Anda di halaman 1dari 303

Welcome to Nur-Ma'unah

Welcome to Nur-Ma'unah
Ajang Bertukar Pikiran Filosofi Kebatinan, Spiritual, dan Kegaiban.

Selamat datang di web kami.


Ini adalah tempat kita, yang menjadi penggemar cerita tentang "dunia lain" atau
tentang hal-hal gaib, untuk bertukar pikiran / bertanya-jawab mengenai hal-hal gaib dan
spiritual. Kita tidak memandang dari sudut pandang agama, sehingga tidak perlu
dipertentangkan dengan agama apapun. Sudut pandang kita adalah berdasarkan cerita-
cerita di masyarakat, mitos, legenda, pengetahuan atau pengalaman-pengalaman
pribadi, dsb, untuk dicoba diungkapkan kebenarannya supaya tidak menjadi cerita yang
menyesatkan.

Kita boleh berbeda pendapat mengenai banyak hal, apalagi mengenai hal-hal gaib yang
tidak tampak mata biasa. Bila ada di antara kita yang tidak percaya dengan hal-hal gaib
juga tidak apa-apa. Kita harus saling menghormati dan menghargai. Kami juga
mengundang teman-teman para pembaca yang memiliki kemampuan melihat /
mengetahui hal-hal gaib untuk ikut berpartisipasi dalam tulisan ini dan kami berterima
kasih atas partisipasinya. Forum ini dimaksudkan untuk ajang bertukar pikiran atau
bertukar pengalaman yang akan secara positif menambah wawasan dan pemahaman
kita.

Banyak yang memandang spiritual dan cerita mahluk gaib hanyalah budaya / kehidupan
masa lalu. Tetapi nyatanya tidaklah demikian. Itu merupakan bagian dari kehidupan
manusia pada umumnya yang tetap ada dan berkembang hingga saat ini. Kenyataan ini
merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan masih dapat kita alami
hingga saat ini. Memang banyak orang yang tidak percaya atau tidak peduli lagi tentang
hal-hal tersebut, namun banyak juga yang tetap meyakininya, karena mereka
mengalami sendiri fenomena-fenomena gaib itu. Bahkan ada saja orang yang masih
melakukan cara-cara bernuansa kebatinan, spiritual, dan mistik, dalam rangka
membantu menyelesaikan persoalan hidup. Semua itu dianggap sebagai bagian dari
usaha dan doa. Bagaimana korelasinya bagi kita yang hidup di jaman modern ini ?
Meskipun sekarang jaman modern, jamannya mesin dan internet, bukan berarti para
mahluk halus itu menghilang dengan sendirinya dan kejadian-kejadian supranatural
tidak ada lagi. Baik kita percaya maupun tidak, mereka tetap ada, hanya interaksinya
dengan manusia saja yang berkurang. Walaupun interaksinya dengan manusia sudah
jauh berkurang, tetap saja selalu terbuka kemungkinan adanya interaksi mahluk halus
dengan manusia. Termasuk di negara modern yang masyarakatnya hidup dengan cara
hidup dan sikap berpikir modern, ada saja kejadian-kejadian supranatural atau pun
sakit-penyakit yang sumber penyebabnya adalah interaksi mahluk halus, sehingga tidak
bisa dinalar dan disembuhkan dengan cara-cara modern.
Manusia cenderung untuk tidak berhati-hati, karena manusia meremehkan pengaruh
keberadaan mereka, atau menjauhi mereka karena dorongan agama, atau memaksakan
rasionalisasi sikap berpikir manusia yang tidak mau menghubung-hubungkan semua
kejadian di dunia manusia dengan keberadaan mahluk halus. Manusia menjadi tidak
menyadari bahwa ada banyak mahluk halus yang hidup di sekitarnya yang juga
memperhatikan kehidupannya dan kadangkala juga berinteraksi, memberikan pengaruh
secara langsung maupun tidak langsung, positif ataupun negatif, terhadap manusia.
Mereka memperhatikan kehidupan manusia dan mereka juga bisa membaca perasaan
dan jalan pikiran manusia. Tetapi ketidak-tahuan itu tidak berlaku untuk manusia yang
mau mengerti, mampu mengetahui rahasianya dan bisa menangkal pengaruh
negatifnya.
Cerita tentang kegaiban dan mistik dipenuhi dengan mitos dan tahayul. Sulit untuk
mencari kebenaran yang sejati, kecuali bagi mereka yang mempunyai kemampuan
untuk menyingkap misterinya. Maka dengan upaya penulisan-penulisan ini diharapkan
bisa memperkaya pemahaman kita tentang dunia supranatural, bisa menjadi bahan
untuk menyingkap misterinya secara logis dan bisa mengambil manfaatnya dalam
kebijaksanaan bersikap.
Apa yang akan kita ungkapkan tentunya dilakukan dengan batasan-batasan
kebijaksanaan dan kepantasan yang baik untuk semua orang. Sebagian isi tulisan ini
berkaitan dengan budaya dan kehidupan jaman dulu. Dalam penulisan ini dicoba untuk
diungkapkan kondisi tersebut supaya kita dapat lebih mengerti tentang sesuatu hal
sesuai masa terjadinya, bukan hanya memandang dari sudut pandang jaman sekarang,
yang seringkali dibumbui mitos dan pengkultusan, yang jelas akan tidak sama dengan
kondisi aslinya jaman dulu. Sebagian tulisan ini juga berisi cerita dan dongeng tentang
tokoh-tokoh tertentu pada jaman dulu. Kami coba sajikan kembali dengan
mengungkapkan kejadian yang sebenarnya pada masa itu, yang sejalan dengan
kesaksian dari para pelakunya, yang mungkin akan berbeda dengan cerita dan legenda
yang sering didengar masyarakat pada jaman sekarang.

Sekali lagi, kami tidak bermaksud untuk mengajak berpikiran klenik. Justru tulisan-
tulisan ini adalah supaya kita memperoleh wawasan baru dan benar, supaya tidak
berpikir klenik, menjadi tahu cerita yang sebenarnya, dan tidak hidup dalam alam
tahayul yang tidak jelas kebenarannya dan menyesatkan atau dibodohi oleh pemikiran-
pemikiran yang salah atau dibodohi oleh orang-orang tertentu untuk maksud tertentu.
Tulisan-tulisan yang terkait dengan hal-hal kegaiban dan mahluk halus tidak
dimaksudkan untuk menyimpang dari ajaran agama dan tidak perlu dipertentangkan
dengan agama apapun. Sebagian tulisan dan cerita dalam situs ini juga berhubungan
dengan kebatinan dan keagamaan, tetapi kami tidak bermaksud meninggikan /
merendahkan agama tertentu, karena agama adalah bersifat pribadi bagi yang percaya
dan mengimaninya. Tetapi di dalamnya ada pesan-pesan moral untuk menambah
kebijaksanaan manusia dalam memahami agama untuk hidup berkeagamaan yang lebih
baik dan menambah kesadaran manusia akan perilaku berbudi pekerti sebagai dasar
dari akhlak yang mulia.

Dalam memahami kegaiban, keilmuan gaib dan mahluk halus, kebatinan dan spiritual,
ketuhanan dan keagamaan dan karya-karya luhur bangsa kita dibutuhkan kearifan dan
netralitas yang tinggi, karena mengandung nilai kawruh yang sangat tinggi. Jika belum
matang dalam beragama maka akan muncul sentimen agama. Tiada maksud lain dari
kami kecuali hanya ingin mengungkapkan fakta dan membedah warisan leluhur dengan
pendekatan spiritual dan fakta sejarah sepanjang pengetahuan yang kami miliki.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, selalu terkait erat dengan
keagamaan dan jalan kepercayaan. Kami tidak bermaksud menonjolkan agama dan
kepercayaan tertentu, atau merendahkannya, tetapi penekanan kami adalah pada aspek
kebatinan dan spiritual ketuhanan itu sendiri, bukan agama.

Penulisan-penulisan ini juga tidak ditujukan untuk menggurui atau mengajarkan ilmu-
ilmu tertentu yang terkait dengan kegaiban, kebatinan atau spiritual. Sekalipun ada, itu
dimaksudkan untuk menjadi sesuatu yang berguna untuk dimanfaatkan untuk kebaikan
manusia pada jaman sekarang, terutama bagi orang-orang yang interest, supaya tidak
tersesat karena ketidaktahuan akan sisi kebatinan dan spiritualnya. Apa yang diajarkan
disini adalah intisarinya saja dan disajikan dengan cara-cara dan bahasa yang sudah
sangattu yang terkait dengan kegaiban, kebatinan atau spiritual. Sekalipun ada, itu
dimaksudkan untuk menjadi sesuatu yang berguna untuk dimanfaatkan untuk kebaikan
manusia pada jaman sekarang, terutama bagi orang-orang yang interest, supaya tidak
tersesat karena ketidaktahuan akan sisi kebatinan dan spiritualnya. Apa yang diajarkan
disini adalah intisarinya saja dan disajikan dengan cara-cara dan bahasa yang sudah
sangat disederhanakan, sehingga tidak akan sulit bagi orang awam sekalipun yang
interest untuk mempelajarinya, dan tidak akan terasa bahwa sebenarnya itu adalah
pelajaran tingkat tinggi. Bagi yang telah menekuni suatu jenis keilmuan tertentu,
mungkin akan lebih dapat meningkatkan kualitas keilmuannya karena akan lebih
mengerti intisari filosofis kebatinan dan spiritual dari keilmuannya.
Dalam semua penulisan kami, aspek penekanannya bukan hanya pada aspek
kegaibannya atau aspek mistisnya saja, tetapi terutama adalah pada aspek
kesejatiannya atau aspek hakekat dari sesuatu yang menjadi topik bahasannya masing-
masing, supaya para pembaca dapat mengetahui isinya, bukan hanya sebatas kulitnya,
supaya para pembaca dapat mengetahui sisi hakekatnya apa adanya, entah baik
ataupun buruk, bersama aspek sejarahnya, dan dapat menyesuaikan pengetahuannya
pada masa sekarang, supaya dapat mengetahui dan membuktikan sendiri kebenaran
pengetahuannya, sehingga tidak lagi terpengaruh oleh dogma dan pengkultusan yang
tidak perlu yang seringkali menyesatkan, dan dapat mengambil sikap-sikap yang
bijaksana yang terkait dengan itu.

Tujuan utama penulisan ini sebenarnya hanyalah untuk mengungkapkan informasi dan
cerita saja sesuai yang sebenarnya terjadi dan untuk mengajak berpikir positif, logis dan
realistis, tidak berpikir klenik dan tahayul, dengan jalan mengungkapkan cerita-cerita
yang sebenarnya sesuai aslinya, meluruskan cerita dan mitos di masyarakat yang keliru,
jika ada, menjauhkan pengkultusan, pemutar-balikkan fakta, dan fitnah, jika ada,
terhadap tokoh-tokoh tertentu manusia ataupun mahluk halus, dan menambah
pengetahuan dan kebijaksanaan untuk dapat bersikap dan bertindak jika ada di antara
kita atau anggota keluarga kita yang mengalami suatu kejadian yang bersifat mistis.

Penulis tidak bermaksud sok ahli dalam bidang supranatural, juga tidak membuka
praktek paranormal atau pun perguruan, hanya seorang manusia biasa saja yang
beritikad baik untuk sumbang pemikiran kepada siapa saja yang berkenan menerimanya
dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua orang. Walaupun mungkin pandangan
Penulis berbeda dengan pandangan dan pendapat orang-orang "tua" atau cerita-cerita
di masyarakat, tetapi mudah-mudahan kita dapat memperoleh wawasan baru dan kita
dapat berpikir dan bersikap positif mengenai hal itu. Jika tidak berkenan, anggap saja
tulisan-tulisan itu sebagai cerita karangan biasa.

Dalam penulisan-penulisan ini digunakan pemahaman dan bahasa orang jaman


sekarang, tidak digunakan bahasa atau istilah-istilah eksklusif jaman dulu yang mungkin
tidak dimengerti oleh orang-orang pada jaman sekarang (yang mungkin Penulis sendiri
pun tidak mengerti artinya).

www.nur-maunah.blogspot.com
Kebatinan dan Spiritual

Dalam penulisan-penulisan bertema kebatinan dan spiritual Penulis ingin menekankan


bahwa pengertian keilmuan kebatinan dan spiritual disini bersifat luas, bukan hanya
kebatinan dan spiritual kegaiban, kejawen, atau ilmu-ilmu duniawi lainnya, tetapi juga
kebatinan dan spiritualitas keagamaan yang dianut oleh masing-masing orang,
walaupun pada kenyataannya semuanya tergantung pada manusia yang bersangkutan
apakah kemampuan yang berasal dari kebatinan dan spiritualitas keagamaan itu akan
murni digunakan untuk urusan keagamaan ataukah akan juga digunakan untuk tujuan
keilmuan.

Sebenarnya pengertian kebatinan, spiritual, kegaiban dan keagamaan sudah dipahami


sejak manusia masih muda (bahkan ketika masih anak-anak). Lingkungan kehidupan dan
alam sekitarnya membantu manusia untuk lebih peka terhadap adanya hal-hal yang
sebenarnya ada tetapi tidak terlihat mata, bahwa ada dimensi lain yang bersifat gaib
dalam kehidupan ini. Saat masih anak-anak dan muda, suara hati dan nurani masih
bersih dan menuntun kepada perilaku yang baik, walaupun juga kenyataannya, watak
dan perbuatan jahat juga sudah ada, yang mempengaruhi seseorang menjadi senang
menonjolkan diri, mementingkan dirinya sendiri dan berbuat untuk kesenangan dan
keuntungannya sendiri.

Ketika masih muda atau anak-anak, biasanya pembelajarannya adalah pengertian


kebatinan dan spiritual yang bersifat keagamaan dan budi pekerti, atau belajar ilmu
beladiri / kanuragan, seperti pencak silat, karate, dsb, yang dalam pelajarannya juga
ditanamkan pengertian-pengertian budi pekerti, keksatriaan dan hal-hal yang mengarah
pada kebatinan dan spiritualitas umum.

Di dalam perguruan-perguruan tertentu, selain diajari ilmu kanuragan, ada yang juga
diajari ilmu kebatinan, terutama adalah ilmu gaib, sebagai rangkapan ilmu kanuragan,
supaya hasilnya lebih dahsyat, berupa amalan-amalan atau aji-aji untuk kekuatan dan
keselamatan, untuk memayungi diri dari serangan fisik dan non-fisik, sehingga mereka
yang mempraktekkan ilmu beladiri kanuragan menjadi kuat dan bahkan sakti, karena
selain memiliki kemampuan beladiri, tubuhnya juga kuat, memiliki pukulan yang
mematikan, kuat menahan pukulan, mampu mematahkan kayu, besi, dsb, atau bahkan
tubuhnya menjadi kebal, tidak mempan senjata tajam, dsb.

Kanuragan biasanya diminati oleh golongan muda. Setelah melihat dan mengalami
sendiri hasilnya yang menakjubkan bila dirangkap dengan ilmu kebatinan atau ilmu gaib,
mereka menjadi lebih percaya kepada hal-hal yang bersifat supranatural.

Semakin dewasa umur seseorang dan kepribadiannya, akan menjadi lebih sabar dan
bijaksana, lebih mampu mengendalikan diri, dan secara alami akan lebih memilih
penggunaan amalan-amalan keselamatan yang berguna tidak hanya untuk dirinya
sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan orang lain, daripada aji-aji kanuragan yang hanya
berguna untuk dirinya sendiri.

Orang yang masih senang menggeluti kenikmatan yang melulu bersifat keduniawian,
seperti masih senang dengan kekuatan, harta kekayaan dan status sosial, tentu tidak
atau belum tertarik pada olah batin dan spiritual, terutama yang bersifat kesepuhan.
Bila mereka menggeluti hal-hal kebatinan, yang ditekuninya hanyalah ilmu-ilmu tertentu
saja yang berguna untuk duniawinya. Arahnya adalah kepada ilmu gaib, atau
menggunakan jasa paranormal atau orang pinter untuk mendapatkan suatu ilmu atau
kegaiban tertentu, atau melakukan tirakat dan berziarah untuk mendapatkan berkah
duniawi sesuai keperluannya masing-masing, bukan olah kebatinan / kesepuhan.

Orang-orang yang mempelajari kebatinan dan spiritual yang bersifat kesepuhan


biasanya adalah orang-orang yang telah matang dalam usia dan kepribadian. Seseorang
biasanya akan mulai menekuni spiritualitas yang bersifat kesepuhan bila usia dan
kehidupannya sudah mapan, sudah menerima kondisi kehidupan, sudah merasa cukup,
tidak lagi melulu mengejar kehormatan dan kebendaan. Pada tahapan ini manusia telah
memiliki kesadaran bahwa selain kehidupan duniawi yang harus baik dan benar, juga
ada kehidupan spiritual yang harus dipahami dan dijalani. Apalagi setelah menyadari
bahwa hidup di dunia ini relatif tidak lama, maka orang tersebut akan berusaha bersikap
bijak dan mulai menapaki kehidupan kebatinan-spiritual / keagamaan sebagai sarana
kesempurnaan hidup di dunia.

Seseorang yang masih berusia muda, biasanya masih dipenuhi hasrat keduniawian yang
tinggi, ego dan ke-Aku-an yang tinggi, sehingga bila mempelajari suatu ilmu atau pun
keagamaan, biasanya hanya berfokus pada ajaran-ajaran, dogma dan doktrin, hasil yang
ingin diraih, dan menonjolkan ke-Aku-annya. Dan segala apa yang telah dicapainya akan
cenderung untuk dipamerkan supaya dipandang hebat oleh orang lain dan cenderung
untuk memaksakan kebenarannya sendiri kepada orang lain. Terjadi demikian karena
orang tersebut belum memiliki kebijaksanaan kesepuhan dalam dirinya.

Cerita tentang kegaiban, kebatinan dan spiritual dipenuhi dengan mitos dan tahayul.
Sulit untuk mencari kebenaran yang sejati, kecuali bagi mereka yang mempunyai
kemampuan untuk menyingkap misterinya. Cara mempelajari dan memahami dunia
supranatural pun berbeda dengan mempelajari ilmu pasti, tidak berdasarkan kekuatan
otak dan logika, namun menggunakan kepekaan rasa dan batin, dengan laku prihatin,
doa-doa dan amalan, ditambah bumbu-bumbu cerita mitos dan tahayul, menjadikan
dunia supranatural seringkali dikonotasikan sebagai mistik dan klenik.

Karena itulah dalam kehidupan modern ini banyak orang yang memaksakan sikap
berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis. Mereka tidak
percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa lampau, dan tidak masuk akal.

Tetapi banyak juga orang berpandangan lain, karena hal-hal atau kejadian-kejadian gaib
pun masih terjadi hingga hari ini. Semua pandangan di atas hanya berlaku bagi mereka
yang tidak mengerti dan tidak menguasai masalah kegaiban, kegaiban hidup dan
kegaiban alam. Pandangan di atas tidak berlaku untuk mereka yang mau mengerti dan
mampu menyingkap rahasia kegaibannya. Sekalipun hal-hal gaib itu tidak tampak mata
biasa, tetapi bisa dipelajari dan bisa ditemukan kebenarannya, dengan cara atau metode
tertentu, asalkan tahu caranya, dan keilmuan gaib juga bisa dipelajari, dikembangkan
dan bisa dipertunjukkan. Jadi hal-hal mistis dan gaib itu bukannya tidak masuk akal,
tetapi akalnya yang tidak sampai.

Dunia supranatural berbeda dengan mitos dan tahayul dan juga tidak sama dengan
permainan sulap dan sihir. Dunia supranatural berkenaan dengan kegaiban yang benar-
benar ada, tetapi tidak tampak mata biasa, hanya bisa dirasakan dengan rasa dan batin.
Karena itu cara-cara mempelajari dan memahaminya pun berbeda dengan cara
mempelajari ilmu pasti, yaitu tidak dengan mengedepankan kekuatan otak dan logika,
namun mengedepankan rasa dan batin. Setelah mampu menginderai dengan rasa dan
batin, barulah dinalar dengan otak dan logika, sehingga dunia keilmuan gaib pun bisa
dipelajari oleh banyak orang, bisa dikembangkan dan dipertunjukkan.

Mengerti tentang kegaiban yang dialami manusia saja tidak mampu, bagaimana dapat
mengerti dan mengenal Tuhan, yang sejatinya adalah sumber segala kegaiban. Itulah
keterbatasan pikiran dan akal budi manusia. Karena itulah Allah membekali manusia
dengan roh, supaya dengan rohnya manusia dapat mengerti hal-hal yang bersifat roh,
kegaiban hidup dan kegaiban alam, dan dapat mengenal Allah dan jalan yang benar
menuju Tuhan, supaya manusia tidak hanya berkeras diri membela ajaran-ajaran dan
dogma-doktrin yang membelenggu akal sehat, yang manusianya sendiri tidak
mengetahui kebenarannya (bisanya hanya percaya saja), dan juga supaya manusia
memiliki hikmat kebijaksanaan dalam dirinya tentang Allah dan kebenaranNya.

Maka dengan adanya penulisan-penulisan ini diharapkan bisa memperkaya pemahaman


kita tentang dunia kegaiban, kebatinan dan spiritual, bisa menjadi bahan untuk
menyingkap misterinya secara logis dan bisa mengambil manfaatnya dalam
kebijaksanaan bersikap.

Keilmuan Supranatural / Metafisika yang dipelajari dan dikembangkan manusia


umumnya adalah dalam bentuk Ilmu Kanuragan dan Tenaga Dalam, Kebatinan, Spiritual,
Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam. Ilmu-ilmu itu berdiri sendiri-sendiri dan memiliki
kekuatannya sendiri-sendiri, tetapi bisa juga merupakan satu rangkaian kesatuan ilmu.
Walaupun sebenarnya masing-masing adalah berbeda dan masing-masing memiliki
kekuatannya sendiri-sendiri, tetapi masing-masing juga memiliki kesamaan, yaitu
berhubungan dengan kegaiban. Bahkan ilmu-ilmu tersebut di atas dapat dirangkaikan
menjadi satu kesatuan ilmu, ilmu yang satu dirangkap dengan ilmu lainnya, sehingga
hasilnya akan berlipat ganda dibandingkan bila hanya sendiri-sendiri.
Untuk menjelaskan berbagai ilmu tersebut di atas, yang semuanya juga berhubungan
dengan kegaiban, Penulis mengambil pendekatan dari cara seseorang menekuni ilmu
tersebut. Biasanya jika seseorang mempelajari ilmu tenaga dalam, kebatinan dan
spiritual melalui suatu perguruan, tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut :

1. Olah Raga dan Olah Fisik Kanuragan


2. Olah Nafas dan Tenaga Dalam
3. Olah Rasa
4. Olah Batin,
5. Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam
6. Olah Sukma
7. Olah Spiritual
8. Olah Roh - Manunggaling Kawula Lan Gusti

Tahapan-tahapan di atas tidak berarti harus dilalui seseorang untuk sampai pada
tahapan berikutnya, karena ada yang hanya menekuni tahapan tertentu saja, sedangkan
tahapan lainnya tidak ditekuninya. Dan juga tidak berarti bahwa seseorang yang
menekuni sesuatu ilmu, maka pasti dia sudah menguasai tahapan ilmu sebelumnya.
Misalnya ada yang menekuni olah raga atau oleh fisik saja, tetapi tidak mempelajari olah
nafas dan tenaga dalam. Begitu juga yang mempelajari olah batin, mungkin itu saja yang
dipelajari, tidak mempelajari tahapan-tahapan sebelumnya. Itu semua tergantung pada
interest masing-masing orang dan program ilmu yang ditekuninya.

Di dalam semua jenis keilmuan, ada satu hal mendasar yang seringkali pengertiannya
dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada
semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dalam aktivitas manusia dalam
mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan. Unsur kebatinan itu adalah apa
yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat hubungannya
dengan rasa dan sugesti.Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan, mengolah
tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual, selalu
terkandung di dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada
masing-masing hal yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan ini
akan sangat membedakan hasil / prestasi yang diperoleh seseorang dibandingkan orang
lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.

Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak hanya
dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di jaman
modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri seringkali secara dangkal dikonotasikan
sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu memang ada orang-orang tertentu yang
secara khusus mempelajari keilmuan kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat
umum, tetapi juga secara khusus dan mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu
sendiri.
Kanuragan dan Tenaga Dalam

1. Olah Raga dan Olah Fisik Kanuragan.


Olah raga, olah fisik dan olah gerak adalah tingkatan yang paling dasar. Yang bersifat
kesaktian, tujuan latihannya adalah untuk kekuatan, kelincahan dan kecepatan gerak,
ketrampilan (teknik beladiri) dan prestasi, kesehatan dan kebugaran. Biasanya juga ada
teknik pernafasan dalam masing-masing gerakan, tetapi teknik pernafasan itu hanyalah
bagian dari olah raga atau olah fisik tersebut. Misalnya dalam gerakan-gerakan karate
atau jurus-jurus pencak silat, biasanya juga ada teknik pernafasan yang diajarkan dalam
melakukan gerak / jurus tersebut, teknik pernafasan itu adalah bagian dari gerakan /
jurus tersebut, bukan khusus untuk melatih olah nafas. Jenis kekuatan yang dihasilkan
dalam olah raga dan olah fisik kanuragan adalah kekuatan fisik / kanuragan atau ada
juga yang menyebutnya tenaga dasar, yaitu kekuatan fisik kanuragan yang dilambari
dengan olah nafas tertentu dan kekuatannya menyatu dengan fisik.

Cakra energi tubuh yang bekerja biasanya adalah dominan cakra-cakra yang berada di
dada saja.

Ilmu Kanuragan adalah satu kesatuan ilmu olah fisik dan gerak, termasuk yang dilambari
dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, olah nafas dan olah batin untuk kanuragan.

2. Olah Nafas dan Tenaga Dalam.

Secara umum pengertian tenaga dalam adalah suatu bentuk energi yang dihasilkan oleh
tubuh manusia, bersumber dari cakra-cakra energi tubuh manusia, ada juga yang
menyebutnya sebagai daya gaib. Secara umum energi tenaga dalam ini dibangkitkan
dan diolah dengan cara olah nafas tenaga dalam, walaupun ada juga pengolahan cakra-
cakra energi dengan cara lain selain olah nafas.

Jenis energi tenaga dalam yang dihasilkan dalam olah nafas tenaga dalam dibagi
menjadi 2 jenis:

1. Tenaga Dalam (Kanuragan)

Bila olah nafas ini merupakan satu bagian dengan olah kanuragan, maka jenis kekuatan
yang dihasilkan adalah apa yang disebut sebagai tenaga dalam atau tenaga dalam
kanuragan, biasanya ditujukan untuk membangun kekuatan tubuh, kecepatan gerak,
kekuatan menahan pukulan, kekuatan pukulan untuk mematahkan kayu, besi, batu,
dsb. Pukulan yang dilambari dengan tenaga dalam kekuatannya bisa mencapai ratusan
kali lipat bila dibandingkan dengan hanya menggunakan kekuatan fisik semata. Jenis
tenaga dalam untuk kekuatan ini seringkali disebut sebagai tenaga keras atau tenaga
dasar.

Cakra energi yang bekerja adalah cakra-cakra tubuh yang berada di pusar sampai ke
dada, tetapi penekanan utamanya biasanya adalah pada cakra di dada. Pelatihannya
harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap, jangan dilakukan dengan memforsir
tenaga, karena dapat menimbulkan efek samping berupa pembengkakan jantung atau
radang hati / liver, terutama pada orang-orang yang baru ikut pelatihannya.

Kebanyakan dalam prakteknya tenaga dalam ini digunakan untuk kekuatan / ketahanan
tubuh dan kekuatan untuk menghancurkan, seperti untuk menghancurkan /
mematahkan benda keras seperti besi, kayu dan batu, bukan hanya untuk menyerang
manusia lain.

Olah nafas untuk tenaga dalam biasanya ditujukan untuk membangun kekuatan
kanuragan, bukan untuk secara khusus membuka dan mengolah cakra-cakra energi
tubuh. Energi / kekuatan tenaga dalam biasanya hanya mengalir di dalam tubuh orang
yang bersangkutan, tidak memancar keluar tubuh. Tetapi energi ini bisa juga dialirkan
keluar tubuh dengan cara merambatkan energinya kepada objek tertentu (harus ada
persentuhan langsung antara fisik seseorang dengan objek sasaran atau melalui suatu
benda perantara).

Pada tingkatan yang tinggi, penguasaan tenaga dalam yang tinggi, tenaga dalam ini
dapat juga digunakan untuk menyerang dengan cara energinya dirambatkan, dengan
cara menepuk atau menyentuhkan tangan atau bagian tubuh lain kepada lawannya,
tidak dipukulkan, dan dapat dibentuk menjadi energi untuk melumpuhkan, merusak
organ tubuh bagian dalam, meremukkan tulang dan daging, membuat kaku tak dapat
bergerak, dsb, hanya dengan bersentuhan saja atau bersentuhan dengan benda
perantara.
2. Tenaga Dalam Murni

Bila olah nafas yang dilakukan adalah olah pernafasan murni, yang pengolahan
pernafasannya dilakukan secara khusus dan tidak menjadi bagian dari olah gerak
kanuragan, maka kekuatan energi yang dihasilkan adalah apa yang disebut sebagai
tenaga dalam murni. Dalam olah nafas ini juga ada gerakan, tetapi gerakan ini khusus
merupakan bagian dari olah nafas, bukan bagian dari olah fisik / kanuragan. Cakra
energi yang digerakkan terutama adalah cakra-cakra yang berada di bawah pusar
(pernafasan perut bawah). Walaupun teknik gerakannya juga melingkupi cakra di bawah
pusar sampai ke kepala, tetapi hasil pengembangan energi cakra di leher dan di kepala
hanya sedikit saja bila dibangun dengan olah nafas.

Olah nafas untuk tenaga dalam murni biasanya ditujukan bukan untuk secara langsung
membangun kekuatan kanuragan, tetapi biasanya secara khusus ditujukan untuk
membuka dan mengolah cakra-cakra energi tubuh, atau untuk kemudian dikonversi
untuk menambah kekuatan tenaga dalam. Jenis tenaga dalam ini seringkali disebut
sebagai tenaga lembut. Energi / kekuatan tenaga dalam murni tidak hanya mengalir di
dalam tubuh orang yang bersangkutan, tetapi juga memancar keluar tubuh. Energi ini
bisa memancar / dialirkan keluar tubuh kepada objek tertentu pada jarak tertentu dari
tubuh, sehingga tidak harus ada persentuhan langsung antara fisik seseorang dengan
objek sasaran dan tidak memerlukan suatu benda perantara. Karena sifatnya yang bisa
memancar keluar tubuh, maka kekuatan energinya bisa digunakan untuk pukulan jarak
jauh, pengisian dan transfer energi, pagaran energi atau pengobatan jarak jauh.

Berbeda dengan energi tenaga dalam kanuragan yang menyatu dengan tubuh manusia
dan hanya dapat disalurkan keluar tubuh dengan cara dirambatkan, energi tenaga
dalam murni dapat memancar keluar tubuh, bahkan bisa digunakan untuk mengobati
orang secara jarak jauh dengan energinya atau bahkan memukul / mementalkan orang
lain dari jarak jauh.

Tenaga dalam murni ini biasanya digunakan untuk vitalitas, kesehatan diri dan
pengobatan. Bisa juga untuk membangun pagaran energi untuk melindungi diri dari
serangan mahluk halus dan orang jahat. Energi ini juga dapat digunakan untuk
keperluan gaib, misalnya untuk mengusir, memukul atau menangkap mahluk halus
tertentu yang mengganggu. Namun mahluk halus yang terpengaruh oleh jenis energi ini
biasanya terbatas pada jenis mahluk halus kelas bawah saja, biasanya mahluk
halus kelas atas tidak terpengaruh oleh energi ini.

Tenaga dalam murni dihasilkan oleh cakra-cakra tubuh di bawah pusar, yaitu cakra-
cakra di antara pusar dan tulang ekor. Cakra-cakra tersebut adalah cakra-cakra energi
dasar manusia dan cadangan energi yang tersedia untuk diolah besar sekali sampai
sering disebut lautan energi dan jauh lebih banyak dibandingkan yang bisa dihasilkan
dalam olah tenaga dalam kanuragan.

Karakteristik Energi Tenaga Dalam

Pada jaman dulu, pengolahan tenaga dalam murni dilakukan setelah seseorang matang
/ mahir dengan permainan jurus dan olah kanuragan. Pengolahan tenaga dalam murni
dengan cara olah nafas dan meditasi dilakukan sebagai tahapan selanjutnya untuk
meningkatkan kekuatan dan kesaktian kanuragan atau untuk menambah kekuatan
tenaga dalam (tenaga dalam murni yang dihasilkan dikombinasikan / digabungkan
dengan tenaga dalam kanuragan yang sudah dimiliki, sehingga kesaktian kanuragannya
menjadi bertambah tinggi).

Dalam olah nafas untuk kanuragan sebenarnya juga dihasilkan tenaga dalam murni.
Namun biasanya tenaga dalam murni yang dihasilkan sudah habis dikonversi menjadi
tenaga dalam untuk kanuragan. Bila seseorang dapat memadukan kekuatan tenaga
dalam kanuragan dengan tenaga dalam murni, maka kekuatan yang dihasilkannya akan
luar biasa, tetapi itu berarti orang tersebut harus melatih ke 2 jenis olah pernafasan ini.

Olah tenaga dalam kanuragan bisa dipelajari misalnya melalui perguruan silat Merpati
Putih.

Olah tenaga dalam murni bisa dipelajari misalnya melalui perguruan pernafasan Panca
Daya dan Satria Nusantara.

Ada beberapa perguruan tenaga dalam yang mengolah kedua jenis pernafasan ini.
Dalam latihannya mereka mengolah pernafasan murni, tetapi dalam penerapannya juga
dilakukan seperti penggunaan tenaga dalam kanuragan, seperti untuk ketahanan tubuh,
kekuatan pukulan mematahkan besi, dsb. Ada juga perguruan tenaga dalam yang
mengolah kedua jenis pernafasan ini yang dikombinasikan dengan ilmu gaib untuk
kesaktian. Biasanya hasilnya lebih kuat dibandingkan pelatihan yang tidak menggunakan
amalan gaib, tetapi seringkali kekuatan asli tenaga dalam orang yang bersangkutan
tidak seberapa, yang lebih kuat adalah sugesti amalan gaibnya.

Masing-masing jenis tenaga dalam, yaitu tenaga dalam kanuragan dan tenaga dalam
murni, mempunyai sifat sendiri-sendiri dan jenis penggunaannya juga sendiri-sendiri.

Penggunaan tenaga dalam kanuragan biasanya untuk kekuatan, kekerasan dan


kesaktian kanuragan, sehingga seringkali disebut tenaga keras. Misalnya, dengan
memusatkan kekuatan di tangan, tenaga dalam kanuragan digunakan untuk
memecahkan batu, mematahkan kayu atau besi. Tetapi tenaga dalam kanuragan juga
dapat digunakan untuk melatih meringankan tubuh atau untuk kecepatan gerak. Pada
tingkatan yang tinggi seseorang juga dapat membunuh atau melumpuhkan orang lain
hanya dengan menyentuhnya (merambatkan energinya untuk membunuh atau
melumpuhkan).

Pengolahan tenaga dalam murni biasanya ditujukan untuk mengoptimalkan potensi


energi yang dihasilkan oleh tubuh, yaitu dengan membuka cakra-cakra energi di seluruh
tubuh dan mengolah energi yang dihasilkan oleh masing-masing cakra tersebut. Jenis
tenaga dalam ini seringkali disebut sebagai tenaga lembut, karena sifatnya yang bisa
dibentuk menjadi berbagai macam tujuan penggunaan energi sesuai tingkat
penguasaan penggunanya.

Seseorang yang mahir dalam penguasaan tenaga dalam murni akan memiliki kelebihan
dalam pemanfaatannya dibandingkan dengan pemanfaatan tenaga dalam kanuragan.
Selain bisa juga dikonsentrasikan untuk menjadi tenaga keras, yaitu untuk melakukan
perbuatan-perbuatan seperti dalam penggunaan tenaga dalam kanuragan, bisa juga
dikonsentrasikan untuk dijadikan pukulan lembut (pukulan yang menyerang bagian
dalam tubuh lawan). Sifat-sifat dasar tenaga dalam murni yang memancar keluar tubuh
juga dapat digunakan untuk membuat pagaran energi, sehingga tidak dapat diserang
oleh orang lain dengan tenaga dalam kanuragan, juga dapat digunakan untuk
melakukan pukulan jarak jauh.

Seseorang yang mahir dalam penguasaan tenaga dalam murni juga dapat
mengkonsentrasikan energinya untuk diubah menjadi tenaga dingin atau panas.
Tenaga dingin dapat digunakan untuk pukulan dingin yang membekukan jantung,
peredaran darah dan sistem saraf, atau membekukan tenaga dalam lawan, atau
dijadikan pagaran energi yang dapat membekukan peredaran darah dan tenaga dalam
lawan yang menyentuhnya.

Tenaga panas dapat dijadikan pukulan panas atau pagaran energi yang dirasakan panas
oleh orang lain (braja geni). Dengan pukulan panas, objek yang dipukul dapat pecah
berantakan dan gosong. Biasanya dilatih dengan memukul pohon pisang. Pohon pisang
yang dipukul, keesokan harinya akan mati layu dan tampak ada bagian yang gosong
terkena pukulan. Tetapi jenis pukulan ini akan terbatas manfaatnya bila lawannya
memiliki kekebalan (ilmu kebal atau jimat kebal) atau perisai pagaran energi yang kuat.

Pada tingkatan yang lebih tinggi, pukulan panas dapat dikonsentrasikan menjadi ilmu
pukulan braja musti. ilmu pukulan braja musti adalah juga jenis pukulan panas, tetapi
ditujukan untuk menyerang bagian dalam tubuh lawan. Sebuah objek yang dipukul
dengan ilmu pukulan ini mungkin tetap utuh bagian luarnya, tetapi hancur dan gosong
terbakar bagian dalamnya. Tergantung pada tingkatan penggunanya, dengan ilmu ini
pagaran atau kekebalan lawan akan dapat ditembus dan objek sasaran yang dipukul
dapat kelihatan utuh bagian luarnya, tetapi hancur dan gosong bagian dalamnya. Ilmu
pukulan ini dilatih dengan memukul buah kelapa utuh. Tanda keberhasilannya adalah
bila setelah dipukul dengan pukulan braja musti ini, buah kelapanya bisa pecah atau
bisa juga tetap utuh, bagian luarnya tidak gosong tetapi bagian dalamnya yang gosong.
Itulah bedanya ilmu braja musti dengan braja geni.

Semua penggunaan tenaga dalam kanuragan dan tenaga dalam murni akan menjadi
berlipat-lipat kekuatannya bila dilambari dengan ajian-ajian kesaktian atau amalan ilmu
gaib dan ilmu khodam.

3. Hawa Murni

Khusus untuk cakra energi tubuh yang berada di ujung tulang belakang (tulang ekor),
secara alami energi yang dihasilkannya adalah apa yang disebut hawa murni. Hawa
murni adalah pemicu munculnya tenaga dalam murni dan tenaga dalam kanuragan.
Hawa murni terkait erat dengan aktivitas sukma manusia, menjadi penunjang energi
kehidupan tubuh manusia.
Seringkali orang tidak dapat membedakan istilah tenaga dalam murni dengan hawa
murni, sehingga sering disebut sama, padahal berbeda. Cakra energi sebagai sumber
tenaganya pun berbeda. Tenaga dalam murni dihasilkan oleh cakra-cakra tubuh di
antara pusar dan tulang ekor. Itulah yang dihasilkan dalam olah nafas tenaga dalam
yang penekanannya pada pernafasan perut bagian bawah. Sedangkan hawa murni
dihasilkan oleh tulang belakang (sumsum tulang belakang) dan mengalir keluar melalui
ujung tulang belakang (tulang ekor) atau melalui saluran di pangkal tengkorak (tulang
leher bagian atas) menuju ke otak. Biasanya hawa murni dikembangkan dengan cara
meditasi, seperti dalam meditasi pembangkitan energi kundalini.

Secara alami energi hawa murni ini mengalir keluar ketika seseorang menguap (seperti
menguap mengantuk). Energi hawa murni keluar dari tulang punggung mengalir ke atas,
melewati tulang leher dan pangkal tengkorak menuju ke otak. Kemudian energi ini
merangsang saraf-saraf / cakra-cakra di leher dan kepala, otot-otot dan urat saraf
mengejang dan manusia menguap. Jika hawa murni mengalir keluar melalui ujung
tulang ekor dan merangsang cakra-cakra di sekitar bawah perut, maka yang mengejang
adalah otot-otot di bagian kaki dan perut. Atau bila yang mengejang adalah otot-otot di
perut, tangan dan dada, maka hawa murni itu mengalir keluar dan merangsang cakra-
cakra di sekitar dada.

Bila seseorang kehabisan tenaga dalam murni atau tenaga dalam kanuragan, maka
hawa murni ini akan bergerak untuk mengisi kekosongan energi. Atau bila seseorang
kehabisan daya tenaga untuk bertahan hidup, misalnya dalam kondisi kedinginan yang
parah, maka energi ini akan mengalir dengan sendirinya untuk memberikan
kehangatan (kecuali bila orang tersebut berusaha melawan hawa dingin tersebut, maka
aliran energi ini akan terhambat dan akibatnya orang tersebut akan menggigil
kedinginan). Begitu juga yang terjadi pada orang-orang yang kelelahan, energi ini akan
mengalir dengan sendirinya untuk memulihkan tenaga.

Bila anda menggigil kedinginan, berarti energi dan kekuatan tubuh anda dalam kondisi
tidak mampu melawan hawa dingin yang anda alami. Cobalah untuk menenangkan
batin anda. Sambil menahan dan menekan nafas di perut bagian bawah, cobalah untuk
mengiklaskan bahwa anda memang harus mengalami kedinginan, mudah-mudahan
kemudian akan ada aliran-aliran energi (hawa murni) yang kemudian membuat anda
tidak menggigil lagi. Anda masih tetap kedinginan, tetapi anda tidak menggigil lagi.
Setelah tidak menggigil lagi, teruskan menahan nafas dan tekan di perut bagian bawah,
cobalah dengan beberapa gerakan tangan sambil tetap menekan nafas, anda alirkan
energi ke seluruh tubuh supaya tubuh anda tidak kedinginan lagi, tujuannya adalah
untuk membangkitkan dan menyalurkan hawa hangat yang berasal dari energi cakra di
ujung tulang belakang, pusar dan dada.

Begitu juga bila anda kehujanan. Bila memang anda harus basah kehujanan, maka
cobalah mengiklaskan bahwa anda memang harus basah kehujanan. Sesudah itu
mandilah dengan air hangat. Biasanya tubuh anda akan tetap sehat dan hangat. Lain
halnya bila anda basah kehujanan tetapi anda tidak iklas basah kehujanan, biasanya
anda kemudian akan mengalami sakit masuk angin, demam atau flu.

Saat seseorang tidur dalam cuaca dingin (atau tinggal di dataran tinggi), secara alami
hawa murni akan bekerja menghangatkan tubuhnya. Itulah sebabnya orang yang
tidur dalam cuaca yang dingin, setelah bangun tidur tubuhnya akan terasa lebih hangat
dan lebih segar (kecuali bila orang tersebut kedinginan). Orang yang tinggal di tempat
yang bersuhu dingin biasanya memiliki vitalitas tubuh yang lebih baik dibandingkan
orang yang tinggal di cuaca yang panas.

Hawa murni menjadi penunjang energi kehidupan tubuh manusia. Energinya mengisi
energi kehidupan organ-organ, pembuluh darah, urat saraf dan semua sel-sel tubuh
manusia dan menunjang proses metabolisme tubuh. Aktivitas energi hawa murni terkait
erat dengan roh / sukma manusia. Karena itu orang yang sedang merogoh sukma tidak
boleh terlalu lama sukmanya berada di luar tubuh manusia. Jangan sampai kemudian
ketika sukmanya kembali, tubuhnya telah mati. Begitu juga terjadi pada orang yang
pingsan tak sadarkan diri, atau sedang koma, aktivitas energi hawa murni ini akan
melemah. Aktivitas energi hawa murni ini akan kuat pada orang-orang yang hidupnya
bersemangat, sehingga tubuhnya lebih segar berenergi tidak cepat lelah dan lebih tahan
terhadap penyakit.

Itulah pentingnya menumbuhkan sugesti positif kesembuhan pada orang yang sedang
sakit, supaya tubuhnya tetap menghasilkan energi positif untuk menunjang
kesembuhannya, energi positif yang mengisi sel-sel tubuhnya untuk kelangsungan
metabolismenya membangun sel-sel tubuh yang sehat dan menyingkirkan energi
negatif penyakitnya.

Kadangkala terjadi keajaiban, seseorang yang berniat untuk datang berobat kepada
seorang dokter atau 'orang pinter' dan merasa yakin oleh orang tersebut sakitnya pasti
sembuh, maka sekalipun belum bertemu dengan dokter atau 'orang pinter' tersebut,
tetapi orang tersebut sudah merasa tubuhnya telah sehat, sudah merasa ringan, rasa
sakitnya sudah hilang atau berkurang. Terjadi demikian karena sukmanya mengsugesti
kesembuhan, menyingkirkan energi negatif penyakit dalam dirinya. Sekalipun kemudian
orang tersebut tidak jadi bertemu dengan dokter atau 'orang pinter' tersebut, tetapi
sakitnya akan berangsur-angsur sembuh dengan sendirinya, atau sekalipun masih sakit,
tetapi sakitnya tidak bertambah parah. Kejadian di atas terjadi pada orang-orang yang
mengsugesti dirinya bahwa sakit-penyakitnya pasti sembuh oleh dokter atau 'orang
pinter' tersebut.

Berbeda halnya pada orang-orang yang mengsugesti dirinya bahwa sakitnya hanya akan
sembuh setelah bertemu dengan dokter atau 'orang pinter' tersebut, sugesti
kesembuhannya hanya akan terjadi setelah bertemu dengan dokter atau 'orang
pinter' tersebut. Jika kemudian orang tersebut tidak jadi bertemu dengan dokter atau
'orang pinter' tersebut, maka sakitnya tidak akan berangsur-angsur sembuh dengan
sendirinya, mungkin juga sakitnya akan bertambah parah. Begitu juga akan terjadi pada
orang-orang yang pasrah kepada dokternya, sakitnya akan lama sembuhnya, apalagi
kalau tidak percaya pada dokternya, atau merasa tidak ada orang yang dapat
menolongnya.

Begitu juga akan terjadi pada orang-orang yang merasa hanya akan sembuh setelah
meminum obat-obatan dari dokternya, sakitnya akan lama sembuhnya, seringkali juga
sakitnya tidak sembuh-sembuh walaupun obat-obatan sudah habis diminum semua.

Si sakit sendiri harus bersikap positif. Jangan bersugesti negatif, jangan


menganggap sakitnya tidak ada yang bisa menyembuhkan, atau menganggap dokter
atau 'orang pinter' yang sedang mengobatinya tidak akan mampu menyembuhkannya.
Dengan bersikap begitu dia membangun energi negatif di dalam dirinya, melemahkan
semangat juang tubuhnya untuk sembuh dan melemahkan energi penyembuhan dalam
dirinya. Atau sekalipun dia sudah sembuh dari sakitnya, dia akan tetap merasa masih
sakit, tidak merasa sudah sembuh, tidak tahu bahwa sakitnya sudah sembuh oleh
dokter atau 'orang pinter' tersebut, dan pasti juga tidak akan berterima kasih, apalagi
bersyukur.
Karakteristik dan Kegaiban Energi

Ilmu tenaga dalam dapat juga dikatakan sejenis dengan ilmu gaib. Dikatakan demikian
karena energinya tidak tampak mata dan secara akal pikiran awam tidak mungkin
manusia dengan kekuatannya sendiri dapat mematahkan kayu, besi, memecahkan batu
dsb. Lebih keras mana, kayu, batu dan besi dengan tangan manusia ? Seharusnyalah
tangan manusia itu yang remuk. Tetapi ternyata tidaklah demikian kejadiannya.
Malahan kayu atau besinya yang patah. Batunya yang remuk. Juga mereka yang
mengolah tenaga dalam murni dapat mementalkan orang lain. Banyak orang yang
berpendapat itu hanyalah tipuan. Mungkin ada juga orang yang memang berniat
menipu. Tapi sebaiknya kita coba dulu ikut pelatihannya, barulah nanti kita dapat
dengan valid memberikan pendapat apakah kejadian itu benar atau hanyalah tipuan
belaka. (Ada juga sejenis ilmu gaib yang mementalkan orang atau mengendalikan
gerakan tubuh orang lain, biasa disebut Ilmu Kontak).

Sebenarnya tenaga dalam, tenaga dalam murni dan hawa murni dihasilkan oleh semua
cakra di tubuh manusia, tetapi yang terkait dengan keilmuan tenaga dalam, yang
disebutkan hanyalah energi yang dihasilkan oleh cakra-cakra tertentu saja yang menjadi
obyek pelatihan tenaga dalam.

Hawa murni, tenaga dalam dan tenaga dalam murni bersumber dari tubuh manusia itu
sendiri yang dalam kehidupan sehari-hari tidak muncul, atau bahkan tidak disadari
keberadaannya. Ini juga adalah suatu kegaiban, kegaiban yang berasal dari dalam diri
manusia sendiri. Kegaiban (daya gaib - potensi diri) ini baru akan terbentuk menjadi
sesuatu yang berarti setelah diolah secara khusus, misalnya dibangun dengan olah
pernafasan.

Energi yang dihasilkan tubuh manusia dengan sebutan hawa murni, tenaga dalam,
tenaga dalam murni, tenaga dasar, kundalini, prana, dsb, adalah kegaiban dari dalam
diri manusia, berupa kekuatan energi yang besar sekali, yang dihasilkan oleh cakra-cakra
energi di tubuh manusia. Cakra-cakra energi di tubuh manusia adalah pusat-pusat saraf,
yang bila diolah secara khusus dapat membangkitkan kekuatan energi yang luar biasa
dalam kehidupan manusia. Ada banyak sekali cakra-cakra energi di tubuh manusia,
tetapi yang diolah dalam pengolahan energi biasanya adalah cakra-cakra energi yang
utama saja sesuai tujuan pengolahannya. Energi tersebut masing-masing memiliki sifat
sendiri-sendiri sesuai namanya masing-masing, karena dibangkitkan dan diolah dengan
cara yang berbeda-beda.

Walaupun cakra-cakra energi tubuh belum pernah dibuka dan energinya belum pernah
dibangkitkan / diolah, tetapi sebenarnya cakra-cakra tersebut tidak benar-benar
tertutup, energinya tetap mengalir keluar sesuai kebutuhan dalam keseharian manusia,
tetapi dengan telah terbukanya cakra-cakra energi tersebut energinya dapat lebih
lancar mengalir.

Dalam hal ini ada perbedaan sifat dan perilaku dari cakra-cakra energi yang telah
terbuka. Jika cakra-cakra itu terbuka dengan sendirinya, misalnya dengan mengikuti
pelatihan olah pernafasan tenaga dalam, selanjutnya cakra-cakra itu akan bergerak
secara otomatis membuka atau menutup aliran energi sesuai kegiatan si manusia. Jika
tidak sedang digunakan, maka bukaan cakra-cakra itu akan mengecil dengan sendirinya
menyetabilkan aliran energi.

Jika cakra-cakra itu tidak terbuka dengan sendirinya, misalnya dibuka oleh orang lain
atau dibuka sendiri dengan memaksakan memasukkan energi dari luar (misalnya
dengan cara meditasi pembukaan cakra dan pembangkitan energi kundalini), cakra-
cakra itu lebih kaku, tidak akan bergerak secara otomatis membuka atau menutup
aliran energi sesuai kegiatan si manusia. Jika si manusia belum bisa "mem-filter"
(menyaring) aliran energi, dengan telah terbukanya cakra-cakra tersebut justru akan
memudahkan menyerap energi-energi yang negatif atau memudahkan energi-energi
lain yang tidak jelas juntrungannya untuk masuk ke dalam tubuh manusia.

Seseorang yang ingin memiliki kemampuan tertentu yang terkait dengan pembukaan
cakra-cakra energi tersebut harus datang ke tempat-tempat membuka dan mengolah
cakra yang sesuai dengan tujuan niatnya, karena masing-masing cakra tubuh harus
dibuka dan diolah dengan cara / sugesti sendiri-sendiri sesuai masing-masing tujuannya.

- Untuk pengolahan energi, maka sugesti membuka dan mengolahnya haruslah untuk
tujuan pengolahan energi.

- Untuk melihat gaib, maka sugesti membuka dan mengolahnya haruslah untuk
kemampuan melihat gaib.

- Untuk olah spiritual, maka sugesti membuka dan mengolahnya haruslah untuk olah
spiritual.
Orang-orang yang ikut pelatihan tenaga dalam di dalam perguruan tenaga dalam,
biasanya cakra-cakra energinya telah terbuka (walaupun pembukaan cakranya tidak
maksimal karena biasanya tidak secara khusus dibuka) dan energinya juga telah
dibangkitkan dan diolah, sehingga sering disebut telah memiliki tenaga dalam. Tetapi
walaupun cakra-cakra tubuhnya telah terbuka, termasuk cakra-cakra di leher, di dahi
atau yang di ubun-ubun, tidak berarti mereka langsung bisa melihat alam gaib dan bisa
melihat sosok-sosok mahluk gaib.

Kemampuan melihat gaib tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang-orang
yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya, misalnya yang dibuka dengan olah
tenaga dalam / prana atau kundalini. Cakra-cakra energi tubuh yang dibuka untuk
tujuan pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan
kegaiban. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus dibuka
khusus untuk tujuan kegaiban, bukan untuk tujuan pengolahan energi tubuh.

Kepekaan dan kekuatan rasa dan batin adalah dasar dari kebatinan dan kekuatan batin /
spiritual. Kekuatan yang dibangun dalam olah rasa dan olah batin adalah kekuatan rasa
dan kekuatan batin (bersifat gaib), dihasilkan oleh cakra tubuh di bagian dada. Tetapi
pembukaan cakra energi di dada tidak ditujukan untuk yang bersifat gaib, biasanya
untuk tujuan kanuragan, begitu juga dengan pengolahannya. Untuk tujuan kebatinan
dan kegaiban, cakra energi di dada tidak diolah dengan teknik pernafasan, tetapi
dengan cara olah rasa dan kebatinan, karena berhubungan dengan kegaiban sukma
manusia, dan kekuatan rasa dan batin yang terjadi adalah berasal dari kekuatan
sukmanya ditambah energi dari cakra tubuhnya, jadi tidak semata-mata hanya energi
tubuh dari cakra tersebut.

Dalam proses pembelajaran meditasi kundalini diajarkan cara membuka cakra-cakra


tubuh, dari cakra yang paling dasar sampai cakra mahkota. Tujuan utama pembukaan
cakra-cakra tersebut adalah untuk mengolah energi yang dihasilkan oleh cakra-cakra
tersebut untuk dapat digunakan untuk kesehatan dan vitalitas, juga untuk menambah
kekuatan tenaga dalam, kesaktian gaib dan olah spiritual. Pembukaan cakra-cakra
tersebut tidak dikhususkan untuk melihat gaib, dan dengan telah terbukanya cakra
mahkota tidak berarti seseorang langsung dapat melihat gaib, atau mengetahui seluk-
beluk alam dunia spiritual, karena pengetahuan spiritual harus dipelajari sendiri
berdasarkan proses “pencarian spiritual”, tetapi dengan telah terbukanya cakra-cakra
tersebut akan mempermudah usaha pembelajaran seseorang.

Di banyak tempat, umumnya energi-energi tersebut dibangkitkan dan diolah dengan


cara olah pernafasan, karena berhubungan dengan olah kanuragan dan kesaktian /
kekuatan. Tetapi di India, kundalini biasanya dihasilkan dengan cara meditasi (olah
pikiran / sugesti) dan yoga untuk menarik / menggerakkan urat saraf. Cara-cara
meditasi juga banyak dilakukan di Indonesia, terutama disertai dengan bacaan amalan,
zikir dan wirid.

Cara-cara di atas masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Yang terlebih


harus diperhatikan adalah faktor resiko dari cara apapun yang dilakukan, dan setelah
energi tersebut terbangkitkan, harus dapat dikendalikan dengan semestinya.

Energi yang dibangkitkan dengan cara olah pernafasan biasanya dapat dikendalikan
dengan relatif lebih mudah, karena proses latihannya memang ditujukan untuk
membangun dan mengendalikan energi. Seandainya pun terjadi kesalahan dalam
proses latihannya, penyembuhannya relatif lebih mudah dibanding olah energi dengan
cara selain olah pernafasan. Tetapi secara fisik ada juga resikonya. Terlalu memforsir
pernafasan dada dapat menyebabkan pembengkakan jantung dan radang hati / liver,
terutama untuk yang baru ikut pelatihannya (pemula), tetapi bisa juga terjadi pada yang
sudah senior, yang menggebu-gebu hasratnya akan kesaktian kanuragan. Pernafasan
perut bawah juga dapat menyebabkan usus turun atau perut kendor.

Pembangkitan energi dengan cara rutin membaca amalan, zikir dan wirid, biasanya akan
juga membentuk batin yang kuat. Dengan cara ini juga bisa ditingkatkan menjadi ilmu
gaib dan ilmu khodam (walaupun seringkali tidak disengaja dan tidak diketahui
terjadinya). Tetapi cara ini juga mempunyai efek samping, yaitu dapat menyebabkan
kepala terasa penuh / penat karena terjadi pemusatan energi di kepala dan bagian
tubuh lain kekurangan energi (yang dapat berujung pada lemah atau sakit organ tubuh
bagian dalam). Efek samping lainnya adalah secara psikologis, yaitu dapat meninggikan
rasa ego manusia, ke-aku-an dan cinta diri, yang bisa mengarah pada pemikiran merasa
dirinya paling benar, paling tahu, paling ..... , dsb. Biasanya orang itu sendiri tidak
menyadarinya, orang lain yang menilai. Resiko lainnya adalah jika ada sesosok gaib
berwatak jelek yang datang menjadi khodamnya, seringkali menyebabkan kemampuan
ilmunya bagus, tetapi berpengaruh negatif terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan
rumah tangganya.
Dengan metode meditasi kundalini, manusia membangkitkan energi, mengatur dan
menggerakkan energi tubuhnya dengan batin / pikiran (bermain sugesti). Orang yang
tekun mengikuti pelatihan ini biasanya secara psikologis akan lebih tenang berpikirnya
dan lebih kalem sikap perilakunya. Tetapi energi yang dibangkitkan dengan cara olah
pikiran / sugesti / meditasi akan lebih sulit untuk dikendalikan, karena orang tersebut
sejak awal tidak diajar untuk mengendalikan alam bawah sadar.

Pada saat kita tidur, tidak sadar, ditambah suasana alam bawah sadar yang diluar
kontrol kita (alam mimpi), membuat energi tersebut dapat bergerak sendiri, mengikuti
suasana alam bawah sadar, bergerak liar mencari jalan sendiri. Energinya dapat
bergerak sesuai jalur, dapat juga berbalik arus, dapat juga saling bertabrakan, atau
menumpuk di satu tempat. Energi yang seharusnya terpusat di cakranya masing-
masing, dapat berpindah dan menumpuk di kepala (menyebabkan kepala penat, otak
sakit dan panas serasa terbakar), masuk ke jalur yang salah di tulang belakang
(menyebabkan rasa terbakar dan sakit di tulang belakang dan dapat menyebabkan
kelumpuhan), dsb.

Dalam kondisi normal, dengan metode meditasi manusia mengatur dan menggerakkan
energi tubuhnya. Tetapi ketika kondisi abnormal itu terjadi, manusia sudah tidak dapat
berpikir normal, tidak bisa mengendalikan energi dan rasa sakit yang dialaminya. Resiko
yang dialami manusia bukan hanya secara fisik, tetapi jiwanya juga dapat terganggu.
Termasuk bila energi tersebut membuka cakra-cakra / simpul saraf yang berhubungan
dengan kemampuan melihat gaib, sedangkan si manusia tersebut secara psikologis
belum siap untuk melihat gaib.

Banyak orang tertarik belajar pembangkitan energi karena adanya harapan yang
ditawarkan dalam program pelatihannya. Keinginan segera mencapai hasil seringkali
menyebabkan orang mengabaikan tahapan prosesnya dengan benar. Banyak orang
merasa yakin bahwa dia sudah siap memperoleh pelajaran yang tinggi tanpa dengan
sabar dan tekun belajar melalui tahapan urutan tingkat dasar dan pembentukan
psikologis. Kurang bijaksana kalau seseorang mengira bahwa ia sanggup menghadapi
kekuatan yang mungkin timbul dalam dirinya, sedangkan dia sendiri belum mengetahui
resikonya.

Hendaknya orang jangan mencoba membangkitkan kundalini tanpa bimbingan seorang


guru yang benar mengerti persoalannya, karena bahaya yang ditimbulkan akibat
pembangkitan yang salah sangat serius. Bahaya itu bukan hanya yang murni bersifat
fisik, tetapi juga batin/ jiwa. Kita dapat temukan banyak tulisan atau ajaran melalui
buku atau artikel, mengenai pembangkitan kundalini dengan cepat tanpa
memperhatikan aspek lain yang sebenarnya sangat menentukan, yaitu pembentukan /
kesiapan psikologis dan spiritual. Tanpa itu pembangkitan kundalini akan berubah
menjadi petaka bagi pelakunya. Apalagi dilakukan tanpa bimbingan guru sejati yang
mengajarkan tahap demi tahap proses pembelajarannya. Ditambah lagi penulisnya
tidak menguasai pengetahuannya dengan benar, hanya meramu teknik dari berbagai
ajaran dan buku. Inilah yang kemudian menyebabkan berbagai sindrom kundalini.
(Berbagai penjelasan mengenai resiko dalam pembangkitan kundalini dapat dicari di
internet dengan tema kundalini syndrome ).
Untuk orang-orang yang mengalami kejadian sindrom kundalini bisa dicoba
penyembuhannya dengan mengikuti pelatihan olah pernafasan tenaga dalam murni,
untuk menyelaraskan kembali energi-energi tubuhnya.

Pada masa sekarang, metode meditasi dan bacaan mantra / amalan dibuat sesederhana
mungkin sesuai kebutuhan manusia pada jaman sekarang, sehingga tidak banyak yang
menyadari bahwa tahapan meditasi dan bacaan amalan sebenarnya dulu pada saat
manusia hidup di jaman kesaktian, merupakan pelajaran tingkat tinggi, bukan untuk
orang yang baru belajar. Orang yang telah menekuni dan melewati masa-masa
pelatihan olah kanuragan, untuk tingkatan selanjutnya akan mulai banyak melakukan
laku prihatin, tirakat, puasa, semedi, meditasi dan tapa brata, untuk memperdalam dan
meningkatkan kekuatan keilmuannya.

Karena itu Penulis tidak dapat mengerti mengapa seseorang yang merasa memiliki
suatu keilmuan, kemudian dengan mudahnya memberikan kursus program ilmu tingkat
tinggi tanpa seseorang harus melalui tahap dasar terlebih dahulu dan melalui
pembentukan psikologis dan budi pekerti terlebih dahulu, sehingga kemudian banyak
muncul orang-orang yang menyombongkan keilmuannya, menjual keilmuannya, dan
banyak keilmuan yang menjadi bahan kesombongan dan bahkan menjadi alat
kejahatan. Ditambah lagi adanya efek-efek negatif dan sindrom-sindrom yang mungkin
gurunya sendiri pun tidak mampu menyembuhkannya.
Keilmuan dari negeri Cina (dan yang berlatar belakang agama Budha) dapat dijadikan
contoh keilmuan pengolahan tenaga dalam dengan cara olah pernafasan dan meditasi,
dan keilmuan dari negeri India dapat dijadikan contoh keilmuan pengolahan tenaga
dalam dengan cara meditasi dan tapa brata.
Tips Untuk Penggunaan Tenaga Dalam Murni

Masing-masing jenis keilmuan di atas semuanya bagus sesuai karakteristik dan


tujuannya masing-masing dan tidak ada satu pun yang dapat sempurna menggantikan
yang lain, tergantung tingkat penguasaan dan kemahiran para pelakunya, jadi tidak
perlu diunggul-unggulkan mana yang lebih bagus. Dan kalau kita mempelajari salah
satunya, sebaiknya fokus sesuai ilmunya masing-masing. Jangan dibanding-bandingkan
atau dicampurkan dengan yang lain, nanti ilmunya malah ngambang, tidak mendalam.
Tetapi kalau sudah menguasai bidang keilmuannya dan mengerti intisarinya, antar sifat
keilmuan dapat dikombinasikan, sehingga hasilnya akan lebih baik daripada bila hanya
sendiri-sendiri, keilmuan yang satu akan melengkapi / menambah kekuatan ilmu yang
lain (bukan saling menggantikan).

Latihan olah nafas segitiga adalah teknik dasar dan umum untuk membangkitkan dan
menghimpun tenaga dalam. Gerakan-gerakan dalam olah pernafasan murni juga
bertujuan untuk membuka cakra-cakra tubuh. Hasil pembukaan cakra tubuh dan energi
yang dihasilkannya sesuai dengan cara dan tujuan latihannya. Jadi tidak semuanya
berhubungan dengan gaib. Olah pernafasan murni yang menghasilkan energi tenaga
dalam murni baik sekali untuk kehidupan sehari-hari.

Kelemahan metode pelatihan tenaga dalam murni adalah pada gerakan latihannya yang
seperti senam pernafasan dan membosankan, dan kurangnya pembelajaran
pemahaman dan teknik penguasaan energi dan kurangnya pengetahuan dalam
penggunaannya menyebabkan pelatihan energi ini seringkali dianggap tidak penting dan
tidak menarik untuk ditekuni.

Pada jaman dulu pelatihan tenaga dalam murni merupakan pelajaran tingkat lanjut
setelah seseorang menguasai / mahir dengan olah jurus / gerak dan tenaga dalam
kanuragan, ditekuni selain dengan olah nafas, juga dengan laku puasa, meditasi dan
tapa brata. Pelatihan tenaga dalam murni digunakan untuk menambah kekuatan tenaga
dalam kanuragan (dan melipatgandakannya), untuk menciptakan aji-aji kesaktian dan
untuk mengatasi / menangkal serangan tenaga dalam kanuragan. Karena itu mereka
menguasai betul penggunaan tenaga dalam murni.

Tulisan mengenai sejarah tenaga dalam murni dan kritik terhadap praktek perguruan
tenaga dalam murni di Indonesia dapat dibaca di:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_tenaga_dalam.

Selain yang sudah dituliskan di atas, energi tenaga dalam murni akan bermanfaat sekali
kalau kita bisa mengerti dan menghayati sifat-sifat energi, yang bukan hanya
bermanfaat untuk kesehatan, transfer energi atau membuat mental orang.

Bagi orang-orang yang sudah menekuni pelatihan tenaga dalam murni sebaiknya dicoba
melatih sugesti untuk membentuk tenaga dalam murninya menjadi lebih keras dan
padat / tajam. Diumpamakan yang sebelumnya tenaga dalam murninya hanya mengalir
memancar keluar seperti hembusan angin, sekarang dilatih / disugesti menjadi lebih
keras / padat, diibaratkan seperti air, lebih padat bertekanan. Dengan demikian
kondisinya akan menjadi lebih berkualitas dan akan lebih kuat tekanan energinya, lebih
padat dan tidak mudah ditembus lawan jika dijadikan pagaran energi, lebih kuat
energinya ketika digunakan menyerang / mendorong mementalkan orang, dan lebih
tajam energinya ketika digunakan "menembak" atau menusuk atau menembus pagaran
gaib, dsb.

Bila tenaga dalam murni ini ingin digunakan untuk berinteraksi dengan sosok-sosok
mahluk halus, untuk "bermain" di dunia alam gaib, maka selain melatih energinya
supaya menjadi besar dan padat / tajam, diperlukan pengetahuan tersendiri mengenai
sifat-sifat energi mahluk halus untuk membentuk energinya supaya dapat selaras
dengan "frekwensi" energi mahluk halus.

Untuk berinteraksi dengan roh-roh atau mahluk halus seharusnya yang digunakan
adalah kekuatan energi yang bersifat roh / sukma, yaitu kekuatan energi dari kebatinan
atau spiritual, bukan kekuatan energi tenaga dalam yang bersifat fisik manusia. Tetapi
jika diinginkan menggunakan kekuatan tenaga dalam yang sudah dimiliki untuk
berinteraksi dengan roh-roh halus bisa juga dilakukan, hanya saja kita perlu
memodifikasinya sedikit supaya energinya dapat berinteraksi dengan energi mahluk
halus.

Untuk menjelaskan hal ini Penulis menggunakan istilah "frekwensi" energi. Masing-
masing frekwensi energi tenaga dalam murni mempunyai kecocokan dengan situasi
tertentu.
- Frekwensi energi tenaga dalam murni yang rendah cocok digunakan untuk
menyatukan energinya dengan tubuh manusia untuk digunakan mengobati, untuk
kekuatan tubuh dan kekuatan pukulan dan dalam kekuatan tertentu energinya bisa
dipadatkan menjadi seperti ilmu lembu sekilan atau untuk kekebalan tubuh, atau untuk
mementalkan orang lain atau untuk mementalkan serangan tenaga dalam kanuragan.

