Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
YULAN A.MOBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Data Base 2009 (dalam Darmojo 2011) dalam jumlah penduduk lansia sebesar
18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 jiwa jumlah ini termasuk
terbesar keempat setelah China, India dan Jepang diperlihatkan selama kurun
(WHO) bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang
2009).
2014 menjelaskan bahwa kejadian hipertensi pada tahun 2012 diseluruh dunia,
sekitar 972 juta (26,4%), 333 juta berada di negara maju dan 639 juta berada di
2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia (Paat et al., 2014). Hasil Riset
25,8% dengan angka prevalensi untuk Sumatera 20,8%, Jawa-Bali 24,3% dan
dalam kategori penyakit non-infeksi. Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor
pencetus terjadinya jantung dan stroke. Salah satu penyebab hipertensi adalah
peningkatan stimulasi respon stres neuron sismpatik yang berlebihan (Brunner &
Suddarth. 2000).
Terapi yang dapat menurunkan tekanan darah ada beberapa terapi diantaranya
terapi buah,terapi oksigen, terapi jus, terapi relaksasi dan terapi meditasi. Salah
Meditasi adalah cara untuk mengurangi respon stres dengan teknik relaksasi,
Pada dasarnya pemberian terapi meditasi ini dapat memberikan kondisi yang
rileks dimana pada kondisi rileks semua sistem tubuh akan bekerja dengan baik
dan pada kondisi ini hipotalamus akan meyesuaikan dan terjadinya penurunan
Urutan efek fisiologis dan gejala maupun tandanya akan terputus dan stres
darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Maka diharapkan dapat menjadi
lansia.
1.2. Tujuan
Mengetahui pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah
1.3. Manfaat
keperawatan.
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
2. EBSCO
3. Google scholar
2.2.1 Hipertensi
a. Pengertian
b. Klasifikasi
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
c. Etiologi
penderita hipertensi.
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
hiperkoagulabilitas, anemia.
4. Kalium serum
5. Kalsium serum
7. Pemeriksaan tiroid
8. Urinalisa
diabetes.
9. Asam urat
10. IVP
12. CT scan
13. EKG
jantung hipertensi
f. Penatalaksanaan
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
Diet
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
2.2.2 Terapi Meditasi
a. Definisi
Meditasi adalah suatu teknik latihan dalam meningkatkan kesadaran,
dengan membatasi kesadaran pada satu objek stimulasi yang tidak berubah
pada waktu tertentu untuk mengembangkan dunia internal atau dunia batin
seseorang, sehinga menambah kekayaan makna hidup baginya. Menurut
Iskandar (2008) meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat
menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan spiritual seseorang
b. Tujuan Meditasi
1. perenungan dan kebijaksanaan
2. perubahan dalam kesadaran
3. relaksasi.
c. Manfaat Meditasi
Meditasi banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan, stress, dan
depresi. Ketenangan jiwa yang diperoleh ketika bermeditasi dengan baik
mampu meredakan dan memungkinkan seseorang berpikir jernih dalam
pengambilan suatu keputusan. Meditasi merupakan pengalihan perhatian
ketingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran
yang paling dalam dan mencapai sumber pemikiran (T. Mattesion, 2006).
Meditasi mampu menurunkan tingkat rangsangan seseorang dan membawa
suatu keadaan yang lebih tenang, baik secara psikologis maupun fisiologis
(T. Mattesion, 2006).Dengan meditasi mampu menurunkan kecemasan,
perasaan reaktif dan agresivitas (Hjelee,1974;Prabowo,2007).
