangat tidak mengenakkan dimana kita tak bisa membalasnya.
Seolah olah ada dunia baru yang telah tercipta (yang dinamakan Dunia Maya) dimana kita
sebagai korban tidak tahu apa apa tentang dunia tersebut, sehingga bisa dipermainkan
seenaknya oleh orang yang lebih tau.
Oleh karena itulah, negara telah membuat aturan aturan mengenai cyber crime
karena melihat perkembangan pada masa sekarang yang sebagian besar kegiatan di
sektor apapun telah tersentuh oleh teknologi, terutama teknologi komputer.
Meskipun Undang-Undang Informasi Teknologi Elektronik belum mengatur
permasalahan ini secara terperinci, namun untuk sementara dapat dijadikan sebagai
landasan hukum apabila terjadi kasus perusakan situs di Indonesia. Maka sebaiknya kita
mempersiapkan diri untuk menjalaninya.

8
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Buku
Agus Raharjo SH.,M.Hum.Cyber Crime (Pemahaman Dan Upaya Pencegaha Kejahatan
Berteknologi).PT.Citra Aditya Bakti.Yogyakarta.2002
Hamzah , Dr.Andi. S.H.Aspek Aspek Pidana Di Bidang Komputer.Sinar Grafika.Cetakan
Ke II.Jakarta.1987
Makarim, Edmon, S.Kom., S.H., LL.M. Pengantar Hukum Telematika. PT.Rajagrafindo
Persada. 2005. Jakarta.
Makarim, Edmon, S.Kom., S.H., LL.M. Kompilasi Hukum Telematika. PT.Rajagrafindo
Persada. 2003. Jakarta.
Sunarso Dr.Siswanto, SH,MH,MKn. Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik. PT
Rineka Cipta. 2009.Jakarta
Muljono, Dr.Wahyu, SH K.n.Pengantar Teori Kriminologi.Pustaka
Yustisia.Yogyakarta.2012
Sahetapy, J.E. Pisau Analisis Kriminologi.PT Citra Aditya Bakti.Bandung. 2005
Departemen Komunikasi dan informasi. Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika.Buku
Panduan Mengelola Warnet.Jakarta.2005
ND, Mukti Fajar & Achmad Yulianto, MH. Dualisme penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris.Pustaka Pelajar (Cetakan II). Yogyakarta. 2013

B. Paraturan Perundang Undangan


Undang Undang Dasar 1945
Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Informasi Dan Transaksi
Elektronik

C. Kamus Hukum
Drs. M.Marwan, SH. & Jimmy P. SH. Kamus Hukum (Complete Edition). Reality
Publisher (Cetakan I). Surabaya. 2009

D. Skripsi
Tantowi, Ahmad. Penentuan Locus Delecti Dlm Ciber Crime Berdasarkan Sistem
Hukum Pidana Indonesia (Skripsi). Fakultas Hukum Unram. Mataram. 2009
Herman, Budi. Kajian Tentang Upaya Preventif Bank Dalam Menghadapi Kejahatan
Komputer Di Bidang Perbankan (Skripsi). Fakultas Hukum Unram. Mataram. 2004

E. Situs Web
Kejahatan Internet. http://zriefmaronie.blogspot.com/2012/02/kejahatan.html?m=1
diakses pada 3 Oktober 2013. (15.55)
Makalah Kriinologi (Studi Kasus Pemerkosaan)
http://lizycantik.blogspot.com/p/makalah-kriminologi.html?m=1 diakses pada 3 Oktober
2013 (16.05)
Kompas.com ; Wildan Retas Situs Presiden SBY Cuma Iseng. Dian Maharani.30 Januari
2013.22.22.WIB. diakses pada 4 Oktober 2013. (20.21)

9
Tribunnews.com. (Cara Wildan Bobol Situs SBY, Belokkan Domain Bukan Merusak)
diakses pada 4 Oktober 2013 (21.13)
Website SBY Diretas Anak 22 Tahun. http://www.hukumonline.com
www.Wikipedia.org

10

Anda mungkin juga menyukai