- Frekwensi energi mahluk halus lebih tinggi daripada frekwensi tenaga dalam murni
yang biasa kita latih. Semakin tinggi kekuatan gaib mahluk halus, frekwensinya juga
semakin tinggi dan semakin sulit dideteksi. Karena itu untuk keperluan berinteraksi
dengan mahluk halus, maka frekwensi tenaga dalam murni ini harus dilatih secara
khusus supaya frekwensinya menjadi lebih tinggi dan bisa sejalan dengan frekwensi
energi mahluk halus, dilakukan dengan cara menerapkan olah rasa untuk bisa
merasakan keberadaan energi mahluk halus dan untuk menyesuaikan frekwensinya
dengan frekwensi energi mahluk halus dari yang tingkatannya rendah sampai yang kelas
atas. Caranya bisa dilakukan seperti dalam tulisan : Olah Rasa & Kebatinan.

- Secara alami frekwensi energi dari kekuatan kebatinan dan spiritual yang adalah
kekuatan sukma manusia sudah sesuai dengan frekwensi energi mahluk halus, sehingga
bisa digunakan untuk peka rasa suasana gaib, mendeteksi, berinteraksi atau untuk
menyerang mahluk halus dari yang kelasnya rendah sampai yang kelas atas. Dengan
demikian akan lebih baik bila pelatihan frekwensi tenaga dalam murni ini dapat
disatukan menjadi kekuatan kebatinan dan spiritual (dengan olah kebatinan), menyatu
menjadi kekuatan sukma, supaya bisa sesuai frekwensinya dengan frekwensi energi
mahluk halus.

- Setelah dapat menyesuaikan frekwensi energinya dengan frekwensi energi mahluk


halus, dapat merasakan persentuhan energinya dengan "energi-energi" lain, maka
energi tenaga dalam ini selain dilatih frekwensinya, juga dilatih supaya besar, keras dan
tajam pancarannya untuk bisa digunakan mendorong, menarik, mementalkan atau
perbuatan lain yang sifatnya menundukkan atau menyerang mahluk halus atau untuk
membuat pagaran gaib, atau untuk mengobati seseorang dari gangguan gaib seperti
pelet, guna-guna, ketempelan gaib, kesambet dan teluh / santet.

Tergantung besarnya kekuatan energi dan penghayatan penguasaan masing-masing


orang, energi tenaga dalam murni (sifat lembut energi) dapat dibentuk / dikondisikan :
 Olah rasa untuk merasakan energi sendiri, juga untuk merasakan keberadaan
"energi-energi" lain.
 Kekuatan energi bukan hanya ditentukan oleh besarnya energi, tetapi juga
kepadatan dan ketajaman energinya.
 Kepadatan dan besarnya energi bisa untuk menolak mahluk halus atau
menghapus ilmu gaib seseorang.
 Ketajaman energi bisa untuk menyerang mahluk halus atau menembus benteng
gaib seseorang.
 Mengenal sifat-sifat fisik mahluk kecil kuman (virus, bakteri dan amuba), untuk
membersihkan keberadaan mereka atau memagari tubuh supaya mereka tidak
dapat masuk ke dalam tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
 Mengenal sifat-sifat energi negatif agar kita dapat membentuk energi positif
untuk membersihkan energi negatif dari sakit / penyakit dan untuk menolak/
mengusir mahluk halus golongan hitam dan yang berenergi negatif.
 Mengenal sifat-sifat keras energi, energi tenaga dalam murni dapat disatukan
dengan kekuatan fisik, seperti untuk mengangkat beban berat atau untuk
kekuatan pukulan atau kekuatan menahan pukulan.
 Misalnya, lakukan gerakan memukul dengan gerakan yang sangat lambat (slow
motion). Selama melakukan itu otot tangan, perut dan dada dikeraskan. Menarik
nafas, menekan dan menghembuskan nafas menyatu dengan gerakan tangan.
Ketika menghembuskan nafas, lakukan seolah-olah juga mengalirkan energi pada
gerakan tangan yang memukul.
 Setelah dilakukan beberapa kali akan dapat dirasakan kekuatan pukulan lebih
ringan, cepat dan kuat.
 Bila energi dipusatkan di perut, dada, punggung dan tangan, bagus untuk
kekuatan pukulan dan kekuatan menahan pukulan dan untuk kekuatan tubuh.
 Bila energi dipusatkan di pikiran, dapat untuk hipnotis / gendam.
 Bila energi memancar dari seluruh tubuh, dapat dikondisikan untuk
memancarkan pengasihan, karisma wibawa, penglaris dagangan, keteduhan,
ketentraman, pagaran gaib, dsb.
 Bila energi disatukan dengan energi lawan bisa untuk mengunci gerakan lawan
atau untuk menghisap tenaga lawan.

Beberapa tips penggunaan tenaga dalam murni bagi yang sudah menekuninya, sbb :

1. Untuk pagaran gaib.

Pembentukan pagaran gaib dengan tenaga dalam dapat dilakukan untuk perlindungan
dari serangan virus / bakteri / amuba, mahluk halus dan orang-orang yang berniat jahat.

Buatlah bola energi yang cukup besar sesuai objek yang akan diberi pagaran, untuk
anda sendiri, orang lain atau untuk memagari rumah, dsb. Jadikanlah bola itu
menyelubungi objek sasaran. Dengan sugesti anda, buatlah bola itu kuat / keras
dindingnya dan juga penuh energi di dalamnya (tidak kosong). Konsentrasikan kekuatan
bahwa bola itu akan bertahan selamanya, dan virus / bakteri yang merugikan kesehatan
atau apapun / siapapun yang bersifat tidak baik dan berniat jahat atau menyerang objek
akan terdorong keluar dan terpental tidak dapat menembus bola pagaran.

Untuk anda sendiri yang memiliki energi sangat besar, dengan sugesti kebatinan energi
anda dapat anda padatkan hingga menjadi sejengkal tebalnya dari tubuh anda. Ini yang
disebut ilmu Lembu Sekilan. Atau bahkan bisa dipadatkan lagi hingga tebalnya hanya 1
jari dari tubuh anda. Bila energi anda memang sangat besar dan padat, walaupun jarak
pagarannya hanya 1 jengkal atau 1 jari dari tubuh anda, jarak itu sudah cukup aman
untuk perlindungan anda, dengan catatan, energi tersebut benar-benar dipadatkan,
bukan sekedar bola pagaran.

2. Membersihkan penyakit, kuman, bakteri, virus, mahluk halus, santet, guna-guna.

Untuk pengobatan membersihkan kuman, bakteri, virus, mahluk halus, santet, guna-
guna dari tubuh seseorang atau rumah atau objek lainnya, lakukanlah langkah berikut.
Salurkanlah energi untuk memenuhi objek yang dimaksud dan selaraskan energinya
dengan energi objeknya. Kemudian konsentrasikan bahwa semua bakteri, virus dan hal-
hal negatif yang ingin dibersihkan telah masuk semua dan terbungkus di dalam energi
itu. Kemudian dorong / geser energi tersebut dan dibungkus menjadi bola energi.
Mampatkan bola itu sampai menjadi kecil sebesar kelereng atau bola tenis. Kemudian
buang bola energi itu jauh ke luar angkasa atau buang jauh ke dalam bumi.

Lakukanlah beberapa kali jika diperlukan sampai anda yakin bahwa semua yang anda
ingin bersihkan sudah terhisap / terdorong semua dan sudah dibuang jauh tak akan
kembali. Kemudian isikan kembali energi anda kepada objek dengan konsentrasi untuk
memberikan energi yang baik untuk kesehatan dan kesembuhan.

Proses yang sama bisa dilakukan untuk sumber-sumber penyakit lain seperti sakit asam
urat, kolesterol, darah tinggi karena penyempitan atau penyumbatan (kerak) di dalam
pembuluh darah, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah jantung atau otak
(stroke), pengapuran, batu ginjal, batu empedu, dsb.

Pada proses terakhir penyembuhan, isikan kembali energi anda kepada objek dengan
konsentrasi untuk memberikan energi yang agak panas yang baik untuk kesehatan dan
kesembuhan dan untuk menambah energi metabolisme tubuhnya supaya dalam proses
pembakaran tubuh tidak menyisakan sampah-sampah metabolisme. Lakukan seminggu
sekali sampai sembuh dan sehat kembali.

Untuk sakit / penyakit biasa, cara penyembuhan yang sederhana adalah dengan
memberikan energi positif untuk kesembuhan. Dengan tangan anda salurkan energi
positif dengan cara mengkipas-kipaskan ke bagian tubuh yang sakit untuk
menghilangkan energi negatif dari sakitnya sampai anda yakin energi negatifnya telah
hilang dan berganti dengan energi positif dari tangan anda. Setelah itu salurkan energi
positif dengan sugesti mempercepat kesembuhannya. Lakukan beberapa hari sekali
sampai sakitnya sembuh.

Cara sederhana lainnya yang umum adalah dengan langsung memancarkan energi
positif ke tubuh atau bagian tubuh yang sakit untuk mendorong energi-energi negatif
keluar dari tubuhnya (buang ke tempat yang jauh yang aman untuk manusia lainnya).

3. Mengobati seseorang dari sakit karena kelemahan / kerusakan organ tubuh.

Ada banyak sakit-penyakit yang disebabkan oleh kelemahan / kerusakan organ tubuh,
misalnya diabetes / kencing manis (kerusakan pankreas), sakit maag kronis, kerusakan
ginjal, dsb. Untuk sakit-penyakit jenis ini cukup anda salurkan energi anda ke sumber
sakitnya (energi yang agak panas) dan konsentrasikan bahwa energi anda itu akan
tinggal lama di situ, menyatu dengan organ tubuhnya untuk menumbuhkan sel-sel yang
baru menggantikan sel-sel organ tubuh yang rusak dan mengkondisikan organ tubuhnya
supaya menjadi normal kembali. Lakukan seminggu sekali sampai organ tubuhnya
sembuh dan sehat kembali.

4. Mengobati seseorang dari sakit karena gangguan saraf.


Ada banyak sakit-penyakit yang disebabkan oleh kelemahan / kerusakan saraf, misalnya
sakit akibat stroke, pusing / vertigo dan limbung karena terganggunya saraf
keseimbangan, sakit maag kembung dan gangguan nafsu makan, lemah jantung, dsb.
Untuk sakit-penyakit jenis ini, selain dilakukan dengan menyalurkan energi untuk
kesembuhannya, juga harus dilakukan pemijatan (reflexi) untuk mengaktifkan saraf-
saraf yang terkait dan salurkan energi anda ke titik-titik pemijatan dan sumber sakitnya
(energi yang agak panas) dan konsentrasikan bahwa energi anda itu akan tinggal lama di
situ, menyatu dengan organ tubuhnya untuk mengkondisikan supaya menjadi normal
kembali. Lakukan seminggu sekali sampai organ tubuhnya sembuh dan sehat kembali.

Cara 2 dan 3 bisa dikombinasikan untuk penyakit tumor dan kanker atau penyakit lain
yang berat.

Cara-cara di atas tidak dapat dilakukan untuk sakit yang disebabkan oleh kelainan
organ.

----------------------
OLAH RASA DAN KEBATINAN

Olah rasa berhubungan dengan kepekaan rasa batin dan indra ke 6 manusia. Dengan
rasa, orang akan lebih peka terhadap sesuatu yang bersifat gaib, dapat mendeteksi /
merasakan keberadaan sesuatu gaib, dapat mendeteksi apakah sakit yang diderita oleh
seseorang merupakan sakit biasa ataukah karena adanya pengaruh energi negatif dari
suatu sosok mahluk halus (ketempelan gaib, kesambet, disantet, guna-guna, dsb), dapat
mengetahui cara penyembuhannya dan dapat merasakan sesuatu yang akan terjadi
(feeling / intuitif). Dan dalam tingkatan kemampuan kebatinan yang tinggi kekuatan
rasa ini digunakan untuk segala perbuatan yang berhubungan dengan kegaiban, untuk
mengobati seseorang, mengusir / menyerang / menundukkan mahluk halus tingkatan
rendah sampai yang kelas atas, atau untuk memusnahkan keilmuan gaib, khodam dan
tenaga dalam seseorang, dan untuk menerima pengetahuan spiritual tingkat tinggi yang
mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita.

Di dalam semua jenis keilmuan, ada satu hal mendasar yang seringkali pengertiannya
dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada
semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dalam aktivitas manusia dalam
mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan. Unsur kebatinan itu adalah apa
yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat
hubungannya dengan rasa dan sugesti.Di dalam aktivitas manusia berolah raga,
kanuragan, mengolah tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah
spiritual, atau dalam hal pekerjaan teknis modern sekalipun, selalu terkandung di
dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada masing-masing hal
yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan seseorang akan
sangat membedakan hasil dan prestasi yang diraihnya dibandingkan orang lain yang
sama-sama melakukan aktivitas yang sama.

Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak
hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di
dalam pekerjaan-pekerjaan teknis di jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri
seringkali secara dangkal dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu
memang ada orang-orang tertentu yang secara khusus mempelajari keilmuan
kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat umum, tetapi juga secara khusus dan
mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu sendiri.

Kemampuan menayuh gaib (baca: Ilmu Tayuh / Menayuh Keris) dan kemampuan olah
rasa kami harapkan dapat anda kuasai, karena ini akan berguna sebagai kemampuan
dasar dan dapat menjadi dasar untuk kemampuan yang lebih tinggi lagi bagi anda yang
berinteraksi atau interest dengan hal-hal kegaiban, atau jika anda memiliki benda-
benda gaib dan khodam pendamping.

Kepekaan dan kekuatan rasa adalah dasar dari kebatinan dan kekuatan batin / spiritual.
Kekuatan yang dibangun dalam olah rasa adalah kekuatan rasa (bersifat gaib),
dihasilkan oleh cakra tubuh di bagian dada. Tetapi pembukaan cakra energi di dada
tidak ditujukan untuk yang bersifat gaib, biasanya untuk tujuan kanuragan. Begitu juga
dengan pengolahannya. Untuk tujuan kebatinan dan kegaiban, cakra energi di dada
tidak diolah dengan teknik pernafasan, tetapi dengan cara olah rasa dan kebatinan (ada
juga yang menyebut sebagai ilmu rahsa atau ilmu rasa sejati).

Pada orang awam, kekuatan rasa biasanya timbul secara spontan, misalnya saat panik,
histeris atau lari ketakutan, dan kekuatannya bisa berkali-kali lipat dibandingkan
kemampuannya dalam kondisi normal. Dalam hal ini kekuatan rasa muncul sebagai
kekuatan bawah sadar manusia. Kekuatan bawah sadar ini tidak sengaja terjadi, tetapi
bagi yang terbiasa peka rasa dan batin, kekuatan seperti itu dapat dengan sengaja
dimunculkan.

Pada orang awam, sebagian kekuatan rasa muncul tidak disengaja, misalnya dalam
kondisi ketakutan yang sangat, panik, histeris, dsb. Kekuatan rasa juga bisa muncul
dalam kondisi gembira dan bersemangat, sehingga saat seseorang beraktivitas berat
akan terasa lebih ringan dan tidak cepat lelah (banyak dialami manusia pada masa
kanak-kanak, yang pada saat bergembira bermain berlari-larian tidak cepat merasa
lelah. Sekalipun lelah, akan cepat pulih kembali. Berbeda dengan yang sudah dewasa,
biasanya akan cepat lelah dan kalau sudah lelah akan lebih lama pulihnya, karena di
dalam aktivitasnya banyak menggunakan pikiran, bukan rasa). Sebagian lagi kekuatan
rasa muncul dalam kondisi marah dan benci, sehingga perbuatan yang dilambari
perasaan marah dan benci kekuatannya akan menjadi berlipat-lipat.

Inti dari kekuatan rasa adalah kekuatan yang dilambari rasa hati, spontan, tidak dipikir-
pikir dulu, sehingga perbuatan yang dilakukan dengan sepenuh rasa (sepenuh rasa
bukan sepenuh hati) akan berlipat-lipat kekuatannya, tidak cepat lelah, dan
kelelahannya akan cepat pulih kembali. Kekuatan rasa yang dilatih dengan sengaja
kekuatannya akan lebih besar daripada kekuatan rasa manusia biasa.

Seseorang yang sudah melatih olah nafas, biasanya juga akan merasakan bagian dari
olah rasa (kepekaan rasa), walaupun hanya dasarnya saja. Saat menggunakan energi
dari olah pernafasan biasanya juga dilakukan dengan ‘rasa’, bukan lagi dengan pikiran
atau perasaan.

Dalam mempelajari olah rasa biasanya dilakukan cara yang mirip dengan olah batin,
yaitu banyak menyepi / tirakat, puasa, laku prihatin, meditasi, membaca amalan-
amalan, dsb. Dalam kehidupan jaman sekarang cara-cara tersebut tidak praktis untuk
dilakukan. Bila anda ingin mencoba mempelajarinya, ada beberapa cara praktis yang
bisa anda lakukan tanpa perlu banyak mengganggu aktivitas anda sehari-hari sbb :

1. Menyepi.

Pengertian menyepi ini bukan berarti anda harus pergi menyepi ke tempat-tempat sepi
di gunung, dsb. Cukup anda luangkan waktu untuk berdiam diri, di rumah, di kantor
atau di manapun anda berada, untuk merasakan suasana batin anda (lebih baik bila
dilakukan di tempat terbuka pada malam hari). Biarkan ilham mengalir dalam pikiran
anda. Perhatikan, mungkin akan ada ide-ide tertentu atau jawaban-jawaban dari
masalah anda yang tidak terpikirkan sebelumnya. (Secara sederhana proses ini mirip
seperti orang merenung).

Menyepi ini juga bisa anda lakukan di tempat yang ramai. Artinya anda belajar
menemukan suasana sepi (hening) di dalam keramaian tanpa harus pergi keluar dari
keramaian. Tujuan dari menyepi ini adalah untuk membiasakan diri menciptakan
suasana hening di dalam rasa dan pikiran, sebagai dasar untuk peka batin, untuk
memperhatikan ide / ilham, dsb, yang mengalir dari batin anda sendiri.

2. Peka suasana batin.

Belajar peka terhadap bisikan-bisikan hati dan nurani, firasat, dsb. Jangan mengabaikan
bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan ber-ilusi. Peka
terhadap ilham yang mengalir di dalam pikiran dan rasa. Kalau bisa, carilah sumbernya
darimana ilham itu berasal.

Cara ini bermanfaat untuk "mendengarkan" mengalirnya ide dan ilham, yang dapat
bermanfaat untuk membantu pemecahan masalah-masalah yang sedang dihadapi, atau
informasi tentang kondisi keluarga anda, dsb, yang sebelumnya anda tidak tahu.

3. Peka suasana alam.

Belajar peka terhadap suasana alam di manapun anda berada. Cobalah sesekali pergi ke
tempat yang wingit atau angker. Rasakan suasana kegaiban di tempat tersebut. Bila
merasakan keberadaan sesuatu roh halus atau energi gaib, dengan getaran di dada atau
dengan merasakan getaran di telapak tangan, cobalah tentukan dimana posisinya
berada. Kalau bisa, coba rasakan / bayangkan seperti apa wujudnya.

Bila anda sudah dapat merasakan suasana alam di suatu tempat, mungkin anda juga
akan dapat merasakan bila ada sesuatu yang mengancam, dimana pun anda berada,
misalnya ada mahluk halus atau binatang berbahaya, ada orang jahat yang sedang
mengincar anda, dsb, akan menambah kebijaksanaan anda untuk bersikap hati-hati
tidak sembrono di tempat-tempat yang "sensitif", atau anda juga dapat merasakan
sesuatu kejadian yang akan terjadi di suatu tempat (misalnya di rumah anda, mungkin
anda akan bisa merasakan bahwa akan ada anggota keluarga yang akan mengalami
musibah, akan ada kebakaran, dsb).

Ke 3 cara di atas dapat diterapkan bukan hanya di tempat sepi, tetapi juga di tempat
ramai, di manapun anda berada, tanpa harus banyak membuang ongkos, tenaga dan
waktu. Bila anda sudah terbiasa melakukan ke 3 cara di atas, berarti anda sudah
melakukan olah rasa dan dasar-dasar kebatinan. Belajarlah untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari anda dalam berbagai bidang. Rasa / feeling / intuisi anda
akan lebih tajam, dapat mengira-ira hasil (berhasil atau tidak) dari sesuatu yang anda
lakukan, atau merasakan sesuatu kejadian (baik atau buruk) yang akan terjadi, dan akan
lebih mudah mendapatkan ide-ide / ilham atas jawaban permasalahan yang sedang
anda hadapi.Dalam semua proses meditasi dan perenungan usahakan supaya tidak
mengedepankan pikiran. Biarkan ide / ilham / bisikan gaib mengalir sampai lengkap,
jangan bereaksi dengan berpikir yang dapat menyebabkan aliran ide / ilham itu
terputus.Dalam kehidupan manusia sehari-hari, apalagi dalam kehidupan modern ini,
rasa dan firasat seringkali diabaikan. Namun bila seseorang memperhatikan rasa dan
firasatnya, dia sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya. Rasa dan firasat seringkali
muncul berupa perlambang rasa. Misalnya, seseorang yang akan bepergian ke luar
kota, karena merasa tidak enak hati kemudian membatalkan keberangkatannya.
Ternyata kemudian dia mendapat berita bahwa kendaraan yang seharusnya
ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untunglah dia tidak jadi berangkat. Apakah ini
kebetulan saja?

Mungkin kita tidak akan terburu-buru berangkat kerja, walaupun sudah terlambat/
kesiangan, seandainya saja sebelumnya kita tahu atau dapat merasakan bahwa pada
hari itu ada anggota keluarga kita yang akan mengalami musibah.

Kadangkala mungkin kita mengalami suatu kejadian yang persis sama seperti yang
dahulu sudah pernah terjadi. Tetapi kita tidak tahu kejadian yang dahulu itu apakah
kejadian nyata ataukah kejadian di dalam mimpi. Biasanya kejadian yang dahulu itu
adalah kejadian di dalam mimpi. Sedulur Papat kita sendiri yang memberikan mimpi
tersebut. Kita saja yang tidak tanggap.

Kadangkala kita melamun atau ilham mengalir begitu saja, hanya kita saja yang tahu,
atau mungkin secara spontan kita mengucapkan sesuatu tanpa dipikir dahulu, tentang
sesuatu kejadian yang akan datang atau tentang seseorang (biasanya seorang tokoh
manusia) yang akan mengucapkan / berbuat sesuatu, dan ternyata kemudian kejadian
tersebut benar-benar terjadi. Dalam hal ini, Sedulur Papat kitalah yang
memberitahukan hal tersebut. Sayang sekali kalau kita tidak mengasah kedekatan
dengan para sedulur tersebut. Kedekatan itu juga dapat merupakan suatu potensi besar
kemampuan kebatinan yang sayang sekali jika tidak diasah dengan benar. Mungkin
potensi untuk bisa meramal, atau merasakan suatu kejadian yang akan terjadi, atau
potensi kemampuan mengobati, dsb, akan dilewatkan begitu saja.

Beberapa tanda yang bila dilatih / dipertajam akan menjadi suatu potensi kemampuan
tersendiri:

- merasa tahu apa yang akan dikatakan seseorang saat mendengarkan seseorang
sedang berbicara.

- cepat mengenal kepribadian terdalam seseorang walaupun baru kenal.


- banyak ilham tentang kejadian yang akan terjadi (kejadiannya kemudian benar-benar
terjadi).
- mengenal firasat, atau bisa membedakan suatu kejadian yang merupakan tanda dari
akan terjadinya
suatu kejadian lain yang entah baik atau buruk. Dan ketika kejadian itu terjadi dia tahu
bahwa
sebelumnya dia sudah menerima tanda tentang akan terjadinya kejadian itu.

Kemampuan-kemampuan di atas sering disebut sebagai daya linuwih yang merupakan


dasar-dasar dari kemampuan seseorang yang waskita.

Dalam halaman ini digunakan beberapa istilah sbb :Rasa adalah sesuatu yang langsung
dirasakan, berdasarkan kepekaan rasa / batin, dan tidak melalui proses perenungan
atau analisa.
Batin lebih dalam lagi, ada proses mengendapkan, merenungkan dan menganalisa.

Rasa berhubungan dengan kepekaan rasa batin dan indra ke 6 manusia.


Rasa adalah awal sebelum masuk ke proses yang lebih dalam untuk direnungkan atau
dianalisa secara kebatinan.

Misalnya kita kedatangan orang sakit yang minta disembuhkan sakitnya.


Pada pertemuan pertama kita sudah langsung bisa me-rasa-kan bahwa sakitnya
bukanlah sakit biasa, sakitnya berhubungan dengan gaib.
Sesudah itu barulah di-batin, direnungkan, dianalisa, apa yang menjadi penyebabnya,
apakah sakitnya yang karena pengaruh gaib itu adalah karena ketempelan mahluk
halus, ataukah kesambet, ataukah karena diguna-guna.
Kalau diguna-guna, apa penyebab awalnya, apakah orang itu menyalahi orang lain ?
Siapakah yang menjadi lawannya itu ? Apakah obatnya ?

Contoh lain, ada orang yang sudah berbulan-bulan sakit kepala berat, vertigo,
Sudah bolak-balik ke dokter dan ke rumah sakit, tapi tidak sembuh juga.
Pada pertemuan pertama kita sudah ada rasa, sudah bisa mendeteksi, berdasarkan
kepekaan rasa, bahwa sakitnya adalah karena pengaruh gaib.
Sesudah itu barulah dilakukan proses lebih lanjut, dianalisa dengan batin, ternyata
sakitnya adalah karena ada sesosok gondoruwo yang bersemayam di kepalanya.

Jadi rasa adalah proses awal yang dirasakan, sebelum masuk proses selanjutnya untuk
dianalisa secara batin.

Begitu juga bedanya antara kekuatan rasa dan kekuatan kebatinan.


Misalnya penggunaan secara fisik :
Kekuatan rasa dilakukan secara spontan setelah merasakan ada desakan kekuatan di
dada.
Kekuatan batin dilakukan setelah menghimpun kekuatan kebatinan, sampai terasa
energinya seperti aliran tenaga dalam atau tubuh terasa tebal berselimut energi, dan
setelah mantap batinnya barulah kekuatan kebatinan itu digunakan.

Jadi, rasa adalah proses awal sebelum proses selanjutnya secara batin.

Ilham itu seperti ide-ide pemikiran yang terbersit di dalam pikiran, yang mungkin
sebelumnya tidak terpikirkan. Tapi ide-ide pemikiran itu bisa juga merupakan jawaban
dari suatu permasalahan.

Firasat adalah rasa tentang suatu kejadian yang merupakan pertanda akan terjadinya
kejadian yang lain. Biasanya ditandai dengan rasa enak atau tidak enak di hati ketika
kejadian pertanda itu terjadi. Jadi suatu kejadian yang merupakan pertanda / firasat ini
bukanlah sekedar pengkultusan yang menyama-ratakan bahwa terjadinya suatu
kejadian pasti berarti akan terjadi suatu kejadian yang lain.

Misalnya akan berangkat ujian pendidikan. Ketika sedang berbenah, pulpen kita jatuh.
Seketika itu juga muncul rasa tidak enak di hati. Ternyata kemudian kita memang tidak
lulus ujian.
Dalam hal ini, kejadian pulpen jatuh itu menjadi pertanda bahwa usaha kita akan gagal.
Rasa tidak enak di hati merupakan sebuah tanda / firasat bahwa kita akan mengalami
kejadian yang tidak mengenakkan.
Tetapi jangan dijadikan pengkultusan bahwa kalau pulpen kita jatuh berarti ujian kita
akan gagal, sehingga kita akan berusaha supaya pulpen kita tidak jatuh.

Firasat itu ditandai dengan rasa di hati, bukan sekedar pada kejadiannya. Diperlukan
kepekaan rasa untuk bisa merasakan kejadian yang merupakan sebuah pertanda.
Firasat ini menjadi bentuk peringatan supaya kita lebih berhati-hati dan waspada dan
mengusahakan yang terbaik, supaya kejadian yang tidak mengenakkan tidak sampai
benar-benar terjadi pada kita.

Intuisi adalah keseluruhan ide dan ilham, firasat, feeling, insting, wangsit, prediksi, dsb,
yang mengalir di dalam pikiran yang biasanya digunakan untuk mengambil keputusan
tertentu. Ada tipe orang-orang tertentu yang dalam mengambil keputusan tertentu
lebih mengandalkan feeling / insting, yang keseluruhannya disebut intuisi, dan tidak
mempertimbangkan bukti-bukti lain atau perhitungan tertentu sebagai dasar
pertimbangan.

Wahyu, dalam bahasa sehari-hari di masyarakat ada yang diartikan sama dengan
wangsit, yaitu suatu bentuk pemberitahuan / bisikan gaib kepada seseorang tentang
akan terjadinya suatu kejadian tertentu.

Pengertian Wahyu secara umum adalah diturunkannya restu Tuhan (Dewa) kepada
seseorang yang kewahyon sesuai tujuan wahyunya. Wahyu ini hanya diturunkan kepada
orang-orang tertentu yang para Dewa berkenan, bukan kepada sembarang orang,
sehingga walaupun seseorang melakukan tapa brata atau bertirakat di tempat yang
wingit, tidak pasti kemudian orang itu akan mendapatkan wahyu.

Rasa dan firasat seringkali dianggap tahyul dan klenik, karena itu kita harus bisa
membedakan sesuatu rasa, apakah itu hanya rasa biasa saja ataukah rasa yang
merupakan suatu pertanda tentang suatu kejadian. Belajarlah peka terhadap bisikan-
bisikan nurani. Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan
mengada-ada, jangan melebih-lebihkan, jangan ber-ilusi.
Kekuatan batin dan kepekaan rasa berguna juga untuk mendeteksi keberadaan mahluk
gaib, bukan untuk melihat gaib. Kalau terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya
sukma kita juga akan bekerja, sehingga kita dapat mendeteksi keberadaan sesuatu gaib
dan bisa juga terbayang sosoknya seperti apa. Kalau fokus kita bisa kuat dan lama
dengan kepekaan rasa, maka gambaran gaib yang kita terima juga akan lebih jelas.
Dengan cara ini kita menjalin komunikasi dengan sukma kita, sehingga pemberitahuan
dari mereka berupa ilham dan gambaran-gambaran gaib bisa kita terima dengan baik
sinyalnya.

Dalam proses pembelajaran kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama
harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin, bukan kemampuan melihat gaib,
bukan juga pembukaan cakra-cakra tubuh. Kepekaan rasa itu juga yang nantinya akan
berlanjut dengan ide-ide / ilham yang mengalir di dalam pikiran yang mengantarkan
pada pengetahuan yang lebih tinggi. Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat
merasakan sesuatu yang bersifat gaib, yang tidak dapat diinderai dengan mata fisik,
barulah kemudian dipertegas dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara
kebatinan yang lain. Kalau terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita
juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat juga
mendeteksi keberadaan sesuatu gaib dan bisa terbayang sosoknya seperti apa,
termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi.

Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa seringkali harus diasah melalui
perkumpulan kebatinan / spiritual atau berkumpul dengan orang-orang yang gemar
dengan hal-hal gaib.

Belajar Olah Rasa

Berikut ini kami tuliskan cara olah rasa sederhana yang diawali dengan meditasi
sederhana untuk mempertajam kepekaan rasa pada ujung-ujung jari tangan kita.
Meditasi ini untuk belajar merasakan adanya setruman listrik halus pada benda jimat /
mustika / pusaka sebagai tanda bahwa benda itu berpenghuni gaib (ada kandungan
energinya). Ini adalah cara sederhana untuk mendeteksi apakah sebuah benda ada isi
gaibnya ataukah kosong, bukan untuk mengetahui gambaran sosok gaibnya atau
kegunaannya. Tetapi bila kepekaan batin / rasa sudah terbentuk, biasanya juga dapat
terbayang sosok gaib dan kegunaan / tuahnya.

Meditasinya bisa dilakukan dengan duduk di kursi ataupun duduk bersila, bisa 5 menit
atau lebih (terserah anda) dan bisa dilakukan sambil berdoa / zikir :1. Duduklah dengan
santai, tetapi tidak terlalu santai.
Kedua tangan diletakkan di atas paha dan terbuka menghadap ke atas.
Ujung ibu jari (jempol) ditempelkan dengan ujung jari tengah.
Pejamkan mata. Dalam kondisi terpejam, pandangan mata diarahkan santai
ke bawah.

2. Tariklah nafas panjang dengan halus dan lepaskan juga dengan halus. Lakukan
dengan rileks.
Rasakan jalannya nafas. Rasakan detak jantung anda.
3. Tenangkan hati dan pikiran anda.
Sekalipun suasana tempat anda ramai, usahakan dapat mencari keheningan di dalam
keramaian.
Bisa juga sambil berdoa / zikir.

4. Ulangi langkah-langkah di atas sampai anda dapat merasakan ketenangan dan


keheningan dan
bisa merasakan setruman listrik halus di ujung ibu jari dan ujung jari tengah.
Bila setruman itu sudah dapat dirasakan, teruskan saja sampai setrumnya terasa
kencang di jari-jari tangan anda.
Jari tengah kemudian bisa diganti dengan jari telunjuk atau jari manis atau tangan
mengepal, supaya
semua jari dan kepalan tangan mendapatkan ketajaman rasa yang sama.

5. Sebagai penutup, bentangkan kedua tangan ke samping dan hiruplah udara bersih
yang panjang
beberapa kali dan rasakan energi alam yang segar mengisi tubuh, hati dan pikiran
anda dan setelah
itu anda merasa bersih, sehat dan segar dan siap kembali beraktivitas.

Penggunaannya sebagai berikut :


Tahap 1.

Tahap-tahap latihan olah rasa berikut ini bisa dilakukan sambil bermeditasi atau bisa
juga sambil fokus bersugesti / membayangkan benda gaibnya / lokasinya.

Benda yang akan kita rasakan keberadaan gaibnya kita pegang dengan ujung ibu jari
dan jari tengah, atau digenggam. Untuk benda keris atau tombak dan sejenisnya,
sentuhannya harus dilakukan di bagian logam kerisnya, bukan di gagang kayunya.
Lakukan dengan cara santai dan sopan. Pegangan tangan rileks, tidak kaku / keras
menggenggam. Tenangkan hati dan pikiran. Gunakan kepekaan rasa, fokus pada benda
yang sedang dipegang.
Bila benda tersebut berpenghuni gaib di dalamnya, biasanya akan terasa di tangan kita
rasa setruman tipis. Bila rasa setrum itu kurang terasa, anda dapat berkata dalam hati
tetapi diarahkan kepada benda tersebut, kontak batin, seolah-olah anda berkomunikasi
dengannya : " Jika batu / keris ini ada isi gaibnya, tolong berikan getaran kencang di
tangan saya ". Lakukan sugesti tersebut beberapa kali sampai anda yakin dengan rasa
getaran di tangan anda.

Jika benda tersebut ada berpenghuni gaib, biasanya akan dapat dirasakan setruman
energinya di tangan anda, bahkan ada yang sampai membuat genggaman tangan
seperti terasa keras kesemutan. Bila kosong tidak berpenghuni gaib, maka tidak akan
ada rasa setrumannya. Dalam hal ini kita harus teliti menentukan apakah rasa setruman
yang kita rasakan di tangan kita, jika ada, apakah benar berasal dari benda tersebut
ataukah berasal dari tangan kita sendiri, jangan sampai keliru. Dalam hal ini kita harus
fokus pada setruman yang berasal dari benda tersebut, bukan sekedar pada rasa
setruman di tangan kita.

Masing-masing benda yang berpenghuni gaib, akan memberikan rasa setruman yang
berbeda-beda. Ada yang setrumannya halus tipis, ada yang keras terasa. Halus atau
kerasnya rasa setruman itu tidak menandakan tingkat kesaktian atau kekuatan gaib di
dalamnya, tetapi hanya menandakan perangainya yang halus ataukah berwatak keras.

Cara ini juga dapat digunakan untuk merasakan posisi keberadaan suatu mahluk gaib di
dalam suatu ruangan atau lokasi tertentu. Dengan telapak dan ujung-ujung jari tangan
kita merasakan posisi tempat keberadaan gaibnya.

Cara ini juga dapat digunakan untuk merasakan keberadaan suatu mahluk gaib di dalam
tubuh seseorang untuk mengetahui apakah sakit yang diderita oleh seseorang adalah
sakit biasa ataukah karena adanya pengaruh energi negatif dari suatu sosok gaib di
tubuhnya. Dengan telapak dan ujung-ujung jari tangan kita merasakan posisi tempat
keberadaan gaibnya. Bila cara ini dilakukan terhadap bagian tubuh seseorang,
lakukanlah pendeteksian pada jarak beberapa sentimeter dari kulitnya.

Pada bagian yang berpenghuni gaib kita akan merasakan bukan hanya rasa panas /
hangat / dingin dari hawa energi si mahluk gaib, tetapi juga rasa setruman dari
energinya di tangan kita. Cobalah beberapa kali di posisi lain di sekitarnya. Posisi
dimana suatu mahluk halus berada akan memberikan rasa yang berbeda dengan posisi
lain yang tidak berpenghuni mahluk halus.

Bila kepekaan batin / rasa sudah terbentuk, biasanya juga dapat terbayang sosok wujud
gaibnya dan tujuan keberadaannya disitu dan anda juga dapat merasakan adanya rasa
tertekan di dada.
Harus diperhatikan : cara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan
sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan
melawan mahluk halus tersebut atau adu kuat dan tidak takut, apalagi menantang,
tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar mendeteksi. Jika
selama berada di tempat tersebut kita merasakan rasa merinding dan rasa takut yang
mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan kehadiran kita. Untuk
amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting: sama-sama selamat.

Tahap 2.

Bila kita sudah cukup mahir melakukan cara-cara di atas dan dapat mengsugesti diri kita
sendiri untuk dengan pasti menemukan posisi keberadaan suatu mahluk halus, cara
deteksi ini dapat ditingkatkan dengan melakukannya dari jarak yang cukup jauh dari
target sasaran yang akan kita deteksi, tidak harus kita datang mendekat dan
menyentuhnya.

Sebagai awal latihan tahap kedua ini, kita lakukan dahulu cara pertama di atas sampai
mahir, yaitu mendeteksi keberadaan suatu mahluk gaib dengan mencari setrumannya
di tangan kita. Cobalah kita bedakan dengan lokasi lain di dekatnya sampai kita yakin
bahwa disitu benar terdapat sesuatu yang "gaib".

Kemudian kita coba dari jarak beberapa meter dari lokasi tersebut, julurkan tangan
anda dan sugestikan atau bayangkan dalam pikiran bahwa tangan anda terjulur dan
bisa mencapai target sasaran dan bisa merasakan keberadaan energi gaibnya dan
bandingkan dengan posisi lain di sekitarnya.

Perhatikan rasa di tangan dan rasa di dada mengenai jawaban keberadaan mahluk
halus tersebut.
Pada tempat yang berpenghuni gaib kita akan merasakan ada setruman halus di jari-jari
tangan kita dan adanya rasa berat tertekan di dada kita. Rasa itu tidak akan kita
dapatkan dari lokasi / posisi lain yang tidak berpenghuni gaib.

Bila telah mendapatkan suatu posisi yang berpenghuni gaib, cobalah untuk
membayangkan sosok gaibnya seperti apa (biarkan ilham mengalir sendiri memberikan
suatu bayangan gaib, jangan kita membayang-bayangkan sosoknya atau ber-ilusi).
Latihlah terus sampai anda yakin berhasil menguasai tahap kedua ini.Tahap 3.

Setelah cukup mahir dengan tahapan pertama dan kedua di atas, cobalah tahapan
ketiga.
Pada tahapan ketiga ini cobalah untuk memperhatikan rasa di dada ketika anda
melakukan cara pertama dan kedua di atas. Jika kita sudah dapat merasakan rasa berat
tertekan di dada, jika kita berada di dalam suatu ruangan atau lokasi yang berpenghuni
gaib, biasanya secara otomatis kita akan merasakan rasa berat tertekan di dada.
Kendalikan rasa tertekan di dada itu dengan cara menekan nafas (bukan dengan cara
mengatur nafas, tetapi dengan menekan nafas) dan otot perut ditegangkan. Setelah
kondisi anda normal kembali, latihan berikutnya dapat dimulai kembali.

Tahapan ketiga dilakukan dengan tidak menjulurkan tangan. Cukup sugestikan /


bayangkan tangan anda terjulur mencapai target sasaran dan bisa merasakan
keberadaan energi gaibnya dengan memperhatikan rasa di dada (cara ini bisa juga
dilakukan dengan mengedepankan rasa di dada, dengan membusungkan dada seolah-
olah membenturkan rasa di dada dengan keberadaan energi mahluk halus di hadapan
kita).

Dengan cara ini kita belajar peka terhadap suasana alam di sekitar kita. Ketika
konsentrasi anda terfokus pada posisi yang berpenghuni gaib, anda akan merasakan
getaran dan rasa berat di dada. Coba juga dibayangkan sosok gaibnya seperti apa.

Setelah anda cukup mahir dengan tahapan ketiga ini, anda akan dapat mendeteksi
keberadaan mahluk gaib di sekitar anda, atau mendeteksi keberadaan mahluk halus di
suatu tempat hanya dengan berdiam diri saja, atau dengan melihat lokasinya saja dari
jauh, atau hanya dengan melihat fotonya saja, atau hanya dengan membayangkan
suatu lokasi yang sudah pernah anda lihat sebelumnya, atau membayangkan lokasi
yang disebutkan oleh orang lain yang bertanya kepada anda, dengan mengsugesti diri
untuk kontak batin atau kontak rasa dengan mahluk gaibnya atau dengan lokasinya.

Tahap 4.

Pada tahapan ini kita tingkatkan kualitas kemampuan kita di atas, yaitu selain
mempertajam kepekaan rasa tentang posisi keberadaan suatu mahluk halus dengan
rasa tertekan di dada, juga mempertajam kepekaan rasa untuk mendapatkan informasi
mengenai seperti apa wujud sosok gaibnya (melalui ilham gambaran gaib yang
mengalir dalam benak kita) dan belajar berkomunikasi langsung dengan sosok gaibnya.

Usahakan untuk tidak mengedepankan pikiran, tetapi satukan rasa dengan keberadaan
sosok gaibnya. Jika gambaran sosok gaibnya sudah didapatkan, terbayang di dalam
pikiran anda, walaupun samar, fokuskan batin anda untuk memperjelas gambaran
sosok gaib itu. Jika dalam proses ini anda merasa takut, atau merasakan rasa yang tidak
baik, sebaiknya jangan diteruskan. Mungkin kondisinya memang berbahaya.

Cara yang lebih aman adalah menerawang sosok gaib dari sebuah benda gaib, seperti
keris, batu akik atau mustika, atau bisa juga dilakukan kepada sosok khodam
pendamping, jika anda memilikinya. Usahakan untuk tidak mengedepankan pikiran,
tetapi satukan rasa dengan keberadaan energi dan sosok gaibnya. Jika gambaran sosok
gaibnya sudah didapatkan, walaupun samar, fokuskan batin anda kepada sosok gaib itu
untuk mempertajam penglihatan batin anda.

Sambil kita fokuskan batin kepada sosok gaib itu sampaikan pertanyaan-pertanyaan kita
mengenai benda gaib itu kepada sosok gaib itu, apa tuahnya, bagaimana
kecocokkannya dengan seseorang, dsb, dengan cara berkata-kata di dalam hati tetapi
ditujukan kepadanya. Dengan cara ini juga kita belajar "mendengar" secara kontak
batin jawaban komunikasi dari sosok gaib itu berupa ilham yang mengalir dalam benak
kita. Lakukanlah dengan hormat.

Dalam semua laku kebatinan dan spiritual kita harus mengedepankan batin, bukan
pikiran. Karena itu dalam proses latihan di atas kita harus mengedepankan batin, bukan
pikiran. Biarkan ilham dan gambaran gaib mengalir di pikiran kita. Jika dalam kondisi itu
kita beralih menggunakan pikiran, maka kemudian aliran kontak batin itu akan
terputus, sehingga terpaksa kita harus mengulang lagi dari awal.

Bila kita berhasil menguasai tahapan ini berarti kita sudah belajar mempertajam
kepekaan rasa batin, sehingga walaupun keberadaan suatu sosok mahluk halus tidak
terasakan / terdeteksi kehadiran energinya dan tidak dapat dilihat dengan kemampuan
melihat gaib (karena mahluk halus yang berdimensi tinggi semakin sulit dirasakan
keberadaan energinya dan semakin sulit dilihat dengan penglihatan gaib mata ketiga),
tetapi kita bisa mendeteksi keberadaannya dengan adanya rasa berat di dada pada
jarak yang cukup jauh (sebelum muncul rasa merinding) dan bisa juga terbayang
sosoknya seperti apa. Selain itu kita juga sudah belajar mengetahui tujuan keberadaan
suatu mahluk halus, sifatnya berbahaya atau tidak, dsb.

Bila anda cukup mahir dengan tahapan keempat ini, berarti anda sudah melatih
kepekaan dan ketajaman rasa batin, dan bila dengan cara ini anda juga dapat
mengetahui wujud sosok-sosok gaib yang anda temui (dengan ilham gambaran gaib
yang mengalir di pikiran anda), berarti anda sudah memasuki tahapan cara melihat gaib
dengan batin. Setelah anda mahir dengan semuanya itu, intuisi anda akan tajam dalam
banyak hal. Anda juga dapat berperan sebagai konsultan supranatural untuk teman-
teman anda.
Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang tidak langsung,
dan seringkali terjadi pada para pemula, penglihatannya hanya bisa dibatin saja,
mengawang-awang, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau
hanya halusinasi saja. Kelemahan ini bisa diatasi kalau saja kita dapat berinteraksi
langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat seperti dengan cara-cara
di atas, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat
keberadaannya yang kita lihat.Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kegaiban batin
dan sukma mereka selain bisa untuk mendeteksi suasana gaib di lingkungan mereka,
mereka juga dapat menggerakkan kekuatan batin dan sukma mereka untuk mengusir /
menyerang / menarik / menundukkan atau berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib,
sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka.
Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan
rasa dan batin saja, dan tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu.

Karena itu sebaiknya kita melatih olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau
meditasi energi (baca: Meditasi dan Terapi), atau cara-cara kebatinan yang ada. Satu hal
yang harus diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri
anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Yang penting : sama-
sama selamat.

Bagi anda yang sudah mengikuti pelatihan tenaga dalam murni, maka dalam rangka
mendeteksi keberadaan mahluk halus di atas anda dapat memancarkan energi anda
melalui telapak tangan dan usahakan peka rasa untuk merasakan adanya benturan
energi anda dengan energi sosok mahluk halusnya (sugestikan bahwa energi anda tidak
bersifat menyerang atau mengganggunya, hanya bersentuhan saja). Dari rasa benturan
energi itu cobalah untuk menentukan bentuk wujud mahluk halus tersebut, besar-
kecilnya, dsb.

Dalam penggunaan sehari-hari kepekaan rasa dapat digunakan untuk merasakan


suasana alam di sekitar anda. Misalnya ada teman anda yang sedang sakit. Dengan
kepekaan rasa anda bisa mengetahui apakah teman anda itu sakit biasa ataukah sakit
karena gangguan / ketempelan mahluk halus. Rumah anda atau di suatu tempat lain
anda bisa merasakan bila tempat tersebut berpenghuni gaib. Sama dengan melihat
orang lain atau fotonya, kita bisa merasakan apakah orang tersebut berwatak baik atau
jahat. Begitu juga dengan mahluk halus dan khodam, kita bisa merasakan hawa teduh,
atau panas, baik atau jahat, berbahaya atau tidak, dsb. Begitu juga dengan suasana
alam di sekitar kita, rasanya akan berbeda kalau ada keberadaan sosok kuntilanak, atau
jin, atau gondoruwo, atau ada keberadaan mustika dan pusaka di alam gaib, dsb. Sosok-
sosok halus yang kita rasakan keberadaannya juga bisa dikenali perwatakannya, apakah
berwatak baik atau jahat, dari golongan putih ataukah hitam.

Berarti tinggal ditambah lagi melatih kepekaan rasa supaya bisa juga mengenali hawa /
rasa masing-masing sosok halus, karena masing-masing sosok halus mempunyai rasa
sendiri-sendiri mengenai hawa / aura energinya, sesudah itu barulah dipertegas dengan
melihat gaib untuk melihat rupa sosoknya.

Cara lain mengolah kepekaan rasa dan bagi anda yang memiliki benda-benda gaib,
khodam pendamping atau ketempatan khodam leluhur, ada beberapa panduan yang
berguna untuk mengoptimalkan fungsinya, seperti yang tertulis dalam : - Ilmu Tayuh /
Menayuh Keris
- Menyatukan Keris dgn Pemilik.
- Mengoptimalkan Fungsi Keris

Kekuatan Rasa Olah rasa berhubungan dengan kepekaan rasa batin dan indra ke 6
manusia. Dengan rasa, orang akan lebih peka terhadap sesuatu yang bersifat gaib,
dapat mendeteksi / merasakan keberadaan sesuatu gaib, dapat mendeteksi apakah
sakit yang diderita oleh seseorang merupakan sakit biasa ataukah karena adanya
pengaruh energi negatif dari suatu sosok mahluk halus (ketempelan gaib, kesambet,
disantet, guna-guna, dsb), dapat mengetahui cara penyembuhannya dan dapat
merasakan sesuatu yang akan terjadi (feeling / intuitif). Setelah dengan cara-cara
latihan kepekaan rasa di atas anda juga dapat merasakan rasa tekanan / desakan di
dada, berarti anda sudah mulai dapat merasakan kekuatan rasa di dada. Latihlah terus
cara-cara di atas untuk membangkitkan dan menghimpun kekuatan rasa di dada.
Kekuatan rasa adalah dasar dari tenaga batin (dasar dari kekuatan sukma yang mengisi
tubuh seseorang).

Kekuatan rasa dapat anda manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Cara menggunakan
kekuatan itu tidaklah dengan dipikirkan dahulu atau dengan mengempos seluruh
tenaga, tetapi harus dilakukan secara spontan bersamaan dengan rasa desakan nafas di
dada (ada timing waktunya).

Misalnya akan mengangkat beban yang berat, maka mengangkatnya harus dilakukan
secara spontan bersamaan dengan adanya rasa desakan nafas di dada. Dengan cara itu
bebannya akan terasa lebih ringan. Kekuatan pukulan yang dilambari kekuatan rasa
efeknya juga berkali-kali lipat dibandingkan pukulan biasa sepenuh tenaga (ada efek
gaibnya). Jika anda dapat menyatukan kekuatan rasa ke seluruh tubuh, menjadikan
tubuh terasa tebal bertenaga, hasilnya akan luar biasa, kekuatan anda akan sama
seperti 10 orang sekaligus. Apalagi kalau anda juga mempunyai tenaga dalam, jika bisa
menyatukannya dengan kekuatan rasa maka efeknya akan menjadi berlipat-lipat.
Kekuatan rasa ini juga mempunyai kegaiban tersendiri jika diwujudkan dalam kata-kata.
Berkata-kata dengan dilambari getaran kekuatan desakan rasa di dada pengaruhnya
akan sama seperti menggunakan ajian kewibawaan / penundukkan, ajian gelap
ngampar, gelap sayuta, gelap saketi atau senggoro macan.
Dengan demikian tanpa ajian / amalan gaib kesaktian dan tanpa tambahan khodam,
dengan kekuatan rasa itu kita dapat melakukan perbuatan yang pengaruhnya mirip
dengan menggunakan ajian / amalan kesaktian.

Rahasia kekuatan rasa adalah adanya penyatuan kekuatan roh sedulur papat dengan
roh pancer kita (secara kesatuan menjadi kekuatan sukma). Dengan menggunakan
kekuatan rasa itu berarti kita sudah menyatukan kekuatan roh sedulur papat dan
pancer kita, menjadi satu kesatuan kekuatan sukma, sehingga menjadi satu kesatuan
perbuatan yang mempunyai efek kegaiban tersendiri, yang hasilnya akan berbeda
dibanding yang hanya mengandalkan kekuatan biasa saja walaupun sepenuh tenaga.

Contoh kekuatan rasa di atas adalah contoh penggunaan kekuatan rasa pada tingkatan
dasar. Dalam tingkatan kemampuan kebatinan yang tinggi kekuatan rasa ini dapat
digunakan untuk segala perbuatan yang berhubungan dengan kegaiban, untuk
menyembuhkan / mengusir sakit / penyakit seseorang, mengusir / menyerang /
menundukkan / menangkap mahluk halus tingkatan rendah sampai yang kelas atas,
untuk mempengaruhi / mengendalikan pikiran seseorang atau mahluk halus, untuk
memusnahkan keilmuan gaib, khodam dan tenaga dalam seseorang, dan untuk
menerima pengetahuan spiritual tingkat tinggi yang mengantarkan seseorang menjadi
linuwih dan waskita. Kekuatan rasa menjadi dasar dari kekuatan kebatinan.

Cara penggunaannya adalah dengan menggerakkan kekuatan rasa. Seperti contoh


latihan belajar olah rasa di atas, setelah dengan rasa di dada kita bisa merasakan
keberadaan sesosok mahluk halus, kemudian dengan menekan rasa, kita mendesak /
mendorong keberadaan sosok halus itu pindah dari posisinya semula, atau menekan
rasa untuk menyingkirkan jenis-jenis bakteri, virus, dsb, dari sakit-penyakit seseorang
(dibuang jauh ke luar angkasa).

Harap diperhatikan, penggunaan kekuatan rasa di atas adalah dengan menekan rasa
untuk mendorong atau menggeser posisi keberadaan sesosok mahluk halus, bukan
untuk menusuk / menyerang, jangan sampai malah berbalik mahluk halus itu kemudian
menyerang kita. Kita sendiri harus bisa mengukur kekuatan kita, jangan sampai ternyata
kekuatan kita lebih rendah daripada sosok halus itu, sehingga kemudian kita menjadi
celaka. Kalau belum kuat secara kebatinan, kekuatan rasa itu jangan digunakan untuk
menyerang.

Karena itu sebelumnya kita harus belajar "membangun" kekuatan rasa dan kebatinan
terlebih dulu. Selain meningkatkan kemahiran latihan oleh rasa di atas, membangun
kekuatan rasa dan kebatinan bisa juga mengikuti seperti dalam tulisan :

- Sedulur Papat Kalima Pancer

- Kebatinan dalam Keagamaan

- Meditasi Energi

- Sukma Sejati

Sedapat mungkin semua kekuatan kebatinan dan energi yang berhasil dihimpun dapat
diolah menjadi kekuatan rasa dan dapat disatukan dengan kepekaan rasa, supaya
menjadi satu kesatuan kemampuan.

4. Olah Batin dan Kebatinan.


Penghayatan Kebatinan

Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang
paling dalam, dan terjadi pada siapa saja dalam kehidupan sehari-hari.

Kebatinan tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, atau keyakinan keagamaan
dan kepercayaan, tetapi bersifat universal, berkaitan dengan segala sesuatu yang
dirasakan manusia pada batin yang paling dalam. Di dalam kebatinan masing-masing
orang terkandung keyakinan dan kepercayaan pribadi, pandangan dan pendapat
pribadi, prinsip dan sikap hidup pribadi, yang semuanya itu menjadi bagian dari sikap
kepribadian seseorang, yang tercermin dan melandasi perbuatan dan perilakunya
sehari-hari. Kebatinan melandasi kehidupan manusia sehari-hari.

Setiap manusia di dalam peradabannya masing-masing memiliki sikap kebatinan dan


spiritual sendiri-sendiri, bukan hanya yang bersifat pribadi, tetapi juga segala sesuatu
yang dipercaya oleh sekelompok masyarakat setempat. Kebatinan dan spiritual tidak
hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, kepercayaan tentang hal-hal gaib, mitos dan
legenda, atau kepercayaan keagamaan atau kerohanian, tetapi lebih dari itu.
Kebatinan dan spiritual tidak boleh dipandang secara sempit dan dangkal yang hanya
dianggap sama dengan keilmuan kebatinan, atau aliran-aliran kepercayaan, dsb.

Kebatinan dan spiritual termasuk juga mengenai apa yang dirasakan oleh orang-orang
yang sangat tekun dalam beribadah dan murni dalam agamanya, karena setiap agama
pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk
selalu membersihkan hati, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb, dan di dalam
setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan
diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan panggilan yang dirasakan seseorang untuk
beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin itu sendiri tersimpan sebuah kekuatan yang
besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan batin menjadi kekuatan hati dalam menjalani
hidup dan memperkuat keimanan seseorang. Sebagian besar pemahaman kebatinan
dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan
keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam
Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi
penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan
dengan Sang Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan
berusaha mencapai tujuan utamanya, menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa
manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi
kenikmatan hidup keduniawian, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang
dan menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak Tuhan.
Dan di dalam hidup berkebatinan itu ada laku-laku dan ritual yang dilakukan manusia,
seperti laku-laku yang dilakukan dalam kepercayaan dan tradisi, seperti laku-laku
dalam budaya dan kepercayaan kejawen, atau laku dan ritual dalam ibadah agama,
atau laku-laku pribadi sesuai kepercayaan kebatinan masing-masing orang. Tetapi
kebatinan tidak selalu harus ditunjukkan dengan laku-laku tertentu yang kelihatan
mata, karena kebatinan terutama berisi sikap hati dan pandangan-pandangan pribadi
yang semuanya tidak selalu diwujudkan dengan laku dan ritual yang kelihatan mata.
Termasuk sikap hidup rasional manusia yang hidup di negara-negara maju dan
modern, itu adalah sikap kebatinan mereka dalam hidup mereka sehari-hari.

Seringkali orang memandang istilah kebatinan secara dangkal dan


mempertentangkannya dengan agama, padahal pengertian kebatinan ini bersifat luas.
Kebatinan terutama berisi pengimanan / penghayatan seseorang terhadap apa yang
dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaannya, dan di dalam
masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung suatu kebatinan yang harus
dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Di dalam setiap firman dan sabda
terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para
penganutnya. Tetapi sikap kebatinan keagamaan ini sudah banyak yang
meninggalkannya, digantikan dengan ajaran tata ibadah saja dan dogma / doktrin ke-
Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan formal agamis dan hanya
menjalankan sisi peribadatan yang bersifat formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari
agamanya seringkali tidak ditekuni.
Walaupun pengertian kebatinan bersifat luas, tetapi dunia kebatinan pada masa
sekarang memang sudah termasuk "haram" untuk diperbincangkan, karena orang
berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Kebatinan dalam berkeagamaan
saja jarang yang menekuni, karena orang lebih suka menjalani yang bersifat formal
saja dan mengikuti dogma dan doktrin dalam agama. Sekalipun banyak orang hafal
dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak banyak yang mengerti sisi kebatinan dan
spiritualnya, sehingga pengkultusan dan dogma dalam kehidupan beragama sangat
mendominasi kehidupan beragama, akibatnya banyak sekali terjadi perbedaan
pandang dan pertentangan di kalangan mereka sendiri. Banyaknya aliran dalam suatu
agama adalah bentuk dari ketidak-seragaman kebatinan dan spiritual dari para
penganut agama itu sendiri.
Perilaku kebatinan (misalnya kejawen) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama,
seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama,
atau bahkan dianggap sebagai aliran / ajaran yang bisa merusak keimanan seseorang.
Padahal, penghayatan kebatinan pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan
kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama,
tetapi seseorang beragama yang menjalaninya, justru bisa mendapatkan pemahaman
yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah mempelajari kebatinan tersebut,
dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun
pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.
Perilaku berkebatinan, termasuk kebatinan agama, apapun agama dan
kepercayaannya, baik sekali dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang
dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya atau hanya ikut-ikutan saja, tetapi
materi kebatinannya harus diperhatikan dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan
untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat
menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan
mendalam, tidak mudah dibodohi atau dihasut, apalagi hanya ikut-ikutan.

Memang perlu bahwa manusia memiliki suatu keyakinan atau prinsip hidup yang kuat
sebagai bagian dari kepribadian yang kuat. Dan para penganut agama / kepercayaan
yang tekun mendalami kebatinan agama dan kepercayaannya akan memiliki keyakinan
dan kekuatan batin yang lebih, dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya
secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.

Sebenarnya sisi kebatinan ada dalam semua aspek kehidupan, bukan hanya ada dalam
keilmuan kebatinan atau kepercayaan / keagamaan, dan menjadi bagian dari
kepribadian seseorang. Tetapi yang menambah nilai pada kekuatan kebatinan adalah
suatu keyakinan terhadap sesuatu hal dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh
hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyak
godaan/gangguan, akan semakin bertambah kekuatan batinnya.

Sisi kebatinan itu akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap
keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-
hari. Kalau tidak begitu, itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup,
tetapi tidak menambah nilai kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada
kekuatan batin adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti
ketekunan dan keyakinan pada agama, atau keyakinan kepercayaan kerohanian, atau
keyakinan pada suatu keilmuan.

Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan
batin dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, dari sesuatu yang
kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita
sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja
firman atau sabda dalam ajaran agama kita hayati maknanya, kita imani dan kita
perdalam dengan dibaca berulang-ulang (atau diwirid) dengan penghayatan.
Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan
adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri
yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita
itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan
batin dan kegaiban tersendiri.

Manusia yang menekuni dan memperdalam kebatinan tertentu, termasuk kebatinan


agama, akan memiliki lebih banyak penghayatan dan pemahaman tentang kegaiban
hidup dan kegaiban alam, akan memiliki kepekaan dan kekuatan batin tertentu, atau
kegaiban-kegaiban tertentu. Dalam laku manusia menekuni dan memperdalam
kebatinan itu, secara pribadi maupun melalui suatu perkumpulan atau kelompok
keagamaan, manusia menemukan suatu kekuatan yang bersifat batin, kekuatan
kebatinan, suatu kekuatan sugesti yang berasal dari ketekunan dan kekuatan
kepercayaan, yang setelah ditekuni, diolah secara khusus dan diamalkan, akan dapat
menjadi suatu kegaiban atau mukjizat tersendiri, atau dapat disugestikan menjadi
ilmu-ilmu kebatinan.

Jadi, di dalam olah kebatinan ada 2 hal pokok di dalamnya, yaitu pengolahan
keyakinan kebatinan (pemahaman / penghayatan) dan pengolahan kekuatan
kebatinan. Tetapi dalam kehidupan jaman sekarang perilaku kehidupan berkebatinan
sudah digantikan dengan kehidupan agamis formal, dan olah batin sudah digantikan
dengan hanya membaca (dan menghafal) ayat-ayat suci dan firman-firman saja. Orang
lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian
mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan
kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah batin, hanya mengolah ilmu
gaib dan ilmu khodam saja.

Olah Kebatinan berkaitan dengan ketekunan penghayatan kerohanian, kekuatan


keyakinan dan kekuatan batin, kegaiban kebatinan, dan disertai dengan landasan
filosofi kebatinan spiritual, misalnya dalam kebatinan kejawen ada cerita saudara
kembar sedulur papat kalima pancer, filosofi dalam cerita pewayangan, ilmu
kasampurnan (kesempurnaan), konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati,
Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.

Dalam menekuni kebatinan, berbagai cerita dalam filosofi kebatinan spiritual tersebut
di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), tuntunan pemahaman
kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita spiritual kebatinan.

Orang-orang yang menekuni kebatinan biasanya juga mengerti tentang kegaiban,


memiliki kepekaan tertentu mengenai kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam,
dapat membedakan suatu rasa yang merupakan pertanda dari akan terjadinya suatu
kejadian, atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, yang selain berasal
dari pengetahuannya sendiri, biasanya juga didapatkan dari ilham atau bisikan gaib
(wangsit).

Olah batin, yang bersifat keilmuan, adalah tingkatan selanjutnya dari olah rasa.
Kekuatan yang dihasilkan juga bukan lagi tenaga fisik atau tenaga dalam, tetapi tenaga
batin. Dalam olah batin ini, orang hanya sedikit melakukan olah gerak atau olah nafas.
Yang banyak dilakukan adalah mempertajam kepekaan dan kekuatan batin dengan
perenungan-perenungan, berpuasa, menyepi, tirakat dan laku prihatin, amalan-
amalan dan doa-doa kebatinan, semadi dan tapa brata, dsb. Cakra tubuh yang
berperan adalah cakra yang berada di bawah pusar sampai ke dahi.
Mereka yang mendalami suatu olah kebatinan, biasanya juga memahami aspek
spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual yang lebih tinggi
biasanya tidak ditekuni, karena biasanya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual
yang terkait dengan apa yang sedang dijalaninya saja sesuai yang diajarkan kepadanya.
Tetapi para tokoh kebatinan, yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang
kemudian mengajarkannya kepada murid-murid atau para pengikutnya, biasanya telah
menguasai aspek spiritual dari kebatinannya secara mendalam dan memiliki kekuatan
sukma yang tinggi.

Dalam olah batin kita mengolah kekuatan kebatinan, yaitu kekuatan roh kita, sukma
kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan roh sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh
kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah
sugesti, firasat, olah kekuatan, kepekaan dan ketajaman kebatinan, penghayatan
keyakinan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.
Seperti yang sudah kita ketahui, ada roh gaib di dalam diri kita sendiri, yaitu sukma kita
atau kesatuan roh sedulur papat dan pancer kita (baca: Sedulur Papat Kalima Pancer).
Kekuatan dari roh gaib kita sendiri itulah yang diolah dalam olah batin. Jadi Inti dari
olah kebatinan, yang bersifat keilmuan, adalah mengolah kekuatan kita sendiri, yaitu
kekuatan sukma / batin. Kegaiban yang kemudian dihasilkan adalah kegaiban dari diri
sendiri, bukan kegaiban dari gaib lain, seperti jin atau gondoruwo (khodam ilmu).

Unsur penting dalam ilmu kebatinan adalah rasa dan sugesti (untuk meng-sugesti
diri sendiri atau orang lain). Olah rasa dan olah sugesti biasanya diawali dengan
melatih kepekaan batin (olah rasa) yang dilatih dengan mempelajari kegaiban benda-
benda pusaka dan jimat (misalnya dengan cara seperti dalam tulisan Menayuh Keris)
atau mendatangi tempat-tempat yang angker / wingit, bertirakat, melatih peka
lingkungan, seperti dalam tulisan Olah Rasa dan Kebatinan.

Ada tips sederhana untuk melatih kekuatan batin dan mental, sbb :
Di tempat yang berpenghuni mahluk halus, bila kita merinding, itu biasa. Tetapi bila
kita merasakan tekanan di dada sampai merasa seperti sulit bernafas, berarti kita bisa
merasakan keberadaan mahluk halus itu dengan rasa, ada semacam perbenturan
energi di dada. Kondisi inilah yang kita inginkan untuk melatih kekuatan batin. Tetapi
bila kita merinding dan merasakan takut yang mencekam, berarti si mahluk gaib
memancarkan sinyal tidak menghendaki keberadaan kita di situ. Sebaiknya kita jangan
menunjukkan perilaku yang tidak pantas, misalnya sok berani tidak takut, dsb, apalagi
menantang. Sebaiknya kita berhati-hati dan menghormati keberadaan mereka. Lebih
baik kita menyingkir saja, cari aman. Yang penting sama-sama selamat.
Ada banyak jenis mahluk halus dan wujudnya pun bermacam-macam. Ada yang
menyerupai manusia, ada juga yang menyerupai binatang. Ada yang menyeramkan,
ada juga yang cantik / ganteng, enak dipandang. Tetapi walaupun sosoknya cantik /
ganteng, tetap saja membuat takut. Sebenarnya yang membuat takut bukan hanya
penampilannya, tetapi terutama adalah pancaran psikologisnya yang sengaja
membuat takut manusia, sehingga walaupun manusia tidak melihat sosoknya secara
jelas, tetapi pancaran psikologis itu telah dapat membuat manusia lemas ketakutan
atau bahkan pingsan.
Untuk melatih membangun kekuatan rasa dan batin, pada saat kita merasa dada
tertekan seperti disebut di atas (dan tidak merinding ketakutan), cobalah tenangkan
batin, tetapi jangan menenangkan nafas, biarkan nafas tetap tertekan. Rasa tertekan
di dada itulah yang kita cari. Lebih bagus lagi bila pada saat itu kita juga merasakan
getaran kencang di tangan dan di seluruh tubuh. Itu adalah gerakan perlawanan dari
sukma kita plus kundalini (sejenis tenaga dalam murni). Cobalah rasa dada tertekan itu
dilawan, bukan dengan menenangkan nafas, tetapi dengan menekan nafas, sampai
rasa tertekan di dada hilang. Bila perlu, lakukan sedikit gerakan tangan untuk bantuan
(tangan mengepal dan badan dikeraskan). Dengan beberapa kali melakukan cara
sederhana seperti itu saja kita sudah melatih membangun kekuatan rasa dan batin.
Setelah beberapa kali latihan, anda bisa merasakan sendiri adanya perbedaan pada
diri anda.

Cara latihan di atas tujuannya adalah untuk menguatkan mental dan keyakinan bahwa
secara roh kita juga bisa berdiri berdampingan dengan mahluk halus lain. Harus
ditekankan bahwa cara di atas tidak dimaksudkan sebagai sikap menantang, tetapi
untuk menumbuhkan suatu keyakinan bahwa bumi ini milik semua mahluk, sehingga
selama kita tidak bersikap mengganggu atau menantang, maka kita akan hidup
berdampingan secara roh dengan mahluk halus lain. Cara di atas selain akan
meningkatkan keyakinan / kekuatan batin, juga akan meningkatkan kekuatan sukma
dan kundalini yang akan menguatkan dan menyegarkan tubuh kita.

Cara latihan di atas bisa diibaratkan seperti kita latihan bulu tangkis dengan mencari
lawan latihan. Dengan sering melakukan latihan tanding dengan sendirinya
kemampuan kita juga akan meningkat, sehingga yang awalnya kita belum mahir, lama-
kelamaan kita bisa mengimbangi permainan lawan.

Harus diperhatikan : cara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan
sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan
melawan mahluk halus tersebut (atau adu kuat dan tidak takut, apalagi menantang),
tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar menguasai /
mengendalikan diri. Jika selama berada di tempat tersebut kita merasakan merinding
dan rasa takut yang mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan
kehadiran kita. Untuk amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting: sama-
sama selamat.

Seperti kejadian pada latihan di atas, orang yang tinggal di pedesaan atau di
lingkungan yang sepi yang masih banyak tempat / pohon angker dan wingit, orang-
orang yang terbiasa melewati atau mengunjungi tempat-tempat angker dan
menakutkan, dan selalu berhasil menekan rasa takutnya, akan mempunyai kekuatan
sukma yang lebih, dibandingkan orang-orang yang tidak berani mendatangi atau
melewati tempat-tempat yang angker.

Setelah mendalami pemahaman-pemahaman, dasar-dasar dan tujuan kerohanian,


tahapan selanjutnya dalam olah keilmuan kebatinan adalah melakukan laku-laku
tertentu, tirakat dan amalan-amalan tertentu untuk meningkatkan kekuatan sugesti,
kekuatan batin, mendapatkan pencerahan-pencerahan, dan memahami sisi kegaiban
(sisi yang tidak tampak mata) dalam kerohanian. Tirakat dan amalan-amalan juga
dilakukan untuk memperdalam ilmu-ilmu tertentu, seperti untuk kekuatan, kesaktian
gaib, kekebalan, terawangan gaib, pengobatan gaib, berkomunikasi dengan roh halus,
mengambil pusaka dari alam gaib, bahkan gendam, pelet dan santet. Seringkali dalam
mengolah ilmu batin ini tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena
semuanya berkaitan dengan kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya bisa juga berasal
dari roh lain (dari khodam ilmu).

Pada jaman dulu, di Jawa, mayoritas keilmuan kesaktian tingkat tinggi, baik pada
orang-orang dari golongan putih maupun yang dari golongan hitam, dominan didasari
oleh kekuatan kebatinan, bukan semata-mata olah kanuragan. Tetapi jenis dan aliran
kebatinan yang ditekuni / dijalani oleh masing-masing orang tidak sama, tergantung
tujuannya masing-masing dan tergantung juga pada jenis keilmuannya masing-masing.

Sebagian orang yang mendalami ilmu-ilmu kebatinan juga mempunyai khodam


pendamping atau khodam ilmu yang berfungsi sebagai penambah kekuatan kegaiban
ilmu kebatinannya. Dalam mengolah ilmu-ilmu kebatinan memang seringkali tidak
dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena semuanya berkaitan dengan
kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya bisa juga berasal dari roh lain (dari khodam
ilmu). Tetapi kegaiban ilmu pada orang-orang kebatinan tersebut terutama berasal
dari sugesti dan kekuatan batinnya sendiri, sedangkan kekuatan gaib dari roh-roh lain
hanyalah sebagai penambah kekuatan kegaibannya.

Bila kita sudah mengerti dan menguasai suatu kebatinan, maka kita akan memiliki
kekuatan gaib tertentu dari kebatinan kita sendiri untuk bermacam-macam keperluan.
Bahkan penggunaan tenaga dalam pun akhirnya akan bermuara menjadi tenaga batin,
karena dalam menggunakan tenaga dalam tidak lagi menggunakan perasaan atau
pikiran, tetapi menggunakan batin.

Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan batin ini dapat mewujudkan suatu energi yang
bahkan lebih kuat dibandingkan kekuatan tenaga dalam dan melakukannya pun tidak
perlu lagi dibantu dengan amalan-amalan, gerakan-gerakan tangan atau kaki ataupun
mengatur nafas, tetapi dilakukan dengan konsentrasi batin saja, bahkan dalam posisi
tiduran atau duduk bersemedi pun bisa dilakukan. Bahkan ucapan-ucapan yang
dilambari niat batin untuk terjadi, akan dapat benar terjadi, saking kersaning Allah.
Kekuatan batin itulah yang mewujudkan itu terjadi. Orang yang sudah menjadi
demikian sering disebut ucapannya mandi (manjur).

Kegaiban Batin dan Sukma

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, ada 2 jenis kekuatan gaib yang berasal
dari penghayatan kebatinannya, yaitu kekuatan batin dan kekuatan sukma, tetapi
dalam sehari-harinya kedua jenis kekuatan gaib itu saling mengisi sehingga menjadi
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang secara keseluruhan akan menjadi
kegaiban sukma yang memampukan seseorang melakukan banyak perbuatan ajaib
dan mengantarkan seseorang menjadi seorang yang linuwih dan waskita.

Kekuatan batin akan dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada
yang dapat disalurkan sebagai getaran yang mengisi kekuatan tangan / tubuh dan
dapat disalurkan menjadi seperti penggunaan tenaga dalam atau sebagai kekuatan
pikiran atau melalui sorot mata sebagai kekuatan gaib yang tajam untuk menusuk
menembus benteng pagaran gaib atau menyerang menusuk sukma manusia lain atau
mahluk halus. Dengan kekuatan dan kepekaan batin seseorang juga akan dapat
mengetahui kegaiban-kegaiban alam, kegaiban hidup, mendeteksi keberadaan mahluk
halus, peka rasa, firasat dan bisikan gaib (peka sasmita) dan weruh sak durunge
winarah.

Kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar yang rasanya
mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, menyelimuti
dan mengisi tubuh, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi. Energi ini bukan
hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati
menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah.
Selimut energi ini melindungi seseorang dari berbagai bentuk serangan fisik dan gaib,
dapat difungsikan seperti penggunaan tenaga dalam murni, bisa digunakan untuk
kekuatan fisik, membuat pagaran gaib atau mengusir / menyerang mahluk halus,
menghapuskan (menghilangkan) keilmuan seseorang, mengendalikan pikiran /
kesadaran seseorang (hipnotis / gendam), dan dapat juga disatukan dengan tenaga
dalam yang dimiliki, sehingga akan melipat-gandakan kekuatan keilmuan kanuragan
seseorang.

Kegaiban sukma akan mendatangkan banyak ilham dan wangsit, dan mengantarkan
seseorang menjadi linuwih dan waskita dan mengenal rasa mengenai kejadian-
kejadian yang akan terjadi, peka sasmita dan weruh sak durunge winarah.

Seseorang yang tajam batinnya akan dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya
cukup untuk mewujudkan suatu kehendak perbuatan gaib, dapat mengukur kekuatan
orang lain, atau mengukur apakah kekuatan sukmanya dan keilmuannya lebih tinggi
ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan
dengan mahluk halus tertentu.

Getaran perbawa kebatinan seseorang akan dapat dirasakan oleh orang-orang di


sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi /
menyembunyikan kekuatan kebatinannya) dan kegaiban sukma mereka menjadikan
mereka sebagai orang-orang yang linuwih dan waskita.

Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh
dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia
terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-
masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai
kesatuan dan keselarasan dengan Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para
penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, yaitu menyatu dengan
Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan
keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menyelaraskan hidup
mereka dengan sifat-sifat dan kehendak Tuhan.

Dengan laku kebatinan manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan,


menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan
menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari
belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi
yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada
tujuan kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat sejati
manusia sesuai kehendak Tuhan, supaya nantinya setelah selesainya kehidupan
manusia di dunia, manusia dapat kembali dan menyatu dengan Tuhan.

Di dalam pemahaman kebatinan dan spiritual yang tinggi, pemahaman kebatinan


mereka akan sampai pada pemahaman yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman
yang dalam tentang sifat-sifat dan jati diri manusia yang sejati. Puncak-puncak ajaran
keilmuan kebatinan tersebut seringkali diwujudkan dengan nama-nama ajaran
kebatinan seperti ajaran Kasampurnan (kesempurnaan), Manunggaling Kawula Lan
Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian
manusia), dsb.

Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran


penghayatan kerohanian kejawen dan diajarkan dalam banyak aliran kebatinan di
Jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri. Konsep-konsep kebatinan yang
sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di India dan sekitarnya, penggunaan
istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.

Orang-orang yang mendalami kebatinan di atas menemukan suatu kekuatan yang


tumbuh di dalam diri mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati, roh agung yang
diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia. Mereka merasakan adanya suatu energi
yang menyelimuti tubuh mereka, suatu kekuatan yang rasanya mirip seperti tenaga
dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, membuat tubuh terasa "tebal"
berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan
dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya
jadi ! saking kersaning Allah. Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan
fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga,
mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal
dari jiwanya yang paling dalam, dari sukmanya, dari jiwa yang menyembah Tuhan.

Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan dengan pikiran, hanya dibiarkan saja
mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa dikendalikan secara batin. Kekuatan ini
jelas bukan bagian dari kekuatan fisik, tenaga dalam atau pun kanuragan, karena
kekuatan ini adalah kekuatan sukma seseorang. Kekuatan ini terkendalikan dengan
menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan hati,
menjadi kekuatan sukma.

Sesuai tingkatan kedalaman keyakinan pada kesejatian diri dan kekuatan kebatinan
masing-masing penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai Sukma
Sejati seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam diri
seseorang, menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain, dan menempatkan dirinya
tidak di bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain, bahkan roh-roh gaib kelas
atas seperti dewa dan buto pun tidak berani datang mendekat untuk maksud
menyerang. Bahkan banyak di antara mereka yang selain mampu menyembuhkan
berbagai macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah
mati, walaupun sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).

Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri seseorang, maka kekuatan dari
niat dan kehendaknya bisa menjadikan suatu kejadian gaib hanya dengan
mengkonsentrasikan batinnya saja, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji, sekti tanpo aji
! Kegaiban seorang linuwih dan waskita. Dan semua perkataannya jadi ! saking
kersaning Allah. Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktian fisiknya, maka
sulit sekali ada orang yang dapat menandinginya, karena kesaktiannya menjadi
berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya dan
dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib
dan tenaga dalam. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan,
tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan
kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari
kekuatan fisiknya. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak
dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam, kegaiban mereka pun dapat
menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir
dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.

Kekuatan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah mendapatkannya.


Seseorang harus menempa dirinya, mesu raga penuh keprihatinan untuk menempa
batin dan sukmanya. Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan
orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah apa yang disebut puasa ngebleng. Puasa
ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan /
spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat disamakan
dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban
sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan
semakin kuat kegaibannya. (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).

Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini biasanya memiliki kegaiban
dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari keselarasan batin dan sukmanya
dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikannya memiliki kegaiban tinggi, dan
menjadikannya orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi
dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan, membebaskan diri dari belenggu
keduniawian, sehingga berpuasa dan berprihatin tidak makan dan minum selama
berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh
mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu
yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama
raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami
kematian.

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka
rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, kemampuan melihat gaib secara batin
dan terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kemampuan gaib mereka, merupakan suatu kemampuan
yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih
dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus
dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan
kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.

Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban sukma mereka juga
menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus
tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan
gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan
kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga
berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib.

Orang-orang yang menekuni kebatinan dan spiritual, terutama kebatinan yang bersifat
kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain,
sehingga akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan,
menyandarkan dan menyelaraskan kebatinannya dengan penghayatan ke-maha-
kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas
kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang menyelaraskan diri
dengan roh-roh dan kegaiban duniawi.

Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan


"ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga
menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku
mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan
kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang
lain yang tidak menekuni kebatinan.

Banyak orang yang benar mendalami penghayatan kebatinan, misalnya yang


mengikuti pendalaman kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang
mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung kegaiban yang
ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya menjadi tidak
dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat memberi pelajaran
kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan kegaiban sukmanya
bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka penyerangnya itu akan kehilangan
kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak
dapat berdiri, dsb. Kegaiban mereka memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu
khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.

Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar dirinya sudah seperti itu, maka
istilah-istilah sekti tanpo aji, digdaya tanpa japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro
jaya ningrat lebur dening pangastuti, menang tanpo ngasorake, dsb, bukan hanya
menjadi slogan-slogan filosofis, tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan
diterapkan dalam kehidupan mereka yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-
kuasa-an Tuhan. Segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan akan luluh dan
tunduk oleh perbawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati.

Perguruan Kebatinan

Umumnya kelompok-kelompok kebatinan dalam bentuk aliran-aliran kebatinan tidak


secara langsung mengajarkan kesaktian, biasanya hanya murni mengajarkan
penghayatan ketuhanan saja. Tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari
penghayatan ketuhanan itu dapat juga dipergunakan untuk keilmuan gaib dan
kesaktian. Karena itu di dalam aliran-aliran kebatinan, selain diajarkan penghayatan
keTuhanan, juga diajarkan hal-hal yang bersifat keilmuan, sebagian berupa amalan-
amalan untuk mengsugesti / menggerakkan kegaiban sukma untuk menciptakan
kejadian-kejadian gaib seperti dalam keilmuan gaib dan khodam. Dalam hal ini sumber
kekuatannya adalah kekuatan sukma mereka sendiri. Seandainya pun mereka memiliki
khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah
kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.

Sebagian besar aliran kebatinan tidak mengajarkan hal-hal yang langsung bersifat
mengagungkan kesaktian. Yang diajarkan biasanya hanyalah kemampuan-kemampuan
tertentu sebagai bekal ilmu dalam kehidupan sehari-hari, seperti ilmu pengobatan
(sakit fisik maupun gangguan gaib), ilmu menangkal dan menaklukkan serangan gaib,
membuat perisai pagaran gaib dari berbagai macam bentuk serangan, dan
membentuk perbawa dan karisma kebatinan untuk menaklukkan sifat-sifat dan
perilaku jahat manusia (menundukkan kejahatan dengan wibawa pengayoman,
kebaikan dan kerendahan hati). Dengan demikian, selain mereka memiliki kegaiban
yang murni berasal dari penghayatan keselarasan sukmanya dengan keillahian Tuhan,
mereka juga memiliki kemampuan lain sebagai bekal menjadi seorang yang linuwih
dan waskita.

Di sisi lain, ada pelajaran kebatinan untuk orang-orang yang bergerak di dunia
kesaktian (persilatan). Dalam hal ini perkumpulan mereka bukanlah aliran kebatinan
yang mengajarkan ilmu-ilmu kesaktian, tetapi adalah perguruan kanuragan yang
berlatar belakang kebatinan. Contoh yang terkenal adalah perguruan silat Shaolin.

Sebelum berkembangnya agama Islam, di Jawa juga banyak perguruan silat seperti itu.
Selain mengajarkan hal-hal yang bersifat kesaktian, mereka juga mengajarkan hal-hal
yang bersifat kebatinan kerohanian untuk membentuk kepribadian yang berbudi
pekerti dan berwatak ksatria. Cerita awal terbentuknya perguruan-perguruan tersebut
juga mirip dengan perguruan Shaolin di atas.

Perguruan-perguruan itu mengajarkan keilmuan persilatan dan keilmuan gaib, didasari


dengan ajaran kebatinan kerohanian. Adanya unsur olah batin menyebabkan kekuatan
batin dan sukma mereka menjadi tinggi, yang juga berguna sebagai unsur kegaiban
yang melipatgandakan kekuatan fisik kanuragan dan tenaga dalam. Dalam hal ini
selain mereka mempunyai kesaktian kanuragan, diri mereka juga mengandung
kegaiban dari kebatinan yang menyebabkan kekuatan gaib dan kanuragan mereka
menjadi tinggi, yang jelas berbeda dengan yang hanya mempelajari olah kanuragan
saja atau ilmu gaib saja.

Perguruan-perguruan tersebut di Jawa biasanya bermula dari adanya seorang


Panembahan / Biksu / Brahmana yang membangun sebuah padepokan kecil. Karena
seorang Panembahan adalah juga seorang spiritualis agama, maka kemudian banyak
orang yang datang untuk mengabdi, belajar agama, ngenger sebagai cantrik-cantrik
yang melayani keperluan sang Panembahan sehari-hari.

Seiring berjalannya waktu yang datang belajar di padepokan itu bukan hanya rakyat
biasa, tetapi juga para ksatria dunia persilatan, prajurit, senopati dan pejabat-pejabat
kerajaan. Ketika tidak sedang bertugas mereka menyempatkan diri untuk tinggal di
padepokan dan belajar agama (agama pada waktu itu). Mulailah disitu ada yang
belajar dan ada yang mengajarkan ilmu beladiri dan keprajuritan. Sang Panembahan
sendiri biasanya hanya mengajarkan penghayatan kebatinan keagamaan, tetapi
kepada murid-murid yang sudah senior Panembahan itu juga membentuk watak
ksatria dan membimbing keilmuan kanuragan mereka sehingga kesaktian mereka
menjadi meningkat tajam. Dengan demikian selain pelajaran penghayatan kebatinan
keagamaan, para murid juga mendapatkan bimbingan dalam olah kanuragan dan
keilmuan batin sebagai landasan keilmuan kanuragan mereka. Laku prihatin dan puasa
/ tirakat, semadi dan tapa brata akan mengisi laku olah kebatinan mereka.

Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga) adalah salah satu tokoh kebatinan jawa,
sekaligus juga tokoh dunia persilatan pada masa itu. Beliau adalah cucu raja terakhir
Majapahit, Prabu Brawijaya. Ketika Prabu Brawijaya memilih lengser dari
keprabuannya, Ki Ageng Pengging kembali ke daerah asalnya di Pengging, menjadi
Kepala / Penguasa Kadipaten Pengging sebagai warisan dari ayahnya yang menjadi
menantu Prabu Brawijaya.
Selain dihormati sebagai seorang keturunan raja Majapahit, Ki Ageng Pengging juga
dihormati karena kesaktian kanuragannya yang sangat tinggi dan juga seorang yang
linuwih dan waskita dalam hal spiritual dan kerohanian, seorang tokoh manusia yang
sangat sulit dicari tandingannya pada jamannya.

Di tempat tinggalnya Ki Ageng Pengging mendirikan sebuah padepokan kebatinan


sendiri. Para prajurit yang setia mengabdi kepadanya bersama keluarga mereka tinggal
di sekitar rumah dan padepokan itu, membentuk sebuah desa baru di sekitar tempat
tinggalnya. Selain selalu berlatih beladiri dan keprajuritan, mereka juga menekuni
penghayatan kerohanian bersama Ki Ageng Pengging.

Di Pengging itu pula Syech Siti Jenar berkenan mendirikan sebuah pesantren di tempat
yang disediakan oleh Ki Ageng Pengging. Di tempat itu seringkali Ki Ageng Pengging
dan Syech Siti Jenar saling bercakap bertukar pikiran. Mereka saling belajar seorang
kepada yang lain. Ki Ageng Pengging belajar agama Islam kepada Syech Siti Jenar,
sebaliknya Syech Siti Jenar belajar penghayatan kebatinan ketuhanan cara jawa
kepada Ki Ageng Pengging. Masing-masing tidak menempatkan diri sebagai guru atau
murid, tetapi masing-masing saling menghormati dan bersikap sebagai "orang tua"
yang "menularkan" pengetahuan kepada yang lain.

Syech Siti Jenar pada dasarnya adalah seorang ulama / pengajar agama Islam yang
datang dari luar Jawa. Pengetahuan kebatinan jawa dipelajarinya dari Ki Ageng
Pengging dan yang dipelajarinya hanyalah intisarinya saja, untuk menambah wawasan
kebijaksanaannya tentang kejawaan dan menambah kedalaman kebatinan
ketuhanannya. Ajaran kejawen itu pada dasarnya adalah ajaran penghayatan
ketuhanan dari sudut pandang orang Jawa. Dan atas pemahamannya pada ajaran
kebatinan ketuhanan jawa itu Syech Siti Jenar menemukan banyak pencerahan
mengenai agamanya sendiri, agama Islam, mendapatkan sudut pandang lain tentang
pemahaman ketuhanan yang tidak akan didapatkannya jika hanya mengikuti tata cara
Islam seperti yang selama ini dijalaninya. Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah
pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan, yang
kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur sejak
jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau
Jawa. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama. Agama bisa apa saja, tetapi
masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama Hindu dan
Budha yang lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh masyarakat
Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan
spiritualisme Jawa.

Pemahaman yang dalam mengenai ketuhanan Islam setelah menjalani laku


penghayatan kebatinan ketuhanan cara Jawa telah memperkaya wawasan ketuhanan
Syech Siti Jenar dan menjadi bahan untuk mengajarkan agama Islam di pulau Jawa.
Semua pengetahuan itu berguna dalam mengadaptasikan ajaran Islam kepada
masyarakat jawa pada saat itu yang mayoritas adalah penganut kejawen, dan berguna
untuk bertukar pikiran atau berdebat tentang ketuhanan dan agama, tetapi selain itu
laku penghayatan kebatinan itu juga telah menambah tinggi kekuatan batin dan
kegaiban sukma Syech Siti Jenar sendiri.

Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan
memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin
dan keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan menjadi orang-orang yang
linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan
keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga
berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah
beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis
mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak
di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam
manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.
Orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan dan spiritual, terutama keilmuan yang
berasal dari kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan
dari kekuatan gaib lain, sehingga akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan
kemampuan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan
ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang.

Karena itu seringkali kesaktian gaib dari orang yang benar menekuni olah kebatinan
dan spiritual, hasilnya akan lebih tinggi dibanding yang menekuni ilmu khodam.
Contohnya seperti para Pandawa, selama hidupnya di dunia ataupun sukmanya
sekarang di alam gaib, kesaktiannya lebih tinggi daripada buto. Atau Budha Gautama
yang kesaktiannya berada jauh di atas para Pandawa. Atau dari tanah jawa, ada Prabu
Airlangga yang kesaktiannya setingkat buto. Atau Ki Ageng Pengging yang ternyata
lebih sakti daripada para Pandawa. Atau juga Resi Mayangkara yang bahkan berhasil
meningkatkan kesaktian Dewa Hanoman menjadi dua kali lipat daripada sebelumnya.
Selain itu masih ada banyak orang yang kesaktiannya tinggi, tetapi sayangnya mereka
tidak dikenal umum.

Sifat kekuatan yang mendasari kesaktian tingkat tinggi manusia jaman dulu, baik
keilmuan aliran putih maupun aliran hitam, adalah dominan dari kebatinan, bukan
semata-mata berasal dari kanuragan atau ilmu gaib dan khodam. Contoh di atas
adalah contoh tokoh-tokoh pelaku kebatinan yang dianggap berwatak baik, tetapi
selain mereka, ada banyak tokoh-tokoh kebatinan yang berwatak jahat, yang dulunya
hidup sebagai tokoh-tokoh kebatinan dan persilatan golongan hitam.

Dengan demikian harus kita sadari bahwa masih banyak sosok-sosok jahat sukma
manusia di alam gaib yang berkesaktian tinggi, hanya saja sosok-sosok sakti dari jenis
sukma manusia secara umum lebih jarang berinteraksi dengan manusia. Yang paling
sering berinteraksi dengan manusia adalah dari jenis bangsa jin. Dengan demikian kita
menjadi paham bahwa tidak semua pelaku kebatinan adalah tokoh-tokoh manusia
yang baik, dan tidak semua laku kebatinan bersifat baik, karena ada juga laku
kebatinan dari aliran hitam dan laku kebatinan itu adalah jalan yang ditempuh untuk
ambisi mendapatkan kekuatan, kesaktian dan kekuasaan.
Karakteristik Ilmu Kebatinan dan Ilmu Gaib / Khodam

Di dalam semua jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di
dalam keilmuan kebatinan dan spiritual. Yang pertama adalah aspek pengetahuan
yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual yang mendasari suatu keilmuan
(yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang). Yang kedua adalah ilmu-ilmu /
kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang).

Dalam laku mengolah kekuatan batin dan sukma banyak dilakukan kegiatan-kegiatan
yang panjang dan membosankan, seperti laku puasa (puasa mutih, ngrowot, ngebleng,
pati geni), menyepi, laku prihatin dan tirakat, semadi / meditasi, tapa brata,
pembacaan amalan / doa kebatinan, dsb. Seringkali laku-laku tersebut dianggap hanya
sebagai keharusan / formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang dapat merasakan
manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang yang dapat mengukur
kekuatan batin yang telah dicapai. Akibatnya, mereka yang mempelajari kebatinan,
terutama kalangan muda, akan membelokkan perhatiannya untuk tidak menekuni
olah kekuatan batin, tetapi menekuni pengolahan ilmu-ilmu kebatinan saja, seperti
ilmu-ilmu untuk kekuatan / kesaktian, pengasihan, pelet, pelaris dagangan,
pengobatan gaib, bahkan teluh dan santet. Pelajaran ilmu-ilmu itu memang lebih
menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat dipraktekkan /
dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian kemudian mereka berbelok
menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam saja, yang berlatar belakang kebatinan /
agama.

Sebenarnya, ilmu gaib dan ilmu khodam adalah juga bagian dari ilmu kebatinan. Dalam
mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan batin untuk mengsugesti
amalan-amalan gaib dan mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan
orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni untuk
keberhasilan mempraktekkan keilmuan tersebut, bukan dalam rangka olah kebatinan
atau spiritual.

Ada juga perguruan dan orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan keilmuan
gaib. Sekalipun juga mengajarkan kerohanian / agama, tapi tidak mengajarkan olah
batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal ini perguruan tersebut tidak
termasuk sebagai aliran / perguruan kebatinan, tetapi tergolong sebagai perguruan
silat saja, atau perguruan ilmu gaib dan ilmu khodam saja, walaupun berlatar belakang
kebatinan dan agama.

Biasanya tujuan orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk


penghayatan kebatinan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma
mereka yang berasal dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan
keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan
kesaktian. Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah
kegaiban sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan
kekuatan keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang
tersebut terutama adalah dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah dengan olah
kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti keilmuan gaib dan khodam, jika ada.

Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya
adalah murni untuk keberhasilan menguasai / mempraktekkan jenis keilmuan
tersebut, bukan dalam rangka kebatinan dan spiritual. Sekalipun dalam
pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau agama, tetapi itu terpisah dari
pembelajaran ilmu gaib dan ilmu khodam. Kekuatan keilmuan gaib mereka terutama
hanya dari kekuatan sugesti mereka pada amalan-amalan gaib dan kekuatan mereka
mengsugesti kegaiban khodamnya.

Karena perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan ini dilakukan


pembedaan antara keilmuan yang berdasar pada kebatinan dan spiritual dan yang
murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan,
perbedaan ilmu gaib dan ilmu khodam dengan ilmu kebatinan sangat tipis, karena
semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan karena di dalamnya juga ada mantra-
mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat, maka pengertian dan istilah
kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap sama, walaupun
sifat dasar keilmuannya berbeda.

Tetapi ada satu hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan
yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :

Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan
"ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga
menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku
mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan
kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang
lain yang tidak menekuni kebatinan.

Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan
mereka lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk mengsugesti amalan-
amalan ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka, sehingga tidak
membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma.
Walaupun proses laku mereka itu juga menambah kekuatan sukma mereka, tetapi
tidak banyak.

Karena adanya perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib
dan ilmu khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu
kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka
benar merupakan ilmu batin / kebatinan.

Jika tidak mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau
lupa dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni kebatinan masih tetap
dapat melakukan keilmuan gaib dengan mengandalkan kekuatan mengsugesti
kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak), sedangkan para praktisi
ilmu gaib tanpa amalan ilmunya atau lupa dengan amalan ilmunya seringkali tidak
dapat berbuat apa-apa. Namun praktisi ilmu khodam (dan yang mempunyai khodam
pendamping), tanpa amalan ilmunya, kemampuan gaibnya tergantung pada
khodamnya itu apakah akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan
amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak
mampu berbuat apa-apa.

Dalam mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti
dalam melakukannya :
Yang pertama adalah sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam.
Dengan model pendekatan ini sugestinya ditekankan pada bentuk dan bunyi amalan
gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau membacanya salah bunyinya,
seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau sekalipun bekerja, biasanya tidak besar
kegaibannya.

Yang kedua adalah sugesti kebatinan.


Dengan model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yaitu ke dalam batin
kita, sukma kita, atau kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan
amalan gaib kita. Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan kontak batin antara
kebatinan kita dengan sosok-sosok tersebut, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya
salah atau salah membaca amalannya, selama kita bisa bersugesti batin seperti itu,
bisa kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena mereka
mengerti maksud dan tujuan sugesti kita.

Karena itu untuk amalan keilmuan yang bersifat kejawen sebaiknya dilakukan dengan
sugesti kebatinan, dan adanya kembangan-kembangan dalam amalan gaibnya akan
memperkaya sugesti kebatinan kita.

Ilmu-ilmu dalam ilmu kebatinan dapat sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan
ilmu khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya. Kegaiban yang
dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dengan
amalan-amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-
ilmu kebatinan. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam
ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang
utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.

Sedangkan kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam terutama berasal
dari kekuatan sugesti pada amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan kegaiban
khodam ilmu saja, bukan dari kekuatan kebatinannya dan tidak didasarkan pada olah
batin / sukma.

Dalam mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada
seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan
kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan arti
amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya
dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya
tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam
mengamalkan ilmu tersebut.

Karena bersifat kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati


isi dan arti suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya
sukmanya dapat melakukan sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut.
Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti
dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah
kekuatan sukma, penghayatan dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan
sukmanya menjalankan ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan
seseorang pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra /
amalan ilmunya. Dan sugesti ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman /
keselarasan sukmanya dengan ilmunya itu tidak melemah.

Salah satu kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah rasa dan
sugesti, sehingga seseorang yang sudah menguasai ilmu rasa dan sugesti, maka dia
akan dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan
sukmanya sesuai penghayatan pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan
bunyi mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah rasa, terutama
ditujukan pada rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib.

Secara kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak amalan ilmu, tidak perlu
mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama adalah kemampuan
sugesti dan pemahaman / penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal
bunyi mantranya, tapi harus tahu isi / sifat bentuk dan tujuan keilmuannya. Dia juga
akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham yang
didapatnya. Dan bila menemukan / menerima suatu amalan ilmu baru, dia akan dapat
mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun tidak
memiliki khodam ilmunya.

Untuk memperkuat keilmuannya, secara kebatinan orang tersebut harus


memperdalam penghayatan dan menguatkan keyakinan kebatinannya dan
meningkatkan kepekaan rasa dan kemampuan sugestinya pada bentuk-bentuk
keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan kemampuannya mengsugesti
sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan kebatinannya. Untuk maksud itu para
penganut kebatinan akan banyak melakukan perenungan-perenungan, laku tirakat dan
puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa brata.

Amalan tersebut di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang yang
menganut ilmu gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya,
maka orang tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja ilmu itu
diamalkan, ilmu itu akan bekerja. Orang tersebut tidak mengandalkan kekuatan
sukmanya, karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan ilmu dan
khodamnya, bukan sukmanya, hanya perlu mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan
bekerja kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada
kekuatan (konsentrasi) sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini
penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam
penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mempraktekkannya,
orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya.

Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja
dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan
yang telah menerima transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan). Bagi yang ingin
belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada
amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya / transfer energi, dengan
usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak
berguna. Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya.
Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak
bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya
orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu.

Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan.

Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan
membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan
itu. Kekuatan ilmunya tergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu
gaibnya atau mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan
dan penglaris dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya). Mereka harus
hapal dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak hapal bunyi
mantranya ? ).
Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hapal dengan bunyi
mantranya (kalau tahu dan hapal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus
mengerti maksud ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka
lakukan adalah mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh
dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang,
mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5
meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).

Tujuan dari dilakukannya pembedaan antara ilmu-ilmu kebatinan dengan yang asli
ilmu gaib dan ilmu khodam adalah supaya kita dapat dengan benar membedakan
pengertiannya, mengetahui sisi spiritual keilmuannya, mengetahui masing-masing
kelebihannya (untuk ditingkatkan) dan kekurangannya (untuk dilengkapi), dan untuk
mengetahui cara-cara mengembangkannya atau untuk meningkatkan kualitas
keilmuannya, sesuai jenis keilmuan masing-masing yang digeluti.
Kelebihan ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu
khodam terutama adalah pada kekuatan gaib batin dan sukma mereka yang biasanya
jauh melebihi kekuatan gaib ilmu gaib dan ilmu khodam. Kegaiban batin dan sukma
mereka juga menyebabkan mereka tidak bergantung pada adanya sosok khodam ilmu,
karena kegaiban batin dan sukma mereka sendiri sudah menjadi "khodam" bagi
mereka.

Kelebihan lainnya adalah pada kekuatan batin dan kemampuan olah rasa dan sugesti
untuk menggerakkan kegaiban batin dan sukma mereka untuk melakukan banyak
kegaiban seperti dalam ilmu-ilmu gaib dan khodam, tanpa perlu harus berlama-lama
dan berlelah-lelah mewirid suatu amalan gaib.

Misalnya, sekalipun praktisi ilmu kebatinan tidak membutuhkan khodam gaib, jika
memang dibutuhkan, dengan kekuatan kebatinannya, dan kekuatan rasa dan sugesti,
dan kontak batin, mereka dapat menghadirkan sesosok khodam gaib dengan seketika,
tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk
mendatangkan suatu sosok gaib, atau hanya untuk mengisikan khodam gaib ke dalam
sebuah benda jimat. Atau jika sudah mengetahui sosok gaib yang diinginkannya,
dengan kekuatan kebatinannya dia dapat menariknya dengan seketika dan
memasukkannya ke dalam benda gaibnya. Begitu juga untuk melakukan pembersihan
gaib, dengan kekuatan batinnya mereka hanya perlu bersugesti untuk membuat bola
pagaran gaib dengan kekuatan tertentu atau memancarkan energi untuk mengusir
roh-roh jahat, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya
untuk membuat pagaran gaib yang juga belum tentu bagus keampuhannya.

Dalam hal kejadian di atas, para praktisi kebatinan dapat mengukur tingkat kekuatan
gaib yang dibutuhkannya dan dapat menilai karakter sosok gaibnya. Misalnya dalam
mengisikan khodam ke dalam benda gaib, para praktisi ilmu kebatinan biasanya dapat
mengukur kekuatan khodamnya dan dapat menilai baik-tidaknya karakter sosok gaib
tersebut, sedangkan para praktisi ilmu gaib seringkali malah tidak tahu apa dan siapa
sosok gaib yang masuk ke dalam benda gaibnya itu, karena bisanya hanya mewirid
amalannya saja.

Kelebihan lainnya adalah kombinasi dari kegaiban batin dan sukma mereka dan
kemampuan olah rasa dan sugesti dapat mengantarkan mereka menjadi orang-orang
yang linuwih dan waskita, mengerti kegaiban hidup dan kegaiban alam.

Sedangkan kelemahan ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu
gaib dan ilmu khodam terutama adalah pada usaha yang lebih berat dalam
mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi tidak tertarik
untuk menjalaninya. Kelemahan lainnya adalah kurangnya variasi dalam keilmuan gaib
mereka dibandingkan yang dipelajari dalam ilmu gaib dan ilmu khodam, karena tujuan
mereka biasanya bukan untuk keilmuan gaib / khodam, tetapi untuk penghayatan
kebatinan dan spiritual.

Kelebihan ilmu yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu
kebatinan dan spiritual terutama adalah pada usaha yang lebih ringan dalam
mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi lebih tertarik
untuk menjalaninya. Kelebihan lainnya adalah pada banyaknya variasi dalam keilmuan
gaib mereka (banyaknya variasi amalan-amalan dan mantra) dan hasilnya bisa
langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka memang untuk
keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan gaib / khodam.

Sedangkan kelemahan utama ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan
spiritual terutama adalah pada kekuatan ilmunya yang jauh lebih rendah (pada ilmu
yang sejenis). Walaupun variasi ilmunya banyak, tetapi karena kekuatannya lebih
rendah, biasanya kekuatan keilmuan mereka dapat dengan mudah dilunturkan
keampuhannya (dan seringkali tidak dapat digunakan untuk menyerang orang-orang
kebatinan dan spiritual).

Masing-masing jenis keilmuan mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri.


Segala bentuk keilmuan batin / gaib akan sangat bergantung pada sumber kekuatan
ilmunya dan perbendaharaan jenis ilmu. Untuk dapat menguasai suatu keilmuan
secara sempurna dengan daya kekuatan yang tinggi seseorang juga harus mengenal
sumber kekuatan keilmuannya, meningkatkan kekuatan ilmunya dan melengkapi
kekurangannya.

Kemampuan untuk mengsugesti batin / sukma, kemampuan untuk bersugesti pada


amalan gaib, dan kemampuan mengsugesti kegaiban khodamnya adalah hal-hal pokok
yang harus dikuasai dalam keilmuan batin / gaib. Tetapi untuk meningkatkan kekuatan
keilmuannya, jangan hanya berfokus pada praktek sugesti amalan ilmu gaib saja,
sumber kekuatan ilmunya harus juga diketahui dan harus ditingkatkan kualitasnya
supaya kekuatan keilmuannya menjadi tinggi.

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan
pada kekuatan batin / sukma (kebatinan dan spiritual), untuk meningkatkan kekuatan
ilmunya, orang tersebut harus meningkatkan kekuatan batin / sukmanya dan
penghayatan pada ilmunya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu,
kekuatan ilmunya tinggi, dan menambah perbendaharaan jenis-jenis keilmuan gaib
(menambah pengetahuan pada jenis-jenis ilmu dan amalan ilmu).

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan
pada kekuatan roh pancer dan sedulur papat, harus meningkatkan kekuatan dan
ketajaman batin / sukma dan meningkatkan penyatuannya dengan kekuatan roh
sedulur papatnya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan
ilmunya tinggi.

Orang-orang yang menekuni keilmuan gaib yang kegaibannya berdasarkan pada


kekuatan sugesti amalan gaib atau mantra, harus meningkatkan kekuatan sugestinya (
/ konsentrasi), meningkatkan kekuatan kebatinannya, atau mencari mantra / amalan
ilmu gaib yang lebih tinggi kekuatannya.

Orang-orang yang menekuni keilmuan gaib yang kegaibannya berdasarkan pada


kekuatan khodam ilmu, harus meningkatkan kekuatan khodamnya (mencari sosok gaib
lain yang lebih tinggi kekuatan gaibnya) dan meningkatkan kemampuan mengsugesti
khodam ilmunya itu, atau mencari mantra / amalan gaib yang lebih tinggi kadar
kekuatannya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan gaib tertentu, kekuatan
ilmunya tinggi.
Keilmuan Batin dan Kekuatan Sugesti

Di dalam semua jenis keilmuan dan aktivitas manusia, ada satu hal mendasar yang
seringkali pengertiannya dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur
kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, bukan hanya dalam
mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan batin, tetapi juga dalam semua
aktivitas keseharian dan pekerjaan teknis modern. Unsur kebatinan itu adalah apa
yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat
hubungannya dengan rasa dan sugesti.
Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan, mengolah tenaga dalam, maupun
ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual, selalu terkandung di dalamnya unsur
kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada masing-masing hal yang dijalani,
yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan ini akan sangat membedakan hasil
/ prestasi yang diperoleh seseorang dibandingkan orang lain yang sama-sama
melakukan aktivitas yang sama.

Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak
hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di
jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri seringkali secara dangkal
dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu memang ada orang-orang
tertentu yang secara khusus mempelajari keilmuan kebatinan, bukan hanya pada
aspek yang bersifat umum, tetapi juga secara khusus dan mendalam mengenai
keilmuan kebatinan itu sendiri.

Ilmu Tenaga Dalam, Kebatinan dan Spiritual, sejatinya menggunakan potensi kekuatan
dari diri sendiri, yaitu kekuatan tenaga dalam, kekuatan sukma dan kekuatan spiritual
diri sendiri. Ilmu yang menggunakan potensi kekuatan diri sendiri inilah yang disebut
ilmu sejati.

Sejatinya kesempurnaan penguasaan ilmu seseorang ada pada menyatunya suatu ilmu
dengan diri seseorang. Artinya, untuk mengetrapkan suatu ilmu, dengan telah
menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang, orang tersebut bisa melakukannya
secara spontan, atau cukup dengan kehendak dan konsentrasi batinnya saja untuk
mewujudkannya, dan bisa dilakukan kapan saja. Dengan demikian orang tersebut bisa
dikatakan sudah sempurna menguasai suatu ilmu, bukan sekedar memiliki koleksi
ilmu, karena ilmu-ilmu tersebut sudah merasuk, menyatu dengan dirinya, tinggal
niatnya saja untuk mengetrapkannya. Dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan
seseorang, maka orang itu bisa kapan saja mengetrapkannya, dan keilmuannya itu
tidak akan hilang hanya karena lupa dengan bunyi mantranya, atau karena hilang
khodam ilmunya, atau karena lupa membawa jimat dan pusaka.

Menyatunya ilmu itu akan menjadi suatu perbawa yang bisa dirasakan oleh orang lain
yang juga berilmu atau peka batinnya, sehingga masing-masing akan saling
menghormati dan menjaga jarak. Dan dengan kepekaan rasa seseorang akan dapat
mengukur kekuatan dirinya ketika berhadapan dengan kekuatan orang lain atau
berhadapan dengan kekuatan suatu mahluk halus.

Karena itu dalam filosofi Jawa dikatakan, ilmu tertinggi manusia adalah digdoyo tanpo
aji, digdaya tanpa perlu tambahan jimat dan senjata dan tidak perlu menunjukkan ilmu
kesaktian yang kelihatan mata, karena semua kekuatan bersumber dari dirinya sendiri
dan dengan perbawa kebatinan, menang tanpa harus mengalahkan atau unjuk
kesaktian. Seandainya pun terpaksa harus mengetrapkan ilmunya, dengan kekuatan
batinnya seseorang hanya perlu mengkonsentrasikan suatu kejadian, atau
mengkonsentrasikan kemauan terlaksananya suatu perbuatan gaib, tanpa harus
bergantung pada suatu amalan ilmu atau mantra, jimat dan pusaka.

Orang-orang yang menekuni suatu kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang
peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga
orang-orang tersebut dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan
dan ketajaman batin mereka bersifat umum dalam segala bidang, tidak semata-mata
dimaksudkan untuk melihat gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya peka untuk melihat
tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, tetapi juga dapat untuk mendeteksi
keberadaan sosok mahluk gaib, peka dalam menilai kepribadian orang lain, peka rasa
tentang kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering
mendapatkan ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi.
Kepekaan dan ketajaman batin itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat
tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat
gaib, kekuatan batinnya juga dapat digunakan untuk mengusir roh-roh halus atau
untuk menjadikan suatu kejadian gaib.
Kekuatan dari olah batin ini dapat dilakukan dengan tujuan yang sama dengan
penggunaan tenaga dalam atau ilmu gaib dan ilmu khodam. Dengan kekuatan batin
dan sugesti mereka mewujudkan kehendak-kehendaknya, dengan kepekaan dan
ketajaman rasa mereka juga dapat mengukur apakah kekuatan mereka cukup untuk
mewujudkan suatu kejadian yang mereka kehendaki.

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, kepekaan / ketajaman rasa dan


kekuatan batin akan dapat dirasakan di dada, sebagai suatu getaran atau tekanan di
dada yang dapat disalurkan menjadi kekuatan tangan / tubuh atau kekuatan kata-kata.
Seseorang yang tajam batinnya juga dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya
cukup untuk mewujudkan suatu kehendak terjadinya perbuatan gaib, atau mengukur
apakah kekuatan batinnya dan keilmuannya lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika
sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan dengan mahluk halus
tertentu.

Secara alami, kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar
berupa getaran rasa dan tekanan di dada, dan sebagai kekuatan seperti kekuatan
tenaga dalam yang menyelimuti tubuh, merasuk sampai ke hati, dan tergantung pada
penguasaan masing-masing orang, selain melalui amalan kebatinan, kekuatan sukma
dapat diwujudkan menjadi kekuatan tangan / tubuh, kekuatan kehendak perbuatan
dan kata-kata, saking kersaning Allah. Dan getaran perbawa kebatinannya juga akan
dapat dirasakan oleh orang- orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan
hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya).

Tergantung pada kekuatan batin dan penguasaan masing-masing orang, ketika


kekuatan rasa dan sugesti sudah menyatu dengan kekuatan fisik, seseorang dapat
memecahkan batu, mematahkan kayu atau besi. Kekuatan batin ini juga bisa
digunakan untuk menguatkan tubuh dan kebal senjata tajam, menggerakkan tubuh
dan batin / pikiran seseorang (gendam / hipnotis / ilmu sugesti). Tergantung pada
kekuatan sukmanya masing-masing, kekuatan gaib dari kebatinan jauh melebihi
kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau kekuatan susuk dan jimat.

(Hati-hati bagi yang menggunakan kekuatan kebatinan untuk kekebalan. Kekuatan


kebatinan yang berhasil digunakan untuk kekebalan kekuatannya jauh melebihi
kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau susuk dan jimat kebal, sehingga dapat
menyebabkan seseorang yang sudah meninggal jasadnya tidak dapat hancur dan
membusuk seperti layaknya jasad manusia pada umumnya dan rohnya sendiri tidak
dapat lepas keluar dari tubuhnya, terkunci di dalamnya. Jasad dengan roh di dalamnya
tersebut akan menjadi mumi dan beratus-ratus tahun kemudian akan dapat menjadi
yang sekarang disebut jenglot atau batara karang. Lebih baik bila kekuatan kebatinan
itu dijadikan ilmu lembu sekilan saja, yaitu ilmu kekuatan dan pertahanan tubuh
dengan memadatkan kekuatan batin / sukma / tenaga dalam menjadi hanya setebal
sejengkal dari tubuh, selain menjadikan tubuh berkekuatan besar, juga menjadi perisai
dari serangan pukulan atau pun senjata tajam).

Ketika lambaran kekuatan batin digunakan untuk membentak orang lain, akan
membuat orang lain tersebut menjadi sangat ketakutan. Secara alami ini bisa terjadi
pada seseorang yang sedang marah. Tetapi bentakan kemarahan yang dilambari
dengan kekuatan sukma akan sangat berbeda pengaruhnya, menjadi seperti pengaruh
ajian senggoro macan atau ajian gelap ngampar atau ajian gelap seketi, yang
membuat orang lain luar biasa ketakutan, walaupun orang lain itu mempunyai
kekuatan fisik yang lebih besar.

Atau ketika kita ingin menyembuhkan seseorang dari sakitnya, maka kita mewujudkan
kehendak kita, niat batin menyembuhkan, supaya orang itu sembuh dari sakitnya,
dengan cara mengkonsentrasikan kekuatan sukma kita ke dalam segelas air, si sakit
diberi sugesti untuk sembuh dengan meminum air putih yang kita berikan, di sisi lain
kita mengkonsentrasikan batin tertuju kepada si sakit untuk menyingkirkan semua
sakit- penyakit orang tersebut, maka dia akan dapat benar sembuh.

Dengan cara itu kita memberikan sugesti kepercayaan supaya si sakit membangkitkan
sugesti energi positif dalam dirinya untuk kesembuhannya sendiri, dan di sisi lain
kekuatan sukma kita dikonsentrasikan kepadanya untuk membersihkan energi-energi
penyakit di dalam dirinya, termasuk energi negatif yang berasal dari mahluk halus di
dalam tubuhnya, jika ada. Dengan kepekaan batin kita dapat mengukur kekuatan yang
dibutuhkan untuk pengobatan tersebut, sehingga kita tahu bahwa mungkin proses
pengobatan tersebut harus dilakukan beberapa kali bila diperlukan.

Cara memberi air putih seperti di atas juga banyak dilakukan oleh orang-orang yang
mempelajari ilmu gaib dan ilmu khodam. Tetapi banyak kejadian, dengan cara
meminumkan air putih tersebut ternyata si sakit tidak berhasil disembuhkan. Ini
terjadi karena si penyembuh tidak dapat mengsugesti si sakit. Walaupun memiliki ilmu
gaib, tetapi dia tidak memiliki kepekaan batin yang cukup untuk dapat mengukur
kekuatan yang cukup yang dibutuhkan untuk dapat menyembuhkan si sakit. Dan bila
penyebab sakit orang tersebut adalah karena perbuatan mahluk halus, seringkali si
penyembuh menjadi celaka karena mahluk halus tersebut berbalik menyerang si
penyembuh tersebut.

Cara penyembuhan dengan memberikan air putih di atas biasanya dilakukan untuk
sakit-penyakit yang kadarnya ringan. Untuk yang kadarnya berat biasanya dilakukan
dengan langsung memberikan energi positif untuk kesembuhan si sakit, ditambah
dengan ramuan-ramuan dan obat-obatan.

Kekuatan batin / sukma bisa juga digunakan untuk membuat pagaran gaib atau
pembersihan gaib, cukup dengan bersugesti membuat bola pagaran gaib saja atau
memancarkan energi gaib untuk mengusir roh-roh halus. Kekuatan gaib dari kebatinan
ini lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga dalam, bukan hanya dapat untuk
menghadapi mahluk gaib kelas bawah, tetapi mahluk gaib kelas menengah dan atas
pun bisa.

Untuk mengusir mahluk halus dari dalam suatu rumah / pohon misalnya, bila kita
sudah terbiasa olah batin, kita akan dapat mengukur apakah kekuatan kebatinan kita
lebih tinggi ataukah lebih rendah dibanding kekuatan gaib para mahluk halus yang ada
di rumah / pohon tersebut.

Bila kekuatan batin kita lebih rendah, akan bijaksana bila kita tidak memaksakan
kekuatan untuk mengusir mereka. Lebih baik bila kita memberi sesaji untuk "merayu"
mereka supaya mau pindah. Tetapi bila kekuatan batin kita jauh di atas mereka,
dengan menyalurkan kekuatan batin kita tepuk saja beberapa kali rumah / pohon
tempat mereka tinggal dengan niat menyuruh mereka pergi (seperti mengusir burung
di pohon). Lebih bijaksana bila mereka kita arahkan untuk pergi ke tempat tertentu
yang jauh dari pemukiman manusia, supaya tidak bubar begitu saja dan malah akan
mengganggu orang lain yang tidak tahu-menahu.

Untuk membantu kerejekian dalam perdagangan (penglaris dagangan) dengan cara


kebatinan cukup dengan mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang
teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka
datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam
radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).

Ada salah satu ciri yang membedakan penggunaan tenaga dalam dengan kebatinan
dalam mendeteksi keberadaan sesuatu mahluk halus. Dengan menggunakan tenaga
dalam, kita mendeteksi keberadaan suatu mahluk halus dengan cara mendeteksi
getaran energinya. Sedangkan bila kita terbiasa dengan olah rasa dan batin, secara
insting / rasa kita akan mengetahui apakah di suatu lokasi ada berpenghuni gaib atau
tidak. Dan bila ada suatu mahluk gaib, apalagi si gaib mempunyai kekuatan yang besar,
kita dapat merasakan kehadirannya secara otomatis, dari jarak yang lebih jauh, karena
dada kita akan terasa berat dan sesak seolah-olah ada yang menekan dada kita sampai
kita merasa sulit bernafas. Artinya ada perbenturan kekuatan antara kekuatan energi
yang dipancarkan oleh keberadaan gaib itu dengan energi sukma kita, dan kita bisa
mengukur kekuatan mahluk itu apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari kekuatan
kita dan secara otomatis kita juga dapat mengetahui posisi keberadaan gaib tersebut.

Ada banyak bentuk keilmuan batin dan keilmuan gaib yang juga mengolah potensi diri,
yang digandrungi orang dan dikembangkan dengan metode pembelajaran modern,
sehingga tidak dianggap klenik dan bisa dipelajari oleh banyak orang. Bentuk keilmuan
ini berfokus pada pemusatan kekuatan pikiran manusia, dalam bentuknya seperti ilmu
hipnotis (mengendalikan pikiran manusia), telekinetik (memindahkan/ menggerakkan
benda-benda dengan kekuatan pikiran), telepati (komunikasi pikiran), illusionis
(mengelabui penglihatan dan pikiran / kesadaran seseorang), dsb. Cakra tubuh yang
bekerja adalah cakra di dahi dan sebagian cakra di ubun-ubun kepala. Ilmu-ilmu ini
harus dipelajari dan dipraktekkan dengan sangat hati-hati. Pemusatan kekuatan pada
pikiran saja atau cakra tubuh tertentu saja dapat berakibat terjadinya ketidak-
seimbangan energi tubuh dan harus diperhatikan efeknya dalam jangka panjang.

------------------------
5. Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam
Tulisan-tulisan yang terkait dengan hal-hal kegaiban, kebatinan dan spiritual tidak
dimaksudkan untuk menyimpang dari ajaran agama apapun dan tidak perlu
dipertentangkan dengan agama apapun, dan tidak ada maksud untuk meninggikan
atau merendahkan agama tertentu, karena agama adalah bersifat pribadi bagi yang
percaya dan mengimaninya, tetapi di dalamnya ada pengungkapan fakta dan pesan-
pesan moral untuk menambah kebijaksanaan manusia dalam memahami agama dan
untuk hidup berkeagamaan yang lebih baik dan menambah kesadaran manusia akan
perilaku berbudi pekerti sebagai dasar dari akhlak mulia.

Dalam memahami hal-hal gaib dan mahluk halus, keilmuan gaib, kebatinan dan
spiritual, ketuhanan dan keagamaan dan karya-karya luhur bangsa kita dibutuhkan
kearifan dan netralitas yang tinggi, karena mengandung nilai kawruh yang sangat
tinggi. Jika belum matang dalam beragama maka akan muncul sentimen agama dan
keAkuan agama. Tiada maksud lain dari kami kecuali hanya ingin mengungkapkan
fakta dan membedah warisan leluhur dengan pendekatan spiritual dan pengungkapan
fakta sepanjang pengetahuan yang kami miliki. Pengungkapan fakta-fakta itu
dimaksudkan supaya kita mempunyai pengetahuan yang benar tentang isi tulisan ini
sesuai dengan tema tulisannya, sebagiannya juga bermanfaat untuk yang sudah
mempelajari jenis keilmuan ini untuk bahan memperdalam dan meningkatkan kualitas
keilmuannya.

-----------------

Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam adalah suatu jenis ilmu / kemampuan untuk melakukan
suatu perbuatan yang tidak sewajarnya, yang melebihi kemampuan manusia biasa,
perbuatan-perbuatan yang ajaib, sering juga disebut sebagai Ilmu Supranatural /
Metafisika, karena menyangkut hal-hal yang tidak tampak oleh mata manusia biasa
dan di luar kewajaran, tetapi sering juga disamakan dengan Ilmu Kebatinan, karena
banyak berisi mantra-mantra dan amalan-amalan gaib atau adanya laku prihatin dan
puasa seperti dalam ilmu kebatinan.

Ilmu gaib adalah suatu ilmu untuk menciptakan perbuatan gaib yang berasal
dari kekuatan sugesti pada amalan-amalan, doa dan mantra. Ilmu-ilmu dalam ilmu
gaib dapat sama dengan ilmu tenaga dalam, kebatinan, dan spiritual dalam praktek
penggunaannya, tetapi dalam pengamalan ilmu ini tidak diutamakan penggunaan
potensi diri, karena sumber kekuatan kegaibannya bisa berasal dari mana saja. Bisa
dari diri sendiri, bisa juga dari gaib lain. Kadangkala di dalamnya juga ada mantra-
mantra / amalan-amalan gaib, puasa, tirakatan, dsb, seperti dalam ilmu kebatinan,
sehingga seringkali ilmu gaib dianggap sama dengan ilmu kebatinan, walaupun
sebenarnya berbeda.

Tujuan dalam mempelajari ilmu gaib penekanannya adalah pada hasil yang ingin
dicapai, yaitu untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan ilmu-ilmu gaib
tertentu, bukan mengoptimalkan potensi diri atau mengolah kebatinan, juga dalam
pembelajarannya tidak diperlukan filosofi-filosofi kebatinan untuk membentuk
kerohanian / kebatinan pelakunya.

Ilmu Khodam adalah ilmu gaib yang menggunakan jasa kegaiban sesosok mahluk gaib
sebagai khodam ilmu (jin, kuntilanak, gondoruwo, dsb) dalam pengamalan kegaiban
ilmunya. Dilakukan dengan cara mengucapkan mantra atau amalan-amalan tertentu
atau dengan berkomunikasi langsung dengan mahluk gaibnya. Jadi yang membedakan
ilmu khodam dengan ilmu-ilmu lain adalah pada penggunaan jasa gaib lain sebagai
sumber kekuatan ilmunya (menggunakan khodam ilmu / prewangan). Kadangkala
untuk memperoleh ilmu khodam tertentu, seseorang juga harus menjalankan laku
tirakat dan berpuasa yang mirip dengan yang dilakukan dalam olah kebatinan,
sehingga kedua jenis ilmu itu seringkali dianggap sama.

Seseorang yang menguasai ilmu gaib berkhodam seringkali tidak mengetahui bahwa
keilmuan gaibnya adalah menggunakan jasa mahluk halus / prewangan, karena
sepengetahuannya ilmunya adalah ilmu gaib kebatinan. Seseorang yang menurunkan
suatu ilmu khodam juga seringkali tidak menyatakan bahwa keilmuan gaibnya adalah
menggunakan jasa suatu mahluk halus. Karena itu seseorang yang mempelajari atau
diberi suatu ilmu gaib seringkali tidak menyadari adanya penggunaan jasa mahluk
halus ini, karena hanya menjalankan saja amalannya, atau laku tirakat dan puasanya,
sesuai syarat ilmunya.

Seseorang yang menguasai ilmu gaib berkhodam, sekalipun dapat menggerakkan


mahluk gaib tertentu untuk melakukan suatu perbuatan gaib, belum tentu orang itu
mampu juga melihat gaib, seringkali malah tidak tahu mahluk gaib apa yang
melakukan perbuatan gaib itu, karena dia hanya melakukannya dengan membacakan
amalan ilmu gaibnya. Begitu juga dengan orang yang memiliki khodam ilmu atau
khodam pendamping, belum tentu orang itu mampu melihat dan mengenal sosok
gaibnya itu (bahkan seringkali juga tidak menyadari keberadaannya).

Khodam adalah istilah untuk sesosok mahluk halus yang bisa dimintai bantuannya
oleh manusia. Jenis mahluk halusnya bisa dari jenis apa saja, bisa dari jenis jin,
kuntilanak, gondoruwo, sukma manusia, dsb, bisa juga berasal dari khodam jimat atau
pusaka, bisa menjadi khodam ilmu / pendamping, atau pun dipanggil / dihadirkan
(ilmu hadiran) untuk diperintah melakukan perbuatan gaib tertentu.

Bedanya khodam dengan mahluk halus lain adalah suatu mahluk halus disebut
khodam bila mahluk halus tersebut bisa dimintai bantuannya (diperintah) oleh
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan gaib tertentu.

Dan suatu benda disebut berkhodam jika mahluk halus yang berdiam di dalamnya
bisa dimintai bantuannya (diperintah) untuk melakukan suatu perbuatan gaib tertentu
atau bendanya memberikan tuah kegaiban tertentu bagi pemakainya. Jadi jika mahluk
gaib di dalamnya tidak bisa diperintah atau bendanya tidak memberikan tuah gaib
tertentu bagi pemiliknya, maka benda itu tidak bisa disebut benda berkhodam, hanya
benda biasa saja yang berpenghuni gaib, dan juga tidak bisa menjadi jimat atau pusaka
bagi seseorang.

Bagi mereka yang mempelajari atau diberi ilmu-ilmu gaib, sudah umum bila mereka
berkaitan dengan mahluk gaib, ada penyatuan secara langsung maupun tidak
langsung, antara dirinya dengan gaibnya, disadari ataupun tidak. Mahluk gaib itu bisa
mendampinginya sebagai khodam pendamping, atau didatangkan (dihadirkan) untuk
diperintah melaksanakan tujuan dari ilmu gaibnya, seperti untuk keselamatan gaib,
kekuatan / kesaktian, pelet, santet, guna-guna, pengasihan, penglaris dagangan, dsb.
Jenis-jenis ilmu inilah yang biasa disebut sebagai ilmu khodam, yaitu yang
menggunakan jasa gaib lain sebagai kekuatan ilmunya. Secara langsung ataupun tidak
langsung, disadari ataupun tidak, orang itu menyatu dengan roh tersebut dan
kekuatan ilmunya menjadi sebanding dengan penyatuannya dengan roh itu.

Tingkat kemanjuran ilmunya tergantung pada tingkat penyatuan seseorang dengan


khodamnya dan tingkat kemampuan mengsugesti khodamnya.

Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan kemampuan sugesti seseorang pada


ilmunya dan kekuatan gaib khodamnya itu sendiri.

Budaya Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam

Dunia keilmuan gaib terbagi dalam 2 penggolongan besar, yaitu keilmuan yang
berlatar belakang pengolahan potensi diri (kebatinan / spiritual, tenaga dalam,
kekuatan pikiran seperti hipnotis, dsb) dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu
khodam. Keilmuan gaib (perbuatan-perbuatan ajaib) bisa dilakukan oleh siapa saja,
bukan hanya praktisi ilmu gaib dan yang memiliki khodam ilmu mahluk halus, tetapi
juga para praktisi tenaga dalam, kebatinan dan spiritual (dalam hal ini kekuatan
gaibnya berasal dari tenaga dalam dan sukma mereka sendiri).

Ilmu gaib dan ilmu khodam sudah banyak digunakan di berbagai belahan dunia, bukan
hanya di Indonesia, tapi juga di tanah Arab, Afrika, Eropa, Asia dan Amerika (Indian)
dalam berbagai bentuk keilmuan gaib / perdukunan sesuai pemahaman
masyarakatnya masing-masing.

Pada jaman dulu, di tanah Arab, Afrika dan Eropa, ilmu gaib dan ilmu khodam sering
disebut sebagai ilmu sihir, tenung dan nujum. Ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu
khodam dalam prakteknya memang terbagi dalam 3 kelompok besar keilmuan
tersebut. Sedangkan di tempat-tempat lain, ilmu gaib dan ilmu khodam dikonotasikan
sebagai ilmu-ilmu perdukunan.

Ilmu Sihir adalah keilmuan gaib yang terkait dengan kegaiban dan perbuatan-
perbuatan gaib. Pengertian ilmu sihir bersifat luas dan sebagiannya juga merupakan
ilmu tenung dan nujum. Dalam prakteknya ilmu ini biasa digunakan untuk
menciptakan kekuatan tubuh dan kesaktian gaib, menggerakkan benda-benda dengan
tanpa disentuh, menghipnotis / menguasai pikiran dan tubuh seseorang untuk maksud
tertentu, mengelabui penglihatan / pikiran seseorang (ilusi, halusinasi dan halimunan),
dan perbuatan-perbuatan ajaib seperti sulap. Ilmu sihir ini sering disebut sebagai ilmu
magic, karena berhubungan dengan perbuatan-perbuatan gaib / ajaib di mata umum.

Di dunia Arab dulu, konotasi ilmu sihir adalah untuk tujuan yang tidak baik, sehingga
sering disebut ilmu black magic (ilmu sihir jahat), sedangkan di Eropa, selain ada yang
digunakan untuk tujuan yang tidak baik (black magic), ada juga ilmu sihir yang
digunakan untuk tujuan kebaikan, misalnya untuk menyembuhkan orang sakit,
menangkal serangan gaib atau untuk mengusir gangguan roh-roh jahat, sehingga
disebut ilmu white magic (ilmu sihir yang baik).

Di Eropa, walaupun ada, tetapi ilmu sihir tidak selalu digunakan terhadap orang lain
untuk tujuan negatif. Dalam beberapa hal ilmu sihir juga digunakan sebagai
kemampuan ketrampilan untuk pertunjukkan seperti sulap, sehingga ilmu itu disebut
ilmu magic (sulap) dan pelakunya disebut magician (pesulap).

Di Eropa, seiring dengan perkembangan peradaban dan agama, banyak pelaku ilmu
sihir yang dikucilkan atau dihakimi massa (dibunuh), karena dituduh sebagai orang
yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat (tenung) terhadap orang lain.

Ilmu Tenung adalah ilmu gaib yang digunakan untuk tujuan negatif, yaitu untuk
menguasai pikiran / kesadaran orang lain atau untuk menyakiti / membunuh orang
lain dengan cara gaib. Pada masa sekarang ilmu tenung ini sering disebut sebagai ilmu
guna-guna, pelet, teluh dan santet. Ilmu tenung ini disebut sebagai ilmu black magic
(ilmu sihir jahat).

Dalam ilmu sihir dan ilmu tenung ada kesamaan dalam perbuatan yang dilakukan
terhadap seseorang, seperti membuat seseorang tersihir / berhalusinasi, berilusi,
terhipnotis / digendam, lupa diri, lupa ingatan, dipelet, dsb. Pada ilmu sihir perbuatan-
perbuatan itu dilakukan secara langsung berhadapan dengan si manusia, sedangkan
pada ilmu tenung perbuatan-perbuatan itu dilakukan di belakangnya (dilakukan jarak
jauh).

Ilmu Nujum adalah ilmu gaib yang digunakan untuk peramalan-peramalan atau untuk
terawangan gaib. Dalam prakteknya ilmu ini biasa digunakan untuk meramal masa
depan atau meramal kehidupan seseorang, dilakukan dengan cara penglihatan gaib
atau dengan menggunakan alat-alat bantu seperti bola kristal, pendulum, kartu
bergambar, papan ramalan atau alat-alat seperti dalam permainan jaelangkung. Ilmu
itu juga biasa digunakan untuk terawangan, untuk melihat suatu lokasi di tempat yang
jauh atau untuk melihat atau mencari keberadaan seseorang di tempat lain.

Sebelum lahirnya agama Islam, di tanah Arab keilmuan gaib sangat membudaya.
Selain kondisi moralitas kehidupan manusia jaman itu yang mayoritas rendah sekali
(seperti kondisi moralitas masyarakat kota Sodom dan Gomora yang dibinasakan
Allah), ilmu sihir atau ilmu gaib juga biasa digunakan di masyarakat untuk tujuan yang
tidak baik, semua orang memuja dewa-dewanya sendiri, dan masing-masing bangsa
menciptakan sendiri dewa-dewa yang lebih "hebat" daripada dewa-dewa bangsa lain,
sehingga kondisi moralitas manusia pada masa itu benar-benar disebut jaman
kegelapan.

Keilmuan gaib juga digunakan dalam ketentaraan, salah satunya digunakan untuk
membentuk pasukan khusus yang patuh luar biasa kepada tuannya (karena dihipnotis
/ digendam), tubuhnya kuat dan tidak merasakan sakit ketika dikenai senjata lawan.
Ketika kerajaan-kerajaan di Arab menyerang kerajaan lain, ilmu gaib / sihir juga
digunakan untuk melumpuhkan kekuatan atau psikologis tentara lawan, sehingga bila
satu kerajaan Arab berperang melawan kerajaan Arab yang lain, maka yang terjadi
bukan hanya perang ketentaraan, tapi juga perang ilmu gaib.

Ilmu gaib dan khodam dari tanah Arab terkenal sekali sampai ke Eropa dan Afrika,
biasa disebut sebagai ilmu sihir, tenung dan nujum. Dan terkenal juga pada masa itu
bahwa ilmu gaib Arab hanya bisa dikalahkan oleh kekuatan Tuhan, seperti dalam kisah
Nabi Musa yang berhadapan dengan ahli-ahli sihir Firaun Mesir. Pada masa itu tanah
Israel sangat terkenal, selain karena daerahnya adalah yang paling subur dibandingkan
tanah Arab lain, sehingga menjadi rebutan bangsa-bangsa, batas-batas wilayahnya
juga tidak bisa ditembus oleh ilmu sihir Arab. Pada masa itu sangat terkenal bahwa
Allah sebagai "Dewa"- nya bangsa Israel adalah kekuatan yang tidak terlawan oleh
kekuatan dewa-dewa bangsa manapun, dan terkenal juga bahwa selama bangsa Israel
patuh kepada Tuhan dan Nabi-Nabi mereka, kekuatan Allah melindungi bangsa Israel,
sehingga tidak ada satu pun kerajaan besar Arab pada masa itu yang dapat
menaklukan kerajaan kecil Israel.

Tuhan-nya Israel dipuja oleh banyak bangsa, bukan hanya oleh penganut agama Israel,
Nasrani, dan Islam, tetapi juga oleh bangsa-bangsa di Afrika dan Eropa (Yunani /
Romawi), yang juga menyediakan kuil khusus untuk menyembahNya dengan
menyebutNya sebagai "Dewa yang tidak kami kenal namaNya". Bangsa Israel
sebenarnya adalah juga bangsa Arab, karena Nabi Abraham sebagai nenek moyang
mereka adalah juga orang Arab. Tetapi setelah Nabi Abraham diperintahkan Allah
keluar dari lingkungan keluarga mereka untuk tinggal di tanah Israel sebagai tanah
yang dijanjikan Allah untuknya dan untuk keturunannya, keturunan Nabi Abraham
membentuk sebuah bangsa baru yang terpisah dari bangsa Arab lain.

