Anda di halaman 1dari 14

3.1.

Tahapan Penelitian

Di bawah ini disajikan data hasil penelitian dari beberapa literatur.

Tabel 3.1 Data hasil penelitian dati berbagai literetur


No Metode
Peneliti Bahan Baku Komposisi Kondisi Operasi dan Hasil
. Pembuatan
Natrium silikat Saat pencampuran SiO2/Na2O dan Al2O3, T = 5oC. Gelasi
Hossein (SiO2/Na2O), (T=25oC). Refluks (T=80oC). pengeringan (T=120oC, 3
pour, Larutan 13 wt % Ko- jam)
1
dkk ( Alumunium Al2O3 presipitasi Hasil : luas permukaan 535 m2/g.
2009) sulfat, Amonium Diameter pori = 3,7 nm. Pusat asam = 1.128. kandungan
nitrat karbon =0,92%.

pH = 2,6.
Natrium silikat 30 wt %, 50 Luas permukaan setelah deaktivasi untuk 30 wt % SiO2
Ottersted
(SiO2/Na2O), wt %, dan 155 m2/g, 50 wt % SiO2 182 m2/g, 70 wt % SiO2 193 m2/g.
2 t, dkk Presipitasi
coliodat 70 wt % Konversi gasoline untuk 30 wt % SiO2 56,8 %, 50 wt %
(1990)
boehmite, SiO2 m2/g SiO2 54.4 %, dan 70 wt % SiO2 54 %.
Tabel 3.1 Data hasil penelitian dati berbagai literetur (lanjutan)
N Metode
Peneliti Bahan Baku Komposisi Kondisi Operasi dan Hasil
o. Pembuatan
1 wt % boron
Natirum silikat, kaolin Oksida, 5 wt %
McGuire Luas permukaan, volume pori dan
terkalsinasi, boron oksida, , SiO2, 65 wt % Impregnasi dan
3 ,JR, dkk diameter pori tidak disebutkan. Konversi
Zeolit Y. Amonium nitrate, Zeolit Y. 1 wt % spray drying
(2015) gasoline 47,2 %.
logam lantanium dan nikel lantanium. 3000
ppm Ni.

18 gram T =50oC
Amonium sulfat, T kalsinasi = 500oC.
Shyr,
Amonium sulfat, air,dan 28,8 gram air, One-step bulk density 0,32-0,57 gram/cc, volume
4 dkk
natrium silika 185,5 gram precipitation pori 0,41-0,56 cc/gram. Luas permukaan
(1986)
natium silikat 320-474 m2/g.
(600 gram air)

Al2O3 5 wt %
Tetraethoxy orthosilikat Luas permukaan 721 m2/g, volume pori
Ishihara, dimpreknasi Impregnasi, dan
(TEOS), Alumunium tri- 2.51 cm3/g, diameter pori 18,5 nm.
5 dkk kedalam 80 wt gel skeletal
sek-butoksida, 2-propanol, Konversi gasoline 62 %. Perolehan rantai
(2012) % SiO2/ 20 wt reinformcement
NH3 lurus 21 % dan rantai cabang 2,4 %.
% 2-propanol.
Tabel 3.1 Data hasil penelitian dati berbagai literetur (lanjutan)
No. Peneliti Bahan Baku Komposisi Metode Pembuatan Kondisi Operasi dan Hasil
Si/Al = 1,3
Tetraethylorthosillicate, EtOH, TPAOH
Cedric
aluminum tri-sec- 4%
Boissiere Luas permukaan 556 m2/g, volume pori
6 butoxide, H2O Aeorosol
, dkk 0,44 cm3/g, diameter pori 2,3-8,3 nm,
tetrapropylammonium CTAB (cetyl
(2009)
hydroxide (TPAOH) trimethylamooniu
m bromide)

