Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknik nuklir dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya
adalah untuk keperluan medis dalam bidang kedokteran. Aplikasi teknik nuklir ini
melibatkan penggunaan radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop dan atau sumber
radiasi lainnya yang dipancarkan oleh suatu pesawat, seperti sinar-X. Penggunaan radiasi
dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam
bidang kedokteran, pemanfaatan teknik nuklir ini meliputi tindakan-tindakan
radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. Ketiga jenis kegiatan tersebut
umumnya menggunakan sumber radiasi yang spesifikasinya berbeda-beda.

Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan
menggunakan sinar pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar radiografi guna
menegakkan diagnosa. Dalam membuat teknik radiografi agar mendapatkan hasil citra
gambar (image) yang dapat menegakkan diagnosa dapat diatur dengan memodifikasi
posisi pasien dengan posisi pesawat roentgen karena keduanya dapat mempunyai keadaan
yang berbeda seperti mendapat pasien kecelakaan dengan fraktur (retak) maka bila pasien
kurang kooperatif (tidak sadar) yang di modifikasikan adalah pesawatnya yang otomatis
kaset berisi film menyesuaikan.

Kanker payudara pada tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun, namun
bersamaan dengan berkembangnya penyakit akan timbul gejala yang menyebabkan
perubahan pada payudara. Pemeriksaan dapat berupa Pemeriksaan Payudara Sendiri,
Pemeriksaan Payudara oleh Tenaga Medis dan mammogram yang lebih populer dengan
mamografi.

Kanker payudara merupakan 1-3% penyebab kematian akibat kanker pada wanita di
seluruh dunia. Sejak mamografi digunakan secara luas sebagai metode skrining, ukuran
tumor saat pertama dideteksi dan tingkat kematian akibat kanker payudara menurun
cukup tajam sampai 20% dalam 10 tahun terakhir.

Kanker payudara di Indonesia sampai saat ini merupakan kanker kedua tersering pada
wanita setelah kanker mulut rahim dan biasanya ditemukan sudah stadium lanjut, karena
masih sedikitnya penemuan kasus dalam stadium dini sehingga skrining menjadi sangat
penting.

Mamografi sangat bermanfaat dalam menemukan lesi berukuran sangat kecil,


sampai 2 mm, yang tidak teraba dalam pemeriksaan klinis (biasanya berukuran di bawah
1 cm). Mamogram dapat mendeteksi adanya kelainan pada payudara sebelum terasa oleh
kita. Mamogram masih merupakan alat yang paling efektif untuk mendeteksi dini kanker
payudara.

Mamografi sendiri sebenarnya adalah tindakan pemeriksan payudara dengan


menggunakan sinar X berintensitas rendah. Selama mamografi, payudara ditekan oleh
dua alat berbentuk piringan slama beberapa detik. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran yang jelas dari kondisi payudara. Kadang-kadang timbul rasa tidak nyaman
akibat prosedur pemeriksaan ini. Untuk itu mamografi sebaiknya dilakukan setelah masa
menstruasi selesai. Saat itu payudara sedikit melunak. Penelitian menunjukkan
sebaiknya tidak menggunak deodoran, krim, atau bedak di ketiak ketika melakukan
mamografi karena hal itu dapat mempengaruhi hasil mamografi.

Dari hasil mamogram, dokter dapat melihat adanya ketidak normalan pada payudara dan
juga mengetahui perubahan yang terjadi bila dibandingkan dengan hasil mamogram yang
terdahulu. Jika ditemukan sesuatu yang mencurigakan, dokter akan menyarankan untuk
melakukan biopsi atau pengambilan sedikit jaringan di wilayah yang dicurigai untuk
diteliti apakah terdapat kanker atau tidak.

Oleh karena itu saya melakukan PKL ini guna dapat mengetahui penggunaan dan
cara kerja pesawat sinar-X, sehingga menghasilkan hasil akhir foto roentgen yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya keabnormalan pada sel payudara, dengan melihat
dari berbagai faktor.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya PKL adalah :
a. Untuk mengetahui bagian-bagian pada pesawat sinar-x mamografi
b. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pesawat sinar x mamografi.
c. Untuk mengetahui dosis radiasi yang diberikan kepada pasien.
d. Untuk melihat sel abnormal pada payudara pada monitor.
e. Untuk mengetahui jarak yang tepat pada saat penyinaran, guna menghasilkan film
roentgen yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknik Radiografi

Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan
menggunakan sinar pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar radiografi guna
menegakkan diagnosa. Dalam membuat teknik radiografi agar mendapatkan hasil citra
gambar (image) yang dapat menegakkan diagnosa dapat diatur dengan memodifikasi
posisi pasien dengan posisi pesawat roentgen karena keduanya dapat mempunyai keadaan
yang berbeda seperti mendapat pasien kecelakaan dengan fraktur (retak) maka bila pasien
kurang kooperatif (tidak sadar) yang di modifikasikan adalah pesawatnya yang otomatis
kaset berisi film menyesuaikan.

2.2. Teknik Radiografi Mammografi


Mammografi merupakan salah satu peralatan radiodiagnostik yang memanfaatkan
sinar-X untuk membentuk citra organ payudara pada lembar film radiografi. Sinar-X
berenergi rendah akan menembus organ 'mammae' yang dikompresi sehingga akan
menimbulkan efek pada film yang diletakkan di bawahnya. Image (citra) dari organ
payudara yang terbentuk pada film dapat digunakan untuk deteksi adanya kanker di
antara jaringan normal.
Prinsip Mammografi
2.3. Kontras Fisik dari Citra Medik Sinar-X
Obyek dan struktur di dalam tubuh memiliki berbagai kontras fisik sehingga
keadaan ini akan tergambar dalam kontras tampak dari citra medik. Kontras fisik berbeda
pada setiap tempat di jaringan atau organ tubuh. Ciri fisik untuk menghasilkan kontras
mata atau tampak dari citra medik akan berbeda pada setiap modalitas imajing yang
digunakan.
Radiograf sinar-x dan pemindai CT biasanya memperlihatkan perbedaan densitas
unsur di dalam tubuh. Karena banyak terdapat udara di dalam paru maka akan terdapat
banyak perbedaan densitas di dalam gambar sinar-x rongga dada. Pada citra CT juga
terdapat perbedaan densitas dari organ yang ditampilkan, tetapi ia memiliki sensitifitas
kontras yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan citra medik radiografi konvensional
dan dapat ditampilkan sebagai perbedaan densitas jaringan yang lebih kecil (sebagai
contoh pada gambaran kepala). Ketika tidak terdapat perbedaan densitas yang memadai
dari struktur tubuh pasien untuk menghasilkan kontras tampak yang baik (antara cairan
dan jaringan lunak) maka dapat ditambahkan unsur barium atau yodium agar terjad
kenaikan nilai kontras fisik dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan kontras
tampak/gambar. Unsur barium dan yodium merupakan unsur penyerap sinar-x yang baik.
Hal ini disebabkan oleh karena nomor atom dari unsur tersebut, bukan oleh karena
densitasnya (kerapatan).
BAB III
METODELOGI

3.1. Persiapan Alat


1. Mammografi Unit
• Anoda Mo
• Kaset khusus
• Ada Conus
• Filter : Al

2. Film khusus mammografi :


• Non Screen
• High Definition

3.2. Tindakan Proteksi Radiasi


Tujuan
• Menghindari dosis radiasi yang diterima pasien melampaui batas yang diijinkan.
• Menghindari kerusakan organ tubuh lain yang peka terhadap radiasi.

Tindakan
• Dilakukan hanya bila ada perintah dokter.
• Luas lapangan seminimal mungkin.
• Bekerja seteliti mungkin.

3.3. Proyeksi Pemeriksaan

1. Mediolateral
Posisi Pasien : Recumbent dan sedikit oblique ke posterior

Posisi Obyek
• Bagian mamae yang difoto dekat kaset.
• Mammae diletakkan di atas kaset dengan posisi horizontal.
• Lengan posisi yang difoto di atas sebagai ganjal kepala.
• Lengan lain menarik mamae yang tidak difoto ke arah mediolateral agar tidak
superposisi dengan lobus lain.
Central Ray :Vertikal/tegak lurus/medio lateral
Central Point: Pertengahan mamae
FFD : Sedekat mungkin (konus menempel mamae), bila perlu kontak
NB : teknik soft tissue teknik

2. Superoinferior
Posisi Pasien : Duduk/erect

Posisi Obyek
• Mammae diletakkan diatas kaset.
• Film diatur horizontal.
• Tangan sebelah mammae yang difoto menekan kaset kearah dalam posterior dan tangan
lain di belakang tubuh
• Sebaiknya dengan sistem kompresi (mengurangi ketebalan mamae agar rata & tipis)
• Kepala menoleh kearah yang berlawanan
Central Ray : Vertikal atau tegak lurus

Central Point : Pertengahan mamae

FFD : 35–40 cm
Menggunakan soft tissue teknik

3. Aksila
Tujuan : untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila.

Posisi Pasien : Erect


Posisi Obyek
• Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit
oblique.
• Obyek diatur ditengah film.
• Film vertikal pada tepi posterior.
• Batas atas film pada costae 11-12.
• Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala,
lengan yang tidak difoto di samping tubuh.

Central Ray: Horisontal atau tegak lurus

Central Point : 5 cm di bawah aksila


FFD : 35–40 cm

Anda mungkin juga menyukai