Keilmuan gaib dari India dan Hindu hampir sama, tetapi yang dari India lebih luas
ragamnya karena berlatar belakang budaya keilmuan yang tidak semuanya berlatar
belakang agama Hindu, tapi juga berlatar belakang sama, yaitu kepercayaan kepada
dewa-dewa dan mahluk halus lainnya. Tetapi disana kebanyakan ilmu gaib dan
khodam bersifat kombinasi dengan tenaga dalam (prana / kundalini), dan kebatinan /
spiritual, sehingga kadar kekuatannya jauh lebih tinggi dibandingkan keilmuan dari
daerah lain. Mereka juga mengenal gaib-gaib tingkat tinggi, sehingga bisa mempunyai
khodam ilmu kelas atas, juga jimat dan pusaka berkesaktian tinggi.

Di negara India dan sekitarnya, yang hingga saat ini masih tetap merupakan wilayah
dengan budaya kebatinan dan spiritual nomor 1 tertinggi di dunia, ada banyak ajaran
tentang ilmu gaib dan ilmu khodam (penyatuan manusia dengan roh lain sebagai
sumber kesaktian). Penyatuan yang paling tinggi antara manusia dengan roh lain
adalah berupa penitisan Dewa ke dalam diri seseorang, seperti penitisan Dewa Wisnu
ke dalam diri Prabu Kresna (Dewa Wisnu juga pernah menitis ke dalam diri Prabu
Airlangga, raja kerajaan Kediri, dan Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran).

Penitisan ini menghasilkan kesaktian dan kewaskitaan yang luar biasa, bahkan sejak si
manusia tersebut masih kecil dan belum belajar ilmu kesaktian. Penitisan ini tidak
termasuk sebagai ilmu khodam, tetapi dasar kekuatan ilmunya sama, yaitu roh gaib
lain. Manusia yang bersangkutan disebut 'Manusia Titisan Dewa'.

Yang berlatar belakang agama Budha kebanyakan bersifat kombinasi tenaga dalam,
kebatinan dan spiritual, yang diolah dengan tata cara meditasi seperti yang diajarkan
dalam agama Budha. Dalam meditasi mereka, mantra-mantra dibacakan / diwirid
dengan bunyi intonasi khusus yang bisa membuka dan mengaktifkan cakra-cakra
tubuh. Nada-nada intonasi tersebut juga dapat digunakan untuk menyerang mahluk
halus dan menembus pagaran gaib lawan. Keilmuan gaib mereka biasanya tidak
ditujukan untuk menyerang atau menyakiti, karena didasarkan pada ajaran cinta kasih
Budha, tetapi bersifat menangkal, menenggelamkan / menghapuskan keampuhan
ilmu gaib lawan.

Ilmu gaib dan khodam di tanah Jawa (termasuk Sunda) awalnya banyak berdasarkan
pada kekuatan kebatinan dan spiritual asli masyarakat setempat, tetapi dalam
perkembangannya juga banyak mengadaptasi keilmuan yang berlatar belakang agama
Hindu dan Budha sebagai agama masyarakat pada masa itu. Setelah berkembangnya
agama Islam di tanah Jawa, muncul banyak keilmuan gaib yang mantranya berbahasa
Arab, dan keilmuan asli setempat banyak yang dibelokkan menjadi bernuansa agama
Islam (disebut keilmuan Sunda Islam dan Islam kejawen) yang malah menjadikan
kekuatan gaibnya menurun karena sugestinya dirubah, menjadi tidak asli lagi seperti
saat pertama ilmu itu diciptakan.

Keilmuan gaib Arab bersifat murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam dan variasi
ilmunya banyak sekali, tetapi kekuatannya tidak setinggi keilmuan gaib yang asli Jawa
atau Sunda atau yang dari India, Hindu atau Budha, karena tidak dilandasi kekuatan
kebatinan / spiritual yang tinggi, hanya mengandalkan kekuatan sugesti mantra /
amalan gaib. Di Eropa dan Afrika juga banyak digunakan ilmu gaib, tetapi kadar
kekuatannya masih di bawah ilmu sihir Arab dan variasi ilmunya tidak sebanyak ilmu
sihir Arab.
Kekuatan ilmu gaib yang murni bersifat ilmu gaib, secara rata-rata sama, tetapi pada
prakteknya kekuatannya tergantung pada kekuatan sugesti dan kekuatan khodam
masing-masing penggunanya. Banyaknya variasi / koleksi ilmu seringkali menjadi
ukuran kehebatan keilmuan seseorang dibandingkan orang lain. Kekuatan ilmu gaib
yang murni bersifat ilmu gaib (mengandalkan kekuatan sugesti dan khodam) biasanya
secara umum kekuatan ilmunya jauh lebih rendah dibandingkan kekuatan ilmu yang
didasari kekuatan kebatinan / spiritual, apalagi bila orang itu juga berkhodam.

Di Indonesia, terutama di Jawa, sehubungan dengan penyebaran agama Islam, istilah


ilmu sihir, tenung dan nujum sudah disingkirkan dan dianggap sesat, dan digantikan
dengan ilmu gaib dan ilmu khodam bernuansa Islam yang dianggap halal (tetapi istilah
ilmu gaib dan ilmu khodam pun seringkali ditutup-tutupi karena ada yang
menganggap haram, sehingga istilahnya disamarkan dan disamakan dengan ilmu
kebatinan rohani / karomah). Penggunaan mahluk halus sebagai khodam ilmu pun
dibagi dalam 2 pengertian, yaitu mahluk halus umum (disebut jin kafir) yang dianggap
haram penggunaannya dan mahluk halus yang sudah di-Islamkan (jin Islam) yang
sering dianggap halal.

Dalam hubungannya dengan budaya Islam di Jawa, aliran keilmuan gaib terbagi dalam
3 aliran besar, yaitu Aliran Kejawen, Aliran Hikmah dan Aliran Islam Kejawen.

Keilmuan gaib dalam Aliran Kejawen masih menggunakan amalan-amalan yang asli
berbahasa Jawa, sebagiannya merupakan ilmu-ilmu tua yang masih asli dan
diturunkan secara turun-temurun menjadi ilmu keluarga. Namun kadar kekuatannya
sudah tidak lagi sekuat ilmu aslinya karena dalam menekuninya tidak lagi berdasarkan
kebatinan jawa dan sudah tidak lagi dilakukan cara-cara berat yang sama dengan
aslinya dulu, misalnya laku puasanya tidak lagi puasa ngebleng, tetapi hanya puasa
biasa saja dari subuh sampai mahgrib atau hanya puasa berpantang makanan tertentu
saja.

Keilmuan gaib dalam Aliran Hikmah banyak berkembang di kalangan pesantren dan
perguruan-perguruan silat berlatar belakang agama Islam dengan ciri khas doa /
amalan ilmu berbahasa Arab (kebanyakan diambil dari ayat-ayat Al-Quran). Keilmuan
ini didasarkan pada penghayatan ketuhanan dalam agama Islam.

Keilmuan gaib aliran Islam Kejawen adalah ilmu gaib kejawen yang dilakukan oleh
penganut agama Islam, yang dalam prakteknya ilmu gaib kejawen itu sudah
ditambahkan dengan basmalah dan kalimat syahadat (supaya terkesan bernuansa
agama Islam dan tidak dibilang sesat), yang seringkali menyebabkan kekuatan gaibnya
menurun menjadi tinggal sepertiganya saja (karena sugestinya dirubah). Misalnya
amalan gaib kejawen yang awalan pembukanya aslinya berbunyi Hong ........ ,
kemudian diganti dengan Bismillah ........... , atau yang aslinya menyebut Kakang
Kawah Adi Ari-ari ........ , kemudian diganti dengan kalimat syahadat.

Dalam hubungannya dengan budaya Islam, terutama di Jawa, ilmu-ilmu gaib, ilmu gaib
kejawen dan ilmu-ilmu kebatinan seringkali dikatakan sesat / musryk / syirik, dan
dikonotasikan sebagai ilmu-ilmu perdukunan atau disamakan dengan budaya
animisme / dinamisme. Di sisi lain, semua keilmuan gaib yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh agama Islam dianggap sebagai karomah, dan ilmu-ilmu gaib yang menggunakan
amalan-amalan bernuansa agama Islam sering disebut sebagai "Ilmu Allah" (namun
ada pihak-pihak yang mengkritisi istilah tersebut, apakah ilmu itu diajarkan oleh Allah
?, apakah Allah menggunakan ilmu gaib untuk menciptakan kegaiban ? ).

Ilmu gaib dan berkhodam dalam aliran kejawen dan aliran Islam kejawen, cara
mendapatkannya dan dalam penggunaannya banyak yang masih mengikuti budaya
lama, yaitu masih harus dilakukan dengan cara berpuasa, menyepi, tirakat, sesaji
kembang, tumpengan, dsb. Ilmu gaib dan berkhodam dalam aliran Islam lebih praktis,
seringkali hanya perlu puasa ringan dan mewirid amalan gaibnya saja (walaupun harus
berjam-jam melakukannya), ada juga yang hanya perlu membaca syahadat saja untuk
mendapatkannya dan menggunakan sesaji minyak arab dalam penggunaannya.

Di Arab Saudi, negara kiblat agama Islam, keberadaan ilmu-ilmu gaib sudah tidak
kelihatan lagi sehubungan dengan adanya larangan penggunaannya dalam agama
mereka, tetapi di negara-negara Arab lain ilmu-ilmu tersebut masih berkembang dan
masih banyak digunakan. Justru ilmu-ilmu itulah yang sering dijadikan alat untuk
menarik pengikut, sehingga kemudian berkembang suatu pandangan (sampai
sekarang), bahwa seorang tokoh agama akan terkenal atau dianggap istimewa
(memiliki karomah) jika orang itu menguasai keilmuan gaib atau kesaktian gaib. Jika
tidak, maka orang itu akan dianggap biasa saja, tidak ada keistimewaannya.

Karakteristik Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam


Ilmu Kanuragan dan Tenaga Dalam, Ilmu Kebatinan, Ilmu Spiritual, Ilmu Gaib dan Ilmu
Khodam adalah sesuatu yang berdiri sendiri-sendiri dan memiliki kekuatannya sendiri-
sendiri, tetapi bisa juga merupakan satu rangkaian kesatuan ilmu. Ilmu Gaib dan Ilmu
Khodam sifatnya luas, bukan saja bisa bersifat kebatinan dan spiritual, atau tenaga
dalam, tetapi juga bisa melingkupi semua aspek dalam kehidupan manusia. Pada
praktek yang umum, ilmu tenaga dalam, ilmu kebatinan dan ilmu spiritual seringkali
tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, justru banyak yang
melengkapinya dengan ilmu gaib dan ilmu khodam karena akan menghasilkan
kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya yang sendiri-sendiri.

Ada juga perguruan tenaga dalam yang mengolah pernafasan yang dikombinasikan
dengan amalan-amalan ilmu gaib kesaktian. Biasanya dalam prakteknya hasilnya lebih
kuat dibandingkan pelatihan tenaga dalam yang tidak menggunakan amalan gaib,
tetapi seringkali kekuatan asli tenaga dalam orang yang bersangkutan tidak seberapa,
yang lebih kuat adalah sugesti amalan gaibnya (bahkan sebenarnya dengan hanya
mengandalkan sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam saja mereka sudah bisa melakukan
perbuatan-perbuatan yang sama dengan perbuatan tenaga dalam, tidak perlu melatih
tenaga dalam lagi).

Ada pembedaan antara ilmu sejati dengan ilmu yang menggunakan jasa mahluk gaib
(khodam jin, dsb) dalam penggunaannya. Ilmu Tenaga Dalam, Kebatinan dan Spiritual,
sejatinya menggunakan potensi kekuatan dari diri sendiri, yaitu kekuatan tenaga
dalam, kekuatan batin dan kekuatan spiritual manusia sendiri. Sedangkan ilmu
khodam menggunakan bantuan kekuatan dari mahluk gaib lain (khodam ilmu atau
prewangan). Ilmu yang menggunakan kekuatan dari diri sendiri adalah yang disebut
ilmu sejati, sedangkan yang menggunakan bantuan kekuatan lain disebut ilmu
pinjaman, karena kekuatan ilmunya meminjam kekuatan gaib lain.

Sebenarnya, ilmu gaib dan ilmu khodam adalah juga bagian dari ilmu kebatinan.
Dalam mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan batin untuk
mengsugesti amalan-amalan gaib dan mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi
biasanya tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni
untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan tersebut, bukan menjadi
bagian dari olah kebatinan atau spiritual.

Tujuan utama orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk


penghayatan kebatinan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma
mereka sebagai efek dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan
keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan
kesaktian. Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah
kegaiban sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan
kekuatan keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang
tersebut terutama adalah berasal dari kegaiban sukma mereka, ditambah olah
kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti keilmuan gaib dan khodam.

Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya
adalah murni untuk keberhasilan menguasai / mempraktekkan keilmuannya tersebut,
bukan dalam rangka penghayatan kebatinan dan spiritual. Sekalipun dalam
pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau pun agama, tetapi kekuatan
keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan sugesti mereka pada amalan-
amalan gaib dan kekuatan mereka mengsugesti kegaiban khodamnya.

Walaupun para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali menyebut ilmu mereka
sebagai ilmu batin atau ilmu kebatinan, tetapi karena adanya perbedaan-perbedaan
dasar di atas, maka dalam tulisan ini dilakukan pembedaan antara keilmuan yang
berdasarkan kebatinan dan spiritual dengan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu
khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan, perbedaan ilmu gaib dan ilmu khodam
dengan ilmu kebatinan sangat tipis, karena semuanya berhubungan dengan kegaiban,
dan di dalamnya juga ada mantra-mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat,
sehingga pengertian dan istilah kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam
seringkali dianggap sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda.

Tetapi ada satu hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan
yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :

Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan
"ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga
menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku
mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan
kekuatan kegaiban sukma mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang
tidak menekuni kebatinan.

Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan
mereka lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk keberhasilan
mempraktekkan / mengsugesti amalan-amalan ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban
khodam mereka, sehingga tidak membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan
dari batin, jiwa, sukma. Walaupun proses laku mereka itu juga menambah kekuatan
sukma mereka, tetapi tidak banyak.

Karena adanya perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib
dan ilmu khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin /
kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka
benar merupakan ilmu batin / kebatinan.

Jika tidak mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau
lupa dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni penghayatan kebatinan
tetap dapat melakukan keilmuan gaib dengan mengandalkan kemampuan
mengsugesti kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak).
Sedangkan para praktisi ilmu gaib, kekuatan ilmunya ada pada kekuatan sugesti
amalan ilmu dan mantra, sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa dengan amalan
ilmunya seringkali mereka tidak mampu berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan
kalau tidak punya atau lupa pada bunyi mantranya). Namun praktisi ilmu khodam (dan
yang mempunyai khodam pendamping), tanpa amalan ilmu atau lupa pada
mantranya, kemampuan gaibnya tergantung pada khodamnya itu apakah akan tetap
berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu
tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.

Ilmu-ilmu dalam ilmu kebatinan dapat sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan
ilmu khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya. Kegaiban yang
dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dengan
amalan-amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-
ilmu kebatinan. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam
ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang
utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.

Sedangkan kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam berasal dari kekuatan sugesti
pada amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan kegaiban khodam ilmu saja,
bukan dari kekuatan kebatinannya dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Jenis
laku prihatin, puasa dan tirakatnya pun berbeda antara yang dilakukan oleh orang-
orang yang menekuni olah kebatinan dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang
menekuni olah ilmu gaib dan ilmu khodam (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).
Dalam mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti
dalam melakukannya :

Yang pertama adalah sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam.


Dengan model pendekatan ini sugesti ditekankan pada bentuk dan bunyi amalan
gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau membacanya salah bunyinya,
seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau sekalipun bekerja, biasanya tidak besar
kegaibannya.

Yang kedua adalah sugesti kebatinan.


Dengan model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yaitu ke dalam batin
kita, sukma kita, atau kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan
amalan gaib kita. Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan kontak batin antara
kebatinan kita dengan sosok-sosok tersebut, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya
salah atau salah membaca amalannya, selama kita bisa bersugesti batin seperti itu,
bisa kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena mereka
mengerti maksud dan tujuan sugesti kita.

Karena itu untuk amalan keilmuan yang bersifat kejawen sebaiknya dilakukan dengan
sugesti kebatinan, dan adanya kembangan-kembangan dalam amalan gaibnya akan
memperkaya sugesti kebatinan kita.

Ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam dapat sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu
kebatinan. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya. Kegaiban yang dihasilkan
dalam ilmu kebatinan berasal dari kekuatan sukmanya, ditambah dengan amalan-
amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-ilmu
kebatinan. Seandainya pun memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu,
keberadaan mereka hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang
utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.

Salah satu kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah rasa dan
sugesti, sehingga seseorang yang sudah menguasai ilmu rasa dan sugesti, maka dia
akan dapat dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan
sukmanya sesuai penghayatan pada ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bunyi
mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah rasa dan sugesti,
terutama ditujukan dalam rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib.

Pada orang-orang kebatinan, untuk memperkuat keilmuannya, orang tersebut harus


memperdalam penghayatan dan kekuatan kebatinannya dan meningkatkan kepekaan
rasa dan kemampuan sugestinya pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan sukmanya
akan sejalan dengan kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam
penghayatan kebatinannya. Untuk maksud itu para penganut kebatinan akan banyak
melakukan perenungan-perenungan, laku tirakat dan puasa, menyepi, semadi, bahkan
tapa brata.

Pada orang-orang kebatinan, secara kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak


amalan ilmu, tidak perlu mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama
adalah kemampuannya mengsugesti sukmanya dan pemahaman / penghayatan pada
suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal bunyi mantranya, tetapi harus tahu isi / sifat
bentuk dan tujuan keilmuannya. Mereka juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-
ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham yang didapatnya. Dan bila menemukan /
menerima suatu amalan ilmu baru, mereka akan dapat dengan seketika
mengamalkannya sesuai tingkat kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun
tidak menerima transfer energi atau khodam.

Sedangkan pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, kegaiban
keilmuannya berasal dari kekuatan sugesti pada amalan-amalan gaib, doa dan mantra,
atau kekuatan mengsugesti kegaiban khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan
kebatinannya, dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Pada saat mengamalkan
ilmunya, orang-orang itu harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya.

Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja
dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya,
atau yang telah menerima khodam ilmunya atau transfer energi (diijazahkan). Bagi
yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, yang masih kurang kuat sugesti pada
amalannya, dan belum menerima transfer energi atau belum menerima khodam
ilmunya, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya
tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban setelah membacanya, biasanya
tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan
ilmu khodam akan banyak bergantung pada guru yang memberi ilmu, dan untuk
menambah keilmuannya mereka akan berusaha belajar kepada banyak guru dan
mengkoleksi banyak amalan ilmu.

Dalam mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada
seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan
kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan arti
amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya
dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya
tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam
mengamalkan ilmu tersebut.

Karena bersifat kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati


isi dan arti amalan ilmu tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya
sukmanya dapat melakukan sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut.
Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti
dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah
kekuatan sukma dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan kekuatan sukmanya
menjalankan suatu ilmu. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan / sugesti seseorang
pada jenis ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya.
Dan sugesti ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman / keselarasan
sukmanya dengan ilmunya itu tidak melemah.

Amalan tersebut di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang-orang
yang menganut ilmu gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan
kepadanya, maka orang tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja
ilmu itu diamalkan, ilmu itu akan bekerja. Orang tersebut tidak mengandalkan
kekuatan sukmanya, karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan /
mantra dan khodamnya, bukan kekuatan sukmanya, hanya perlu mengsugesti dirinya
bahwa ilmu itu akan bekerja kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya
tergantung pada kekuatan sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal
ini penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam
penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mengamalkannya,
orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya.

Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam pada masa sekarang lebih mudah mendapatkannya dan
seringkali tidak perlu didapatkan dengan cara berpuasa, laku prihatin, tirakat, dsb.
Bahkan banyak yang menekuninya sebagai jalan pintas, karena prosesnya lebih
mudah, tidak perlu puasa, tirakatan, dsb, dan seringkali hanya dilakukan melalui
proses pengisian ilmu / transfer khodam dan energi, dan instan !, hanya perlu baca
amalannya saja sudah langsung bisa dipraktekkan. Bahkan untuk memperoleh tenaga
dalam tidak lagi perlu berlama-lama melakukan olah nafas. Dengan ilmu gaib atau
ilmu khodam, seringkali cukup hanya dengan diminumkan air putih yang sudah diberi
amalan tertentu seseorang sudah langsung bisa mempraktekkan ilmu tersebut
(pembangkitan seketika). Instan! Langsung bisa dipraktekkan, bisa membuat orang
mental, tubuh kebal senjata tajam, bisa mematahkan besi, dsb.

Tujuan dari dilakukannya pembedaan antara ilmu-ilmu kebatinan dengan yang asli
ilmu gaib dan ilmu khodam adalah supaya kita dapat dengan benar membedakan
pengertiannya, mengetahui sisi spiritualnya, dan mengetahui cara-cara untuk
mengembangkannya atau untuk meningkatkan kualitas keilmuannya sesuai jenis
keilmuan masing-masing yang digeluti.

Kelebihan ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan
ilmu khodam terutama adalah pada kekuatan gaib batin dan sukma mereka yang
biasanya jauh melebihi kekuatan gaib ilmu gaib dan ilmu khodam. Kegaiban batin dan
sukma mereka juga menyebabkan mereka tidak bergantung pada adanya sosok
khodam ilmu, karena kegaiban batin dan sukma mereka sendiri sudah menjadi
"khodam" bagi mereka. Kelebihan lainnya adalah pada kemampuan olah rasa dan
sugesti untuk menggerakkan kekuatan gaib batin dan sukma mereka untuk melakukan
banyak kegaiban seperti dalam ilmu-ilmu gaib dan khodam. Kombinasi dari kekuatan
kegaiban batin dan sukma mereka dan kemampuan olah rasa dan sugesti dapat
mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita, mengerti
kegaiban hidup dan kegaiban alam.

Sedangkan kelemahan ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu
gaib dan ilmu khodam terutama adalah pada usaha yang lebih berat dalam
mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi tidak
tertarik untuk menjalaninya. Kelemahan lainnya adalah kurangnya variasi dalam
keilmuan gaib mereka dibandingkan yang dipelajari dalam ilmu gaib dan ilmu khodam,
karena tujuan utama mereka biasanya bukan untuk mempraktekkan keilmuan gaib /
khodam, tetapi untuk penghayatan kebatinan dan spiritual.

Kelebihan dari yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu
kebatinan dan spiritual terutama adalah pada usaha yang lebih ringan dalam
mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi lebih
tertarik untuk menjalaninya. Kelebihan lainnya adalah pada banyaknya variasi dalam
keilmuan gaib mereka (banyaknya variasi amalan-amalan dan mantra) dan hasilnya
bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka memang untuk
keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan gaib / khodam.

Sedangkan kelemahan utama ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan
spiritual terutama adalah pada kekuatan ilmunya yang jauh lebih rendah (pada ilmu
yang sejenis). Walaupun variasi ilmunya banyak, tetapi karena kekuatannya lebih
rendah, biasanya kekuatan keilmuan mereka dapat dengan mudah dilunturkan
keampuhannya (dan seringkali tidak dapat digunakan untuk menyerang orang-orang
kebatinan dan spiritual).

Masing-masing jenis keilmuan mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri.


Segala bentuk keilmuan batin / gaib akan sangat bergantung pada sumber kekuatan
ilmunya dan perbendaharaan jenis ilmu. Untuk dapat menguasai suatu keilmuan
secara sempurna dengan daya kekuatan yang tinggi seseorang juga harus mengenal
sumber kekuatan keilmuannya, meningkatkan kekuatan ilmunya dan melengkapi
kekurangannya.

Kemampuan untuk mengsugesti batin / sukma, kemampuan untuk bersugesti pada


amalan gaib, dan kemampuan mengsugesti kegaiban khodamnya adalah hal-hal pokok
yang harus dikuasai dalam keilmuan batin / gaib. Tetapi untuk meningkatkan kekuatan
keilmuannya, jangan hanya berfokus pada praktek sugesti amalan ilmu gaib saja,
sumber kekuatan ilmunya harus juga diketahui dan harus ditingkatkan kualitasnya
supaya kekuatan keilmuannya menjadi tinggi.

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan
pada kekuatan batin / sukma (kebatinan dan spiritual), untuk meningkatkan kekuatan
ilmunya, orang tersebut harus meningkatkan kekuatan batin / sukmanya dan
penghayatan pada ilmunya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu,
kekuatan ilmunya tinggi, dan menambah perbendaharaan jenis-jenis keilmuan gaib
(menambah pengetahuan pada jenis-jenis ilmu dan amalan ilmu).

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan
pada kekuatan roh pancer dan sedulur papat, harus meningkatkan kekuatan dan
ketajaman batin / sukma dan meningkatkan penyatuannya dengan kekuatan roh
sedulur papatnya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan
ilmunya tinggi.

Orang-orang yang menekuni keilmuan gaib yang kegaibannya berdasarkan pada


kekuatan sugesti amalan gaib atau mantra, harus meningkatkan kekuatan sugestinya (
/ konsentrasi), meningkatkan kekuatan kebatinannya, atau mencari mantra / amalan
ilmu gaib yang lebih tinggi kekuatannya.

Orang-orang yang menekuni keilmuan gaib yang kegaibannya berdasarkan pada


kekuatan khodam ilmu, harus meningkatkan kekuatan khodamnya (mencari sosok
gaib lain yang lebih tinggi kekuatan gaibnya) dan meningkatkan kemampuan
mengsugesti khodam ilmunya itu, atau mencari mantra / amalan gaib yang lebih tinggi
kadar kekuatannya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan gaib tertentu,
kekuatan ilmunya tinggi.

Seringkali kemampuan seseorang dalam ilmu gaib dan ilmu khodam menjadi suatu
kebanggaan, menjadikan seseorang merasa hebat dan sakti, merasa mampu
melakukan apa saja dengan ilmunya itu, dan seringkali keilmuan itu juga
dipertunjukkan kepada orang lain, terutama kepada orang-orang awam.

Tetapi jarang ada manusia yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping yang
berkesaktian tinggi, karena kebanyakan orang belum sampai ilmunya untuk mengenal
sosok gaib yang berkesaktian tinggi, karena semakin tinggi kesaktian sesosok mahluk
halus biasanya juga semakin sulit untuk dilihat dan semakin sulit dideteksi
keberadaannya. Karena itulah contoh gaib seperti Ibu Kanjeng Ratu Kidul sangat
diagung-agungkan orang sebagai tokoh sakti dari alam gaib, padahal di alam gaib
banyak sekali mahluk halus yang kesaktiannya berlipat-lipat di atas beliau yang Ibu
Kanjeng Ratu Kidul sendiri pun harus berhati-hati dan menghindarinya. Itulah juga
sebabnya para Wali dulu di Jawa, ilmu gaib dan ilmu khodamnya tidak dapat
digunakan untuk berhadapan dengan orang-orang sakti tanah Jawa.

Kebanyakan orang yang memiliki ilmu khodam tidak mempermasalahkan tentang


kesaktian khodamnya itu, karena keberadaan khodam itu hanya dikhususkan untuk
pelaksanaan ilmu tertentu saja. Yang dianggap penting adalah khodam itu bekerja
sesuai tujuan keberadaannya (pelaksanaan ilmu), tidak masalah khodam itu sakti atau
tidak. Khodam itu akan dianggap ampuh jika ilmunya bekerja, sebaliknya suatu ilmu
dan kodamnya pasti tidak akan dianggap ampuh jika ilmunya itu tidak bekerja.

Dalam praktek adu ilmu, contohnya adalah praktek yang biasa dilakukan dalam
penanganan pengobatan santet / teluh dan pembersihan gaib. Biasanya suatu ilmu
gaib dilawan dengan ilmu gaib lain yang setanding atau yang lebih tinggi. Ilmu pelet
dilawan dengan ilmu penangkal pelet yang lebih tinggi. Ilmu teluh dilawan dengan
ilmu penangkal teluh yang lebih tinggi. Amalan gaib dilawan dengan amalan gaib.
Ajian dilawan dengan ajian. Mantra dilawan dengan mantra. Metode ini
mengharuskan seseorang untuk mengkoleksi banyak ilmu yang tinggi-tinggi dan
berguru kepada banyak guru.

Bagaimana kalau tidak punya ilmu penangkal yang lebih tinggi ?


Kemana lagi harus berguru ?
Sampai kapan harus terus berguru ?
Bagaimana kalau kemudian ilmu orang yang dilawannya itu berbalik menyerang
dirinya ?

Akan lebih baik jika metode tersebut diganti. Ilmu tidak dilawan dengan ilmu. Ajian
tidak dilawan dengan ajian. Mantra tidak dilawan dengan mantra. Metodenya diganti
menjadi melawannya dengan kekuatan gaib atau khodam yang lebih tinggi. Dengan
cara ini kita membersihkan ilmu lawan dengan kekuatan gaib / khodam yang lebih
tinggi. Tidak peduli seberapa tinggi ilmu lawan, atau sekalipun ilmunya berlapis-lapis,
bisa disapu bersih dengan kekuatan gaib / khodam yang lebih tinggi.

Dengan cara ini kita tidak membutuhkan banyak amalan, mantra dan ajian atau
berguru kepada banyak guru. Yang kita butuhkan hanyalah satu amalan ilmu dan satu
kekuatan gaib / khodam yang kuat untuk menyapu bersih ilmu lawan. Dan kekuatan
gaib / khodam ini bisa melindungi kita, sehingga tidak diserang balik oleh ilmu lawan,
dan khodam itu bisa kita gunakan juga untuk banyak keperluan. Hanya diperlukan
tambahan usaha untuk mendapatkan kekuatan gaib / khodam yang kuat.

Khodam yang sakti diperlukan terutama untuk dimiliki oleh orang-orang yang sering
mengadu ilmu, adu kesaktian, atau yang sering mempertunjukkan keilmuannya, yang
sering pamer kesaktian, terutama di hadapan orang-orang awam, bisa ini bisa itu, bisa
menundukkan ini bisa menundukkan itu, dsb. Khodam yang sakti diperlukan supaya
ilmunya tidak mudah luntur ketika berhadapan atau ketika sedang berada di
lingkungan gaib atau di lingkungan orang-orang berkhodam. Khodam yang sakti juga
diperlukan untuk ilmu atau amalan gaib yang berfungsi untuk penjagaan gaib atau
untuk pengobatan dan untuk mengusir roh-roh halus yang mengganggu (pembersihan
gaib), karena khodamnya itu harus berhadapan dengan sosok-sosok halus lain.

Perlu diperhatikan, ada orang-orang tertentu yang bukan hanya memiliki ilmu
berkhodam, tapi juga menguasai ilmu perkhodaman. Bagi mereka mudah saja
melunturkan atau menghapuskan keilmuan seseorang dengan mengirimkan khodam
yang lebih kuat atau memerintahkan khodam seseorang untuk pergi menghilang. Jadi
dalam kasus ini bukan lagi adu ilmu, tapi terutama adalah adu khodam. Tapi
untungnya, mereka biasanya memiliki kearifan yang tinggi, tidak mudah terpancing
untuk pamer ilmu atau mengganggu / menghilangkan ilmu orang lain.

Jadi bagi yang hanya bisa main ilmu, atau khodamnya kurang kuat, maka ketika ada
orang lain yang bukan bermaksud adu ilmu, tapi menyerang khodamnya, maka
khodam yang lemah akan kalah sehingga ilmunya tidak lagi mempunyai kekuatan gaib
(apalagi bila orang itu hanya bisa memainkan ilmu, tapi tidak bisa memainkan
khodamnya).

Misalnya saja ada orang yang memiliki ilmu gaib / khodam untuk kekebalan, maka
ketika kegaiban / khodam- nya itu diserang dan kalah, maka kekuatan ilmu kebalnya
akan hilang. Jadi bukan ilmu kebalnya yang diserang dengan ilmu pukulan yang lebih
kuat, tetapi kegaiban ilmunya yang dihilangkan. Begitu juga seseorang yang
mempunyai ilmu khodam kesaktian pukulan. Ketika khodamnya itu dikalahkan atau
bisa diperintahkan untuk pergi, maka kekuatan kesaktian pukulan orang itu akan
hilang, hanya akan menjadi pukulan biasa yang hanya mengandalkan kekuatan fisik
saja. Begitu juga bila kekuatan tenaga dalam seseorang dihilangkan, maka orang itu
akan kehilangan tenaga dalamnya, menjadi seperti orang yang belum pernah belajar
ilmu tenaga dalam. Atau khodam seseorang untuk pengasihan dan kerejekian (yang
biasanya kekuatannya lemah), jika bisa ditundukkan, maka khodam itu bisa
diperintahkan untuk pergi, atau bisa juga dibalik fungsinya, yang semula untuk
pengasihan dan kerejekian, dibalik menjadi menutup jalan kerejekian dan membuat
orangnya dijauhi dan dibenci oleh orang lain.

Itulah juga sebabnya seringkali dalam pertunjukkan debus atau sulap, dsb, kerap kali
pemimpinnya berkata kepada para penonton supaya tidak mengganggu, karena
mereka tidak bermaksud pamer atau unjuk kesaktian, tapi hanya sekedar menyajikan
atraksi hiburan. Walaupun mungkin mereka juga memiliki kemampuan untuk
melawan gangguan gaib, tetapi mereka sengaja merendahkan hati supaya atraksi
mereka tidak diganggu.

Mereka yang tidak suka pamer ilmu biasanya tidak memiliki musuh, tidak memancing
orang lain untuk bereaksi negatif, malahan mendatangkan rasa hormat orang lain
yang datang untuk meminta pertolongan.

Orang-orang yang berilmu khodam, kebanyakan khodamnya kelasnya rendah, karena


mereka tidak mengenal dan tidak mampu mendatangkan sosok gaib berkesaktian
tinggi. Biasanya juga mereka tidak berfokus pada kekuatan khodamnya, tetapi pada
amalan ilmunya dan keberhasilan mempraktekkan ilmunya. Selain itu juga jarang ada
orang yang mampu mengukur kesaktian mahluk gaib. Tetapi jika mereka mampu
mengukur kesaktian mahluk gaib dan mampu mengenal mahluk gaib berkesaktian
tinggi, mungkin mereka juga dapat mendatangkannya sebagai khodamnya, seperti
Begawan Abiyasa yang khodamnya adalah bangsa jin yang kesaktiannya setingkat
buto (1000 kali kesaktian Ibu Ratu Kidul).

Ilmu gaib dan ilmu khodam sebaiknya jangan disombongkan di hadapan seseorang
yang menekuni kebatinan dan spiritual. Orang-orang yang menekuni kebatinan dan
spiritual, terutama kebatinan yang bersifat kesejatian diri, akan mengandalkan
kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain, sehingga akan menempa diri untuk
bisa memiliki kekuatan dan kemampuan, menyelaraskan kebatinannya dengan
penghayatan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka
menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang
menyelaraskan diri dengan roh-roh dan kegaiban duniawi. Selain diri mereka sendiri
diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib, kegaiban
mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu
khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.

Khodam Ilmu adalah suatu sosok mahluk halus, bisa dari jenis apa saja, yang tujuan
keberadaannya khusus untuk melaksanakan ilmu gaib seseorang. Sosok mahluk halus
itu bisa mendampingi si manusia (menjadi khodam pendamping) atau dipanggil /
dihadirkan (ilmu hadiran) untuk diperintah melaksanakan perbuatan gaib tertentu.

Khodam pendamping adalah khodam dari suatu ilmu gaib atau sosok mahluk halus
lain yang datang kepada seseorang dan menyertainya (mendampingi dan seringkali
juga membantunya sehari-hari, sehingga keinginan-keinginan atau doa-doanya dan
perkataannya menjadi terwujud).

Selain yang merupakan khodam ilmu dan khodam dari leluhur, khodam pendamping
yang datang kepada seseorang seringkali tidak dengan sengaja didatangkan, tidak
diundang dan tidak disadari keberadaannya. Seringkali khodam ini datang kepada
seseorang yang tekun beribadah dan rajin berdoa / wirid. Biasanya seseorang yang
tekun bersemadi, meditasi, zikir dan wirid, tubuhnya akan memancarkan energi
tertentu dan pikirannya akan memancarkan gelombang tertentu. Pancaran energi dan
gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya mahluk halus kepada
seseorang, walaupun kedatangannya itu tidak sengaja diundang.

Bila khodam ini berasal dari mahluk gaib bergolongan putih, biasanya tidak akan
mendatangkan kesulitan selama sesajinya terpenuhi. Sebaiknya jangan menerima
khodam bangsa jin dari golongan hitam, karena akan cenderung menyesatkan dan
akan menyulitkan dalam proses kematian.

Bagi anda pengguna ilmu khodam (dan yang memiliki khodam pendamping),
sebaiknya berhati-hati dalam penggunaan ilmunya, juga berhati-hati dalam memilih
jenis khodam ilmunya. Penggunaan jasa mahluk halus biasanya harus disertai dengan
sesaji tertentu (kembang, telor ayam, minyak Arab, bakaran menyan / dupa, dsb)
sebagai upah si mahluk halus karena sudah bekerja membantu anda, mewujudkan
keinginan anda. Dalam mendapatkan ilmu khodam tersebut, sebaiknya ditanyakan
kepada si pemberi ilmu, atau bertanya langsung kepada si khodam itu sendiri, kalau
bisa, tentang semua persyaratan yang diminta oleh si khodam. Bila sesaji yang
dimintanya tidak dipenuhi, atau anda lupa memberikannya, biasanya si khodam akan
"menegur" anda dengan caranya sendiri. Dan sebaiknya jangan menerima khodam
bangsa jin dari golongan hitam, karena akan menyesatkan anda atau akan
menyulitkan anda dalam proses kematian.

Beberapa tulisan tentang khodam ilmu / pendamping sifat-sifatnya dan pengaruhnya


terhadap manusia dapat dibaca di Penggolongan Mahluk Halus, Pengaruh Gaib thd
Manusia, Roh Manusia (Lanjutan 1), dan KHODAM.

------------------------
6. Olah Sukma dan Kebatinan
Dalam kebatinan jawa, istilah roh sedulur papat lan kalima pancer selalu disebutkan,
karena pengertian itu melandasi kekuatan sukma manusia, yang bila diyakini dan diolah
lebih mendalam akan memunculkan suatu kegaiban dan kekuatan gaib yang berasal
dari diri manusia sendiri, kegaiban sukma manusia, yang diolah melalui ketekunan
kepercayaan dan penyelarasan hidup dan pemujaan kepada Gusti Allah. Termasuk
ucapan yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka itu akan benar
terjadi, saking kersaning Allah. Orang yang sudah sedemikian itu sering disebut
ucapannya mandi (manjur / idu geni).
Sebenarnya sudah disadari bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer,
yang biasanya terkait dengan konsep kebatinan tentang Manunggaling Kawula Lan
Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah
puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya
agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen
dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh kejawen, yang
kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya kemudian berkembang
menjadi ajaran keilmuan kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian
kejawen.
Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian
memberikan pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-
sifat tanah, air, api, dsb dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran agama Islam
di tanah jawa dulu, sebagai tandingan ajaran kejawen dan untuk menghapuskan
pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum di masyarakat Jawa,
roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis nafsu manusia ataupun
disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia (juga untuk keperluan
penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan
disimpangkan artinya menjadi kalimat syahadat (Wikipedia)).
Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain
tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa konsep-konsep kejawen tersebut di
atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri yang
tidak dapat disamakan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan lain
tersebut. Jika pun dihubungkan dengan penghayatan kebatinan masyarakat Jawa, maka
arti dan maknanya dalam konsep pandangan lain tersebut tidak akan sama dengan arti
dan maknanya dalam konsep kejawen di masyarakat. Atau juga jika diterapkan dalam
keilmuan kebatinan, maka arti dan makna konsep dalam pandangan-pandangan lain
tersebut sama sekali tidak akan berguna dalam keilmuan batin kejawen.
Dalam halaman ini Penulis menuliskan sebagian hubungan roh sedulur papat dengan
kemampuan seseorang dalam keilmuan batin / gaib. Seringkali para praktisi kebatinan,
termasuk orang-orang yang mampu melihat gaib, tidak menyadari keberadaan roh
sedulur papat dan tidak mampu melihatnya, sehingga tidak mempunyai pemahaman
yang dalam tentang roh sedulur papat dan seringkali juga tidak dapat mendaya-
gunakan kemampuan roh-roh itu atau mendayagunakan kombinasi kesatuan roh
Sedulur Papat dan roh Pancer.
Memang tidak semua orang, termasuk yang mampu melihat gaib, mampu untuk
melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat
daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat
rendah lainnya yang biasa dilihat orang. Roh Saudara Kembar / Sedulur Papat menjadi
sesuatu yang sulit untuk dilihat, sehingga seseorang yang telah dapat melihat atau
bertemu dengan roh sedulur papat-nya seringkali dianggap sebagai suatu
keberuntungan dan keistimewaan tersendiri.
Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu
seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru
Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus benar-
benar mirip dengan orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari
suatu tahapan penting yang harus dikembangkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi.
Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak akan berarti
apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan
didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat dengan
orang itu sendiri dalam setiap usaha dan perbuatannya.
Pendayagunaan roh sedulur papat sebagai Guru Sejati dapat dilakukan dengan
memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, ide
dan ilham, penglihatan gaib dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan,
atau menjadikannya sebagai satu kekuatan sukma yang mendasari perbuatan-
perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai
suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah
sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri.

Untuk dapat lebih memahami isi dari tulisan di halaman ini, sebaiknya mengetahui
lebih dulu penjelasan tentang roh sedulur papat yang dapat dibaca dalam tulisan :
Sedulur Papat Kalima Pancer.

Olah Sukma adalah bagian dari olah batin, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada
ilmu-ilmu kebatinan biasa, tetapi di sisi lain, olah sukma ini juga menjadi dasar menuju
tingkatan ilmu kebatinan dan spiritual yang lebih tinggi. Dalam olah batin kita
mengolah kekuatan batin dan ilmu-ilmu kebatinan, sedangkan dalam olah sukma kita
mengolah sukma kita. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di leher
sampai dahi dan ubun-ubun.

Dalam olah batin kita mengolah kemampuan batin, yaitu kekuatan dan kepekaan /
ketajaman batin kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan sedulur papat yang menyatu di
dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah
rasa dan sugesti, firasat, olah kekuatan dan kepekaan kebatinan dan pengolahan ilmu-
ilmu kebatinan.

Dalam olah sukma kita mengolah kemampuan sukma, yaitu khusus mengolah
kemampuan sukma, tentang apa yang dapat dilakukan oleh sukma kita di dalam dan di
luar tubuh kita (di alam gaib). Kekuatan sukma yang didapat dari hasil oleh batin dan
spiritual akan menentukan sejauh mana kemampuan yang dapat dilakukan oleh sukma
tersebut.

Contoh-contoh ilmu dalam olah sukma :

1. Ilmu Terawangan Gaib.

Terawangan Gaib adalah kemampuan untuk melihat secara gaib ke tempat-tempat


yang jauh yang jaraknya tidak cukup jelas untuk dapat dilihat dengan mata kepala kita.
Kemampuan melihat gaib menjadi dasar untuk ilmu terawangan gaib. Ilmu terawangan
gaib ini bisa digunakan untuk melihat sosok-sosok gaib atau melihat suatu lokasi / objek
tertentu, di tempat yang jauh.

Banyak orang yang mampu melihat gaib, tetapi tidak mengetahui prinsip cara kerjanya,
sehingga seringkali terawangan gaib tidak dibedakan dengan kemampuan melihat gaib,
sehingga oleh banyak orang seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda.
Kemampuan melihat gaib adalah dasar untuk terawangan gaib. Terawangan gaib
adalah mendayagunakan kemampuan melihat gaib untuk dapat mendeteksi / melihat
suatu objek di tempat yang jauh.

Kemampuan melihat gaib dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu melihat gaib dengan
cakra mata ketiga, melihat secara batin dan melihat secara roh. Masing-masing cara
melihat gaib ini memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri.

Masih ada satu cara lagi dalam melihat gaib, yaitu dengan bantuan khodam gaib atau
sosok halus tertentu. Cara melihat gaib ini adalah dengan menerima penglihatan gaib,
yaitu seseorang menerima suatu penglihatan gaib dengan cukup jelas tentang sosok-
sosok gaib, atau tentang suatu objek di suatu tempat, atau tentang suatu kejadian pada
masa lalu atau masa depan. Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan gaib di
dalam pikiran seseorang.

Penglihatan gaib ini diterima di dalam pikiran seseorang dari suatu khodam ilmu,
khodam pendamping, atau sosok gaib tertentu yang berkenan kepadanya. Cara
penglihatan gaib ini banyak dilakukan oleh peramal-peramal dalam meramalkan suatu
kejadian, karena dengan cara ini ia dapat melihat suatu kejadian dengan cukup jelas di
dalam pikirannya (orang Jawa sering menyebut ini sebagai kaweruh / wangsit / wahyu).

Kemampuan ini seringkali didapatkan sejak seseorang masih kecil, sehingga sering
disebut "bakat bawaan lahir". Kondisi ini mirip seperti seseorang yang ketempelan gaib,
yang tanpa belajar sebelumnya tetapi kemudian bisa mengobati orang atau bisa
meramal. Kemampuan ini didapatkan tanpa belajar, tanpa usaha, tanpa perlu
menjalankan suatu laku tirakat, dan bukan berasal dari kemampuannya sendiri, karena
penglihatan itu diterimanya dari sosok gaib lain.

Tetapi kemampuan melihat gaib dengan menerima penglihatan gaib bisa juga
dipelajari. Ada banyak amalan ilmu gaib yang tujuannya khusus untuk kemampuan
melihat gaib, mendatangkan penglihatan gaib, atau menggerakkan khodam ilmu /
pendamping untuk memberikan penglihatan gaib atau untuk merogoh sukma. Proses
yang umum adalah dengan cara "pengisian ilmu" (diijazahkan). Biasanya sesosok
mahluk halus disatukan dengan seorang murid dengan cara memberikan air minum
yang dibumbui minyak dan mantra, rajah gaib, atau media spiritual lainnya. Selain itu
bisa juga sesosok gaib membawa roh seseorang keluar dari tubuhnya untuk melihat-
lihat alam gaib.
Jadi dengan bantuan khodam gaib atau sosok halus tertentu seseorang bisa melihat
gaib dengan cara :

1. Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan gaib di dalam pikirannya.


2. Sosok gaib itu membawa rohnya keluar dari tubuhnya untuk melihat alam gaib.
3. Dengan membacakan amalan gaib untuk melihat gaib atau untuk merogoh sukma.

Kelemahan melihat gaib dengan menggunakan suatu khodam gaib adalah bahwa
kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia bisa jadi adalah kejadian yang
sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu, karena apa yang dilihatnya adalah gambaran
gaib yang diberikan oleh si khodam gaib, yaitu gambaran gaib yang si khodam ingin
supaya si manusia melihatnya, yang kadangkala bukan kondisi alam gaib yang
sesungguhnya.

1. Melihat gaib dengan cakra mata ketiga.

Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan
kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata. Tetapi yang
tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra
mata ketiga ini, roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya
tidak disengaja dan tidak disadari).

Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya keluar mendatangi
objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian mengirimkan gambarannya kepada roh
pancer di dalam tubuh (kesadaran / pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga,
sehingga seseorang akan "merasa" dapat melihat gaib secara langsung. Dengan kata
lain, apa yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan kepada pancernya,
melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut melihatnya,
sehingga seseorang akan "merasa" dapat melihat gaib secara langsung dan secara
sadar.

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah adanya ikatan kuat dan
komunikasi antara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di dalam
tubuh, melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini, roh sedulur papatnya
bergerak keluar dari tubuhnya. Jadi yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang
keluar dari tubuhnya, yang kemudian mengirimkan gambaran penglihatannya kepada
sukma di dalam tubuh melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang
telah terbuka cakra energi mata ketiganya, misalnya yang dibuka dengan olah tenaga
dalam / prana / kundalini. Cakra-cakra energi tubuh yang dibuka untuk tujuan
pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban.
Untuk dapat melihat gaib harus ada pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu
seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib,
maka cakra-cakra tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan untuk
tujuan pengolahan energi tubuh. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi
mempermudah "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di
dalam tubuh.

Kemampuan seseorang yang dapat melihat gaib melalui cakra mata ketiga merupakan
suatu kelebihan dibandingkan orang lain yang tidak mampu melakukannya, tetapi dari
sisi keilmuan gaib, kemampuan itu juga masih mempunyai kelemahan.

Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa
dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali kemampuan
melihat dengan cara ini hanya dapat untuk melihat kegaiban tingkat rendah saja. Cakra
mata ketiga merupakan bagian dari fisik manusia yang kekuatannya terbatas, dan
kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada
kekuatan energi cakranya. Dan setelah dapat melihat gaib, biasanya seseorang sudah
merasa puas, energi kekuatan cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya,
sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga tidak diolah untuk memiliki
kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya lebih tajam,
sehingga seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat / mendeteksi
keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, dan tidak dapat melihat / mendeteksi
keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.

Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi antara roh
sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian seseorang harus melakukannya
dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga akan melelahkan pikiran). Kualitas
penglihatan gaibnya tergantung juga pada kemampuannya membaca gambaran gaib
yang dikirimkan oleh roh sedulur papatnya yang mengalir di pikirannya.

Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib itu juga akan menyebabkan seseorang
menjadi tidak peka batinnya, tidak dapat mendeteksi kegaiban di lingkungannya
berada, tidak bisa mengedepankan "rasa". Orang-orang yang peka rasa batinnya akan
dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, tetapi orang-orang yang
terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga seringkali tidak dapat merasakan suasana
gaib di lingkungannya, kecuali mereka melihat sosok-sosok gaibnya, dan seringkali juga
tidak mengetahui kesejatian dari apa yang dilihatnya, sehingga seringkali orang-orang
tersebut tertipu dengan penglihatannya, dan mereka akan memberikan cerita-cerita
penjelasan kepada orang lain yang awam yang tidak sesuai dengan hakekat kesejatian
dari apa yang dilihatnya, ceritanya akan bersifat dogma dan pengkultusan.

Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di atas
seringkali tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka
dan terus melihat gaib, walaupun tidak sedang ingin melihat gaib.

Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukma dan
penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja dalam kondisi tidur dan
bermimpi, diluar kontrolnya roh sedulur papatnya pergi keluar dari tubuhnya, suatu
saat akan dapat menjadi musibah jika roh sedulur papatnya ditangkap oleh roh halus
lain. Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah
tubuhnya dan sakit-sakitan, bengong melamun tak sadarkan diri, dsb.

Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang dapat melihat gaib dengan mata
ketiga. Kebanyakan mereka melakukannya dengan melihat gaib secara batin, termasuk
para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib yang sering muncul di TV. Sebenarnya
yang mereka lihat awalnya juga hanya sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna,
sehingga pengetahuan mereka tentang alam gaib juga terbatas, tetapi dengan
mempertunjukkan keilmuan gaibnya yang lain mereka tampak seolah-olah benar
mumpuni dalam hal melihat gaib. Tetapi kemampuan tersebut pada sebagian dari
mereka memang sudah dilatih, sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan
lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan saja.

Pada masa sekarang ini kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga lebih
banyak dimiliki oleh orang-orang yang bisa melihat gaib sejak kecil, merupakan
kemampuan yang terjadi secara alami.

2. Melihat secara batin.

Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat gaib melalui cakra mata ketiga.
Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib dengan mengandalkan ketajaman /
kepekaan rasa dan batin (ketajaman indera keenam) dan sedulur papatnya tidak
bergerak keluar tubuh, biasanya cakra mata ketiganya juga belum terbuka.

Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan kesadaran kita, tetapi adalah
kepekaan batin kita yang mampu mendeteksi keberadaan suatu gaib di sekitar kita.
Kalau tidak kuat lama berfokus pada kepekaan batin, seringkali gambaran gaib yang
tertangkap hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan
informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau
ilham dari roh sedulur papat.

Melihat secara batin ini biasanya terjadi pada orang-orang yang peka / tajam batinnya,
atau pada orang-orang yang mendalami penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu batin.
Orang-orang yang menekuni suatu kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang
peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga
orang-orang tersebut dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan dan
ketajaman batin (indera keenam) mereka tidak semata-mata dimaksudkan untuk
melihat gaib, tetapi bersifat umum dalam segala bidang.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya digunakan untuk peka rasa terhadap
suasana gaib di sekitar tempat mereka berada dan berkomunikasi dengan para mahluk
gaib yang ada. Komunikasi dengan roh-roh lain (juga dengan roh sedulur papatnya)
dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra
mata ketiga, sehingga tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat
gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya dapat untuk mendeteksi
keberadaan sosok mahluk gaib, tetapi juga peka untuk merasakan tanda-tanda alam
beserta kegaiban di dalamnya, peka rasa untuk menilai kepribadian orang lain, peka
rasa tentang suatu kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering
mendapatkan ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi.
Kepekaan dan ketajaman batin mereka itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban
tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk
melihat gaib, kepekaan rasa yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi
kekuatan mereka untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian
gaib.

Jadi kemampuan mereka melihat gaib tergantung pada kepekaan rasa dan batin
mereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan menangkap sinyal gaib dari
roh sedulur papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan kekuatan sukmanya.

Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui
cakra energi mata ketiga. Justru disitu kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada
adanya komunikasi antar roh, tidak bergantung pada cakra energi mata ketiga, dan
tidak harus dilakukan dengan konsentrasi khusus.

Bila kepekaan batin kuat, orang akan mudah untuk merasakan suasana gaib di
lingkungannya berada, mudah untuk menerima sinyal dari sedulur papatnya yang
dapat berupa firasat, ilham, tanda-tanda petunjuk, rasa / feeling / intuisi, dan
penglihatan / gambaran-gambaran gaib, dsb.

Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya lemah,
gambaran gaib yang diterimanya hanya akan berupa sekelebatan-sekelebatan
bayangan saja, tidak jelas, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap
akan banyak mengandalkan bisikan wangsit / ilham. Tetapi bila tingkat kesatuan antara
sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya kuat, dan memiliki kemampuan yang
baik untuk fokus dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya), gambaran-
gambaran gaib itu dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.

Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang tidak langsung,
dan seringkali dialami oleh para pemula, penglihatannya hanya bisa dibatin saja,
mengawang-awang, hanya sekelebatan saja, tidak bisa dipastikan apakah yang
dilihatnya itu sungguhan atau hanya halusinasi saja. Kelemahan ini bisa diatasi kalau
saja kita dapat berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita
lihat, seperti dengan cara-cara olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat
memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.

Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan olah energi, dengan latihan
tenaga dalam murni atau meditasi energi, atau cara-cara kebatinan yang ada. Satu hal
yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri
anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik : sama-sama
selamat.

Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kekuatan kegaiban batin dan sukma mereka
bisa disatukan dengan alam gaib (secara kebatinan mereka "masuk" ke alam gaib)
untuk digunakan merasakan suasana gaib di lingkungan mereka berada dan untuk
mengendalikan kegaiban di sekitar mereka, untuk mengusir / menyerang / menarik /
menundukkan atau untuk berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib tertentu, sehingga
kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu
hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa dan batin
saja, dan tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih daripada itu, yang tidak
mempunyai kemampuan untuk "bermain" di alam roh.

Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula
seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah
kelebihannya, karena itu akan menjadi dasar untuk ditingkatkan pada kemampuan
yang lebih tinggi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan berinteraksi langsung secara energi
dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan cara-cara olah energi dan olah
rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat
keberadaannya yang kita lihat. Dengan peka rasa seseorang bisa merasakan suasana
gaib di sekitarnya dan bisa semakin "masuk" ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan
dengan mengandalkan kekuatan kebatinannya seseorang akan dapat "bermain",
bertarung, dan berkuasa di alam gaib. Sambil berkonsentrasi peka rasa tersebut,
seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu amalan gaib,
rohnya keluar dari tubuhnya dan masuk ke alam roh (tetapi sebaiknya jangan
melakukan merogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari guru
yang benar mengerti keilmuannya).

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka
rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos
sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri
mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya
kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi
dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari
ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.

Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik dan kebatinan, kegaiban sukma mereka
juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus
tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan
gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan
kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga
berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib.

3. Melihat secara roh.


Pada tahapan dasar, melihat secara roh akan sama dengan melihat secara batin. Tetapi
pada tingkatan yang lebih tinggi, melihat secara roh akan dapat mirip dengan melihat
dengan cakra mata ketiga, yaitu sedulur papatnya bergerak keluar tubuh. Pada
penguasaan tingkat lanjut, seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu medhar sukma
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga apa saja yang dialami dan dilihat oleh
sukmanya itu, dia juga dapat mengetahuinya, tetapi kebanyakan orang yang menguasai
ilmu medhar sukma tidak berasal dari pengembangan melihat secara roh, tetapi dari
ilmu gaib atau ilmu kebatinan.

Pada tahapan dasar, melihat secara roh akan sama dengan melihat secara batin. Kalau
tidak kuat lama berfokus pada kepekaan batin, seringkali yang kelihatan hanya
sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran
yang lengkap banyak mengandalkan bisikan wangsit / ilham. Jadi melihat secara batin
dapat menjadi dasar untuk dikembangkan menjadi melihat secara roh.

Pada tingkatan yang tinggi, melihat secara roh akan mirip dengan melihat dengan cakra
mata ketiga, yaitu sedulur papatnya bergerak keluar tubuh. Tetapi ada perbedaannya,
yaitu melihat secara roh tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui
cakra energi mata ketiga, tetapi dilakukan secara kontak batin. Justru disitu
kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada cakra energi mata ketiga.

Masing-masing roh dapat berinteraksi saling memberikan penglihatan gaib dan dapat
juga berdiri sendiri-sendiri. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat melihat gaib
dengan roh Pancer-nya saja, atau dengan menerima penglihatan gaib dari roh sedulur
papatnya, atau kedua-duanya. Melihat secara roh memiliki peluang yang lebih luas
untuk dikembangkan.

1. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya
saja. Ketika seseorang ingin melihat sesuatu secara langsung, atau ketika roh sedulur
papatnya pergi jauh ke suatu tempat tertentu, seseorang tetap bisa melihat gaib
dengan roh Pancernya di dalam tubuh (melihat dengan sadar), tidak perlu menunggu
adanya pemberitahuan penglihatan atau komunikasi dengan roh sedulur papatnya.

2. Dengan melihat secara roh, seseorang juga dapat melihat gaib dengan cara
menerima penglihatan dari roh sedulur papatnya. Roh sedulur papat kita itu bisa pergi
kemana saja yang kita inginkan. Dengan menerima penglihatan dari roh sedulur papat,
maka apa yang dilihat oleh mereka, kita juga bisa melihatnya, apa yang dialami oleh
mereka, kita juga bisa merasakannya. Komunikasi dengan roh sedulur papat dilakukan
secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata
ketiga, sehingga tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib,
dan bisa dilakukan sambil tetap sadar dan bekerja, sambil menyetir mobil atau
melakukan aktivitas lain.

3. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya
(kesadarannya), sambil sekaligus menerima penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya,
seolah-olah roh sedulur papatnya itu adalah pribadi lain yang tidak terkait dengan
dirinya. Masing-masing roh dapat saling memberikan penglihatan gaib dan dapat saling
berkomunikasi / bertukar pikiran seolah-olah mereka adalah pribadi yang berdiri
sendiri-sendiri.

Dalam hal ini penerapan melihat secara roh akan sama dengan penerapan ilmu medhar
sukma, yaitu rohnya dapat dengan sengaja dipecah, sehingga roh sedulur papatnya
dapat terpisah keluar dari tubuhnya, terpisah dari Pancer, dapat dipecah menjadi 2,
menjadi 3 atau menjadi 4.

Bila orang tersebut juga menguasai ilmu merogoh sukma dan medhar sukma, maka
ketika sukmanya keluar dari raganya, sukma itu dapat dipecah menjadi 5 roh yang
wujudnya mirip dan serupa, yaitu 1 roh pancer dan 4 roh sedulur papat (roh pancer
akan tampak lebih tebal dan jelas, sedangkan roh sedulur papat lebih tipis transparan).

Dengan demikian, dengan cara kombinasi penglihatan di atas, seseorang dapat melihat
banyak hal sekaligus. Atau bila difokuskan pada satu objek tertentu, seseorang akan
dapat melihat dari banyak sisi dan akan memiliki pengetahuan lebih banyak, karena apa
yang dilihatnya adalah penglihatannya sendiri ditambah penglihatan-penglihatan dari
para roh sedulur papatnya.

Masing-masing roh itu akan dapat berperan seolah-olah mereka adalah roh-roh yang
berdiri sendiri-sendiri, sehingga antara mereka masing-masing dapat berkomunikasi
dan bertukar pikiran, dan masing-masing dapat saling menceritakan apa yang
dilihatnya dari sudut pandang penglihatannya masing-masing.

Bila penglihatan itu difokuskan pada satu objek tertentu, maka yang dilihatnya adalah
penglihatannya sendiri (pancer) ditambah dengan apa yang dilihat oleh para sedulur
papatnya. Pengetahuan yang didapatkan dari penglihatan itu adalah pengetahuan dari
kesadarannya sendiri ditambah pengetahuan dari para sedulur papatnya. Dalam hal ini,
bila penglihatan gaib itu difokuskan pada satu objek tertentu, maka pengetahuan
penglihatan yang didapatkan akan sama seperti penglihatan dari 5 orang yang berbeda
terhadap satu objek.

Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan roh dan ketajaman penglihatan gaib masing-
masing roh juga dapat digabungkan / disatukan, sehingga kekuatan rohnya, dan
ketajaman / kemampuannya melihat gaib akan menjadi berlipat-lipat, berguna sekali
untuk menghadapi kekuatan gaib yang tinggi dan untuk mengetahui kegaiban yang
berdimensi tinggi.

Melihat secara roh ini akan dapat menjadi penglihatan spiritual dan akan
mendatangkan pengetahuan spiritual. Cakra yang bekerja adalah cakra di ubun-ubun
dan cakra mahkota. Bila cara ini ditekuni akan bisa mengantarkan seseorang ke
tingkatan spiritual yang tidak terhingga dan bisa sampai pada pengetahuan gaib
berdimensi tinggi, kemampuan-kemampuan yang akan sulit sekali dicapai oleh manusia
umum.

Roh para sedulur papat itu dapat berperan sebagai pribadi tersendiri yang bisa diajak
berpikir dan berkomunikasi, dan karenanya mereka dapat berperan sebagai guru sejati
yang mengajarkan dan memberitahukan banyak hal kepadanya. Komunikasi antara
pancer (kesadaran) dengan roh sedulur papat itu terjadi secara kontak batin, atau
sebagai ilham yang mengalir di dalam pikiran, atau sama dengan komunikasi seseorang
dengan khodam pendampingnya atau seperti komunikasi dengan sosok roh lain.
Cara melihat secara roh ini juga dapat digunakan dengan cara meminjam / melihat apa
yang dilihat oleh sukma orang lain. Misalnya kita ingin mengetahui apa yang ada di
rumah seseorang, maka kita secara roh menyelaraskan frekuensi dengan sukma orang
si pemilik rumah, sehingga apa yang diketahui oleh orang tersebut (sukmanya), kita
juga dapat mengetahuinya (cara ini biasanya dilakukan orang bukan dengan cara
melihat secara roh, tetapi dengan menerima penglihatan gaib dari khodam ilmu /
pendampingnya).

Cara melihat gaib ini disebut melihat gaib secara roh, karena seseorang yang
melakukan cara ini, sebenarnya yang melihat gaib adalah rohnya, bukan kesadaran
atau mata kepalanya. Itulah sebabnya pada awalnya, pada tingkatan dasar, seseorang
akan bingung apakah penglihatan itu sungguhan atau halusinasi, karena dengan
matanya seseorang tidak bisa melihat gaib, tetapi bayangan sosok gaib itu ada mengalir
di dalam pikirannya. Cara membuktikan itu halusinasi atau bukan adalah dengan
mencocokkan penglihatannya dengan orang lain yang bisa melihat gaib.

Bila kekuatan sukma seseorang (kesatuan roh pancer dan sedulur papat) sudah cukup
kuat, maka keberadaan roh sedulur papat dapat menjadi perisainya yang
melindunginya dari gangguan dan serangan mahluk halus dan dapat juga digunakan
mengusir suatu sosok mahluk halus tertentu tanpa seseorang harus bergerak secara
fisik.

Rahasia kemampuan melihat gaib bukan pada telah terbukanya cakra-cakra tubuh,
tetapi dengan telah terbukanya cakra-cakra tubuh akan mempermudah melihat gaib.
Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang
telah terbuka cakra mata ketiganya atau cakra di ubun-ubun kepala atau cakra
mahkota, misalnya yang dibuka dengan olah tenaga dalam / prana atau kundalini.

Untuk keperluan melihat gaib, cakra-cakra itu harus dibuka untuk tujuan melihat gaib,
bukan untuk tujuan pengolahan energi. Pembukaan cakra-cakra itu harus dengan
sugesti menggerakkan sukma. Kemampuan melihat gaib tidak dilakukan dengan
membuka dan mengolah cakra-cakra tubuh dengan cara yang sama dengan tujuan olah
energi, tetapi harus dilatih untuk kepekaan dan ketajaman rasa / batin. Dengan telah
terbukanya cakra mata ketiga dan cakra di ubun-ubun kepala akan mempermudah
"jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh.

Rahasia kemampuan melihat gaib ada pada tingkat kepekaan batin dan kesatuan
antara kesadaran (pancer) dan para sedulur papat dan komunikasinya. Pergerakan para
sedulur papat ini tidak banyak diketahui orang, karena walaupun banyak orang dapat
melihat gaib, tetapi jarang sekali yang dapat melihat roh sedulur papat, karena
dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau
dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang.

Kekuatan batin / sukma dan kepekaan rasa menentukan tingkatan dimensi gaib yang
bisa dideteksi. Semakin peka batinnya dan kuat sukmanya, semakin tinggi tingkatan
dimensi gaib yang bisa dideteksinya.

Melihat gaib dengan mata ketiga biasanya hanya dapat untuk melihat mahluk gaib
tingkat rendah dan yang jaraknya tidak jauh. Bila sukmanya dan energi cakra mata
ketiganya kurang kuat, maka bila digunakan untuk melihat jauh, yang dilihatnya hanya
samar-samar saja.

Melihat secara batin dapat digunakan untuk mendeteksi tingkatan dimensi gaib rendah
sampai menengah. Tetapi bila kepekaan dan sukmanya kuat akan dapat juga
mendeteksi dan berhadapan dengan mahluk gaib kelas atas.

Melihat secara roh dapat untuk mengetahui keberadaan mahluk halus tingkat rendah
sampai yang berdimensi tinggi, juga bisa untuk mendapatkan pengetahuan gaib
berdimensi tinggi. Pengetahuan gaib yang didapatkan bukan hanya tentang kegaiban
biasa, tetapi juga akan mengarah pada dunia spiritual dan ketuhanan.

Kalau terbiasa mengasah kepekaan rasa, biasanya sukma kita juga akan bekerja,
sehingga kita dapat mendeteksi keberadaan sesuatu gaib dan juga bisa terbayang
sosoknya seperti apa. Kalau kita bisa fokus kuat dan lama pada kepekaan rasa, maka
gambaran yang kita terima juga akan jelas. Dengan cara ini kita menjalin komunikasi
dengan sukma kita, sehingga pemberitahuan dari mereka berupa ilham dan gambaran
gaib bisa kita terima dengan baik sinyalnya di dalam pikiran kita dan kemampuan ini
akan sama dengan melihat secara batin.

Bila kemampuan melihat secara batin dan roh digunakan untuk menerawang tempat
atau objek yang jauh, biasanya cakra energi di ubun-ubun kepala dan cakra mahkota
akan terbuka sedikit demi sedikit dan energinya menguat. Bila terlalu dipaksakan maka
akan cepat lelah pikirannya. Tetapi bila sudah terbiasa, maka sukmanya dan energi
cakra di kepalanya akan kuat dan akan mampu juga melihat dimensi gaib tingkat tinggi.
Selain itu, sukmanya juga akan meningkat kekuatannya dan memiliki kekuatan batin /
roh yang tajam yang bisa digunakan melalui desakan nafas, sorot mata atau pikiran
untuk menyerang / mengusir mahluk halus.