Tetraethoxy orthosilikat AlCl3.6H2O 1,624 Luas permukaan 492 m2/g, volume pori
Shaojun
(TEOS), Aluminum gram, TEOS 0,5 cm3/g, diameter pori 10,1 nm
7 Xu, dkk Hydrothermal
klorida, Asam Fosfat 28,031 gram, yieldgaoline 45,59% dan diesel 19,20%,
(2012)
85% Asam fosfat 8 mL selektivitas kokas 2,86%
Berdasarkan penelitian yang telah dirangkum diatas, metode yang feaseble untuk dilakukan
adalah metode ko-presipitasi karena metode tersebut lebih murah dibandingkan dengan
metode lainnya. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen, dkk ( 2004)
memberikan luas permukaan yang besar dan ukuran pori yang mencapai mesopori. Namun
stabilitas yang dimiliki oleh katalis yang disintesis oleh Chen, dkk ( 2004) memiliki stabilitas
termal dengan kokas yang terbentuk kurang dari lebih dari 1%. Stabilitas lebih dari 1%
karena komposisi alumina yang lebih banyak. Pada penelitian ini, kami akan memveriasikan
rasio SiO2 yang lebih besar dibandingkan dengan alumina agar stabilitas dari matriks aktif
bisa kurang dari 1%.
Secara umum penelitian pengembangan matriks akitf komponen katalis perengkahan dibagi
menjadi tiga yaitu sintesis matriks aktif, karakterisasi matriks aktif, dan pengujian unjuk kerja
katalis. Pada tahap sintesis matriks aktif digunakan metode kopresipitasi (jika disetujui
pembimbing). Bahan bahan yang digunakan adalah natrium silikiat sebagai sumber silika,
alumunium klorida heksahidrat atau alumunium sulfat sebagai bahan alumina, dan NH4OH
sebagai pengatur pH.

Variasi yang dilakukan adalah dengan memvariasikan komposisi SiO2 sebesar 75 %, 80 %,


85 %, 90 %, dan 95 %. Selain itu variasi yang disarankan adalah dengan fosfor (Chaumonnot
dkk., 2009), dan boron (McGuire, 2015). Matriks aktif dengan variasi yang berbeda
kemudian dikarakterisasi sifat-sifat fisiknya meliputi luas permukaan, ukuran pori,
kristalinitas, volume pori, dan tingkat keasaman. Evaluasi luas permukaan, distribusi ukuran
pori dan volume pori menggunakan metode BET dengan gas adsorbat berupa gas
N2sedangkan uji kristalinitas menggunakan instrumen XRD. Tingkat keasaman diuji
menggunakan NH3-TPD.

Tahapan uji unjuk kerja dari matriks aktif adalah dengan menggunakan MAT. Matriks diuji
dengan sesuai dengan variasi yang telah ditetapkan. Katalis diletakkan pada MAT dan
umpan rantai karbon panjang diumpan kedalam unit MAT. Dengan menggunakan alat MAT
akan dapat diperkirakan yeald prodik yang diperoleh Diagram alir tahapan penelitian secara
umum disajikan pada Gambar 3.1.
Mulai

Penyediaan bahan baku dan persiapan alat

Prosedur Ko-presipitasi

Matriks variasi ke-n


tidak

Apaah semua variasi matriks


sudah dilakukan ?

ya

Karakterisasi luas permukaan, distribusi ukuran Penyediaan umpan hidrokarbon rantai panjang
pori, volume pori, matriks ke-n dengan BET ( C20-C40 )

Evaluasi kristalisasi matriks ke-n dengan XRD Penyiapan MAT

Evaluasi jumlah pusat asam dan tingkat Pengumpanan matriks ke MAT dengan rasio matriks
tidak keasaman dengan NH3-TPD dan umpan yang telah ditentukan

Pengoperasian unit MAT


tidak
Apakah semua variasi matriks
sudah dikarakterisasi ?
Injeksi produk ke GC

ya

Data karakterisasi
matriks

Apakah semua variasi matriks


sudah diuji ?

ya

Data aktivitas
matriks

Pengolahan data dan interpretasi data

selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian pembuatan matriks aktif


3.2. Peralatan Utama

Peralatan utama yang digunakan dalam percobaan ini adalah MAT ( merknya masih belum
tau). alat ini dioperasikan pada tekanan yang cukup tinggi. Alat MAT ini dilengkapi dengan
syringe pump, reactor purge, oil deliveri tube, bed termocouple, catalist bed, glass reactor,
water reservoir, dan gas collection reservoir. Skema unit MAT disajikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Skema alat MAT

3.3. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan pengembangan matriks aktif katalis
perengkahan disajikan pada Tabel 3.2.

Alat Bahan
Spatula Sumber alumina
Neraca massa Sumber silika
Cawan porselen Pelarut tertentu
Gelas ukur Larutan asam tertentu
Kertas saring Air demineralisasi
Furnace
Alu
Sieve mesh
3.4. Prosedur Kerja

Prosedur kerja percobaan pengembangan matriks aktif katalis perengkahan dibagi menjadi
empat prosedur utama yaitu prosedur sintesis matriks aktif, karakterisasi katalis, uji unjuk
kerja matriks, dan analisis hasil percobaan.

3.4.1 Sintesis Matriks aktif Silika-Alumina

Matriks aktif katalis perengkahan berbasis silika-alumina yang diteliti akan disintesis dengan
metode ko-presipitasi ( jika disetujui pembimbing). Proses pembuatan matriks aktif dimulai
dari menyiapkan X gram padatan aluminium klorida heksahidrat (AlCl3.6H2O) atau
alumunium sulfat . Selanjutnya, padatan ini ditambahkan ke dalam sejumlah tertentu air
demineralisasi dan dipanaskan serta diaduk hingga terbentuk larutan aluminium klorida
dengan konsentrasi tertentu. Larutan amonia 10% dan sejumlah tertentu larutan natrium
silikat kemudian disiapkan. Gelas kimia dengan ukuran 500 mL dengan pengaduk magnet
disiapkan dan diisi air demineralisasi sebanyak tertentu dan kemudian dipanaskan pada
temperatur 70°C. Larutan aluminium klorida dan larutan amonia dimasukkan ke dalam
syringe dan dicampurkan secara kontinu ke dalam gelas kimia selama satu jam. Nilai pH
larutan dijaga konstan pada rentang 7 – 8 dan temperatur dijaga sekitar 65°C. Sol alumina
yang terbentuk kemudian didiamkan selama 15 menit. Sebanyak tertentu larutan natrium
silikat dimasukkan ke dalam syringe dan ditambahkan ke gelas kimia berisi sol alumina
selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan nilai pH dijaga sebesar 8,0 dan
temperatur dijaga pada rentang 60 – 65°C selama 50 menit. Larutan koloidal yang terbentuk
kemudian disaring untuk mendapatkan padatan. Padatan yang terbentuk selanjutnya dicuci
dengan menggunakan air demineralisasi hingga beberapa kali. Kemudian padatan
dikeringkan pada temperatur 110°C selama 8 jam dan ditumbuk serta disaring hingga ukuran
60 mesh untuk mendapatkan silika alumina amorf. Untuk variasi penambahan fosfor (asam
fosforik) atau boron (asam borat) , maka setelah slurry dari campuran silika-alumina, maka
ditambahkan asam fosforik atau asam borat dan dilakukan pengadukan. Setalah dilakukan
pengadukan kurang lebih selama 30 menit, kemudian disaring dan dibilas dengan air demin.
Setelah itu dilakukan pengeringan pada temperatur 110oC selama 8 jam.

3.4.2 Karakterisasi Matriks Aktif Silika-Alumina

Karaktersasi matriks aktif mencakup sifat-sifat fisik katalis meliputi luas permukaan, ukuran
pori, volume pori, kristalinitas, dan keasaman yang tersintesis. Luas permukaan, ukuran pori,
dan volume pori katalis akan diuji dengan metode BET (Burnaere, Emmet, Teller). Pengujian
dengan metode BET dilaksanakan pada unit Surface Area andPore Size Analyzer dengan gas
nitrogen sebagai gas inert adsorbat. Karakterisasi struktur dan kristalinitas dilaksanakan
dengan metode XRD. Uji XRD dilaksanakan pada unit X-Ray Diffractometer. Untuk uji
keasaman dilakukan dengan menggunakan alat NH3-TPD (NH3-temperature programmed
desorption).

3.4.3 Uji Aktifitas Matriks Aktif Silika-Alumina

Kinerja matriks aktif diuji dengan micro activity test (MAT) mengacu pada ASTM D 5154 –
03 untuk menentukan konversi dan perolehan produk. Pada metode ini, matriks aktif
dikontakkan dengan umpan, yaitu vacuum gas oil (VGO), pada temperatur 516°C. WHSV
yang digunakan pada pengujian dengan MAT adalah 30 jam-1. Berikut ini adalah prosedur
pengujian kinerja matriks aktif dengan MAT. Langkah pertama adalah membersihkan kolom
MAT dengan mengalirkan aseton bersamaan dengan gas nitrogen melalui preheater.
Selanjutnya, air garam jenuh diisi hingga batas tertentu. Umpan disiapkan dengan
menggunakan syringe dan katalis dimasukkan ke dalam reaktor yang telah diisi dengan glass
wool. Setelah itu, reaktor yang telah berisi katalis dipasang di dalam furnace dan temperatur
dinaikkan secara berkala setiap 100oC hingga mencapai 516oC. Pada temperatur 400oC, gas
nitrogen dialirkan selama 30 menit ke dalam reaktor. Wadah produk cair dipasang di ujung
reaktor dan direndam di dalam es. Seluruh sambungan harus tertutup rapat sehingga tidak ada
kebocoran.

