Anda di halaman 1dari 14

Volume 8 Nomor 2, April 2017, p.

080-092
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php

Gugatan Sederhana sebagai Terobosan Mahkamah Agung dalam


Menyelesaikan Penumpukan Perkara di Pengadilan dan
Permasalahannya

Arman Tjoneng
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Indonesia
armantjoneng@yahoo.com

Submitted: 2017-03-09; Reviewed: 2017-05-05; Accepted: 2017-06-06

Abstract – Supreme Court Regulation Number 2 of 2015 on Procedure of Small Claim


Court is a good step of Supreme Court to realize dispute settlement acoording to
principle of fast, simple and light-cost. At first, this regulation enable people to settle
their dispute faster than what previous regulation set, but in fact, since the
establishment of this regulation in August 7, 2015, the benefit still not at full. This
article examine the challenge or obstacle in implementing Supreme Court Regulation
Number 2 of 2015. The result show that the reluctance of people to use small claim
court mechanism is an obligation that claimer and defendant legally domiciled in same
place. Single judge in small claim court also becomes the reason aside from it is not
required to use this mechanism.

Keywords: cumulation of cases; small claim court; Supreme Court

PENDAHULUAN suatu situasi dimana ada pihak yang


Sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan merasa dirugikan oleh pihak lain, yang
dimana saja. Sengketa dapat terjadi antara kemudian pihak tersebut menyampaikan
individu dengan individu, antara individu ketidakpuasan ini kepada pihak kedua.
dengan kelompok, antara kelompok dengan Jika situasi menunjukkan perbedaan
kelompok, antara perusahaan dengan pendapat, maka terjadi lah apa yang
perusahaan, antara perusahaan dengan dinamakan dengan sengketa.
negara, antara negara satu dengan yang Dalam konteks hukum khususnya
lainnya, dan sebagainya. Dengan kata hukum kontrak, yang dimaksud dengan
lain, sengketa dapat bersifat publik sengketa adalah perselisihan yang terjadi
maupun bersifat keperdataan dan dapat antara para pihak karena adanya
terjadi baik dalam lingkup local nasional pelanggaran terhadap kesepakatan yang
maupun internasional. Sengketa adalah telah dituangkan dalam suatu kontrak,

93
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

baik sebagian maupun keseluruhan orang merasa identitasnya terancam


Dengan kata lain telah terjadi oleh pihak lain. Penganut teori identitas
wanprestasi oleh pihak pihak atau salah mengusulkan penyelesaian konflik
satu pihak. karena identitas yang terancam
Beberapa penyebab timbulnya sengketa dilakukan melalui fasilitasi lokakarya
di masyarakat dapat dilihat dari beberapa dan dialog antara wakil-wakil
teori yang dikemukakan beberapa ahli, kelompok yang mengalami konflik
yaitu: dengan tujuan mengidentifikasikan
a. Teori hubungan masyarakat ancaman-ancaman dan kekhawatiran
Teori hubungan masyarakat, yang mereka rasakan serta membangun
menitikberatkan adanya empati dan rekonsiliasi. Tujuan
ketidakpercayaan dan rivalisasi akhirnya adalah pencapaian
kelompok dalam masyarakat. Para kesepakatan bersama yang mengakui
penganut teori ini memberikan solusi - identitas pokok semua pihak.3
solusi terhadap konflik- konflik yang
timbul dengan cara peningkatan d. Teori kesalahpahaman antar budaya
komunikasi dan saling pengertian Teori kesalahpahaman antar budaya
antara kelompok- kelompok yang menjelaskan bahwa konflik terjadi
mengalami konflik, serta karena ketidakcocokan dalam
pengembangan toleransi agar berkomunikasi diantara orang-orang
masyarakat lebih bisa saling menerima dari latar belakang budaya yang
keberagaman dalam masyarakat.1 berbeda. Untuk itu, diperlukan dialog
antara orang-orang yang mengalami
b. Teori negosiasi prinsip konflik guna mengenal dan memahami
Teori negosiasi prinsip menjelaskan budaya masyarakat lainnya,
bahwa konflik terjadi karena adanya mengurangi stereotype yang mereka
perbedaan-perbedaan diantara para miliki terhadap pihak lain. 4
pihak. Para penganjur teori ini
berpendapat bahwa agar sebuah konflik e. Teori transformasi
dapat diselesaikan, maka pelaku harus Teori ini menjelaskan bahwa
mampu memisahkan perasaan konflik dapat terjadi karena adanya
pribadinya dengan masalah-masalah masalah-masalah ketidaksetaraan dan
dan mampu melakukan negosiasi ketidakadilan serta kesenjangan yang
berdasarkan kepentingan dan bukan terwujud dalam berbagai aspek
pada posisi yang sudah tetap.2 kehidupan masyarakat baik sosial,
ekonomi maupun politik. Penganut
c. Teori identitas teori ini berpendapat bahwa
Teori ini menjelaskan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan
konflik terjadi karena sekelompok melalui beberapa upaya seperti

1 2
Takdir Rahmadi, Mediasi, Penyelesaian Sengketa Ibid.
3
Melalui Pendekatan Mufakat, Jakarta: Rajawali Ibid, hlm. 9
4
Press, 2011, hlm. 8 Ibid.