Catatan:

Prinsip dasar melihat gaib adalah kepekaan batin dan rasa untuk menangkap sinyal
berupa gambaran gaib yang dikirimkan oleh sukma / roh kita dalam bentuk ilham /
bayangan penglihatan yang mengalir di pikiran kita. Dalam hal ini konsentrasinya ada
pada permainan batin, bukan pikiran. Kalau setelah kita menerima gambaran gaib itu
kemudian kita memperjelas gambarannya dengan berpikir, biasanya kemudian
gambaran itu akan hilang. Karena itu tetaplah fokus pada batin, bukan pikiran. Biarkan
gambarannya terus mengalir terbayang dalam pikiran kita dan kita usahakan bisa lama
berkonsentrasi batin seperti itu, jangan terus beralih menggunakan pikiran
(istirahatkan pikiran, batin yang bekerja). Dalam hal ini kita tidak mengedepankan nalar
/ pikiran, tetapi penerimaan batin, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran.

Sebagai penjelasan, manusia terdiri dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh.
Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur
Papat mendampingi Pancer, karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia
meninggal dan rohnya menyatu menjadi arwah).
Dalam kehidupan sehari-hari, roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu
menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu juga
menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan
otak / pikiran manusia, dan menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa
berjalan. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia.
Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika,
merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia,
dsb, semuanya adalah aktivitas biologis manusia. Dalam hal ini Roh Pancer
manusia hadir dan bertindak sebagai mahluk biologis.
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang berperan dalam
keseharian manusia adalah Roh Pancer. Roh Sedulur Papat bersifat mendampingi dan
membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam
bentuk ide dan ilham dan bisikan hati / nurani).
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat
tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan
pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan
memberikan peringatan-peringatan, dalam bentuk rasa dan firasat, gambaran-
gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.
Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok
berlogika, menonjolkan kepintarannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-
an dan dogma / doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati
dan kebijaksanaan, maka dia lebih mengutamakan aspek biologisnya, aspek manusia
keduniawiannya, sehingga tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat roh, rasa dan
firasat. Tetapi seseorang yang selalu peka batin, memperhatikan rasa dan firasat, dia
akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban alam, karena dia
kental berhubungan dengan rohnya.
Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui
hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam
kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat
roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan
batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-
hal yang bersifat roh dan keTuhanan.
Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat, karena keberadaan mereka mendampingi
Pancer, maka mungkin kita juga akan dapat mengetahui keberadaan roh-roh lain dan
dapat juga mengetahui sesuatu kejadian sebelum kejadiannya terjadi (weruh
sakdurunge winarah) melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya. Pemberitahuan
/ peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang,
penglihatan gaib, wangsit / bisikan gaib, mimpi, rasa, firasat, ide-ide dan ilham, dsb.
Diperlukan suatu kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi
dari para Sedulur Papat dan untuk mengetahui maksudnya.
2. Ilmu Merogoh Sukma atau Melolos Sukma.

Dengan ilmu ini keseluruhan sukma / roh kita dapat pergi keluar dari raga kita. Jadi
secara sadar kita bisa keluar dari badan kita, pergi mendatangi tempat yang jauh atau
melihat dunia gaib beserta sosok-sosok penghuninya, atau bertarung secara roh
dengan mahluk halus lain. Misalnya badan kita ada di rumah, sedangkan kita (roh) pergi
jauh ke tempat lain. Badan yang kita tinggalkan akan tampak seperti badan orang yang
sedang tidur atau mati suri.

Kelemahan ilmu ini adalah kita tidak boleh berlama-lama keluar dari badan kita. Roh
manusia atau sukma adalah penentu adanya energi kehidupan di dalam tubuh
manusia. Jangan sampai karena roh kita kelamaan keluar dari raga kita, maka energi
kehidupan di dalam raga itu menjadi mati.

Kelemahan lainnya adalah pada saat kita merogoh sukma, badan kita tidak boleh
disentuh atau dikagetkan atau dibangunkan oleh orang lain yang tidak tahu kalau kita
sedang merogoh sukma. Bila hal itu terjadi, maka mungkin kemudian penyatuan sukma
kita dengan badan kita tidak sempurna (bisa lemah tubuhnya, atau lemah ingatannya
atau terganggu jiwanya).

Karena itu, seringkali orang yang akan menjalankan ilmu ini akan mengunci diri di
dalam kamar tertutup, atau menyepi di goa / tempat yang sepi tidak berpenghuni,
supaya tidak ada yang mengganggu. Dan di alam gaib, sukmanya tidak boleh sampai
ditahan atau ditangkap oleh sosok gaib lain untuk waktu yang lama. Jika itu terjadi,
maka sukmanya tidak dapat kembali lagi menyatu dengan raganya, karena raga itu
sudah mati.

Roh / Sukma adalah penentu adanya energi kehidupan di tubuh manusia. Seseorang
yang sedang merogoh sukma tidak boleh terlalu lama rohnya keluar dari tubuhnya,
jangan sampai ketika ia kembali ternyata tubuhnya telah mati (karena energi
kehidupannya telah mati).

Jadi kalau seseorang keasyikan berada di alam roh atau rohnya ada yang menahan
sehingga tidak dapat segera kembali ke tubuhnya, sehingga menjadi terlalu lama
rohnya berada di luar tubuhnya, mungkin dia tidak akan bisa kembali lagi ke tubuhnya,
karena bisa jadi energi kehidupan di tubuhnya telah mati.
Pada saat seseorang merogoh sukma ada garis sinar putih keperakan yang
menghubungkan pusar tubuhnya dengan pusar di tubuh rohnya. Kekuatan sukma
menentukan tebal tipisnya garis sinar itu. Semakin lama rohnya berada di luar
tubuhnya, sinar keperakan itu akan semakin memudar. Ketika sinar itu sudah semakin
memudar / menipis, itulah tanda bahwa roh orang itu harus secepatnya kembali ke
tubuhnya. Kalau kemudian sinar itu sirna / hilang, maka putuslah hubungan kehidupan
rohnya dengan tubuhnya.

Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan
memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin
dan keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Banyak di antara mereka yang
memiliki kegaiban tinggi dan menjadi orang yang linuwih dan waskita. Mereka
membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka
membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup prihatin
tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan
melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos
sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang
kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa
terlebih dahulu mengalami kematian.

Pada jaman sekarang seringkali kemampuan merogoh sukma ini didapatkan dengan
cara mengamalkan mantra / amalan ilmu gaib dan ilmu khodam. Seringkali penggunaan
ilmu merogoh sukma itu di dalam amalan / mantranya dikhususkan hanya untuk tujuan
tertentu saja dan tidak bisa digunakan untuk tujuan lain yang tidak disebutkan di dalam
mantranya. Misalnya di dalam mantranya hanya untuk melihat suatu lokasi tertentu
saja di alam manusia atau hanya untuk berjalan-jalan di alam gaib (tidak untuk melihat
sosok-sosok gaib), atau dikhususkan hanya untuk melihat / bertemu dengan sosok
halus tertentu saja (tidak untuk melihat sosok-sosok halus yang lain dan tidak untuk
melihat lokasi yang lain). Dengan demikian penggunaannya menjadi terbatas karena
mengikuti sugesti dari amalah gaibnya.

Selain adanya keterbatasan pada penggunaannya seperti disebutkan di atas, para


pelaku merogoh sukma, dalam kondisinya ketika tidak sedang merogoh sukma belum
tentu orang itu dapat melihat gaib, karena kemampuannya melihat gaib hanya bisa
dilakukannya ketika sedang merogoh sukma, itu pun hanya untuk melihat sosok-sosok
halus tertentu saja. Bisa terjadi begitu karena orang itu secara sadar (ketika tidak
sedang merogoh sukma) belum bisa membebaskan rohnya dari belenggu biologisnya,
rohnya di dalam tubuhnya belum bisa berinteraksi dengan dunia roh.

3. Ilmu Medhar Sukma ( ilmu untuk memecah sukma ).

Ilmu ini lebih tinggi dari Ilmu Merogoh Sukma. Dengan ilmu ini kita bisa dengan
sengaja memecah sukma kita. Kesadaran kita adalah pancer, sedangkan sukma kita
yang lain disebut sedulur kita. Sedulur kita inilah yang kita pecah, sehingga bisa terpisah
dari pancer kita, bisa dipecah menjadi 2, menjadi 3 atau menjadi 4. Sedulur kita itu bisa
pergi kemana saja yang kita inginkan. Apa yang dilihatnya kita juga bisa melihatnya, apa
yang dialaminya kita juga bisa merasakannya.

Ilmu ini diterapkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada ilmu merogoh sukma.
Kita bisa mengamalkan ilmu ini sambil kita tetap sadar dan bekerja, menyetir mobil
atau sambil melakukan aktivitas lain, tidak lagi harus melakukannya dengan konsentrasi
khusus, tidak perlu lagi mengunci diri di dalam kamar dan tidak masalah berapa lama
sukma kita terpecah berada di luar tubuh kita. Apa yang dilihat oleh para sedulur papat,
kita juga bisa melihatnya, apa yang dialaminya kita juga bisa merasakannya. Tetapi bagi
orang yang sukmanya belum kuat, tubuhnya akan menjadi lemah dan mudah sakit bila
sukmanya itu terpecah atau terpisah, dan di alam gaib, sukma kita tidak boleh sampai
ditahan atau ditangkap oleh gaib lain.

Bila orang tersebut juga menguasai ilmu merogoh sukma, maka ketika sukmanya keluar
dari raganya, sukma itu dapat dipecah menjadi 5 roh yang wujudnya mirip dan serupa,
yaitu 1 roh pancer dan 4 roh sedulur papat (roh pancer akan tampak lebih tebal dan
jelas, sedangkan roh sedulur papat lebih tipis transparan). Tetapi kebanyakan orang
yang memecah sukmanya ketika merogoh sukma, sukmanya hanya bisa dipecah
menjadi 2 roh, yaitu 1 roh pancer dan 1 kesatuan roh sedulur papat.

Kebanyakan orang belum dapat menggunakan ilmu medhar sukma untuk melihat gaib
seperti contoh melihat gaib secara roh di atas. Kebanyakan orang menguasai ilmu
medhar sukma hanya pada tingkatan dasar saja, yaitu hanya untuk memerintah roh
sedulur papatnya untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya untuk
menyerang / mengusir suatu sosok mahluk halus atau untuk diperintah mengambilkan
suatu benda pusaka dari alam gaib (roh sedulur papatnya diperlakukan seperti khodam
ilmu), dan dilakukannya dengan terus berkonsentrasi untuk mengikuti apa yang
diperbuat oleh sedulur papatnya itu.

Penggunaan ilmu medhar sukma untuk melihat gaib (melihat gaib secara roh) adalah
suatu kemampuan khusus tingkat tinggi yang tidak semua orang yang menguasai ilmu
medhar sukma dapat melakukannya. Mereka yang dapat menggunakan ilmu medhar
sukma untuk melihat gaib, juga dapat memerintahkan sedulur papatnya berperan
sebagai khodam ilmu, yaitu untuk melakukan perbuatan tertentu yang sama seperti
contoh penggunaan ilmu medhar sukma di atas.

Ilmu medhar sukma ini dapat juga digunakan untuk keperluan ilmu gaib lain, seperti
untuk merasuk ke dalam diri seseorang untuk mempengaruhi pikirannya, atau untuk
menyampaikan suatu berita / perintah atau untuk berkomunikasi dengan orang lain
(melalui mimpi atau menampakkan diri di hadapan seseorang).

Ada ilmu lain atau kejadian yang mirip dengan kejadian pada ilmu medhar sukma.
Misalnya ada beberapa orang yang bersaksi telah melihat si A ada di suatu tempat atau
ada di beberapa tempat pada saat yang bersamaan. Bisa jadi ini adalah penerapan dari
ilmu medhar sukma, atau bisa juga itu adalah penampakkan gaib dari khodam ilmu
seseorang, atau bisa juga penampakkan dari mahluk jadi-jadian. Kebenaran kejadian itu
tidak bisa dipastikan, karena orang yang bersaksi itu juga tidak dapat memastikan
apakah yang dilihatnya itu benar si A ataukah itu suatu bentuk penampakkan gaib.

------------------

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka
rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, kemampuan terawangan gaib, melolos
sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kemampuan gaib mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri
mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya
kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi
dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan
tapa brata mereka.
Pada jaman sekarang lmu-ilmu olah sukma di atas tidak harus dipelajari dengan
menjalani olah kebatinan terlebih dahulu. Orang yang sudah dapat merogoh sukma
tidak berarti dia sudah menguasai perihal ilmu kebatinan, karena mungkin ilmu
merogoh sukma itu saja yang dia bisa, sedangkan ilmu kebatinan yang lain tidak
ditekuninya. Bisa terjadi demikian karena ilmu merogoh sukma bisa didapat tanpa
melalui tahapan olah kebatinan, tetapi melalui Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam yang
mempelajari secara khusus satu per satu ilmu-ilmu tersebut.

Ada pembaca yang bertanya tentang apa tandanya seseorang sudah bisa melihat gaib
secara roh, yang berbeda dengan melihat gaib secara batin.Biasanya orang tidak
membeda-bedakan cara-cara melihat gaib, karena tujuannya adalah hanya untuk bisa
melihat gaib, terserah bagaimana caranya. Pembedaan istilah melihat gaib dengan
mata ketiga, melihat gaib secara batin dan melihat gaib secara roh dilakukan oleh
Penulis supaya jika kita bisa membedakannya dan tahu cara kerjanya, maka
kemampuan itu bisa ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi.

Melihat secara roh biasanya adalah kelanjutan dari melihat secara batin, sehingga
kadangkala orang juga tidak dapat membedakan melihat secara roh dengan melihat
secara batin. Yang membedakan adalah tingkat kemampuannya.

Melihat secara roh biasanya terkait dengan kemampuan lain seperti merogoh sukma
atau medhar sukma, atau kemampuan lain secara roh, sehingga penekanannya adalah
mendayagunakan kemampuan roh, bukan batin lagi.

Keakuratan Melihat GaibAda juga pertanyaan tentang keakuratan melihat gaib.

Ada beberapa hal yang menyebabkan melihat gaib tidak akurat :


1. Melihat gaib dengan bantuan khodam atau sosok halus tertentu.
2. Ber-ilusi membayang-bayangkan sosok gaibnya.
3. Sebelumnya sudah mempunyai sugesti gaib sendiri.
4. Dikelabui oleh sosok gaib.

Uraiannya sbb :
1. Melihat gaib dengan bantuan khodam atau sosok halus tertentu.

Melihat gaib dengan bantuan khodam atau sosok halus tertentu berarti ada suatu
penglihatan gaib yang diterima oleh seseorang di dalam pikirannya dari suatu khodam
ilmu, khodam pendamping, atau sosok gaib tertentu yang berkenan kepadanya. Sosok
gaib itu memberikan suatu gambaran penglihatan gaib di dalam pikirannya.

Cara penglihatan gaib ini banyak dilakukan oleh peramal-peramal dalam meramalkan
suatu kejadian, karena dengan cara ini ia dapat melihat suatu kejadian dengan cukup
jelas di dalam pikirannya (orang Jawa sering menyebut ini sebagai kaweruh / wangsit /
wahyu). Ada juga wahyu spiritual yang diberikan Dewa kepada orang-orang tertentu
sehingga bisa menyampaikan ramalan-ramalan tentang kejadian-kejadian hingga
beratus-ratus tahun ke depan atau beratus-ratus tahun ke belakang.

Melihat gaib dengan menerima penglihatan gaib bisa juga dilakukan dengan
membacakan suatu amalan gaib. Ada banyak amalan ilmu gaib yang tujuannya khusus
untuk kemampuan melihat gaib, mendatangkan penglihatan gaib, atau menggerakkan
khodam ilmu / pendamping untuk memberikan penglihatan gaib atau untuk merogoh
sukma. Proses yang umum adalah dengan cara "pengisian ilmu" (diijazahkan). Biasanya
sesosok mahluk halus disatukan dengan seorang murid dengan cara memberikan air
minum yang dibumbui minyak dan mantra, rajah gaib, atau media spiritual lainnya.
Selain itu bisa juga sesosok gaib membawa roh seseorang keluar dari tubuhnya untuk
melihat-lihat alam gaib.

Seseorang yang mempunyai khodam pendamping atau ada sosok halus tertentu di
dalam tubuhnya, ketika berusaha untuk melihat gaib, kadangkala yang dilihatnya
adalah penglihatan gaib yang diberikan oleh sosok halus tersebut yang bersamanya.
Kadangkala dalam kondisi tertentu atau di suatu lokasi tertentu sosok halus itu juga
memberikan penglihatan gaib tertentu kepadanya. Dalam hal ini orang tersebut merasa
melihat gaib, tetapi seringkali yang dilihatnya bukan kejadian yang sebenarnya.

Kelemahan melihat gaib dengan menggunakan suatu khodam gaib adalah bahwa
kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia bisa jadi adalah kejadian yang
sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu, karena apa yang dilihatnya adalah gambaran
gaib yang diberikan oleh si khodam gaib, yaitu gambaran gaib yang si khodam ingin
supaya si manusia melihatnya, yang kadangkala bukan kondisi alam gaib yang
sesungguhnya.

Kadangkala sosok halus itu juga memberikan mimpi-mimpi tertentu kepadanya. Dalam
hal ini jika seseorang merasa bahwa mimpinya bukanlah mimpi biasa, maka ia harus
mencaritahu arti mimpinya itu, termasuk menanyakannya kepada sosok gaib yang telah
memberinya mimpi itu, siapa tahu itu adalah suatu bentuk pemberitahuan kepadanya
atas sesuatu yang sifatnya penting.

Kelemahan melihat gaib ini bisa terjadi pada siapa saja yang memiliki sesosok gaib
bersamanya, baik orang-orang yang masih dalam taraf belajar, maupun para praktisi
paranormal dan spiritualis yang sudah kawakan yang terbiasa menggunakan amalan
gaib untuk melihat gaib.

2. Ber-ilusi membayang-bayangkan sosok gaibnya.

Pada taraf belajar melihat gaib secara batin seringkali seseorang berusaha membayang-
bayangkan sosok gaibnya, sehingga yang muncul di dalam pikirannya adalah sosok-
sosok tertentu yang bukan sosok aslinya.

Dalam taraf belajar ini sebaiknya dilakukan sesuai petunjuk di atas, yaitu dengan belajar
mempertahankan sugesti fokus kepada benda gaibnya atau kontak rasa dengan sosok
halusnya dan memperhatikan gambaran gaib yang mengalir di dalam pikirannya.
Sebaiknya bisa fokus untuk tidak mengambang mengawang-awang, belajar
mempertahankan kontak rasa dan batin dengan benda gaibnya atau dengan sosok
halusnya.

3. Sebelumnya sudah mempunyai sugesti gaib sendiri.

Ada beberapa teman Penulis yang mempunyai sugesti dalam pikirannya tentang
mahluk halus.
Ada yang bersugesti sosok kuntilanak, sehingga semua sosok halus yang dilihatnya akan
tampak olehnya sebagai sosok perempuan berpakaian putih sampai ke bawah seperti
kuntilanak.
Ada yang bersugesti mahluk halus adalah sama dengan setan yang badannya hitam
besar menakutkan, sehingga semua sosok halus yang dilihatnya akan tampak olehnya
sebagai sosok hitam besar menakutkan.

Dalam hal ini walaupun orang-orang tersebut mampu melihat gaib, tetapi kebanyakan
wujud sosok-sosok halus yang dilihatnya bukanlah sosok aslinya, tetapi adalah wujud
sosok-sosok yang ada dalam pikirannya. Dalam kasus ini mereka telah tertipu oleh
pikiran mereka sendiri.

4. Dikelabui oleh sosok gaib.

Dalam melihat gaib, kadangkala sosok tertentu yang dilihat oleh seseorang bukanlah
sosok aslinya. Ini bisa terjadi jika sosok halus yang dilihatnya tidak berkenan untuk
dilihat, sehingga sedapat mungkin dia akan menutupi jati dirinya. Biasanya sosok itu
akan memalingkan mukanya, tetapi ada juga yang melakukannya dengan menghalangi
/ mem-blok energi penglihatan kita ke arah wajahnya, sehingga para pemula atau
orang-orang yang belum mempunyai kekuatan energi penglihatan yang cukup biasanya
akan kesulitan atau berat untuk melihat wajah asli sosok halus tersebut. Karena itu kita
harus "belajar" bersikap sopan supaya diperkenankan melihat wajahnya.

Ada juga sosok halus yang sengaja mempengaruhi pikiran orang-orang tertentu (ilusi /
halusinasi), sehingga yang dilihat oleh orang-orang tersebut adalah sosok lain yang
bukan sosok aslinya. Selain karena tidak ingin diketahui jatidirinya, bisa saja itu
dilakukan dengan sengaja oleh suatu sosok halus tertentu dengan tujuan mengelabui
manusia.

Untuk mengatasi ketidak-akuratan di atas, selain kemampuan konsentrasi dan


kemampuan melihat gaib, perlu juga dilatih ketajaman penglihatan dan ketajaman
batin supaya dapat melihat gaib dengan jelas dan tidak mudah tertipu.

Untuk memeriksa apakah penglihatannya / terawangannya benar atau salah bisa juga
mencocokkannya dengan orang lain yang juga mampu melihat gaib. Kalau
penglihatannya sama, berarti mungkin memang sudah benar. Kalau penglihatannya
berbeda, berarti harus diperiksa apa yang membuat berbeda. Atau bisa juga dengan
cara meminta sosok halusnya untuk duduk di hadapannya untuk berkomunikasi,
sehingga akan lebih jelas tampilan sosoknya, dan terasa hawa energinya, bukan hanya
gambaran gaib di awang-awang.

Selain itu perlu juga kita mengenal sifat dan rasa energi masing-masing jenis mahluk
halus. Masing-masing jenis mahluk halus memancarkan suatu rasa energi tertentu
sesuai sifat energinya dan perwatakannya masing-masing. Misalnya, jenis kuntilanak
atau gondoruwo memancarkan rasa energi dan mempunyai kepadatan energi tertentu
yang berbeda dengan jenis mahluk halus lain, dan untuk semua kuntilanak atau
gondoruwo kekuatannya dan sifatnya sama sesuai jenisnya. Sehingga kalau ada bangsa
jin yang sosoknya serupa dengan kuntilanak atau gondoruwo, kita akan bisa mengenali
dengan rasa bahwa itu sebenarnya adalah bangsa jin, bukan kuntilanak atau
gondoruwo. Begitu juga roh sukma manusia, biasanya energinya halus, tetapi tajam,
sehingga kalau ada jenis bangsa jin, atau kuntilanak atau gondoruwo yang menyamar
sebagai sukma seseorang yang sudah meninggal, kita akan mengetahuinya bahwa itu
adalah tipuan, karena energi mereka lebih padat / tebal tidak seperti energi sukma
manusia.

Ketidak-akuratan juga dapat terjadi dalam komunikasi dengan gaib.


Berkomunikasi dengan gaib berarti berbicara dan mendengarkan, berkomunikasi 2
arah, dengan sosok gaib tertentu. Syaratnya harus bisa peka rasa dan kontak batin
untuk berbicara dan untuk mendengarkan.
Berkomunikasi dengan gaib (berbicara dan mendengar, komunikasi dua arah) dilakukan
dengan kontak rasa dan batin, yang secara awam disebut mengalirnya ilham. Kalau
sudah terbiasa nantinya bisa juga dengan berbicara. Tapi dengan berbicara itupun
sebenarnya masih sama dengan kontak batin, karena walaupun kita "merasa"
mendengar suara mereka berbicara, sebenarnya jawaban mereka kontak batin juga,
hanya kita saja yang bisa mendengar, orang lain tidak mendengar.
Orang-orang yang sudah bisa melihat gaib belum tentu bisa berkomunikasi dengan
gaib, begitu juga sebaliknya, orang-orang yang sudah bisa "mendengarkan" suara-suara
gaib, peka rasa dan firasat, peka sasmita, atau yang sudah bisa menyampaikan
komunikasi (misalnya mengsugesti gaib), belum tentu bisa melihat gaib.

Masing-masing kemampuan itu tidak otomatis terjadi bersamaan, harus dipelajari


sendiri-sendiri.
Ketidak-akuratan dalam berkomunikasi dengan gaib biasanya terjadi dalam proses
"mendengar" jawaban sosok gaibnya. Penyebabnya banyak, sama dengan ketidak-
akuratan melihat gaib, terutama terjadi kalau kita mempunyai sosok pendamping atau
di dalam diri kita ada sosok gaib lain, sehingga suaranya bercampur, kadang kita tidak
bisa membedakan itu suaranya siapa.

Tambahan :

Dalam olah sukma kita mengolah sukma kita, yaitu khusus mengolah roh kita, tentang
apa yang dapat dilakukan oleh roh kita di luar tubuh kita.

Seseorang yang belum pernah melakukan olah batin, berarti sukmanya masih lemah.
Walaupun ada guru yang dapat mengajari anda cara merogoh sukma, bila anda sendiri
belum memiliki dasar kekuatan batin yang cukup, dengan mempertimbangkan efek
buruk yang dapat terjadi, sebaiknya jangan mencobanya. Apalagi bila di kemudian hari,
tanpa pendamping, anda mencoba melakukannya sendiri.

Resiko yang dapat terjadi, selain yang sudah disebutkan di atas, juga resiko karena
berhubungan dengan mahluk halus lain di alam gaib. Baca : Roh Manusia Lanjutan 2.

Dengan terawangan gaib anda bisa melihat ke tempat-tempat yang jauh dan
tersembunyi. Tetapi resikonya juga sama bila roh anda bertemu dengan roh halus lain.
Banyak kejadian yang setelah roh sedulur papatnya itu keluar jauh dari badannya,
kemudian tidak dapat kembali lagi. Rohnya ditahan / ditangkap oleh mahluk halus lain.
Akibatnya, orang itu akan terus-terusan melihat gaib, dan sosok gaib yang menahan
rohnya itu akan terus menghantuinya (karena sosok gaib itu memang menahan roh
sedulur papatnya dan roh sedulur papatnya yang ditangkap itu terus-terusan
berhadapan dengan sosok gaib itu). Sudah jelas bahwa orang itu kemudian akan
terganggu jiwanya.

Lebih baik bila anda melatih lebih dulu kepekaan rasa dan batin (baca: Olah Rasa dan
Kebatinan) sambil anda mempersiapkan mental dan menguatkan kebatinan anda. Bila
sudah mengerti resikonya (untuk kehati-hatian), sudah siap secara psikologis dan
memang ingin bisa melihat gaib, mintalah diajari cara melihat gaib dengan cakra mata
ketiga saja, jangan merogoh sukma. Kemampuan melihat gaib ini akan menjadi dasar
yang baik sekali untuk mempelajari ilmu-ilmu kebatinan yang lain, termasuk ilmu
terawangan gaib dan ilmu merogoh sukma.
Memang walaupun kita sering berinteraksi dengan mahluk halus belum tentu kita
mengalami kejadian yang pahit. Tulisan ini dimaksudkan sebagai bahan pengetahuan
saja supaya kita berhati-hati, jangan sampai kita menjadi salah satu orang yang apes,
mengalami pahitnya. Baca juga : Kekhawatiran Melihat Gaib.

--------------------

Untuk menindaklanjuti banyaknya pertanyaan mengenai cara-cara melihat sosok gaib


dan keinginan untuk melihat gaib dengan cakra mata ketiga, di bawah ini Penulis
sajikan metode meditasi sederhana dengan pertimbangan kehati-hatian, sebaiknya
anda juga melakukannya dengan hati-hati.

Cara melihat gaib ini tidak dimaksudkan sebagai metode yang berdiri sendiri. Sebaiknya
sebelumnya anda sudah menguasai cara-cara melihat gaib dengan batin dan rasa,
sebagai kemampuan dasar yang harus lebih dulu dikuasai sebelum mempelajari
metode yang lain, seperti yang sudah Penulis tuliskan dalam tulisan Olah Rasa dan
Kebatinan dan Ilmu Tayuh / Menayuh Keris. Setelah itu sebaiknya anda juga belajar
"membangun" kekuatan kebatinan dan energi dan cara-cara penggunaannya, misalnya
dengan cara-cara seperti dalam tulisan Kebatinan dalam Keagamaan, Sukma Sejati,
Meditasi Energi, Pembersihan Gaib 4 atau dengan cara-cara kebatinan dan spiritual.
Sedapat mungkin semua kekuatan kebatinan yang berhasil dihimpun dapat diolah
menjadi kekuatan rasa dan dapat disatukan dengan kepekaan rasa, menjadi satu
kesatuan kemampuan kebatinan.

Dalam proses meditasi ini tubuh anda akan memancarkan energi tertentu dan pikiran
anda akan memancarkan gelombang pikiran tertentu yang dapat mengundang
datangnya sosok-sosok halus tertentu. Kalau anda merasa takut atau merasakan
sesuatu yang berbahaya, sebaiknya jangan dilanjutkan, mungkin memang ada sesosok
gaib yang datang dan mungkin situasinya memang berbahaya. Atau jika anda belum
berhasil pada hari pertama sebaiknya tidak usah dipaksakan. Masih bisa dilakukan lagi
pada hari yang lain.
Sugesti meditasi ini adalah untuk melepaskan pikiran dan mengedepankan batin.
Kendorkan pikiran biar batin yang bekerja. Kedepankan rasa dan batin dan kosongkan
pikiran. Dalam melakukan meditasi itu sebaiknya dilakukan tanpa keinginan yang
mengebu-gebu untuk segera dapat melihat gaib, karena kemampuan itu nantinya akan
terjadi dengan sendirinya. Hasrat yang menggebu-gebu justru dapat menghalangi
proses peka rasa dan pembukaan cakra.

Tidak semua orang berhasil melepaskan pikirannya untuk mengedepankan batinnya.


Karena itu kalau kita santai melakukannya dan tak ada beban hasrat, biasanya sekali
saja melakukannya sudah berhasil. Tetapi ada juga orang lain yang harus melakukannya
sampai berkali-kali baru bisa berhasil, tetapi ada juga yang tidak pernah berhasil.
Mungkin memang bukan rejekinya. Memang peruntungan orang berbeda-beda dan
faktor penghalangnya juga berbeda-beda.

Kalau dalam kondisi meditasi itu anda merasakan ada tekanan atau gerakan di dahi,
hidung, dan ubun-ubun, kemungkinan itu adalah gerakan cakra-cakra tubuh yang
bergerak untuk membuka.

Dalam meditasi itu jangan menggunakan pikiran untuk berkonsentrasi. Jangan


berusaha keras untuk berkonsentrasi. Pikiran yang seharusnya santai, jangan sampai
justru pikirannya bekerja keras untuk berkonsentrasi. Kendorkan pikiran. Baca doa.

Kondisi mata terpejam juga dapat mendorong orang untuk berkonsentrasi dengan
pikirannya. Karena itu mungkin akan lebih mudah melakukannya dengan tidak
memejamkan mata, mata boleh tetap terbuka, tetapi dilakukan santai seperti orang
melamun, pandangan diarahkan santai ke bawah.

Meditasinya dengan duduk bersila, dilakukan antara jam 22.00 dan jam 03.00 pagi.
Lampu kamar dimatikan, sehingga suasana menjadi gelap.
Pada awal meditasinya sebaiknya anda berdoa dahulu meminta perlindungan Tuhan.

Sejak awal meditasinya dan seterusnya diharapkan anda berdoa (zikir / wirid di dalam
hati), tujuannya adalah untuk memfokuskan batin anda dan mengarahkan supaya
pikiran anda tidak kosong atau mengambang melayang-layang tidak jelas. Untuk yang
beragama Islam bisa mengucapkan syahadat dan menggunakan doa Al Fateha,
sedangkan untuk umat beragama lain silakan memilih sendiri doa yang sesuai untuk
pembukaan batin atau melihat alam gaib. Untuk umat Kristen, sepertinya doa Bapa
Kami tidak bisa digunakan disini, karena doa itu mengandung makna khusus dan sifat
kerohaniannya tidak untuk tujuan meditasi ini.

Bagi yang tidak mempunyai doa sendiri, di bawah ini ada doa kebatinan kejawen yang
mungkin berguna untuk diwirid di dalam hati. Bunyinya sbb :
Sukma ingsun sukma sejati
Sukma sejatining urip
Urip sejatining manungsa
Tiluhur tak usap dampal
Di tengah puser udel
Serbudi aptoroso diroso keno kuoso
Ya Alloh kul goib
Kulo nyuwun ijin
Ya Alloh kulo nyuwun kekuatan
Ya Alloh kulo nyuwun kesaktian
Ya Alloh kulo nyuwun kegaiban
Mugi-mugi Alloh kul goib ngabulaken panyuwun kulo
Hong wilaheng sekare bahwono langgeng (3x)
Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk memohonkan terkabulnya suatu
keinginan, selain permohonan kepada Tuhan, kegaiban sukma juga akan membantu
terwujudnya keinginan itu, tetapi secara umum sugesti di atas, yang bersifat kebatinan,
akan dapat membangkitkan kemampuan kebatinan seseorang, mengantarkan
seseorang menjadi linuwih dan waskita secara kebatinan.

Dalam berdoa / wirid akan lebih baik jika anda menggunakan tasbih untuk membantu
supaya pikiran anda tidak melamun atau mengambang melayang-layang.
Meditasi 1.

Tahap pertama belajar melihat gaib dilakukan untuk melihat sosok gaib tertentu atau
mendapatkan penglihatan gaib dari sosok-sosok khodam benda-benda jimat, keris /
pusaka dan sosok-sosok khodam pendamping, jika anda memilikinya (atau meminjam
keris milik teman, kalau tidak punya). Sebelumnya dipastikan dulu dengan cara seperti
menayuh keris bahwa sosok khodamnya baik dan berkenan membantu anda belajar
melihat gaib. Cara ini lebih aman daripada langsung berinteraksi dengan sosok-sosok
halus lain yang anda belum kenal atau belum merasa dekat dan sosoknya seperti apa
juga belum tahu.

Karena anda sudah mempunyai benda gaib atau khodam pendamping, sebaiknya dapat
dimanfaatkan untuk menjadi lebih mengerti tentang dunia gaib. Ajaklah mereka untuk
berkomunikasi secara langsung dengan cara yang sama seperti menayuh keris atau bisa
juga dicoba dengan cara hening meditasi ini. Bila anda sudah merasa dekat dengan
khodam anda dan bisa bersugesti, seharusnya cara ini mudah dilakukan dan pasti
berhasil. Jika anda masih merasa takut, sebaiknya disugestikan kepada khodam anda
supaya menampilkan diri sebagai sosok manusia yang enak dipandang mata, yang tidak
menyeramkan.

Proses meditasinya sbb :


1. Kendorkan pikiran, biar batin yang bekerja
Gunakan kepekaan rasa dan batin
2. Berdoalah di dalam hati (zikir / wirid di dalam hati) sampai anda merasa tenang,
nyaman dan hening.
Teruskan saja berdoa sampai anda masuk ke dalam suasana gaib (frekwensi gaib)
3. Setelah berada dalam suasana hening / suasana gaib itu, kalau khodamnya tidak
masuk sendiri ke dalam
penglihatan gaib anda, anda panggil khodamnya supaya masuk ke dalam penglihatan
gaib anda
4. Sesudah khodamnya masuk ke dalam penglihatan batin anda, berkomunikasilah,
misalnya ajukan
pertanyaan seperti siapa namanya, kegunaannya, dsb, dan "dengarkan" jawabannya.
5. Sesudahnya ucapkan terima kasih atas bantuannya.

Tanda-tanda anda sudah masuk ke dalam "frekwensi gaib" adalah ketika anda sudah
sampai pada kondisi meditasi yang terasa suasananya hening dan gelap, tetapi dalam
kegelapan itu anda merasa bisa "melihat".
Meditasi di atas adalah dikhususkan untuk bisa melihat dan berkomunikasi secara
langsung dengan sosok-sosok gaib tertentu, yaitu sosok-sosok gaib dari benda-benda
jimat, keris atau sosok pendamping. Gunakanlah insting atau kepekaan rasa untuk bisa
menilai sosok-sosok yang bersifat tidak baik atau jahat, jangan sampai anda
berinteraksi dengan yang tidak baik.

Dalam proses meditasi di atas, pada saat anda sudah masuk dalam "frekwensi gaib",
anda panggillah sosok gaib itu supaya duduk di hadapan anda dan ajaklah
berkomunikasi. Anda bisa tanyakan nama lengkapnya, pesan-pesannya, dsb dan anda
bisa juga tanyakan hal-hal lain yang anda ingin ketahui. Komunikasi dilakukan dengan
aliran rasa batin seperti orang melamun (kontak batin), jangan menggunakan pikiran
untuk berpikir, karena dapat memutus aliran kontak batin (kalau anda sudah mahir
melakukannya, anda bisa melakukan komunikasi dengan cara berbicara seperti orang
mengobrol).

Dalam semua proses meditasi dan perenungan usahakan supaya tidak mengedepankan
pikiran. Biarkan ide / ilham / bisikan gaib mengalir sampai lengkap, jangan bereaksi
dengan berpikir yang dapat menyebabkan aliran ide / ilham itu terputus.

Meditasi 2.

Tahap kedua belajar melihat gaib adalah mencoba untuk membuka penglihatan gaib
"mata ketiga", yaitu cakra energi di antara 2 alis mata. Sebelum melakukannya, anda
harus memantapkan tekad dan niat anda. Kalau masih ragu-ragu atau ada rasa takut,
sebaiknya tidak usah dilanjutkan.

Dalam melakukan meditasi 2 ini sebaiknya dilakukan tanpa keinginan yang mengebu-
gebu untuk dapat segera melihat alam gaib dan mahluk halus, karena itu nantinya akan
terjadi dengan sendirinya. Hasrat yang menggebu-gebu justru dapat menghalangi
proses peka rasa dan pembukaan cakra.
Tidak semua orang berhasil melepaskan pikirannya untuk mengedepankan batinnya.
Karena itu kalau kita santai melakukannya dan tak ada beban hasrat, biasanya sekali
saja melakukannya sudah berhasil. Tetapi ada juga orang yang harus melakukannya
sampai berkali-kali baru bisa berhasil, tetapi ada juga yang tidak pernah berhasil.
Mungkin memang bukan rejekinya. Memang peruntungan orang berbeda-beda dan
faktor penghalangnya juga berbeda-beda.
Untuk membuka mata ketiga prinsip meditasinya sama dengan cara meditasi 1 di atas,
dilakukan terus sampai terbuka mata ketiganya dan bisa melihat alam gaib. Paling
cepat 2 - 3 jam, bisa juga lebih lama lagi, itu juga kalau langsung berhasil. Biasanya
orang melakukannya sampai berkali-kali baru berhasil. Jika anda belum berhasil pada
hari pertama sebaiknya tidak usah dipaksakan. Masih bisa dicoba lagi pada hari yang
lain.Kalau anda merasa kaki anda pegal, anda bisa merubah posisi kaki anda, bisa juga
diluruskan. Usahakan untuk terus memejamkan mata dan berdoa wirid di dalam hati.

Kalau dalam bermeditasi di atas anda tertidur, itu tidak apa-apa. Kalau meditasinya
dihentikan dan kemudian anda pergi tidur, itu juga tidak apa-apa. Tapi kalau ingin
diteruskan, sebaiknya memang diteruskan. Itu adalah tahapan anda masuk ke dalam
frekwensi alam bawah sadar yang membawa anda masuk ke alam mimpi. Mata tetap
dipejamkan dan terus berdoa wirid di dalam hati.Tanda mulai terbukanya cakra mata
ketiga adalah ketika dalam kondisi mata terpejam itu seperti melihat tabir putih atau
gumpalan kabut putih. Itu adalah tabir gaib yang harus dilewati. Teruskan saja
meditasinya.
Setelah itu akan tampak gelap gulita. Teruskan saja meditasinya. Sesudah itu barulah
bisa melihat sosok-sosok gaib dalam kegelapan, masih samar-samar. Teruskan saja
meditasinya sampai anda yakin sudah bisa melihat sosok-sosok gaib. Ingat, jangan
beralih menggunakan pikiran !Pada hari-hari selanjutnya, kalau meditasinya sering
dilatih nantinya penglihatannya akan jelas. Kalau sudah bisa melihat sosok-sosok gaib di
tempat gelap, nantinya juga akan bisa melihat sosok-sosok gaib di tempat terang.
Untuk tahapan awal sebaiknya digunakan untuk melihat sosok-sosok gaib yang tidak
"berbahaya", misalnya untuk melihat isi gaib dari benda-benda gaib dan pusaka atau
khodam pendamping kita, atau untuk melihat sosok-sosok gaib di sekitar rumah kita.

-------------------
7. Olah Spiritual dan Kebatinan
Olah spiritual berkaitan dengan pengolahan kekuatan spiritual manusia, kemampuan
gaib spiritual, sampai pada kemampuan mengetahui sesuatu yang tidak tampak mata,
asal-usul tentang sesuatu, kejadian-kejadian pada masa lalu, hingga kejadian-kejadian
yang akan datang. Dalam mempelajari sesuatu, dengan olah spiritual orang akan dapat
mengetahui, memiliki pengetahuan tentang sesuatu bukan hanya sebatas kulitnya,
tetapi juga sampai kepada hakekatnya (aspek filosofi dan kesejatian dari sesuatu).
Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di leher, cakra di dahi dan di ubun-
ubun kepala, sampai cakra mahkota. Di atas ubun-ubun ada cakra mahkota yang
bentuknya seperti corong bersusun 2. Dengan cakra mahkota, orang bisa menyerap
energi spiritual alam semesta dan bisa untuk menangkap intisari alam spiritual,
sehingga bisa mengetahui rahasia alam semesta dan rahasia alam kehidupan.
Kemampuan mengetahui kesejatian dari suatu pengetahuan yang didapat dari olah
spiritual inilah yang membedakan ilmu spiritual dengan ilmu-ilmu kebatinan dan ilmu-
ilmu kegaiban yang lain, dan pengetahuan kebenaran ini akan menjadi suatu
kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.

Olah spiritual juga menghasilkan kekuatan, yaitu kekuatan spiritual, yang berasal dari
cakra di ubun-ubun dan cakra mahkota, yang dapat disalurkan melalui kekuatan
pikiran. Selain berasal dari kesadarannya sendiri, kekuatan itu juga berasal dari
kekuatan roh (roh pancer dan sedulur papatnya) yang seolah-olah berada di
belakangnya (di belakang kepalanya) dan menyatukan kekuatannya dengan kekuatan
orang tersebut. Bila digunakan untuk berhadapan dengan kekuatan mahluk halus,
kekuatannya dapat untuk mendeteksi dan menyerang mahluk halus, bukan hanya yang
tingkat rendah, tetapi juga yang berkekuatan dan berdimensi tinggi.

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, kepekaan dan kekuatan rasa dan batin
akan dapat dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang
kekuatannya dapat disalurkan menjadi kekuatan tangan / tubuh atau kekuatan kata-
kata.

Secara alami, kekuatan kebatinan akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar
berupa getaran rasa dan tekanan di dada, dan tergantung pada penguasaan masing-
masing orang, selain melalui amalan kebatinan, kekuatan kebatinan dapat diwujudkan
menjadi kekuatan tangan / tubuh, atau kekuatan kehendak dan kata-kata. Kekuatan
kebatinan itu juga dapat dibentuk menjadi pagaran energi atau untuk menyerang /
menundukkan mahluk halus atau untuk menghapuskan / menenggelamkan kekuatan
ilmu gaib dan ilmu khodam. Dan getaran perbawa kebatinannya juga akan dapat
dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati
dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya).

Pada orang-orang yang mendalami olah spiritual, kepekaan dan kekuatan spiritual akan
dapat dirasakan sebagai suatu getaran atau tekanan di ubun-ubun kepala atau sesuatu
yang meremang di atas atau di belakang kepalanya yang energinya dapat disalurkan
melalui kekuatan pikiran.

Secara alami, kekuatan spiritual akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang tajam
yang terpancar lewat kekuatan pikiran, suatu kekuatan energi yang tajam yang dapat
untuk menembus pagaran gaib / energi, atau menyerang menusuk mahluk halus, atau
untuk menembus / membuka tabir-tabir kegaiban. Kekuatan pikiran itu juga dapat
dibentuk menjadi pagaran energi atau untuk melunturkan / memunahkan kekuatan
ilmu gaib dan ilmu khodam. Dan aura spiritualnya akan dapat dirasakan oleh orang-
orang di sekitarnya sebagai suatu karisma tersendiri yang terpancar di wajah atau sorot
matanya.

Seringkali kekuatan spiritual ini tidak dapat disatukan dengan kekuatan tubuh, tetapi
orang-orang yang menekuni olah spiritual sebagai kelanjutan dari olah kebatinan, maka
mereka juga akan menguasai kekuatan kebatinan sekaligus kekuatan spiritual,
kekuatan tubuh dan kehendak sekaligus kekuatan pikiran.

Olah Kebatinan berkaitan dengan pengolahan kekuatan kebatinan, ilmu-ilmu gaib


kebatinan, dan disertai dengan landasan filosofi kebatinan spiritual, misalnya dalam
kebatinan kejawen ada cerita saudara kembar sedulur papat kalima pancer, filosofi
dalam pewayangan, ilmu kasampurnan (kesempurnaan), konsep manunggaling kawula
lan Gusti, dsb.

Bagi orang-orang yang mempelajari kebatinan, berbagai cerita dalam


filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku
(budi pekerti), tuntunan kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu
cerita kebatinan spiritual. Pengetahuan gaib atau tentang kejadian-kejadian yang akan
datang, dsb, seringkali didapatkannya dari ilham atau bisikan gaib / wangsit.

Tetapi banyak para pemula (termasuk praktisi kebatinan yang sebenarnya keilmuan
kebatinannya masih tingkat dasar) yang bisa bercerita tentang hal-hal filosofis di atas,
tetapi sebenarnya mereka sendiri belum sampai pada kemampuan untuk mengetahui
sendiri kebenarannya, dan banyak orang yang bisa melihat gaib, tetapi belum tentu
tahu kesejatian dari apa yang dilihatnya, apalagi yang hanya sekedar 'ngecap' saja,
seolah-olah mereka benar sudah menguasai dan mengetahui sendiri kebenarannya.

Mereka yang mendalami suatu olah kebatinan, biasanya juga memahami aspek
spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual yang lebih tinggi
biasanya tidak ditekuninya, karena biasanya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual
yang terkait dengan apa yang sedang dijalaninya saja. Tetapi para tokoh kebatinan,
yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang kemudian mengajarkannya kepada
murid-murid atau para pengikutnya, biasanya telah menguasai aspek spiritual dari
kebatinannya secara mendalam dan juga menguasai aspek spiritual lain yang lebih
tinggi.

Olah Spiritual berkaitan dengan pengolahan kekuatan spiritual, kemampuan gaib dan
kemampuan manusia untuk sampai pada kemampuan mengetahui tentang sesuatu
yang tidak tampak mata, asal-usul tentang sesuatu (kesejatian), kejadian-kejadian pada
masa lalu hingga kejadian-kejadian yang akan datang. Dalam mempelajari sesuatu,
dengan olah spiritual orang akan dapat mengetahui bukan hanya sebatas kulitnya,
tetapi juga sampai kepada hakekat kesejatiannya. Bagi orang yang sudah menekuni
tahapan spiritual, berbagai cerita dalam filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas
bukan hanya menjadi dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), sasaran / tujuan
pencapaian ilmu dan bumbu cerita kebatinan spiritual, tetapi mereka sendiri dapat
memiliki kemampuan untuk mengetahui sendiri kebenarannya. Jadi mereka bukan
hanya sekedar 'ngecap'.

Biasanya orang yang sudah mendalami olah spiritual dan mampu menguasainya,
walaupun hanya sebagian saja, akan lebih banyak diam, tidak pamer atau menonjolkan
diri, karena dia sendiri sadar lebih mengetahui sesuatu daripada orang lain, dan
seringkali dianggap lebih baik kalau diam, tidak pamer. Diperibahasakan seperti ilmu
padi : " makin berisi makin merunduk ". Inilah yang kemudian menjadi suatu
kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.

Banyak orang yang baru mempelajari sesuatu ilmu, baru sepotong atau baru sebatas
kulitnya saja sudah sesumbar seolah-olah ilmunya sudah mumpuni. Air beriak tanda
tak dalam. Tetapi orang yang sudah dalam ilmunya biasanya lebih memilih diam dan
diam-diam dia dapat mengukur kedalaman / ketinggian ilmu seseorang. Orang 'berisi'
yang memilih diam, biasanya ilmunya lebih dapat berkembang, karena dia memiliki
banyak waktu untuk memperhatikan lingkungan dan belajar dari kehidupan sehari-hari
ataupun dari pengalaman orang lain.

Kebanyakan orang hanya ingin mempraktekkan ilmunya saja dan mempertunjukkan


ilmunya, sehingga dirinya dipandang hebat, tapi tidak berusaha mengembangkannya,
apalagi setelah berpisah dari gurunya. Dengan demikian orang tersebut tidak akan bisa
mencapai tingkatan seperti gurunya atau melebihinya. Apabila suatu saat nanti orang
tersebut mempunyai murid, dan perilakunya itu berlaku sama pada murid-muridnya
nanti, maka dunia keilmuan semakin lama akan semakin surut. Padahal seharusnya
setiap murid harus melebihi gurunya, sehingga dunia keilmuan akan berkembang
terus. Kesadaran itu yang seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.

Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan,
menjadi satu kesatuan yang dilakukan bersama-sama. Spiritualitas yang tinggi biasanya
adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian
ketuhanan. Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual adalah sebagai kelanjutan
dari laku kebatinannya, biasanya adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian
dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian ketuhanan. Dengan demikian orang
tersebut telah menguasai sekaligus aspek kebatinan dan spiritual, dan kekuatan
sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.

Pada tahapan kebatinan seseorang memusatkan perhatian secara batin,


mengedepankan rasa dan kekuatan kebatinan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya
tinggi bagi orang kebanyakan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan
perhatiannya di"awang-awang", untuk mengetahui kesejatian dari apa yang dilihat /
diketahuinya. Dalam proses pencarian spiritual itu, olah kebatinan dan olah spiritual
dilakukan secara bersama-sama, sehingga proses laku dan keilmuan kebatinan dan
spiritual tidak dapat dipisahkan, yang membedakan hanyalah sejauh mana laku
kebatinan dan spiritual itu dilakukan oleh seseorang. Energi di cakra ubun-ubun kepala
dan cakra mahkota akan bekerja mengikuti proses laku spiritual orang tersebut.

Bila anda memiliki kemampuan untuk melihat gaib, dan bila kemampuan anda itu
sangat tajam dan dalam, anda akan dapat melihat suatu lingkaran cahaya, yang biasa
disebut halo, di belakang kepala orang-orang yang sudah menekuni tahapan olah
spiritual. Halo ini adalah pancaran cahaya aura dari kekuatan spiritual yang telah
dicapai oleh seseorang. Semakin luas / lebar lingkarannya semakin kuat
spiritualitasnya. Bila dihubungkan dengan mahluk halus, kekuatan gaib spiritual ini
bukan hanya dapat untuk menghadapi mahluk gaib kelas rendah seperti dedemit dan
jin kelas bawah, tetapi juga bisa untuk berhadapan dengan kekuatan mahluk gaib
tingkat tinggi yang lebih daripada buto.

Selain kekuatan spiritualitas yang ditentukan oleh luas lingkarannya, ada bentuk tanda
lain dari halo yang melambangkan tingkatan dimensi pengetahuan gaib yang telah
dicapai oleh seseorang, yaitu warna dari cahaya halo tersebut. Tingkatan dimensi
pengetahuan gaib ini terutama terkait dengan hal-hal gaib tingkat tinggi yang tidak
dapat diketahui bila hanya mengandalkan kemampuan berpikir saja, kebatinan saja
atau mengandalkan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga saja, seperti
untuk mendeteksi dan mengetahui keberadaan mahluk halus berdimensi tinggi seperti
dewa dan buto, pengetahuan tentang dewa dan wahyu dewa, dan ada tidaknya suatu
wahyu pada diri seseorang yang kewahyon, atau pengetahuan tentang kesejatian
hidup dan pengetahuan tentang kesejatian Tuhan (walaupun mungkin hanya sebatas
'Cahaya' -Nya saja).

Warna cahaya lingkaran halo sesuai urutan tingkatannya adalah sbb :


1. Warna Ungu.
2. Warna Kuning.
3. Warna Emas (warna emas adalah tingkatan tertinggi).
Biasanya pancaran cahaya halo di belakang kepala seseorang sangat sulit dilihat,
termasuk oleh orang yang dapat melihat gaib, apalagi kalau warna sinarnya tipis, tidak
tebal. Biasanya pancaran cahaya halo ini hanya dapat dilihat oleh orang yang
kemampuan melihat gaibnya sangat tajam. Tetapi lingkaran halo yang warnanya tebal
(kuat) mungkin akan lebih mudah dilihat daripada yang pancaran sinarnya tipis. Tebal -
tipisnya warna cahaya lingkaran halo itu melambangkan kedalaman pengetahuan
spiritual yang dikuasai seseorang sesuai tingkatan pengetahuannya masing-masing.

Sinar lingkaran halo berwarna kuning dan emas menandakan orang tersebut sudah
menekuni tingkatan olah pengetahuan spiritual dimensi yang tertinggi, yaitu spiritual
ketuhanan, biasanya dilakukannya dalam rangka pencarian ketuhanan.

Contoh tokoh manusia yang telah mencapai tingkatan kebatinan dan spiritual tingkat
tinggi adalah Budha Gautama, dengan lingkaran halo berwarna kuning dan tepi
lingkarannya berwarna emas. Budha Gautama adalah seorang bangsawan yang telah
meninggalkan keduniawiannya untuk menjalani panggilan hidup sebagai seorang
spiritualis yang menerangi orang lain agar menjadi lebih baik kualitas kepribadiannya
sebagai manusia. Seorang spiritualis sejati, yang karena panggilan hidupnya, telah
menjalani berbagai macam laku prihatin dan tirakat dan telah meninggalkan semua
pamrih keduniawian untuk mencapai tujuannya. Beliau telah mencapai tahapan
"Pencerahan" setelah mengenal sifat-sifat Tuhan dari "Cahaya" -Nya dan karenanya
kemudian juga mengetahui banyak rahasia kehidupan, sehingga menjadi seorang yang
"Tercerahkan" dan mendedikasikan dirinya sesuai panggilan hidupnya.

Sesuai pencapaiannya itu juga segala keilmuan kesaktian kanuragan, kebatinan dan
spiritualnya menjadi seperti "bertumbuh-bertambah", karena beliau telah menguasai
sisi filosofis kesejatian dari keilmuannya, menjadi seorang yang digdaya, linuwih dan
waskita, jiwa dan raganya. Karenanya, beliau menjadi seorang yang memiliki kesaktian
"super" dibandingkan manusia lain, semasa hidupnya di dunia maupun sukmanya di
alam roh. Dan atas dedikasinya pada panggilan hidupnya itu telah menjadikannya
seorang tokoh manusia yang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan yang
digunakannya untuk menerangi dan mengayomi orang lain.

Dewi Kuan Im adalah salah satu dewa yang telah memberinya wahyu keilmuan dan
spiritual, dan beliau mengetahui itu. Karena itu beliau sangat menghormati sang Dewi.
--------------
Di negara India dan sekitarnya, yang sampai sekarang masih tetap sebagai wilayah
dengan budaya kebatinan dan spiritual tertinggi nomor 1 di dunia, banyak ajaran
tentang keilmuan kebatinan dan spiritual. Salah satunya adalah ajaran pengolahan
kekuatan spiritual dalam bentuk energi kundalini, yang banyak dilakukan dengan cara
yoga dan meditasi. Dalam proses pembelajaran kundalini diajarkan cara membuka
cakra-cakra tubuh, dari cakra yang paling dasar sampai cakra mahkota. Keilmuan
membuka cakra-cakra tubuh dan pengendalian kundalini dilakukan sebagai pelajaran
tingkat lanjut, untuk orang-orang yang sebelumnya telah menjalani keilmuan batin /
spiritual dan tenaga dalam atau kanuragan, sebagai pelengkap, dan sebagai upaya
melipat-gandakan besarnya energi tubuh, bukan untuk orang awam yang belum
mengerti apa-apa tentang kundalini.

Tujuan utama pembukaan cakra-cakra tubuh tersebut adalah untuk mengolah energi
yang dihasilkan oleh cakra-cakra tersebut untuk kesehatan dan vitalitas, juga untuk
menambah kekuatan tenaga dalam, kesaktian gaib dan olah spiritual. Pembukaan
cakra-cakra tersebut tidak dikhususkan untuk melihat gaib, dan dengan telah
terbukanya cakra mahkota tidak berarti seseorang langsung dapat melihat alam gaib
atau mengetahui seluk-beluk alam dunia spiritual, karena pengetahuan spiritual harus
dipelajari sendiri berdasarkan proses “pencarian spiritual”.

Masing-masing cakra tubuh harus dibuka dengan cara / sugesti sendiri-sendiri sesuai
tujuannya masing-masing:

- Bila ditujukan untuk pengolahan energi, maka sugesti pembukaannya haruslah untuk
pengolahan energi.

- Bila ditujukan untuk melihat gaib, maka sugesti pembukaannya haruslah untuk
kemampuan melihat gaib.

- Bila ditujukan untuk olah spiritual, maka sugesti pembukaannya haruslah untuk
tujuan olah spiritual.

Awalnya suatu pengetahuan spiritual dapat diterima dari ajaran orang lain atau cerita
di masyarakat, tetapi kemudian harus dicari sendiri kebenarannya. Segala kegaiban dan
rahasia yang tidak terungkap melalui indera manusia, yang hanya bisa dirasakan secara
batin, itulah yang harus dipelajari, dari kegaiban tingkat rendah sampai kegaiban
tingkat tinggi. Seberapa kuat ketekunan dan olah spiritual yang dilakukan seseorang
akan menentukan tingkat kekuatan spiritualnya (yang ditandai dengan lebar / luas
lingkaran halo di belakang kepalanya), dan seberapa dalam atau tingginya dimensi
pengetahuan yang telah dicapainya (yang ditandai dengan warna dari lingkaran halo di
belakang kepalanya) akan menentukan tingkat pengetahuan spiritual yang berhasil
dicapainya.

Setelah seseorang dapat mendeteksi dan membuktikan sendiri kebenarannya, barulah


dia benar menguasai spiritual itu. Cakra di ubun-ubun kepala dan cakra mahkota akan
terbuka dengan sendirinya mengikuti perkembangan spiritual seseorang. Jadi dengan
telah terbukanya cakra mahkota tidak berarti seseorang langsung mengetahui seluk-
beluk alam spiritual (misalnya yang dibuka dengan meditasi kundalini). Tetapi dengan
telah terbukanya cakra mahkota akan mempermudah seseorang menyerap dan
menghimpun intisari energi alam spiritual dan juga mempermudah mempelajari dunia
spiritual.

Dapat diibaratkan seperti seseorang yang mencari-cari makanan untuk dimakannya.


Setelah ditemukannya makanan itu dan dia akan memakannya, maka otomatis
mulutnya akan terbuka dengan sendirinya untuk menerima makanan itu. Berbeda
dengan orang yang sudah sejak awal membuka mulutnya. Sekalipun mulutnya sudah
terbuka, tidak secara otomatis makanan akan masuk sendiri ke mulutnya. Makanan itu
harus dicarinya terlebih dahulu. Setelah ditemukannya, barulah dia membuka
mulutnya untuk memakannya.

Tanda-tanda cakra mata ketiga mulai terbuka adalah ketika pada saat meditasi (mata
terpejam) seolah-olah kita seperti melihat kabut putih tebal. Sesudah itu akan
kelihatan gelap gulita. Barulah, dengan mata tetap terpejam, mulai melihat sosok-
sosok halus di dalam kegelapan. Kalau sudah terlatih nantinya sosok-sosok halus itu
akan tampak lebih jelas dan kita dapat melihatnya dengan mata terbuka, tidak lagi
harus terus terpejam.

Tanda-tanda cakra di ubun-ubun kepala mulai terbuka adalah ketika kita memikirkan
atau menerawang gaib akan terasa ada tekanan di ubun-ubun kepala. Tapi itu baru
cakra di ubun-ubun kepala. Di atas kepala masih ada cakra mahkota. Cakra mahkota
akan terbuka dengan sendirinya mengikuti perkembangan spiritual seseorang, setelah
cakra di ubun-ubun kepala terbuka.

Cahaya dan bola energi bisa dihasilkan dengan kekuatan pikiran, tapi hanya bisa dilihat
secara gaib. Itu yang diajarkan dalam pelatihan meditasi kundalini. Energi yang
dihasilkan digunakan untuk menambah kekuatan tenaga dalam / kanuragan dan untuk
kebatinan / spiritual. Sebenarnya itu pelajaran tingkat tinggi, pelajaran tingkat lanjut,
yang diajarkan kepada seseorang yang telah menguasai olah kanuragan, tenaga dalam
kundalini / prana dan kebatinan. Jadi seperti sekarang diajarkan kepada masyarakat
umum dan awam, seringkali pesertanya bingung energinya mau digunakan untuk apa
? Dan karena pelajaran tingkat dasar untuk pemula tidak lebih dulu diajarkan,
kemudian dapat muncul kejadian yang biasa disebut kundalini syndrome.

-------------

Seorang pembaca mengirimkan pertanyaan lewat email :


From : Nikoagus Setiawan
To : Gus Arif
Date : Tue, Nov 22, 2011
Bagaimanakah cara olah spriritual agar dapat mengetahui hakekat kesejatian alam
semesta?
Apakah dengan tirakat?

Jawab :
Seseorang yang sudah mempelajari dunia spiritual, termasuk yang digelari master
spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek
pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan
spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Penulis juga tidak
bermaksud sok tahu untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.
Untuk kita yang hidup di jaman sekarang ini, pengetahuan spiritual biasanya berasal
dari pencarian pribadi. Apalagi sehari-harinya kita memiliki kesibukan sendiri-sendiri.
Pengetahuan spiritual tidak melulu harus dipelajari dengan mengikuti suatu
perkumpulan kebatinan / spiritual, karena bisa juga berasal dari perenungan-
perenungan, dan tidak harus dalam bentuk pengetahuan khusus atau diperoleh
dengan cara meditasi khusus, atau menyepi menjadi seperti seorang panembahan /
pertapa jaman dulu.
Bila suatu objek atau pengetahuan tidak dapat dibuktikan kebenarannya, termasuk
dengan cara kebatinan / spiritual maupun dengan cara-cara modern, maka
pengetahuan itu hanyalah sebuah cerita, legenda, teori (termasuk teori ilmiah), atau
mitos dan tahayul, atau dogma dan doktrin, dan atas hal itu seseorang hanya
mempunyai 2 pilihan, percaya atau tidak percaya.
Tetapi prinsip dasar-nya sama. Seseorang harus memiliki suatu kepekaan /
kebijaksanaan / kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar ada,
tetapi tidak tertangkap indera manusia, hanya bisa dirasakan dengan batin, dengan
rasa. Itulah yang harus dipelajari dan harus bisa dibuktikan sendiri kebenarannya. Dan
dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk dapat memisahkan mana yang sudah berupa
kebenaran dan mana yang masih berupa mitos, kepercayaan, dogma dan doktrin, dsb,
yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Dan juga dibutuhkan suatu kebijaksanaan
untuk tidak mempertentangkan apa yang diketahuinya dengan pandangan dan
pendapat orang lain yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuktikan
kebenarannya, sehingga baginya semuanya itu akan menjadi suatu pengetahuan dan
kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.

Dalam proses pembelajaran kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama
harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin (baca: Olah Rasa & Ilmu Kebatinan),
bukan kemampuan melihat gaib, bukan juga pembukaan cakra mahkota. Kepekaan
rasa itu juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide atau ilham-ilham jawaban
yang mengalir dalam pikiran seseorang, menuntunnya dalam proses pencarian dan
proses pembuktian kebenarannya.

Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat merasakan sesuatu yang bersifat gaib,
karena tidak dapat diinderai dengan panca indera, barulah kemudian dipertegas
dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara kebatinan dan spiritual, atau dengan
cara-cara yang lain. Kalau kita terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma
kita juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat
juga mendeteksi keberadaan sesuatu gaib dan bisa terbayang juga sosoknya seperti
apa, termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi. Begitu juga dengan pengetahuan
yang sifatnya berdimensi tinggi.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa dan kemampuan melihat gaib seringkali
harus diasah atau dipelajari melalui program-program atau perkumpulan kebatinan /
spiritual dan perkumpulan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Objek pengetahuan yang akan dipelajari bisa didapatkan dari cerita agama, atau cerita
misteri alam gaib di masyarakat, atau tentang suatu keilmuan tertentu, atau apa saja
dalam kehidupan kita, yang nantinya akan berkembang sendiri sesuai interest masing-
masing. Dalam proses mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya,
keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk menuntunnya ke arah
pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus
melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa manusia, bisa
khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, roh sedulur papat,
dsb.
Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkannya, walaupun tidak ada lagi
sosok guru yang dapat menuntunnya, dia masih dapat bergerak sendiri melakukan
pencarian ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi. Ketika seseorang sudah sampai
pada tahapan ini maka kedekatan dengan para roh sedulur papat akan berguna sekali
untuk menuntunnya mencapai pengetahuan yang tidak dapat diketahui sendiri bila
hanya mengandalkan kesadaran atau logika berpikir. Para sedulur papat akan
membantu dengan cara memberikan penglihatan-penglihatan, ide-ide dan ilham
tentang suatu objek pencarian atau jawaban atas suatu permasalahan, menjadi sosok
Guru Sejati bagi seseorang.

Bila para guru sejati dapat menuntun kita, atau kita sendiri bersama para sedulur
papat, dapat menemukan jalan atau dapat mendeteksi keberadaan Roh Agung Alam
Semesta, Roh Tuhan, walaupun mungkin hanya sebatas "Cahaya' -Nya saja, berarti kita
sudah mencapai awal dari suatu tahapan dimensi spiritual tertinggi. Itu adalah awal
yang sangat berharga untuk dapat mengetahui kesejatian kehidupan. Apalagi bila
kemudian kita dapat Manunggal dengan-Nya (baca: Olah Roh, Manunggaling Kawula
Lan Gusti ). Proses ini juga bisa diawali dari kepercayaan agama atau keTuhanan, yang
kemudian dibuktikan sendiri kebenarannya, yaitu kebenaran agama dan kebenaran
Tuhan, bukan sebatas hanya percaya saja pada ajaran agama, dan kemudian
memaksakan dogma dan doktrin agama. Pengetahuan apapun yang kita peroleh akan
menambah hikmat dan kebijaksanaan kita.

Dalam jaman sekarang ini, objek pengetahuan untuk dipelajari tidak harus selalu
mengenai alam gaib dan kegaiban, tetapi bisa juga pengetahuan yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan kepekaan rasa batin dan ilham jawaban yang mengalir,
seseorang akan dapat lebih mudah mencari jawaban dari suatu permasalahan beserta
cara-cara pembuktian kebenarannya. Pengetahuan-pengetahuan itu akan berguna
dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh yang sederhana adalah cerita tentang adanya suatu mahluk hidup yang secara
umum disebut kuman (bakteri, virus, amuba), yang sering disebut sebagai penyebab
suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat
diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop, dan perhatian
dunia medis telah banyak dicurahkan untuk menciptakan obat-obatan untuk
menangkal / membunuh keberadaan kuman ini. Bagi kita yang belum pernah
melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya saja dengan cerita keberadaan
kuman itu (sama dengan percaya saja pada ajaran agama). Walaupun tidak bisa
membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima
cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia
di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi
dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya
sendiri dan membuktikan kebenaran keberadaannya berikut aspek pengetahuan di
dalamnya.

Cerita tentang kuman sebagai penyebab suatu sakit / penyakit adalah cerita yang
umum di masyarakat, sudah dibuktikan secara logis dengan berbagai peralatan modern
dan sudah diterima secara luas sebagai sebuah kebenaran. Ini adalah contoh
sederhana suatu dogma dan doktrin manusia pada jaman modern, yang kita pasti akan
dicemooh bila mempunyai pandangan yang berbeda. Tetapi, apakah pandangan di atas
adalah sebuah kebenaran mutlak ? Apakah perlu dikaji lagi kebenarannya ? Bila
dikritisi lebih lanjut tentang suatu sakit / penyakit yang berhubungan dengan kuman,
benarkah kuman itu pasti adalah penyebab awal dari suatu sakit / penyakit ?
(Mengenai pandangan lain tersebut silakan dibaca tulisan: Penyebab Awal Sakit-
Penyakit).

Bila kita memiliki kebijaksanaan, kita akan dapat menerima suatu pandangan lain yang
tidak sejalan dengan pandangan umum, yang walaupun mungkin tidak bisa dibuktikan
dengan cara-cara modern (karena cara-cara modern juga mempunyai keterbatasan),
tetapi mungkin bisa dibuktikan kebenarannya dengan cara lain, atau bisa diterima
kebenarannya dengan rasa. Apapun juga pengetahuan yang kita dapatkan
sesudahnya, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila
hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan dan
pendapat orang lain yang tidak sejalan).
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai
dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita
dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan /
spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan
sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat
gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan
sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita untuk mengetahui hal-hal gaib yang akan
sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai
pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.
Begitu juga bila kita memiliki kepekaan batin yang tinggi, yang bisa merasakan sesuatu
kejadian yang akan terjadi, seringkali terpaksa harus disimpan untuk diri kita sendiri.
Tidak semua orang dapat menerima ucapan kita tentang sesuatu yang akan terjadi, dan
tidak semua orang dapat menghargai kelebihan kita itu. Tetapi orang-orang yang
bijaksana mungkin akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan dan ucapan-ucapan
kita.
Kemampuan kita untuk mengetahui keberadaan tentang sesuatu mahluk gaib,
kegaiban alam, atau apapun juga yang secara umum tidak diketahui oleh orang lain,
akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita
sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan orang lain yang
tidak sejalan).
Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi
pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya, apa
saja perbuatannya, apa saja pengaruhnya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan
menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari
dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia
mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan
akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada
ketekunan dan interest masing-masing.