Ketika temperatur reaktor mencapai 516oC, umpan dialirkan ke dalam reaktor melalui
preheater dengan gas nitrogen dengan laju 30 mL/menit. Setelah 4 ± 0,25 menit, wadah air es
diganti dengan air bersuhu ruangan dan gas nitrogen terus dialirkan. Setelah 4 menit sejak
penggantian wadah air, aliran gas nitrogen dihentikan dan produk gas dapat diambil
menggunakan septum 1 mL, produk cair dapat diambil dan ditampung di dalam vial, dan
coke dapat diambil untuk kemudian dianalisa menggunakan metode gravimetri. Selanjutnya,
produk hasil reaksi perengkahan diuji dengan menggunakan gas
chromatography FID untuk menentukan komposisi produk yang dihasilkan.

3.4.4 Analisi Hasil Percobaan

Pengolahan data pada penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengolahan data
karakterisasi matriks aktif dan pengolahan data unjuk kerja matriks aktif.
3.4.4.1.Pengolahan Data Karakterisasi Katalis

Pengolahan data karakterisasi katalis meliputi penentuan luas permukaan, volume pori,
ukuran pori, dan komposisi fasa aktif dalam katalis. Penentuan luas permukaan katalis
dievaluasi dengan metode BET. Prinsip metode BET adalah adsorbsi gas inert pada
permukaan padatan pada temperatur tertentu. Gas adsorbat yang digunakan adalah N2.
Persamaan BET secara matematis tersaji pada persamaan (3.1).

𝑃 1 (𝑐−1)𝑃
=𝑉 + (3.1)
𝑉(𝑃𝑜 −𝑃) 𝑚𝑐 𝑉𝑚 𝐶𝑃𝑜

P merupakan tekanan parsial gas N2 yang diinjeksikan pada sistem. Po merupakan tekanan
uap jenuh gas N2 pada temperatur sistem adsorbsi. V merupakan volume gas N2 yang
teradsorpsi pada tekanan P. Vm merupakan volume gas total yang teradsorpsi pada kondisi
monolayer dan c merupakan konstanta yang terjabarkan melalui persamaan (3.2).

𝐸1 −𝐸𝐿
𝑐 = exp ( ) (3.2)
𝑅𝑇

E1 merupakan panas adsorpsi pada lapisan monolayer. EL merupakan panas adsorpsi pada
lapisan berikutnya. R merupakan konstanta gas ideal dan T merupakan temperatur operasi
yang diaplikasikan.

Nilai Vm (volume gas total adsorpsi lapis tunggal) dapat dievaluasi dengan mengalurkan
𝑃 𝑃 (𝐶−1) 1
pada berbagai 𝑃 . Gradien yang dihasilkan adalah dengan intercept𝑉 sehingga
𝑉(𝑃𝑜 −𝑃) 𝑜 𝑉𝑚 𝐶 𝑚𝐶

dengan 2 persamaan tersebut Vm dan c dapat teridentifikasi. Luas permukaan spesifik katalis
kemudian dapat dievaluasi dengan persamaan (3.3).

𝑚2 𝑉𝑚 ×𝑁𝐴 ×𝐴𝑚
𝐴[ 𝑔 ] = (3.3)
𝑊 × 𝑉𝑜

dengan NA adalah bilangan Avogadro, Am adalah luas penampang melintang atom adsorbat,
W adalah berat katalis, dan V0 adalah volume molar gas adsorbat.

Ukuran pori diidentifikasi dengan metode injeksi merkuri. Metode tersebut mengikuti
persamaan matematis Washburn, yaitu persamaan (3.4). Persamaan ini menghubungkan
aliran kapiler dalam suatu bundle silinder dari merkuri. Hubungan ukuran pori merupakan
fungsi dari sudut kontak dan tekanan yang diaplikasikan pada sistem.

−4𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑑= (3.4)
𝑃

d merupakan diameter pori (mm), P merupakan tekanan yang diaplikasikan dalam atm, θ
merupakan sudut kontak merkuri dengan padatan, dan γ merupakan tegangan permukaan dari
merkuri.