94
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

perubahan struktur dan kerangka kerja sengketa di luar pengadilan yang


yang menyebabkan ketidaksetaraan, ditempuh oleh para pihak dan menjadi
peningkatan hubungan, dan sikap sangat terkenal sebagai upaya lain yang
jangka panjang para pihak yang menekankan kesepakatan diantara
mengalami konflik, serta pihak kecuali arbitrase yang
pengembangan proses- proses dan mekanismenya seperti pengadilan.
sistem untuk mewujudkan Adapun mekanisme penyelesaian
pemberdayaan, keadilan, rekonsiliasi sengketa melalui non litigasi terdiri
dan pengakuan keberadaan masing- atas:
masing.5 a. Negosiasi.
Negosiasi merupakan
f. Teori kebutuhan atau kepentingan komunikasi dua arah yang
manusia dirancang untuk mencapai
Pada intinya, teori ini kesepakatan pada saat kedua belah
mengungkapkan bahwa konflik dapat pihak memiliki berbagai
terjadi karena kebutuhan atau kepentingan yang sama maupun
kepentingan manusia tidak dapat yang berbeda. Negosiasi ialah
terpenuhi/terhalangi atau merasa proses tawar menawar untuk
dihalangi oleh orang/pihak lain. mencapai kesepakatan dengan
Kebutuhan dan kepentingan manusia pihak lain melalui proses interaksi,
dapat dibedakan menjadi tiga jenis komunikasi yang dinamis dengan
yaitu substantif, prosedural, dan tujuan untuk mendapatkan
psikologis. Kepentingan substantif penyelesaian atau jalan keluar dari
(substantive) berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi
kebutuhan manusia yang berhubungan oleh kedua belah pihak.
dengan kebendaan seperti uang,
sandang, pangan, papan/rumah, dan b. Mediasi.
kekayaan. Kepentingan prosedural Mediasi pada dasarnya adalah
(procedural) berkaitan dengan tata negosiasi yang melibatkan pihak
dalam pergaulan masyarakat, ketiga yang memiliki keahlian
sedangkan kepentingan psikologis mengenai prosedur mediasi yang
(psychological) berhubungan dengan efektif, dapat membantu dalam
non-materiil atau bukan kebendaan situasi konflik untuk
seperti penghargaan dan empati.6 mengkoordinasikan aktivitas
Dalam menyelesaikan sengketa mereka sehingga dapat lebih efektif
yang ada, maka masyarakat dihadapkan dalam proses tawar menawar.
kepada dua pilihan, yaitu Mediasi juga dapat diartikan
menyelesaiakan sengketa melalui jalur sebagai upaya penyelesaian
non litigasi dan jalur litigasi. Jalur non sengketa para pihak dengan
litigasi atau Alternative Dispute kesepakatan bersama melalui
Resolution merupakan penyelesaian mediator yang bersikap netral, dan

5 6
Ibid. Ibid, hlm. 10

95
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

tidak membuat keputusan atau Selain melalui mekanisme non litigasi,


kesimpulan bagi para pihak tetapi maka penyelesaian sengketa juga dapat
menunjang fasilitator untuk dilakukan melalui jalur litigasi, yaitu
terlaksananya dialog antar pihak meminta bantuan pengadilan untuk
dengan suasana keterbukaan, menyelesaian sengketa yang ada melalui
kejujuran, dan tukar pendapat untuk mekanisme putusan hakim yang bersifat
tercapainya mufakat.7 menentukan.
Litigasi merupakan proses
c. Arbitrase penyelesaian sengketa di pengadilan,
Pasal 1 ayat (1) Undang- dimana semua pihak yang bersengketa
Undang Nomor 30 tahun 1999 saling berhadapan satu sama lain untuk
tentang Arbitrase dan Alternatif mempertahankan hak-haknya di muka
Penyelesaian Sengketa pengadilan. Hasil akhir dari suatu
menjelaskan bahwa arbitrase penyelesaian sengketa melalui litigasi
(wasit) adalah cara penyelesaian adalah putusan yang menyatakan win-lose
suatu sengketa perdata di luar solution 8
pengadilan umum yang didasarkan Prosedur dalam jalur litigasi ini sifatnya
pada perjanjian arbitrase yang lebih formal dan teknis, menghasilkan
dibuat secara tertulis oleh para kesepakatan yang bersifat menang kalah,
pihak yang bersengketa. Arbitrase cenderung menimbulkan masalah baru,
digunakan untuk mengantisipasi lambat dalam penyelesaiannya,
perselisihan yang mungkin terjadi membutuhkan biaya yang mahal, tidak
maupun yang sedang mengalami responsif dan menimbulkan permusuhan
perselisihan yang tidak dapat diantara para pihak yang bersengketa.
diselesaikan secara Kondisi ini menyebabkan masyarakat
negosiasi/konsultasi maupun mencari alternatif lain yaitu penyelesaian
melalui pihak ketiga serta untuk sengketa di luar proses peradilan formal.
menghindari penyelesaian sengketa Walaupun penggunaan penyelesaian
melalui Badan Peradilan yang sengketa melalui ADR semakin
selama ini dirasakan memerlukan digandrungi masyarakat, khususnya dunia
waktu yang lama. bisnis, tetapi bagi sebagian masyarakat
awam masih memandang penyelesaian
Selain mekanisme di atas, sebenarnya sengketa melalui jalur litigasi tetap
alternatif penyelesaian sengketa juga merupakan penyelesaian sengketa yang
mengenal beberapa mekanisme, yaitu utama sehingga konsekuensinya terjadi
konsiliasi, pendapat ahli dan tim pencari penumpukan perkara di pengadilan baik di
fakta. Tetapi mekanisme yang diuraikan di tingkat pengadilan tingkat pertama apalagi
atas merupakan mekanisme yang paling di tingkat Mahkamah Agung.
sering digunakan dikalangan masyarakat.

7 8
Susanti Adi Nugroho, Mediasi sebagai Alternatif Nurnaningsih Amriani, Mediasi, Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Talaga Ilmu Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan,
Indonesia, 2009, hlm. 21. Jakarta: Rajawali Press, 2012, hlm. 35.

96
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

Penumpukan perkara di Mahkamah Pengadilan Tingkat pertama bisa memakan


Agung mencapai ± 30 ribu berkas perkara waktu ± 6 bulan.9 Waktu ini belum
dan diperiksa oleh 49 orang Hakim Agung termasuk pemeriksaan Banding (± 1 tahun)
sehingga banyak banyak Putusan dan Kasasi (± 2-3 tahun). Hal ini belum
Mahkamah Agung yang terkesan juga dihitung dengan lamanya proses
“seadanya” tanpa didukung oleh eksekusi yang berbelit-belit. Penerapan
pertimbangan hukum yang komprehensif. asas peradilan cepat, sederhana dan biaya
Hal ini disebabkan oleh tingginya work murah “hanyalah” slogan belaka tanpa
load para Hakim Agung kita sehingga para adanya realisasi nyata. Inilah yang harus
Hakim Agung kurang fokus dalam dihadapi oleh masyarakat pencari keadilan.
memeriksa setiap perkara. Secara logika, Menghadapi permasalahan diatas,
hal tersebut tentunya akan mempengaruhi maka ada terobosan yang dilakukan oleh
kualitas putusan dari Mahkamah Agung itu Mahkamah Agung untuk masyarakat
sendiri. pencari keadilan berupa GUGATAN
Di dalam prakteknya, waktu SEDERHANA10 yang diperkuat melalui
persidangan untuk memeriksa gugatan di Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)

9
Sebelum adanya Surat Edaran (SEMA) No. 6 membantu berperkara baik dalam persiapan
tahun 1992, yang menegaskan bahwa pemeriksaan percobaan dan di pengadilan sehingga perwakilan
perkara (perdata) pada semua tingkat peradilan oleh pengacara akan sebagian besar tidak
“wajib” diselesaikan dalam waktu paling lama 6
diperlukan. e). Hakim diberi kekuatan untuk
bulan, pemeriksaan gugatan di tingkat pertama
terkadang memakan waktu yang lama bahkan memutuskan pembayaran angsuran secara
sampai berbulan-bulan dan tidak ada kepastian atas langsung. (lihat Steven Weller, John C Ruhnka, and
waktu yang diperlukan untuk memutuskan perkara John A Martin, “American Small Claim Courts,” in
perdata. Hal ini menjadi salah satu “amunisi” dari Small Claim Courts: A Comparative Study edited
pihak yang berada di posisi lemah untuk sengaja by Chiristopher J Whelan, Oxford: Clarendom
mengulur-ulur waktu. Press, 1990, hlm. 5)
10
Gugatan Sederhana yang diterapkan di Indonesia
melalui Perma No. 2 Tahun 2016 dapat dikatakan Sengketa-sengketa yang dapat diajukan ke Small
terinspirasi dari Small Claim Court yang pertama di Claim Court adalah kasus perdata seperti klaim
Amerika Serikat dikembangkan pada awal abad yang berkaitan dengan: a). Utang piutang
kedua puluh karena proses formal peradilan sipil berdasarkan perjanjian: rekening yang belum
yang begitu kompleks, rumit, dan mahal yang tidak dibayar untuk barang atau jasa yang dijual dan
dapat digunakan oleh sebagian besar orang yang dikirimkan, pinjaman yang belum dibayar, sewa
memiliki penghasilan kecil. Small Claim Court yang belum dibayar, dan upah yang belum dibayar;
merupakan mekanisme penyelesaian sengketa b). Klaim untuk: kerusakan properti, pengembalian
melalui pengadilan (litigasi) dengan prosedur yang properti, cedera akibat perbuatan, dan pelanggaran
terpisah (berbeda) dari prosedur pengadilan biasa, kontrak.
karenanya dikatakan juga sebagai pengadilan
informal untuk menyelesaikan gugatan perdata Beberapa kasus perdata tidak dapat diajukan ke
dengan nilai gugatan yang kecil (relatif). Model ini Small Claim Court, seperti misalnya: perbedaan
awalnya diadopsi di Amerika Serikat yang meliputi pendapat tentang real properti, pengembalian
lima komponen utama: a). pengurangan biaya kepemilikan real properti, penggusuran, klaim
pengadilan b). penyederhanaan proses permohonan terhadap pemerintah, tindakan untuk menyita atau
c). Prosedur percobaan sebagian besar diserahkan menegakkan hukum, klaim yang timbul dari
kepada kebijaksanaan hakim pengadilan, dan aturan malpraktek professional (misalnya, dugaan
formal dari bukti yang telah diseleksi. d). Hakim dan malpraktik oleh dokter, dokter gigi atau pengacara),
panitera pengadilan yang diharapkan dapat klaim untuk tunjangan perkawinan, klaim yang

