Tugas Ujian
Tugas Ujian
Formula IOL
Adalah formula yang digunakan untuk menghitung kekuatan IOL yang
akan ditanamkan dengan terlebih dahulu melengkapi data biometri lainnya.
Formula IOL yang paling sering digunakan adalah SRK-T (66,2%) dan yang
paling jarang adalah SRK-II (7%).
1. Formula IOL Generasi ke-1
Merupakan semua formula IOL yang muncul pada era sebelum
tahun 1980-an, baik formula yang teoritik maupun empiris. Beberapa
tokohnya antara lain yaitu : Fedorov and Kolinko (1967), Colenbrander
(1973), Thijssen & Van der Heidje (1975), Binkhorst (1975), Hoffer
(1979), Gills & Lloyd (1980) dan Sanders, Retzlaff dan Kraff (1980).
Penggunaan konstanta ini tidaklah terlalu mengganggu karena jenis
IOL yang tersedia biasanya menggunakan iris sebagai pegangan (iris clip
lens). Namun setelah berkembangnya anterior chamber maupun posterior
chamber IOL, maka formula ini menjadi kurang tepat.
Formula IOL generasi ke-1 yang perlu diutarakan adalah SRK I,
yaitu :
P = A – 2,5L - 0,9K
Keterangan :
P = Power IOL
A = A constant
L = Axial length
K = Rata-rata keratometer
Variabel A constant biasanya dilampirkan pada masing-masing
IOL, misalnya posterior chamber IOL mempunyai A constant 116,2
sampai 118,7; anterior chamber 114,2 sampai 115,8; sedangkan iris-
fixated IOL 114,2 sampai 115,6. Dari sini kita dapat melihat bahwa
semakin besar A-constant maka IOL ditempatkan lebih ke arah posterior
(lebih dekat ke retina) .
2. Formula IOL Generasi ke-2
Tahun 1981, Binkhort mempelopori perkembangan IOL generasi
ke-2 dengan mulai menggunakan 1 variabel, yaitu variabel panjang bola
mata untuk memprediksi posisi efektif lensa pasca operasi. Beberapa tokoh
lainnya yaitu : Hoffer (1983), Shammas (1984), Sanders (1988:
mengeluarkan SRK II), Holladay, Thompson-Maumence dan Donzis.
Panjang bola mata untuk masing-masing individu berbeda-beda, sehingga
pada formula SRK II ini dapat kita tambahkan konstanta A1 yang berbeda-
beda dan ini tergantung dari panjang bola mata :
P = A1 – 2,5L - 0,9K
keterangan :
P = Power IOL
A1 = A constant bergantung dari panjang bola mata
L = axial length dalam mm
K = Rata-rata keratometer dalam diopter
Untuk A1: jika L < 20 mm : A1 = A+3
20 ≤ L < 21 : A1 = A+2
21 ≤ L < 22 : A1 = A+1
22 ≤ L < 24,5 : A1 = A
L > 24,5 : A1 = A-0,5
3. Formula IOL Generasi ke-3
Holladay yang mempelopori perkembangan formula IOL generasi
ke-3 pada tahun 1988, dengan menggunakan 2 buah variabel untuk
prediksi ELPo (effective lens position) yaitu variabel panjang bola mata
dan keratometry. Formula generasi ke-3 ini kebanyakan merupakan hybrid
formula. Holladay memperhitungkan kedalaman bilik mata depan
berdasarkan rata-rata power kornea, faktor ketebalan retina dan
memperkenalkan konsep surgeon factor.
Retzlaff dan kawan-kawan (1990) mengeluarkan formula SRK/T
dengan menambahkan faktor koreksi terhadap ketebalan retina. Kenneth
Hoffer memperkenalkan formula Hoffer Q (1993) dengan menggunakan
modifikasi faktor ACD (anterior chamber depth). Biasanya angka ACD
pada formula Hoffer Q jarang disediakan oleh produsen IOL, sehingga
harus dikonversikan dari A constant berdasarkan rumus atau dapat pula
diambil dari tabel konversi.
4. Formula IOL Generasi ke-4
Formula IOL sebelumnya mengasumsikan bahwa kedalaman bilik
mata depan akan semakin bertambah dengan semakin panjangnya bola
mata. Namun asumsi ini cukup tepat pada mata normal maupun miopia
yang tinggi, tetapi pada hipermetrop tidak tepat. Hal inilah yang menjadi
sumber kesalahan perhitungan prediksi power IOL yang digunakan pada
mata dengan hipermetropia.
Pelopor formula generasi ke-4 ini adalah Olsen (1995) dan Jack
T.Holladay (1997). Olsen menggunakan 4 variabel pre-operatif untuk
prediksi effective lens position (ELPo), yaitu :
Axial length
Keratometry
Preoperative anterior chamber depth
Lens thickness
Sedangkan Holladay menggunakan 7 buah variabel pre-operatif,
dimana pada generasi ke-3 Holladay hanya menggunakan 2 variabel,
ketujuh variabel tersebut yaitu :
Axial length (panjang bola mata)
Keratometer
Diameter horizontal kornea (white-to-white)
Kedalaman bilik mata depan (ACD)
Ketebalan lensa
Status refraksi pre-operatif
Usia pasien
Berdasarkan keterangan diatas, maka formula IOL generasi ke-4
(Holladay II) baik digunakan pada ukuran AXL yang rata-rata (mendekati
nilai normal: 23,45 mm). Formula ini juga tepat digunakan untuk penderita
katarak dengan bola mata yang kecil, seperti katarak pada anak dan juga
baik untuk perhitungan power IOL pada pemasangan piggyback IOL
(Implantasi dua buah IOL pada satu mata dan biasanya dilakukan pada
penderita hipermetropia yang tinggi).
5. Macam-Macam Katarak
1. Katarak Berdasarkan Usia
a. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan
sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir
umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya
seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi
gangguan pada kehidupan janin.
Dibagi menjadi 2 jenis :
1) Katarak kapsulolentikular
Katarak yang mengenai kapsul dan korteks.
2) Katarak lentikular
Katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja, tanpa disertai
kekeruhan kapsul. Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa
yang timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan
penyakit ibu dan janin lokal atau umum.