Anda di halaman 1dari 62

UANG BANK DAN KEBIJAKAN MONETER

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro
yang diampu oleh Bapak Yana Rohmana, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:
Pendidikan Akuntansi A
Aam Amarulloh NIM 1706070
Abi Dzaar Al Ghifari NIM 1704243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
BAB 1 BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN .................................................. 1
A. Bank dan Lembaga Keuangan ........................................................................... 1
1. Bank dan Perbankan ..................................................................................... 1
2. Lembaga Keuangan ...................................................................................... 6
3. Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank ...................................... 9
4. Jasa dan Fungsi Perbankan ........................................................................... 10
B. Bank Sentral ....................................................................................................... 13
1. Definisi Bank Sentral ................................................................................... 13
2. Tujuan dan Tugas ......................................................................................... 13
3. Daftar Nama Bank Sentral di Sebagian Negara di Dunia ............................ 13
BAB II UANG DAN KEBIJAKAN MONETER ................................................. 16
A. Uang ................................................................................................................... 16
1. Definisi Uang ............................................................................................... 16
2. Sejarah Uang ................................................................................................ 18
3. Kriteria Uang ................................................................................................ 19
4. Fungsi Uang ................................................................................................. 20
5. Jenis dan Klasifikasi Uang ........................................................................... 23
6. Cara Mengenal Uang Rupiah Indonesia (IDR) ............................................ 24
7. Standard Kualitas Uang Rupiah ................................................................... 25
8. Teori Permintaan Uang ................................................................................. 26
9. Peranan Uang dalam Kebiijakan Moneter ................................................... 29
B. Kebijakan Moneter ............................................................................................. 31
1. Definisi dan Klasifikasi Kebijakan Moneter ................................................ 31
2. Kerangka Kebijakan Moneter ...................................................................... 32
3. Instrumen Kebijakan Moneter ...................................................................... 33
4. Operasi Moneter oleh Bank Indonesia ......................................................... 34
5. Instrumen Operasi Moneter .......................................................................... 35
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 39
A. Simpulan ............................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 40

i
BAB I
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

A. Bank dan Lembaga Keuangan


1. Bank dan Perbankan
a. Definisi Bank dan Perbankan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.
7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta ayat 2 dijelaskan bahwa,
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Hermansyah dalam buku yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya (2016: 2) ‘Bank adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara
teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga’. Sedangkan dalam kamus istilah hukum
Fockema Andreae mengatakan bahwa “Bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi
yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada
pihak ketiga”.
Adapaun pada ayat 1 dijelaskan tentang definisi perbankan, Perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

b. Fungsi Bank
Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
development,dan agent of service (Sigit Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2006):
1) Agent of Trust
Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial intermediary
yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau
kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau
debitur). Fungsi financial intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada unsur
kepercayan (trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila

1
2

dilandasi unsur kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan
menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur
kepercayaan juga.
2) Agent of Development
Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
perekonomian masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi
satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter
tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan
perekonomian masyarakat, seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan
konsumsi barang dan jasa
3) Agent of Services
Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkanbank seperti
transfer uang, inkaso, letter ofcredit, automated teller machine, money market, capital
market, dll. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat kaitannya dengan kelancaran
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

c. Jenis-Jenis Bank
1) Berdasarkan Fungsinya
a) Bank Umum
Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyatakan “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bank umum antara lain:
(1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan;
(2) memberikan kredit;
3

(3) menerbitkan surat pengakuan hutang;


(4) membeli, menjual, menjamin resiko sendiri maupun kepentingan dan atas perintah
nasabahnya; dan
(5) memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah.
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.

2) Berdasarkan Kepemilikannya
Menurut Kasmir (2008b:36-37) jenis-jenis bank berdasarkan kepemilikannya
dibedakan menjadi dua yaitu bank milik pemerintah dan bank milik swasta.
a) Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte
pendiriannya didirikan oleh pemerintah.
b) Bank Milik Swasta
Bank milik swasta adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte
pendiriannya didirikan oleh swasta.

3) Berdasarkan Status
Jenis-jenis bank berdasarkan statusnya dibedakan menjadi dua yaitu bank
devisa dan bank non devisa (2008 b:39-40).
a) Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan pelayanan lalu lintas
pembayaran dalam dan luar negeri dan sudah mendapat izin dari Bank Indonesia.

b) Bank Non Devisa


4

Bank non devisa adalah bank yang belum mendapat izin dari Bank Indonesia untuk
memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri seperti bank
devisa.

4) Berdasarkan Cara Menentukan Harga


Jenis-jenis bank berdasarkan cara menentukan harga dibedakan menjadi dua
yaitu bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah.
a) Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menetapkan bunga sebagai harga dan
mengenakan biaya dalam nominal atau persentase tertentu (fee base) dalam
mendapatkan keuntungan dan menentukan harga produk bank.
b) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah menggunakan aturan perjanjian menurut
hukum islam dalam pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).

d. Sumber Dana Bank


Menurut Lukman Dendawijaya (2003:53-58) sumber dana bank dibedakan
menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1) Dana Sendiri (Dana Pihak Pertama)
Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham atau pemilik
bank. Dana sendiri terdiri dari sebagai berikut.
a) Modal yang Disetor
Modal yang disetor yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang
saham pada waktu bank berdiri. Bank mencari tambahan modal untuk mencapai
5

ketentuan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) dengan cara melakukan


penjualan saham (go public).
b) Cadangan-Cadangan
Cadangan-cadangan adalah sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk
cadangan modal dan cadangan lainnya yang akan digunakan untuk menutup
timbulnya risiko dikemudian hari.
c) Laba yang Ditahan
Laba yang ditahan adalah bagian laba yang menjadi milik pemegang saham, akan
tetapi oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagi dan
dimasukkan kembali dalam modal bank.

2) Dana Pinjaman (Dana Pihak Kedua)


Dana pinjaman adalah dana yang berasal dari pihak luar yang terdiri dari
sebagai berikut.
a) Pinjaman Bank Lain (interbank call money)
Pinjaman dari bank lain adalah pinjaman yang berasal dari bank lain di dalam negeri
yang diminta bila ada kebutuhan dana mendesak yang diperlukan bank, misalnya
untuk menutup kewajiban kliring.
b) Pinjaman Bank atau Lembaga Keuangan Di Luar Negeri
Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan di luar negeri adalah pinjaman dalam
jangka menengah yang realisasinya harus melalui persetujuan BI yang bertindak
sebagai pengawas kredit luar negeri (PKLN).
c) Pinjaman Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pinjaman dari LKBB biasanya berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan
sebelum tanggal jatuh tempo.
d) Pinjaman Bank Indonesia
Pinjaman dari Bank Indonesia adalah pinjaman yang diberikan oleh Bank Indonesia
sesuai dengan syarat dan kewajiban yang berlaku.
6

3) Dana Masyarakat (Dana Pihak Ketiga)


Dana masyarakat adalah dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan
maupun badan usaha yang diperoleh bank dengan menggunakan instrument produk
simpanan yang dimiliki oleh bank. Dana masyarakat dihimpun dalam bentuk giro,
deposito, tabungan.
a) Giro (Demand Deposits)
Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan.
b) Deposito (Time Deposits)
Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
jangka waktu yang telah dijanjikan sebelumnya.
c) Tabungan (Savings)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang dikeluarkan oleh bank yang
penyetoran dan penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada masing-masing bank.

2. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan menurut Dahlan Siamat dalam buku yang berjudul Bank
dan Lembaga Keuangan Lainnya (2016: 2)

‘Lembaga keuangan adalah suatu badan usaha yang kekayaannya terutama


dalam bentuk asset keuangan (financial assets) atau tagihan tagihan (claim)
misalnya saham, obligasi, dibandingkan asset riil misalnya: geung , peralatan,
dan bahan baku’.

Sedangkan menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia


No. 792 tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, lembaga keuangan diberi batasan
sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan
7

dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi


perusahaan.
Negara yang aktivitas ekonominya tinggi maka peran lembaga keuangannya
pasti tinggi. Oleh karena itu lembaga keuangan yang berada di suatu negara harus selalu
berada dalam keadaan sehat, tidak hanya secara jangka pendek namu juga secara
jangka panjang. Menurut Hermansyah dalam buku yang berjudul Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya, mengatakan bahwa ada beberapa alasan pentingnya menjaga
kesehatan lembaga keuangan khususnya perbankan anatar lain:
a. keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat yang
menarik dana secara besar-besaran (bank runs) sehingga berpotensi merugikan
deposan dan kerditur bank;
b. penyebaran kerugian di antara bank-bank sangat cepat melalui contagion effect
sehingga berpotensi menimbulkan sistem problem;
c. proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah yang
tidak sedikit;
d. hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga
intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor perbankan
(financial distress); dan
e. ketidak stabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makro ekonomi,
khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter.
Masyarakat mengenal lembaga keuangan dalam dua bentuk yaitu bank dan
bukan bank. Kedua lembaga telah begitu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
sebagai pemecah solusi dari setiap masalah yang timbul. Untuk lebih jelasnya
bagaimana kegiatan antara bank dan non bank tersebut dapat kita lihat pada table di
bawah ini.
Lembaga Keuangan
Kegiatan
Bank Bukan Bank
 Secara langsung  Hanya secara tidak
Penghimpun Dana
berupa simpanan dana langsung dari
8

masyarakat (tabungan; masyarakat (terutama


giro; deposito), dan melalui kertas
 Secara tidak langsung berharga; dan bisa
dari masyarakat juga dari penyertaan,
(kertas berharga; pinjaman/ kredit dari
penyertaan; pinjaman lembaga lain).
atau kredit dari
lembaga lain).
 Untuk tujuan modal
 Terutama untuk tujuan
kerja, investasi,
investasi.
konsumsi.
 Terutama kepada
 Kepada badan usaha
Penyaluran Dana badan usaha .
dan individu.
 Terutama untuk
 Untuk jangka pendek,
jangka menengah dan
menengah, dan
panjang.
panjang.

Seacara praktis kedua lembaga keuangan ini sama-sama bertugas sebagai agent
of development. Artinya keputusan dan peran mereka bukan semata-mata untuk
mengejar profit saja, namun lebih dari itu yaitu sebagai pendorong pembangunan.
Berikut ini gambar yang menunjukkan pengelompokan lembaga keuangan
bank dan bukan bank secara keseluruhan.
9

Bank Sentral
Bank Umum
Konvensional
Bank Umum
Bank Umum
LKB
Syariah

BPR
Konvensional
BPR
BPR Syariah

Pasar Modal

Lembaga Keuangan Pasar


Uang+Valas

Leasing
LPIPSB
Moven

Factoring

LKBB
Reksadana

Asuransi

LKL Pegadaian

Dana Pensiun

3. Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank


Tidak dapat dipungkiri jika saat ini peran Bank dan lembaga Keuangan Bukan
Bank, begitu dirasakan manfaatnya. Masyarakat sebagai pengguna jasa mereka bisa
melihat jika seandainya bank dan lembaga keuangan non bank tidak bisa menjalankan
peran dan fungsinya dengan baik maka memungkinkan terjadi kepanikan, karena peran
mereka telah dianggap sangat sistematis dan urgen.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank menurut Budi Santoso dalam buku
yang berjudul Bank dan Lemabaga Keuangan Lainnya (2016: 6), mempunyai peran
yang penting dalam sistem keuangan yaitu:
10

a. Pengalihan Aset (asset transmutation)


Dalam hal ini bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai
pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers).
b. Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada
pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.
c. Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-
produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk-produk tersebut
masig-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
d. Efisiensi (efficiency)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan
jangkauan pelayanan.