Sifat kristalinitas atau amorf dari katalis hasil sintesis dapat diuji dengan metode XRD/ X-Ray
Diffraction. Metode XRD mengalurkan hubungan intensitas terhadap sudut difraksi. Prinsip
dari metode ini adalah difraksi pantulan tembakan partikel sinar X dari permukaan katalis.
Metode XRD mengikuti hukum Bragg (persamaan (3.5)).

𝑛𝜆 = 2𝑑𝑖 sin 𝜃𝑖 (3.5)

3.4.4.2.Pengolahan Data Unjuk Kerja matriks aktif

Pengolahan data bertujuan untuk menganalisis unjuk kerja matriks aktif yang telah disintesis..
Interpretasi data yang akan diidentifikasi berupa konversi (X) dan selektivitas (S). Konversi
merupakan ukuran banyaknya reaktan VGO ( vaccum gas oil ) bereaksi membentuk produk
baik produk utama maupun produk samping. Konversi dihitung dengan persamaan (3.6).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


𝑋 = 1− (3.6)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

Selektivitas merupakan ukuran banyaknya jumlah produk utama dibandingkan dengan


seluruh produk hasil yang diperoleh di akhir reaksi hidrogenasi. Selektivitas dihitung dengan
persamaan (3.7).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎 ( 𝐶6−𝐶11)


𝑆 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 (3.7)

Komposisi produk keluaran reaktor diidentifikasi dengan proses gas kromatografi pada unit
GC.
3.5. Variasi Percobaan

Variasi percobaan yang akan dilakukan adalah variasi komposisi dari SiO2 pada rentang 70-
90%. Selain itu variasi yang diusulkan juga dengan penambahan (PEG) polietilen glikol
((Ishihara dkk., 2014), fosfor (Chaumonnot dkk., 2009), dan penambahan boron ((McGuire,
2015). Metode yang digunakan adalah metode ko-presipitasi. Berdasarkan variasi tersebut
makan akan tedapat minimal 15 jenis matriks aktif yang akan dikarakterisasi sifat fisiknya
dan dievaluasi unjuk kerjanya. Tabel 3.3 menjabarkan variasi percobaan yang akan
dilakukan.

Tabel 3.3 Tabel rancangan percobaan penelitian.


Metode sintesis katalis
% SiO2 Penambahan Penambahan
Kopresipitasi
fosfor 1% b boron 1 % b
75 % (1) (6) (11)
80 % (2) (7) (12)
85 % (3) (8) (13)
90 % (4) (9) (14)
95 % (5) (10) (15)
3.6. Jadwal Kerja

Penelitian “Pengembangan Matriks Aktif Komponen Katalis Perengkahan” akan


dilaksanakan selama 8 Bulan dari April 2018 hingga Desember 2018. Tabel 3.4 menjabarkan
susunan perencanaan penelitian dan deskripsi tugas dari Bulan April 2018 hingga Agustus
2018.

Tabel 3.3. Jadwal penelitian & deskripsi tugas dari April hingga Desember 2018.

Kegiatan 2017
April Mei Agustus September Oktober November
Persiapan
1. Penyediaan bahan
2. Penyediaan alat
3. Kalibrasi alat
Pelaksanaan
percobaan
1. Sintesis matriks
2. Karakterisasi katalis
3. Uji aktivasi katalis
Interpretasi dan
analisis
Penyusunan Laporan

US $335-355 / Metric (harga sodium silikat)


US $145.0-155.0 / Metric Tons ( harga alumunium slufat)
US $1-10 / Kilogram ( harga TEOS)
US $20-25 / Kilogram (harga TEOS)

Sodium AluminateAl2O3 35%Min


US $0.5-2 / Kilogram
US $1000-1200 / Ton (Sodium aluminate cas:1302-42-7 85.38%)
Chaumonnot, A.; Tihay, F.; Coupé, A.; Pega, S.; Boissière, C.; Grosso, D.; Sanchez, C., "New
Aluminosilicate Materials with Hierarchical Porosity Generated by Aerosol Process", Oil & Gas
Science and Technology - Revue de l'IFP 64 (2009), 681-696.
Ishihara, A.; Wakamatsu, T.; Nasu, H.; Hashimoto, T., "Preparation of amorphous silica-alumina
using polyethylene glycol and its role for matrix in catalytic cracking of n-dodecane", Applied
Catalysis A: General 478 (2014), 58-65.
McGuire, J. (2015). FCC catalyist Composition Containing Boron Oksida. B. Corporation. United
State. US 2015/0174560 A1.

Anda mungkin juga menyukai