Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain.Penggolongan lanjut usia menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) terbagi menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan
(middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.Tahap usia
lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan seperti
penurunan fisik dan kognitif. Cara melatih untuk meningkatkan
penurunan fungsi kognitif yang dialami oleh lansia bisa dilakukan dengan
cara terapi aktivitas kelompok.
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu
dengan yang lain saling ketergantungan dan mempunyai norma yang
sama(Stuart & Sundeen, 1998). Aktivitas kelompok adalah kumpulan
individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain
saling terkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama. Terapi
aktivitaskelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok
kepada klien dengan maksud memberi terapi bagi anggotanya.
Dari hasil observasi kelompok pada hari Senin tanggal 24 Juli 2017
kelompok mendapatkan ada beberapa lansia yang memiliki daya ingat yang
mulai berkurang sehingga kelompok berdiskusi untuk memebuat Terapi
Aktivitas kelompok (TAK) dengan melihat beberapa gambar agar dapat
membantu mempertahankan ingatan lansia sekaligus memberikan terapi
agar lansia tidak merasa bosan dalam kegiatan yang sama dilakukan lansia
secara terus menerus di wisma.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar lansia dapat meningkatkan kemampuan motorik dalam kelompok
secara bertahap dan merespon terhadap stimulus persepsi sensori yang
diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu mengenal dan mengingat gambar-gambar yang
diberikandengan tepat
b. Lansia mampu menanggapi gambar dan ingatan yang diberikan

C. Manfaat
1. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
2. Melatih untuk meningkatkan fungsi kognitif
3. Lansia mampu mengemukakan pendapat tentang permainan yang telah
dilakukan
4. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang


dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005). Terapi aktivitas kelompok
merupakan kegiatan yang diberikan kelompok dengan tujuan memberikan
terapi bagi anggotanya dimana kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan meningkatkan respon sosial.

B. Jenis (TAK)

1. Stimulasi Sensori (Musik)


Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para
pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya.
Kualitas dari musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam
pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang
dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak beresan dalam kehidupan
seseorang. Peran sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti
menyanyi, dapat menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan
tubuh, pikiran, dan roh. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri Musik
merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah
mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok.

2. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini maka diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktifitas berupa
stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca majalah,
menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang mal adaptif atau destruktif,
misalnya kemarahan dan kebencian.

3. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan
klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien.
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan
rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat,
benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.

4. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan
sosialisasi dalam kelompok.

C. Kognitif
1. Pengertian
Kognitif adalah kegiatan-kegiatan mental yang dibutuhkan dalam
memperoleh, menyimpan, mendapat kembali, dan menggunakan
pengetahuan suatu hal. Kognitif meliputi proses-proses mental, seperti
mempersepsikan, belajar, mengingat, menggunakan bahasa, dan berpikir.
Dalam kognisi, kita mempelajari sesuatu dan menempatkan sesuatu tersebut
dalam ingatan kita, mengkomunikasikannya lewat bahasa menggunakan
simbol-simbol mental, dan secara cerdas memecahkan masalah
menggunakan informasi yang telah dipelajari dan disimpan. Oleh karena itu
kemampuan fungsi mengingat pada seseorang akan mempengaruhi
kemampuan berpikir sehingga respon kognitif yang ditimbulkan akan
berbeda. (Semium, 2010; Kompasiana, 2014). Kemampuan kognitif adalah
kemampuan untuk memikirkan sesuatu, berkhayal, bercita-cita, atau
melihat jauh ke depan, menetapkan tujuan-tujuan, dan membuat rencana
kegiatan guna mencapai hal tersebut (Waruwu, 2014)

2. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif adalah suatu kegiatan mental yang dimiliki manusia yang
diantaranya adalah perhatian, persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan
memori. Fungsi kognitif yang merupakan salah satu fungsi otak, memiliki
area sebesar 75% di otak, terutama di bagian korteks otak (Saladin, 2007).
Issealbacher, et al, (2006), menyebutkan ada lima komponen kognitif yang
mudah untuk dilihat, antara lain :
a. Kesadaran adalah keadaan sadar akan diri sendiri dan lingkungan yang
mempunyai beberapa sisi, dimana arti kesadaran merupakan gabungan
kognitif dan fungsi mental afektif dan hanya dapat dinilai dengan
penarikan kesimpulan melalui hasi suatu pemeriksaan khusus.

b. Ingatan dibedakan berdasarkan lamanya meningat.


Sistem ingatan segera memegang informasi yang dengan kesadaran
selama beberapa detik dan dapat diperiksa dengan reproduksi barisan
angka yang pada umumnya mempunyai kapasistas terbatas untuk
informasi sekitar tujuh 19 angka, yang hanya tertahan beberapa detik
atau menit. Ingatan terakhir, mengingat informasi yang ada dalam
beberapa menit, jam, atau hari.

c. Suasana hati dan kepribadian.


Suasana hati menunjukkan keadaan emosi yang paling sering, sedangkan
afek adalah pengalaman emosional yang dicetuskan oleh stimulus
khusus. Suasana hati dapat memberikan pengaruh secara nyata pada
seluruh aspek kognitif, terutama pada rangkaian suasana hati yang
ekstrim.
d. Pemecahan masalah.
Pikiran sulit untuk dapat dimengerti dan ditangkap, tetapi dapat dinilai
melalui proses penalaran, logik dan kemampuan memecahkan masalah
dengan menggunakan bahasa atau matematika. 20 Pemeriksaan yang
teliti dari fungsi kognitif adalah komponen penting dari pemeriksaan
neurologik, yang mencakup antara lain (Issealbacher, et al, 2006)

3. Faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif


a. Status kesehatan Faktor status kesehatan yang paling penting adalah
adanya hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis telah terbukti
meningkatkan efek penuaan struktur otak, termasuk reduksi pada
substasi kelabu dan putih di lobus prefrontal, atrofi hipokampus (Raz and
Rodrigue, 2006).

b. Usia Usia yang semakin tua menyebabkan perubahan pada struktur otak,
diantaranya otak menjadi atrofi dan beratnya menurun 10-20%,
perubahan biokimiawi pada susunan saraf pusat, sehingga terjadi
gangguan pada hubungan sinapsis dan daya hantar impuls antar sel saraf
(Nugroho, 2014).

c. Jenis Kelamin Perempuan tampaknya lebih berisiko megnalami


penurunan kognitif dibandingkan laki-laki ketika memasuki usia lanjut.
hal tersebut disebabkan karena perbedaan anatomis maupun fisiologis,
dimana secara fisik laki-laki memiilki struktur tubuh yang lebih
besardaripada perempuan (Kartinah, Komariyah, & Giriwijoyo, 2006).

d. Status pendidikan Fungsi kognitif pada kelompok dengan status


pendidikan rendah cenderung memiliki fungsi kognitif lebih buruk
dibandingkan kelompok dengan status pendidikan yang tinggi.

e. Gangguan Fungsi Kognitif Gangguan fungsi kognitif dibagi menjadi


beberapa kategori, menurut Kurlowiez (1999) dalam Rohana (2011),
kategori gangguan fungsi kognitif dibedakan berdasarkan tingkat
keparahan, yaitu: tidak ada gangguan fungsi kognitif, gangguan kognitif
ringan, dan gangguan kognitif berat. Menurut Global Deterioration Scale,
gangguan fungsi kognitif dibagi menjadi tujuh, antara lain tidak ada
penurunan kognitif, penurunan kognitif amat ringan.

f. Pengukuran Fungsi Kognitif Ada beberapa alat ukur yang dapat


digunakan untuk menilai fungsi kognitif, antara lain Mini Mental State
Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive Assessment Versi
Indonesia (MoCA-Ina).
D. Uraian struktur kelompok

1. Tempat Pertemuan
Klinik Panti Tresna Werda Puri denagn seting tempat, duduk membentuk
setengah lingkaran, fasilitator berada di samping pasien (berselang-seling
dengan pasien). Leader dan Co leader berada di lingkaran. Observer berada
di luar dari lingkaran untuk mengawasi jalannya kegiatan.

Observ.
Pasien
Fasilitator 4
Pasien

Pasien Pasien

Fasilitator 2 Pasien

Pasien

Pasien Pasien

Pasien
Fasilitator 3

Pasien
Pasien

Fasilitator 1 Pasien

Pasien

Co leader Leader

Dinding/ TV

2. Waktu Pelaksanaan

a. Hari/ tanggal : Kamis, 03 Agustus 2018


b. Waktu : 08.00
c. Lamanya : 45 menit
d. Alokasi Waktu :
1) Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
2) Terapi : 30 menit
3) Penutup : 5 menit
3. Jumlah Pasien : 8 orang
4. Kriteria peserta
a. Kooperatif
b. Mampu melihat
c. Mampu mendengar dengan baik
5. Metode dan Media
a. Metode : Diskusi
b. Media :
1) Musik
2) Bola
3) Laptop + slide gambar

E. Pengorganisasian
1. Leader : Susanti
Tugas :
a. Membuka acara dan memperkenalkan diri serta mempersilahkan peserta
lain untuk memperkenalkan diri
b. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
c. Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan yaitu jika peserta ingin
keluar maka harus ijin dengan fasilitator
d. Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan

2. Co. Leader : Sriati


Tugas :
a. Membantu leader
b. Mengingatkan hal-hal yang mungkin terlewatkan oleh leader
3. Fasilitator 1 : Resti Nadiyanti
Fasilitator 2 : Nurul Aulia Dewi
Fasilitator 3 : Nurmala Dewi
Fasilitator 4 : Limannisa Dinatha
Fasilitator 5 : Krisdianti
Fasilitator 6 : Desty Istia Rahma
Fasilitator 7 : Kinanti Ambar Pratiwi
Fasilitator 8 : Sultan
Tugas :
a. Memotivasi peserta yang kurang aktif
b. Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan

4. Observer : Amiyati
Tugas :
a. Mengamati proses kegiatan
b. Menilai jalannya TAK
c. Menyimpulkan hasil kegiatan

5. Dokumentasi : Syaiful Anwar, Devy Puspita,dan Fitronius

F. Proses pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai name tag
c. Evaluasi / Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
d. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main yaitu:
a) Berkenalan dengan anggota kelompok
b) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada pemimpin TAK.
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap Kerja
a. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola,
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang
ada di sebelah kanan dengan cara :
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran
d. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu dimatikan,
minta anggota kelompok yang memegang bola untuk menebak
gambar yang diberikan oleh terapis.
e. Ulangi nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK


2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan d


iri kepada orang lain di kehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan
harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota k


elompok
2) Menyepakati waktu dan tempat
Daftar Pustaka

http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salem
ba Medika

http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8

Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto

Anda mungkin juga menyukai