Menurut Jamal Wiwoho dalam jurnalnya yang berjudul “Peran Lembaga Keuangan
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dalam Memberikan Distribusi Keadilan
Bagi Masyarakat” (2017) Lembaga keuangan baik bank maupun
lembaga keuangan bukan bank sebagai lembaga yang melakukan kegiatan-kegiatan di
bidang keuangan mempunyai peranan dalam memberikan distribusi keadilan dalam
masyarakat sehagai berikut: menghimpun dana masyarakat, menyalurkan dana
mayarakat, pengalihan asset (assets transmutation), likuiditas (liquidity), alokasi
pendapatan (income allocation), transaksi atau transaction.
Agar dapat diketahui lebih lanjut mengenai peran ini maka peneliti uraikan sebagai
berikut:
a. Menghimpun dana masyarakat
Lembaga keuangan bank dapat menghimpun dana dari masyarakat baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan
simpanan dana dari masyarakat baik berupa tabungan, giro, deposito dan secara tidak
langsung dari masyarakat misalnya dengan mengeluarkan surat atau kertas berharga,
11

penyertaan modal, pinjaman atau kredit lembaga keuangana lain. Sedangkan pada
lembaga keuangan bukan bank penghimpunan dana
masyarakat hanya dapat dilakukan secara tidak langsung, terutama melalui kertas atau
surat berharga dan juga dengan melakukan penyertaan, pinjaman atau kredit dari
lembaga lain.
b. Menyalurkan dana masyarakat
Lembaga keuangan bank dapat menyalurkan dana kepada masyarakat untuk
mendapat kandistribusi keadilan dengan tujuan memberikan modal kerja, investasi dan
konsumsi baik kepada kepala badan usaha yang biasa digunakan sebagai sarana untuk
mencari keuntungan (firma, persekutuan komanditer, perseroan terbatas, perusahaan
negara, perusahaan daerah, maupun koperasi) maupun kepada para individu-individu
dalam masyarakat baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Sedangkan
peran lembaga keuangan bukan bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam mendapatkan distribusi keadilan dalam masyarakat dapat dilakukan dengan
menyalurkan dana terutama untuk tujuan investasi, yang terutama dilakukan oleh
badan usaha untuk jangka menengah dan jangka panjang.
c. Pengalihan Aset (Asset Transfer )
Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk “janji-janji untuk membayar”
atau dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang
diatur sesuai dengan kebutuhan peminjam. Dana pembiayaan asset tersebut diperoleh
dari tabungan masyarakat. Dengan demikian lembaga keuangan sebenarnya hanyalah
mengalihkan atau memindahkan kewajiban peminjam menjadi suatu aset dengan suatu
jangka waktu jatuh tempo sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan kewajiban
menjadi suatu aset disebut transmutasi kekayaan atau assettransimutation.
d. Likuiditas (liquidity)
Likuiditas berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh uang tunai pada
saat dibutuhkan.Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga
terutama dimaksudkan untuk tujuan likuiditas. Sekuritas sekunder seperti tabungan,
deposito, sertifikat deposito yang diterbitkan bank umum memberikan tingkat
keamanan dan likuiditas yang tinggi, di samping tambahan pendapatan.
12

e. Realokasi Pendapatan (income reallocation)


Dalam kenyataannya di masyarakat banyak individu memiliki penghasilan
yang memadai dan menyadari bahwa di masa datang mereka akan pensiun sehingga
pendapatannya jelas akan berkurang. Untuk menghadapi masa yang akan datang
tersebut mereka menyisihkan atau mengalokasikan pendapatannya untuk persiapan
dimasa yang akan datang. Untuk melakukan hal tersebut pada prinsipnya mereka dapat
saja membeli atau menyimpan barang rnisalnya : tanah, rumah dan sebagainya, namun
pemilikan sekuritas sekunder yang dikeluarkan lembaga keuangan, misalnya program
tabungan, deposito, program pensiun, polis asuransi atau saham-saham adalah jauh
lebih baik jika dibandingkan dengan alternative pertama.
f. Transaksi (transaction)
Sekuritas sekunder yang diterbitkan olehlembaga intermediasi keuangan misalnya
rekening giro, tabungan, (deposito dan sebagainya, merupakan bagian dan sistem
pembayaran. Giro atau rekening tabungan tertentu yang ditawarkan bank pada
prinsipnya dapat berfungsi sebagai dana. Produk-produk tabungan tersebut dibeli
olehrumah tangga dan unit usaha untuk mempermudah mereka melakukan penukaran
barang dan jasa. Dalam hal tertentu, unit ekonomi membeli sekuritas sekunder
(misalnya giro) untuk mempermudah penyelesaian transaksi keuangannya sehari-hari.
Dengan demikian lembaga keuangan berperan sebagai lembaga perantara keuangan
yang menyediakan jasa-jasa untuk mempermudah transaksi moneter.
Disamping itu peran lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan
bukan bank yang sangat penting dalam memberikan distribusi
keadilan kepada masyarakat, antara lain :
a. Berkaitan dengan peranan lembaga keuangan dalam mekamisme pembayaran
antar pelaku ekonomi sebagai akibat transaksi yang mereka lakukan (transmission
role).
Misalnya : Lembaga keuangan (dalam hal iniBank Sentral) mencetak uang rupiah
sebagai alat pembayaran yang sah dimaksudkan untuk memudahkan transaksi diantara
masyarakat dan dalam perekonomian makro; dan lembaga keuangan (dalam hal ini
13

bank umum) menerbitkan cek dimaksudkan untuk memudahkan transaksi yang


dilakukan nasabahnya.
b. Berkaitan dengan pemberian fasilitas mengenaialiran dana dari pihak yang
kelebihan dana kepihak yang membutuhkan dana (intermeditionrole).
Misalnya; lembaga keuangan dapat sebagai broker, pialang atau dealer dalam berbagai
aktiva yang berperan untuk meningkatkan efisiensi diantara kedua pihak dan dalam
lembaga keuangan membantu menyalurkan dana dari sektor rumah tangga.
c. Berkaitan dengan peranan lembaga keuangan dalam mengurangi
kemungkinan resiko yang ditanggung pemilik dana penabung.

Lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank dalam sistem keuangan
negara memiliki peran pokok, yaitu:
a. Peran tabungan (savings function)
Sistem keuangan menyediakan suatu mekanisme dan instrumen tabungan,
misalnya: obligasi, saham dan instrumen lain yang diperjualbelikan di pasar uang dan
pasar modal yang dapat memberikan pendapatan bagi pemiliknya. Dana dari
kepemilikan instrumen-instrumen tersebut pada akhirnya dapat dipergunakan kembali
untuk melakukan investasi dalam produksi barang dan jasa yang pada akhirnya dapat
memacu kegiatan perekonomian lebih baik lagi.
b. Peran kekayaan (wealth function)
Suatu sistem keuangan menyediakan instrument keuangan yang dapat
menyimpan dana yang berlebih dari masyarakat dalam bentuk obligasi, saham, surat
utang negara, dan instrumen lain, dimana nilai instrumen-instrumen ini tidak akan
berkurang malah akan memberikan pendapatan yang tidak sedikit bagi pemiliknya.
Bandingkan apabila uang yang dimiliki dipergunakan untuk membeli barang
bergerak sebagai pilihan dalam menyimpan harta, nilai barang bergerak tersebut akan
berkurang dari waktu ke waktu akibat mengalami penyusutan.
c. Peran likuiditas (liquidity function)
Kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan dapat dikonversi
menjadi kas atau uang tunai dengan cepat dan resiko yang kecil, apabila sang pemilik
14

instrument membutuhkan uang tunai. Uang yang disimpan di bank dapat mengalami
penurunan nilai akibat terjadinya inflasi, dan juga hasil yang diberikan dari tabungan
dana di bank relatif kecil bila dibandingkan dengan instrumen keuangan dipasar-pasar
keuangan.
d. Peran Kredit (credit function)
Pasar keuangan disamping menyediakan likuiditas dan memfasilitasi arus
dana tabungan, juga menyediakan fasilitas kredit untuk membiayai kebutuhan
konsumsi dan investasi. Konsumen membutuhkan kredit untuk membeli barang-
barang, misalnya rumah dan mobil. Sedangkan sektor usaha membutuhkan kredit
untuk membiayai produksi dan investasi yang dilakukan.
e. Pembayaran (payment function)
Sistem keuangan juga menyediakan instrument untuk melakukan mekanisme
pembayaran atas transaksi barang dan jasa. Instrumen yang biasa digunakan antara
lain: cek, giro, kartu kredit dan kartu debit. Jasa-jasa yang ditawarkan oleh pihak bank
dewasa ini sangat bervariasi dalam hal jasa pembayaran, misalnya: kliring, transfer
elektronik, phone banking, dan banyak lagi. Mekanisme pembayaran atau transfer
secara online menjadi suatu trend baru yang dilakukan oleh pihak perbankan, dan juga
dapat menjadi suatu alternatif bagi perbankan dalam memperoleh pendapatan dan
meningkatkan fee base income mereka.

4. Jasa dan Fungsi Perbankan


Publik sudah mengenal jasa perbankan sebagai tempat untuk mempertemukan
mereka yang surplus finansial dan defisit finansial, namun sebenarnya ada banyak jasa
lain yang diberikan oleh bank yang belum diketahui oleh publik. Jasa perbankan
lainnya antara lain meliputi:
 Jasa Pemindahan Uang (Transfer)
 Jasa Penagihan (Inkaso)
 Jasa Kliring (Clearing)
 Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas)
 Jasa Safe Deposit Box
15

 Traveller’s Cheques
 Bank Card
 Bank Draft
 Letter of Credit (L/C)
 Bank Garansi dan Referensi Bank
 Serta jasa bank lainnya.
Secara realitas pemberian jasa setiap perbankan bisa berbeda-beda. Perbedaan
tersebut sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bank tersebut, artinya semakin besar
bank tersebut maka semakin besar atau beragam pelayanan jasa yang diberikan.
Misalnya kategori bank devisa dan non devisa, tentunya jasa bank devisa jauh lebih
besar ruang lingkup aktivitas dengan begitu fasilitas pelayanan yang mampu diberikan
juga lebih besar. Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 UU
Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin
fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of
fund) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds).
Dari beberapa jasa perbankan yang sudah disebutkan sebelumnya ada beberapa
jenis jasa perbankan yang perlu dijelaskan agar ada kejelasan yang lebih dalam, yaitu:
a. Jasa Kliring (Clearing)
Kliring adalah tata cara penghitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat
dagang dan surat-surat berharga antara bank-bank peserta kliring dengan maksud agar
perhitungan utang piutang itu terselenggara dengan mudah, cepat dan aman.
Pelaksanaan perhitungan tersebut diatur oleh suatu lembaga yang berada di bawah bank
Indonesia yaitu disebut Lembaga Kliring.
b. Jasa Safe Deposit Box
Jasa Safe Deposit Box merupakan suatu jasa yang diberikan oleh suatu lembaga
perbankan untuk menyimpan sesuatu benda atau barang-barang yang dianggap
berharga. Dimana ukuran kotak yang disediakan ada yang kecil, sedang, dan besar.
Kerahasiaan Safe Deposit Box sangat dijaga, artinya bank sendiri tidak boleh
memeriksa isi dari barang yang disimpan, namun boleh diperiksa jika ada suatu
16

pengusutan karena faktor surat perintah pemeriksaan dari pengadilan. Barang-barang


yang diizinkan untuk disimpan dalam kotak pengaman adalah terbatas pada barang-
barang sebagai berikut:
1) mata uang, barang-barang berharga, logam mulia;
2) kertas berharga, sertifikat atau dokumen penting lainnya; dan
3) barang-barang lain yang disetujui oleh bank secara tertulis.
c. Traveller’s Cheques
Traveller’s cheques adalah alat pembayaran semacam cek, diciptakan untuk
orang bepergian dan dapat diuangkan pada kantor-kantor bank yang mengeluarkannya
atau pada pihak-pihak yang ditunjuk. Cek bepergian dikeluarkan dalam pecahan
tertentu.
d. Bank Draft
Bank draft (wesel bank) adalah cek yang ditarik oleh suatu bank atas dananya
yang disimpan pada bank lain. Adapun yang dimaksud dengan draft menurut
Aliminsyah dalam buku yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2016:
10) adalah,

‘Perintah tertulis tanpa syarat dari seseorang yang ditunjukkan kepada pihak
lain, untuk melakukan pembayaran sejumlah uang sewaktu diperlihatkan, atau
pada waktu yang ditentukan, atau beberapa waktu setelah tanggal
diterbitkannya perintah-perintah tersebut’.

e. Letter of Credit (L/C)


Letter of credit (L/C) merupakan salah satu jasa bank yang diberikan kepada
masyarakat untuk memperlancar arus barang (ekspor-impor) termasuk barang dalam
negeri (antar pulau). Kegunaan dari letter of credit adalah untuk menampung dan
menyelesaikan kesulita-kesulitan dari pihak pembeli (importir) maupun penjual
(eksportir) dalam transaksi dagangnya.
17

B. Bank Sentral
1. Definisi Bank Sentral
Menururt KBBI bank sentral adalah bank yang tugas pokoknya membantu
pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai mata uang
Negara, serta mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas
kesempatan kerja. Bank sentral di Indonesia yaitu Bank Indonesia (BI).

2. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia


Dalam UU-BI secara tegas dinyatakan dalam pasal 7 bahwa tujuan Bank
Indonsia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dimaksud
adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari
perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang Negara lain yang
tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara lain.
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
utama tugas bank Indonesia yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi
bank.

3. Daftar Nama Bank Sentral Sebagian Negara di Dunia

Suku
Nama Negara
Buga
Da Afghanistan Bank (DAB) 15,00% Afghanistan
South African Reserve Bank (SARB) 6,50% Afrika Selatan
Bank of Albania (BoA) 1,25% Albania
Bank of Algeria 4% Algeria
Federal Reserve (FED) 1,75% Amerika Serikat
Central Bank of Angola (BNA) 18,0% Angola
Bank of the Netherlands Antilles 0% Antillen Belanda
18

Suku
Nama Negara
Buga
Saudi Arabian Monetary Agency
2,25% Arab Saudi
(SAMA)
Central Bank of Argentina (BCRA) 27,25% Argentina

Nama Suku Buga Negara


Central Bank of Aruba (CBA) 3% Aruba
Reserve Bank of Australia (RBA) 1,50% Australia
National Bank of Austria (OeNB) 0,0% Austria
Central Bank of Azerbaijan (NBA) 13,00% Azerbaijan
Central Bank of The Bahamas 4,5% Bahamas
Central Bank of Bahrain (CBB) 0,5% Bahrain
Bangladesh Bank 6,75% Bangladesh
Central Bank of Barbados (CBB) 3% Barbados
Netherlands Bank (DNB) 0,0% Belanda
National Bank of the Republic of Belarus 10,5% Belarus

Suku
Nama Negara
Buga
National Bank of Belguim (NBB) 0,0% Belgia
Central Bank of Belize 0% Belize
Bermuda Monetary Authority (BMA) 0% Bermuda
Royal Monetary Authority of Bhutan
0% Bhutan
(RMA)
Central Bank of Bolivia (BCB) 0,86% Bolivia
Central Bank of Bosnia and Herzegovina
0% Bosnia-Herzegovina
(CBBH)
Bank of Botswana (BoB) 5,00% Botswana
Central Bank of Brazil (BCB) 6,50% Brazil
Brunei Currency and Monetary Board
0% Brunei Darussalam
(BCMB)
Bulgarian National Bank (BNB) 0,01% Bulgaria
19

Nama Suku Buga Negara


Bank of the Republic of Burundi (BRB) 0% Burundi
Bank of Cape Verde 3,50% Cape Verde
Central Bank of Chile 2,50% Chile
People's Bank of China (PBOC) 4,35% China
Danmarks Nationalbank 0,05% Denmark
Central Bank of Djibouti 0% Djibouti
Central Bank of Ecuador (BCE) 0% Ekuador
Central Reserve Bank of El Salvador 0% El Salvador
Bank of Eritrea 0% Eritrea
Bank of Estonia 0,00% Estonia
BAB II
UANG DAN KEBIJAKAN MONETER

A. Uang
1. Definisi Uang
Uang adalah satuan nilai yang dijadikan sebagai alat transaksi dalam setiap
pembayaran di masyarakat, dimana pada uang tersebut tercantum nilai nominal,
penerbit serta ketentuan lainnya.
Menurut Prathaman Prahardja dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain
(2017:4) dikatakan uang adalah:
a. Segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayaran barang barang
(Robertson)
b. Segala sesuatu yang diterima umum untuk membayar utang (R.S. Sayers)
c. Segala sesuatu yang diterima umum untuk dapat digunakan sebagai alat penukar
(A.C. Pigou)
d. Kekayaan dengan mana pemiliknya dapat melunaskan utangnya dalam jumlah yang
tertentu pada waktu itu juga (Albert Gailort Hart)
Dari definisi uang diatas dapat dikatakan yang dimaksud dengan uang
sesunggguhnya adalah sesuatu yang harus diterima oleh umum. Secara fungsional
maka definisi uang diatas menunjukan fungsi fungsi tertentu dari uang apakah itu
sebagai alat utang, alat pembayaran, dan alat satuan hitung serta penyimpan nilai.
Dalam perkembangan yang begitu pesat pada era sekarang ini uang bukan
hanya dilihat sebagai alat transaksi namun sudah lebih dari pada itu, yaitu:
a. Sebagai kekayaan dan status. Mereka yang memiliki jumlah uang yang banyak akan
menggambarkan kemakmuran finansial yang lebih tinggi. Contohnya menerima gaji
per bulan dalam jumlah yang tinggi dan memiliki deposito dan tabungan di bank
dalam jumlah yang banyak.
b. Sebagai alat pengumpul kekayaan. Uang saat ini dipakai untuk membeli berbagai
kebutuhan dan keperluan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Contohnya
membeli rumah, tanah, mobil, gedung, pesawat, kapal laut dan sebagainya.

16
c. Sebagai media untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Contohnya untuk
membayar utang, membayar tambahan pekerjaan (kerja lembur), dan lain
sebagainya.
d. Sebagai barang. Pemahaman uang dilihat sebagai barang telah mulai dikenal secara
umum dalam masyarakat sejak pasca Perang Dunia II, yaitu dimana negara Amerika
Serikat telah menerbitkan mata uang dollarnya dan dipakai oleh banyak pebisnis di
seluruh dunia sebagai ukuran dalam menghitung nilai suatu transaksi produk, karena
hamper setiap negara telah menjadikan dollar sebagai ukuran perbandingan kurs
nilai mata uangnya sehingga peredaran mata uang dollar bukan hanya di Amerika
Serikat tapi sudah seluruh dunia, lebih jauh lagi dollar sudah dianggap sebagai
barang yang diperjualbelikan untuk mengambil keuntungan dari selisih nilai jual.
Contohnya dimisalkan pada tanggal 1 Oktober 2009 $1= Rp 9.500,00 kemudian
pada tanggal 17 Oktober 2009 $1= Rp 9.725,00. Maka kita dapat menghitung
dengan menerapkan formula secara sederhana yaitu:

Π Rp = Rp t-1 – Rp t

Keterangan:
Π Rp = Selisih keuntungan dalam bentuk rupiah per dolar Amerika
Rp t-1 = Nilai rupiah per satu dolarnya pada waktu lalu
Rp t = Nilai rupiah per satu dolarnya pada waktu sekarang
Penyelesaian:
Π Rp = Rp t-1 – Rp t
= Rp 9.500,00 – Rp 9.725,00
= Rp 225,00
Maka selisih keuntungan dalam bentuk rupiah per dolarnya adalah Rp 225,00, dan
jika seseorang membeli sebanyak $15.000 maka jumlah keuntungan dengan kondisi
yang seperti di atas adalah menjadi $15.000 x Rp 225,00 = Rp 3.375.000,00.
Keuntungan ini diperoleh hanya dalam waktu 15 hari. Tentu kondisi keuntungan ini

39
sangat tergantung pada naik dan turunnya nilai kurs dollar dibandingkan rupiah di
pasaran.

2. Sejarah Uang
Sejarah adalah rangkaian dari berbagai perubahan yang teah terjadi. Maka uang
juga mempunyai sejarahnya sebelum bentuk uang itu kita peroleh seperti saat ini. Ada
beberapa benda yang pernah dijadikan sebagai alat pembayaran dalam setiap transaksi
yang pernah berlaku di dunia ini yaitu dapat dilihat pada table.

Tabel 2: Beberapa Benda yang Pernah dan Berlaku Sebagai Uang


 Tanah liat  Babi  Wol  Porselen  Besi
 Kulit sapi  Kuda  Garam  Batu  Perunggu
 Manik-  Biri-biri  Anggur  Besi  Nikel
manik  Kambing  Bir  Tembaga  Kertas
 Kulit  Budak  Pisau  Kuningan  Kulit
penyu  Beras  Cangkul  Perak  Kartu main
 Gigi  Teh  Pot  Emas  Utang orang
lumba-  Tembakau  Perahu  Electrum  Utang bank
lumba  Ternak  Timah  Utang
 Gigi ikan pemerintah
paus
 Taring babi
 Kulit
kepala
 Burung
pelatuk

Sumber: Stephen M. Goldfeld dan Lester V. Chandler, (1988:12), Ekonomi Uang dan Bank, PT
Bina Aksara, Jakarta. (terjemahan).

40
Pada table di atas dapat kita lihat bahwa ada 45 buah jenis benda yang pernah
dan berlaku sebagai uang mulai dari tanah liat sampai utang pemerintah. Bermacam-
macam model ini pada saat digunakan untuk transaksi bisa menimbulkan analisis harga
yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada saat sistem barter terjadi dan orang
membutuhkan barang yang akan dimiliki menyebabkan timbulnya tawar-menawar
karena menyangkut dari segi kualitas masing-masing barang tersebut, contohnya saat
seseorang memiliki sekarung beras dan ingin menukarnya dengan sekendi anggur
maka di sini akan menimbulkan analisis yang menyangkut kualitas beras yang dimiliki
apakah termasuk kategori baik, sedang atau rendah, dan begitu pula sebaliknya pada
minuman anggur tersebut. Sehingga hal seperti ini menyebabkan proses transaksi yang
terjadi sangat rumit dan tidak ada aturan yang pasti.

