Anda di halaman 1dari 8

Paper Zoonosis

PENYAKIT SCABIES

Anggota : Annisa Latifah J (15021010100147)


Derlin Nahari (1502101010193)
Nur Rahmi (1502101010194)
Diah Nur Agustin (1502101010195)
Afridayanti. H (1502101010214)

Kelas :2
Kelompok : 09

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptesscabiei (Buchart, 1997;
Rosendal 1997). Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang
rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak
mendukung kesehatan, serta kepadatan p enduduk. Faktor yang paling dominan adalah
kemiskinan dan higiene perorangan yang jelek di negara berkembang merupakan kelompok
masyarakat yang paling banyak menderita penyakit Scabies ini (Carruthers, 1978;
Kabulrachman, 1992). Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Diperkirakan
sanitasi lingkungan yang buruk di Pondok Pesantren (Ponpes) merupakan faktor dominan yang
berperan dalam penularan dan tingg inya angka prevalensi penyakit Scabies diantara santri di
Ponpes (Dinkes Propatim, 1997).

Observasi awal yang dilakukan terhadap 6 Ponpes di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
memberikan kesan bahwa : (1) Banyak diantara para santri yang menderita penyakit k ulit
Scabies; (2) Sanitasi Ponpes yang kurang memadai; (3) Higiene perorangan yang buruk, (4)
Pengetahuan, sikap, dan perilaku para santri yang kurang mendukung pola hidup sehat; serta (5)
Pihak manajemen kurang memberikan perhatian pada masalah sanitasi l ingkungan Ponpes.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mengukur angka prevalensi penyakit Scabies pada
santri, serta menganalisis factor sanitasi lingkungan (sanitasi Ponpes, higiene perorangan dan
perilaku) manakah yang berperan secara nyata terha dap tingginya prevalensi penyakit Scabies
pada santri di seluruh Ponpes yang ada di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SCABIES

Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi Sarcoptes
scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch,
Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera (Harahap, 2008).Infeksi
parasit pada kulit yang disebabkan oleh kutu, penetrasi pada kulit terlihat jelas.berbentuk papula,
vesikula atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya.Lesi kebanyakan terjadi
disekitar jari, sekitar pergelangan tangan dan siku ketiak, pinggang, paha dan bagian luar genital
pada pria; puting susu, daerah perut, dan bagian bawah pantat adalah daerah yang paling sering
terkena pada wanita. Pada bayi mungkin menyerang daerah leher, telapak tangan, telapak kaki,
daerah-daerah tersebut biasanya tidak terkena pada orang yang lebih tua. Gatal hebat terjadi
terutama pada malam hari, tetapi komplikasi terbatas hanya terjadi pada luka akibat garukan.

Pada orang yang mengalami penurunan kekebalan dan pada pasien lanjutsia gejala sering
muncul sebagai dermatitis yang lebih luas dan saluran/terowongan yang terbentuk, bersisik dan
kadang-kadang terjadi vesikulasi dan pembentukan krusta (Norwegian scabies); rasa gatal
mungkin berkurang atau hilang. Jika dapat terjadi komplikasi dengan kuman β hemolytic
streptococcus, bisa terjadi glomerulonefritis akut. Diagnosa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya kutu melalui pemeriksaan dengan mikroskop yang diambil dari saluran atau
terowongan pada lesi kulit.

2.2 ETIOLOGI

Skabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan, dan didapatkan melalui kontak
fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Tungau skabies (Sarcoptes
scabiei) ini berbentuk oval, dengan ukuran 0,4 x 0,3 mm pada jantan dan 0,2 x 0,15 pada betina
(Brown dkk, 2002).
2.3 MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS

2.3.1 MASA INKUBASI

Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada
orang yang sebelumnya belum pernah terpajan. Orang yang sebelumnya pernah menderita
scabies maka gejala akan muncul 1 – 4 hari setelah infeksi ulang.