Bila kita membahas hakekat kesejatian alam semesta, akan sulit sekali pembuktiannya,
karena pengetahuan dunia nyata manusia tentang alam semesta, tentang Galaksi Bima
Sakti saja masih terbatas. Baiklah kita dongeng dengan yang nyata bisa kita alami
sendiri, yaitu tata surya kita dengan matahari sebagai pusatnya.
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari. Hampir semua objek-objek besar
yang mengorbit / mengelilingi matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang
dinamai ekliptika. Semua lintasan planet terletak sangat dekat pada ekliptika,
sementara komet dan objek-objek asteroid biasanya memiliki beda sudut yang sangat
besar dibandingkan ekliptika.
Objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu
planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.
Matahari memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus,
dan Neptunus.
Matahari memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.
Ribuan objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda-benda kecil
Tata Surya.

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_tata_surya#Daerah_terjauh ).

>> Bagaimana pembuktiannya bila suatu hasil pencarian spiritual mengatakan :


1. Masih ada 2 lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan
dengan teknologi manusia. Posisi lintasan orbitnya tidak dekat dengan ekliptika.
Masing-masing bentuknya tidak bulat seperti planet, tetapi seperti pecahan batu,
sehingga tergolong asteroid (atau planet batu). Yang satu ukurannya kira-kira sebesar
bumi dan yang satunya lagi seukuran 3/4 bumi.
2. Ketika planet-planet berada pada posisi satu garis lurus terhadap matahari, ada
"tangan gaib" yang bekerja menjaga, menetralisir pengaruh akumulasi gravitasi
matahari dan planet-planet, sehingga planet-planet dan satelitnya tidak saling
bersentuhan dan bumi yang berada di tengah garis planet-planet itu tidak pecah
berantakan dan kehidupan di dalamnya tidak binasa. Tangan-tangan gaib yang sama
juga ada di galaksi-galaksi lain di luar galaksi Bima Sakti.
3. Di luar galaksi Bima Sakti juga ada kehidupan lain. Tetapi mereka tidak memiliki roh
dan tidak hidup dengan perasaan seperti manusia di bumi. Mereka tidak hidup dengan
nafsu kekuasaan, ketamakan, kemalasan, kesombongan, dsb. Mereka menjalani
kehidupan dengan melakukan yang benar menurut pikiran mereka. Mereka hidup
dengan insting, naluri dan pikiran, tidak dengan perasaan, sehingga hidupnya lebih
rasional dan bisa membangun kehidupan teknologi yang lebih maju dibandingkan
kehidupan teknologi manusia di bumi.
4. Teori Albert Einstein dengan rumusnya yang terkenal E = mc2 mengasumsikan
besarnya energi yang dihasilkan dari massa suatu materi tanpa ada sisa sampah
(residu), sehingga semuanya bisa terkonversi menjadi energi. Teori ini belum dapat
diterapkan dalam dunia nyata, karena seperti contohnya energi nuklir masih
menyisakan sampah radioaktif, tidak semuanya dapat hilang terkonversi menjadi
energi.
Lompatan besar teknologi manusia akan terjadi pada penggunaan listrik,
elektromagnet dan teori Einstein tersebut, sampai kombinasi penggunaannya berhasil
menghasilkan suatu energi baru yang disebut energi plasma (seperti dalam film
Startrek).
Dengan kemajuan teknologi listrik dan elektromagnet manusia dapat membuat
pergerakan benda mekanik menjadi minim gesekan dan benturan, dapat lepas dari
gaya gravitasi dan dapat bergerak cepat di udara atau di luar angkasa tanpa mengalami
hambatan udara atau pergesekan / benturan dengan benda lain (dapat membuat
perisai magnetik). Dengan telah ditemukannya energi plasma, manusia akan sedikit
sekali bergantung pada BBM dan akan mulai menggunakan mineral lain sebagai
penggantinya, mineral yang bisa ditemukan manusia di planet bumi maupun yang akan
ditemukan di planet-planet lain, dan dapat menjadi sumber energi untuk peralatan
yang berteknologi tinggi dan yang membutuhkan energi yang besar dan banyak.

-----------------
Tambahan :

Mengenai poin nomor 1 di atas, selain yang sudah disebutkan di atas, sebenarnya
masih ada lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan dengan
teknologi manusia, di antaranya sbb :

- Selain 2 buah objek besar yang sudah disebutkan di atas, masih ada 3 buah objek
besar lagi.
Bentuknya seperti planet batu. Masing-masing ukurannya kira-kira 1¼, 1½, dan 1¾
ukuran bumi.

- Ada satu objek besar seukuran 2 kali ukuran bumi yang bergerak dan bercahaya
berekor seperti komet.
- Ada satu buah objek besar tidak kelihatan mata, wujudnya seperti sebentuk energi
yang bergerak
memanjang. Bila ada batu atau benda-benda kecil lain berada di jalur lintasannya,
ketika energi ini bergerak
melintasinya, maka benda-benda tersebut akan terdorong menyingkir. Jika bentuk
energi ini dapat
terlihat oleh mata, maka penampakkannya mirip seperti komet panjang berekor.

-----------------

8. Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti.


Tulisan-tulisan yang terkait dengan hal-hal kegaiban, kebatinan dan spiritual tidak
dimaksudkan untuk menyimpang dari ajaran agama apapun dan tidak perlu
dipertentangkan dengan agama apapun, dan tidak ada maksud untuk mengedepankan
atau membelakangkan agama tertentu, karena agama adalah bersifat pribadi bagi
yang percaya dan mengimaninya. Tetapi di dalam bahasannya ditekankan aspek
kebatinan / spiritual ketuhanan, bukan agama, dan terkandung pesan-pesan moral
untuk menambah kebijaksanaan manusia dalam memahami agama dan untuk hidup
berkeagamaan yang lebih baik dan untuk menambah kesadaran manusia akan perilaku
berbudi pekerti dan berakhlak mulia.

Dalam memahami kegaiban, keilmuan gaib dan mahluk halus, kebatinan dan spiritual,
ketuhanan dan keagamaan dan karya-karya luhur bangsa kita dibutuhkan kearifan dan
netralitas yang tinggi, karena mengandung nilai kawruh yang sangat tinggi. Jika belum
matang dalam beragama maka akan muncul sentimen agama dan keAkuan agama.
Tiada maksud lain dari kami kecuali hanya ingin mengungkapkan fakta dan membedah
warisan leluhur dengan pendekatan spiritual dan fakta sepanjang pengetahuan yang
kami miliki.

Tulisan di dalam halaman ini yang berjudul Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti,
adalah tingkatan lebih lanjut dari kebatinan dan Spiritual. Di dalamnya diungkapkan
tujuan tertinggi kebatinan dan spiritual yang umum dilakukan oleh orang-orang yang
menjalaninya, yaitu kebatinan dan spiritual keTuhanan.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, selalu terkait erat dengan
kepercayaan / keagamaan. Kami tidak bermaksud menonjolkan atau pun
merendahkan, keagamaan atau agama tertentu, tetapi penekanan kami adalah pada
aspek kebatinan dan spiritual ketuhanan itu sendiri, bukan agama. Mungkin tulisan ini
terlalu tinggi bagi orang kebanyakan, dan mungkin lebih cocok untuk dibaca oleh
orang-orang yang selama ini sudah menjalani laku kebatinan dan spiritual, yang
dengan kearifan yang tinggi akan lebih bisa memahami isinya dan mungkin juga akan
lebih bisa mengetahui sendiri kebenarannya.

-----------------

Olah Roh adalah tingkatan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia. Tingkatan ini
dijalani bukan lagi dengan olah fisik, olah batin atau spiritual, tetapi mengolah spiritual
rohnya, termasuk mengolah penyatuan roh manusia dengan roh lain yang lebih tinggi.
Penulis belum mengetahui contoh manusia biasa yang sudah pernah mencapai
tahapan kondisi tertinggi ini selain beberapa Nabi Israel (tidak semuanya) dan murid-
murid Yesus jaman dulu dan beberapa orang Kristen tertentu. Mereka tidak
mempelajari ilmu ini, tetapi penyatuan roh mereka dengan Tuhan Penguasa Alam
telah menyebabkan mereka seolah-olah telah menguasai ilmu ini.

Olah Roh tidak sama dengan olah sukma yang mengolah kemampuan sukma manusia
di luar tubuh, tetapi tidak mengolah spiritual rohnya. Olah Roh juga tidak sama dengan
olah kebatinan dan spiritual yang masih berputar-putar di sekitar alam pengetahuan
duniawi. Tetapi olah kebatinan dan spiritual, bersama dengan rasa kebatinan dan
spiritual, dapat menjadi dasar untuk olah Roh, untuk melakukan pencarian Roh.

Dalam tulisan ini Penulis ingin menekankan pembedaan antara roh (dengan huruf
kecil) yang adalah roh manusia, dengan Roh (dengan huruf besar) yang adalah roh
lain yang lebih besar daripada roh manusia atau penyatuan Roh itu dengan roh
manusia.
Puncak dari berbagai ilmu kebatinan dan spiritual adalah pencapaian manusia atas
pengetahuan tentang rahasia kehidupan dan hakekat kehidupan, yaitu kehidupannya
sendiri, kehidupan di alam ini, kehidupan di alam nanti, adanya kehidupan lain selain
kehidupan manusia, asal-usul kehidupan, dan rahasia tentang Tuhan Sang Penguasa
Kehidupan dan jalan untuk dapat mencapaiNya.

Puncak yang lain dari berbagai ilmu kebatinan dan spiritual adalah pencapaian
manusia atas kekuatan / kesaktian, yang berasal dari kekuatan dirinya sendiri sesuai
pencapaian keilmuannya.

Puncak dari Ajaran Roh adalah pencapaian manusia atas pengetahuan yang benar
tentang Tuhan, keselarasan dirinya dengan Tuhan dan firman-firmanNya dan tinggal di
dalam Tuhan dan kuasaNya, sehingga tercipta kemanunggalan yang sempurna
antara dirinya dengan Tuhan Penguasa Alam, menjadi Kemanunggalan yang
menghasilkan sesuatu yang lebih besar daripada sekedar kekuatan atau kesaktian,
yaitu Kuasa untuk melakukan berbagai perbuatan besar, termasuk perbuatan-
perbuatan yang disebut mukjizat dan mendatangkan tanda-tanda dari langit (Tuhan),
perbuatan-perbuatan yang tidak dapat dilakukan bila hanya mengandalkan kekuatan
manusia sendiri atau menyatu dengan roh-roh duniawi lain.
Budaya Kebatinan dan Spiritual Ketuhanan

Di Jawa, pada jaman sebelum berkembangnya agama Islam, orang-orang Jawa hidup
dengan kepercayaan kebatinan spiritual kejawen (kejawaan), yang sebagian juga
mengadaptasi ajaran agama Hindu dan Budha. Mereka percaya akan keberadaan Roh
Agung Alam Semesta (sekarang disebut Tuhan). Mereka menjalani suatu laku untuk
menyelaraskan rasa kebatinan mereka dan hidup mereka dengan kearifan sifat-sifat
Tuhan. Mereka juga menyelaraskan hidup mereka dengan keserasian alam (termasuk
dengan roh-roh halus). Tujuan tertinggi penghayatan kepercayaan mereka adalah
penyatuan dengan Tuhan, selain supaya hidup mereka di dunia diberkahi, juga supaya
nanti sesudah kematian mereka dapat kembali menyatu dengan Tuhan. Ajaran-ajaran
dalam kebatinan spiritual kejawen tersebut mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan
dan mengarah pada ajaran Kemanunggalan seperti tersebut di atas, misalnya ajaran
Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, dsb, yang
mengajarkan kesejatian diri sebagai manusia dan penyembahan kepada Roh Agung
Alam Semesta (Tuhan). Mereka yang sangat dalam menekuni penghayatan kebatinan
kejawaan itu memiliki tingkat kekuatan sukma yang tinggi sekali, sehingga bila pada
masa sekarang orang percaya / tidak percaya ketika mendengar istilah moksa, pada
masa itu seorang tokoh kebatinan yang melakukan moksa adalah suatu hal yang biasa.

Dalam ajaran-ajaran kejawen tersebut manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan,
menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan
menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari
belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi
yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada
kepercayaan untuk kembali pada kemurnian jati diri dan sifat-sifat manusia yang sejati
sesuai kehendak Tuhan pada saat penciptaan manusia.

Ajaran-ajaran kejawen menekankan penghayatan keyakinan bahwa dalam diri manusia


sebenarnya sudah terkandung roh agung ciptaan Tuhan yang berbeda dengan roh-roh
lain, hanya saja dalam kehidupan sehari-hari manusia terlalu larut dalam hidup
keduniawian, sehingga menjauhkan roh manusia dari Roh Tuhan. Manusia lebih dekat
dengan duniawinya, sehingga jauh dari penciptanya. Banyaknya pengkultusan di dalam
kehidupan beragama justru semakin menjauhkan manusia dari Tuhan, menjadikan
Tuhan semakin jauh untuk dijangkau, sehingga dianggap mustahil manusia dapat
mengenal Tuhan secara langsung, dan mendorong manusia untuk mengedepankan
agama dan ibadah formal, bukan ketuhanan.Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah
pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan, yang
kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur sejak
jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau
Jawa. Penghayatan keTuhanan itu bukanlah agama. Agama bisa apa saja, tetapi
masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama Hindu dan
Budha yang telah lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh
masyarakat Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak
kesamaan dengan spiritualisme Jawa.
Kebatinan Jawa (Kejawen) pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan ketuhanan,
bukan agama, dan kepercayaan ketuhanan kejawen itu tidak membutuhkan kitab suci,
karena pendekatan mereka kepada Tuhan dilakukan secara langsung dan pribadi,
dengan rasa, dengan batin, tidak mendasarkan diri pada ajaran sebuah kitab suci. Dan
pengertian umum Manunggaling Kawula Lan Gusti dalam konsep kejawen adalah
hubungan manusia dengan Tuhannya secara langsung dan pribadi, melalui olah rasa
dan batin manusia berusaha mengenal Tuhan dan menyatu secara langsung, tidak
melalui nabi-nabi seperti halnya agama modern.
Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara agama modern dengan
ketuhanan kejawen. Penganut agama modern menggunakan ajaran-ajaran dalam kitab
sucinya sebagai sumber pengetahuan mereka tentang Tuhan dan menjadi acuan
peribadatan mereka. Semua keharusan dan larangan di dalam kitab suci harus
dipatuhi, menjadi dasar peribadatan yang tidak boleh dilanggar. Pengenalan dan
pengetahuan mereka tentang Tuhan umumnya hanyalah sebatas apa yang sudah
tertulis dan diajarkan dalam kitab suci dan agama mereka saja, tidak lebih, dan tidak
boleh menyimpang dari itu, yang kemudian banyak memunculkan dogma dan doktrin
dan pengkultusan tentang Tuhan, tentang pahala dan dosa, surga dan neraka, sehingga
menjadi umum bahwa kemudian mereka akan meninggikan agama, bahkan
mempertuhankannya, lebih daripada mereka mempertuhankan Tuhan. Sedangkan
penganut ketuhanan kejawen berusaha menyelaraskan kehidupan mereka sesuai
penghayatan ketuhanan mereka masing-masing untuk mendapatkan jalan menuju
Manunggaling Kawula Lan Gusti.

Para pelaku kejawen tersebut, yang sangat dalam menekuninya, menemukan suatu
kekuatan yang mengalir di dalam tubuh mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati, roh
agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, kekuatan yang sama sekali
berbeda dengan kekuatan tenaga dalam kanuragan, tetapi kekuatan ini jauh lebih kuat
daripada tenaga dalam. Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik
ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga,
mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal
dari jiwanya yang paling dalam, dari jiwa yang menyembah Tuhan.

Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan


"ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga
menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku
mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan
kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang
lain yang tidak menekuni kebatinan.

Ketika kekuatan itu menyatu dengan diri seseorang, maka kekuatan dari niat batin dan
kehendaknya bisa menjadikan suatu kejadian gaib, tanpa perlu amalan gaib atau aji-
aji. Kegaiban seorang linuwih dan waskita. Dan semua perkataannya jadi ! Dan ketika
kekuatan itu menyatu dengan kesaktian fisiknya, maka sulit sekali ada orang yang
dapat menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya
setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu
kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika
dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata
berasal dari kekuatan fisiknya.

Seseorang yang menekuni dan mendalami ajaran ini biasanya akan memiliki kegaiban
dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari penghayatan kebatinan dan
keselarasan sukmanya dengan kemaha-kuasa-an Tuhan, menjadikan mereka memiliki
kegaiban tinggi sebagai orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk
pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri
dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan berprihatin tidak makan dan
minum berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan
roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu
yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama
raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami
kematian.Pengetahuan dan ajaran tentang Sedulur Papat Kalima Pancer,
Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru
Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual
jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut
adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual
tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan
akhirnya berkembang menjadi ajaran kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan
kerohanian kejawen.
Istilah kebatinan Manunggaling Kawula Lan Gusti, yaitu ajaran penghayatan
penyatuan dan keselarasan manusia dengan Tuhan, adalah istilah di dalam
kepercayaan kebatinan jawa dan menjadi tujuan dari laku penghayatan kepercayaan
kejawen. Tetapi istilah itu menjadi populer setelah digunakan oleh Syech Siti Jenar
dalam ajaran kebatinan Islam jawa, karena saat itu bertentangan dengan pendapat
Sunan Kudus yang menganggap ajaran itu bukan murni ajaran Islam. Dalam hal
ini Syech Siti Jenar sebagai seorang pemuka agama Islam dianggap telah mengajarkan
ajaran yang bukan asli ajaran Islam, menyimpang dari ajaran Islam yang benar, dan
dianggap sesat.
Syech Siti Jenar pada dasarnya adalah seorang ulama / pengajar agama Islam yang
datang dari luar Jawa. Pengetahuan kebatinan kejawen dipelajarinya dari Ki Ageng
Pengging, dan yang dipelajarinya hanyalah intisarinya saja, untuk menambah wawasan
kebijaksanaannya tentang kejawaan dan menambah kedalaman kebatinan
ketuhanannya. Ajaran kejawen itu pada dasarnya adalah ajaran penghayatan
ketuhanan dari sudut pandang orang Jawa. Dan atas pemahamannya pada ajaran
kebatinan ketuhanan kejawaan itu Syech Siti Jenar menemukan banyak pencerahan
mengenai agamanya sendiri, agama Islam, mendapatkan sudut pandang lain tentang
pemahaman ketuhanan yang tidak akan didapatkannya jika hanya mengikuti tata cara
Islam seperti yang selama ini dijalaninya. Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah
pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan, yang
kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur sejak
jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau
Jawa. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama. Agama bisa apa saja, tetapi, di
samping ajaran ketuhanan dalam agamanya, masyarakat Jawa mempunyai
penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama Hindu dan Budha yang sudah lebih dulu
masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa dan mewarnai sikap
kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan kebatinan dan spiritualisme
Jawa.

Pemahaman yang dalam mengenai ketuhanan Islam setelah menjalani laku


penghayatan kebatinan ketuhanan cara Jawa telah memperkaya wawasan ketuhanan
Syech Siti Jenar dan menjadi bahan untuk mengajarkan agama Islam di pulau Jawa.
Semua pengetahuan itu berguna dalam mengadaptasikan ajaran Islam kepada
masyarakat jawa pada saat itu yang mayoritas adalah penganut kejawen, dan berguna
untuk bertukar pikiran atau berdebat tentang ketuhanan dan agama, tetapi selain itu
laku penghayatan kebatinan itu juga telah menambah tinggi kekuatan kebatinan dan
kegaiban sukma Syech Siti Jenar sendiri.

Di Jawa ada seorang pertapa / panembahan yang dahulu hidup pada jaman kerajaan
Kediri. Beliau adalah salah satu orang yang menekuni ketuhanan kejawaan di atas.
Beliau juga moksa. Tetapi tidak seperti manusia moksa yang lain, beliau, karena
kekuatan ilmunya, dapat bebas keluar masuk alam manusia dan alam gaib. Ketika
masuk ke alam manusia, beliau benar-benar berwujud manusia berdaging. Ketika
masuk ke alam gaib, beliau akan sama dengan sukma / roh manusia yang lain.

Tidak seperti roh manusia lain yang sudah menerima hidupnya sebagai roh, beliau aktif
mencari keberadaan Tuhan dan mengejar kesempurnaan menyatunya dirinya dengan
Tuhan. Dari dulu sampai sekarang sudah banyak tokoh keagamaan di alam roh
(almarhum) yang ditemuinya, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menyempurnakan
penyatuannya dengan Tuhan. Begitu juga ketika hadir dalam sosok manusianya di alam
manusia yang masih hidup, tidak ada satu pun yang ditemuinya dapat mengantarkan
dirinya menyatu dengan Tuhan. Mungkin suatu saat kita sendiri dapat bertemu dengan
beliau, di kehidupan yang sekarang atau nanti di kehidupan setelah kematian.

Ini adalah salah satu contoh kuatnya keyakinan kepercayaan manusia kepada Tuhan.
Tetapi manusia dengan usahanya sendiri tidak dapat mencapai Tuhan, dan Tuhan juga
tidak menunjukkan kesejatianNya kepada semua orang, kecuali kepada orang-orang
tertentu saja yang Dia berkenan.Bagi mereka yang mempelajari atau diberi ilmu-ilmu
gaib, sudah umum bila mereka berkaitan dengan gaib, ada penyatuan secara langsung
maupun tidak langsung, antara dirinya dengan gaibnya. Gaib itu bisa menjadi khodam
pendamping, ataupun dihadirkan untuk diperintah melaksanakan tujuan dari ilmu
gaibnya, seperti untuk keselamatan, kekuatan / kesaktian, pelet, santet, guna-guna,
pengasihan, penglaris dagangan, dsb. Jenis-jenis ilmu inilah yang biasa disebut sebagai
ilmu khodam, yaitu yang menggunakan jasa mahluk gaib lain (khodam ilmu /
prewangan) sebagai kekuatan ilmunya. Tingkat kemanjuran ilmunya tergantung pada
tingkat penyatuan seseorang dengan khodamnya dan kekuatan dari khodamnya itu
sendiri.

Di beberapa tempat di Indonesia juga kerap terdengar cerita tentang seseorang yang
ketempatan sesuatu roh, yang kemudian menyebabkan orang tersebut dapat
melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di mata umum. Biasanya roh yang datang
kepadanya itu adalah khodam dari leluhurnya yang merasa cocok dengannya dan
mengikut. Khodam itulah yang menyebabkannya dapat melakukan perbuatan-
perbuatan ajaib yang sebelumnya sama sekali tidak dapat dilakukannya, seperti
mengobati / menyembuhkan orang sakit secara gaib, meramal, dsb. Roh gaib tersebut
menyatu dengan orang tersebut, sehingga kekuatan ilmunya menjadi sebanding
dengan roh tersebut.
Di negara India dan sekitarnya, yang hingga saat ini masih tetap merupakan wilayah
dengan budaya kebatinan dan spiritual nomor 1 tertinggi di dunia, ada banyak ajaran
tentang Kemanunggalan manusia dengan Sang Penguasa Alam, bentuknya adalah
ajaran penyatuan dan pemujaan kepada Dewa-Dewa India, yang mereka percayai
sebagai figur-figur yang mewakili Sang Penguasa Alam, dan menempatkan hidup
mereka di bawah naungan para Dewa.

Di wilayah itu juga ada banyak sekali ajaran ilmu khodam, yaitu penyatuan manusia
dengan roh lain sebagai kekuatan ilmunya. Penyatuan yang paling tinggi antara
manusia dengan roh lain adalah berupa penitisan roh Dewa ke dalam diri seseorang,
seperti penitisan Dewa Wisnu ke dalam pribadi Prabu Kreshna (Dewa Wisnu juga
pernah menitis ke dalam diri Prabu Airlangga, raja kerajaan Kediri, dan Prabu Siliwangi,
raja kerajaan Pajajaran). Penyatuan itu menghasilkan kesaktian dan kewaskitaan yang
luar biasa, bahkan semenjak si manusia tersebut masih kecil dan belum belajar ilmu
kesaktian. Penyatuan dari penitisan ini merupakan bentuk kesaktian kemanunggalan
tertinggi yang diketahui manusia, kecuali ada penitisan roh duniawi lain yang lebih
sakti dari dewa.Budha Gautama adalah seorang bangsawan yang telah meninggalkan
keduniawiannya untuk menjalani panggilan hidup sebagai seorang spiritualis yang akan
menerangi orang lain agar menjadi lebih baik kualitas kepribadiannya sebagai manusia.
Seorang spiritualis sejati, yang karena panggilan hidupnya, beliau telah meninggalkan
segala pamrih duniawi dan menjalani berbagai macam laku tirakat dan prihatin untuk
mencapai tujuannya. Beliau telah mencapai tahapan "Pencerahan" setelah mengenal
sifat-sifat Tuhan dari "Cahaya" -Nya dan karenanya kemudian juga mengetahui banyak
rahasia kehidupan, sehingga menjadi seorang yang "Tercerahkan" dan beliau
mendedikasikan diri sesuai panggilan hidupnya.

Sesuai pencapaiannya itu juga segala keilmuan kesaktian kanuragan, kebatinan dan
spiritualnya menjadi bertumbuh-bertambah, karena beliau telah menguasai aspek
filosofis dari keilmuannya, menjadi seorang yang digdaya, linuwih dan waskita, jiwa
dan raganya. Karenanya, beliau menjadi seseorang yang memiliki kesaktian "super"
dibandingkan manusia lain, semasa hidupnya di dunia maupun sukmanya setelah
hidup di alam roh. Dan atas dedikasinya pada panggilan hidupnya itu menjadikannya
seseorang yang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan yang digunakannya untuk
menerangi dan mengayomi orang lain.

Banyak pengikutnya yang meneladani hidupnya dan melaksanakan keagamaan dan


meditasi sesuai ajarannya untuk juga dapat mencapai tahapan "Pencerahan", dan
beberapa di antaranya sudah berhasil mencapai tingkatan Budha. Tetapi ajarannya itu
adalah untuk mendapatkan pencerahan, bukan untuk manunggal dengan Tuhan.

Berbagai bentuk ajaran dan keilmuan tersebut di atas, sekalipun terkait dengan ajaran
ketuhanan, tingkatannya belum dapat menyamai tingkatan kemanunggalan
Manunggaling Kawula Lan Gusti yang sempurna seperti dimaksudkan disini.

Pencarian Roh dan Ketuhanan

Termasuk yang sudah disebut di atas, ada banyak ajaran tentang Kemanunggalan,
bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain dan di berbagai belahan
bumi ini, tetapi tidak ada satupun ajaran itu yang dapat memberikan hasil pencapaian
yang sempurna, seperti yang seharusnya.

Kegagalan dalam mencapai tingkat kesempurnaan dari ajaran Kemanunggalan


tersebut disebabkan oleh tidak adanya 2 unsur pokok dalam ajarannya, yaitu :

1. Tidak adanya konsep yang benar tentang Tuhan.

Konsep yang benar tentang tujuan yang ingin dicapai dalam suatu ajaran akan
menentukan arah dan cara yang dijalani oleh para pelakunya.

Konsep yang keliru tentang Tuhan, dan cara yang keliru untuk mencapai Tuhan, tidak
akan mengantarkan siapapun kepada Tuhan, apalagi manunggal denganNya.

2. Tidak adanya Guru Sejati.

Dalam semua ajaran, harus ada sosok Guru Sejati, yang benar telah menguasai
pengetahuan ajarannya, yang benar telah mencapai tingkat kesempurnaan sesuai
ajarannya, dan yang benar dapat membawa semua yang diajarnya kepada tingkat
kesempurnaan seperti dirinya.

Dalam ajaran Kemanunggalan tersebut di atas, yang menjadi Guru Sejati haruslah yang
benar sudah mengetahui kebenaran tentang Tuhan dan benar sudah mencapai tingkat
Kemanunggalan, supaya dapat menuntun semua yang diajarnya kepada pengetahuan
yang benar dan tingkat yang sama dengan dirinya.

Tetapi yang umumnya terjadi, yang ada adalah figur-figur tertentu, yang sekalipun
belum memperoleh pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan belum mencapai
tingkat Kemanunggalan, tetapi mengajarkan ajaran tersebut, ajaran yang berupa
"agama" atau aliran kepercayaan tertentu, dan menciptakan dogma dan doktrin yang
'memaksa' / mengharuskan orang lain untuk melaksanakan ajarannya, ditambah
adanya sangsi / hukuman bagi yang tidak mematuhinya.

Banyak orang berusaha mencari jalan untuk mendapatkan 'Pencerahan' mengenai


konsep yang benar tentang Tuhan, tetapi tidak semua orang yang mencari Tuhan
berhasil dalam usahanya, dan Tuhan sendiri juga tidak menunjukkan kesejatian-Nya
kepada mereka, karena Tuhan mempunyai jalan-Nya sendiri.

Dengan kemampuannya sendiri manusia tidak dapat mencapai Tuhan, karena Tuhan-
lah yang berkuasa menentukan kepada siapa Dia berkenan menunjukkan diriNya dan
kepada siapa Dia berkenan memanunggalkan diriNya.

Tetapi kepada mereka yang tekun mencariNya, Tuhan memberikan 'Cahaya' -Nya,
sehingga mereka tidak pulang dengan tangan kosong, tidak menghabiskan hidup untuk
perbuatan yang sia-sia, berhasil mendapatkan pencerahan atas apa yang dicarinya,
walaupun sebatas hanya 'Cahaya'-Nya saja, bukan 'Sejati'-Nya.

Itulah yang kemudian diajarkan kepada banyak orang, yaitu 'Cahaya' - Nya, bukan
'Sejati' - Nya, ajaran yang selalu disebutkan berasal dari 'Wahyu' Tuhan. Padahal yang
dibutuhkan adalah ajaran yang benar tentang 'Sejati' - Nya Tuhan, supaya manusia
dapat mengenal pribadi-Nya dengan benar dan dapat mengetahui juga jalan yang
benar menuju Tuhan. Karena konsep tentang Tuhan masih belum tepat, maka ajaran-
ajaran tersebut tidak dapat mengantarkan seseorang untuk dapat sampai kepada
Tuhan, dan semua orang yang menjalankan ajarannya tidak ada satu pun yang dapat
membuktikan bahwa dirinya telah mencapai kondisi manunggal dengan Tuhan.

Tetapi dalam olah kebatinan dan spiritual, seseorang yang sudah dapat menyelaraskan
dirinya, kebatinan dan spiritual rohnya dengan sifat-sifat Tuhan, apalagi dengan
"Cahaya" Tuhan, walaupun belum cukup untuk mengantarkan dirinya kepada "Sejati" -
Nya Tuhan, sudah dapat mendatangkan suatu kekuatan yang luar biasa besar dalam
dirinya dan mampu melakukan banyak perbuatan ajaib. Mereka dapat melakukan
berbagai macam perbuatan ajaib. Itulah yang menyebabkan mereka "merasa" sudah
manunggal dengan Tuhan, tetapi sebenarnya mereka sendiri belum sampai pada
"Sejati"-Nya Tuhan.Seseorang yang sudah dapat menyelaraskan dirinya, kebatinan dan
spiritual rohnya dengan sifat-sifat Tuhan, apalagi dengan "Cahaya" Tuhan, sudah dapat
mendatangkan suatu kekuatan yang besar dalam dirinya dan mampu melakukan
banyak perbuatan ajaib. Tetapi kadarnya masih jauh dibandingkan mereka yang benar-
benar telah mengenal Tuhan dan menyelaraskan kebatinan dan spiritual rohnya
dengan "Sejati" - Nya Tuhan, yang bukan hanya mampu melakukan perbuatan-
perbuatan ajaib, tapi juga mampu mendatangkan tanda-tanda dari langit (Tuhan) ke
atas bumi, termasuk mendatangkan bala tentara malaikat, jika diperlukan.

Pencapaian kebatinan dan spiritual tentang Tuhan, akhirnya akan menjadi suatu ajaran
kepercayaan kerohanian, ajaran ketuhanan, bukan lagi tentang keilmuan, termasuk
oleh orang-orang yang awalnya melakukan pencarian Tuhan sebagai bagian dari
keilmuan kesaktian, kebatinan dan spiritualnya. Mereka yang sudah menyelaraskan
spiritual rohnya dengan Roh Tuhan, walaupun hanya sebatas "Cahaya" -Nya saja,
bukan "Sejati" -Nya, dapat menghadirkan dalam dirinya suatu kuasa untuk melakukan
banyak perbuatan besar dan ajaib yang berasal dari dirinya sendiri, dirinya yang
"baru", dan tidak perlu lagi mengandalkan ilmu-ilmu atau amalan-amalan gaib atau
ajian-ajian kesaktian lagi, yang dengan kekuatan rohnya ilmu-ilmu itu dapat seketika
dengan mudah dia musnahkan keampuhannya.

Manunggaling Kawula Lan Gusti

Banyak manusia merasa jauh dari Tuhan, tidak menemukan jalan mencapai Tuhan,
tidak menemukan "Terang" Tuhan, tidak dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam
kehidupan manusia, karena tidak banyak manusia yang menyadari dan mengimani
bahwa "Cahaya" dan "Kuasa" Tuhan melingkupi / menyelimuti semua kehidupan di
bumi. Ditambah lagi adanya berbagai macam pemikiran dan pengkultusan manusia
terhadap Tuhan yang cenderung melebih-lebihkan, yang semakin mengaburkan
kesejatianNya, hanya menjadikan Tuhan semakin jauh untuk dijangkau dan menjadi
mustahil manusia dapat mengenal Tuhan secara pribadi.
Tuhan memberikan "Cahaya" dan "Kuasa"- Nya ke seluruh penjuru bumi, sehingga
sekalipun suatu daerah di bumi belum terjamah agama, belum mengenal agama-
agama formal, tetapi manusia-manusia di tempat tersebut dapat memiliki kearifan
ketuhanan, memiliki kesadaran akan adanya "Roh Agung Alam Semesta", dan
beberapa orang di antara mereka "terpanggil" untuk lebih dalam menekuni kebatinan
dan spiritual ketuhanan, yang kemudian sebagai seorang tokoh kepercayaan akan
mengajarkannya kepada orang lain sebagai ajaran ketuhanan dan kerohanian.

Tuhan memberikan Cahaya dan Kuasa-Nya ke seluruh penjuru bumi, sebagai tanda
bahwa Tuhan menaungi kehidupan di bumi, sehingga manusia dapat memiliki kearifan
ketuhanan, dan mereka yang memerlukan pertolongan Tuhan bisa menggunakan
kuasaNya itu dengan berdoa, atau untuk berdoa meminta petunjuk, dengan
menghayati kebersamaan dan kedekatanNya dengan Tuhan.

Cahaya dan Kuasa Tuhan menyelimuti seluruh kehidupan di bumi, sehingga manusia
yang percaya dan menyelaraskan dirinya dengan penghayatan / kebatinan ketuhanan
akan dapat menumbuhkan kekuatan batin dan sukma yang besar. Kuasa Tuhan itu
juga bisa "dipinjam" dengan menyebut namaNya dalam pengamalan ilmu gaib, dan
sesuai sugesti dan kekuatan kepercayaannya masing-masing, di dalam penghayatan
kepercayaan kepada kuasa Tuhan itu manusia dapat juga melakukan berbagai
perbuatan yang ajaib.

Banyak usaha manusia yang dilakukan untuk penyatuan dan penghayatan ketuhanan
dan selalu menyebut nama Tuhan dalam kesehariannya, tetapi belum cukup untuk
Tuhan berkenan manunggal dengan seseorang, karena Tuhan mempunyai jalanNya
sendiri, dan Tuhan hanya memilih orang-orang tertentu saja yang Dia berkenan untuk
memanunggalkan diriNya. Walaupun tidak semua manusia bisa manunggal dengan
Tuhan, tetapi Cahaya dan Kuasa Tuhan yang menyelimuti semua kehidupan di bumi
adalah karunia bagi manusia karena Tuhan menaungi kehidupan manusia.

Kuasa dan Cahaya Tuhan itu tidak bisa dipahami hanya dengan jalan agama dan ibadah
formal, apalagi yang mendasarkan kepercayaannya hanya pada dogma dan doktrin
agama saja dan pengkultusan, karena tujuan dari berbagai ajaran ketuhanan dan
agama bukanlah untuk dianut seperti baju seragam sekolah yang dipakai sebagai
lambang identitas, tetapi untuk membentuk kearifan kehidupan manusia sebagai
mahluk yang telah mengenal Tuhan, supaya dapat menyelaraskan kehidupannya
dengan kehidupan yang menjadi kehendak Tuhan, meninggalkan cara hidup lama
sebagai mahluk yang tidak mengenal Tuhan, dan memulai hidup baru sebagai mahluk
yang telah mengenal Tuhan, supaya nantinya manusia dapat layak kembali menyatu
dengan Penciptanya.

Seseorang harus memiliki kearifan yang tinggi dan sikap kerohanian yang benar dalam
berkeagamaan dan berketuhanan (termasuk berkebatinan dalam agama) untuk dapat
dengan benar memahami ketuhanan dan menyelaraskan kehidupannya sesuai dengan
kehidupan yang menjadi kehendak Tuhan, sehingga agama akan menjadi bersifat
pribadi bagi para penganutnya dan tidak akan dipaksakan kepada orang lain, apalagi
digunakan untuk menghakimi orang lain.

Mereka yang benar telah manunggal dengan Tuhan, atau mengenal Tuhan, walaupun
hanya sebatas "Cahaya" -Nya saja, akan tidak lagi menginginkan apa-apa dari dunia ini,
termasuk semua kekuatan keilmuan dan kepemilikan duniawi. Walaupun dengan
kuasa dari kemanunggalan itu seseorang dapat menjadi penguasa dunia dan tidak ada
satupun mahluk dan roh duniawi yang dapat melawan kuasanya, tetapi semuanya itu
tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan Kemuliaan dan Keagungan Tuhan yang
telah dikenalnya, yang tidak dapat digantikan dengan apapun juga yang dapat
diberikan oleh dunia ini. Yang kemudian diinginkannya hanyalah untuk dapat sesegera
mungkin menyatu dengan Kemuliaan dan Keagungan itu. Dan kepada semua orang
yang mau mendengarkannya, tanpa pemaksaan dan ancaman kekerasan, akan
diajarkannya semua apa yang diketahuinya tentang Tuhan, yang kemudian menjadi
ajaran keTuhanan, walaupun itu hanya sebatas "Cahaya" -Nya saja.Seseorang yang
mengaku mengenal Tuhan, walaupun mengaku hanya sebagai perantara firman Tuhan
kepada manusia, tetapi masih memiliki hasrat dan keinginan duniawi yang besar,
apalagi menjadi seorang penguasa yang melakukan pemaksaan supaya ajarannya
dianut oleh orang lain, maka bisa dipastikan bahwa semua pengakuannya itu adalah
palsu belaka. Penipu ! Pendusta ! Karena Kemuliaan dan Keagungan Tuhan
menuntut manusia menjadi pribadi yang juga mulia dan agung, yang selaras dengan
sifat-sifat Tuhan, yang jauh dari rasa kebencian dan permusuhan, termasuk kepada
orang-orang yang berbeda keyakinan, karena hubungan dan kedekatan manusia
dengan Tuhan bersifat pribadi, tidak dapat dipaksakan kepada orang lain, apalagi
dengan kekerasan, dan manusia juga bukan robot yang bisa diprogram / dipaksa untuk
percaya dan beribadah tanpa adanya keyakinan dan pengetahuan dalam dirinya yang
mengantarkannya pada akhlak yang mulia.

Selain sebagai mahluk biologis, manusia sendiri juga dibekali roh, sehingga juga dapat
mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi sehari-harinya roh ini terbelenggu dalam
kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat
roh dan banyak yang sudah tumpul batinnya. Karena itu seringkali seseorang harus
bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu
keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan. Jika
tidak bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, maka dalam hal-hal yang bersifat
roh dan keTuhanan, yang muncul kemudian adalah sifat-sifat ke-Aku-an, sok suci, sok
beriman, sok tahu, sok benar.

Seseorang yang ingin mencari Tuhan, haruslah percaya pada keberadaanNya,


kesejatianNya, percaya bahwa Tuhan ada di atas segala agama dan ajaran ketuhanan
yang ada (keberadaan Tuhan tidak di bawah agama atau ketuhanan tertentu), dan
kepercayaan kepada Tuhan harus melebihi kepercayaan pada agama atau apapun
juga.

Seseorang yang ingin mencari Tuhan, haruslah murni terbebas dari segala urusan dan
belenggu duniawi, termasuk bebas dari aturan-aturan agama dan ajaran ketuhanan
yang ada, karena keberadaan dan kesejatian Tuhan tidak dapat dibatasi oleh agama
ataupun segala macam ajaran ketuhanan. Fokus kepada pribadi Tuhan dan
kesejatianNya. Yang bila kemudian ketuhanan yang benar sudah didapatkan, bila itu
memang terkait dengan agama tertentu, seseorang akan tahu perbuatan apa dan
keagamaan bagaimana yang seharusnya dilakukan, untuk menyelaraskan dirinya
dengan kehendak Tuhan atas manusia dan dunia.

Seseorang yang dianugerahi menerima karunia "Cahaya" Tuhan (menerima , bukan


mencapai karunia), dari wajahnya akan memancar suatu aura cahaya terang berwarna
putih bersih. Terlebih lagi orang yang telah manunggal dengan Tuhan, wajahnya akan
terang berkilau seperti matahari, dan akan ada sinar terang dari langit yang melingkupi
dirinya, tanda bahwa Tuhan menaungi dia dan Roh-nya terhubung dengan Roh
Tuhan. Tetapi cahaya-cahaya itu hanya dapat dilihat secara gaib, karena itu adalah
cahaya dari Roh-nya, bukan fisiknya. Di dalam kemanunggalan itu Rohnya terhubung
dengan Tuhan, sehingga dapat selalu mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan
dan dapat bertindak setiap saat tanpa perlu menunggu turunnya wahyu atau perintah
dari Tuhan.

Seseorang yang telah manunggal dengan Tuhan, ada tanda lain yang menyatakan
bahwa dirinya telah satu dengan Tuhan, yaitu sukma / roh - nya berpakaian jubah
panjang berwarna putih bersih dan terang berkilau seperti malaikat. Itulah tanda dari
Tuhan, yang berarti Tuhan sudah mengangkat derajatnya, rohnya sudah mendapatkan
tubuh yang baru, sehingga rohnya tidak lagi tergolong sebagai roh-roh duniawi, tetapi
sudah terhitung sebagai roh illahi. Dan dengan roh-nya yang baru itu dia memiliki
kuasa yang besar, kuasa yang lebih daripada kuasa roh apapun di bumi. Dan dia
berkuasa pula mendatangkan tanda-tanda dari langit, tanda-tanda dari Tuhan, ke atas
dunia, jika diperlukan.

Mereka yang telah manunggal dengan Tuhan, semua perkataan mereka, yang berasal
dari kemanunggalan itu, akan sama dengan firman Tuhan, karena Tuhan hadir di dalam
kemanunggalan itu dan berkata-kata melalui mereka. Dalam hal ini mereka bukan
Nabi, tetapi lebih daripada Nabi, karena Allah yang hadir di dalam kemanunggalan itu
menyatakan sendiri KuasaNya. Dan di dalam kemanunggalan itu, semua perbuatan-
perbuatan mereka, termasuk mendatangkan tanda-tanda dari langit, adalah perbuatan
Tuhan sendiri yang berkenan menunjukkan kuasaNya kepada manusia, melalui
mereka.

Banyak keajaiban bila seseorang menyelaraskan diri dengan Tuhan, walaupun belum
manunggal dengan Tuhan. Mereka yang menyelaraskan diri dengan roh-roh duniawi
pun banyak yang bisa membuat keajaiban, misalnya dengan ilmu gaib dan ilmu
khodam, atau pada orang-orang yang ketempatan khodam leluhur atau yang ketitisan
dewa. Dalam hal ini mereka memanunggalkan diri dengan yang bersifat duniawi.

Dalam hal kemanunggalan dengan Tuhan, berarti bukan hanya si manusia yang
manunggal dengan Tuhan, tetapi Tuhan juga memanunggalkan diiri-Nya dengan orang
itu. Yang tertulis di atas adalah tanda-tanda gaib manusia yang telah manunggal
dengan Tuhan yang jelas berbeda dengan seseorang yang manunggal dengan yang
bersifat duniawi, walaupun juga mampu membuat mukjizat.

Dalam hal kemanunggalan dengan Tuhan, berarti ada interaksi antara 2 pihak, yaitu si
manusia dan Tuhan.
Si manusia memanunggalkan dirinya dengan Tuhan dan menempatkan dirinya di
bawah Kuasa Roh Allah, sehingga Roh Allah hidup di dalam dirinya, menjadikannya
menyatu dengan Roh Allah dan Kuasa Allah meliputi dirinya.
Tuhan memanunggalkan diri-Nya dengan si manusia dan memberinya Kuasa-Nya
(Kuasa Illahi yang sering juga disebut sebagai Kekuatan / Tenaga Roh).

Tanda-tanda di atas adalah tanda bahwa Tuhan berkenan manunggal dengan


seseorang, menaunginya dan memuliakannya, sehingga si manusia tidak lagi tergolong
sebagai mahluk duniawi, tetapi sudah menjadi mahluk illahi beserta segala KuasaNya.

Mereka yang telah manunggal dengan Tuhan, maka Tuhan mengangkat derajatnya,
rohnya sudah mendapatkan tubuh yang baru, sehingga tidak lagi tergolong sebagai
roh-roh duniawi, tetapi sudah terhitung sebagai roh illahi. Rohnya yang baru itu
memiliki kuasa yang besar, yang lebih daripada kuasa roh apapun di bumi. Dan dengan
Kuasa Tuhan mereka berkuasa pula mendatangkan tanda-tanda dari langit, tanda-
tanda dari Tuhan, ke atas dunia, jika diperlukan.

Bila anda menemukan tanda-tanda (gaib) seseorang yang telah manunggal dengan
Tuhan, seperti disebut di atas, siapapun dia, apapun agamanya, belajarlah kepadanya,
supaya dapat menjamin bahwa jalan kepercayaan dan keagamaan anda benar menuju
Tuhan yang benar, bukan hanya bersikukuh dan fanatik dengan agama dan
kepercayaan, dogma dan doktrin, atau ego, pendapat dan ke-Aku-an sendiri, yang
akhirnya ternyata hanya memperebutkan pepesan kosong dan tidak mengantarkan
anda kepada Tuhan yang benar.

---------------------
Seputar Budaya Kebatinan Jawa
Kebatinan dan Mistik, Bagian dari Budaya Jawa

Suku Jawa merupakan populasi terbesar di Indonesia, yang mungkin komposisinya


mencapai 40% - 50% dari total penduduk Indonesia. Masyarakat Jawa memiliki suatu
budaya dan tradisi yang tersendiri, tetapi juga menjadi bagian, dan sekaligus
memperkaya kehidupan beragama masyarakatnya. Dalam sejarahnya, kehidupan
masyarakat Jawa, selain memiliki pandangan dan kebijaksanaan sendiri yang tercermin
dalam budaya kejawen atau ke-jawa-an, dan dicerminkan dalam berbagai aliran
kepercayaan, juga diisi pengaruh dari beragam agama, Hindu, Budha, Kristen, Katolik
dan Islam.
Dalam masa sekarang, populasi orang Jawa yang menjadi penganut agama Islam
merupakan jumlah terbanyak. Mereka, dalam pandangan hidup kesehariannya,
terbagi dalam 2 kelompok besar. Yang pertama adalah yang disebut putihan, yaitu
kelompok masyarakat Jawa yang bersifat agamis, yang menjalankan aturan-aturan
agama Islam yang dianutnya secara konsisten. Banyak dari mereka sejak mudanya
belajar agama sebagai santri. Yang kedua adalah yang disebut abangan, yaitu bagian
dari masyarakat Jawa, yang walaupun menjadi penganut Islam, mereka tidak agamis,
tetapi tetap religius. Kadangkala terjadi semacam ‘konflik ideologi’, dimana kelompok
putihan mencerca kelompok abangan yang dianggap tidak menjalankan agama Islam
dengan benar.
Pihak abangan memandang agama Islam sebagai agama dan budaya bangsa Arab.
Karena itulah mereka tidak sepenuhnya mengisi hati dan kehidupan mereka dengan
“agama dan budaya Arab” tersebut. Mereka memandang bahwa agama, ibadah,
kepercayaan dan juga “akhlak” adalah masalah hati, batin, yang semuanya tidak harus
tercermin dalam peribadatan yang murni Islam. Lagipula, manusia tidak dinilai hanya
dari amal atau ibadahnya saja, tetapi juga dari akhlaknya. Karena itu ibadah mereka
tidak harus semua tercermin seperti dalam peribadatan dan kepercayaan Islam.
Ibadah mereka yang sesungguhnya ada di dalam hati. Walaupun mereka juga
menjalankan peribadatan Islam, tetapi mereka juga memiliki ‘kebijaksanaan’ sendiri
mengenai keTuhanan, yaitu kehidupan kepercayaan yang didasari pada nilai-nilai budi
pekerti yang diajarkan oleh para leluhur, dan diwarnai kebijaksanaan ajaran para
pendahulu yang tercermin dalam penghayatan tradisi-tradisi tertentu, legenda-
legenda, filosofi dalam cerita pewayangan, dan sebagainya, yang semuanya menyatu
di dalam hati menjadi kepercayaan dan budaya jawa, yang mengisi hidup mereka.
Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan
manusia Jawa terhadap Tuhan, yang kemudian diajarkan turun-temurun menjadi
tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya
agama Hindu-Budha dan Islam di pulau Jawa. Penghayatan keTuhanan itu bukanlah
agama. Agama bisa apa saja, tetapi masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri
tentang Tuhan. Agama Hindu dan Budha yang telah lebih dulu masuk ke Jawa telah
diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa,
karena memiliki banyak kesamaan dengan spiritualisme Jawa.
Kebatinan Jawa (Kejawen) pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan ketuhanan,
bukan agama, dan kepercayaan ketuhanan kejawen itu tidak membutuhkan kitab suci,
karena pendekatan mereka kepada Tuhan dilakukan secara langsung dan pribadi,
dengan rasa, dengan batin, tidak mendasarkan diri pada ajaran sebuah kitab suci. Dan
pengertian umum Manunggaling Kawula Lan Gusti dalam konsep kejawen adalah
hubungan manusia dengan Tuhannya secara langsung dan pribadi, melalui olah rasa
dan batin, manusia berusaha mengenal Tuhan dan menyatu secara langsung, tidak
melalui nabi-nabi seperti halnya agama modern.
Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara agama modern dengan
ketuhanan kejawen. Penganut agama modern menggunakan ajaran-ajaran dalam
kitab sucinya sebagai sumber pengetahuan mereka tentang Tuhan dan menjadi acuan
peribadatan mereka. Semua keharusan dan larangan di dalam kitab suci harus
dipatuhi, menjadi dasar peribadatan yang tidak boleh dilanggar. Pengenalan dan
pengetahuan mereka tentang Tuhan umumnya hanyalah sebatas apa yang sudah
tertulis dan diajarkan dalam kitab suci dan agama mereka saja, tidak lebih, dan tidak
boleh menyimpang dari itu, yang kemudian banyak memunculkan dogma dan doktrin
dan pengkultusan tentang Tuhan, tentang pahala dan dosa, surga dan neraka,
sehingga menjadi umum bahwa kemudian mereka akan meninggikan agama dan kitab
suci mereka, bahkan mempertuhankannya, lebih daripada mereka mempertuhankan
Tuhan. Sedangkan penganut ketuhanan kejawen berusaha menyelaraskan kehidupan
mereka sesuai penghayatan ketuhanan mereka masing-masing untuk mendapatkan
jalan menuju Manunggaling Kawula Lan Gusti.
Ajaran-ajaran kejawen bervariasi dan sejumlah aliran dapat mengadopsi ajaran agama
pendatang, baik Hindu, Budha, Islam, atau Kristen. Perilaku ini dipandang bukan
sesuatu yang aneh karena dianggap memperkaya cara pandang mereka terhadap
perkembangan zaman. Prinsipnya, yang baik diambil, yang jelek dibuang. Penerimaan
Jawa terhadap nilai-nilai yang datang dari luar diposisikan sebagai ‘baju’, isinya tetap
Jawa. Agama bisa apa saja, tetapi masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri
tentang Tuhan. Maka selalu ada perbedaan yang signifikan antara Hindu Jawa dan
Budha Jawa dengan yang asli di India, dan Islam Jawa dengan yang asli Arab.
Budaya kebatinan Jawa, pada prakteknya, selain berisi ajaran-ajaran budi pekerti dan
ketuhanan, juga diwarnai dengan ritual-ritual kepercayaan dan ritual-ritual yang
berbau mistik. Selain itu juga dihasilkan produk-produk kebudayaan Jawa, yang
merupakan bagian dari budaya kepercayaan Jawa, seperti keris, wayang, tari-tarian,
pencak silat, aliran kebatinan, ritual selametan, ruwatan, sedekah bumi, dsb.

Kejawen atau Kejawaan (ke-jawi-an) dalam pandangan umum berisi kesenian, budaya,
tradisi, ritual, sikap serta filosofi tradisional orang-orang Jawa. Kejawen juga
mencerminkan spiritualitas orang Jawa. Penganut ajaran kejawen tidak menganggap
ajarannya sebagai agama dalam pengertian formal seperti agama monoteistik, seperti
Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan
nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku dalam upaya mendekatkan diri dan
menyelaraskan hidup mereka dengan Tuhan, menjalankan “laku” untuk pencerahan
cipta, budi, rasa dan karsa. Ajaran kejawen tidak terpaku pada aturan yang formal
seperti dalam agama, tetapi menekankan pada konsep “keselamatan dan keberkahan
hidup”.

Simbol-simbol “laku” biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang
dianggap asli Jawa, seperti 'memuliakan' pusaka beserta sesajinya, pertunjukan
wayang, pembacaan doa, penggunaan bunga-bunga tertentu sebagai sesaji, dan
sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat kejawen sendiri) dengan
mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktek klenik dan mistik.

Kejawen adalah kearifan lokal yang mengarahkan kesadaran pada kesejatian diri
masing-masing manusia, pengenalan diri pada kehidupan, dan menghidupkan kembali
kesejatian yang ada dalam diri manusia. Kejawen adalah budaya kebatinan dan
spiritualitas berkenaan dengan keTuhanan dan budi pekerti. Agama bisa apa saja
menurut keyakinan iman masing masing. Tetapi budi pekerti selayaknya menjadi
acuan perilaku orang jawa, jangan ditinggalkan. Jangan sampai orangnya beragama
dan agamis, tapi perilakunya tidak berbudi pekerti, jauh dari perilaku mulia, apalagi
berakhlak mulia. Jangan menjadi orang jawa yang hilang jawa-nya.

Secara kebatinan dan spiritual, mereka percaya bahwa kehidupan manusia di alam ini
hanyalah sementara, yang pada akhirnya nanti akan kembali lagi kepada Sang
Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri dan dengan kekuatannya sendiri, adalah bukan
apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia harus
menyelaraskan diri dengan kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh dan
Tuhan), beradaptasi dengan lingkungan alam yang merupakan rahmat dari Tuhan dan
memeliharanya, bukan melawannya, apalagi merusaknya. Kepercayaan kepada roh-
roh dan Tuhan ini seringkali dikonotasikan sebagai kepercayaan animisme dan
dinamisme, yang kontras dengan ajaran agama.
Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka syukuri
sebagai karunia Allah. Mereka percaya adanya 'berkah' dari roh-roh, alam dan Tuhan,
dan mereka percaya bahwa kehidupan mereka akan lebih baik bila mereka
'keberkahan'. Karena itu dalam budaya Jawa dikenal adanya upaya untuk selalu
menjaga perilaku, kebersihan hati dan batin dan laku-laku prihatin dan tirakat dan
berbagai ritual untuk menjaga supaya hidup mereka selalu diberkahi, seperti ritual
Puasa Mutih, Puasa Senin-Kamis, Puasa Weton, ritual Sedekah Bumi, Selametan,
Syukuran, Ruwatan, ziarah ke makam keluarga dan leluhur, "memuliakan" pusaka yang
dimiliki, memberi sesaji kepada roh-roh tertentu di sekitar rumah tinggal, dsb, yang
terkesan pada masa sekarang sebagai perilaku mistik dan klenik.
Berbagai perbedaan inilah yang menyebabkan kaum putihan mencela kaum abangan
sebagai penganut kepercayaan yang sesat, penuh mitos dan mistik, dan politheis.
Tetapi di sisi lain, pihak putihan juga tidak konsisten dengan kemurnian agama
mereka, karena mereka juga ikut meramaikan ritual-ritual pihak abangan, seperti
acara Gerebek Maulud dan Sekatenan, Kirab Pusaka, Selametan, Syukuran, Sedekah
Bumi, ziarah kubur, dsb. Sebagian dari mereka juga menjalani kebatinan, keilmuan dan
laku prihatin, yang kemudian diajarkan dan diadaptasikan menyatu menjadi ajaran
budaya Islam, yang aslinya tidak ada dalam budaya Islam Arab.

Budaya Kebatinan melandasi perbuatan yang bermoral.

Dalam budaya kejawen, kebijaksanaan kebatinan menyebabkan perilaku manusia jawa


tidak melulu mengejar kekayaan dan kebendaan dalam hidupnya. Mereka lebih
mengejar ketentraman hidup, rasa cukup dan mensyukuri hidup, hubungan sosial yang
harmonis dan membangun aspek spiritualitas dalam diri. Keseimbangan, keselarasan,
keharmonisan.
Secara mistis, kebatinan dan spiritual, dipahami bahwa kehidupan manusia di alam ini
hanyalah sementara, yang pada akhirnya nanti akan kembali lagi kepada Sang
Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri, adalah bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah
dan fana. Karena itulah manusia harus bersandar kepada kekuatan dan kekuasaan
yang lebih tinggi (roh-roh dan Tuhan), beradaptasi dengan lingkungan alam yang
menjadi rahmat Tuhan bagi mereka dan memeliharanya, bukan melawannya, apalagi
merusaknya. Lebih baik untuk menjaga sikap dan tidak membuat masalah. Memiliki
sedikit lebih baik, daripada berambisi mencari ‘lebih’. Sehingga idealisme kebatinan
menuntun manusia pada sikap menerima, sabar, rendah hati, sikap tahu diri dan
kesederhanaan, sifat-sifat luhur yang harus dimiliki oleh manusia dalam hidupnya.
Idealisme inilah yang menjadikan manusia hidup tenteram dan penuh syukur kepada
Tuhan.
Kontras sekali dengan perilaku dan motivasi manusia sekarang, yang walaupun tetap
tekun beribadah formal, tetapi penuh ambisi dan hidupnya melulu dipenuhi hasrat
kebendaan, kesenangan dan kemewahan, yang menjadikan manusia jauh dari rasa
cukup dan bersyukur dan seringkali menyebabkan manusia melakukan perbuatan-
perbuatan tercela untuk memenuhi keinginan-keinginannya.
Orang Jawa yang memegang teguh penghayatan kearifan kejawen, apapun agama
yang mereka anut, di dalam kehidupannya sehari-hari akan selalu mengedepankan
sikap arif bijaksana, perilaku yang berbudi pekerti dan keharmonisan hubungan
dengan semua mahluk. Sedapat mungkin akan dihindarinya perilaku yang fanatis
agamis, tetapi dalam perbuatan-perbuatannya tidak mencerminkan manusia yang
berbudi pekerti dan berakhlak mulia.

Degradasi Budaya Kebatinan Jawa.

Manusia Jawa di dalam kehidupan kejawaannya sehari-hari sejak dulu sampai


sekarang sudah terbiasa untuk menerima dan beradaptasi dengan budaya-budaya /
pandangan / pemikiran-pemikiran baru. Sebagian besar, sikap adaptif tersebut
berguna untuk menambah khasanah kebudayaan jawa dan wawasan berpikir
masyarakat dalam menjalani kehidupan yang selalu penuh perubahan mengarah pada
kehidupan modern. Di sisi lain, sikap adaptif tersebut membuat kecenderungan bagi
para anak muda dan generasi berikutnya untuk meninggalkan cara hidup lama kepada
model kehidupan yang baru. Sedikit demi sedikit, tetapi pasti, simbol-simbol budaya
jawa mulai ditinggalkan, digantikan dengan simbol-simbol budaya yang baru.
Tontonan wayang sudah mulai berkurang peminatnya, digantikan tontonan film dan
sinetron. Kehidupan religius sudah mulai berganti menjadi kehidupan agamis dan
fanatis. Kehidupan harmonis dan saling menghormati di masyarakat mulai berganti
menjadi kehidupan individualis dan kelompok-kelompok agamis, yang sebagiannya
berseteru dan menghakimi kelompok yang lain.

Bangsa ini sekarang terhimpit secara multi-dimensi oleh kebudayaan asing, Arab,
Amerika, Eropa, Jepang, Cina, dst. Dengan halus tapi mengena, mass media, secara
langsung maupun tidak langsung, telah digunakan untuk membunuh karakter budaya
Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama) dan budaya barat (lewat
film dan teknologi). Hal-hal yang berbau mistik dan keris sering dikonotasikan sebagai
hal negatif. Hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian disimbolkan
dengan pakaian putih keagamaan dari Timur Tengah / Arab. Kebatinan jawa
dikonotasikan negatif, digantikan keilmuan agamis yang dianggap halal. Barang-barang
konsumtif dan yang berteknologi modern juga membanjiri pasar.

Kepribadian masyarakat Indonesia saat ini sedang keruh, menjadi ajang pertempuran
antara dua ideologi besar dunia: Barat dan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan
kaum agamis, antara modernitas dan kekolotan agama. Uang dan fanatisme agama
mempercepat krisis kebudayaan Jawa dan Indonesia pada umumnya. Hidup beragama
pun terkesan jauh dari nalar bijak, jauh dari cerdas, dan banyak yang memberi kesan
hanya mengejar formalitas kewajiban agama saja. Dualisme kepribadian terlihat
kontras. Di satu sisi sangat agamis, penuh slogan moral dan iman, di sisi lain penuh
kekerasan, kriminalitas tetap banyak terjadi, sinetron dan film-film manusia berbusana
minim juga tetap disukai.

Tanpa harus meniru / menjiplak kebudayaan Arab, Indonesia diperkirakan dapat


menjadi pusat Islam yang modern (center of excellence) bagi dunia. Seperti pusat
agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Italia, Eropa dan Amerika.
Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu
mengorbankan budaya dan kearifan lokal. Beragama tanpa nalar disertai menjiplak
budaya agama secara membabi-buta hanya akan mengakibatkan kemunduran jati diri
bangsa. Maka bijaksana, kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama supaya
tetap terjaga perilaku yang selaras dengan keluhuran budi bangsa.