3. Kriteria Uang
Dalam berbagai literatur moneter perbankan terdapat suatu pemahaman bahwa
syarat-syarat yang haru dipenuhi sebagi uang adalah sebagai berikut:
a. Acceptability (disukai oleh umum)
Artinya uang harus diterima secara umum oleh masyarakat serta penggunaannya
sebagai alat penukar, penyimpan kekayaan dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu
kewajaran karena jika uang tidak diterima secara umum oleh komunitas masyarakat
maka yang dikatakan uang tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat pertukaran
dan alat pembayaran yang sah.
b. Stability of Value (mempunyai nilai yang stabil)
Artinya nilai dari sesuatu yang dijadikan uang nilainya harus stabil. Stabil tidak
berarti nialainya tetap, tetapi berfluktuasi dengan nilai yang tidak terlalu tajam. Nilai
uang boleh saja berubah, namun fluktuasi perubahannya kecil.
c. Elasticity of Supply
Artinya persediaan uang dalam perekonomian harus berada dalam jumlah yang
cukup untuk menjamin proses tukar menukar. Jumlah uang yang beredar haruslah
mencukupi kebutuhan perekonomian (dunia usaha). Persediaan uang yang tidak
cukup akan menyebabkan perdagangan macet dan pertukaran kembali seperti pada

41
perekonomian barter. Oleh karena itu, bank sentral sebagai badan tunggal yang
menciptakan uang haruslah mampu melihat perkembangan perekonomian yang
selanjutnya mampu untuk menyediakan uang secara cukup bagi perekonomian
tersebut. Dan sebaliknya, bank sentral harus pula bertindak cepat seandainya dirasa
uang yang beredar terlalu bnayak dibandingkan dengan kegiatan perekonomian,
dalam hal ini jumlah uang yang beredar harus dikurangi.
d. Portability (mudah diangkut)
Karena uang diapakai sebagai alat pembayaran dan alat pertukaran maka dalam
setiap transaksi ekonomi yang modern orang selalu menggunakan uang. Oleh
karena itu uang haruslah mudah dibawa kemana-mana dengan jumlah fisik yang
kecil, tetapi nilai nominalnya besar.
e. Durability (tidak mudah rusak)
Uang yang dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia adalah uang kartal yang
terdiri dari uang logam dan uang kertas. Karena sifatnya sebagai uang kartal maka
jenis uang ini selalu digunakan dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan beredar
dari tangan ke tangan masyarakat setiap hari. Oleh karena peredarannya itu maka
nilai fisik dari uang harus tetap dijaga agar tidak lekas rusak, sehingga harga uang
itu sendiri tidak turun.
f. Divisibility (mudah dibagi-bagi)
Yang dimaksudkan dengan kriteria uang ini adalah uang harus dicetak dan
diedarkan oleh Bank Indonesia, harus meliputi semua satuan baik yang kecil
maupun yang besar sehingga mempermudah pertukaran.

4. Fungsi Uang
Fungsi uang dibedakan ke dalam dua bagian yaitu fungsi utama uang (primary
function of money) dan fungsi turunan uang (derivative function of money). Fungsi
utama uang mencakup fungsi uang sebagai alat kesatuan hitung dan alat pertukaran,
sedangkan fungsi turunan uang mencakup fungsi uang sebagai alat penyimpan
kekayaan dan standard pembayaran masa depan.
a. Perubahan fungsi uang

42
Fungsi uang sebagai medium of exchange dapat digunakan dan diterima sebagai
alat pembayaran. Sebelum ditemukannya koin, komoditi seperti hewan ternak
berfungsi sebagai uang, begitu juga dengan logam seperti emas dan perak yang
digunakan pada masa lampau. Koin Eropa yang dikenal pada saat ini sebenarnya
berasal dari Bizantium dan negara Muslim yang diperkirakan ditemukan pada abad ke-
17. Pada masa Islam, Abdul Malik bin Marwan (65-86H/865-705M), seorang khalifah
dari Dinasti Umayyah, mengganti koin emas (dinar) Bizantium dan perak (dirham)
Persia dengan koin Islam yang bernilai sama dengan unit of account (Karim, 2007: 83).
Untuk itu, jika dirunut dari sejarahnya, terdapat 3 (tiga) tahap perkembangan fungsi
uang, sebagaimana diungkapkan oleh Karim (2007: 84- 86), yaitu: commodity money,
token money dan deposit money.
a. Commodity of Money
Commodity of money (uang komoditas) adalah alat tukar yang memiliki nilai
komoditas apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang. Namun, tidak semua
barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga hal penting, yaitu:
1) kelangkaan (scarcity), yaitu ketersediaan barang itu harus terbatas;
2) daya tahan (durability), yaitu barang tersebut harus tahan lama;
3) nilai tinggi, artinya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi sehingga tidak
memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dari uraian tentang kualitas di atas, jelas bahwa logam (emas dan perak)
sebagai medium of exchange di masa lalu, memenuhi persyaratan di atas. Namun
seiring dengan semakin meningkatnya volume dan kompleksitas dari pertukaran
tersebut, maka logam (emas dan perak) tersebut menjadi tidak memuaskan
(inconvinient). Perkembangan perdagangan dan skala bisnis yang semakin tinggi
melebihi kemampuan uang sebagai bentuk yang efisien untuk transaksi keuangan yang
besar, maka akan digunakan bentuk lain dari uang.
b. Token Money (uang kertas/tanda)
Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa
pihak yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan
perak, yaitu bank dan goldsmith (orang yang meminjamkan uang). Berdasarkan hal itu,

43
bank dan goldsmith mengeluarkan tanda terima (receipt) atau uang kertas, yang
kemudian menjadi medium of exchange. Dengan demikian, tanda terima (receipt)
untuk deposit atau bank notes yang selanjutnya disebut token money (uang kertas)
menggantikan commodity money. Karena stabilitas nilai uang adalah tanggung jawab
pemerintah, maka pencetakan uang dimonopoli oleh pemerintah dan masyarakat
dilarang untuk mencetak dan mengedrakan uang palsu.
c. Deposit Money (uang giral)
Semakin pesatnya pertumbuhan industri dalam rangka memenuhi kebutuhan
yang semakin meningkat, mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan uang dalam
jumlah besar, misalnya untuk keperluan pembangunan pabrik, pembelian mesin,
pembelian bahan baku dalam jumlah besar dan transaksi antar negara dalam jumlah
besar. Untuk itu, diperlukan perubahan di bidang keuangan, terutama cara pembayaran,
melalui penggunaan cheque. Inilah yang selanjutnya muncul uang giral yaitu uang
yang dikeluarkan oleh bankbank komersial melalui pengeluaran cheque. Namun
demikian, menurut Irving Fisher, cheque bukan uang, tetapi hanya merupakan order
tertulis (written order) untuk mentransfer uang. Uraian di atas dapat digambarkan
dalam bagan berikut;

44
Sumber: Karim, 2007
Bentuk Uang
5. Jenis dan Klasifikasi Uang
a. Berdasarkan Material
Dilihat dari bahan yang digunakan untuk membuat uang, maka uang dikelompokan
menjadi uang logam dan uang kertas.
b. Berdasarkan Nilainya
Berdasarkan nilai dari uang maka uang dapat dikelompokan menjadi beberapa
bagian atau kelompok antara lain uang bernilai penuh (full bodied money), dan uang
yang bernilai tidak penuh (refresentative full bodied money). Uang yang bernilai
penuh adalah uang yang nilai bahan atau nilai intrinsik dari uang sama dengan nilai
nominal atau angka yang tertera dalam uang yang bersangkutan. Sedangkan uang
yang bernilai tidak penuh (representative full bodied money) adalah uang yang nilai
intrinsik tidak sama dengan nilai nominal dari uang tersebut. Contohnya uang logam
dengan pecahan Rp 25,00 nilai bahan bakunya lebih besar dari nilai nominalnya.
c. Berdasarkan Lembaga yang Menciptakan

45
Berdasarkan lembaga atau institusi yang menciptakan uang maka uang dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1) Uang Kartal
Uang yang dicetak dan diedarkan oleh bank sentral atau Bank Indonesia. Untuk
Indonesia yang dimaksudkan dengan uang kartal adalah mata uang rupiah dalam
berbagai satuan dimana yang paling besar adalah Rp 100.000,00; Rp 50.000,00; Rp
20.000,00; Rp 10.000,00; Rp 5.000,00; dan Rp 1.000,00. Untuk jenis logam satuan
yang paling besar adalah Rp 1.000,00; Rp 500,00; Rp 200,00; Rp 100,00; Rp 50,00
dan Rp 25,00.
2) Uang Giral
Yaitu rekening giro masyarakat yang ada di bank-bank umum, dimana untuk
penarikan dana-dana giro tersebut digunakan bilyet giro dengan cek.
d. Berdasarkan Wilayah Berlakunya Uang
Dilihat dari aspek kewilayahan maka uang dapat dikelompokan menjadi uang
domestik dan uang internasional.
1) Uang Domestik
Uang domestik adalah mata uang atau uang yang hanya bisa dipakai untuk
kepentingan pembayaran dan pertukaran di dalam suatu negara saja.
2) Uang internasional
Uang internasional adalah uang atau mata uang yang dapat dipakai untuk
kepentingan pembayaran dan pertukaran di negara lain selain di negara asal uang
tersebut. Sebagai contoh Dollar Amerika Serikat (USD), Yen Jepang (JPY), Pound
Sterling Inggris (GBP), French Perancis (FRF), Dollar Canada (CAD), Dollar
Australia (AUD) dan lain sebagainya.

6. Cara Mengenal Uang Rupiah Indonesia (IDR)


Mata uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah. Dalam pasal 11 UU No. 7 tahun 2011
tentang Mata Uang memberikan mandat bagi Bank Indonesia menjadi satu-satunya
lembaga yang berwenang melakukan pengeluaran, pengedaran dan atau pencabutan

46
Rupiah. Untuk menjaga kualiatas Rupiah yang beredar di masyarakat Bank Indonesia
menerapkan kebijakan untuk mengganti Rupiah yang tidak layak edar (TLE) dengan
Rupiah yang layak edar (LE).
Dalam pasal 1 ayat 5 UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang disebutkan
bahwa ciri Rupiah adalah tanda tertentu pada setiap Rupiah yang ditetapkan dengan
tujuan untuk menunjukan identitas, membedakan harga atau nilai nominal, dan
mengamankan Rupiah tersebut dari upaya pemalsuan. Secara umum ciri-ciri keaslian
Rupiah adalah sebagai berikut:
a. Tanda Air (watermark) dan Electrotype
Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang akan terlihat apabila
diterawang ke arah cahaya.
b. Benang Pengaman (security thread)
Ditanam atau dianyam pada bahan kertas uang sehingga tampak sebagai garis
melintang dari atas ke bawah.

c. Cetak Dalam/ Intaglio


Cetakan yang terasa kasar apabila diraba.
d. Gambar saling isi (rectoverso)
Pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada bagian muka dan
belakang berada tepat dan saling mengisi jika diterawang ke arah cahaya.
e. Tinta Berubah Warna (Optically Variable Ink)
Hasil cetak tinta khsusus yang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut
pandang yang berbeda.
f. Tulisan Mikro (Microtext)
Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan menggunakan kaca
pembesar.
g. Cetakan Tidak Kasat Mata (Invisible Ink)
Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di bawah sinar ultraviolet.
h. Gambar Tersembunyi (Latent Image)

47
Hasil cetak berupa gambar atau tulisan tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut
pandang tertentu.

7. Standar Kualitas Uang Rupiah


a. Rupiah Layak Edar
Rupiah asli yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar
kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Rupiah Tidak Layak Edar
Adalah rupiah asli yang tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan
standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu rupiah lusuh, rupiah
cacat, rupiah rusak dan rupiah yang telah dicabut dari peredaran.
c. Rupiah Lusuh
Rupiah yang ukuran dan bentuk fisik aslinya tidak berubah, tetapi kondisinya telah
berubah yang antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan coretan.

d. Rupiah Cacat
Rupiah hasil cetak yang spesifikasi teknisnya tidak sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
e. Rupiah Rusak
Adalah rupiah yang ukurannya telah berubah dari ukuran aslinya yang antara lain
karena terbakar, berlubang, hilang sebagian atau rupiah yang ukuran fisiknya
berbeda dengan ukuran aslinya, antara lain karena robek atau uang yang mengerut.
f. Rupiah Palsu
Adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna, gambar, dan atau desainnya
menyerupai Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, atau diedarkan atau
digunakan sebagai alat pembayaran secara melawan hukum.
g. Rupiah Tiruan
Adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna, gambarm, dan atau desainnya
menyerupai Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, atau diedarkan

48
tidak digunakan sebagai alat pembayaran dengan merendahkan kehormatan Rupiah
sebagai simbol negara.

