Oleh :
Siti Iawandari
155090700111005
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
RESUME : 1
Akuisisi data seismik merupakan tantangan besar bagi geoscientists, jika daerah geologis
kompleks Penetrasi energi ke tanah menjadi sangat terbatas karena kedalaman tembakan lubang
kurang menyebabkan pencitraan bawah permukaan kurang baik. KB-10/13 rig pengeboran
diperkenalkan dan hasil penembakannya pada lubang bor dapat mencapai dari 10 m sampai 20 m.
Rig pengeboran terbaru ini digunakan pada daerah yang sangat sulit dan apabila ketika ingin
dilakukan penembakan cukup sulit. Rig pemboran ini telah diuji dengan kualitas data dan rasio
S/N yang sangat baik.
Gambar diatas merupakan bentuk dari rig dan kompresor yang digunakan. Rig dan kompresor
diturunkan pada target yang dinginkan, semua lubang bor yang akan ditembak di lindungi
menggunakan PVC yang mana dibatasi untuk loading dan penembakan. Kemudian kompresor
yang digunakan ditarik oleh kendaraan.
RESUME : 2
Implementasi Praktis Atenuasi Multiple pada Data Seismik 2D Laut dalam : Studi Kasus
Laut Seram (2017)
Beberapa metode yang dikembangkan untuk menghilangkan noise multiple pada data
seismik seperti Least-Square. Dekonvolusi prediktif dan metode surface related multiple
Elimination (SRME) digunakan sebagai solusi untuk memisahkan perbedaan kecepatan interval
data primer dan multiple. Metode SRME ini terdiri ats 3 tahapan utama : regularisasi SRME,
pemodelan multiple dan pengurangan adaktif least-square.
Forward transform ini mengubah data menjadi Domain Radon untuk menekan multiple.
Multiple ini secara periodik pada Tau-p domain dan itu dapat dikenali dan diidentifikasi sebagai
moveout error.
Ini merupakan gambaran event ketika ia linear atau parabola pada CMP gather (a) dan pada
saat slant0stack transform (b)
SRME ini merupakan iterasi metode yang menggunakan persamaan gelombang yang tidak
bergantung pada asumsi tentang dibawah permukaan dan informasi geologi struktur, atau
karakteristik sumber. Keduanya SRME dan transform Radon memiliki kesulitan dengan multiple
periode yang pendek, akan tetapi dekonvolusi prediktif ini dapat digunakan untuk menghilangkan
periode pendek ini karena reflector yang mengalami gaung di dekat tiem gate ini. Transform radon
menampilkan hasil yang kurang didekat zona offset pada saat stack, kurang cukupnya time
moveout perbedaan antara primer dan multiple meskipun menggunakan model hiperbola untuk
menekan multiple.
Atenuasi multiple oleh moveout yang berdasarkan perbedaan antara primary dengan
multiple periode panjang dimana terdapat banyak gradien kecepatan diatas kedalaman. Menambah
multiple atenuasi dapat dipelajari untuk menggunakan SRME untuk meningkatkan prediksi
multiple, kemudian model SRME transform dan nmo-corrected menjadi domain radon hiperbola.
RESUME : 3
Pada pengolahan studi kasus ini, ketika data set sudah didapatkan, mereka membagi tiga bagian
utama
1. Editing
2. Pre-stack
3. Post-stack
Ketika sudah mendapatkan data set, maka dilakukan setting geometry yang diterapkan pada data.
Pada tahap editing ini berfungi untuk menghilangkan efek-efek dari akibat kebisingan atau kondisi
dari lingkungan, seperti curah hujan dan cuaca. Kemudian kebisingan akibat jejak , gelombang
langsung. Maka dapat digunakan filter Bandpass untuk membedakan antara sinyal dan noise
berdasarkan dari frekuensinya.
Tahap selanjutnya yaitu pre-stack, pada tahap ini yaitu melakukan dekonvolusi prediktif
yang mana diterapkan untuk menekan energi yang akibat spherical divergence, gaung dan
meningkatkan resolusi leateral data set. Kemudian menentukan dari elevasi statik, kecepatan dari
analisis refrkasi yang mana berfungis dalam koreksi statik.
Selanjutnya merupakan analisa kecepatan, ini merupakan bagian yang sangat kritis karena
kecepatan primary juga dihitung. Koreksi NMO ini juga dapat berfungsi untuk mengumpulakn
CMP bersamaan dengan stack sehingga akan meningkatkan S/N Ratio.
