Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PROJECT WORK

“ DETERGEN CAIR DENGAN PEWARNA EKSTRAK DAUN PACAR”

OLEH :

1. ANDI SITI SAYU WIWID

2. MONICA DEWI FEBRIANTY

3. MUH.ALDYANSYAH

4. MUH.FAJRI WALDANA

5. NEITANIA GABRIELLA TIMBAJO

6. ROYYAN KHARIR

7. SECWIN SELLO MANUKRANTE

8. WIDYA KRISTANTI

SMKN-SMAK MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan deterjen semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah keluarga di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik, peningkatan jumlah kepala keluarga sejak 2010 hingga
2014 mencapai 24,5% dan diperkirakan jumlah inii akan terus meningkat
hingga 2017. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh jumlah konsumen
yang semakin banyak karena pendapatan yang membaik dan juga daya
belii masyarakat yang tinggi.
Perkembangan Industri detergen di Indonesia sangat berkembang
pesat. Terbukti dengan telah banyaknya beredar berbagai merek
detergen yang ada di pasaran, seperti detergen Rinso, Daia, Attack, So
Klin dan masih banyak lagi merek yang lainnya serta berbagai variasi,
mulai dari detergen bubuk, cair, dan bahkan produsen juga memasarkan
detergen khusus untuk mesin cuci (matic). Keanekaragaman sabun
detergen yang ada sekarang ini memudahkan konsumen dalam memilih
sabun detergen yang mereka butuhkan.
Sabun detergen sudah tertanam dibenak konsumen, karena itu
para produsen berlomba-lomba untuk memberikan kualitas terbaik dari
produknya. Semua lapisan masyarakat menggunakan sabun detergen
untuk mencuci pakaian yang kotor dan bau keringat yang menempel pada
baju mereka.Pakaian yang bersih dan wangi akan membuat seseorang
menjadi pede dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Dengan begitu,
pemilihan sabun detergen yang digunakan untuk mencuci pakaian
sangatlah penting, salah satunya adalah detergen cair.
Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan
oleh masyarakat, baik oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah
makan dan lain lain.
Berdasarkan bentuknya deterjen yang beredar di pasaran dapat
berupa deterjen bubuk dan deterjen cair. Pada umumnya kedua jenis
deterjen ini memiliki fungsi yang sama. Hal yang membedakan keduanya
adalah bentuknya. Pada awalnya deterjen cair lebih banyak digunakan
dalam pembersih alat alat dapur. Namun seiring dengan perkembangan
zaman, deterjen cair juga banyak diaplikasikan untuk kebutuhan industri
serta pembersih pakaian. Hal tersebut dikarenakan deterjen cair lebih
mudah cara penanganannya serta lebih praktis dalam penggunaannya
(Ika, 2010).
Pacar kuku (Lat: Lawsonia inermis L.) adalah tanaman yang berasal
dari Afrika Timur Laut dan Asia Barat Daya. Termasuk
suku Lythaceae (bahasa latin). Ciri-ciri tanaman pacarkuku yaitu
batangnya perdu, tegak, cabang-cabangnya sering berujung runcing.
Daun berhadapan, berbentuk jorong atau jorong-lanset, panjang 1,5-
5,0 cm. Perbungaan berupa malai, tumbuh di ujung cabang dan di ketiak
daun, panjang 4 – 20 cm; bunga kuning muda, merah jambu, atau merah;
sangat harum. Sementara buahnya berupa buah kotak, berbentuk bulat,
atau bulat pipih, dan memiliki garis tengah ±0,5 cm.
Dulu orang kampung memanfaatkan daun pacar hanya sebatas
pewarna kuku atau pewarna rambut. Selebihnya, tanaman bernama latin
Lawsonia inermis itu hanya sedikit dimanfaatkan sebagai tanaman hias
dan sisanya banyak tumbuh secara liar. Maka dari itu penulis mencoba
untuk membuat poject work mengenai pembuatan detergen cair dengan
memanfaatkan ekstrak daun pacar sebagai pewarna alami. Dimana
kandungannya meliputi Lawsone yang berperan sebagai zat pewarna
alami sebanyak 22 persen, vitamin E sebanyak 7 persen. Ada juga
senyawa Phytol yang berperan dalam proses sintesis vitamin E sebanyak
21 persen. Kandungan phytol serta vitamin E menyebabkan kain terasa
lebih halus dari sebelumnya.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bahan yang di perlukan untuk membuat detergen cair?
2. Bagaiama cara memperoleh ekstrak daun pacar kuku sebagai pewarna
alami?
3. Bagaimana proses pebuatan detergen cair dengan pewarna tambahan
ekstrak daun pacar kuku?
4. Berapa kadar masing-masing komponen penyusun detergen cair dari
hasil analisis laboratorium?

B. TUJUAN PROJECT WORK


1. Untuk mengetahui bahan – bahan yang diperlukan untuk membuat
detergen cair?
2. Untuk mengetahui cara memperoleh ekstrak daun pacar kuku sebagai
pewarna alami?
3. Untuk mengetahui proses pebuatan detergen cair dengan pewarna
tambahan ekstrak daun pacar kuku?
4. Untuk mengetahui berapa kadar masing-masing komponen penyusun
detergen cair dari hasil analisis laboratorium?

C. MANFAAT PROJECT WORK


1. Manfaat Praktis : Dari hasil pembuatan detergen cair, diharapkan
dapat membantu masyarakat dalam membersihkan pakaian
menggunakan detergen cair dengan memanfaatkan daun pacar kuku
sebagai pewarna alami.
2. Manfaat Akademis : Dari hasil project work yang dilakukan maka
diharapkan dapat memberikan manfaat dan ilmu bagi penulis dan
pembaca yang lain. Untuk mengeplikasikan ilmu yang telah didapat
selama bangku sekolah dalam menganalisis suatu produk pembersih
khususnya detegren cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DETERJEN CAIR
Deterjen cair didefinisikan sebagai larutan surfaktan yang
ditambahkan bahan-bahan lain untuk memberikan warna dan aroma
yang diinginkan, dan juga untuk menyesuaikan viskositas dan
mempertahankan karakteristik aslinya selama masa penyimpanan
hingga penggunaan (Woolat, 1985). Bhairi (2001), menambahkan
deterjen merupakan molekul amfipatik, yaitu suatu senyawa yang
mengandung gugus polar dan nonpolar, sehingga dikenal juga sebagai
surfaktan karena dapat menurunkan tegangan permukaan air.
Berdasarkan gugus hidrofiliknya, deterjen secara umum diklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu;
1. Deterjen ionik, memiliki gugus muatan yang terdiri dari deterjen
anionik bermuatan negatif dan deterjen kationik bermuatan positif.
Deterjen ini efisien untuk memecah ikatan protein-protein.
2. Deterjen nonionik, tidak memiliki muatan, secara umum deterjen ini
lebih baik untuk memecah ikatan lemak-lemak atau lemak-protein
dibandingkan dengan ikatan protein-protein.
3. Deterjen zwitterionik, merupakan kombinasi antara deterjen ionik
dengan deterjen nonionik.
Deterjen cair merupakan suatu emulsi yang terdiri dari bahan-
bahan dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Untuk memformulasikan
komponenkomponen deterjen cair di dalam formula tunggal diperlukan
suatu sistem emulsi dengan karakteristik yang baik. Menurut Schueller
dan Ramanowsky (1998) emulsi adalah sistem heterogen dimana
terdapat sedikitnya satu jenis cairan yang terdispersi di dalam cairan
lainnya dalam bentuk droplet-droplet kecil. Emulsi dapat distabilkan oleh
molekul-molekul surfaktan yang membentuk agregat melalui
pembentukan lapisan pelindung antara fase terdispersi dan pendispersi.
Sedangkan menurut Suryani et. al. (2000) sistem emulsi mampu
mencampurkan berbagai macam bahan yang memiliki perbedaan
kepolaran ke dalam satu campuran yang homogen.
Di dalam SNI (06-0475-1996), deterjen cair dikategorikan sebagai
pembersih berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar deterjen dengan
penambahan bahan lain yang diizinkan dan digunakan untuk mencuci
pakaian serta alat dapur, tanpa menimbulkan iritasi kulit. Terdapat dua
kelompok deterjen cair, yaitu yang digunakan dalam pencucian pakaian
(kelompok P) dan yang digunakan dalam pencucian alat-alat dapur
(kelompok D). Pada penelitian ini deterjen yang dihasilkan akan
diaplikasikan untuk keperluan mencuci pakaian. Standar SNI (06-0475-
1996) untuk deterjen cair yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat mutu deterjen cair menurut SNI

No. Kriteria Satuan Persyaratan


1 Keadaan :
Bentuk - Cairan homogeny
Baud an Warna - Khas

2 pH250C - 6-8
3 Bahan aktif % Min. 10
4 Bobot jenis g/ml 1.0 – 1.2
5 Total mikroba Koloni/g Maks 1 x 105

Sumber : SNI 16-4075-1996

Anda mungkin juga menyukai