8. Teori Permintaan dan Penawaran Uang

a. Teori Permintaan Uang


Permintaan uang secara sederhana didefinisikan sebagai seberapa besar jumlah
uang yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan riilnya. Ada dua teori
permintaan uang yang terkenal yaitu, teori permintaan uang Klasik dan Kueynesian.
Berikut adalah penjelasan masing-masing:

1) Teori Permintaan Uang Klasik


Menurut pandangan Klasik, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar. Karena itu
jumlah uang yang diminta akan berbanding proporsional dengan tingkat output atau
pendapatan. Jumlah uang yang dipegang masyarakat akan menjadi daya beli, yaitu
nilai nominal dibandingkan tingkat harga (real money balance). Selain itu, karena
hanya berfungsi sebagai alat tukar maka uang bersifat netral (money netrality) artinya
uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapat tersebut dinyatakan dalam
persamaan kuantitas uang Klasik yaitu:
M.V = P.T
dimana:
M = jumlah uang yang diminta
V = velositas uang
P = tingkat harga umum
T = jumlah unit transaksi
Velositas uang merupakan konsep yang menunjukkan berapa kali dalam
setahun uang berputar di dalam sebuah perekonomian. Dalam jangka pendek,
kecepatan uang beredar dianggap tetap.
Sebagai misal, dalam sebuah perekonomian yang hanya memproduksi mobil,
dalam setahun dihasilkan 10.000 unit mobil (T). Jika harga per unit mobil Rp. 600 juta

49
(P) sedangkan velositas uang adalah 12 kali setahun, maka berapa jumlah uang yang
diminta/dibutuhkan masyarakat (M)?
Untuk menjawabnya, kita menggunakan rumus menghitung jumlah uang yang
diminta seperti tertulis sebelumnya:
M.V = P.T
M . 12 = 10.000 x Rp 600 juta
M = (10.000xRp. 600 juta)/12
M = Rp. 500 miliar

2) Teori Permintaan Uang Keynesian


Teori ini merumuskan jumlah uang yang diminta masyarakat dari motivasinya
memegang uang. Teori ini diperkenalkan oleh Keynes dan menurutnya ada 3 motivasi
orang memegang uang yaitu:
1. Motivasi Transaksi (Transaction Motive)
Permintaan uang untuk transaksi ini sama dengan permintaan uang dalam teori
Klasik, yaitu untuk mempermudah transaksi. Permintaan uang transaksi ini
berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Artinya, semakin tinggi pendapatan
maka semakin tinggi pula jumlah uang yang diminta. Permintaan uang untuk transaksi
(LT) adalah fungsi dari pendapatan (Y), ditulis dengan LT = f(Y). Grafik hubungan
antara L1 dengan Y dapat dilihat pada gambar berikut:
LT LT

Y
2. Motivasi Berjaga-jaga (precautionary motive)
Motivasi orang memegang uang untuk persiapan menghadapai hal-hal yang
tidak diinginkan atau tak terduga, misalnya, memegang uang untuk berjaga-jaga jika
suatu saat sakit atau mengalami kecelakaan. Permintaan uang disini juga mempunyai

50
hubugan positif dengan tingkat pendapatan (Y). Permintaan uang untuk berjaga-jaga
(LP) juga merupakan fungsi dari pendapatan (Y), ditulis dengan LP = f (Y). Grafik
hubungan keduanya sebagai berikut:
LP LP

Y
Oleh karena permintaan uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga sama-
sama merupakan fungsi dari pendapatan, maka biasanya dalam analisis keduanya
digabung menjadi satu fungsi, yaitu permintaan uang tunai baik untuk transaksi dan
jaga-jaga (L1), dengan L1 adalah fungsi dari pendapatan
L1 = LT + LP; L1 = f(Y) + f(Y); L1=f(Y); dengan Y= tingkat pendapatan
Misalnya, jika diketahui permintaan uang untuk transaksi sebesar 0,3Y dan permintaan
uang untuk berjaga-jaga sebesar 0,2Y, maka besarnya permintaan uang untuk
keduanya (L1) akan menjadi:
L1 = 0,3 Y + 0,5 Y = 0,8Y.
Di sini terlihat bahwa L1 adalah fungsi dari Y, atau ditulis L1=f(Y).
3. Motivasi Mendapatkan keuntungan atau Motivasi Spekulasi
Motivasi menyimpan uang adalah untuk memperoleh keuntungan. Keynes
berasumsi bahwa ada 2 aset finansial yang dapat dimiliki masyarakat, yaitu uang dan
obligasi. Hubungan antara permintaan uang motiv spekulasi dengan tingkat suku bunga
adalah hubungan berbanding terbalik. Artinya jika suku bunga tinggi maka permintaan
uang rendah karena masyarakat akan lebih suka menggunakannya untuk berspekulasi
agar mendapatkan keuntungan (disimpan dalam bentuk obligasi) daripada disimpan
dalam bentuk uang tunai. Sebaliknya, jika tingkat bunga turun/rendah maka permintaan
uang akan meningkat. Dengan demikian permintaan uang untuk spekulasi (L2)
merupakan fungsi suku bunga (r), atau ditulis L2=f(r).
Rumus permintaan untuk spekulasi (L2) biasanya dituliskan dengan rumus:

51
L2 = L0 + e.r ; dimana L0 adalah permintaan uang saat suku bunga nol; dan e adalah
koefisien suku bunga, perubahan L2 akibat perubahan r. Jadi, e merupakan
slope/kemiringan dari fungsi permintaan uang untuk spekulasi. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa L2 berbanding terbalik dengan r, maka e nilainya akan negatif.
Sehingga, biasanya rumus L2 dituliskan dengan nilai e negative sebagai berikut:
L2 = L0 – e.r
Secara grafis, fungsi permintaan uang untuk spekulasi sebagai berikut:
L2

r
Dengan demikian permintaan uang menurut Keynes akan tergantung pada
kesukaan masyarakat menyimpan uang dalam bentuk tunai, dikenal dengan istilah
liquidity preference (L). Bentuk liquidity preference dapat berupa mata uang (money),
yaitu uang dalam arti sebenarnya, atau near money, misalnya dalam bentuk surat-surat
berharga. Jika digabung, permintaan uang (L) akan sama dengan penjumlahan L1 dan
L2. Oleh karena L1 adalah fungsi dari Y (L1=f(Y)) dan L2 adalah fungsi dari r
(L2=f(r)), maka L akan merupakan fungsi dari Y dan r (L=f(Y,r)). Rumusan matematis
L menjadi sebagai berikut:
L = L1 + L2; L = f(Y) + f(r); sehingga L = f(Y,r)
Misalkan, diketahui fungsi permintaan untuk uang tunai (L1) adalah 0,5 Y dan fungsi
permintaan uang untuk spekulasi (L2) adalah 100 – 0,6 r; maka fungsi permintaan uang
total (L) adalah:
L = L1 + L2
L = 0,5Y + 100 – 0,6r
Ada kaitan antara bunga dan time value of money. Eksistensi bunga didasarkan
pada konsep time-value of money yaitu bahwa bunga diambil dari uang karena: (1)
adanya inflasi yang mengakibatkan turunnya purchasing power (daya beli atau
kemampuan membeli masyarakat). Saat harga-harga naik, maka kuantitas barang yang
dibeli dengan uang yang ada akan menurun; (2) Uang adalah produktif; (3) Opportunity

52
cost; uang yang dipinjam tidak bisa digunakan untuk keperluan investasi yang akan
menghasilkan return; (4) Konsumsi sekarang selalu lebih di inginkan dibandingkan
konsumsi masa depan.

b. Teori Penawaran Uang


Secara sederhana, penawaran uang diartikan sebagai jumlah uang yang ada atau
beredar di masyarakat, dikenal dengan Jumlah Uang Beredar (JUB). Ada dua definisi
JUB. Pertama, menurut Pendekatan Transaksional bahwa JUB yang dihitung adalah
jumlah uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi. Dalam praktek pendekatan
ini digunakan untuk menghitung JUB dalam arti sempit (Narrow Money) atau
disimbolkan dengan M1. Dengan kata lain, JUB dalam arti sempit (M1) adalah jumlah
uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi.
Definisi kedua adalah menggunakan Pendekatan Likuiditas. Pendekatan ini
mendefinisikan JUB sebagai jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang
kuasi (Quasi Money) karena dengan pertimbangan bahwa uang kuasi sangat mudah
dirubah menjadi uang untuk kebutuhan masyarakat. Uang Kuasi adalah surat-surat
berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri
atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta
domestik. Dalam praktek, pendekatan ini digunakan untuk menghitung JUB dalam arti
luas (Broad Money) atau M2. Dengan kata lain, JUB dalam arti luas (M2) adalah
jumlah uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi ditambah uang kuasi.
JUB untuk transaksi (M1) akan terdiri dari uang kartal dan uang giral yang
digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan ekonomi, sehingga disimbolkan dengan:
M1 = C + D
Dimana M1 = uang beredar dalam arti sempit; C = uang kartal (currency) yang terdiri
dari uang kertas dan logam yang memiliki nilai nominal; dan D = uang giral yang
terdiri atas rekening giro atau rekening koran (cek)
JUB dalam arti luas (M2) terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi.
Dengan kata lain, uang beredar dalam arti luas terdiri dari uang beredar dalam arti
sempit ditambah dengan uang kuasi, sehingga disimbolkan dengan