97
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

No. 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara 4. Penggugat dan Tergugat masing-
Penyelesaian Gugatan Sederhana masing tidak lebih dari satu, kecuali
(selanjutnya disebut Perma No. 2 Tahun memiliki kepentingan hukum yang
2015). sama;
Kalau dilihat secara teknis, Gugatan 5. Tempat tinggal Tergugat harus
Sederhana merupakan terobosan yang diketahui;
inovativ dalam mewujudkan asas peradilan 6. Penggugat dan Tergugat harus
cepat, murah dan sederhana. Tetapi disisi berdomisili di Daerah Hukum
lain, Gugatan Sederhana dengan segala Pengadilan yang sama.
kelebihan dan kekurangan belumlah
menjadi sebuah primadona bagi Dalam pengajuan Gugatan Sederhana,
masyarakat pencari keadilan khususnya dibagi menjadi 4 (empat) tahapan penting,
masyarakat yang tidak mampu. Hal ini yaitu:
terbukti dari masih minimnya penggunaan 1. Tahap Pendahuluan
Gugatan Sederhana di beberapa Pengadilan Dalam tahap ini, terdiri dari:
Negeri. Hal ini menjadi sebuah hal yang a. Pendaftaran
patut di teliti. Gugatan Sederhana diajukan
kepada bagian Kepaniteraan
PEMBAHASAN Muda Perdata dengan cara
Mekanisme Pengajuan Gugatan mengisi blanko yang telah
Sederhana Berdasarkan Perma No. 2 disediakan oleh petugas serta
Tahun 2016 Dilihat dari Asas melampirkan bukti surat yang
Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan sudah dilegalisir. Hal ini
Gugatan Sederhana adalah termasuk dalam berbeda dengan Gugatan Biasa
kewenangan atau ruang lingkup dalam dimana Penggugat harus
peradilan umum. Tidak semua perkara membuat Gugatan pada
dapat diselesaikan dengan gugatan umumnya yang berisi tentang
sederhana. Gugatan Perdata yang dapat aspek hukumnya. Dalam
dikategorikan sebagai Gugatan Sederhana Gugatan Sederhana, Penggugat
sebagaimana Pasal 3 dan Pasal 4 Perma No. cukup mengisi blanko yang
2 Tahun 2015 adalah : disediakan dengan
1. Sengketa cidera janji/wanprestasi menguraikan fakta dan bukti
dan atau Gugatan Perbuatan saja.
melawan Hukum yang nilai
gugatan materil maksimal 200 juta; b. Pemeriksaan Kelengkapan
2. Bukan perkara yang masuk dalam Gugatan Sederhana
kompetensi Pengadilan Khusus; Panitera memeriksa berkas
3. Bukan sengketa hak atas tanah; dimaksud apakah termasuk

timbul dari pengesahan hakim. (Lihat Sioux Falls,


Business Journal a Gannett Company, Displaying
100 of 30,566 Small Claims Court Judgment, 2006).

98
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

kedalam ruang lingkup Gugatan menyatakan gugatan bukan


Sederhana sebagaimana yang Gugatan Sederhana dan
tercantum dalam Pasal 3 dan Panitera mencoret perkara
Pasal 4 Perma. Jika dinilai tersebut dari register perkara
bahwa perkaranya tidak serta memerintahkan
termasuk kedalam ruang pengembalian sisa biaya
lingkup Gugatan Sederhana, perkara kepada penggugat.
maka berkas dimaksud Terhadap Penetapan ini tidak
dikembalikan kepada ada upaya hukum. Tapi, jika
Penggugat, tapi bila dinilai Hakim Tunggal menilai
ternyata sesuai dengan ruang gugatan adalah gugatan
lingkup Gugatan Sederhana, sederhana maka Hakim
maka gugatan dicatat dalam Tunggal menetapkan hari
buku register khusus untuk itu, sidang pertama.
yang sebelumnya Penggugat
wajib membayar panjar biaya 2. Tahap Pemeriksaan Pokok
perkara, kecuali perkara Perkara
probono. Dalam tahap ini, terdiri dari:
a. Pemanggilan dan Kehadiran
c. Penetapan Hakim dan Para Pihak
Penunjukan Panitera Jika penggugat tidak hadir pada
Pengganti sidang pertama tanpa alasan
Penetapan Hakim Tunggal yang sah, maka gugatan
dilakukan oleh Ketua dinyatakan gugur. Jika
Pengadilan Negeri, dan tergugat tidak hadir pada sidang
penetepan Panitera Pengganti pertama, maka dilakukan
dilakukan oleh Panitera. pemanggilan kedua. Jika
panggilan kedua tidak hadir,
d. Pemeriksaan Pendahuluan maka diputus secara verstek.
oleh Hakim Tunggal (terhadap putusan verstek, maka
Hakim Tunggal yang ditunjuk dapat diajukan verzet). Jika
oleh Ketua Pengadilan tergugat pada sidang pertama
memeriksa materi Gugatan hadir dan pada hari sidang
Sederhana (apakah memenuhi selanjutnya tidak hadir tanpa
syarat Pasal 3 dan dan Pasal 4 alasan yang sah, maka diadili
Perma) serta menilai sederhana secara Contradictoir.
atau tidaknya pembuktian
gugatan dimaksud. Jika Hakim b. Perdamaian
Tunggal menilai, gugatan Pada sidang pertama Hakim
bukan Gugatan Sederhana, Tunggal wajib mengupayakan
maka Hakim mengeluarkan perdamaian (tidak memakai
penetapan yang isinya proses mediasi sebagaimana