Analisa kecepatan ini juga dilakukan melalui analisis CMP dan CVS. CVS yaitu constant
velocity statik ini cocok untuk data dengan struktur yang kompleks. Analisa kecepatan ini diulang
dua kali yaitu stelah koreksi DMO untuk mendapatkan bidang kecepatan optimal.
Pengolahan pada tahap post-stack, ini berfokus pada tahap migrasi, yang melibatkan
reflector dengan dips yang ada. Jenis migrasi yang digunakan adalah Kirchoff. Konversi
kedalaman juga dilakukan dengan menggunakan bidang kecepatan yang kemudian disesuaikan
dari normal moveout menuju datum. Hasil akhir dari migrasi ini menunjukkan beberapa reflektor
yang jelas terlihat dan geologis konsisten dengan informasi lubang bor di daerah tersebut.
RESUME : 4
Gambar diatas merupakan ilustrasi dari Ghost, yaitu ditunjukkan dengan nomor 3 dan 4.
Ghost refleksi tidak hanya akibat dari frekuensi tinggi akan tetapi kehilangan amplitude pada
frekuensi rendah. Refleksi dari ghost ini , satu akibat sumber dan receiver. Masalah dari
peningkatan parameter ghost ini dapat di rumuskan sebagai proses inversi non-linier. Gelombang
langsung, noise akan dikuatkan dengan proses ini dan penambahan step ini menghilangkan
beberapa noise sebelum melakukan deghosting.
Gambar diatas merupakan perubahan (a) sebelum (b) setelah dilakukan deghosting
Tau-P dengan X-T Deghosting
Refleksi domain Tau-P diatur oleh sudut dating dan delay times dari sumber dan receiver yang
konstan selama trace. Domain X-T Deghosting ini lebih efektif, akibat filter ini lebih sensitive
terhadapa lokasi dan koefisien dari amplitude.
Gambar diatas merupakan perbedaan pada stack (a) melebihi (b) dibawah dataset (c) standar dan
stack setelah dilakukan deghosting (d) melebihi (e) dibawah dataset (f) standar.
Efek terbesar dari ghost ini yaitu wavelet dengan nilai frekuensi yang rendah. Maka digunakan
persamaan yaitu x-t domain dan tau-p domain.
RESUME : 5
Pitfall dalam Pengolahan Data Seismik : Velocity Analysis yang Bersumber dari Jejak
Kaki (2015)
Dalam beberapa ke erroran pada pengolahan dapat termasuk keadaan statik yang tidak benar,
velocity analysis yang kurang baik dan kurangnya dalam menghilangkan noise koheren yang ada.
Akibat dari keeroran yang terjadi, bukan akibat salah dari geologi, akan tetapi sering terjadi akibat
dari pengaruh jejak kaki pada saat akuisisi.
Dalam kasus ini pengolahan data seismik ini dapat dibagi menjadi 5 langkah :
a. Memasukkan sintetik seismik data
b. Melakukan pengaturan pada geometri
c. Velocity Analysis
d. Koreksi NMO
e. Stacking data sintetik
Ketika dilihat berdasarkan pada inlinenya, dataset seismik yang sebenarnya muncul dari hasil
pick kecepatan pada NMO yang ternyata lebih lambat. Ini menimbulkan undulasi di bagian
dangkal yang bisa disalah artikan sebagai shallow salt dalam survei suatu daerah. Namun,
menganalisis ekspresi atribut kedua data yang dimodelkan dan data seismik nyata yang kita lihat
berbeda pola. Ini menuntun kita menuju kesimpulan bahwa kecepatan analisis mungkin bukan
sumber jejak kita. Dalam pengolahan seismik
Bagian pertama, dianalisa bahwa groundroll sebagai potensi sumber jejak akuisisi. Dalam
dataset 3D seismik , ekspresi jejak kaki lebih selaras dengan groundroll daripada kecepatan
analisis. Disimpulkan bahwa jejak dan kebisingan dari Analisis groundroll atau kecepatan dapat
diartikan oleh cara yang lain Dari pengamatan yang dilakukan, ekspresi groundroll akan mulai
menguat di permukaan dan menipis dengan kedalaman. Namun, analisis kecepatan tidak akurat
hanya akan menampilkan fitur yang interval kecepatan salah pilih. Memilih kecepatan yang tepat
pada bagian yang berdekatan secara vertikal akan menghasilkan reflektor tanpa artefak. Akhirnya,
Analisis kecepatan tidak tepat dapat menciptakan pola yang lebih banyak lagi.