53
M2 = C + D + T atau
M2 = M1 + T
Dimana M2 = Uang beredar dalam arti luas; dan T = Uang Kuasi yang terdiri dari
tabungan dan Deposito berjangka.
Sebagai catatan bahwa simpanan uang di bank dapat berupa 3 bentuk. Pertama,
giro (checking deposit or demand deposit) yaitu simpanan yang dapat ditarik setiap
saat dengan cek. Kedua, tabungan (saving deposit), yaitu simpanan yang dapat ditarik
setiap saat tapi dibatasi jumlahnya, sehingga akan lebih stabil dibandingkan dengan
giro (giro lebih liquid dibandingkan dengan tabungan). Ketiga, deposito berjangka
(time deposit), yaitu simpanan yang hanya dapat ditarik dalam jangka waktu tertentu.
Simpanan ketiga ini yang paling stabil. Giro tergolong uang giral, sementara tabungan
dan deposito tergolong uang kuasi.
JUB juga dapat diartikan lebih luas (M3), yaitu sebagai jumlah uang untuk
transaksi, ditambah dengan uang kuasi dan ditambah lagi dengan deposito berjangka
besar, seperti asuransi dan pegadaian. Dengan demikian JUB dalam arti lebih luas (M3)
ditulis dengan M3 = M2 + deposito berjangka besar.
Penawaran uang dalam analisis ekonomi merupakan variable eksogen, yang
berarti besarannya dianggap tetap. Di sini penawaran uang adalah penawaran atau
jumlah uang beredar rill, yang berarti jumlah uang yang beredar dibagi dengan tingkat
harga (P). Dengan demikian, penawaran uang riil (Ms) = M/P
Proses penciptaan uang terjadi di dalam sistem perbankan di mana bank yang
memperoleh deposito akan menyalurkannya kepada bank berikutnya (bank ke2)
sebagai pinjaman. Bank kedua akan menyalurkan pinjaman dari bank pertama ke bank
ke3 dan seterusnya hingga jumlah tak terhingga. Besar deposito yang dapat diubah
menjadi pinjaman tergantung dari ketentuan besarnya GWM (Giro Wajib Minimum)
atau Reserve Requirment Ratio (RRR) yang ditetapkan oleh pemerintah atau Bank
Sentral.

54
9. KESEIMBANGAN PASAR UANG
Dalam perekonomian, permintaan dan penawaran akan berinteraksi sehingga
menghasilkan keseimbangan. Jika interaksi antara permintaan dan penawaran barang
dan jasa terjadi di pasar barang, maka interaksi permintaan dan penawaran uang terjadi
di pasar uang dalam perekonomian.

Kurva LM
Menurut ekonomi konvensional pasar uang akan berada dalam keseimbangan
apabila penawaran akan uang (M) sama dengan permintaan akan uang (L). Dalam
analisis keseimbangan di pasar uang digunakan suatu kurva yang disebut kurva LM.
Kurva LM adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (i)
dan pendapatan nasional (Y), dimana pasar uang dalam keadaan seimbang.
Sebagaimana kita ketahui bahwa penawaran akan uang (M) adalah ditentukan
oleh pemerintah, khususnya Bank Sentral (lihat penjelasan sebelumnya), atau
dinyatakan tetap. Sementara itu, permintaan uang dipengaruhi oleh pendapatan.
Apabila pendapatan naik, maka expenditure akan mengalami kenaikan, sehingga
masyarakat banyak melakukan transaksi yang menggunakan uang. Karenanya,
kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan permintaan akan uang. Permintaan
uang juga dipengaruhi oleh suku bunga (r). Saat suku bunga tinggi maka masyarakat
cenderung tertarik menabungkankan uangnya sehingga permintaan terhadap uang tunai
(liquid) akan menurun. Dengan demikian, permintaan uang (L) adalah fungsi dari
pendapatan (Y) dan suku atau tingkat bunga (r), atau di tulis L = f(i,Y).
Keseimbangan pasar uang terjadi saat penawaran sama dengan permintaan
uang yang secara matematis ditunjukkan sebagai berikut :
Ms = L (r,Y)
Jika dirinci (lihat rumus permintaan dan penawaran uang):
* Ms = M/P
* L1 = f (Y) = kY
* L2 = f(r) = L0 – e.r;

55
* Saat keseimbangan: Ms = L; oleh karena L = L1 + L2; maka L = kY + L0 –
e.r
sehingga M/P = kY + L0 – e.r
Oleh karena M/P dinyatakan tetap, maka M/P adalah sebuah nilai konstanta. L0,
e, dan k pun adalah sebuah nilai konstanta, sehingga:

kY = M/P - L0 + e r atau Y adalah fungsi dari r (Y=f(r)); dengan e


berslope/kemiringan positif
Misalkan, diketahui fungsi L = 0,5Y + 100 – 0,6r, tingkat penawaran uang riil (M/P)
sebesar 600 (sebuah nilai konstan). Maka fungsi saat terjadi keseimbangan di pasar
uang adalah sebagai berikut:
Ms = L
M/P = 0,5Y + 100 – 0,6r
600 = 0,5Y + 100 – 0,6r
0,5 Y = 500 + 0,6 r
Y = (500/0,5) + (0,6/0,5) r
Y = 1000 + 1,2 r  Ini adalah fungsi keseimbangan pasar uang, dikenal dengan
Kurva LM.
Dengan demikian kurva LM (keseimbangan pasar uang) adalah menyatakan
hubungan antara tingkat pendapatan (Y) dengan suku bunga (r), di mana Y adalah
fungsi dari r. Slope/kemiringan kurva ini adalah positif (dalam contoh di atas adalah
+1,2), artinya, jika suku bunga naik, maka pendapatan nasional akan naik. Demikian
pula sebaliknya. Secara grafis, kita dapat menggambar kurva LM. Kita manfaatkan
pengetahuan matematika kita untuk menggambar grafik (pengetahuan saat di sekolah
menengah atas). Misalkan kurva LM yang akan kita gambar adalah fungsi Y = 1000 +
1,2r :

Saat r = 0, maka Y = 1000 + 1,2 . 0 = 1000  titik koordinat (1000,0)


Saat Y=0, maka 0 = 1000 + 1,2 . r ;
-1000 = 1,2 r; sehingga r = -833,3  titik koordinat (0, -833,3)

56
Gambar grafik kurva LM dapat dilihat pada Gambar 9.1.

r
LM

1000 Y
-833,3

Gambar 9.1. Kurva LM (Keseimbangan Pasar Uang)

Kemiringan Kurva LM akan bervariasi, tergantung nilai koefisieen perubahan


Y akibat perubahan r). Dalam contoh di atas, kemiringan/slope kurva = 1,2. Saat
kemiringan kurva sama dengan nol, yang berarti bahwa perubahan r sama sekali tidak
mempengaruhi Y, maka kurva LM akan vertikal. Sebaliknya, kurva LM dapat
horizontal saat tanpa ada perubahan suku bunga (perubahan r=0), pendapatan nasional
berubah-ubah (Gambar 9.2).

r LM

Y
Gambar 9.2. Tiga kemungkinan Kurva LM: Horizontal, Berslope positif, dan
Vertikal

Kita dapat menurunkan kurva LM secara grafis. Ingat, secara matematis ada 3
fungsi yang kemudian diturunkan menjadi fungsi kurva LM (lihat penjelasan
sebelumnya). Ini berarti ada 4 fungsi, termasuk kurva LM, dan berarti pula akan ada 4
grafik yaitu:
1. L1 = f(Y)  menghubungkan variable L1 dengan Y

57
2. L2 = f(r)  menghubungkan variable L2 dengan r
3. Ms = L1 + L2  menghubungkan variable L1 dan L2; karena Ms adalah sebuah
konstanta
4. Kurva LM, yaitu Y = f(r)  menghubungkan Y dengan r

Kuadran I : L1=f(Y) Kuadran II : Ms=L1+L2


L1 L1

L1
L1
L1
0 Ms
0

Y L2
Y0 L2
r r
0
LM

r0 r0

L2
Y L2
Y0 L2
Kuadran IV: Y=f(r) = kurva LM Kuadran
0 III : L2=f(r)

Gambar 9.3. Penurunan Kurva LM dari Fungsi Permintaan dan Penawaran


Uang

Keempat grafik akan terhubung menjadi 4 kuadran seperti Gambar 9.3. Kita
mulai menggambar di kuadran I fungsi L1=f(Y), yaitu yang menggambarkan hubungan
antara L1 dengan Y (berslope positif). Berikutnya, kita menggambar di kuadran II
hubungan antara L1 dengan L2, yaitu bahwa L1+L2= Ms. Ingat, Ms adalah sebuah nilai
konstanta sehingga saat L1 naik, maka L2 turun, namun dengan angka tetap, yaitu Ms.
Berikutnya, kita menggambar di kuadran III, hubungan L2 dengan r, yaitu bahwa
hubungan keduanya adalah negatif. Terakhir, menggambar kurva LM di kuadran IV
yang menggambarkan hubungan Y dengan r, dengan slope positif. Perhatikan susunan
grafik, bahwa variable yang sama berada pada satu garis.

58
Pergerakan dan Pergeseran Kurva LM
Kurva LM dapat berubah jika ada perubahan pada komponen penyusunnya.
Jika dilihat rumus-rumus penyusun kurva LM, maka komponen atau variabel penyusun
kurva LM adalah tingkat pendapatan nasional (Y), suku bunga (r) dan jumlah uang
beredar atau penawaran uang riil (Ms).

Kuadran I : L1=f(Y) Kuadran II : Ms=L1+L2


L1 L1

L1
L11 L11
L10 L10
Ms

Y L2
Y0 Y1 L21 L20
r r
LM

r1 r1
r0
r0

L2
Y L2
Y0 Y1 L21 L20
Kuadran IV: Y=f(r) = kurva LM Kuadran III : L2=f(r)

Gambar 9.4. Pergerakan Sepanjang Kurva LM: Perubahan pada Pendapatan


Nasional namun Ms Tetap

Perubahan Kurva LM dapat berupa pergerakan sepanjang kurva LM dan


pergeseran kurva LM (Gambar 9.4). Pergerakan sepanjang kurva LM berarti bahwa
kurva LM tetap, namun keseimbangan bergerak di kurva itu. Pergerakan sepanjang
kurva LM terjadi karena ada perubahan pada pendapatan nasional dan
penawaran uang riil tetap. Saat pendapatan nasional (Y) berubah maka yang
terpengaruh adalah permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga (L1). Ingat

59
bahwa L1 dipengaruhi oleh Y dengan hubungan yang positif. Misalnya, saat Y naik,
maka L1 akan naik. Namun karena penawaran uang riil (Ms) tetap, maka keseimbangan
baru akan terjadi jika permintaan uang untuk berjaga-jaga (L2) menurun (sehingga Ms
tetap sama dengan L1+L2). L2 akan menurun jika suku bunga harus meningkat.
Karenanya, saat pendapatan nasional nasional naik dan penawaran uang tetap, maka
suku bunga akan meningkat. Pada Gambar 9.4 terlihat bahwa perubahan Y, baik
meningkat (dari Y0 ke Y1) atau menurun (dari Y1 ke Y0) dengan Ms tetap hanya akan
menggerakkan keseimbangan sepanjang kurva LM. Perhatikan, saat pendapatan naik,
maka keseimbangan baru bergerak ke atas kurva LM, sebaliknya jika pendapatan turun.

Kuadran I : L1=f(Y) Kuadran II : Ms=L1+L2


L1 L1

L1

L10 L10 Ms1

Ms0

Y L2
Y0 L21 L20
r r
LM
LM1

r0
r0

r1
r1 L2
Y L2
Y0 L20 L21
Kuadran IV: Y=f(r) = kurva LM Kuadran III : L2=f(r)

Gambar 9.5. Pergeseran Kurva LM: Perubahan pada Penawaran Uang Riil
(Ms) dengan Y Tetap

Bandingkan dengan pergeseran kurva LM, yaitu bahwa LM akan bergeser ke


kanan atau ke kiri (Gambar 9.5). Pergeseran kurva LM terjadi karena ada

60
perubahan pada penawaran uang riil. Saat penawaran rill (Ms) berubah, dengan
pendapatan nasional (Y) tetap, maka L1 akan tetap. Oleh karena Ms berubah dan L1
tetap, maka L2 akan berubah agar Ms=L1+L2. Misalnya Ms naik, L1 tetap, maka L2
akan naik, yang didahului oleh menurunnya suku bunga (r). Perubahan r dan Y tetap
menghasilkan titik LM baru, di luar kurva LM lama, yang berarti kurva LM bergeser
ke titik tersebut. Pada Gambar 10.3 terlihat bahwa perubahan Ms berubah akan
menggerakkan keseimbangan pada kurva baru LM (kurva LM bergeser).
Dari grafik di atas dapat terlihat arah pergeseran LM. Saat Ms naik, Y tetap,
maka keseimbangan akhir pada kurva LM (pasar uang) adalah suku bunga turun dan
kurva LM bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika Ms diturunkan, Y tetap, maka kurva LM
akan bergeser ke kiri (suku bunga naik).
Dengan cara yang sama seperti di atas, kita bisa mencoba melihat apa yang
terjadi pada keseimbangan pasar uang jika Ms berubah dan Pendapatan berubah. Ini
disediakan untuk latihan mahasiswa.

B. Kebijakan Moneter
1. Definisi dan Klasifikasi Kebijakan Moneter
R. Latumaerissa (2017: 72) “Kebijakan moneter adalah salah satu kebijakan
ekonomi makro yang berhubungan langsung dengan peredaran uang atau jumlah uang
yang beredar di masyarakat". Dengan kata lain, kebijakan moneter (Monetary Policy)
adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan
manggunakan peubah jumlah uang yang beredar (Money Supply) dan tingkat bunga
(Interest Rate) untuk mempengaruhi permintaan agregat (Aggregat Demand) dan
mengendalikan ketidakstabilan dalam perekonomian suatu negara.
Sedangkan Yusiasmara (2015: 159) Mengatakan bahwa “Kebijakan moneter
adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral) dalam bentuk pengendalian
agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan) untuk
mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Perkembangan
perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas harga, pertumbuhan
ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia”. Dengan kebijakan moneter, pemerintah

61
dapat mengendalikan jumlah uang beredar, kredit dan perbankan. Secara riil kita
ketahui bahwa kebijakan moneter dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
pertama, kebijakan moneter yang bersifat ekspansioner (expansionary monetary
policy) atau easy money policy, yaitu kebijakan moneter yang dilakukan melalui
peningkatan jumlah uang beredar (Ms) dan atau menurunkan tingkat bunga (i) dengan
tujuan untuk meningkatkan tingkat pengeluaran agregat suatu perekonomian. Kedua,
kebijakan moneter yang bersifat kontraktif (contractionary monetary policy) atau tight
money policy yaitu kebijakan moneter yang dilakukan melalui pengurangan jumah
uang beredar (Ms) dan atau meningkatkan tingkat bunga (i) dengan tujuan untuk
mengurangi tingkat permintaan agregat suatu perekonomian.

2. Tujuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang
Bank Indonesia.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai
tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting
Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).
Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem
keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar
untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan


kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar
atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang
baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan
wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

2. Kerangka Kebijakan Moneter

62
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah
kerangka kerja yang dinamakan inflation targeting framework. Kerangka kerja ini
diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan
moneter yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan
moneter. Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran
inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan
moneter dilakukan secara forward looking, artinya perubahan stance kebijakan
moneter dilakukan melalui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan masih
sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini,
kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada
publik. Secara operasional, stance kebijkan moneter dicerminkan oleh penetapan suku
bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang
dan suku bunga deposito serta suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini
pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.
Bank Indonesia memerlukan jangkar nominal (nominal anchor) dalam rangka
menjalankan kebijakan moneter. Jangkar nominal adalah variable nominal (seperti
indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit oleh bank
sentral sebagai dasar atau patokan bagi pembentukan harga lainnya. Tanpa adanya
jangkar nominal, tidak ada kejelasan ke mana kebijakan moneter akan diarahkan
sehingga masyarakat tidak memiliki pedoman membuat ekspektasi inflasi.

3. Instrumen Kebijakan Moneter


Berikut ini adalah beberapa bentuk (instrumen) kebijakan moneter yang dapat
dilakukan oleh Bank Sentral:

1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka

63
Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi di
pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi
(smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n. OPT terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. OPT Absorpsi
OPT absorpsi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari
indikator suku bunga di PUAB diperkirakan mengalami kelebihan likuiditas, yang
diantaranya diindikasikan melalui penurunan suku bunga PUAB secara tajam.
Instrumen yang digunakan dalam OPT absorpsi ini adalah (i) Penerbitan SBI dan SBIS,
(ii) Penerbitan SDBI (iii)Transaksi Reverse Repo SBN, (iv) Transaksi Penjualan SBN
secara outright, (v) Penempatan berjangka (Term Deposit) dalam rupiah di Bank
Indonesia dan (vi) Jual Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam bentuk spot, forward atau
swap). Peserta pada OPT Absorpsi adalah bank dan/atau lembaga perantara yang
melakukan transaksi untuk kepentingan bank.

b. OPT Injeksi
OPT injeksi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari
indikator suku bunga di PUAB diperkirakan mengalami kekurangan likuiditas, yang
diantaranya diindikasikan melalui peningkatan suku bunga PUAB secara tajam.
Instrumen yang digunakan dalam OPT injeksi ini adalah (i) Transaksi Repo, (ii)
Transaksi Pembelian SBN secara outright dan (iii) Beli Valuta Asing terhadap Rupiah
(dalam bentuk spot, forward atau swap). Peserta pada OPT Injeksi adalah bank dan/atau
lembaga perantara yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.

Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi/menambah jumlah uang beredar


(JUB) melalui penjualan atau pembelian surat berharga
Kebijakan ini dilaksanakan oleh Bank Sentral dengan cara menjual belikan
surat-surat berharga. Tentu saja untuk dapat dilaksanakan kebijakan ini dengan sukses
harus tersedia pasar surat berharga. Itu berarti harus ada pihak-pihak atau agen ekonomi
yang bertindak sebagai peminta surat berharga dan pemasok surat berharga.

64
Dengan menjual atau membeli surat berharga, Bank Sentral dapat
mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan
menjual surat berharga, maka JUB akan berkurang, demikian pula sebaliknya.

Berikut ini adalah tabel jenis instrumen OPT dan dampaknya terhadap
likuiditas serta karakteristiknya.
Injeksi
Instrumen Absorpsi Likuiditas
Likuiditas
dan
Keterangan Penerbitan Term Reverse Penerbitan
Repo SBN
SBI Deposit Repo SBN SBIS

Dampak
Mengurangi Mengurangi Mengurangi Mengurangi Menambah
Likuidtas

Frekuensi Sewaktu- Sewaktu- Sewaktu-


Berkala Berkala
Transaksi waktu waktu waktu

Jangka 1 s.d. 12 bln 1 s.d. 12 bln 1 s.d. 12 bln 1 s.d. 12 bln 1 s.d. 12 bln
Waktu dalam hari dalam hari dalam hari dalam hari dalam hari

Nominal
Rp 1.000 Rp 1.000 Rp 1.000 Rp 1.000
Pengajuan Rp 1.000 juta
juta juta juta juta
Minimal

Nominal
Rp 100 juta Rp 100 juta Rp 100 juta Rp 100 juta Rp 100 juta
Kelipatan

Mekanisme Lelang LelangVRT Lelang Lelang (non LelangVRT /


Transaksi VRT / FRT VRT kompetitif) FRT

Setelmen s.D.T+I s.D.T+I s.D.T+I T+0 s.D.T+I

65
Surat
Berharga
SBI, SBN, dan
yang SBI SBN SBIS
SBIS
Digunakan
dalam OPT

Bank konvensional, kecuali bank syariah / UUS, untuk penerbitan SBIS,


Peserta
Lembaga perantara melakukan transaksi OPT untuk kepentingan bank.

Keterangan:
 VRT (Variable Rate Tender)
 FRT (Fixed Rate Tender)
 FX (Foreign Exchange)
 SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
 SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)
 SUN (Surat Utang Niaga)

Proyeksi Likuiditas Harian


dlm miliar Rp.

Hari Sebelumnya Hari ini (16 Apr-18)

13-Apr-18 08.30 WIB 14.00 WIB

A.Total Likuiditas Tersedia (Net) 78,660 70,272

diantaranya :
- Instrumen OPT Jatuh Waktu - Konvensional 59,537 59,218
- Instrumen OPT Jatuh Waktu - Syariah 22,678 22,097

B. Excess Reserve (akhir hari)


- Perbankan Konvensional 7,472 3,107
- Perbankan Syariah 800 800

Sumber : Biro Operasi Moneter - Direktorat Pengelolaan Moneter

66
Kriteria Surat Berharga yang Diperjualbelikan dalam OPT
Kriteria Surat Berharga yang dapat digunakan dalam Operasi Moneter adalah sebagai
berikut :
1. diterbitkan oleh Bank Indonesia dan/atau Negara Republik Indonesia;
2. dalam mata uang rupiah;
3. ditatausahakan di Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-
SSSS);
4. tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di BI-SSSS; dan
5. tidak sedang diagunkan.
Jenis-jenis Surat Berharga yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud di atas
terdiri dari :
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) & Sertifikat Bank Indonesia (SBIS);
2. Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SBI); dan
3. Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari :
4. Surat Utang Negara (SUN), yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara
(SPN) dan Obligasi Negara termasuk ZCB dan ORI; dan
5. Surat Berharga Syariah Negara (SBS) termasuk SBSN Ritel.
Persyaratan Surat Berharga : Untuk transaksi repo dalam rangka OPT dan lending
facility :
1. SBI, SBIS dan SDBI memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari
kerja pada saat second leg transaksi repo.
2. SBN Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat
second leg transaksi repo.

Berikut ini adalah jadwal lelang OPT periode 23 Maret 2018 – 19 April 2018

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

23 Maret 2018
 RR SBN 1 minggu
 SDBI 9 bulan
 SDBI 12 bulan
 SBIS 9 bulan

67
 SBIS 12 bulan

28 Maret 2018
26 Maret 2018  RR SBN 1 minggu 29 Maret 2018
 RR SBN 2 minggu
 RR SBN 1  RR SBN 1 bulan  RR SBN 2 minggu
minggu 27 Maret 2018  RR SBSN 1 bulan  RR SBN 3 bulan 30 Maret 2018

4 April 2018

 RR SBN 1 minggu 6 April 2018


2 April 2018  RR SBN 2 minggu  RR SBN 2 minggu
 RR SBN 1 bulan  RR SBN 1 bulan
 RR SBN 1 minggu 3 April 2018  RR SBSN 1 bulan 5 April 2018  RR SBN 3 bulan
11 April 2018
13 April 2018
 RR SBN 1 minggu
 RR SBN 2 minggu  RR SBN 2 minggu
9 April 2018  RR SBN 1 bulan  SDBI 6 bulan
 RR SBN 1 minggu 10 April 2018  RR SBSN 1 bulan 12 April 2018

18 April 2018
 RR SBN 1 minggu
 RR SBN 2 minggu
16 April 2018  RR SBN 1 bulan 19 April 2018
 RR SBN 1 minggu 17 April 2018  RR SBSN 1 bulan RDG Bulanan

2. Penentuan Cadangan Wajib atau Giro Wajib Minimum (Reserves Requirement


Policy)
Bank-bank umum dapat memberikan kredit bila mereka mempunyai cadangan
yang cukup untuk itu. Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi untuk laba
selayaknya bank umum harus mengatur agar cadangan yang ada mampu mendatangkan
keuntungan dari kredit yang diberikan. Berkaitan dengan itu Bank Sentral mempunyai
kewenangan untuk menentukan besarnya cadangan wajib minimum bank-bank umum,
dan ketentuan cadangan wajib minimum itu akan berpengaruh terhadap besarnya
kelebihan cadangan yang merupakan dana potensial bagi terciptanya kredit. Jika
cadangan wajib meningkat maka akan mengurangi cadangan yang dimiliki bank-bank
umum sehingga akan menurunkan jumlah kredit yang dikeluarkan dan dapat
mengurangi laju pertumbuhan uang beredar (JUB turun). Demikian pula sebaliknya

68
3. Kebijakan atau politik diskonto
Kebijakan diskonto dilakukan melalui penetapan suku bunga pinjaman oleh
bank sentral yang dikenakan pada bank-bank umum. Jika JUB dianggap Bank sentral
terlalu banyak maka kebijakan yang diambil adalah dengan menaikkan tingkat suku
bunga dan sebaliknya jika JUB di masyarakat dianggap kurang maka Bank Sentral akan
menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya.

Tanggal BI Rate

21 Juli 2016 6.50 %

16 Juni 2016 6.50 %

19 Mei 2016 6.75 %

21 April 2016 6.75 %

17 Maret 2016 6.75 %

18 Februari 2016 7.00 %

14 Januari 2016 7.25 %

17 Desember 2015 7.50 %

17 Nopember 2015 7.50 %

15 Oktober 2015 7.50 %

17 September 2015 7.50 %

18 Agustus 2015 7.50 %

14 Juli 2015 7.50 %

18 Juni 2015 7.50 %

19 Mei 2015 7.50 %

69
14 April 2015 7.50 %

17 Maret 2015 7.50 %

17 Februari 2015 7.50 %

15 Januari 2015 7.75 %

11 Desember 2014 7.75 %

18 Nopember 2014 7.75 %

13 Nopember 2014 7.50 %

7 Oktober 2014 7.50 %

11 September 2014 7.50 %

14 Agustus 2014 7.50 %

10 Juli 2014 7.50 %

12 Juni 2014 7.50 %

8 Mei 2014 7.50 %

8 April 2014 7.50 %

13 Maret 2014 7.50 %

13 Februari 2014 7.50 %

9 Januari 2014 7.50 %

4. Kebijakan Kredit Selektif


Kebijakan ini biasanya diberlakukan untuk sektor dan tujuan tertentu.
Misalnya, dengan pemberian kredit ekspor berarti kredit tersebut ditujukan untuk
menunjang ekspor. Dalam hal ini tujuan utama dari kebijakan terkait bukanlah untuk

70
mengawasi jumlah uang beredar, tetapi lebih diarahkan untuk mengawasi apakah kredit
yang diberikan oleh bank-bank umum sesuai dengan keinginan pemerintah.
5. Bujukan Moral
Kebijakan ini diambil oleh Bank Sentral bukan dengan ketentuan-ketentuan
tertulis tetapi dengan mengadakan pertemuan, saran-saran dan himbauan kepada
masyarakat, lembaga keuangan atau lainnya untuk bersama-sama berusaha
memperbaiki perekonomian.

Bentuk/macam kebijakan moneter di atas dapat dikelompokkan menjadi 2,


yaitu kebijakan moneter kuantitatif dan kualitaf. Kebijakan moneter kuantitatif adalh
kebijakan yang dilakukan bank sentral untuk mempengaruhi penawaran uang atau suku
bunga dan perubahan tersebut diharapkan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi.
Sementara itu, kebijakan moneter kualitatif adalah kebijakan oleh bank sentral untuk
mempengaruhi kegiatan dalam sektor-sektor tertentu dan dilakukan melalui peraturan
atau melalui perbincangan langsung dengan institusi-institusi keuangan. Untuk
menentukan bentuk kebijakan mana saja di antara kelima bentuk kebijakan di atas yang
tergolong kebijakan moneter kuantitatif dan kualitatif disiapkan untuk latihan
mahasiswa.
Hasil akhir yang diharapkan dari kebijakan moneter adalah perubahan pada
perekonomian nasional (GDP). Secara umum, dampak kebijakan moneter ada dua.
Pertama, menurunnya pendapatan nasional (GDP), atau dikenal dengan dampak
kontraktif. Ini biasanya terjadi saat kebijakan terhadap suku bunga ditentukan naik.
Kedua, meningkatnya pendapatan nasional (GDP), atau dikenal dengan dampak
ekspansif. Ini biasanya terjadi saat kebijakan terhadap suku bunga ditentukan turun.

4. Operasi Moneter oleh Bank Indonesia


Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia
dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing
Facilities. Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah

71
(lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana
rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk
koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia,
sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank. (Bank Indonesia)

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia


menerapkan kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga yang dikenal dengan
istilah BI Rate, kebijakan ini diterapkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia. Dalam tataran operasional BI Rate tercermin dari pergerakan suku bunga
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight. PUAB adalah kegiatan pinjam meminjam
dana antar satu Bank dengtgan Bank lainnya. Agar pergerakan suku bunga PUAB tidak
terlalu melebar dari anchor-nya, Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan
memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku
bunga yang wajar. Kebutuhan likuiditas perbankan diestimasi dengan
mempertimbangkan faktor-faktor autonomous seperti operasi pemerintah, jatuh waktu
instrumen operasi pasar terbuka, dan standing facilities serta mutasi dari uang kartal.
Faktorfaktor tersebut dapat berdampak injeksi (penambahan) likuiditas maupun
absorpsi (pengurangan) likuiditas di pasar uang.

72
Penerbita
n SBI
Penerbita
n SBIS
Absorpsi Term
Likuiditas Deposit
Reverse
Repo
Open Market
Operation Intervensi
Valas

Repo
Injeksi
Likuiditas Intervensi
Operasi
Moneter Valas
Deposit
Absorpsi Facilities
Likuiditas
FASBIS
Standing Facilities
Lending
Injeksi Facilities
Likuiditas SBI/ SBSN
Repo

Berikut ini tabel posisi operasi moneter Indonesia:

73
Peserta & Perantara Operasi Moneter
Pihak yang dapat menjadi counterparty Bank Indonesia dalam pelaksanaan
operasi moneter di pasar keuangan domestik, baik yang melibatkan transaksi rupiah
maupun valuta asing harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Peserta Operasi Moneter
Peserta Operasi Moneter terdiri dari :
 Peserta OPT, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia; dan
 Peserta Standing Facilities, yaitu bank
Persyaratan peserta Operasi Moneter adalah sebagai berikut:
 Berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS;
 Tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti
kegiatan Operasi Moneter;
 Wajib memiliki rekening giro Rupiah di Bank Indonesia;
 Wajib memiliki rekening giro valuta asing di Bank Indonesia dalam hal peserta
operasi moneter mengikuti transaksi OPT di pasar valuta asing.
 Wajib memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS dan/atau di lembaga
kustodian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Peserta Operasi Moneter wajib menyediakan dana yang cukup di rekening giro
rupiah di Bank Indonesia dan/atau surat berharga yang cukup di rekening surat
berharga di BI-SSSS atau di lembaga kustodian untuk penyelesaian kewajiban
pada tanggal penyelesaian transaksi
 Peserta Operasi Moneter yang mengikuti transaksi di pasar valuta asing wajib
menyediakan dana di Bank Indonesia atau transfer dana ke rekening Bank
Indonesia yang cukup penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian
transaksi
 Peserta OPT dapat mengikuti OPT secara langsung dan/atau tidak langsung
melalui lembaga perantara.

74
2. Lembaga Perantara
Lembaga Perantara melakukan transaksi OPT untuk kepentingan peserta Operasi
Moneter.
Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud terdiri dari:
 Pialang pasar uang rupiah dan valuta asing; dan
 Pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
sebagai Dealer Utama.
 Pialang pasar modal hanya dapat menjadi lembaga perantara dalam transaksi
repo, transaksi reverse repo dan transaksi pembelian atau penjualan Surat
Berharga secara outright.
Persyaratan Lembaga Perantara adalah sebagai berikut :
 Berstatus aktif sebagai Peserta BI-SSSS; dan
Tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha oleh otoritas pengawas yang
berwenang.

75
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bank adalah suatu lembaga yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat banyak.. Adapun bank sentral di
Indonesia adalah Bank Indonesia (BI). Tujuan utama dari Bank Indonesia adalah
menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam upayanya untuk menjaga kestabilan nilai
rupiah, Bank Indonesia menjalankan beberapa tugas di antaranya: menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system
pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Adapun yang dimaksud dengan uang adalah satuan nilai yang dijadikan sebagai
alat transaksi dalam setiap pembayaran di masyarakat, dimana pada uang tersebut
tercantum nilai nominal, penerbit serta ketentuan lainnya. Uang bisa dijadikan sebagai
alat pembayaran, alat pemindah kekayaan, alat penimbun kekayaan, dan bisa
digunakan sebagai alat pemecah berbagai masalah.
Adapun kebijakan moneter adalah salah satu kebijakan ekonomi makro yang
berhubungan langsung dengan peredaran uang atau jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Dengan kata lain, kebijakan moneter (Monetary Policy) adalah kebijakan
yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan manggunakan peubah jumlah
uang yang beredar (Money Supply) dan tingkat bunga (Interest Rate) untuk
mempengaruhi permintaan agregat (Aggregat Demand) dan mengendalikan
ketidakstabilan dalam perekonomian suatu Negara. Kebijakan moneter bisa dilakukan
dengan beberapa cara yaitu: operasi pasar terbuka, kebijakan cash ratio, dan kebijakan
suku bunga.

76
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Nama-Nama Bank Sentral Dunia. [Online]. Tersedia:


https://id.investing.com/centralbanks/worldcentralbanks. [02 April 2018].
Fahmi, Irham. (2016). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta.
Latumaerisa, Julius R. (2017). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rahmawaty, Anita. (2013). “Uang dan Kebijakan Moneter dalam Perspektif Ilmu
Ekonomi Islam”. Jurnal. (Vol. 1, No.2 Hal. 181-189).
Wiwoho, Jamal. (2017). “Peran Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank dalam Memberikan Distribusi Keadilan Bagi Masyarakat”.
Jurnal. (No. 1 Hal.93-95).
Yusiasmara. (2015). Permintaan dan Penawaran Uang. Jakarta: PT Salemba Empat.
Bank Indonesia. (2018). Suku Bunga. [Online]. Tersedia:
https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data. [16 April 2018].
Bank Indonesia. (2018). Posisi Operasi Moneter di Indonesia. [Online]. Tersedia:
https://www.bi.go.id/id/moneter/operasi/harian. [16 April 2018].

77
78

Anda mungkin juga menyukai