99
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

yang diatur dalam Perma 1 d. Putusan


Tahun 2016 tentang Prosedur Perkara Gugatan Sederhana
Mediasi di Pengadilan karena wajib diselesaikan Hakim
dalam Perma tersebut Tunggal paling lama 25 (dua
ditegaskan bahwa Gugatan puluh lima) hari sejak hari
Sederhana tidak termasuk ke sidang pertama dilakukan.
dalam ruang lingkup Perma 1 Putusan yang dibacakan pada
Tahun 2016 tentang Prosedur sidang terbuka untuk umum
Mediasi di Pengadilan). Jika terdiri dari kepala putusan
tercapai perdamaian, maka dengan irah-irah, Identitas para
kesepakatan perdamaian pihak, Uraian singkat duduk
tersebut akan dikukuhkan perkara, Pertimbangan hukum
menjadi Akta Perdamaian yang dan Amar putusan. Terhadap
berkekuatan hukum tetap pihak yang tidak terima dengan
(Inkracht van Gewijsde) dan isi putusan dimaksud, maka
tidak ada upaya hukum untuk Hakim Tunggal menyampaikan
Akta Perdamaian ini. Jika tidak upaya hukum yaitu
terjadi Perdamaian, maka akan KEBERATAN yang dapat
dilanjutkan dengan diajukan paling lambat 7 (tujuh)
pemeriksaan pokok perkara. hari setelah putusan diucapkan
atau diberitahukan. Hal ini
c. Pemeriksaan Pokok Perkara berbeda dengan gugatan biasa
Pemeriksaan pokok perkara dimana bila ada pihak yang
ditandai dengan pembacaan tidak setuju dengan isi putusan
“gugatan” Penggugat Pengadilan Negeri, maka bisa
dilanjutkan dengan jawaban mengajukan BANDING ke
dari Tergugat. Berbeda dengan Pengadilan Tinggi dengan
gugatan biasa, pada Gugatan jangka waktu 14 (empat belas)
Sederhana, tidak dapat diajukan hari setelah putusan diucapkan
Tuntutan provisi, Eksepsi, atau diberitahukan.
Rekonvensi, Intervensi, Replik,
Duplik, dan Kesimpulan. 3. Tahap Permohonan Keberatan
Gugatan Sederhana langsung Dalam tahap ini, terdiri dari:
masuk pada proses pembuktian. a. Daftar Permohonan
Gugatan yang diakui dan / tidak Keberatan
dibantah oleh Tergugat maka Keberatan diajukan ke Ketua
tidak perlu dilakukan Pengadilan Negeri paling
pembuktian, tetapi sebaliknya lambat 7 (tujuh) hari setelah
apabila ada bantahan dari putusan dibacakan atau diterima
Tergugat, maka pemeriksaan dengan menandatangani Akta
pembuktian berdasarkan Penyataan Keberatan dihadapan
Hukum Acara. Panitera disertai alasan dan

100
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

mengisi blanko Permohonan Majelis Hakim tidak melakukan


Keberatan di kepaniteraan. pemeriksaan tambahan. Hal ini
(Bandingkan dengan berbeda dengan Banding di
permohonan Banding yang Pengadilan Tinggi, dimana
diajukan ke Ketua Pengadilan Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi). Kepaniteraan tinggi sebagai judex factie
menerima dan memeriksa masih bisa melakukan
kelengkapan berkas pemeriksaan tambahan
Permohonan Keberatan dan manakala dianggap
disertai dengan Memori pemeriksaan di Pengadilan
Keberatan yang dibuat oleh Tingkat Pertama masih ada
Pemohon Keberatan. kekurangan.
Pemberitahuan Keberatan dan
Memori Keberatan c. Putusan Keberatan
disampaikan kepada pihak Putusan atas Permohonan
Termohon Keberatan dalam Keberatan diucapkan paling
waktu 3 (tiga) hari sejak lambat 7 (tujuh) hari setelah
Permohonan Keberatan tanggal penetapan Majelis
diterima. Pihak Termohon Hakim oleh Ketua Pengadilan
Keberatan menyerahkan Kontra Negeri. Putusan Permohonan
Memori Keberatan kepada Keberatan sama dengan
Ketua Pengadilan Negeri paling Putusan sebelumnya dan wajib
lambat 3 (tiga) hari setelah diberitahukan kepada para
pemberitahuan Keberatan. pihak paling lambat 3 (tiga) hari
sejak Putusan Permohonan
b. Pemeriksaan Keberatan Keberatan dibuat. Terhadap
Setelah berkas Permohonan Putusan Permohonan Keberatan
Keberatan dinyatakan lengkap , ini tidak dapat dilakukan upaya
maka Ketua Pengadilan Negeri hukum lainnya seperti Banding,
menetapkan MAJELIS Kasasi dan Peninjauan Kembali
HAKIM yang dipimpin oleh Karena Putusan Permohonan
Hakim Senior untuk memeriksa Keberatan ini memiliki
dan memutus permohonan kekuatan hukum tetap.
Keberatan. Majelis Hakim
melakukan pemeriksaan 4. Tahap Pelaksanaan Putusan
keberatan yang dilakukan hanya Gugatan Sederhana
atas dasar dari Putusan dan Terhadap putusan terhadap
berkas gugatan, Permohonan Gugatan Sederhana yang telah
Keberatan, Memori Keberatan berkekuatan hukum tetap,
dan Kontra Memori Keberatan. dilaksanakan secara suka rela oleh
Dalam pemeriksaan para pihak. Jika tidak dipatuhi oleh
Permohonan Keberatan ini, para pihak, maka pelaksanaan

101
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

putusan dilaksanakan berdasarkan diwajibkan atau diperlukan dalam beracara


Hukum Acara Perdata, yaitu di muka pengadilan, akan makin baik.
melalui bantuan Pengadilan Negeri Terlalu banyak formalitas yang sukar
untuk mengeksekusi. difahami, atau peraturan-peraturan yang
berwayuh arti (dubieus), sehingga
memungkinkan timbulnya pelbagai
Menurut UU Nomor 48 tahun 2009 penafsiran, kurang menjamin adanya
tentang Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal kepastian hukum dan menyebabkan
2 ayat (4) menyebutkan bahwa peradilan keengganan atau ketakutan untuk beracara
dilakukan dengan sederhana, cepat, dan di muka pengadilan. 11 Bila dilihat
biaya ringan. Asas sederhana, cepat dan mekanisme Gugatan Sederhana di atas,
biaya ringan adalah asas peradilan yang sangat jelas bahwa terdapat
paling mendasar dari pelaksanaan dan “kesederhanaan” yang signifikan
pelayanan administrasi peradilan yang dibandingkan dengan Gugatan Biasa,
mengarah pada prinsip dan asas efektif dan dimana dalam pengajuan Gugatan
efisien. Sederhana tidak diperlukan pembuatan
Asas Sederhana adalah pemeriksaan gugatan yang “rumit” seperti gugatan biasa,
dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cukup menjabarkan kasus posisi dan bukti-
cara efesien dan efektif. Sederhana juga bukti yang dimiliki yang dituangkan dalam
dapat dimaknai sebagai suatu proses yang blanko yang disediakan. Tidak perlu
tidak berbelit-belit, tidak rumit, jelas, lugas, memikirkan pengajuan Replik oleh dan
non interpretable, mudah dipahami, mudah Duplik oleh Tergugat, Kesimpulan, serta
dilakukan, mudah diterapkan, sistematis, system pembuktian yang jauh lebih mudah
konkrit baik dalam sudut pandang pencari dibandingkan dengan Gugatan Biasa.
keadilan, maupun dalam sudut pandang Gugatan Sederhana tidak mengenal
penegak hukum yang mempunyai tingkat Pemeriksaan Setempat (PS) sebagaimana
kualifikasi yang sangat beragam, baik dalam Gugatan Biasa. Selain itu juga,
dalam bidang potensi pendidikan yang mekanisme keberatan atas putusan Gugatan
dimiliki, kondisi sosial ekonomi, budaya Sederhana dibuat sedemikian mungkin
dan lain-lain. Namun dalam prakteknya sehingga tidak mengenal adanya upaya
asas sederhana hanya dimaknai sebatas hukum banding, kasasi dan peninjauan
masalah administratif belaka tanpa adanya kembali seperti dalam Gugatan Biasa.
pemahaman bahwa asas sederhana harus Asas Cepat harus dimaknai sebagai
menjadi jiwa dan semangat motivasi upaya strategis untuk menjadikan sistem
penegak hukum yang dilaksanakan secara peradilan sebagai institusi yang dapat
menyeluruh pada setiap tingkatan dan menjamin terwujudnya/ tercapainya
institusi. Sederhana juga dapat diartikan keadilan dalam penegakan hukum secara
sebagai acara yang jelas, mudah difahami cepat oleh pencari keadilan. Bukan hanya
dan tidak berbelit belit. Makin sedikit dan asal cepat terselesaikan saja yang
sederhana formalitas-formalitas yang

11
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Edisi Keenam, Yogyakarta: Liberty,
2006, hlm.36

102
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

diterapkan tapi pertimbangan yuridis, Mekanisme Gugatan Sederhana secara


ketelitian, kecermatan, maupun prinsip dibuat sebenarnya untuk membantu
pertimbangan sosilogis yang menjamin masyarakat miskin yang akan mencari
rasa keadilan masyarakat juga keadilan melalui pengadilan tetapi tidak
diperhatikan. Asas ini meliputi cepat dalam dibebani dengan biaya yang tinggi.
proses, cepat dalam hasil, dan cepat dalam
evaluasi terhadap kinerja dan tingkat Permasalahan Implementasi Gugatan
produktifitas institusi peradilan. Cepat Sederhana
menunjuk pada jalannya peradilan, terlalu Gugatan Sederhana yang dirancang untuk
banyak formalitas merupakan hambatan membantu masarakat pencari keadilan serta
bagi jalannya peradilan. Dalam hal ini mengurangi penumpukan perkara di
bukan hanya jalannya peradilan dalam Pengadilan khususnya di Mahkamah
pemeriksaan di muka sidang saja, tetapi Agung memang sangat membantu bagi
juga penyelesaian pada berita acara masyarakat yang membutuhkan. Gugatan
pemeriksaan di persidangan sampai pada Sederhana ini juga tidak wajib diwakili
penandatanganan putusan oleh hakim kuasa hukum atau memakai jasa advokat
dalam pelaksanaannya. Jalannya seperti halnya dalam perkara gugatan biasa.
persidangan yang cepat akan meningkatkan Namun, para pihak (penggugat dan
kewibawaan pengadilan dan menambah tergugat) dengan atau tanpa kuasa hukum
kepercayaan masyarakat kepada wajib hadir langsung ke persidangan. Hal
pengadilan. Bila dilihat mekanisme ini menyebabkan Gugatan Sederhana tidak
Gugatan Sederhana, dengan adanya dapat diterapkan ketika tergugat tidak
“penyederhanaan” mekanisme maka secara diketahui keberadaannya.
otomatis berpengaruh kepada waktu yang Tetapi persoalan lain timbul manakala
diperlukan untuk menyelesaikan Gugatan terbentur pada masalah domisili dari para
Sederhana.12 pihak. Sesuai dengan Pasal 4 Perma No.
Asas Biaya Ringan adalah biaya Tahun 2015, disebutkan bahwa Penggugat
perkara yang dapat dijangkau oleh dan Tergugat harus berdomisili di daerah
masyarakat. Biaya ringan juga hukum Pengadilan yang sama. Hal inilah
mengandung makna bahwa mencari yang menjadi permasalahan di lapangan.
keadilan melalui lembaga peradilan tidak Banyak para pencari keadilan yang
sekedar orang yang mempunyai harapan terbentur dengan permasalahan domisili ini
akan jaminan keadilan di dalamnya tetapi sehingga tidak dapat memanfaatkan
harus ada jaminan bahwa keadilan tidak mekanisme Gugatan Sederhana. Bila
mahal, keadilan tidak dapat ditelaah, alasan domisili Penggugat dan
dimaterialisasikan, dan keadilan yang Tergugat haruslah berdomisili hukum di
mandiri serta bebas dari nila-nilai lain yang daerah hukum pengadilan yang sama sesuai
merusak nilai keadilan itu sendiri. dengan Pasal 4 Perma No. 2 Tahun 2015

12 Seperti telah disinggung sebelumnya di atas, dengan penggunaan Gugatan Sederhana yang
bahwa rata-rata waktu yang diperlukan untuk memerlukan waktu tidak sampai 2 bulan sudah
menyelesaikan Gugatan Biasa adalah ± 6 bulan. mendapatkan putusan yang sudah berkekuatan
Waktu ini belum termasuk pemeriksaan Banding (± hukum tetap.
1 tahun) dan Kasasi (± 2-3 tahun). Bandingkan

103
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

dapat dipahami agar pelaksanaan Gugatan cepat mengingat permasalahannya yang


Sederhana ini dapat berjalan dengan cepat tidak terlalu rumit dan nilai nominal yang
sesuai dengan salah asas pengadilan yaitu tidak terlalu besar (maksimal Rp.
cepat, sederhana dan murah. Tetapi bila 200.000.000,-). Tetapi ada hal yang
dilihat dari sisi keadilan, maka hal ini mungkin dilupakan oleh penyusun Perma
belumlah memberikan rasa keadilan bagi bahwa Gugatan Sederhana adalah
masyarakat. Seharusnya masalah domisili pemeriksaan atas adanya sebuah sengketa
ini dapat diantisipasi dengan sebuah antara satu pihak dan pihak lainnya
gebrakan nyata dimana masalah (Penggugat dan Tergugat), sehingga sesuai
administrasi tentang Gugatan Sederhana ini dengan kaidah Hukum Acara Perdata,
diberikan sebuah keistimewaan dan bahwa pemeriksaan Gugatan tetaplah harus
didahulukan dari gugatan biasa sehingga dilakukan oleh Majelis Hakim (3 orang
permasalahan panggilan/relas keluar kota Hakim). Penggunaan Hakim tunggal
yang menjadi kendala dari proses Gugatan hanyalah digunakan pada saat memutuskan
Sederhana dapat diantisipasi. Kalau selama perkara yang tidak mengandung unsur
ini pemanggilan/relas ke pengadilan lain sengketa, berupa Penetapan Pengadilan
menggunakan jalur surat menyurat yang seperti Penetapan Perwalian dan
memakan waktu lama (± 3 minggu untuk Pengampuan dan sebagainya. Bila kita
relas luar kota), maka dalam panggilan bandingkan dengan gugatan mediasi, yaitu
Gugatan Sederhana dari Pengadilan Negeri gugatan yang diajukan oleh salah satu
tempat Gugatan Sederhana diajukan ke pihak yang telah mencapai kesepakatan
Pengadilan Negeri tempat domisili melalui proses mediasi yang tujuannya
Tergugat dapat menggunakan e-mail (surat hanyalah untuk mengukuhkan kesepakatan
elektronik) sehingga tidak memerlukan perdamaian menjadi akta perdamaian tetap
waktu yang lama. Tetapi hal ini tentunya diperiksa dan dikukuhkan oleh Majelis
harus didukung oleh tenaga petugas Hakim padahal gugatan tersebut sudah
pengadilan (Juru Sita) yang khusus tidak mengandung unsur sengketa karena
menangani relas Gugatan Sederhana sudah diselesaikan melalui proses mediasi
sehingga permasalahan mengenai domisili sebelumnya. Hal ini menjadi sebuah
tersebut dapat diantisipasi sehingga kotradiksi yang harus segera diperbaiki
Gugatan Sederhana dapat menjangkau para mengingat hal ini bisa membuat penerapan
pihak yang berbeda domisili. Gugatan Sederhana menjadi tidak optimal.
Disisi lain, pemeriksaan Gugatan Permasalahan lainnya yang menurut
Sederhana yang menggunakan jasa Hakim penulis harus segera dipikirkan solusinya
Tunggal dalam memutus perkara Gugatan adalah penggunaan Gugatan Sederhana
Sederhana juga merupakan sebuah yang belum menjadi sebuah keharusan
permasalahan tersendiri mengingat hal ini tetapi masih menjadi sebuah pilihan bagi
dapat dipandang sebuah hal yang tidak masyarakat. Hal ini membuat penerapan
objektif. Maksud penyusun Perma ini Gugatan Sederhana belum maksimal
memang baik bahwa dengan diperiksa oleh karena masyarakat pencari keadilan tidak
Hakim Tunggal, maka pemeriksaan diharuskan menggunakan Gugatan
Gugatan Sederhana dapat berjalan dengan Sederhana. Beberapa kasus di lapangan

104
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

menunjukan bahwa beberapa kelompok membingkai institusi peradilan juga


masyarakat lebih menyukai menggunakan menjadi faktor dominan. Semua faktor itu
jalur Gugatan Biasa dibandingkan jika dapat dimaksimalkan bukan tidak
menggunakan Gugatan Sederhana mungkin sistem peradilan akan lebih baik
walaupun syarat dan ketentuannya sudah lagi dan akan menciptakan peradilan yang
memenuhi untuk menggunakan Gugatan bersih, jujur, objektif dan adil.
Sederhana. Hal ini disebabkan masyarakat Namun demikian, ternyata dalam
lebih “nyaman” menggunakan jalur implementasi Gugatan Sederhana di
Gugatan Biasa daripada Gugatan lapangan, terdapat beberapa permasalahan
Sederhana. Kalau hal ini dibiarkan terus yang harus segera diantisipasi dan
menerus tanpa adanya terobosan baru yang diperbaiki, yaitu mengenai kedudukan
mewajibkan masyarakat menggunakan Penggugat dan Tergugat haruslah satu
mekanisme Gugatan sederhana sesuai domisili, penggunaan Hakim Tunggal
dengak syarat dan prosedur yang ada, maka dalam memeriksa dan memutus Gugatan
bisa jadi tujuan diterapkan Gugatan Sederhana, serta belum diwajibkan
Sederhana tidak akan terwujud. penggunaan Gugatan Sederhana bagi
masyarakat pencari keadilan yang
PENUTUP perkaranya memenuhi persyaratan untuk
Berdasarkan pemaparan diatas dapat menggunakan Gugatan Sederhana. Semoga
disimpulkan bahwa mekanisme Gugatan pelaksanaan mekanisme Gugatan
Sederhana benar-benar menerapkan asas Sederhana ini dapat berjalan secara optimal
peradilan sederhana, cepat dan biaya sehingga masyarakat pencari keadilan
ringan. Hal ini dapat dilihat dari dapat merasakan keadilan yang dicita-
mekanismenya yang sangat menunjukan citakan tanpa dihantui dengan slogan
“kesederhanaan”, “kecepatan” dan biaya “mencari keadilan di pengadilan ibarat
ringan. Asas sederhana, cepat, dan biaya menuntut kambing mengorbankan
ringan dalam pemeriksaan dan sapi”. Semoga……..
menyelesaian perkara di pengadilan tidak
mengesampingkan ketelitian dan DAFTAR PUSTAKA
kecermatan dalam mencari kebenaran dan Buku
keadilan. Apabila asas sederhana, cepat, Nurnaningsih Amriani, Mediasi, Alternatif
biaya ringan sebagaimana telah diuraikan Penyelesaian Sengketa Perdata di
di atas menjadi semangat para penegak Pengadilan, Jakarta: Rajawali Press,
hukum, maka sistem peradilan yang efektif 2012
dan efisien dapat di wujudkan. Sioux Falls, Business Journal a Gannett
Pembenahan sistem peradilan akhirnya Company, Displaying 100 of 30,566
tidak dapat hanya tergantung dalam Small Claims Court Judgment, 2006
pemahaman harfiah dari penegak hukum Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara
terhadap asas sederhana, cepat dan biaya Perdata Indonesia, Edisi Keenam,
ringan saja, namun dari itu semua adalah Yogyakarta: Liberty, 2006
nurani penegak hukum, pencari keadilan,
penguasa, legislatif dan sistem yang

105
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

Susanti Adi Nugroho, Mediasi sebagai


Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Jakarta: Talaga Ilmu Indonesia, 2009
Steven Weller, John C Ruhnka, and John A
Martin, “American Small Claim
Courts,” in Small Claim Courts: A
Comparative Study edited by
Chiristopher J Whelan, Oxford:
Clarendom Press, 1990
Takdir Rahmadi, Mediasi, Penyelesaian
Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
Rajawali Press, Jakarta, 2011;

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan;
Perma No. 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana;
Surat Edaran (SEMA) No. 6 tahun 1992

106

Anda mungkin juga menyukai