Meditasi yang dilakukan individu akan menghasilkan reaksi yang
mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan mempelancar
proses metabolisme tubuh, laju denyut jantung lebih teratur, peredaran
darah lancar, mengatasi berbagai macam penyakit, mendorong racun dan
kotoran dari dalam tubuh keluar, menurunkan tingkat agretifitas dan
perilaku-perilaku buruk dampak dari stress, menurunkan tingkat egosentris
sehingga hubungan intrapersonal ataupun interpersonal menjadi lancar,
mengurangi kecemasan, pada anak-anak dapat meningkatkan intelegensi
meliputi karakter kognitif, matematis, logis serta karakter afektif,
relational, kreatif dan emosional, pola pikir menjadi lebih matang,
mempermudah dalam mengendalikan diri, meningkat kesejahteraan
(Benson, 2000; R. Santoso, 2001).
d. Jenis Meditasi
Narayo dan Onstein (Tart,1997; Prabowo,2007) mengklarifikasikan
meditasi menjadi meditasi Konsefatif dan meditasi Pembukaan (Opening
up meditation). Teknik meditasi konserfatif pada dasarnya memberikan
instruksi untuk memperhatikan secara penuh pada hal tertentu, dapat
berupa objek eksternal yang terlihat nyata atau sensasi internal seperti
tarikan nafas. Sedangkan opening up meditation pada dasarnya mengacu
pada keragaman teknik bertujuan membantu seseorang meningkatkan
kepekaan dan kesadaran penuh dari apapun yang terjadi padanya, menjadi
pengamat yang sadar dalam mengamati apa yang terjadi tanpa harus
bereaksi padanya.
e. Tahap Proses Meditasi
1. Fase orientasi
a) Salam teraupetik
b) Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
c) Eksplorasi perasaan pasien.
d) Siapkan pasien untuk berpartisipasi dalam terapi
2. Fase Relaksasi
a) Duduk / tidur telentang.
b) Konsentrasi.
c) Merasakan.
3. Fase Trance
a) Hening.
b) Berdo’a sesuai dengan kebutuhan.
c) Pasrah.
4. Fase Terminasi
a) Ucapkan terima kasih kepada tuhan karena telah mendapat
bantuan dari Tuhan.
b) Pertahankan kondisi meditatif dalam keadaan mata dibuka.
f. Proses Pelaksanaan Terapi Relaksasi Meditasi
Posisi duduk
1. Duduk dengan santai.
2. Anjurkan pasien memfokuskan pandangan pada satu titik dengan
jarak satu meter didepan pasien hingga mata merasa lelah dan
tertutup sendiri.
3. Anjurkan pasien menarik nafas dalam melalui hidung dan niatkan
dalam hati bersamaan dengan menarik nafas untuk menarik energi
penyembuhan dari sekitar kita.
4. Keluarkan nafas pelan melalui hidung, bersamaan dengan itu
keluarkan energi melalui telapak kedua kaki. Lakukan secara
berulang-ulang ( 3 x).
Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui kedua telapak tangan.
Lakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali.
Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui ubun-ubun. Lakukan
berulang-ulang sebanyak 3 kali.
Tarik nafas dalam , keluarkan energi ke seluruh tubuh. Lakukan
berulang-ulang sebanyak 3 kali.
5. Bawa pasien kembali pada masa lalu yang mengganggu pasien.
6. Bimbing pasien untuk pasrah kepada Tuhan dan menyadari bahwa
masalah tersebut merupakan bagian dari kehidupan dan terima apa
adanya.
7. Bimbing pasien berdo’a kepada Tuhan, “ Tuhan berikanlah
penyembuhan pada diri saya”. Kemudian rasakan energi dari atas
kepala masuk kedalam tubuh dan menyapu bersih semua energi
negatif dalam diri. Biarkan energi tersebut membersihkan energi
negatif, sementara pasien pasrah kepada Tuhan dengan fokus pada
hati nurani.
Posisi berbaring
1. Anjurkan pasien melakukan posisi tidur telentang dan pejamkan
mata.
2. Dorong pasien untuk merilekskan semua organ tubuh mulai kaki
sampai ujung kepala.
3. Dorong pasien untuk memfokuskan pikiran pada kedua kaki pasien
dan merasakan energi masuk mulai ujung ibu jari naik ke mata
kaki, betis, lutut, paha hingga ujung kepala.
4. Anjurkan pasien untuk membiarkan energi mengalir terus mulai
ujung kaki hingga ujung kepala.
5. Bawa pasien kembali pada masa lalu yang mengganggu pasien.
6. Bimbing pasien untuk pasrah kepada Tuhan dan menyadari bahwa
masalah tersebut merupakan bagian dari kehidupan dan terima apa
adanya.