------------------------

Kontroversi Kebatinan dan Agama

Dalam kehidupan manusia di negara maju dan berkehidupan modern, agama dan
kebatinan merupakan hal yang bersifat pribadi dan perbedaan-perbedaan pandang di
dalamnya tidak dipermasalahkan selama tidak menyentuh langsung privacy mereka.
Mereka menekankan pada kehidupan yang rasional dan tidak mempermasalahkan
kehidupan religi dan kepercayaan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka
tidak membawa-bawa urusan agama atau urusan pribadi lainnya, tetapi lebih
menekankan kepentingan bersama dan kemampuan manusia sendiri untuk mengatur
dan mengusahakan jalan hidupnya sendiri. Jati diri dan kepribadian mereka sudah
mapan.
Tetapi di Indonesia, kepribadian masyarakatnya masih labil. Kepribadian
masyarakatnya campur aduk. Sebagian masyarakatnya masih hidup dengan
memelihara budaya lama. Agama dan kebatinan merupakan bagian hidupnya.
Sebagian lagi menggantikan kehidupan budaya lama dengan kehidupan yang agamis
dan seringkali "memaksakan" agamanya kepada orang lain. Sebagian lagi berusaha
untuk hidup rasional, tidak terkekang dalam urusan fanatisme agama. Sebagian lagi
tidak peduli dengan urusan agama ataupun budaya, hidup sesuai prinsip hidupnya
sendiri.
Banyak pandangan yang mengatakan bahwa kebatinan adalah aliran kepercayaan di
Indonesia yang tidak termasuk sebagai agama yang diakui seperti Islam, Kristen,
Katolik, Budha dan Hindu. Ini adalah persepsi yang dangkal dan keliru, karena orang
hanya memandang secara harfiah saja, kebatinan tidak sesempit itu maknanya, tetapi
lebih dalam dan luas. Kebatinan memiliki banyak makna dan definisi, tergantung dari
sudut mana kita memandang.
Jika kebatinan hanya dipandang secara harfiahnya saja, hanya dipandang dari sisi
bentuk formalnya saja, maka manusia telah memandang kebatinan secara dangkal.
Seharusnya manusia bisa berpikir dan bersikap lebih kritis, jangan segala sesuatu
hanya dipandang secara dangkal, jangan hanya dari kulitnya saja. Manusia harus
belajar memandang dari sisi hakekatnya, arti dan maknanya.
Kebatinan tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, atau ketuhanan dan aliran
kepercayaan, tetapi bersifat universal, berkaitan dengan segala sesuatu yang
dirasakan manusia pada batin yang paling dalam. Kebatinan melandasi kehidupan
manusia sehari-hari. Di dalam kebatinan masing-masing manusia terkandung
keyakinan dan kepercayaan pribadi, pandangan dan pendapat pribadi, prinsip dan
sikap hidup pribadi, yang semuanya itu menjadi bagian dari kepribadian seseorang
dan juga tercermin dan melandasi perbuatan dan perilakunya sehari-hari.
Di dalam hidup berkebatinan ada laku-laku dan ritual yang dilakukan manusia, seperti
laku dan ritual ibadah keagamaan, atau laku-laku dalam kepercayaan dan tradisi
seperti dalam budaya dan kepercayaan kejawen, ataupun laku-laku pribadi sesuai
kebatinan masing-masing pribadi. Tetapi kebatinan tidak selalu harus ditunjukkan
dengan laku-laku tertentu yang kelihatan mata, karena kebatinan terutama berisi
sikap hati dan pandangan-pandangan pribadi yang semuanya tidak selalu diwujudkan
dengan laku dan ritual yang kelihatan mata. Termasuk cara hidup rasional orang di
negara modern, itu adalah sikap kebatinan mereka dalam hidup mereka sehari-hari.
Kebatinan adalah sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam, dan
terjadi pada siapa saja, termasuk pada orang-orang yang sangat tekun beribadah dan
murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang
dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati, bagaimana
harus berpikir dan bersikap, dsb. Dalam masing-masing firman dan sabda terkandung
makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan
panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin
itu tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan batin
menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.
Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh
dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan
kepercayaan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara
pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka
adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan dengan pribadi tertinggi (Tuhan).
Oleh sebab itu penganut golongan kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya,
yaitu menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui
olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian,
dan menyelaraskan hidup mereka dengan sifat-sifat Tuhan.
Jika kebatinan dipandang secara hakekatnya, sesuai arti dan maknanya seperti disebut
di atas, maka yang selama ini disebut sebagai aliran-aliran agama, sekte-sekte, aliran
kepercayaan, dsb, adalah bentuk-bentuk formal dari paham kebatinan ketuhanan,
yang masing-masing memiliki pemahaman kebatinan sendiri-sendiri dan berbeda satu
dengan lainnya, walaupun masih bagian dari suatu agama. Masing-masing paham di
dalam suatu agama akan berbeda dengan paham di dalam agama yang lain, apalagi
jika memperbandingkan suatu paham agama dengan paham aliran kepercayaan yang
bukan agama, ya sudah pasti berbeda.
Perilaku kebatinan (misalnya kejawen) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama,
seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama,
atau juga dianggap sebagai aliran / ajaran yang bisa merusak keimanan seseorang.
Padahal, penghayatan kebatinan pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan
kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Penghayatan keTuhanan itu bukanlah agama,
tetapi seseorang beragama yang menjalaninya, justru bisa mendapatkan pemahaman
yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah mempelajari kebatinan tersebut,
dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun
pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.
Seringkali orang memandang istilah kebatinan secara dangkal dan
mempertentangkannya dengan agama. Padahal pengertian kebatinan ini bersifat luas.
Kebatinan terutama berisi pengimanan / penghayatan seseorang terhadap apa yang
dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaannya, dan di dalam
masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung suatu kebatinan yang harus
dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Dalam masing-masing firman dan
sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para
penganutnya. Tetapi sikap kebatinan keagamaan ini sudah banyak yang
meninggalkannya, digantikan dengan ajaran tata ibadah saja atau dogma dan doktrin
ke-Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan formal agamis dan hanya
menjalankan sisi peribadatan yang bersifat formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari
agamanya seringkali tidak ditekuni.
Walaupun pengertian kebatinan bersifat luas, tetapi dunia kebatinan pada masa
sekarang memang sudah termasuk "haram" untuk diperbincangkan, karena orang
berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Kebatinan dalam
berkeagamaan saja jarang yang menekuni, karena orang lebih suka menjalani yang
bersifat formal saja. Sekalipun banyak orang hafal dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak
banyak yang mengerti sisi kebatinan dan spiritualnya, sehingga pengkultusan dan
dogma dalam kehidupan beragama sangat mendominasi kehidupan beragama,
akibatnya banyak sekali terjadi perbedaan pandang dan pertentangan di kalangan
mereka sendiri. Banyaknya aliran dalam suatu agama adalah bentuk dari ketidak-
seragaman kebatinan dan spiritual dari para penganut agama itu sendiri.
Perilaku kebatinan (termasuk kebatinan agama), apapun agama dan kepercayaannya,
baik sekali dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya
tidak dangkal pemahamannya, apalagi hanya ikut-ikutan saja, tetapi materinya harus
diperhatikan dan di"filter", memiliki kebijaksanaan untuk memilih yang baik dan
membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat menjadi pribadi yang mengerti
agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam, tidak mudah dibodohi,
dihasut, atau diperdaya (ditunggangi / diperalat).
Tetapi pada jaman sekarang sudah banyak terjadi "pendangkalan". Ajaran kebatinan
dalam agama sudah digantikan dengan ajaran tata ibadah saja. Keimanan juga
dipandang secara dangkal, hanya diukur dari kerajinan ibadah saja. Padahal manusia
dinilai bukan hanya dari amal atau ibadahnya saja, tetapi dari akhlaknya, sedangkan
perbuatan amal dan ibadah hanyalah sebagian dari akhlak.
Pemahaman kemuliaan dalam agama pun banyak digantikan dengan dogma dan
doktrin ke-Aku-an agama. Banyak kotbah yang berisi ajaran dan aturan-aturan
keagamaan, formalitas keagamaan, kewajiban beribadah, dogma dan doktrin amal
dan dosa, surga dan neraka, tetapi tidak mengedepankan ajaran budi pekerti, bahkan
banyak yang menghasut, memfitnah, menghalalkan segala cara asalkan tujuan
"keagamaan" mereka terlaksana. Itulah sebabnya banyak orang yang hidupnya sangat
agamis dan fanatis, ternyata perilakunya tidak berbudi pekerti dan jauh dari perilaku
mulia, malah banyak yang menjadi musuh kemanusiaan. Akibatnya, banyak orang
beragama yang sehari-harinya perilakunya tidak menunjukkan budi pekerti yang baik,
karena menganggap urusan agama dan keimanan hanya terkait dengan perbuatan
amal, ibadah, pahala dan dosa, dan menganggap budi pekerti hanyalah masalah
tradisi sopan santun dan tata krama dalam pergaulan, menganggap budi pekerti
hanyalah masalah duniawi yang tidak berhubungan dengan agama.
Jika anda kerap mencuri ayam tetangga, walaupun rajin beribadah, apakah anda
merasa diri anda berakhlak baik ?
Jika anda kerap mencuri uang kantor, walaupun anda rajin beribadah, apakah anda
merasa diri anda berakhlak baik ?
Jika anda kerap memarahi dan mengucapkan sumpah serapah kepada anak / istri /
suami, walaupun anda rajin beribadah, apakah anda merasa diri anda berakhlak baik
? Seharusnya kita bisa membedakan perbuatan memarahi yang bertujuan
menyadarkan dan mendidik, dengan perbuatan mengumbar kemarahan dan
kebencian.
Jika anda kerap liar di jalan raya, melanggar aturan lalu-lintas, menerobos lampu
merah, menyerobot / potong-memotong jalan orang, anda bisa lewat tetapi
menambah kemacetan jalan raya, walaupun anda rajin beribadah, apakah anda
merasa diri anda berakhlak baik ?
Jika anda kerap menekan upah pekerja anda, sehingga anda bisa mendapatkan hasil
usaha yang lebih banyak, walaupun anda rajin beribadah, apakah anda merasa diri
anda berakhlak baik ?
Jika anda kerap tidak membayar pajak, menggelapkan pajak, atau menipu perhitungan
pajak, sehingga anda dapat menghemat pengeluaran, walaupun anda rajin beribadah,
apakah anda merasa diri anda berakhlak baik ?
Manusia tidak menyadari bahwa budi pekerti adalah dasar dari akhlak yang mulia,
dasar dari perilaku manusia yang telah mengenal agama dan Tuhan. Semua perintah
Tuhan, dalam agama apapun, selalu berkenaan dengan aturan budi pekerti yang harus
dilakukan manusia dalam hidupnya sebagai manusia yang telah mengenal iman dan
Tuhan. Larangan berbuat dosa, larangan menyalahi orang lain, larangan memfitnah,
larangan berdusta, larangan mencuri, larangan membunuh, larangan menganiaya,
larangan bersikap tamak, larangan menguntungkan diri sendiri dengan merugikan
orang lain, perintah beribadah, perintah menolong orang lain, perintah menjaga
kesucian hati dan kesucian perbuatan, dsb, adalah perintah-perintah budi pekerti
sebagai dasar dari akhlak yang mulia. Tidak ada perintah Tuhan yang bertentangan
dengan ajaran budi pekerti.
Perilaku berbudi pekerti, yang diterapkan dengan mematuhi aturan dan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, adalah dasar dari kemampuan sebuah
bangsa dan negara untuk meningkatkan kualitas peradabannya. Peradaban yang berisi
manusia-manusia liar tidak berbudi pekerti, yang hanya mementingkan kepentingan
dirinya sendiri, tidak akan mampu meningkatkan kualitas peradabannya menjadi lebih
maju dan modern, dan akan banyak bergantung pada peranan bangsa lain yang
membantu meningkatkan kualitas peradabannya.

Sejak munculnya agama, manusia terkotak-kotak menjadi kelompok-kelompok yang


membenarkan kelompoknya sendiri dan menyalahkan / merendahkan kelompok yang
lain, termasuk antar kelompok manusia dalam agama yang sama. Keberadaan agama
telah gagal total untuk bisa menggabungkan semua umat manusia dalam suasana
rukun dan damai. Jangankan damai antar penganut agama yang berbeda, antar
kelompok atau ‘aliran’ dalam satu agama yang sama pun tidak.
Tidak ada jaminan bahwa rakyat akan hidup dengan aman dan damai ketika negara
sudah menjadi sebuah negara agama dan rakyatnya sudah menganut satu agama yang
sama. Dari dulu sampai sekarang sejarah dunia sudah membuktikan ! Selalu saja ada
perebutan kekuasaan, penindasan dan pembunuhan. Agama, walaupun sudah satu
agama, tidak bisa meredam perilaku orang-orang yang berambisi pada kekuasaan dan
kekayaan. Agama hanya dijadikan tunggangan untuk menuju kekuasaan dan dijadikan
alat menciptakan dogma dan doktrin untuk menghakimi orang lain dan lawan-lawan
politik. Bahkan lebih buruk lagi, karena agama dan dengan dalih dan nama agama, hati
manusia menjadi penuh kebencian, manusia menganiaya dan membunuhi manusia
lainnya !
Dan terhadap orang-orang yang berbeda agama, atau masih satu agama tetapi
berbeda aliran, mengapa pula harus menghasut, menganiaya dan membunuhi orang
lain yang berbeda pandangan dan keyakinan ? Semua mahluk adalah ciptaan Tuhan
dan semuanya ditempatkan di bumi untuk hidup bersama. Apakah kita akan
membunuhi semua mahluk ciptaanNya yang tidak sejalan dengan kita ? Siapa yang
memberi kita kuasa untuk membunuh ? Tuhan ? ataukah iblis di dalam diri kita
sendiri ?
Seorang anak yang ingin dikasihi oleh orang tuanya, haruslah dia bersikap berbakti,
patuh dan dekat kepada orang tuanya, bukannya membunuhi anak-anak yang lain
supaya dia kemudian menjadi anak orang tuanya satu-satunya. Apakah anda akan
memuliakan seorang anak anda yang menindas dan membunuhi anak-anak anda yang
lain karena berbeda pandangan dan karena dia ingin menjadi anak anda satu-satunya
? Apakah kemudian anda akan berkata : "Inilah anakku satu-satunya yang berbakti
kepadaku" ? Apakah anda setuju dengan perbuatannya yang membunuhi anak-anak
anda yang lain ? Siapakah yang memberinya kuasa untuk membunuh ? Anda kah ?
ataukah iblis di dalam dirinya sendiri ?
Janganlah kita sombong dengan menganggap segala sesuatunya sudah benar karena
kita sudah beragama, atau karena kita beribadah. Iblis hadir dimana-mana. Jangan kita
termakan, atau malah menumbuh-suburkan sifat-sifat iblis dalam diri kita : kebencian
dan tipu daya. Jangan hidup di bawah kungkungan sifat-sifat iblis. Bersihkanlah hidup
kita dari sifat-sifat iblis, bersih lahir, hati dan batin. Jangan sampai terulang cerita
jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa. Jangan juga terulang cerita Kain membunuh
saudaranya Habil. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan, tetapi iblis
tetap saja punya kesempatan untuk menyesatkan manusia. Jangan sampai karena
kesombongan agama, kemudian kita malah menjadi bala tentara iblis di dunia. Jangan
biarkan kuasa kegelapan menguasai kita.
Jangan mengkiblatkan agama dan iman kepada seseorang, karena kiblat iman dan
agama adalah kepada Tuhan !
Agama hanya bermanfaat bagi orang-orang yang mau menerima, mengimani dan
menjalankannya dengan benar. Dan adanya keberagaman kehidupan mahluk ciptaan
Tuhan yang bermacam-macam itu justru menjadi ajang pembuktian apakah dalam
kehidupan ini seseorang termasuk sebagai mahluk Tuhan yang mulia, berdasarkan
keimanan, kepribadian, dan perilakunya, ataukah, walaupun beragama dan beribadah,
tetapi termasuk sebagai mahluk liar dan berakhlak rendah yang tak berharga di mata
Tuhan.
Mudah-mudahan ini bisa menjadi tambahan kebijaksanaan bagi kita, kebijaksanaan
yang bersifat kesepuhan.
Tuhan tidak bisa diklaim sebagai milik seseorang atau segolongan orang, atau diklaim
sebagai milik agama tertentu, apalagi sampai mengkafirkan atau menganiaya dan
membunuhi orang lain.
Tuhan yang berkuasa atau semua mahluk ciptaanNya, bukan kita yang berkuasa
memiliki atau menguasai Tuhan.
Tuhan tidak berada di bawah agama, justru agama diberikan supaya manusia dapat
mengenal Tuhan.

Mengapa agama gagal total ?


Sebenarnya kesalahannya tidak terletak pada agamanya, tetapi manusianya. Manusia
yang berpikiran dangkal, yang menghayati dan mengamalkan agama hanya secara
sempit. Manusia yang menjalankan agamanya hanya berdasarkan ajaran, dogma dan
doktrin agama dan fanatisme sempit, ke-Aku-an beragama dan cinta diri, dan
manusia-manusia yang memper-Tuhan-kan dirinya sendiri, yang menganggap
pemikiran dan kata-katanya adalah kebenaran mutlak yang harus diikuti oleh orang
lain dan akan mengatai orang lain sebagai murtad atau kafir jika tidak sejalan dengan
kata-katanya, yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa atas agama dan
menunggangi agama untuk hasratnya berkuasa dan memaksakan kuasanya atas orang
lain.
Hubungan manusia dengan Tuhan tidak bisa dicapai dengan doktrinasi agama, atau
menghafalkan dan mem-beo segala macam doa dan ayat, atau juga membunuhi
manusia lain yang tidak sejalan. Dan segala macam laku ibadah yang kelihatan mata
tidaklah dapat dijadikan ukuran keimanan seseorang. Keimanan seseorang harus
terlihat dari akhlaknya yang baik dan dari perbuatannya yang juga baik, yang
mencerminkan manusia yang berpribadi dan berakhlak mulia, yang mencerminkan
hidup manusia yang telah mengenal Allah. Dengan demikian agama dan hubungan
manusia dengan Tuhannya akan menjadi bersifat pribadi. Orang yang telah dalam
pemahaman kebatinannya tentang agamanya akan menemukan bahwa agama adalah
bersifat pribadi antara dirinya dengan Tuhan, sehingga agama tidak dapat dipaksakan
kepada orang lain.
Kegagalan agama terletak pada kegagalannya, melalui pemuka-pemuka agamanya,
dalam membina kebatinan para pemeluknya. Kegagalan yang justru menjauhkan
manusia dari sikap arif bijaksana dan berbudi luhur. Seringkali kegagalan itu juga
menyebabkan para penganutnya menjadi munafik, selain karena adanya kekurangan
yang tidak didapatkannya dari agamanya, mereka menutup-nutupi keberatannya atas
segala aturan agama atau aturan-aturan dari pemuka agama yang membelenggunya,
dan berusaha mempercantik diri supaya hal itu tidak tampak di hadapan orang lain,
karena takut disebut kafir atau tidak beriman.
Bahkan karena adanya ketidak-seragaman kebatinan pada para penganut agama itu
pula yang menyebabkan munculnya banyak aliran atau sekte di dalam suatu agama,
dan masing-masing memiliki ke-Aku-an sendiri-sendiri, sehingga manusia terkotak-
kotak menjadi kelompok-kelompok yang memuliakan kelompoknya sendiri dan
menyalahkan / merendahkan, bahkan menghakimi kelompok yang lain, walaupun
masih dalam lingkup agama yang sama.

Agama dan kebatinan sebenarnya memiliki keterkaitan yang kuat. Tetapi orang sering
mencampur-adukan 2 hal tersebut yang seharusnya berbeda. Tidak hanya di dalam
kelompok kebatinan, di dalam kehidupan beragama pun ada saja orang yang
melakukan pencarian spiritual mengenai kebenaran sejati, kebenaran agama,
kebenaran Tuhan, ataupun tentang aspek kebijaksanaan lain. Dalam prakteknya,
agama adalah jalan menuju spiritual. Ada juga yang mendapatkan pencerahan dan
memiliki pemahaman yang dalam atas agama setelah melakukan pencarian spiritual.
Pencapaian spiritual itulah yang menentukan kedalaman pengetahuan dan
kebijaksanaan keagamaan seseorang, tetapi jalan yang ditempuh untuk spiritualitas
itulah yang seringkali dipertentangkan orang.
Apakah spiritual berada di luar lingkup agama ?
Apakah kita harus mendalami agama saja untuk memahami kebenaran Tuhan ?
Apakah agama adalah satu-satunya jalan untuk memahami kebenaran Tuhan ?
Bagaimana kita tahu kebenaran Tuhan kalau tidak memiliki kebijaksanaan spiritual ?
Bagaimana kita tahu kebenaran agama kalau tidak memiliki kebijaksanaan spiritual ?

Mengerti tentang kegaiban yang dialami manusia saja tidak mampu, bagaimana dapat
mengerti dan mengenal Tuhan, yang sejatinya adalah sumber segala kegaiban. Itulah
keterbatasan pikiran dan akal budi manusia. Karena itulah Allah membekali manusia
dengan roh, supaya dengan rohnya manusia dapat mengerti kegaiban hidup dan
mengenal Allah dan jalan yang benar menuju Allah, supaya manusia tidak hanya
berkeras diri membela ajaran-ajaran dan dogma-doktrin yang membelenggu akal
sehat, yang dia sendiri tidak mengetahui kebenarannya (bisanya hanya percaya saja
pada ajaran agamanya), dan supaya manusia memiliki hikmat kebijaksanaan dalam
dirinya tentang Allah dan kebenaranNya.
Seharusnya segala macam agama dan ibadah membawa manusia kepada akhlak
yang mulia.
Itulah tujuan diberikannya agama kepada manusia, yaitu supaya manusia mengenal
Tuhan-nya, tidak lagi hidup seperti manusia yang tidak mengenal Tuhan, dan untuk
menjadi sarana dalam membina hubungan pribadi manusia dengan Tuhan-nya.

Agama itu pada dasarnya mengajar manusia untuk mengenal Tuhan (Gusti Allah).
Agama adalah jalan.
Tujuannya adalah Tuhan.

Secara roh dan batinnya, manusia mengenal suatu Roh Agung yang disebut Tuhan.
Tetapi manusia tidak dapat mengenal Tuhan secara langsung dan tidak dapat
mencapai-Nya secara langsung, sehingga manusia tidak dapat mengenal Allah dengan
benar. Manusia hanya bisa percaya saja, sesuai panggilan batinnya, dan sesuai ajaran
dalam kepercayaan / agama. Sesuai panggilan batinnya manusia mencari Tuhan,
tetapi karena ketidak-tahuan tentang Allah yang benar, maka banyak manusia yang
jatuh ke dalam jalan penyembahan yang salah.

Semua suku dan semua kultur memiliki cara untuk mendekati Tuhannya. Mengapa
harus dipertentangkan ?
Tetapi karena manusia tidak dapat mengenal Tuhan secara langsung, karena ketidak-
tahuan manusia tentang Allah yang benar, maka jalan yang ditempuh sendiri-sendiri,
tidak sama.
Orang yang memahami agama dengan baik pasti toleran, karena sama-sama tidak
tahu Allah yang benar (bisanya hanya percaya saja pada ajaran agamanya), tetapi
sama-sama punya tujuan yang sama : Tuhan.

Tetapi seringkali manusia salah dalam memahami agama, seolah-olah agama adalah
tujuan, sehingga banyak orang yang "memper-Tuhan-kan" agama. Seolah-olah jika
sudah menganut suatu agama, maka tujuannya sudah tercapai dan kemudian
memaksakan agamanya itu kepada orang lain dan meng-kafir-kan agama lain yang
tidak sejalan. Orang buta menuntun orang buta.

Banyak orang yang membuat agama menjadi tujuan, bukan menjadikan agama
sebagai jalan mencapai Tuhan. Kesucian hati dan kepribadian yang mulia, yang
menuntun dan mengarahkan manusia menjadi mahluk berakhlak mulia tidak
diutamakan. Manusia lebih mengutamakan kehormatan diri, ke-Aku-an dan cinta diri,
tidak memuliakan agama dan Tuhan. Akibatnya banyak orang yang memaksakan
agamanya kepada orang lain, dan menghakimi agama yang lain sebagai sesat. Bahkan
ada juga yang tidak mengutamakan kemuliaan, yang menghasut dan memfitnah
agama dan kepercayaan lain untuk menjadikan agamanya banyak pengikutnya.

Agamis vs Religius

Agamis dipahami sebagai sikap perilaku manusia yang menonjol sekali (terlihat)
perilakunya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan dalam kehidupannya
sehari-hari tergambar juga kerajinannya dalam beribadah formal.

Pada kalangan agamis, mereka menjaga benar semua perilaku, perbuatan, ucapan dan
penampilan, supaya sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran agamanya dan banyak
juga yang ucapan dan penampilannya mengikuti tradisi budaya dalam agamanya,
sehingga walaupun hanya sekilas saja, orang lain akan dapat melihat / mengetahui
keagamaannya.

Sebagian besar kalangan agamis secara psikologis menganggap bahwa agama adalah
perwujudan dari Tuhan dan perintah-perintahNya, sehingga mereka akan melakukan
apa saja untuk "memuliakan" agamanya.

Tetapi sayangnya ada sebagian dari kalangan agamis ini yang hanya mengedepankan
sisi formal peribadatan dan menganggap keimanan hanya terkait dengan kerajinan
beribadah formal dan pemenuhan kewajiban agama yang bersifat formal. Sebagian
dari mereka tidak menjaga "kesucian" perbuatan-perbuatan mereka karena
menganggap bahwa semua perbuatan jeleknya akan dapat "ditebus" dengan "pahala"
dari kerajinan beribadah dan pemenuhan kewajiban formal.

Religius dipahami sebagai sikap perilaku manusia yang tidak menonjolkan perilaku
agamis dan peribadatan formal, tetapi dalam kehidupannya sehari-hari mereka
memegang teguh kepercayaannya dan menjaga kesucian perbuatan sesuai dengan
kepercayaan yang mereka anut.

Kalangan religius memandang bahwa agama, ibadah, kepercayaan dan juga akhlak
adalah masalah hati, batin, yang semuanya tidak harus tercermin dalam peribadatan
formal dan perbuatan-perbuatan yang kelihatan mata. Mereka menganggap bahwa
manusia tidak dinilai hanya dari amal atau ibadahnya saja, tetapi juga dari akhlaknya.
Karena itu ibadah mereka tidak harus semua tercermin dalam peribadatan dan
kepercayaan formal. Ibadah mereka yang sesungguhnya ada di dalam hati.

Kalangan religius tidak mengedepankan kehidupan agamis dan peribadatan formal


dan perbuatan-perbuatan agamis lain yang kelihatan mata, tetapi lebih
mengutamakan untuk memegang teguh kepercayaannya dan menjaga kelurusan
perbuatan-perbuatan mereka sesuai kepercayaan yang mereka anut. Walaupun juga
menjalankan peribadatan formal, tetapi mereka memiliki ‘kebijaksanaan’ sendiri
mengenai keTuhanan, yaitu kehidupan kepercayaan yang didasari pada kepercayaan
ketuhanan dan nilai-nilai budi pekerti yang diajarkan dalam agamanya, yang
semuanya menyatu di dalam hati menjadi kepercayaan yang bersifat pribadi, yang
mengisi hidup mereka dan dijalankan sepenuh hati, walaupun sikap kepercayaannya
itu tidak kelihatan di mata orang lain.

Itulah cerminan dari sikap kebatinan dan perilaku manusia yang terkait dengan
kehidupan berkepercayaan dan beragama.
Sebagian orang lebih cenderung mengedepankan kehidupan yang agamis.
Sebagian lagi lebih cenderung mengedepankan kehidupan yang tidak agamis, tetapi
mereka religius.
Sebagian lainnya membina kehidupan yang agamis dan religius.
Sebagian lainnya tidak mementingkan urusan agama dan religi, tetapi lebih
mengedepankan kepentingan keduniawiannya.
Sebagian lainnya berperilaku munafik, sok suci, sok agamis, sok religius, karena
sebenarnya mereka tidak agamis dan juga tidak religius, hanya supaya kelihatan baik
saja di mata orang lain.
--------------------

Mistisisme dan Klenik

Mistisisme berhubungan dengan apa yang dirasakan manusia dengan batinnya,


dengan rasa, dengan rohnya. Mistis adalah segala sesuatu kejadian atau fenomena
dalam kehidupan yang ditangkap manusia dengan batinnya, dengan rasa, dengan
rohnya, mengenai segala sesuatu yang dirasakan dan diyakini nyata dan ada, tetapi
tidak tampak mata, tidak dapat secara langsung diinderai oleh panca indra manusia.
Mistisisme adalah kepercayaan seseorang yang meyakini tentang sesuatu yang tidak
tampak mata, tetapi ada, karena bisa diinderai dengan rasa dan batin. Mistisisme
tidak sama dengan mitos dan tahayul, yang tidak dapat diinderai dengan rasa dan
batin, yang manusia bisanya hanya percaya atau tidak saja.

Sesuai kodrat dan hakekatnya sebagai mahluk duniawi dan illahi, sesuai tujuan awal
penciptaan manusia, manusia dibekali dengan akal budi dan roh, bukan hanya insting
dan naluri untuk hidup dan bertahan hidup (hewan), sehingga manusia dapat
mengenal dirinya sendiri, mengenal peradaban dan mengenal Tuhan yang harus
disembah. Dengan rohnya, manusia mengenal roh-roh lain dan kegaiban, dan
mengenal "Tuhan" atau "tuhan-tuhan", suatu pribadi agung yang berkuasa bukan
hanya atas dirinya dan hidupnya, tetapi juga atas kehidupan seluruh alam, walaupun
dalam niatan menyembah Tuhan manusia banyak jatuh ke jalan penyembahan yang
salah.

Sudah menjadi kodrat bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai makluk duniawi yang
dibekali dengan akal budi dan roh, sehingga bisa mengenal kegaiban, mengenal
mistis. Dan itu berlaku untuk semua manusia, dimana pun mereka berada, bukan
hanya di timur dan di barat, tetapi juga di belahan bumi utara, tengah dan selatan.
Tetapi masing-masing fenomena gaib dan keyakinan mistisisme berbeda sifat dan
wujudnya, sesuai tempat dan peradaban masing-masing manusia.

Termasuk juga kehidupan manusia di negara-negara maju, yang sebelum munculnya


agama modern dan rasionalisasi berpikir manusia, mereka hidup dalam nuansa penuh
mistis. Walaupun semua yang mistis tidak harus disembah, tetapi mereka bisa
merasakannya dan meyakininya benar ada. Dan keyakinan itu menyertai kehidupan
mereka sehari-hari, walaupun tidak selalu tampak di permukaan.

Berkembangnya pengaruh agama-agama modern telah merubah / menyetir sikap


berpikir manusia tentang perlakuan manusia terhadap mahluk halus. Yang semula
memperlakukan mahluk-mahluk halus dengan istimewa, kemudian menjadi
menjauhinya. Bahkan hubungan antara manusia dengan mahluk halus seringkali
dinyatakan sebagai sesuatu yang "haram". Ajaran agama-agama modern tidak
menghapuskan kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib, hanya dibelokkan saja. Yang
semula manusia mengagungkan mahluk-mahluk halus dan segala sesuatu yang gaib,
kemudian dinyatakan dilarang, tetapi kemudian diharuskan mengagungkan "Tuhan",
sesuatu yang juga gaib, yang diyakini ada, yang diyakini sebagai penguasa alam dan
kehidupan, yang diyakini tidak hanya berkuasa atas hidup manusia, tetapi juga
berkuasa atas seluruh mahluk gaib.

Berkembangnya rasionalisasi berpikir manusia adalah yang paling banyak merubah


sikap berpikir manusia mengenai hal-hal gaib. Walaupun dalam hati kecilnya mereka
tetap meyakini adanya gaib, tetapi dalam kesehariannya mereka tidak mau
berhubungan dengan hal-hal gaib. Memikirkannya saja tidak. Segala sesuatu harus
dapat dibuktikan secara rasional. Kalau tidak dapat dibuktikan secara rasional, berarti
itu hanya tahayul / mitos. Mereka tidak mau hidup dalam dunia tahayul. Mereka
memilih hidup mengandalkan kemampuan manusia, mengandalkan kemampuan
berpikir manusia yang rasional. Kehidupan dan masa depan ada di tangan manusia,
tidak mau lagi hidup dalam mitos dan tahayul.
Kehidupan berkebatinan orang Jawa yang masih memelihara rasa dan batin,
mendorong mereka untuk hidup penuh mistis, penuh dengan kepercayaan tentang
hal-hal gaib dan mahluk halus. Walaupun bukan berarti menyembah mahluk halus,
tetapi mereka percaya bahwa mahluk halus benar ada dan mereka menghormati itu.

Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka
syukuri sebagai karunia Allah. Mereka percaya adanya 'berkah' dari roh-roh, alam dan
Tuhan, dan kehidupan mereka akan lebih baik bila mereka 'keberkahan'. Karena itu
dalam budaya Jawa dikenal adanya upaya untuk selalu menjaga perilaku, kebersihan
hati dan batin dan ditambah dengan laku prihatin dan tirakat supaya hidup mereka
diberkahi. Melakukan pemberian sesaji, ritual bersih desa, ruwatan sengkolo,
syukuran, selametan, dsb, sudah menjadi tradisi sehari-hari yang dilakukan supaya
hidup manusia keberkahan dan lancar dalam segala urusan.

Secara kebatinan dan spiritual, mereka percaya bahwa kehidupan manusia di alam ini
hanyalah sementara, yang pada akhirnya nanti akan kembali lagi kepada Sang
Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri dan dengan kekuatannya sendiri, adalah bukan
apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia harus bersandar
pada kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh dan Tuhan), beradaptasi
dengan lingkungan alam yang merupakan rahmat dari Tuhan dan memeliharanya,
bukan melawannya, apalagi merusaknya. Kepercayaan kepada roh-roh dan Tuhan ini
seringkali dikonotasikan sebagai kepercayaan animisme dan dinamisme, yang kontras
dengan ajaran agama.

Kehidupan kebatinan dan spiritual masyarakat Jawa itu dilandasi oleh kesadaran-
kesadaran :
- Kesadaran adanya Tuhan, sebagai pencipta dan penguasa alam semesta.
- Kesadaran adanya hubungan antara manusia dengan alam dan seluruh isinya.
- Kesadaran kebersamaan sebagai sesama mahluk hidup ciptaan Tuhan, yang
melandasi hubungan antar
sesama manusia dan hubungan manusia dengan mahluk lain yang nyata maupun
yang tidak tampak mata.

Kesadaran-kesadaran tersebut merupakan landasan utama dalam ’kawruh kejawen’


dan mengisi hidupnya orang Jawa, menjadi budaya Jawa yang mencakup kepercayaan
dan spiritualisme, falsafah hidup, tradisi dan laku budaya, sistem organisasi
kemasyarakatan yang kekeluargaan, bahasa dan aksara, dan seni budaya.

Mistisisme berbeda dengan klenik. Klenik berhubungan dengan praktek / perbuatan


yang berhubungan dengan kegaiban atau praktek yang menciptakan kejadian gaib,
yang bukan kejadian biasa, bukan kejadian yang alami. Istilah klenik berhubungan
dengan ilmu gaib / khodam dan sihir atau praktek perdukunan. Dan mistisisme dalam
kehidupan orang Jawa tidak dapat secara langsung disamakan dengan perilaku klenik,
karena sekalipun percaya dengan hal-hal gaib, tetapi tidak semuanya menjalankan
perbuatan klenik. Dan klenik ini tidak hanya ada di Jawa, tetapi juga ada di tempat-
tempat dan negara-negara lain di belahan bumi manapun, dan bisa dilakukan oleh
semua orang, termasuk oleh orang-orang yang agamis.

-------------------------

Pencarian ‘Kebatinan’ Baru

Ketentraman dan kebahagiaan rohani kini menjadi barang yang mahal.

Upaya mendapatkan kebahagiaan banyak menjerumuskan manusia pada kebendaan.


Kelimpahan materi untuk mencukupi semua kebutuhan hidup, sekaligus sarana untuk
bersenang-senang, menjadikan manusia sangat bergantung pada keduniawian semu
dan sesaat. Kehidupan bertetangga pun sudah tidak lagi seerat jaman dulu. Banyak
orang tidak saling mengenal, walaupun tinggal berdekatan dalam satu lingkungan.
Masing-masing hidup dalam duniawinya sendiri-sendiri. Tidaklah bisa dipungkiri,
karena kesepian dan kekosongan jiwa akhirnya mengakibatkan mereka menjadi malas
beribadah atau mencari alternatif lainnya seperti narkoba, alkohol, menonton film-
film hiburan, mengunjungi tempat-tempat keramaian, dsb.

Agama tidak bisa mencegah runtuhnya adat istiadat ataupun ikatan kekeluargaan.
Bahkan pada banyak kasus, agama (perbedaan agama) justru menjadi sarana
runtuhnya adat istiadat dan ikatan kekeluargaan. Di zaman teknologi dan komunikasi
canggih seperti sekarang ini kenyataannya kita menjadi semakin kesepian, bahkan
telah menjalar sampai kepada masyarakat desa, sehingga mereka pun merasakan
kesepian batin. Kehampaan dan kekosongan jiwa menyebabkan manusia harus
mencari pengisi hati di berbagai macam tempat hiburan, dan tiap weekend dan hari
libur mereka ber-bondong-bondong mencari sesuatu yang bisa mengisi kekosongan
jiwa. Tetapi kenyataannya hanya kebahagiaan semu dan sementara sajalah yang
mereka dapatkan.

Ketentraman dan kebahagiaan ada di dalam hati. Karir bagus, materi berlimpah,
bukan jaminan merasa bahagia dan cukup. Kegundahan, tak punya pegangan hidup
dan kekosongan jiwa, banyak dirasakan manusia dewasa ini, ditambah lagi dengan
problematika hidup yang melilit dan membelenggu jiwa dan pikiran. Harapan
menemukan jalan keluar dilakukan dengan berbagai cara untuk mengantarkan
manusia pada kebahagiaan dan ketenangan batin. Upaya untuk mendapatkannya
mendorong sebagian orang untuk mengikuti kegiatan-kegiatan dalam berbagai
komunitas, komunitas olah raga, hobby, komunitas lingkungan, komunitas agamanya,
ada juga yang menelusuri komunitas-komunitas spiritual lintas agama.

Kecenderungan manusia sejak dahulu adalah keinginannya untuk tidak terbelenggu


dalam ikatan-ikatan. Manusia juga ingin lepas dari sikap fanatis. Banyak yang memilih
hidup dalam pandangan-pandangan yang universal dan lintas agama, lintas suku dan
bangsa. Di Jawa ada aliran-aliran spiritual kebatinan tertentu, yang tidak berpegang
pada ajaran agama tertentu, seperti Aliran Kepercayaan Sumarah, Subud (Susila
Budhi Darma), Sapto Darmo, Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu), ajaran
Manunggaling Kawula Lan Gusti, dsb. Pada masa sekarang, tak sedikit yang
bergabung dengan komunitas-komunitas seperti komunitas Anand Krisna, Lia Eden,
Baha’i, Sai Baba dan aliran kebatinan spiritual lainnya.

Di dalam komunitas lintas agama inilah, mereka melakukan berbagai ritual, meditasi
dan kegiatan-kegiatan lain yang menyerupai peribadatan agama tertentu. Mereka
menemukan intisari dari kebijaksanaan hidup. Bahkan mereka merasakan adanya
persaudaraan di dalam komunitasnya, persaudaraan universal kemanusiaan, yang
tidak membeda-bedakan ras (bangsa), agama, jenis kelamin, kasta, warna kulit, atau
apapun juga.

Orang-orang yang mengikuti komunitas tersebut mempunyai latar belakang agama


yang bermacam-macam, seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan sebagainya.
Ajaran-ajaran dalam komunitas tersebut kerap mengatakan bahwa semua agama
adalah jalan yang benar menuju Tuhan. Ajaran mendasar dari konsep ini adalah
kebenaran agama yang universal. Ajaran ini mengajak manusia mempelajari
perbandingan agama-agama, filsafat dan ilmu pengetahuan.

Dengan propaganda ”mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia”


inilah kemudian berkembang doktrin ”semua agama sama”, atau “semua agama
benar”, karena merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju Tuhan yang satu.
Gerakan inilah yang kemudian disebut New Age Movement (Gerakan Era Baru),
berusaha memadukan antara nilai-nilai Barat dan Timur, lewat jalan menggali dan
mempelajari apa yang mereka sebut sebagai the ancient wisdom, kearifan masa lalu.
Hingga saat ini, gerakan New Age terus berkembang di berbagai negara.

Kehadiran komunitas spiritual kebatinan tentu berbeda dengan agama. Acuan agama
bukanlah hasil pikir dan perenungan manusia, melainkan wahyu. Sedangkan materi
kebatinan merupakan kreasi manusia, yang mengkombinasikan kebijaksanaan dari
banyak macam kepercayaan, mulai dari kepercayaan animisme dan dinamisme
zaman prasejarah, ajaran-ajaran dewa dan kepercayaan-kepercayaan kuno, teknik-
teknik meditasi, mistik, tasawuf, filsafat, psikologi, bahkan sampai kultus-kultus
individu terhadap pemimpin atau pendiri pertama aliran-aliran tertentu.

Kebanyakan aliran kebatinan memang kerap mensitir keterangan agama, tetapi


bukan sebagai patokan dasar, melainkan sebagai cara untuk memperkuat ajaran-
ajaran kebatinan. Atas nama Hak Asasi Manusia dan kebebasan, mereka
menggabungkan agama-agama yang berujung pada pluralisme agama, bahkan
menghilangkan semua batasan agama yang ada.

Pendekatan kebatinan spiritual seperti ini membuat fungsi terpendam agama, seperti
ketenangan batin dan kebahagiaan, menjadi nyata dan bisa dirasakan oleh semua
anggotanya. Karena itu, semua aktivitas ‘keagamaan’ dan spiritual yang mereka
lakukan dinilai dari bisa atau tidaknya memenuhi fungsi menenangkan batin, mengisi
kekosongan jiwa dan menciptakan kebahagiaan yang dirasakan oleh para pelakunya.

Kuncinya adalah pada persekutuan hati.

Di dalam rumah ibadah, kebanyakan orang hanya menjalankan rutinitas peribadatan


saja, tidak ada persekutuan hati di antara mereka. Inilah yang menyebabkan
sekalipun seseorang rajin beribadah di rumah ataupun di dalam rumah ibadah, tetap
saja merasakan kekosongan hati. Dan kekosongan hati tidak bisa dipenuhi hanya
dengan rutinitas ibadah dan berbagai macam khotbah dan dogma / doktrin agama.
Harus ada persekutuan hati yang bisa merekatkan hubungan hati antar sesamanya
dan rasa kehangatan yang mengisi hati.

Di dalam perkumpulan kebatinan tersebut sifat kekeluargaan anggotanya jauh lebih


erat daripada di rumah ibadah dan sifat kebatinannya jauh lebih menonjol dan jauh
lebih diutamakan daripada sifat formalitasnya. Inilah yang mendorong banyak orang
bergabung di dalam perkumpulan kebatinan.

Pihak kebatinan tidak pernah menyerang atau merendahkan pihak agama. Tetapi
banyak manusia di pihak agama memandang sinis terhadap keberadaan perkumpulan
kebatinan, bahkan memusuhinya dan menganggap bahwa kebatinan itu sebagai
agama liar dan sesat. Padahal kedua-duanya mempunyai unsur yang sama, yaitu
percaya kepada Tuhan dan mengajarkan budi luhur, dan anggota-anggotanya juga
beragama. Walaupun ada saja orang yang ikut perkumpulan kebatinan sebagai
"pelarian", tetapi sebagian besar orang di dalam perkumpulan itu menyadari
sepenuhnya bahwa perkumpulan kebatinan itu bukanlah agama dan mereka pun
menjadikan perkumpulan itu hanya sebagai pelengkap kehidupan kerohanian mereka
saja.

Di luar sikap menghakimi mengenai benar-salahnya atau legal-tidaknya aktivitas


kebatinan seperti tersebut di atas, seyogyanya ini menjadi masukan yang berharga
bagi para pemuka agama dan para penganut agama. Keberadaan agama bukan untuk
‘memaksa’ manusia untuk memeluk agama dan mengharuskan menjalankan aturan-
aturannya, tetapi juga harus dapat merangkul dan mengayomi mereka yang mencari
Tuhan, mencari kebenaran Tuhan, mencari ketentraman batin, dan mencari pengisi
kekosongan jiwa, yang tidak bisa didapat hanya dengan cara mengikuti rutinitas
peribadatan, khotbah dan ajaran-ajaran ‘fanatik’, dogma dan doktrin agama yang
mendorong manusia menjadi 'terkotak-kotak' dan 'terbelenggu', apalagi yang sampai
melakukan pembenaran atas perbuatan menghakimi dan kekerasan dengan nama
agama. Hubungan manusia dengan Tuhan bersifat pribadi, tidak bisa dipaksakan,
apalagi dengan kekerasan.

--------------------------

Laku Prihatin dan Tirakat

Kebatinan adalah sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam, dan
terjadi pada siapa saja, termasuk pada orang-orang yang sangat tekun dan murni
dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang
dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati, bagaimana
harus berpikir dan bersikap, dsb. Dalam masing-masing firman dan sabda terkandung
makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan
panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan di dalam
batin tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan batin
menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.

Ajaran kebatinan kejawen pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan


kepercayaan orang Jawa terhadap Tuhan. Kejawen atau Kejawaan (ke-jawi-an)
dalam pandangan umum berisi kesenian, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi
orang-orang Jawa. Kejawen mencerminkan spiritualitas orang Jawa. Ajaran kejawen
tidak terpaku pada aturan yang formal seperti dalam agama, tetapi menekankan
pada konsep “keseimbangan dan keharmonisan hidup”. Kebatinan Jawa merupakan
tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum
hadirnya agama-agama di pulau Jawa, yang pada prakteknya, selain berisi ajaran-
ajaran budi pekerti, juga diwarnai ritual-ritual kepercayaan dan ritual-ritual yang
berbau mistik.

Secara kebatinan dan spiritual dipahami bahwa kehidupan manusia di alam ini
hanyalah sementara saja, yang pada akhirnya nanti semua orang akan kembali lagi
kepada Sang Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri, adalah bukan apa-apa, bukan
siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia harus bersandar kepada kekuatan
dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh dan Tuhan), dan beradaptasi dengan
lingkungan alam dan memeliharanya, bukan melawannya, apalagi merusaknya. Lebih
baik untuk menjaga sikap dan tidak membuat masalah. Memiliki sedikit lebih baik,
daripada berambisi mencari ‘lebih’. Dengan demikian idealisme kebatinan jawa
menuntun manusia pada sikap menerima, sabar, rendah hati, sikap tahu diri,
kesederhanaan, suka menolong, tidak serakah, tidak berfoya-foya / berhura-hura,
dsb. Idealisme inilah yang menjadikan manusia hidup tenteram dan penuh rasa
syukur kepada Tuhan.

Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka
syukuri sebagai karunia Allah.
Mereka percaya adanya 'berkah' dari roh-roh, alam dan Tuhan, dan kehidupan
mereka akan lebih baik bila mereka 'keberkahan'. Karena itu dalam budaya Jawa
dikenal adanya upaya untuk selalu menjaga perilaku, kebersihan hati dan batin dan
ditambah dengan laku prihatin dan tirakat supaya hidup mereka diberkahi. Mereka
tekun menjalankan “laku” untuk pencerahan cipta, rasa, budi dan karsa.

Laku adalah usaha / upaya.


Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-
enakan.
Tirakat adalah usaha-usaha tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu
keinginan.
Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha untuk menjaga agar
kehidupan manusia selalu 'keberkahan', selamat dan sejahtera dalam lindungan
Tuhan, agar dihindarkan dari kesulitan-kesulitan dan terkabul keinginan-
keinginannya. Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar
selalu bersikap positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana,
demi tercapainya tujuan hidup.

Di luar segala bentuk laku prihatin yang dijalankan manusia, ada laku lain yang
sifatnya sangat mendasar, yaitu puasa hati dan batin, senantiasa menjaga sikap hati
dan batin, yang dalam kesehariannya dilakukan tanpa kelihatan bentuk lakunya.

Laku prihatin yang biasa dilakukan pada dasarnya adalah :


1. Membersihkan hati dan batin dan membentuk hati yang tulus dan iklas.
2. Hidup sederhana dan tidak tamak, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
3. Mengurangi makan dan tidur.
4. Tidak melulu mengejar kesenangan hidup.
5. Menjaga sikap eling lan waspada.

Di dalam tradisi spiritual kejawen, seorang penghayat kejawen biasa melakukan


puasa dan laku prihatin dengan hitungan hari tertentu, biasanya disesuaikan dengan
kalender jawa, misalnya puasa senin-kamis, wetonan, selasa kliwon, jum'at kliwon,
dsb.

Puasa tersebut dimaksudkan untuk menjadikan hidup mereka lebih 'bersih' dan
keberkahan, sekaligus juga bersifat kebatinan, yaitu untuk memelihara kepekaan
batin dan memperkuat hubungan mereka dengan saudara kembar gaib mereka yang
biasa disebut 'Sedulur Papat', sehingga puasa itu juga memelihara 'berkah' indera
keenam seperti peka firasat, peka terhadap petunjuk gaib / pertanda, peka tanda-
tanda alam, dsb.

Laku prihatin pada prinsipnya adalah perbuatan sengaja untuk menahan diri
terhadap kesenangan-kesenangan, keinginan-keinginan dan nafsu / hasrat yang tidak
baik dan tidak bijaksana dalam kehidupan. Laku prihatin juga dimaksudkan sebagai
upaya menggembleng diri untuk mendapatkan 'ketahanan' jiwa dan raga dalam
menghadapi gelombang-gelombang dan kesulitan hidup. Orang yang tidak biasa laku
prihatin, tidak biasa menahan diri, akan merasakan beratnya menjalani laku prihatin.

Laku prihatin dapat dilihat dari sikap seseorang yang menjalani hidup ini secara tidak
berlebih-lebihan. Idealnya, hidup ini dijalani secara proporsional, selaras dengan apa
yang benar-benar menjadi kebutuhan hidup, dan tidak melebihi batas nilai
kepantasan atau kewajaran (tidak berlebihan dan tidak pamer). Walaupun
kepemilikan kebendaan seringkali dianggap sebagai ukuran kualitas dan keberhasilan
hidup seseorang, dan sekalipun seseorang sudah jaya dan berkecukupan, laku
prihatin dapat dilihat dari sikapnya yang menahan diri dari perbuatan-perbuatan
yang tidak baik, tidak pantas, tidak bijaksana, dan menahan diri dari perilaku
konsumtif berlebihan. Menjalani laku prihatin juga tidak sama dengan menahan diri
karena hidup yang serba kekurangan.

Laku prihatin melandasi perbuatan yang bermoral.

Prihatinnya Orang Miskin Harta.


Walaupun seseorang kekurangan harta, tetapi dia tidak mengisi hidupnya dengan
kesedihan, rasa iri dan dengki dan tidak mengejar kekayaan dengan cara tercela.
Tetap hidup sederhana sesuai kebutuhannya dan tidak menginginkan sesuatu yang
bukan miliknya. Walaupun tidak dapat memenuhi keinginan kebendaan duniawi
secara berlebihan, tetapi tetap menjalani hidup dengan rasa menerima dan
bersyukur. Dan sekalipun menolong dan membantu orang lain, tetapi dilakukan
tanpa pilih kasih dan tanpa pamrih kebendaan, dengan demikian hidupnya juga
memberkahi orang lain.
Filosofinya : makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan (hewan). Urip iku mung
mampir ngumbe thok.
Hidup seperlunya saja sesuai kebutuhan, bukannya mengejar / menumpuk harta atau
apapun juga yang nantinya toh tidak akan dibawa mati ke dalam kubur.
Sekalipun mereka miskin harta, tetapi kaya di hati, sugih tanpa bandha. Berbeda
dengan orang yang berjiwa miskin, yang sekalipun sudah berkecukupan harta, tetapi
selalu merasa takut miskin, dan akan melakukan apa saja, termasuk perbuatan yang
tercela, untuk terus menambah kekayaannya.

Prihatinnya Orang Kaya Harta.


Walaupun seseorang berlebihan harta, tetapi tidak mengisi hidupnya dengan
kesombongan dan bermewah-mewahan. Tetap hidup sederhana sesuai
kebutuhannya dan tidak memenuhi segala keinginan melebihi apa yang menjadi
kebutuhan.
Seseorang yang kaya berlimpah harta, memiliki banyak benda yang bagus dan mahal
harganya dan melakukan pengeluaran yang "lebih" untuk ukuran orang biasa, bukan
selalu berarti tidak menjalani laku prihatin. Namun hidup yang bermewah-mewahan
sama saja dengan hidup berlebih-lebihan (melebihi apa yang menjadi kebutuhan),
inilah yang disebut tidak menjalani laku prihatin.
Orang kaya harta, yang selalu mengsyukuri kesejahteraannya, akan tampak dari sikap
hatinya yang selalu memberi 'lebih' kepada orang-orang yang membutuhkan
pemberiannya, bukan sekedar memberi, walaupun perbuatannya itu tidak ada yang
melihat. Dan semua kewajibannya, duniawi maupun keagamaan, yang berhubungan
dengan hartanya akan dipenuhinya, tidak ada yang dikurangkan.

Prihatinnya Orang Kaya Ilmu.


Orang kaya ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu spiritual, akan menjalani laku
prihatin dengan cara memanfaatkan ilmunya tidak untuk kesombongan dan kejayaan
dan kepentingan dirinya sendiri, dan tidak untuk membodohi atau menipu orang lain,
tetapi dimanfaatkan juga untuk menolong orang lain dan membaginya kepada siapa
saja yang layak menerimanya, tanpa pamrih kehormatan atau upah.

Prihatinnya Orang Berkuasa.


Seorang penguasa hidup prihatin dengan menahan kesombongannya, menahan
hawa nafsu sok kuasa, dan tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk kejayaan diri
sendiri dan keluarganya saja. Kekuasaan dijadikan sarana untuk menciptakan
kesejahteraan bagi para bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya. Kekuasaan
dimanfaatkan untuk menciptakan negeri yang adil dan makmur, gemah ripah loh
jinawi, tata titi tentrem kerta raharja, sebagaimana layaknya seorang negarawan
sejati.
Seorang politikus hidup prihatin dengan tidak hanya membela kepentingannya,
kelompoknya atau golongannya sendiri, atau untuk mencari popularitas,
menggoyang pemerintahan yang ada, tetapi digunakan untuk mendukung
pemerintahan yang ada dan meluruskan jalannya pemerintahan yang keliru, yang
menyimpang, untuk kepentingan rakyat banyak.
Seorang aparat negara, aparat keamanan atau penegak hukum, hidup prihatin
dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban tugasnya dengan semestinya dan tidak
menyalahgunakan kewenangannya untuk menindas, memeras, atau berpihak kepada
pihak-pihak tertentu dan merugikan pihak yang lain, mencukupkan dirinya dengan
gajinya dan menambah rejeki dengan cara-cara yang halal, tidak mencuri, tidak
memeras, tidak meminta / menerima sogokan.

Orang jawa bilang intinya kita harus selalu eling lan waspada. Selalu ingat Tuhan.
Tetapi biasanya manusia hanya mengejar kesuksesan saja, keberhasilan,
keberuntungan, dsb, tapi tidak tahu pengapesannya.

Sering dikatakan orang-orang yang selalu ingat Tuhan dan menjaga moralitas,
seringkali hidupnya banyak godaan dan banyak kesusahan. Kalau eling ya harus tulus,
jangan ada rasa sombong, jangan merasa lebih baik atau lebih benar dibanding orang
lain, jangan ada pikiran jelek tentang orang lain, karena kalau kita bersikap begitu
sama saja kita bersikap negatif dan menumbuhkan aura negatif dalam diri kita. Aura
negatif akan menarik hal-hal yang negatif juga, sehingga kehidupan kita juga akan
banyak berisi hal-hal yang negatif. Di sisi lain kita juga harus sadar, bahwa orang-
orang yang banyak menahan diri, membatasi perbuatan-perbuatannya, seringkali
menjadi kurang kreatif dan yang didapatnya juga akan lebih sedikit dibandingkan
orang-orang yang tidak menahan diri. Itulah resikonya menahan diri. Tetapi mereka
yang sadar pada kemampuan dan potensi diri, peluang-peluang, dsb, dan dapat
memanfaatkannya dengan tindakan nyata, akan juga dapat menghasilkan banyak,
tanpa harus lupa Tuhan dan merusak moralitasnya.

Di sisi lain sering dikatakan orang-orang yang tidak ingat Tuhan atau tidak menjaga
moralitas, seringkali kelihatan hidupnya lebih enak. Bisa terjadi begitu karena mereka
tidak banyak beban, tidak banyak menahan diri, apa saja akan dilakukan walaupun
tidak baik, walaupun tercela. Beban hidupnya lebih ringan daripada yang menahan
diri. Mereka bisa mendapatkan lebih banyak, karena mereka tidak banyak menahan
diri.

Di luar pandangan-pandangan di atas, sebenarnya, jalan kehidupan masing-masing


mahluk, termasuk manusia, sudah ada garis-garis besarnya, sehingga bisa diramalkan
oleh orang-orang tertentu yang bisa meramal. Tinggal masing-masing manusianya
saja dalam menjalani kehidupannya, apakah akan banyak eling dan menahan diri,
ataukah akan mengumbar keduniawiannya.

Dalam tradisi jawa, laku prihatin dan tirakat adalah bentuk upaya spiritual /
kerohanian seseorang dalam bentuk keprihatinan jiwa dan raga, ditambah dengan
laku-laku tertentu, untuk tujuan mendapatkan keberkahan dan keselamatan hidup,
kesejahteraan lahiriah maupun batin, atau juga untuk mendapatkan keberkahan
tertentu, suatu ilmu tertentu, kekayaan, kesaktian, pangkat atau kemuliaan hidup.
Laku prihatin dan tirakat ini, selain merupakan bagian dari usaha dan doa kepada
Tuhan, juga merupakan suatu 'keharusan' yang sudah menjadi tradisi, yang diajarkan
oleh para pendahulu mereka.

Ada pepatah, puasa adalah makanan jiwa. Semakin gentur laku puasa seseorang,
semakin kuat jiwanya, sukmanya.

Laku puasa yang dilakukan sebagai kebiasaan rutin akan membentuk kebatinan
manusia yang kuat untuk bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi
godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan menjadi upaya membersihkan hati dan
mencari keberkahan pada jalan hidup. Akan lebih baik bila sebelum dan selama
melakukan laku tersebut selalu berdoa niat dan tujuannya, mendekatkan hati dengan
Tuhan, jangan hanya dijadikan kebiasaan rutin saja.

Berat-ringannya suatu laku kebatinan bergantung pada kebulatan tekad sejak awal
sampai akhir. Bentuk laku yang dijalani tergantung pada niat dan tujuannya. Diawali
dengan mandi keramas / bersuci, menyajikan sesaji sesuai yang diajarkan dan
memanjatkan doa tentang niat dan tujuannya melakukan laku tersebut dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat dan tercela. Ada juga yang
melakukannya bersama dengan laku berziarah, atau bahkan tapa brata, di tempat-
tempat yang dianggap keramat, seperti di gunung, makam leluhur / orang-orang
linuwih, hutan / goa / bangunan yang wingit, dsb.

Ada beberapa bentuk formal laku prihatin dan tirakat, misalnya :

1. Puasa, tidak makan dan minum atau berpantang makanan tertentu.


Jenisnya :

- Puasa Senin-Kamis, yaitu puasa tidak makan dan minum setiap hari Senin dan
Kamis.
- Puasa Weton, puasa tidak makan / minum setiap hari weton (hari+pasaran)
kelahiran seseorang.
- Puasa tidak makan apa-apa, boleh minum hanya air putih saja.
- Puasa Mutih, tidak makan apa-apa kecuali nasi putih dan air putih saja.
- Puasa Mutih Ngepel, dari pagi sampai mahgrib tidak makan dan minum, untuk
sahur dan buka puasa
hanya 1 kepal nasi dan 1 gelas air putih.
- Puasa Ngepel, dalam sehari hanya makan satu atau beberapa kepal nasi saja.
- Puasa Ngeruh, hanya makan sayuran atau buah-buahan saja, tidak makan
daging, ikan, telur, terasi, dsb.
- Puasa Nganyep, hampir sama dengan Mutih, tetapi makanannya lebih beragam
asalkan tidak
mempunyai rasa, yaitu tidak memakai bumbu pemanis, cabai dan garam.
- Puasa Ngrowot, dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur dan buka
puasa hanya makan buah-
buahan dan umbi-umbian yang sejenis saja, maksimal 3 buah.
- Puasa Ngebleng, tidak makan dan minum selama sehari penuh siang dan
malam, atau beberapa hari
siang dan malam tanpa putus, biasanya 1 - 3 hari.

2. Menyepi dan berdoa di dalam rumah. Tidak mendatangi tempat keramaian dan
tidak menonton hiburan.
3. Menyepi dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-
tempat yang dianggap keramat,
tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
4. Berziarah dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-
tempat yang dianggap keramat,
seperti di gunung, pohon / goa / bangunan yang wingit, dsb.
5. Mandi kembang telon atau kembang setaman tujuh rupa.
6. Tapa Melek, tidak tidur, biasanya 1 - 3 hari. Tidak mendatangi tempat keramaian
dan tidak menonton hiburan.
7. Tapa Melek Ngalong, biasanya 1 - 7 hari. Siang hari boleh tidur, tetapi selama
malam hari tidak tidur, tidak
mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
8. Tapa Bisu dan Lelono, melakukan perjalanan berjalan kaki dan bisu tidak bicara,
dari mahgrib sampai pagi,
melakukan kunjungan ke makam leluhur / orang-orang linuwih atau ke tempat-
tempat keramat dan berdoa.
9. Tapa Pati Geni, diam di dalam suatu ruangan, tidak terkena cahaya apapun,
selama sehari atau beberapa
hari, biasanya untuk tujuan keilmuan. Ada juga yang disebut Tapa Pendem, yaitu
puasa dan berdiam di
dalam rongga di dalam tanah seperti orang yang dimakamkan, biasanya selama 1 -
3 hari.
10.Tapa Kungkum, ritual berendam di sendang atau sungai, terutama di pertemuan 2
sungai (tempuran sungai),
selama beberapa malam berturut-turut dan tidak boleh tertidur, dengan posisi
berdiri atau duduk bersila
di dalam air dengan kedalaman air setinggi leher atau pundak.

Laku prihatin dan tirakat nomor 1 sampai 5 adalah yang biasa dilakukan orang Jawa
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kombinasi nomor 1 sampai 10 dilakukan
untuk terkabulnya suatu keinginan tertentu yang bersifat khusus, biasanya supaya
mendapatkan berkah tertentu, atau untuk tujuan keilmuan.
Tidak hanya dalam kehidupan keseharian, laku-laku kebatinan di atas juga seringkali
dilakukan sebelum seseorang melakukan suatu kegiatan / usaha yang dianggap
penting dalam kehidupannya, seperti memulai suatu usaha ekonomi, akan pergi
merantau, akan hajatan nikahan, dsb. Bahkan sudah biasa bila orang-orang tua
berpuasa untuk memohonkan keberhasilan kehidupan dan usaha anak-anaknya.

Masing-masing bentuk laku prihatin dan tirakat mempunyai kegunaan dan kegaiban
sendiri-sendiri yang dapat dirasakan oleh para pelakunya, dan mempunyai kegaiban
sendiri-sendiri dalam membantu mewujudkan tujuan laku pelakunya.

Puasa weton terkait dengan kepercayaan dan kegaiban sukma (kepercayaan pada
kebersamaan roh sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu
keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan
para roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat
sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, hidupnya keberkahan dan lancar
segala urusannya. Puasa weton tidak bisa ditukar dengan puasa bentuk lain, karena
sifat dan kegaibannya berbeda.

Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah


menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoalah di
luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap
syukur karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya. Lebih
baik lagi jika diawali atau ditutup dengan mandi kembang untuk membersihkan diri
dari aura-aura negatif di dalam tubuh.

Untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk mempermudah jalan hidup, cukup


puasa weton 1 hari (1 hari 1 malam), atau puasa Senin - Kamis saja, atau bisa juga
mandi kembang saja (bisa hari apa saja sekali sebulan).

Dalam hal menjaga supaya kehidupannya selalu 'keberkahan' dan dijauhkan dari
kesulitan-kesulitan, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya dilakukan selama 1
hari 1 malam pada hari weton kelahiran seseorang.
Untuk keperluan sehari-hari untuk mempermudah jalan hidup dan mengejar sesuatu
yang diinginkan, misalnya untuk kemantapan bekerja dan perbaikan posisi / karir,
cukup puasa weton 1 hari saja secara rutin setiap bulan. Lebih baik lagi jika disertai
dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam
tubuh.

Dalam hal keinginan terkabulnya suatu hajat / keinginan khusus, sesuatu yang tidak
terjadi setiap hari, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada
hari weton kelahiran seseorang.

Dalam hal keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang disertai nazar, yang
biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran
seseorang, dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup
dengan suatu ritual dan sesaji penutup, atau acara tumpengan syukuran.

Dalam hal mencari suatu petunjuk gaib / wangsit, puasa ngebleng adalah yang
terbaik. Biasanya dilakukan selama 3 hari 3 malam tanpa putus, hari Selasa atau
Jum'at Kliwon dijepit di tengah, dan berdoa di malam hari di tempat terbuka
menghadap ke timur.

Untuk melengkapi pengetahuan tentang sifat-sifat hari, di bawah ini ada beberapa
petunjuk :

- Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan,
untuk memulai usaha,
pindah rumah atau pun perkawinan.

- Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan,
memulai usaha, pindah
rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan
lingkungan.
- Bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat
sakral, untuk ritual
pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, ruwatan nasib / sengkala,
menjamas keris, mandi
kembang, berziarah, dsb.

Penting :

Orang-orang yang sering melakukan laku puasa (termasuk puasa weton), biasanya
kekuatan sukmanya akan meningkat. Orang-orang yang sering melakukan laku
prihatin dan tirakat biasanya juga akan banyak menerima interaksi dari roh-roh lain,
disadari ataupun tidak. Roh-roh itu bisa berasal dari lingkungan tempatnya berada,
atau dari lingkungan tempat-tempat yang dikunjunginya (misalnya berziarah), atau
juga dari roh-roh leluhur.

Bagi orang-orang tersebut, sebaiknya sering melakukan mandi kembang untuk


membersihkan aura-aura negatif yang berasal dari dirinya sendiri ataupun aura
negatif yang menempel yang berasal dari tempat lain, supaya terselaraskan menjadi
positif. Dan bagi yang sering berpuasa, gunanya mandi kembang bagi mereka juga
sama, jangan sampai bertambah kuatnya sukmanya juga menambah kuat aura-aura
negatif di dalam dirinya.

Puasa Ngebleng.
Puasa umumnya dimulai saat subuh dan buka puasa saat mahgrib. Malam harinya
bebas makan dan minum.
Puasa 1 hari, berarti selama 1 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam
harinya bebas makan-minum.
Puasa 3 hari, berarti selama 3 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam
harinya bebas makan-minum.
Puasa 7 hari, berarti selama 7 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam
harinya bebas makan-minum.
Puasa ngebleng tidak seperti itu.
Puasa ngebleng secara sederhana bisa disebut puasa penuh 1 hari 1 malam.
Puasa ngebleng 1 hari berarti puasa penuh 1 hari 1 malam berturut-turut tanpa putus
tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 3 hari berarti puasa penuh 3 hari 3 malam berturut-turut tanpa putus
tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 7 hari berarti puasa penuh 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus
tidak makan dan minum.

Apa benar ada puasa ngebleng 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus ? Ada
yang sanggup ?
Bagaimana dengan puasa ngebleng 40 hari 40 malam berturut-turut tanpa putus.
Siapa yang sanggup ?

Ketika seseorang berpuasa ngebleng, pada hari pertama puasanya dia akan
merasakan panas, lapar dan haus, sama dengan yang dialami orang lain yang
menjalani laku puasa biasa.
Pada hari kedua, orang tersebut akan merasakan tubuhnya panas, mungkin juga
sampai menyebabkannya sulit tidur di malam hari karena panasnya tubuhnya. Karena
tidak juga ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, pada hari
kedua itu tubuhnya mulai membakar cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya,
air, lemak, protein, gula, dsb, untuk dikonversi menjadi energi dan zat-zat makanan
yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuhnya.
Pada hari ketiga, panas tubuhnya mereda dan berkurang, rasa lapar dan haus hilang.
Yang terasa hanya tubuhnya saja yang lemas karena perutnya kempis tak terisi
makanan.

Puasa ngebleng pada hari ketiga itu, yang dilakukan oleh orang-orang yang bersamadi
atau menyepi (walaupun di dalam rumah), tidak menonton hiburan, tidak
mendatangi tempat-tempat keramaian, dan tekun berdoa / berzikir / wirid, kegaiban
sukmanya akan kuat sekali dan akan memancar cukup jauh. Kegaiban itu kuat sekali
sampai dapat menarik perhatian dari roh-roh leluhurnya, sehingga disadari ataupun
tidak, banyak leluhurnya yang mendatangi orang tersebut untuk mengetahui apa
tujuan lakunya dan akan berusaha membantu mewujudkan hajat niat dan
keinginannya.

Pada hari ketiga itu, disadari atau tidak, roh sukma orang tersebut telah menguat,
dan memancarkan aura kekuatan gaib yang menyebabkan roh-roh gaib tidak tahan
berada di dekatnya. Berbeda dengan puasa pada orang-orang yang menjalani ilmu
gaib dan ilmu khodam yang kondisi berpuasanya dapat mengundang roh-roh gaib
untuk datang mendekat, puasa ngebleng ini justru pancaran gaib kekuatan sukmanya
akan mengusir keberadaan roh-roh gaib lain dari tubuhnya dan dari sekitar orang itu
berada.

Itu baru puasa ngebleng 3 hari, belum yang 7 hari, apalagi puasa ngebleng 40 hari
seperti yang biasa dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu.
Orang-orang yang terbiasa melakukan puasa itu, seperti tokoh-tokoh kebatinan dan
pertapa jaman dulu, akan memiliki kekuatan sukma yang luar biasa, yang bahkan
pancaran energi kekuatan sukmanya menyebabkan roh-roh gaib kelas atas seperti
dewa dan buto pun tidak tahan berada di dekatnya dan tidak akan berani datang
mendekat untuk maksud menyerang.

Pancaran kekuatan sukma orang-orang itu saat sedang menjalani laku puasa dan tapa
bratanya sangat menghebohkan alam gaib. Di pewayangan pun diceritakan ketika
ada seseorang yang gentur dalam puasa, tapa brata dan semadinya, kondisinya
menyebabkan kahyangan panas dan goncang, dan menyebabkan para dewa tidak
tahan, sampai-sampai para dewa mengutus dewa lain atau bidadari untuk
menghentikan / menggagalkan tapa brata orang tersebut, dan mereka akan
memberikan apa saja yang diinginkan orang itu asal mau menghentikan tapanya.

Karena itu dalam melakukan puasa ngebleng orang-orang jaman dulu akan
melakukannya dengan cara menyepi, di dalam rumah, di goa atau di tempat-tempat
keramat, supaya tidak ada yang mengganggu.

Kekuatan sukma orang-orang itu luar biasa sekali, sehingga pada jaman dulu banyak
tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa yang bukan hanya linuwih dan waskita, dan
mumpuni dalam ilmu kesaktian, tetapi juga menjadikan sukma mereka penuh dengan
muatan gaib, sehingga kemampuan moksa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
kebatinan jaman dulu, berpindah bersama raganya ke alam roh tanpa melalui proses
kematian, adalah sesuatu yang biasa. Bahkan banyak yang melakukan tapa brata
dalam rangka mandito meninggalkan keduniawiannya, kemudian moksa dengan
sendirinya dalam kondisi bertapa.

Orang-orang itu, karena kekuatan gaib sukmanya, tidak lagi membutuhkan khodam
mahluk halus untuk kekuatan ilmunya. Kekuatan dan kegaiban sukmanya-lah yang
melakukannya. Tetapi jika ada suatu sosok gaib yang mau datang untuk menjadi
khodam pendampingnya, maka hanya gaib-gaib yang setingkat dengan kekuatan
sukmanya saja yang akan datang menjadi pendampingnya, bukan gaib-gaib kelas
rendah yang tidak tahan dengan pancaran energi kekuatan sukmanya.

Puasa ngebleng melambangkan kekuatan tekad dan niat seseorang untuk


terkabulnya suatu keinginan. Bahkan banyak orang pada jaman dulu yang melakukan
tapa dan puasa ngebleng, tidak akan menghentikan tapa bratanya sebelum hajat
keinginannya terkabul (sampai turun wangsit bahwa permintaannya dikabulkan).

Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Karena itu
kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat dibandingkan / disamakan atau ditukar
dengan puasa bentuk lain. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat
sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh
orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata.

Puncak kekuatan sukmanya hanya terjadi pada saat seseorang berpuasa ngebleng,
sedangkan pada hari-hari selanjutnya kalau sudah tidak lagi melakukan puasa, maka
kekuatan sukmanya itu akan menurun lagi. Karena itu para pelaku kebatinan dan
keilmuan kebatinan jaman dulu menjadikan laku puasa ngebleng ini sebagai ritual
yang akan selalu dilakukan secara berkala. Juga untuk melatih keilmuannya itu atau
menekuni suatu ilmu kebatinan baru akan dilakukannya dengan berpuasa, sehingga
kekuatan dan kegaiban ilmunya tinggi.
Tetapi jika puasa ngebleng itu dilakukan oleh orang-orang yang masih awam dalam
ilmu kegaiban, mungkin kegaiban dari kekuatan sukmanya itu tidak akan banyak
dirasakannya. Walaupun begitu, pancaran kekuatan sukmanya itu akan
menjauhkannya dari roh-roh gaib yang sifatnya mengganggu, dan sisi lain dari
kegaiban sukmanya akan membuat kekuatan niat / tekad dalam keinginan-
keinginannya menjadi lebih mudah terwujud dan ketajaman dan kepekaan batinnya
akan semakin tinggi.

Tetapi karena semakin banyaknya orang yang meninggalkan dunia kebatinan, maka
puasa ngebleng inipun semakin ditinggalkan. Bahkan para praktisi ilmu gaib dan ilmu
khodam seringkali mempermudah laku puasanya. Misalnya untuk mendapatkan
suatu ilmu gaib tertentu cukup puasa biasa saja dari subuh sampai mahgrib, atau
hanya puasa berpantang makanan tertentu saja, yang dilakukan selama 3 hari, 7 hari,
21 hari, atau 40 hari, dan selama berpuasa itu malam harinya diharuskan mewirid
amalan gaibnya.