2.3.2 DIAGNOSIS

Menurut Handoko, 2007, diagnosis ditegakkan jika terdapat setidaknya dua dari empat
tanda kardinal skabies yaitPruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Penyakit ini
menyerang manusia secara berkelompok. Adanya terowongan pada tempat- tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu- abuan, berbentuk lurus atau berkelok, rata- rata panjang 1cm,
dan pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah
tempat- tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti jari- jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, umbilikus, genetalia pria dan perut bagian bawah.

2.4 CARA PENULARAN

Perpindahan parasit dapat terjadi secara kontak langsung melalui gesekan kulit dan dapat
juga terjadi pada waktu melakukan hubungan seksual. Perpindahan dari pakaian dalam dan sprei
terjadi jika barang-barang tadi terkontaminasi oleh penderita yang belum diobati. Kutu dapat
membuat saluran dibawah permukaan kulit dalam 2,5 menit. Orang dengan “Norwegian scabies”
sangat mudah menular karena kulit yang terkelupas mengandung banyak kutu.

2.5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko.
Kadangkala diperlukan kerjasama masyarakat dengan otoritas militer. Pengobatan dilakukan
secara massal. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga, didalam unit
atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan. Sediakan sabun, sarana
pemandian, dan pencucian umum. Sabun Tetmosol jika ada sangat membantu dalam pencegahan
infeksi.
Implikasi bencana : Kemungkinan besar menimbulkan KLB pada situasi menusia penuh sesak

Tindakan Internasional : Tidak ada

DISTRIBUSI PENYAKIT

Penyebaran atau distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk kepada


pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang
dimaksudkan dalam epidemiologi adalah menurut cirri-ciri manusia (person),tempat (place), dan
waktu (time). Penyakit scabies ini dapat menyerang semua orang khususnya para bayi akan lebih
rentan terkena penyakit ini. Penyakit ini biasa banyak di derita pada penghuni pondok pesantren.
Tersebar di seluruh dunia. Penyebaran scabies di AS dan Eropa yang terjadi tanpa melihat faktor
usia, ras, jenis kelamin atau status kesehatan seseorang. Scabies endemis disebagian besar negara
berkembang. Scabies berlangsung 2 sampai 6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada
orang yang sebelumnya belum pernah terpajan. Orang yang sebelumnya pernah menderita
scabies maka gejala akan muncul 1 – 4 hari setelah infeksi ulang.

FREKUENSI PENYAKIT

Penyakit scabies merupakan penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang
dapat menyerang manusia. Pada manusia penyakit ini dapat menyerang pada semua umur, baik
anak-anak,remaja dan orang tua. Penyakit ini biasa banyak di derita pada penghuni pondok
pesantren.

DETERMINAN

Agent : Scabies di sebabkan oleh Sarcoptes scabiei, sejenis kutu.

Host: - Menurut Umur (Penyakit ini menyerang segala usia terutama lebih spesifik pada bayi
yang sangat rentan terkena penyakit ini).

- Jenis Kelamin (Penyakit ini di derita oleh semua jenis kelamin karena penyakit ini
menyerang orang yang system imunnya kurang).
Faktor Lingkungan : Kejadian wabah disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan karena
biasanya penyakit ini apabila lingkungan yang di tempati kurang bersih maka akan terpapar oleh
penyakit scabies ini.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A.(1995). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya.

Buchart, C.G.(1997). Scabies : An Epidemiologic Reassessment. Majalah Kedokteran


Indonesia 47 (1) : 117-123.

Carruthers, R.(1978). Treatment of Scabies and Pediculosis. Medical Proggress. 5 (12) : 25-30.

Boediardja S. 2003. Skabies pada Bayi dan Anak. Editor: Boediardja S, Sugito T, Kurniati D,
Elandari. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bratawidjaja, K.G. 2007. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 260-262.

Brown R.G., Burns T. 2002. Lecture Notes Dermatology. Edisi ke- 8. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai