BAB 1
PENDAHULUAN
insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun
pada janin. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang
anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap
infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas,
atonia uteri. Atonia uteria (relaksasi otot uterus) merupakan uteri tidak
insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun
negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5
% ibu hamil dengan anema (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan
anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 % ibu
hamil aterm dengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil dengan
anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB)
(Wiknjosastro, 2005).
anemia dalam kehamilan (Manuaba, 2001). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di
Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia pada ibu hamil
disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan
kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif
seperti: 1) Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak (Manuaba, 2001). Ibu hamil yang
tubuh manusia karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang. Karena
oksigen yang diikat dalam darah kurang, maka akan mempengaruhi kerja otot
< 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara anemia dalam
tahun 2005 faktor yang paling dominan menyebabkan atonia uteri adalah umur ibu
serta tempat bersalin ibu. Berbeda dengan hasil penelitian Lucinda yang juga
melakukan penelitian serupa di RSUD kota Bekasi tahun 2010 diperoleh bahwa
umur ibu hamil tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian atonia
uteri, faktor yang paling dominan adalah paritas dan kadar HB/anemia.
pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil
biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis
pemberian asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian
zat besi sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar
Kabupaten Tobasa tercatat jumlah kasus mioma uteri dari tahun 2012-2014 adalah
sebesar 62 kasus dengan rincian pada tahun 2012 sebesar 17 kasus, pada tahun
2013 sebesar 21 kasus dan pada tahun 2014 sebesar 24 kasus dan berdasarkan
survey awal tersebut bahwa penderita mioma uteri terkait dengan anemia dalam
kehamilan.
1. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1
dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi,
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan
haemoglobin 19%.
3. Malabsorpsi
7
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-
kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai
kehamilan, dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar
1000ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3bulan setelah
sebagai berikut:
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program
b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
berikut:
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
9
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang
Gejala-gejalanya :
a. Malnutrisi
c. Diare
Pengobatannya:
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
3. Anemia Hipoplastik
membuat sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar 8% kehamilan.
Ciri-ciri:
nyata.
4. Anemia Hemolitik
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada
menghindari bahaya hipoksia janin. Anemia ini terjadi pada sekitar 0,7%
diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada jenis obat-obatan, hal ini
5. Anemia-anemia lain
hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing
11
ganas dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi
lebih berat dan berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan,
untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat cacing dan lain-lain.
pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil
biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis
pemberian asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian
zat besi sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar
Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang
banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam,
hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-
zat besi dalam usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat
besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
12
b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu :
1. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan
kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga
seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja
berwarna hitam.
malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi
4. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari
langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup
kembali dengan rapat. tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya
tidak diminum
darah.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang
anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap
infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas,
2.2.1. Pengertian
untuk berkontraksi dan memendek. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana
terjadinya kegagalan otot rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post
partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4
14
jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan
dapat mengarah pada terjdainya syok hipovolemik. Diagnosis atonia uteri yaitu
bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata pendarahan masih aktif dan banyak,
bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau
b. Kehamilan gemelli
5. Infeksi intrapartum
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda (<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering
terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan
b. Pucat
2.2.5. Diagnosis
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu
16
diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga
masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah,
tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani
uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi
lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding
oksitosin.
17
Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat
ini.
1. Resusitasi
transfusi darah.
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika
perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera
a. Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang
KBI
d. Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat,
4. Pemberian Uterotonika
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan
lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping
secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25
mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM)
atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme
perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini
mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg.
kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga
saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
5. Operatif
keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang
berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika
dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim.
Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang
absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari
rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri
Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi
ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm
dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar
cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang
kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan
benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari
trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan
femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka
pasien.
7. Histerektomi
Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada
Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan
Teknik :
tidak diperlukan
c. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan
secara sempurna.
1. Ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifar analitik yaitu
3.3.1. Populasi
ini adalah seluruh ibu bersalin pada bulan Januari s/d Juni 2015 di Desa Sijambur
3.3.2. Sampel
25
26
a. Data Primer
kuesioner.
b. Data Sekunder
dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Sijambur Kecamatan Ajibata
1. Editing
Editing dalam penelitian ini berupa kegiatan pengecekan data apakah sudah
lengkap.
2. Coding
macamnya.
3. Data Entry
Data rntry yaitu proses memasukkan data ke dalam kategori tertentu untuk
4. Tabulating
dianalisis dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada dan yang
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Desa ini merupakan salah satu kecamatan yang terletak di daerah dataran tinggi.
Secara geografis Desa Sijambur mempunyai luas wilayah 14.492 km2 dengan
No Umur f %
1 > 20 tahun 3 6,7
2 20-35 tahun 29 64,4
3 > 35 tahun 13 28,9
Jumlah 45 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden lebih banyak
dengan umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (64,4%), umur > 35 tahun sebanyak
29
13 orang (28,9%) dan lebih sedikit dengan umur > 20 tahun sebanyak 3 orang
(6,7%).
No Umur f %
1 SD 3 6,7
2 SMP 16 35,6
3 SMA 21 46,7
3 PT 5 11,1
Jumlah 45 100,0
No Pekerjaan f %
1 IRT 4 8,9
2 Petani 25 55,6
3 Berdagang 16 35,6
Jumlah 45 100,0
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: anemia dan
atonia uteri.
4.3.1. Anemia
No Anemia f %
1 Hb < 12 gr% 10 22,2
2 Hb ≥ 12 gr% 35 77,8
Jumlah 45 100,0
lebih banyak dengan tidak terjadi anemia sebanyak 35 orang (77,8%) dan lebih
No Atonia Uteri f %
1 Atonia uteri 11 24,4
2 Tidak atonia uteri 34 75,6
Jumlah 45 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kejadian atonia uteri lebih
banyak dengan tidak terjadi atonia uteri sebanyak 34 orang (75,6%) dan lebih
Kabupaten Tobasa.
Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa dapat dilihat pada Tabel
4.6:
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 10 orang dengan Hb < 12
gr% terdapat atonia uteri sebanyak 7 orang (70,0%) dan tidak atonia uteri
atonia uteri sebanyak 4 orang (11,4%) dan tidak atonia uteri sebanyak 31 orang
(88,6%).
Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa terdapat 25% sel
expected < 5 maka sebaiknya mempergunakan uji eksak Fisher. Dari hasil uji
Eksak Fisher diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada
hubungan anemia antara ibu dengan atonia uteri dengan ibu tidak atonia uteri (ada
hubungan yang signifikan antara anemia dengan atonia uteri). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai RP 6,1 (95% CI = ,236-16,775) artinya ibu dengan kejadian
32
anemia mempunyai hubungan 6,1 kali terjadi atonia uteri dibandingkan ibu
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Anemia
Hasil penelitian tentang variabel anemia ditemukan ibu dengan kadar Hb <
12 gr% sebesar 22,2%. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian anemia pada ibu
Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tergolong tinggi. Keadan ini
perlu mendapat perhatian agar pada saat ibu hamil lebih memperhatian gizi
sewaktu hamil untuk mencegah terjadinya anemia, karena anemia pada ibu hamil
dengan pemberian tablet besi (Fe) secara gratis kepada semua ibu hamil untuk
Puskesmas. Selain itu melibatkan peran serta dari petugas kesehatan seperti;
bidan, perawat hingga kader Posyandu dapat mengurangi jumlah ibu hamil yang
baik bagi ibu, baik dalam masa kehamilan, persalinan, maupun nifas, seperti
abortus, partus prematur, partus lama, inersia uteri, perdarahan post partum karena
atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum bahkan sampai
34
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab
(atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim,
daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada
atonia uteri sebesar 24,4%. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian atonia uteri pada
Keadan ini perlu mendapat perhatian agar pada waktu bersalin mengurangi
Menurut Apri (2007) bahwa pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat
mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat
35
mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III
transfusi darah.
yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani
uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi
lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit
gr% dengan kejadian atonia uteri sebesar 70,0%. Uji statistik Eksak Fisher
menunjukkan variabel umur nilai p < 0,05 dengan RP 6,1 (95% CI = 2,236-16,775)
berhubungan dengan atonia uteri. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan
semakin tinggi ibu anemia saat kehamilan akan meningkat kejadian atonia uteri.
Pada penelitian ini perlu pelaksanaan penyuluhan kepada ibu bahwa perlu
kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif
seperti: 1) gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel
ditransfer ke sel tubuh maupun otak. Sehingga dapat memberikan efek yang buruk
tubuh manusia karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang. Karena
oksigen yang diikat dalam darah kurang, maka akan mempengaruhi kerja otot
< 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara anemia dalam
terjadinya atonia uteri, karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang.
Sehingga jumlah oksigen yang dikirim ke uterus pun kurang. Hal ini
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
Samosir agar melakukan pengawasan yang pada ibu hamil untuk mengurangi
2. Bagi ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir agar
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Uterine Fibroids, Active Component Females, U.S. Armed Forces,
2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report. Volume 18, No. 12.
Pages 10-13.
Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta :
Penerbit EGC.
James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney, David N, 2003.Danforth By Lippincott Williams & Wilkins
Publishers; 9th edition:475
JK, Park et al., 2005. A Clinical Analysis of Uterine Myoma. Korean Journal
Obstetric Gynecology. Volume 48, No. 2. Pages 436-445.
29
39
Muzakir, 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau periode 1 Januari-31 Desember 2006. Laporan Penelitian.
Purba, C, Merry., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap
di rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2004-2008. Skripsi
Mahasiswa FKM USU Medan.
Randell, et al., 2006. Fracture Risk and Bone Density of Peri – and Early
Postmenopausal Women with Uterine Leiomyoma. Maturitas. Volume 53,
No. 3, February 2006, Finland.
Wise, Lauren, et al., 2009. A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of
Uterine Leiomyomata. American Journal of Epidemiology. Vol. 171 No.
2. Pages 221-232.
KUESIONER
A. Indentitas Responden
1. Nama : ………………
2. Umur : ………………
3. Pekerjaan : ………………
B. Data Khusus :
1. Berat Badan : ………….. kg
2. Jumlah anak : ………….. orang
41
MASTER DATA
41 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1
43 1 0 0 0 1
44 1 1 1 0 1
45 1 1 1 1 0
43
Frequencies
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 20 tahun 3 6.7 6.7 6.7
20-35 tahun 29 64.4 64.4 71.1
> 35 tahun 13 28.9 28.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
pendidikan
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 4 8.9 8.9 8.9
Petani 25 55.6 55.6 64.4
Berdagang 16 35.6 35.6 100.0
Total 45 100.0 100.0
Anemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 12 gr% 10 22.2 22.2 22.2
> = 12 gr% 35 77.8 77.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
Atonia Uteri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Atonia Uteri 11 24.4 24.4 24.4
Tidak Atonia Uteri 34 75.6 75.6 100.0
Total 45 100.0 100.0
44
Crosstabs
Anemia * Atonia Uteri Crosstabulation
Atonia Uteri
Tidak Atonia
Atonia Uteri Uteri Total
Anemia < 12 gr% Count 7 3 10
Expected Count 2.4 7.6 10.0
% within Anemia 70.0% 30.0% 100.0%
> = 12 gr% Count 4 31 35
Expected Count 8.6 26.4 35.0
% within Anemia 11.4% 88.6% 100.0%
Total Count 11 34 45
Expected Count 11.0 34.0 45.0
% within Anemia 24.4% 75.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 14.447 1 .000
b
Continuity Correction 11.450 1 .001
Likelihood Ratio 12.959 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear 14.126 1 .000
Association
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Anemia (< 12 gr% / > = 18.083 3.281 99.674
12 gr%)
For cohort Atonia Uteri = Atonia Uteri 6.125 2.236 16.776
PROPOSAL
OLEH :
………………………………..
NIM ……………….
2015