7. Bimbing pasien berdo’a kepada Tuhan, “ Tuhan berikanlah
penyembuhan pada diri saya”. Kemudian rasakan energi dari atas
kepala masuk kedalam tubuh dan menyapu bersih semua energi
negatif dalam diri. Biarkan energi tersebut membersihkan energi
negatif, sementara pasien pasrah kepada Tuhan dengan fokus pada
hati nurani.
BAB III
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
untuk mengetahui pengaruh meditasi untuk tekanan darah pada lansia menderita
pada uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p> 0,05) artinya bahwa Ha
diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi
adanya pengaruh secara signifikan. Bahwa tekanan darah diastolik pada uji
statistik menunjukkan bahwa p = 0,001 (p> 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima
atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya
dilakukan terapi meditasi adalah 140,75 mmHg dengan standar deviasi 4.940.
Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi meditasi adalah 86,75
tekanan darah pada lansia setelah diberikan terapi meditasi. Terlihat responden
farmakologi dan ada juga terapi non farmakologi yaitu obat penurun tekanan
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan darah sistolik sebelum
meditasi didapat rata-rata tekanan darah sistolik 140,75 mmHg. Dari hasil sistolik
sebelum dan sesudah dilakukan terapi meditasi didapatkan PValue 0,000. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p ≤ 0,05 artinya terdapat pengaruh terapi meditasi terhadap
berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai pre-test dan post-test tekanan darah
setelah dilakukan terapi meditasi dan responden mengatakan rileks serta segar
respon stres tubuh, kerja kelenjar adrenal menurun sehingga terjadi pengurangan
dan dilatasi pembuluh darah juga diatur saaf simpatis dan parasimpatis.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sudiarto (2007)
tekanan darah sistolik dan diastolik pre-test dan posttest terapi meditasi. Subjek
dalam penelitian ini terdiri dari 30 responden. Hasil penelitian yang dilakukan
demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh terapi meditasi pada lansia
mempertahankan tekanan darah agar tidak semakin meningkat (Flora et al., 2012).
Pada dasarnya pemberian terapi meditasi ini dapat memberikan kondisi yang
rileks dimana pada kondisi rileks semua system tubuh akan bekerja dengan baik
parasimpatis. Urutan efek fisiologis dan gejala maupun tandanya akan terputus
dan stres psikologis akan berkurang. Teknik relaksasi otot, relaksasi dengan
imajinasi terbimbing dan respon relaksasi dari Benson Hasil penetilian ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa terapi meditasi adalah salah satu metode
sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun. Relaksasi dapat
4.1 Kesimpulan
sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun. Relaksasi dapat
4.1 Saran
a. Bagi Perawat
b. Bagi Prodi
Untuk prodi dapat dipakai sebagai referensi bagi mahasiswa yang melakukan
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Medah Edisi Ke-8. Jakarta:
EGC
Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Riset
Kesahatan Dasar, 111–116. http://doi.org/1 Desember 2013.
Flora, R., Purwanto, S., Program, D., Ilmu, S., Fakultas, K., & Sriwijaya, U.
(2012). PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS TERAPI PADA
PENDERITA HIPERTENSI PRIMER DI, 124–131.
Fuad, M. N. (2012). Pengaruh meditasi Garuda terhadap tekanan darah dan gejala
hipertensi pada pasien hipertensi usia pertengahan di Desa Balung Lor,
Kecamatan Balung Kabupaten Jember.
Harmilah, 2011. Penurunan stres fisik dan psikososial melalui meditasi pada
lansia dengan hipertensi primer
Mrs. Devi .S1 & Dr. L N Samaga MD, DNB (MED),2015 at Mangalore, Karnataka A
Study to Assess the Effect and Experience of Transcendental Meditation on
Hypertension Patients Attending Medical OPD
Paat, I. G. O., Ratag, B. T., Kepel, B. J., Kesehatan, F., Universitas, M.,
Ratulangi, S., … Manado, R. (2014). HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI
ALKOHOL DAN STATUS MEROKOK DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI.