Disusun Oleh :
Pemegang Program DBD UPTD Puskesmas Pataruman III
Penyusun
Lampiran
A. Latar belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk
Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi
angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga
kerja (Harijanto,2000).
Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan (Dinas Kesehatan Jabar,2002). Sejak Januari sampai dengan 5
Maret tahun 2005 total kasus DBD di seluruh propinsi Indonesia sudah mencapai
26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi
terdapat di propinsi DKI Jakarta (11.534) sedangkan CFR tertinggi terdapat di
propinsi NTT (3,96%) (Kristina,2005).
Di Jawa Barat sendiri jumlah orang yang terinfeksi DBD sebanyak 18.771 orang,
sedikit berkurang bila dibandingkan dengan tahun 2004 dimana terdapat 19.012
orang yang terserang penyakit DBD (Dinkes Jabar)
Penyakit demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya lebih
dari 1000 meter diatas permukaan laut (Isminah,2004)
Penyebaran penyakit demam berdarah di Indonesia masih cukup luas.Masih
banyak daerah di Indonesia yang merupakan daerah endemis Demam berdarah.
Untuk itu diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus serta cara mencegah nyamuk tersebut
berkembang biak. Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim
hujan .Interaksi antara kebersihan lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang
demam berdarah dengue dan turunnya hujan adalah determinan penting dari
penularan, karena dinginnya suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk
dewasa. 2 Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan kebersihan lingkungan dapat
mempengaruhi reproduksi nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk
vektor (WHO,2002).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Terselenggaranya Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan baik untuk dapat
mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD melalui kerja sama lintas program
dan lintas sektoral sehingga dapat mencegah kematian dan menekan angka
kesakitan penyakit DBD.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengendalikan penyakit DBD di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pataruman III.
b) Untuk membina peran serta masyarakat melalui penyuluhan sehingga
dapat melakukan pencegahan DBD.
GAMBARAN UMUM
2.1.1 Geografis
Kecamatan Curugkembar
Kecamatan Lengkong
Jarak dari Kota Sukabumi ± 39 km, jarak dengan Ibu Kota Kabupaten
Sukabumi yang berlokasi di Pelabuhan Ratu ± 90 km. Kondisi jalan dari Puskesmas
ke desa bervariasi, ada yang sudah diaspal, ada yang sudah diaspal tapi saat ini
kondisinya rusak berat, disamping itu ada yang baru taraf pengerasan (belum
diaspal). Kendati demikian secara umum jalan menuju ke pusat pemerintahan desa
(balai desa) dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat. Rata-rata
waktu tempuh dari Puskesmas ke ibu kota desa berkisar 5-80 menit dengan kondisi
maupun posyandu.
Tabel 01
Kategori Desa Di Puskesmas Purabaya Tahun 2016
Jarak Terjauh Ke Kondisi
Jumlah Rata-Rata Waktu
No Desa Kategori Fasilitas Kesehatan Keterjangkauan
RT/RW Tempuh Ke PKM
(PKM) Desa
1 Purabaya Swasembada 39/10 0,5 Km 10 menit Mudah
2 Cimerang Swasembada 35/8 5 Km 30 menit Mudah
3 Citamiang Swasembada 31/6 7 Km 45 menit Sukar
4 Margaluyu Swasembada 17/4 8 Km 60 menit Sukar
5 Cicukang Swasembada 30/7 10 Km 75 menit Sukar
6 Pagelaran Swasembada 22/4 4 Km 30 menit Mudah
7 Neglasari Swasembada 48/7 4 Km 30 menit Sukar
2.1.2 Topografi
Sukabumi atau selatan dari Kota Sukabumi, sebagian besar wilayahnya merupakan
perbukitan dan lembah yang cukup terjal dan curam dengan ketinggian ± 925 di
atas permukaan laut. Wilayahnya rawan longsor, suhunya berkisar antara 18-26o C
dengan curah hujan dan kelembaban udara yang cukup tinggi serta sering berkabut.
Tabel 02
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur
Di Kecamatan Purabaya Tahun 2016
Kelompok Umur Jumlah Penduduk
No
(Tahun) Laki-Laki Perempuan
1 0-4 1.983 1.929
2 5-9 1.904 1.852
3 10 - 14 1.894 1.842
4 15 - 19 1.492 1.451
5 20 - 24 1.478 1.437
6 25 - 29 1.415 1.376
7 30 - 34 1.353 1.315
8 35 - 39 1.374 1.336
9 40 - 44 1.353 1.315
10 45 - 49 1.332 1.295
11 50 - 54 1.374 1.336
12 55 - 59 1.353 1.315
13 60 - 64 937 911
14 > 65 1.577 1.522
Jumlah L/P 20.897 20.330
Jumlah 41.227
UMUR 15-44 TAHUN yaitu sebanyak 16.695 jiwa (40,67%), dimana pada usia ini merupakan
usia produktif. GOLONGAN UMUR INI MERUPAKAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF YANG MASIH
MEMPUNYAI PELUANG UNTUK BEREPRODUKSI DAN HARUS MENDAPAT PERHATIAN TERUTAMA DARI
2016 adalah 41.227 jiwa, terdiri dari 20.897 laki-laki dan 20.330
tanggungan 54,63.
Tabel 03
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rasio Beban Tanggungan
Di Kecamatan Purabaya Tahun 2016
2.1.4 Pendidikan
yaitu sebanyak 33.383 jiwa atau sebanyak 81,32 % penduduk Kecamatan Purabaya,
yang ditamatkan.
tentang kesehatan, yang mana dengan pengetahuannya ini akan membantu bagi
individu tersebut atau orang lain dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya.
33,383
35,000
31,500
28,000 31,495
24,500 94,3 %
21,000 16,932 16,451
17,500
14,000 15,932 15,563
10,500 94,1 % 94,6 %
7,000
3,500
0
Laki-laki Perempuan Jumlah
Penduduk Berumur 10 tahun ke atas Penduduk Berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf
Tabel 04
Persentase Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Di Kecamatan Purabaya Tahun 2016
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL
LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
pendidikan yang kurang. Oleh karena itu erat kaitannya dengan kesadaran
2.1.5 Pekerjaan
7. TNI/Polri : 12 orang
Kecamatan Purabaya.
- Poskesdes 2 buah :
Poskesdes Pagelaran
Poskesdes Neglasari
- Kendaraan Operasional :
2 buah Pusling
1 buah Ambulans
1 Magister Managemen
1 Dokter umum
1 Dokter gigi
3 Sarjana Keperawatan
2 D IV Kebidanan
20 D III Kebidanan
13 D III Keperawatan
2 D III Komputer
3 SLTA
3 SLTP
Graham ialah sarjana pertama yang pada tahun 1903 dapat membuktikan
secara positif peran nyamuk aedes aegypti dalam transmisi dengue di
Indonesia.Vektor DBD telah di selidiki, dan aedes aegypti di daerah perkotaan di
perkirakan sebagai vektor penting. Survey jentik yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
(Ditjen PPM dan PLP) di 27 propinsi dalam kurun waktu lima tahun (1992-1996)
memperlihatkan rata-rata indeks premi 20%, suatu angka yang di anggap 5% lebih
tinggi terhadap ambang risiko transmisi demam dengue.(Sumarmo, 2002)
a) Nyamuk dewasa
c) Jentik (larva)
2. Lingkaran hidup
C. Tempat Perkembangbiakan
1. Survei nyamuk
b. Visual
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik
di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya,
Biasanya dalam program DBD mengunakan cara visual.
Survei ini dilakukan dengan cara memasang ovitrap yaitu berupa bejana,
misalnya potongan bambu, kaleng (seperti bekas kaleng susu atau gelas plastik)
yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya. Ke
dalam bejana tersebut dimasukkan padel berupa potongan bilah bambu atau
kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap sebagai tempat meletakkan
telur bagi nyamuk.
Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah di tempat yang gelap dan
lembab.Setelah 1 minggu dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya telur
nyamuk dipadel. (Depkes RI, 2005)
1. Sekolah
Anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah
Merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang
DBD
2. Rumah sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain.
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan di
antaranya adalah penderita DBD, DD atau carier virus denue.
3. Tempat umum lainnya, seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran
dan tempat ibadah.
4. Pemukiman baru dipinggir kota
Karena dilokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah,
maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita
Kepadatan nyamuk Aedes Aegypti ini akan meningkat pada musim hujan,
dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti. (Suroso dan Umar, 2002)
Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit DBD adalah :
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang.Jika
kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk terkena penyakit
DBD.Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dari
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus seperti
penyakit DBD.Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan daya
tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba.Pada musim itu terjadi
perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
virus dengue penyebab DBD.Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk
berkembangbiak menjadi lebih banyak.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh
manusia.Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan
pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,
lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.Faktor yang memudahkan
seseorang menderita DBD dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat penampungan air, karena
kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan
berkembangbiak. Hal ini dikarenakan tempat penampungan air masyarakat
indonesia umumnya lembab, kurang sinar matahai dan sanitasi atau
kebersihannya.
1. Diagnosa Klinis
a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).
b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif, Petekie
(bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit),
Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis
(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),
Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).
c. Perdarahan pada hidung dan gusi.
d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah.
e. Pembesaran hati (hepatomegali).
f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnosa Laboratoris
a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000 /mmHg
b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau
lebih(Depkes RI, 2005).
H. Pemberantasan DBD
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama
yang dilakukan untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat
untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara pemberantasan yang dilakukan
adalah terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya.
120
100 %
100
80
60
40
20
2 2
0
Penderita DBD yang Penderita DBD yang Pencapaian
ditangani ditemukan dalam satu
tahun
1.2
Januari
0.8 Pebruri
Maret
April
0.6 Mei
Juni
Juli
Agustus
0.4
September
Oktober
November
0.2 Desember
A. Identitaskepalakeluarga
1. Nama : Tn. Ujang Sehabudin
2. Umur : 51 Tahun
3. Alamat : Kp.Purabaya RT 02 / RW 01
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Hubungan dengan penderita :-
B. Identitaspenderita
1. Nama : Tn. Ujang Sehabudin
2. Umur : 51 Tahun
3. Pekerjaan/ sekolah : Wiraswasta
4. Alamatpekerjaan / sekolah : - Kp. Purabaya RT 02 / RW 01
C. Riwayatpenyakit
1. Keluhan / gejala utama yang muncul : demam tinggi disertai muntah-
muntah.
2. Kapan mulai muncul : tanggal 23 Januari 2016
3. Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali :langsung di periksa
oleh tenaga medis Puskesmas Purabaya pada tanggal 24 Januari 2016
dan dibawa ke Rumah Sakit Syamsudin pada tanggal 25 Janauri 2016
selama 6 hari,pasien pulang dari rumah sakit tanggal 31 Januari dengan
diagnose positif DBD.
4. Apakah ada anggota keluarga serumah menderita gejala serupa(
tersangka DBD ) : tidak ada
D. Specimen Diperiksa
1. Jenis Sampel Diperiksa :DiambilDarah di Lab.
2. Hasillaboratorium :Terlampir
3. Keterangan :Positif DBD
E. Pemeriksaan jentik
1. Tempat pemeriksaan jentik : ember tempat penampungan air, pot bunga,
bak mandi.
NIP.196604121989031
A. Identitaskepalakeluarga
1. Nama : Tn. Encep
2. Umur : 38 Tahun
3. Alamat : Kp.Pengkolan RT 02 / RW 01
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Hubungan dengan penderita :-
B. Identitaspenderita
1. Nama : Tn. Encep
2. Umur : 38 Tahun
3. Pekerjaan/ sekolah : Wiraswasta
4. Alamatpekerjaan / sekolah : Kp.Pengkolan RT 02 / RW 01
C. Riwayatpenyakit
1. Keluhan / gejala utama yang muncul : demam tinggi disertai muntah-
muntah.
2. Kapan mulai muncul : tanggal 6 juli 2016
3. Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali :langsung di
periksa oleh tenaga medis Puskesmas Purabaya pada tanggal 6 juli
2016 dan dirawat di puskesmas purabaya 1 malam selanjutnya di
rujuk ke Rumah Sakit Secapa Polri pada tanggal 7Juli 2016 selama 9
hari,pasien pulang dari rumah sakit tanggal 16 Juli dengan diagnose
positif DBD
4. Apakah ada anggota keluarga serumah menderita gejala serupa(
tersangka DBD ) : tidak ada
D. Specimen Diperiksa
1. Jenis Sampel Diperiksa : Diambil Darah di Lab.
2. Hasillaboratorium :Terlampir
3. Keterangan :Positif DBD
4. Pemeriksaan jentik
Biaya Waktu
No Kegiatan Tujuan Pelaksana Lokasi Sasaran Target Logistik
(Rp)
J F M A M J J A S O N D
1 Penyuluhan DBD Untuk meningkatkan P2 DBD 7 Desa Masyarakat 100% BOK) Transport
pengetahuan
masyarakat
2 Kunjungan Rumah Untuk memantau P2 DBD 7 Desa Rumah 100 % (BOK) Transport
Penderita DBD perkembngan penderita penderita
DBD
3 Pelacakan kasus DBD Untuk mencari P2 DBD 7 Desa Masyarakat 7 kl/tahun (BOK) Transport
penderita DBD kecamatan
Purabaya
KARMI,SKM.,MM Sopandi,SKep
NIP. 19701017.199703.1.008
A. Kesimpulan
1. Pembuatan Laporan Tahunan Program DBD sangat diperlukan baik oleh
Puskesmas maupun bagi pihak yang terkait lainnya, karena dari Laporan
Tahunan ini terangkum semua hasil kegiatan program DBD sehingga
memudahkan dalam mencari data secara lengkap.
2. Visi dan Misi Puskesmas belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh jajaran
karyawan Puskesmas, sehingga dalam implementasi dilapangan
seringterjebak dalam tugas-tugas yang sifatnya rutinitas tanpa sepenuhnya
dilandasi oleh semangat yang terkandung dalam makna visi misi
puskesmas, yang berdampak terhadap kurang maksimalnya kinerja dan
pencapaian program DBD di puskesmas.
3. Walaupun belum maksimal sebagian besar program DBD sudah berjalan,
hanya diperlukan upaya peningkatan baik dari kwantitas maupun kwalitas
kegiatan.
4. Sistim Informasi dan Manejemen Kesehatan (SIMKES) Khususnya dalam
kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh petugas masih
sangat lemah, dimana pencatatan yang dibuat masih kurang akurat,tepat
dan cepat. Diperlukan peningkatan sumber daya manusia agar pelaksanaan
SIMKES lebih maksimal.
5. Kemampuan puskesmas untuk melakukan advokasi terhadap sektor lainnya
yang ada di tingkat kecamatan masih kurang optimal, sehingga peran serta
masyarakat didalam konsep pembangunan berwawasan kesehatan masih
disikapi secara pasif oleh masyarakat dan kelembagaan yang ada diluar
kesehatan dan masih ada anggapan bahwa pembangunan kesehatan masih
B. Saran
Kami menyadari bahwa Laporan Tahunan ini masih memerlukan
penyempurnaan, dengan demikian kami sangat terbuka untuk menerima
masukan, petunjuk dan bimbingan dari semua pihak demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Demikian Laporan Tahunan Program DBD Tahun 2016 ini
dibuat,dengan harapan menjadi sumber data bagi seluruh pihak yang
berkepentingan, sebagai pedoman dalam melakukan upaya peningkatan kinerja
pelayanan serta sebagai dasar dalam menyusun rencana kegiatan yang akan
datang.
Mengetahui Purabaya, Januari 2017
Kepala UPTD Puskesmas Purabaya, Pelaksana Program DBD,