Selama berpuasa itu pada malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya
tujuannya adalah sebagai usaha melatih memperkuat kemampuan kekuatan
seseorang dalam mengsugesti ilmu gaib. Dengan berhari-hari mewirid suatu amalan
gaib diharapkan kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaibnya akan kuat
dan hapal mantranya diluar kepala.

Selama orang itu berpuasa dan berzikir, tubuhnya memancarkan energi tertentu dan
pikirannya akan memancarkan gelombang tertentu. Pancaran energi tubuh dan
gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya suatu sosok mahluk
halus tertentu kepada manusia. Keberadaan sosok halus itu kemudian dapat menjadi
khodam ilmu gaibnya, menjadi sumber kekuatan gaibnya, sehingga walaupun
kemudian sudah tidak lagi rajin berpuasa dan tidak lagi rajin mewirid amalan ilmunya,
selama khodamnya bersamanya, kapan saja ilmu itu diamalkan tetap akan berfungsi.
Jadi bisa juga dikatakan, untuk dengan sengaja mengundang suatu sosok gaib untuk
datang menjadi khodam pendamping, maka cara puasanya adalah puasa bentuk ini.
Hanya saja kita harus teliti dan waspada mengenai siapa sosok halus yang datang
mendampingi kita itu.
Puasa Weton.
Puasa weton adalah termasuk jenis puasa ngebleng yang dilakukan pada hari
kelahiran seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan menutup puasa
dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender jawa.

Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran seseorang
sesuai laku dalam budaya jawa.

Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan sedulur
papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting,
dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh sedulur papat dan restu
pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin,
peka firasat, peka bisikan gaib, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.

Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia sendiri
(kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton tidak berhubungan
dengan kegaiban roh-roh lain.

Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau ditukar dengan puasa
bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.

Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau tidak
meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan sebaik mereka yang
melakukannya dengan landasan kepercayaan pada roh sedulur papat. Keyakinan
pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur papat dengan pancer akan
memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat interaksi roh sedulur papat dan para
leluhurnya dengan seseorang. Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan
membantu dalam kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan
menyingkirkan halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan
membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan ide-ide dan ilham,
peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban permasalahan.
Sesuai tradisi jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari kelahiran
seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu) yang sesuai dengan
hari pasaran kelahirannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon).
Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang akan selalu berulang setiap 35 hari
sekali.

Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari
sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari
sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir
pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena
sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.

Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :

1. Puasa weton sehari penuh.


Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam budaya
masyarakat Jawa.
Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya dimulai pada hari
sebelumnya, yaitu
Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.

2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).


Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus, yaitu
puasa pada hari weton
ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total puasa menjadi
3 hari Jawa terus-menerus.
Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon dan Kamis terus-
menerus tanpa putus.
Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan berakhir pada
hari Kamis pk. 5 sore terus-
menerus tanpa putus siang dan malam.

3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.


Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus yang
dilakukan selama 7 kali
berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk keinginan terkabulnya suatu keinginan
khusus yang bukan sesuatu
yang biasa terjadi sehari-hari (biasanya disertai nazar), atau untuk keinginan
terkabulnya suatu keinginan
khusus yang berat, yang kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit untuk dicapai,
sehingga diperlukan
suatu laku tambahan demi terkabulnya keinginannya itu, yaitu puasa ngebleng 3
hari 3 malam pada hari
weton kelahiran seseorang, dan dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut
tanpa putus dan ditutup
dengan suatu ritual dan sesaji penutup (tumpengan), atau acara syukuran.

Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan pemberian
sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut (salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman lebih baik), yaitu
mandi guyuran
air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan buka
puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang diberi gula
jawa cair, dimakan sebagai
makanan buka puasa.
Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur papat dan
menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan roh sedulur papat
dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup melakukan
mandi kembang saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore hari.
(Informasi selengkapnya tentang Sedulur Papat silakan dibaca : Sedulur Papat Kalima
Pancer ).

Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang sudah umum
dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan adanya pengaruh
budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa yang melakukan puasa
weton ini melakukannya tidak lagi sesuai aslinya dalam ajaran jawa, yaitu dengan
puasa ngebleng, tetapi melakukan puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa
dari subuh sampai mahgrib. Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan
kegaiban, tetapi sudah tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan akibatnya banyak
juga yang tidak lagi dapat merasakan kegaibannya hingga kemudian tidak lagi
melakukannya, dan kemudian digantikan dengan puasa Senin - Kamis, puasa mutih,
atau puasa berpantang makanan tertentu saja.

Pemahaman Kebatinan Laku Prihatin dan Tirakat


Semua bentuk laku dan tirakat hanya akan bermanfaat jika ada maksud dan
tujuannya, kalau tidak ya hanya akan menyiksa tubuh saja, hanya lapar dan haus saja.
Karena itu sebelum dan selama melakukan laku tersebut harus selalu fokus pada
tujuan lakunya dan berdoa niat dan tujuannya.

Suatu laku puasa yang dilakukan tanpa tujuan khusus, tetapi sebagai kebiasaan rutin,
akan menjadi upaya memperkuat kebatinan manusia, supaya kuat sukmanya, bisa
mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu
duniawi, dan sebagai upaya membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan
hidup. Hasilnya akan lebih baik lagi bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut
selalu berdoa tentang niat dan tujuan / harapan-harapannya.
Dalam melakukan laku-laku prihatin dan tirakat di atas akan baik sekali bila dilakukan
dengan menyendiri / menyepi (di dalam rumah), tidak mendatangi tempat-tempat
keramaian dan tidak menonton hiburan, keluar rumah pada malam hari di tempat
terbuka dan banyak berdoa. Manfaat dari suatu laku hanya akan didapatkan bila
dilakukan dengan niat dan tujuan tertentu. Tanpa adanya niat dan tujuan, maka
perbuatan itu hanya akan menjadi perbuatan yang sia-sia. Berdoalah kepada Tuhan
memohon tercapainya tujuan dari laku tersebut pada awal dan selama
pelaksanaannya.

Diawali dengan bersuci / mandi keramas, atau lebih baik lagi dengan mandi kembang
telon atau kembang setaman / kembang tujuh rupa supaya aura dari kembang-
kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi
positif, menjadi lebih bersih dan lebih bercahaya, yang berguna untuk membantu
mempermudah jalan hidup, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura
negatif di dalam tubuh, yang sekarang pun banyak diselenggarakan di spa-spa dan
salon kecantikan modern. Kembang yang digunakan haruslah yang berbau harum dan
masih segar, belum layu, apalagi kering. Laku ini dapat dilengkapi dengan laku-laku
yang lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang dan membuat
hidup lebih 'keberkahan'. Jangan lupa baca doa niat :
sebelum mandi kembang :
Ya Allah, niat saya mandi kembang untuk membersihkan diri saya dari pengaruh
dan hal-hal negatif dalam
diri saya dan untuk ......................
atau niat puasa mutih :

Ya Allah, niat saya puasa mutih untuk menguatkan permohonan terkabulnya


keinginan saya supaya
................ dan untuk ..................
atau niat puasa weton :

Saudara-saudara kembarku para roh sedulur papat, aku berpuasa untukmu.


Ya Allah, niat saya puasa weton untuk menguatkan permohonan terkabulnya
keinginan saya supaya
................ dan untuk ..................
Ya Allah berkahilah saya.
Amin.

Ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai hari, bentuk laku
prihatin dan puasa, dan isi doa yang harus dilakukan seseorang untuk masing-masing
keperluan / hajatnya. Namun secara inti garis besarnya bisa kami jelaskan sebagai
berikut.

Cerita tentang laku prihatin, puasa dan tirakat di atas adalah dalam konteks tradisi
masyarakat jawa yang ingin hidupnya selalu keberkahan, selamat dan sejahtera
dalam lindungan Tuhan. Jadi bentuk laku puasanya dan hari-hari puasanya adalah
berdasarkan tradisi jawa.

Untuk masing-masing orang, kita tidak bisa menentukan hari apa yang terbaik suatu
laku puasa harus dilakukan, karena semuanya tergantung pada tujuan dari niat dan
lakunya. Sebagai acuan, sesuai tradisi jawa, kita bisa melakukannya pada hari weton
kelahiran kita sendiri. Tetapi diluar itu sebaiknya kita juga peka rasa, kita sendiri yang
menentukan bentuk lakunya sesuai panggilan batin kita masing-masing.

Misalnya,
- Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, lakunya bisa hari apa saja.
- Untuk memenuhi kewajiban beragama, maka lakunya harus sesuai dengan ajaran
agama.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh sedulur papat, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh-roh leluhur, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk urusan kegaiban, wangsit dan bisikan gaib, roh-roh leluhur atau roh-roh
halus lain, lakunya biasanya
dilakukan pada malam Selasa Kliwon atau Jum'at Kliwon dan disertai bertirakat
dengan berdoa di luar rumah
atau berziarah ke makam-makam tertentu.
- Untuk mempelajari suatu keilmuan gaib, lakunya sesuai persyaratan ilmunya.
- Untuk tujuan keperluan lain, lakunya hari apa saja sesuai keperluannya atau sesuai
niat batinnya.

Tujuan laku dan bentuk hajat / keinginan yang ingin terkabul juga sendiri-sendiri.
Masing-masing bentuk laku prihatin memiliki kegaiban sendiri-sendiri yang bentuk
pelaksanaan lakunya disesuaikan dengan kadar berat / ringannya suatu hajat /
keinginan yang ingin terkabul. Semakin berat / tinggi kadar suatu hajat / keinginan,
maka lakunya juga seharusnya lebih berat. Dan suatu hajat keinginan yang sifatnya
jangka panjang, maka lakunya juga harus dilakukan secara rutin dalam jangka
panjang (setiap bulan), bukan hanya sekali atau 2 kali saja.

Misalnya :
- Yang kadarnya ringan, untuk kemudahan jalan hidup atau keperluan rutin sehari-
hari, cukup secara rutin
melakukan puasa mutih saja, atau puasa senin - kamis saja, atau puasa berpantang
makanan tertentu saja,
atau puasa weton 1 hari, atau mandi kembang saja.
- Untuk keinginan menjaga kelangsungan pekerjaan dan perbaikan posisi / derajat,
cukup secara rutin
melakukan puasa weton 1 hari.
- Untuk keinginan khusus yang tidak terjadi setiap hari, misalnya lulus ujian
pendidikan, terpilih diterima
bekerja atau terpilih naik jabatan ketika ada kesempatan naik jabatan, biasanya
lakunya puasa ngebleng 3 hari
(hari apa saja) atau puasa weton 3 hari.
- Untuk keinginan khusus yang berat untuk dicapai (relatif bagi setiap orang) dan
waktu pencapaiannya agak
panjang, misalnya ingin bisa terpilih sebagai bupati / gubernur, bisa cukup
menabung untuk memiliki rumah
sendiri bagi yang belum mempunyai rumah sendiri, ingin bisa mempunyai pabrik /
perusahaan sendiri,
ingin karir bisa naik sampai menjadi kepala kantor, dsb, biasanya lakunya puasa
weton ngebleng 3 hari
selama 7 kali berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan ritual penutup atau
tumpengan selametan
setelah semua puasanya selesai. Biasanya lelaku jenis ini juga disertai nazar (sama
dengan sumpah Tan
Ayun Amuktia Palapa-nya Gajah Mada).

Doa selama berpuasa itu juga tidak perlu muluk-muluk, sederhana saja, doa yang
tulus kepada Tuhan, tetapi intinya kita harus menegaskan apa niat dan keinginan
yang ingin dicapai, untuk mengarahkan kegaibannya supaya fokus pada tujuan.

Masing-masing jenis laku prihatin mempunyai manfaat sendiri-sendiri yang bisa


dirasakan, yang membuat para pelakunya tetap menjalankannya, tetapi manfaat apa
yang dirasakan oleh masing-masing pelakunya tidak selalu sama, dan juga tidak bisa
dipastikan bahwa semua hajat / keinginan akan dapat terkabul dengan menjalankan
suatu bentuk laku prihatin, puasa dan tirakat. Harus disadari bahwa semua bentuk
laku adalah dilakukan orang sesuai keyakinannya sendiri, sebagai tambahan dari
usaha dan tindakan nyata yang sudah dilakukannya untuk pencapaian tujuannya itu.

Semua bentuk laku akan bermanfaat bila dalam menjalankannya didasarkan pada
kebutuhan, bukan untuk sekedar menjajal suatu bentuk laku, atau menyandarkan
harapan terkabulnya suatu keinginan dengan hanya melakukan suatu bentuk laku
prihatin. Tidak bisa suatu bentuk laku kebatinan / prihatin dianggap ampuh sebagai
jalan pintas untuk terkabulnya suatu keinginan.

Dalam melaksanakan laku-laku tersebut juga tidak diperlukan doa-doa atau amalan
khusus dalam melakukannya. Yang diperlukan hanya doa dari niat batinnya saja, doa
permohonan yang tulus agar keinginan-keinginannya dapat tercapai, sebagai sarana
fokus pada tujuan.

Pada jaman sekarang yang kehidupan manusia penuh dengan rutinitas dan
kesibukan, urusan pekerjaan tetap-lah dijalankan, jangan ditinggalkan hanya karena
sedang berpuasa, dan juga tidak perlu melakukan puasa, laku prihatin dan tirakat
sambil menyepi atau tapa seperti orang jaman dulu, hanya perlu menghindar dari
perilaku dan suasana bersenang-senang dan diisi dengan banyak berdoa. Perlu
diketahui bahwa sugesti kebatinan dalam kondisi berprihatin akan jauh lebih kuat
dibandingkan pada hari-hari lain saat tidak sedang berprihatin. Karena itu dalam
melakukan laku berprihatin itu akan lebih baik jika dilakukan dengan banyak berdoa,
tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, tidak menonton hiburan atau suasana
bersenang-senang yang membuat kita lupa bahwa kita sedang mempunyai hajat.

Laku puasa, prihatin dan tirakat berdasarkan tradisi jawa tersebut akan berbeda
dengan laku yang dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan laku tertentu dalam
rangka memenuhi kewajiban keagamaan atau yang mempelajari suatu bentuk
keilmuan gaib / khodam.

Laku Prihatin dan Tirakat, Masih Relevankah?

Banyak orang menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di sungai,
sampai ritual yang aneh-aneh dan tidak masuk logika orang modern, yang semuanya
bertujuan supaya apa yang mereka harapkan dan usahakan bisa tercapai.

Jaman sekarang, sikap berpikir masyarakat sudah lebih modern, kehidupan manusia
penuh dengan kesibukan dan rutinitas yang menyita banyak waktu dan menuntut
manusia untuk tetap fit dan dalam kondisi yang prima. Jika demikian keadaannya,
apakah konsep laku prihatin dan tirakat ini masih relevan dan masih perlu dijalankan
?
Jawabannya adalah: Ya.

Konsep laku prihatin dan tirakat janganlah dipandang secara dangkal dan sempit.
Konsep laku bersifat universal, tetapi mempunyai bentuk yang berbeda sesuai kondisi
kebatinan masyarakatnya masing-masing dan dalam menjalankannya harus dilakukan
penyesuaian sesuai tempat dan jamannya.

Laku adalah usaha / upaya-upaya.


Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-
enakan.
Tirakat adalah perbuatan-perbuatan tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya
suatu keinginan.

Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha menjaga agar
kehidupan manusia selamat dan 'keberkahan', agar dihindarkan dari kesulitan dalam
segala urusan dan usahanya dan tercapai / terkabul keinginan-keinginannya. Proses
laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif
dan menjauhkan hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya
tujuan hidup.

Dalam kehidupan jaman modern ini memang banyak orang yang memaksakan sikap
berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis. Mereka tidak
percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa lalu, dan tidak masuk akal dan
banyak orang yang sudah tumpul kepekaan batinnya dan tidak bisa merasakan
firasat. Tetapi banyak juga orang yang berpandangan lain, karena hal-hal atau
kejadian-kejadian gaibpun masih terjadi hingga hari ini, sehingga masih saja ada
orang yang melakukan usaha dengan cara-cara yang berbau mistis dan masih banyak
juga yang melakukan perbuatan klenik.

Memang banyak bentuk laku yang dahulu biasa dilakukan orang, sekarang sudah
banyak ditinggalkan, karena merepotkan dan tidak sesuai jaman. Kelemahan ritual
tradisional dari sudut pandang modern adalah tidak adanya penjelasan yang
memuaskan secara logika. Tetapi sesungguhnya laku dan hal-hal yang bersifat
tradisional itu tidak sungguh-sungguh ditinggalkan, karena manfaatnya memang bisa
dirasakan, termasuk oleh orang jaman sekarang.

Sebagai gantinya, laku tersebut dilakukan dengan cara yang lebih modern yang sesuai
dengan jaman. Banyak orang melakukan penelitian untuk mengkaji hal-hal yang
berbau mistis dan tradisional dan menjelaskannya dengan sikap berpikir modern,
logis dan analitis. Dan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dengan cara modern,
selalu ada laku untuk mencari cara-cara alternatif yang bersifat alami dan tradisional.
Sakit-penyakit dan obat-obatan medis pun diusahakan alternatif pengobatannya yang
bersifat alami dan tradisional. Ilmu-ilmu yang dahulu untuk kesaktian dan sebagian
merupakan ilmu gaib, kini banyak dijadikan bahan pertunjukkan entertainment dan
dikomersialkan.

Berendam atau mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa, yang aslinya adalah
supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di
dalam tubuh agar menjadi positif, aura tubuh dan wajah menjadi lebih bersih dan
lebih bercahaya, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di
dalam tubuh, membantu mempermudah jalan hidup, sekarang, mandi kembang,
luluran, dsb, banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern.

Sesuai hakekat dan tujuannya, maka walaupun jaman sekarang kondisinya sangat
berbeda dengan jaman dahulu, tetapi proses laku tetap dilakukan orang, hanya saja
bentuk lakunya yang berbeda. Laku prihatin untuk menahan diri, tidak sombong,
beribadah, berdoa dan berusaha, tidak malas, menjauhi perbuatan dosa, menjauhi
kebiasaan dan etos kerja yang buruk, hidup sederhana (relatif) dan menabung,
mensyukuri apa yang dimiliki, menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama,
dsb, dilakukan oleh hampir semua orang.

Proses laku dan prihatin tetap dilakukan orang, hanya bentuk dan caranya saja yang
berbeda, disesuaikan dengan kondisi jaman dan kondisi masyarakat. Yang membuat
orang berhasil mencapai tujuannya dengan menjalankan suatu laku adalah bukan
semata-mata karena bentuk lakunya, melainkan karena mereka akan tetap menjaga
hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana,
sehingga segala sesuatu yang dikerjakan akan terkondisi pada arah yang benar untuk
tercapainya tujuan.

--------------------------
Hari Baik - Hari Buruk

Dalam kehidupan masyarakat Jawa yang masih memegang budaya dan kepercayaan
tradisional dikenal adanya istilah ‘hari baik’ dan ‘hari buruk’. Maksudnya, ada suatu
kepercayaan bahwa hari-hari dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh
kegaiban tertentu bagi manusia, ada yang pengaruhnya baik, ada yang pengaruhnya
buruk, dan pengaruh tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia
secara jangka panjang. Dalam melakukan sesuatu perbuatan yang bersifat penting,
biasanya orang jawa akan menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya, supaya
hasilnya baik seperti yang diharapkan dan tidak ada nasib buruk yang dialami di
belakang hari. Misalnya, yang akan pindah rumah atau bepergian jauh akan
menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at banyak yang rusuh, banyak
masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu banyak naas, nasib
buruk dan musibah.
Ada juga dalam budaya Jawa konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan
alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan
diri manusia. Petungan bukan dibuat atas dasar tahayul, tetapi atas dasar titen, yaitu
mengamati dan memahami alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu
tentang ramalan cuaca (perilaku alam), yang sehari-harinya banyak digunakan
sebagai patokan hari untuk rencana menanam padi dan panenan.

Sifat-sifat hari yang akan disebut di bawah ini bersifat tidak mutlak, karena
dipengaruhi juga oleh hari pasaran (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam (pagi,
siang, malam), dan wukunya (mingguannya), bulannya, dsb. Tetapi Penulis tidak akan
menuliskan tentang pengaruh lainnya itu, karena tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang itu. Kami juga tidak akan membahas lebih daripada tulisan ini,
misalnya tentang perjodohan, dsb.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari
sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya
pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir
pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena
sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Hitungan hari mulai berlakunya pengaruh hari menurut penanggalan jawa ini, tidak
semata-mata secara formal ditentukan oleh hari atau tanggal di dalam penanggalan
jawa, tetapi terutama ditentukan oleh suasana batin yang mengsugesti orang-orang
yang bersangkutan.
Misalnya, hari seseorang memulai usaha warung / toko tidak semata-mata
ditentukan oleh hari saat seseorang mengisi tokonya dengan barang-barang
dagangan atau hari saat pertama membuka tokonya. Tetapi lebih ditentukan oleh
suasana batin kapan orang tersebut merasa mulai berdagang atau berjualan.
Begitu juga dengan perkawinan, tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat
seseorang melamar, ijab kabul atau hari resepsi perkawinannya. Tetapi lebih
ditentukan oleh suasana batin kapan orang-orang tersebut merasa telah resmi
menjadi suami-istri.

Hari seseorang pindah rumah tidak ditentukan saat seseorang memindahkan barang-
barang lamanya ke rumahnya yang baru atau hari saat pertama dia tidur di
rumahnya yang baru. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang
tersebut merasa sudah pindah ke rumahnya yang baru. Biasanya dimulai saat
perlengkapan tidur sudah dipindahkan, sudah tidur di rumahnya yang baru, sudah
merasa pindah ke rumah yang baru dan tidak lagi memikirkan rumah yang lama.
Pengaruh hitungan hari menurut penanggalan jawa ini berlaku untuk orang Jawa di
Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang Bali di pulau Bali. Untuk masa sekarang,
orang Jawa yang sudah tidak tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan orang Bali
yang sudah tidak tinggal di Bali, pengaruhnya terhadap mereka sedikit (masih
berpengaruh tetapi kadarnya kecil). Tetapi bila mereka masih meyakininya di dalam
hatinya, maka pengaruhnya terhadap mereka tetap besar, karena mereka meng-
sugesti dirinya begitu.

Watak Hari untuk memulai usaha / kegiatan :


Hari Senin : hari yang baik untuk semua keperluan.
Hari Selasa : awalnya baik, tetapi hal-hal yang baik waktunya pendek, yang tidak
baik lebih panjang.

Hari Rabu : baik untuk semua keperluan, tetapi tidak sebaik hari Senin.

Hari Kamis : hari yang keras. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitannya.

Hari Jum’at : hari yang ‘panas’. Usaha dan perkawinan akan banyak gangguan dan
keributan / pertengkaran / perselisihan dan sakit hati.

Hari Sabtu : hari yang berat untuk semua urusan. Usaha dan perkawinan akan
banyak kesulitan, penyakit, naas, kecelakaan, musibah, dsb.

Hari Minggu : hari yang netral untuk semua urusan.

Sebaiknya memulai usaha tidak dilakukan pada malam hari, karena banyak pengaruh
jeleknya. Hari masih malam, belum waktunya bekerja. Akan banyak mendapatkan
halangan dan kesulitan. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang
didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Sebaiknya memulai usaha dilakukan pada pagi hari, karena banyak pengaruh energi
positif, sehingga usaha dan pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.
Usaha yang dimulai pada siang hari akan lebih banyak mendapatkan kesulitan dan
halangan dibanding pagi hari.
Usaha yang dimulai pada sore hari akan lebih banyak lagi mendapatkan kesulitan dan
halangan dibanding siang hari.Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling
baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun
perkawinan.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, untuk
memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk
upaya bersih diri dan lingkungan.
Bulan Maulid adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat
sakral, untuk ritual pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, ruwatan
nasib / sengkala, menjamas keris, mandi kembang, berziarah, dsb.

Watak Hari Kelahiran :


Hari Senin :
Dibanding hari kelahiran lainnya, yang lahir pada hari Senin lebih mudah dan lebih
lancar dalam semua
urusan-urusannya. Lebih banyak peruntungannya dan banyak hal-hal baik yang
sifatnya kebetulan.
Hari Selasa :
Banyak peruntungannya. Tetapi hal-hal yang baik dalam hidupnya pada mulanya
banyak, lebih banyak
daripada orang lain, tetapi pada akhirnya banyak kemalangan atau nasib jelek.
Banyak susahnya daripada
senangnya. Awalannya baik, tetapi semua yang baik waktunya pendek, yang
kurang baik lebih panjang.
Kalau sedang bernasib baik, jangan membuat tindakan yang menyebabkan
peruntungannya menjadi jelek.
Hari Rabu :
Lancar dalam semua urusan-urusannya, tetapi tidak sebaik kelahiran hari Senin.
Lebih cocok bila bekerjanya mengikut kepada orang lain (menjadi karyawan /
pegawai).

Hari Kamis :
Yang lahir pada hari Kamis harus lebih banyak bekerja keras, supaya apa yang
diusahakan dapat mencapai
hasil seperti yang diinginkan, karena banyak kesulitannya, terutama dari
lingkungannya.
Hari Jum’at :
Berwatak ‘panas’, cerewet. Hidupnya banyak "urusan". Tetapi urusan rejeki juga
banyak peluangnya.
Harus pintar menjaga hubungan dengan orang lain, karena watak panas anda akan
dapat menjadi batu
sandungan.
Hari Sabtu :
Berwatak keras. Hidupnya berat dan keras dalam semua urusan. Banyak kesulitan
dan nasib jelek.
Banyak hambatan dari lingkungan. Harus lebih banyak bekerja keras, karena
walaupun sudah bekerja keras,
kadangkala hasilnya tidak sebaik yang diinginkan.

Hari Minggu :
Netral dalam semua urusan. Kalau bekerja keras, hasil yang didapat akan sesuai
dengan yang diinginkan.
Orang yang lahir pada pagi hari biasanya kehidupannya lebih lancar, tidak banyak
mendapatkan halangan dan kesulitan dalam urusan-urusannya.
Orang yang lahir pada siang hari biasanya kehidupannya lebih banyak mendapatkan
halangan dan kesulitan, dibanding kelahiran pagi hari, terutama dari lingkungannya
berada.
Orang yang lahir pada sore hari biasanya kehidupannya lebih banyak lagi
mendapatkan halangan dan kesulitan, terutama dari lingkungannya berada. Harus
lebih keras berusaha.
Orang yang lahir pada malam hari biasanya kehidupannya lebih banyak mendapatkan
halangan dan kesulitan. Harus bekerja lebih keras. Seringkali walaupun sudah
berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Tetapi yang lahir pada malam hari biasanya memiliki insting, intuisi dan kepekaan
batin yang lebih, dibanding yang lahir pada waktu lain yang berbeda.

Sifat-sifat hari yang disebut di atas bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga
oleh hari pasaran (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam kelahiran (pagi, siang,
malam), dan wukunya (mingguannya), bulannya, dsb.
Tulisan tentang watak dan karakter orang berdasarkan hari-hari kelahiran di atas
dimaksudkan sebagai pengetahuan, untuk lebih bisa mengetahui potensi dan "hoki"
diri sendiri untuk bisa meningkatkan kebaikan hidup. Begitu juga bagi yang kadang
merasakan beban berat / kesialan dalam hidupnya, atau cocok mengalami seperti
hitungan hari di atas (kebetulan saja cocok), supaya dapat menerima bahwa itulah
tantangan hidup yang harus dijalani, supaya lebih keras lagi berusaha dan tidak kesal
hati atau putus asa.
Jika sedang bernasib baik, maksimalkan hasil usahanya dan jangan melakukan
kesalahan atau tindakan yang dapat menyebabkan peruntungan menjadi jelek. Jika
sedang bernasib jelek, jangan kesal hati atau putus asa, usahakan lagi pada hari lain
yang lebih baik.
Ini juga menjadi petuah. Bagi yang peruntungannya lebih baik daripada orang lain,
janganlah sombong dan takabur, karena peruntungan dan nasib baik anda bersifat
karunia (given), bukan prestasi anda. Anda hanya menjalani saja kemudahan hidup
yang diberikan untuk anda. Bagi yang peruntungannya kurang baik dibandingkan
orang lain, janganlah kesal hati dan hilang semangat, walaupun usaha dan kerja keras
anda seringkali hasilnya tidak sesuai dengan yang seharusnya anda dapatkan. Itu
adalah tantangan hidup untuk diperjuangkan.
Latar Belakang Kegaiban Hari
Di dalam kehidupan mahluk halus, banyak di antara mereka yang hidup di dalam
suatu komunitas tertentu yang memiliki pemimpin sebagai raja atau sosok penguasa
di dalam komunitas tersebut. Para penguasa itu memiliki rakyat atau bawahan yang
harus melaksanakan semua perintah pemimpinnya. Bila perintah sang penguasa
tidak dapat dilaksanakan, maka hukuman akan menanti mereka. Pancaran aura
energi dari suasana batin para mahluk halus itulah yang mempengaruhi manusia
secara fisik maupun psikologis dan pengaruhnya itu dapat berdampak jangka
panjang, karena aura energi tersebut akan menyatu dengan aura sukma manusia.
Biasanya aktivitas mereka dalam menjalankan tugasnya dimulai pada hari Senin pagi
dan diakhiri pada hari Jum’at sore.
Pada hari Senin pagi mereka 'turun ke lapangan'. Mereka bersemangat. Mereka
memancarkan aura yang baik bagi manusia.
Pada hari Selasa ada saja yang merasa kesal, mungkin karena pada hari Senin ada
usaha mereka yang tidak berhasil. Banyak di antara mereka yang memancarkan aura
yang tidak baik bagi manusia.
Pada hari Rabu kondisi kembali tenang.
Pada hari Kamis mereka sudah harus bergegas menyelesaikan tugasnya, karena
batas waktunya semakin pendek. Mereka harus bisa mengatasi halangan dan
hambatan pekerjaannya. Mereka memancarkan hawa aura yang keras secara
psikologi manusia.
Pada hari Jum’at banyak di antara mereka yang marah dan panik, karena tugasnya
belum selesai, sedangkan pada sore hari mereka harus kembali ke komunitasnya.
Mereka memancarkan hawa yang panas bagi psikologi manusia, menyebabkan
manusia mudah marah, benci dan bertengkar / rusuh.
Hari Sabtu adalah hari terakhir mereka di ‘lapangan’. Selesai atau tidak selesai
pekerjaan mereka, pada sore harinya mereka harus kembali ke komunitasnya.
Hukuman sudah menunggu mereka, apalagi bila tugasnya tidak selesai. Mereka
diliputi rasa marah, putus asa, kebencian, ingin mengamuk, dsb, apalagi bila melihat
ada mahluk halus lain atau manusia yang bersenang-senang, atau menyelenggarakan
hajatan, bepergian, dsb. Pada hari Sabtu itu mereka memancarkan hawa yang berat
secara psikologi manusia, hawa penyakit dan kematian, kesialan, nasib jelek,
keputus-asaan, dsb. Bila bertemu dengan manusia yang sedang bepergian dengan
berkendaraan, atau bersenang-senang di jalan, mungkin saja dengan sengaja mereka
akan mencelakakannya.
Pada hari Minggu mereka sudah bebas dari semua urusan pekerjaan.

Bila kekuatan aura batin manusia cukup kuat, maka pengaruh pancaran aura para
mahluk halus tersebut hanya akan berdampak kecil. Sebaliknya, bila kekuatan aura
batin manusia lemah, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut
akan berdampak dominan dalam kehidupan manusia yang bersangkutan.
Tetapi aura batin seseorang kuat ataupun lemah, seandainya dalam kehidupannya
tidak dapat merubah pengaruh aura energi negatif menjadi positif, misalnya
seseorang larut dalam kekesalan, marah, stress, depresi, atau larut dalam
permasalahan hidup, dsb, maka kekuatan batinnya itu justru akan memperparah ke-
negatif-an dalam dirinya, sehingga jalan hidupnya akan semakin buruk dan terpuruk,
sedikit peruntungannya, banyak kesulitan, dan sulit untuk memperbaiki derajat.
Pengaruh negatif dari pancaran aura batin dan aura mahluk halus tersebut dapat
dicoba diakali dengan suatu laku untuk membersihkan aura batin. Misalnya diawali
dengan mandi keramas, kemudian berendam / mandi kembang telon / kembang
tujuh rupa. Dilakukan dengan guyuran dari atas kepala hingga basah seluruh tubuh.
Dengan cara ini diupayakan supaya aura dari kembang-kembang tersebut
menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif. Berguna untuk
membantu mempermudah jalan hidup, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal
dari aura negatif di dalam tubuh.
Sarana mandi kembang ini juga dapat membersihkan pancaran aura tubuh dan
membuatnya lebih bercahaya. Kembang yang digunakan haruslah yang masih berbau
harum dan masih segar, belum layu, apalagi kering. Laku ini dapat dilengkapi dengan
laku-laku lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang dan membuat
hidup lebih 'keberkahan'.
Jangan lupa baca doa niat :
Ya Allah

Niat saya mandi kembang untuk membersihkan diri saya dari pengaruh dan hal-hal
negatif dalam diri saya
dan untuk ...........................
Mudah-mudahan Tuhan menolong saya / Saking Kersaning Allah
Amin.

-----------------------
Sedulur Papat Lan Kalima Pancer
Sejak jaman dahulu spiritualitas Jawa meyakini bahwa setiap manusia mempunyai
saudara-saudara halus yang mendampinginya. Mereka tidak kelihatan oleh mata
biasa. Mereka tergolong sebagai roh-roh halus. Saudara-saudara halus ini banyak
yang menyebutnya dengan istilah Saudara Kembar, atau disebut juga Sedulur
Papat. Konsep tersebut secara umum dipercaya dan diamalkan oleh masyarakat
jawa. Dalam kehidupan sehari-harinya orang-orang Jawa terbiasa melakukan suatu
laku prihatin dan tirakat tertentu untuk menjaga kedekatan mereka dengan roh
Sedulur Papat itu.
Roh Sedulur Papat mempunyai sebutan Kakang Kawah (paling tua), Adi Ari-ari (paling
muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita sendiri disebut Pancer. Kita adalah
Pancer (pusat), sedangkan sukma kita yang lain disebut sedulur pendamping kita.
Artinya, para sedulur kita itu keberadaannya mengikuti kita sebagai Pancer. Para
sedulur ini secara halus, sosok dan wajahnya mirip dengan masing-masing orang
yang bersangkutan.
Roh Pancer dan para Sedulur Papat dalam satu kesatuan merupakan roh / sukma
seseorang.
Sebaiknya kita semua mengenal dan mengakrabkan diri dengan para saudara
kembar kita. Mereka itu selalu membantu kita, disadari ataupun tidak. Apalagi bila
kita selalu berbuat baik dan berhati lurus. Perlu diketahui bahwa para saudara halus
tersebut merasa senang kalau kita mengetahui keberadaan mereka, terlebih kalau
kita memperhatikan mereka. Kalau mereka merasa diperhatikan tentu mereka akan
lebih dekat dan senang membantu. Hubungan akrab dengan semua saudara halus
bisa dilakukan dengan sering melakukan komunikasi dan memperhatikan rasa dan
firasat, ide-ide dan ilham. Seperti juga dalam pergaulan antar manusia, kalau sering
terjadi komunikasi dan saling memperhatikan, tentulah hubungannya menjadi lebih
dekat dan akrab.
Seandainya kita tidak mempedulikan komunikasi mereka, apalagi kita menganggap
cerita tentang saudara kembar ini hanya tahayul atau mitos saja, maka mereka juga
akan merasa bahwa keberadaan mereka tidak diperhatikan dan tidak diperlukan.
Mereka akan tidak antusias mendampingi dan membantu kita. Maka janganlah kesal
kalau pada saat kita mendapatkan kendala, sial, nasib jelek, dsb, kita tidak
mendapatkan peringatan atau tanda-tanda sebelumnya.
Karakteristik Roh Pancer dan Sedulur Papat
Telah diuraikan di atas, sedulur papat kita itu mempunyai sebutan Kakang Kawah
(paling tua), Adi Ari-ari (paling muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita
sendiri disebut Pancer. Kita adalah Pancer, sedangkan sukma kita yang lain disebut
sedulur pendamping kita. Artinya, para sedulur kita itu keberadaannya mengikuti
kita sebagai Pancer. Pancer ini juga bersifat roh / sukma.
Untuk diketahui, Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran kita. Dalam
kehidupan sehari-hari seringkali kita sok berlogika, atau tidak peduli situasi,
mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, atau lebih mengutamakan dogma
dan doktrin, pendapat sendiri dan ke-Aku-an. Itulah sebabnya kita tidak akrab
dengan rasa dan firasat. Tetapi bila kita mau peka dan memperhatikan rasa dan
firasat, ide-ide dan ilham, maka kita akan memiliki naluri dan insting yang tajam.
Dengan cara demikian kita sudah mengakrabkan diri dengan para Sedulur Papat dan
memperhatikan komunikasi yang mereka lakukan.
Sebagai penjelasan, manusia terdiri dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh.
Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur
Papat mendampingi Pancer, karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia
meninggal, roh-roh itu menyatu menjadi arwah).
Dalam kehidupan sehari-hari, roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu
menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu juga
menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan
otak / pikiran manusia, menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa
berjalan, dsb. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia.
Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika,
merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia,
dsb, semuanya adalah aktivitas biologis manusia. Dalam hal ini Roh
Pancer manusia hadir dan bertindak sebagai mahluk biologis.
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang berperan
dalam keseharian manusia adalah Roh Pancer, sedangkan Roh Sedulur Papat
keberadaannya bersifat mendampingi dan membantu membentuk kebijaksanaan
dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham, bisikan hati /
nurani dan mimpi).
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat
tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan
pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan
memberikan peringatan-peringatan, dalam bentuk rasa dan firasat, gambaran-
gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.
Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok
berlogika, menonjolkan kepandaiannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-
Aku-an atau dogma / doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan
bisikan hati dan kebijaksanaan, maka dia lebih mengutamakan aspek biologisnya,
aspek manusia keduniawiannya, sehingga tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat
roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu peka batin, memperhatikan rasa
dan firasat, dia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban
alam, karena dia kental berhubungan dengan rohnya.
Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat
mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini
terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, terbelenggu dalam sikap berpikir
duniawi manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh.
Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya,
harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal
yang bersifat roh dan keTuhanan.
Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat, karena keberadaan mereka mendampingi
kita sebagai Pancer, maka mungkin kita juga akan dapat mengetahui keberadaan
roh-roh lain dan dapat juga mengetahui sesuatu kejadian sebelum kejadian tersebut
terjadi (weruh sakdurunge winarah), melalui pemberitahuan dari mereka
sebelumnya. Pemberitahuan / peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa
suatu kejadian perlambang, penglihatan gaib, wangsit / bisikan gaib, mimpi, rasa,
firasat, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan kepekaan rasa dan batin untuk dapat
menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan untuk mengetahui
maksudnya.
Roh sedulur papat aktif hadir di dalam perenungan-perenungan dan pencarian ide
dan ilham. Roh sedulur papat aktif memberikan ide-ide pemikiran, nasehat-nasehat
dan ajaran yang bersifat keduniawian (berupa ide-ide dan ilham), yang mengarahkan
seseorang menjadi memiliki kecerdasan batin di dalam perbuatan-perbuatannya,
kaya dengan ide dan ilham, bisa menemukan jawaban-jawaban dari
permasalahannya dan tidak akan menemukan jalan buntu dalam setiap
permasalahan (feeling / intuisinya tajam). Dalam hal ini para sedulur papat berperan
sebagai pendamping kehidupan duniawi manusia.
Roh sedulur papat aktif hadir di dalam perenungan-perenungan kerohanian dan
spiritual, memberikan ide-ide pemikiran, nasehat-nasehat dan ajaran yang bersifat
kerohanian maupun spiritual, yang mengarahkan seseorang menjadi memiliki hikmat
kebijaksanaan kesepuhan di dalam dirinya. Dalam hal ini para sedulur papat
berperan sebagai penasehat spiritual , sekaligus menjadi guru sejati , mengantarkan
seseorang menjadi waskita, mengerti kebijaksanaan hidup dan mungkin juga weruh
sak durunge winarah.
Dalam hal kita akan menghadapi suatu kesulitan atau pun musibah, para sedulur
papat ini akan memberikan peringatan sebelumnya (dalam bentuk bisikan hati
nurani atau mimpi). Apapun yang dilakukan oleh si manusia (pancer), roh sedulur
papat ini akan selalu memberikan peringatan, menjauhkan manusia dari kesulitan
dan marabahaya. Dan ketika si manusia melakukan atau akan melakukan suatu
perbuatan yang tidak baik atau yang akan mengakibatkan kesulitan, roh sedulur
papatnya akan memberinya peringatan yang mengarahkannya untuk selalu berbuat
baik dan menjauhkan manusia dari perbuatan yang mengarah pada kesulitan atau
musibah. Dalam hal ini kebatinan jawa memandang keberadaan para roh sedulur
papat itu sebagai Pamomong (pembimbing), yang mengarahkan perilaku dan
perbuatan si manusia supaya selalu baik dan tidak mengarah pada kesulitan atau
musibah.
Pendampingan para roh sedulur papat ini ada pada semua bidang kehidupan kita
sehari-hari, bukan hanya dalam bidang keilmuan batin spiritual. Kita sendiri juga
dapat merasakan adanya ajaran-ajaran berupa ilham dan ide-ide yang mengalir di
dalam pikiran kita. Begitu juga manusia yang hidup di negara maju. Mereka yang
menjadi penemu, peneliti, atau pengembang suatu teori ilmiah, pengetahuan,
ataupun peralatan modern dan canggih, mereka melakukannya bukan semata-mata
berdasarkan kecerdasan otak mereka, tetapi terutama didasarkan pada kecerdasan
mereka untuk mendayagunakan mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran mereka
sebagai sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti. Mereka tidak mempunyai
pemahaman tentang roh sedulur papat, tetapi mereka telah mengimplementasikan
kecerdasan batin mereka sebagai Guru Sejati dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama
dengan kita dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar). Dalam tahapan ini
dipahami mereka adalah kawan seperjalanan kita. Tetapi perkembangan belajar
mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka bisa mengetahui
hal-hal yang secara fisik tidak bisa kita ketahui, dan dapat kemudian
memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita dalam bentuk ide-ide dan ilham
atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. Mereka mengerti seluk-
beluk kehidupan kita, termasuk pekerjaan kita yang terkait dengan teori dan alat
berteknologi tinggi atau pun teori-teori ilmiah tingkat tinggi. Karena itu bila kita aktif
memperhatikan dan berkomunikasi dengan mereka, kita akan lebih mudah dalam
mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita, ide dan ilham akan mengalir
setiap saat dan kita tidak akan menemukan jalan buntu di dalam setiap
permasalahan. Mereka akan aktif hadir di dalam perenungan-perenungan.

Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat
mengetahui hal-hal yang bersifat roh, tetapi secara duniawi roh Pancer ini
terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, terbelenggu dalam sikap berpikir
duniawi manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh.
Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya,
harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya untuk bisa mendalami hal-hal yang
bersifat roh dan keTuhanan. Jika tidak bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya,
maka dalam hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan, yang muncul adalah sifat-sifat
ke-Aku-an, sok suci, sok beriman, sok tahu, sok benar, dan akan mudah terpancing
rasa sentimen dan ego keAkuannya.
Aspek penting Guru Sejati hadir di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual dengan
penekanan pada usaha untuk mengenali siapa saja yang menjadi guru sejatinya
dalam proses keilmuannya, supaya seseorang bertekun kepada gurunya itu untuk
mendapatkan bimbingan yang mendalam. Dan ketika sudah tidak ada lagi suatu
sosok yang dapat menjadi gurunya, maka roh sedulur papat akan menjadi
pembimbingnya yang utama, yang memberinya ide dan ilham, penglihatan gaib, dan
jawaban dari berbagai pertanyaan, dan menuntunnya pada pengetahuan yang lebih
tinggi.

Inil adalah salah satu aspek penting dalam kebatinan jawa yang menekankan
pengenalan pada roh sedulur papat, sehingga muncul konsep Sedulur Papat Kalima
Pancer sebagai Guru Sejati, yang penekanannya adalah pada penyatuan interaksi
antara seseorang (Pancer) dengan para roh sedulur papatnya. Dan bila saja para
dewa berkenan sehingga seseorang memiliki suatu wahyu keilmuan / spiritual dalam
dirinya, maka keberadaan wahyu itu akan melipatgandakan kemampuannya untuk
mendapatkan pengetahuan yang berdimensi tinggi (termasuk pengetahuan yang
bersifat teknologi duniawi).
Tidak selamanya dalam semua hal yang kita tekuni kita akan menemukan suatu
sosok yang dapat mengajar atau membimbing kita. Aspek roh sedulur papat menjadi
penting karena mereka selalu ada pada kita, dan apapun kebaikan dan kekuatan
yang dimiliki oleh sedulur papat itu, efeknya akan selalu berimbas kepada kita,
menjadi kebaikan dan kekuatan kita juga, karena mereka adalah bagian dari diri kita
sendiri. Kekuatan mereka dan keyakinan kita pada kebersamaan mereka, akan
mewujudkan suatu kekuatan batin tersendiri yang akan berguna dalam melandasi
kemantapan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pengetahuan dan keilmuan yang didasarkan pada kesadaran akan kesejatian
manusia akan dapat dengan lebih cepat berkembang dan meningkat, karena
manusia yang menyadari kesejatiannya akan juga mengenal potensinya sebagai
mahluk biologis dan sebagai mahluk roh. Pengetahuan yang tidak diketahui secara
fisik manusia akan dapat diketahui secara roh. Dan apa yang dapat diketahui secara
roh akan menunjang pengetahuan duniawi manusia.

Di bawah ini ada beberapa ajaran bila kita ingin menyampaikan sesuatu kepada
mereka, para Sedulur Papat, beberapa contoh cara dan doa (amalan) untuk
komunikasi dan mendekatkan diri kepada mereka.
Misalnya kita akan melakukan sesuatu yang sifatnya penting bagi kita, kita dapat
berkata kepada mereka, (mengucap dalam hati kepada mereka seolah-olah mereka
ada di sekitar kita) :
Contoh 1 (kejawen) : Marwati Kakang Kawah Adi Ari-Ari …… (sebutkan nama anda)
kadhangku kang lahir bareng sedino lan
kadhangku kang lahir bareng sewengi
Sang rojo bardah ingsun
Ingsun arso …….. (sebutkan apa yang akan anda lakukan)
Ewang-ewangono ingsun.
Contoh 2 (umum) : Saudara-saudara kembarku semua, bantulah saya dalam
bekerja, sehingga
pekerjaan saya lancar dan benar. Kalau ada kesalahan, tolong
beritahu saya.
Contoh 3 (umum) : Saudara-saudara kembarku semua, bantulah saya. Niat saya
pergi keluar kota.
Bantulah saya supaya tidak ada kecelakaan, kejahatan atau
gangguan apapun di
jalan.
Contoh 4 (umum) : Saudara-saudara kembarku semua, bantulah saya. Anak saya
sedang sakit.

Bantulah saya, tunjukkan kepada saya di dalam mimpi, obat atau


cara untuk

menyembuhkan anak saya.

Biasanya, cara mereka berkomunikasi dengan kita adalah dengan memberikan


mimpi, atau rasa dan firasat tentang akan terjadinya sesuatu kejadian, atau ilham
yang mengalir dalam pikiran kita. Rasa dan firasat seringkali muncul berupa
perlambang rasa.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, apalagi dalam kehidupan modern ini, rasa dan
firasat seringkali diabaikan. Namun bila seseorang memperhatikan rasa dan
firasatnya, dia sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya.
Misalnya, seseorang yang akan bepergian ke luar kota, karena merasa tidak enak hati
kemudian membatalkan keberangkatannya. Ternyata kemudian dia mendapat berita
bahwa kendaraan yang seharusnya ditumpanginya, mengalami kecelakaan.
Untunglah dia tidak jadi berangkat. Apakah ini kebetulan saja?
Mungkin kita tidak akan terburu-buru berangkat kerja, walaupun sudah terlambat /
kesiangan, seandainya saja sebelumnya kita tahu atau dapat merasakan bahwa pada
hari itu ada anggota keluarga kita yang akan mengalami musibah.
Seringkali rasa dan firasat ini dianggap tahayul dan klenik, karena itu kita harus bisa
membedakan sesuatu rasa, apakah itu hanya rasa biasa saja ataukah rasa yang
merupakan suatu pertanda tentang sesuatu kejadian yang akan terjadi. Belajarlah
peka terhadap bisikan-bisikan nurani, firasat, dsb. Jangan mengabaikan bisikan hati
dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan melebih-lebihkan, jangan ber-
ilusi.
Sesuai kondisi jaman sekarang, olah rasa dan firasat dapat dilakukan dengan cara
sederhana tanpa harus banyak mengorbankan waktu dan aktivitas, seperti dalam
tulisan : Olah Rasa dan Kebatinan.
Sebagai pelengkap cerita sedulur papat dan laku prihatin dalam budaya jawa dapat
dibaca di Laku Prihatin dan Tirakat.

Keilmuan Sedulur Papat Kalima Pancer


Dalam kebatinan jawa, istilah roh sedulur papat lan kalima pancer selalu disebutkan,
karena pengertian itu melandasi kekuatan batin dan sukma manusia, yang bila
diyakini dan diolah dengan mendalam akan menimbulkan suatu kegaiban dan
kekuatan gaib yang berasal dari diri manusia sendiri, yang diolah melalui ketekunan
kepercayaan dan penyelarasan hidup dan pemujaan kepada Gusti Allah. Termasuk
ucapan yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka itu akan
benar terjadi, saking kersaning Allah. Orang yang sedemikian itu sering disebut
ucapannya mandi (manjur / idu geni).
Tidak banyak yang mengetahui bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima
Pancer, yang biasanya terkait dengan konsep kebatinan tentang Manunggaling
Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb,
sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh
sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah
terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-
tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya
berkembang menjadi ajaran kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan
kerohanian kejawen.
Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian
memberikan pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai
sifat-sifat tanah, air, api, dsb dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran
agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai tandingan dari ajaran kejawen dan untuk
menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum
oleh masyarakat Jawa, roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis
nafsu manusia ataupun disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia
(juga untuk keperluan penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam
cerita pewayangan dibelokkan artinya menjadi kalimat syahadat (Wikipedia)).
Begitu juga dengan istilah kebatinan ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti, ajaran
penghayatan penyatuan dan keselarasan manusia dengan Tuhan, adalah istilah di
dalam kepercayaan kebatinan jawa dan menjadi tujuan dari laku penghayatan
kepercayaan kejawen. Tetapi istilah itu menjadi populer setelah digunakan oleh
Syech Siti Jenar dalam ajaran kebatinan Islam jawa, karena saat itu bertentangan
dengan pendapat Sunan Kudus dan para Wali yang lain yang menganggap bahwa
ajaran itu bukan murni ajaran Islam. Dalam hal ini Syech Siti Jenar sebagai seorang
pemuka agama Islam dianggap telah mengajarkan ajaran yang bukan asli ajaran
Islam, menyimpang dari ajaran Islam yang benar, dan dianggap sesat.
Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain
tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa konsep-konsep kejawen tersebut
di atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri
yang tidak dapat disamakan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan
lain tersebut. Jika pun dihubungkan dengan penghayatan kebatinan masyarakat
Jawa, maka arti dan makna dalam konsep pandangan lain tersebut tidak akan sama
dengan arti dan maknanya dalam konsep kejawen di masyarakat. Atau juga jika
diterapkan dalam keilmuan kebatinan jawa, maka arti dan makna konsep dalam
pandangan-pandangan lain tersebut sama sekali tidak berguna dan tidak akan
membantu dalam keilmuan batin kejawen. Dengan demikian menjadi jelas bahwa
konsep-konsep kejawen itu sama sekali tidak dapat disamakan atau digantikan
dengan konsep-konsep dalam pandangan lain tersebut.

Memang tidak semua orang, termasuk yang mampu melihat gaib, mampu juga untuk
melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat
daripada kuntilanak, gondoruwo atau pun dedemit lainnya atau roh-roh halus
tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang. Roh Saudara Kembar / Sedulur Papat
menjadi sesuatu yang sulit untuk dilihat, sehingga seseorang yang sudah pernah
melihat / bertemu dengan roh sedulur papat-nya seringkali dianggap sebagai suatu
keberuntungan dan keistimewaan tersendiri.
Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan keilmuan kebatinan jawa,
bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui
wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya
secara halus benar-benar mirip dengan orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya
itu barulah awal dari suatu tahapan penting yang harus dikembangkan lagi ke tingkat
yang lebih tinggi. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur
papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Manfaat
akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat
dengan orang itu sendiri dalam setiap sisi kehidupannya.
Dalam tulisan-tulisan di halaman lain Penulis telah menuliskan hubungan sedulur
papat dengan kemampuan seseorang dalam keilmuan batin / gaib (misalnya dalam
tulisan Olah Rasa dan Kebatinan, Olah Sukma dan Kebatinan dan Sukma Sejati ).
Namun seringkali para praktisi kebatinan, termasuk orang-orang yang mampu
melihat gaib, tidak menyadari keberadaan roh sedulur papat dan tidak mampu
melihatnya, sehingga tidak mempunyai pemahaman yang dalam tentang roh sedulur
papat dan seringkali juga tidak dapat mendayagunakan kemampuan roh-roh itu atau
mendayagunakan kombinasi kesatuan roh Sedulur Papat dan roh Pancer.
Pendayagunaan roh sedulur papat, selain secara keilmuan kebatinan, dalam
kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan memperhatikan semua
pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, ide dan ilham, penglihatan
gaib dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya
sebagai suatu kekuatan batin dan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau
pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai suatu pribadi
yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok
roh lain yang berdiri sendiri-sendiri.
Karena itu dalam doa dan amalan kejawen selalu disebutkan :
Niat Ingsun .......................
Saking kersaning Allah.
Artinya, dalam doa dan niat seseorang melakukan suatu perbuatan yang dianggap
penting selalu disatukan dengan bantuan para sedulur papatnya menjadi satu
kesatuan perbuatan bersama-sama, menjadi satu kebatinan yang lebih kuat
dibandingkan jika hanya dilakukan dengan keinginan sendiri, sehingga hasilnya akan
lebih baik dan pengaruhnya secara kebatinan dan kegaiban akan menjadi lebih kuat,
walaupun ucapan: kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedino
lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, Ingsun arso …….. Ewang-ewangono
ingsun ............. tidak selalu disebutkan, karena sugesti istilah Ingsun adalah mewakili
kesatuan Sedulur Papat lan Kalima Pancer.
Tetapi doa dan amalan itu hanya akan berarti jika seseorang memiliki pemahaman
dan kepercayaan tentang keberadaan roh sedulur papat dan kesatuan mereka
dengan sukmanya. Tanpa itu doa-doa dan amalan itu tidak akan banyak memberi
manfaat, walaupun sering diucapkan berulang-ulang atau pun diwirid sebagai suatu
amalan ilmu.

Penulis juga ingin meluruskan pandangan beberapa kalangan yang mengatakan


bahwa roh sedulur papat kita mempunyai kekuatan gaib yang tinggi, sehingga kalau
kita bisa mendayagunakannya sebagai khodam ilmu, maka ilmu kita akan ampuh,
lebih ampuh daripada menggunakan khodam-khodam ilmu yang lain.
Di dalam halaman lain Penulis sudah menuliskan bahwa kekuatan sukma seseorang
terutama adalah berasal dari kekuatan penghayatan kebatinan / spiritual seseorang
semasa hidupnya (selain kebatinan / spiritual yang bersifat keilmuan, juga kekuatan
dari penghayatan kebatinan / spiritual kerohanian dan keagamaan).
Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama
dengan kita dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar). Dalam tahapan ini
dipahami mereka adalah kawan seperjalanan kita. Tetapi perkembangan belajar
mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka bisa mengetahui
hal-hal yang secara fisik tidak bisa kita ketahui, dan dapat kemudian
memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita dalam bentuk ide-ide dan ilham
atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita.
Sejalan dengan perkembangan kekuatan kebatinan dan spiritual kita, kekuatan gaib
roh Pancer dan sedulur papat kita juga akan meningkat. Kekuatan roh Pancer dan
Sedulur Papat kita secara satu kesatuan akan menjadi kekuatan sukma kita. Karena
itu kekuatan gaib roh sedulur papat akan sejalan dengan perkembangan kekuatan
kebatinan dan spiritual kita. Setelah kekuatan kebatinan kita kuat, dan kekuatan gaib
sedulur papat kita juga kuat (karena sifatnya mengikuti kekuatan gaib roh Pancer),
barulah kekuatan gaib dari para sedulur papat kita itu bisa menjadi "khodam" yang
berkekuatan tinggi.
Dengan demikian bisa dimengerti bahwa secara umum kondisi Roh Pancer dan
Sedulur Papat seseorang kekuatan gaibnya lemah (bahkan lebih lemah dibandingkan
kuntilanak yang di alam gaib termasuk sebagai roh halus yang kekuatan gaibnya
paling lemah). Setelah orang tersebut menempa kebatinannya (dengan keilmuan
kebatinan atau kebatinan dalam keagamaan / ketuhanan) barulah kemudian
kekuatan kebatinan (kekuatan sukma) seseorang menjadi kuat. Karena itu kebatinan
dan spiritual orang itu harus ditempa terlebih dulu supaya mempunyai kekuatan
yang tinggi, barulah roh sedulur papatnya mempunyai kekuatan gaib yang tinggi
karena sifatnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Pancernya.

Perhatian :
Seandainya selama anda membaca amalan dan doa atau membaca bagian-bagian
tertentu tulisan di halaman ini atau pun di halaman lain anda merasakan bulu kuduk
atau rambut kepala anda meremang, itu tidak apa-apa. Itu adalah reaksi dari roh
pancer dan sedulur papat yang tersugesti oleh tulisan yang anda baca.
Atau jika anda merasakan adanya rasa berat di dada atau rasa tertekan / berdenyut /
gerakan di ubun-ubun kepala setelah menghayati membaca tulisan-tulisan bertema
kebatinan dan spiritual, itu juga tidak apa-apa. Itu adalah reaksi getaran dari cakra-
cakra tubuh yang akan mempermudah anda jika berniat mempelajari kebatinan dan
spiritual.
Tetapi jika anda terlalu khusyuk menghayati, sehingga kemudian anda merasakan
bergetar kencang di seluruh tubuh, sebaiknya segera dihentikan, jangan sampai
kemudian menjadi tidak terkendali dan roh anda merogoh sukma, lepas kontrol
diluar kemauan anda. Sebaiknya jangan melakukan rogoh sukma tanpa bimbingan
dan pendampingan seorang guru yang benar mengerti keilmuannya.

Di bawah ini adalah beberapa contoh amalan gaib kebatinan kejawen yang sudah
umum dilakukan oleh mereka yang menggeluti dunia kesaktian atau kebatinan jawa
yang kegaibannya berasal dari sukma (roh pancer dan sedulur papat) seseorang :

1.
Marwati Kakang Kawah Adi Ari-Ari …… (sebutkan nama anda)
Kadhangku kang lahir bareng sedino lan
Kadhangku kang lahir bareng sewengi
Sang rojo bardah ingsun
Ingsun arso …….. (sebutkan apa yang akan anda lakukan / inginkan)
Ewang-ewangono ingsun.
Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk mengajak roh sedulur papat
melakukan suatu perbuatan bersama-sama (perbuatan / pekerjaan yang dianggap
penting), sehingga kegaibannya atau tingkat keberhasilannya menjadi lebih tinggi
dibanding jika hanya dilakukan sendirian. Amalan tersebut di atas juga dapat
dilakukan sebagai tambahan usaha untuk terkabulnya suatu keinginan khusus yang
dilakukan dengan berpuasa weton untuk memperkuat kegaiban dari lakunya (baca :
Laku Prihatin dan Tirakat).

2.
Sukma ingsun sukma sejati
Sukma sejatining urip
Urip sejatining manungsa
Tiluhur tak usap dampal
Di tengah puser udel
Serbudi aptoroso diroso keno kuoso
Ya Alloh kul goib kulo nyuwun ijin
Ya Alloh kulo nyuwun kekuatan
Ya Alloh kulo nyuwun kesaktian Ya Alloh kulo nyuwun kegaiban Ya Alloh kulo
nyuwun ..............
Mugi-mugi Alloh kul goib ngabulaken panyuwun kulo
Hong wilaheng sekare bahwono langgeng (3x)
Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk memohonkan terkabulnya suatu
keinginan, selain permohonan kepada Tuhan, kegaiban sukma orang ybs juga akan
membantu mewujudkan keinginan itu, tetapi secara umum sugesti di atas, yang
bersifat kebatinan, akan dapat membangkitkan kemampuan kegaiban dan kebatinan
seseorang, mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita secara kebatinan.

3.
Sun matek ajiku Lembu Sekilan
Hawa, geni, banyu, angin lan lemah
Kakang Kawah, Adi Ari-ari, Getih lan Puser
Yo Aku Sang Ratu Jagad, Sang Ratu Berang Putih
Dulur bathin, kanak bathin, Papat Kalima Pancer
(paling sedikit dibaca 3x, masing-masing dengan menahan nafas).

Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk kekuatan badan, kekuatan pukulan
dan kekuatan menahan pukulan (tahan pukul). Sugestinya adalah untuk menjadikan
tubuh padat dengan energi dan energinya juga tebal mengisi dan melindungi si
manusia ybs.

Amalan kebatinan di atas sugestinya adalah untuk menggerakkan kekuatan sukma


pelakunya. Kekuatan gaibnya berasal dari energi kanuragan dan tenaga dalam,
energi kekuatan alam dan kekuatan roh dan kebatinan si manusia ybs, yang
semuanya menyatu menjadi kekuatan sukma.

Dalam mewirid amalan di atas dilakukan sambil menahan nafas dan badan / tangan
dikeraskan (atau dengan membuat gerakan-gerakan untuk kekuatan badan dan
pukulan). Jika penghayatan anda benar, anda akan dapat merasakan bulu kuduk atau
seluruh tubuh anda meremang yang adalah reaksi dari roh pancer dan sedulur papat
anda yang tersugesti oleh amalan gaib anda, sesudahnya anda akan merasakan
tubuh anda segar bertenaga.

Cara di atas baik untuk menyatukan semua energi yang pernah dihimpun, baik energi
dari kekuatan kebatinan, energi dari kanuragan dan tenaga dalam atau energi hasil
olahan meditasi dan energi atau dari hasil penghayatan kebatinan dalam
keagamaan, disatukan dengan kekuatan sugesti kebatinan, menyatu menjadi
kekuatan sukma.
4.
Watu tego banyu pertiwi
Wesi tego banyu pertiwi
Kayu tego banyu pertiwi
Tanpo nyowo tanpo sukmo
Lipa lipuk empuk dadi kapuk
Santek pandelong landawek landawed
(paling sedikit dibaca 3x, masing-masing dengan menahan nafas).

Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk kekuatan tangan, misalnya untuk
meremas atau membengkokkan sebuah benda, benda yang semula keras akan
menjadi lebih lunak. Dalam mewirid amalan di atas dilakukan sambil menahan nafas
dan tangan mengepal dikeraskan. Dalam mempraktekkannya, sambil menahan nafas
amalan itu dibaca, sesudahnya ketika meremas sebuah benda nafas dihembuskan
kencang lewat hidung sambil mengalirkan tenaga ke tangan.

Amalan-amalan kebatinan jawa di atas adalah bersifat kebatinan, karena itu dalam
mengamalkannya juga harus dengan sugesti kebatinan, sugestinya diucapkan di
dalam hati dan ditujukan ke dalam diri sendiri, untuk membangkitkan inner power,
yaitu kekuatan roh / sukma.

Amalan-amalan kebatinan jawa di atas akan baik sekali jika diwirid dalam keadaan
berpuasa dan dilakukan secara rutin untuk menjaga supaya kegaibannya tidak
melemah. Jika anda juga mempunyai khodam pendamping, keberadaannya akan
menambah kekuatan kegaiban anda.

Sukma Sedulur Papat yang Terpisah

Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengungkapkan suatu rahasia yang jarang sekali
orang mengetahui, termasuk para pelaku dan praktisi kebatinan sekalipun, yaitu
tentang terpisahnya 2 roh sedulur papat. Awalnya pengetahuan ini Penulis dapatkan
dari seorang teman bernama Puntadewa, yang kemudian Penulis pelajari sendiri,
sehingga kemudian Penulis dapat menemukan kebenarannya dan
mengembangkannya menjadi pengetahuan yang lebih lengkap. Terima kasih Punta !

Semasa manusia masih hidup, roh / sukma manusia terdiri dari Pancer dan Para
Sedulur Papat, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah.
Setelah si manusia meninggal, Pancer dan para Sedulur Papat menyatu menjadi satu,
membentuk satu sukma roh manusia dan berpindah dari jasadnya semula ke alam
gaib, yang kemudian disebut arwah.

Sedulur papat kita itu mempunyai sebutan Kakang Kawah (paling tua), Adi Ari-ari
(paling muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita sendiri disebut Pancer.
Artinya, para sedulur kita itu keberadaannya mengikuti kita sebagai Pancer. Jadi
sudah seharusnyalah semua sedulur papat kita itu menyatu bersama kita yang
adalah pancer.

Kenyataannya, ada 2 sedulur kita yang tidak bersama kita, yaitu Kakang Kawah dan
Adi Ari-ari. Mereka berada di tempat ari-ari kita berada (atau di makam ari-ari bila
ari-ari kita dulu dimakamkan). Artinya sedulur yang bersama dengan kita hanya 2,
bukan 4. Sedulur yang bersama kita adalah Getih dan Pusar, yang terpisah adalah
Kakang Kawah dan Adi Ari-ari.

Secara alami keberadaan roh sedulur papat yang bersama kita posisinya menyatu,
sehingga akan tampak sebagai 1 sosok gaib yang mirip dengan kita. Bila kita mampu
melihat sosok roh sedulur papat dan mampu memecah mereka, maka yang akan
tampak hanyalah 2 sosok gaib yang mirip dengan kita, bukan 4.

Secara alami, ke 2 saudara yang terpisah tersebut akan menyatu dengan pancer
pada saat seseorang meninggal dunia. Artinya, ke 2 saudara tersebut akan menyatu
dengan 2 saudara lain yang sudah bersama pancer, kemudian mereka bersama-sama
menyatu dengan pancer sehingga menjadi satu sukma (sukma / roh orang yang
sudah meninggal).

Dengan kata lain, pada saat seseorang masih hidup di dunia, di dalam tubuhnya ada
3 roh yang menjadi satu kesatuan, yaitu Pancer dan 2 Sedulur (Getih dan Pusar).
Setelah orang tersebut meninggal dunia, maka roh Kakang Kawah dan Adi Ari-ari
akan datang menyatu dengan roh orang tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan
roh Pancer dan Sedulur Papat, yang kemudian disebut arwah.

Sekalipun mereka terpisah, tetapi sebenarnya mereka selalu melakukan kontak batin
(komunikasi). Kita sendiri dapat merasakannya bila kita mengerti. Kita akan
mendapatkan sinyal dari sedulur yang terpisah tersebut biasanya melalui mimpi.
Kerap terjadi di dalam mimpi kita, suasananya adalah seperti kita ada di masa lalu
atau masa kecil atau kita bertemu dengan orang-orang yang kita kenal pada masa
lalu. Ini adalah memori yang dikirimkan oleh roh sedulur papat tersebut. Bila di
dalam mimpi tersebut kita bertemu dengan orang-orang tua yang tidak kita kenal,
mungkin itu adalah pemberitahuan bahwa ada roh leluhur kita yang mengunjungi
kita, atau adanya roh leluhur yang datang mengunjungi roh sedulur kita yang
terpisah itu.

Satu hal yang harus lebih kita perhatikan adalah bila kita sering sekali bermimpi
buruk bertemu atau dikejar-kejar setan. Seringkali ini bukanlah mimpi biasa, tetapi
merupakan sinyal pemberitahuan bahwa kita atau roh kita yang terpisah itu sedang
diganggu oleh suatu sosok mahluk halus.

Penyatuan ke lima roh tersebut di atas (Pancer dan Sedulur Papat) dapat dilakukan
tanpa harus menunggu seseorang meninggal dunia terlebih dahulu. Namun
diperlukan suatu proses ritual tertentu untuk mengembalikan 2 sedulur kita yang
terpisah itu agar bisa menyatu kembali dengan kita. Ketika 2 sedulur kita yang
terpisah itu sudah menyatu kembali dengan kita, bila penyatuan itu terjadi pada saat
kita sadar (tidak dalam kondisi tidur) awalnya biasanya kita akan merasakan kepala
terasa pusing dan berat, tetapi hanya sebentar, sesudah itu kita akan merasa lebih
sehat dan tubuh terasa lebih padat bertenaga. Rasa pusing dan berat di kepala itu
adalah karena tubuh kita ketambahan energi dari menyatunya roh sedulur papat
tersebut yang semula terpisah. Ritual ini perlu dilakukan, terutama untuk mereka
yang tubuhnya lemah atau sering sakit-sakitan dan yang sering sekali bermimpi
buruk bertemu atau dikejar-kejar setan.

Sudah umum bila anak-anak kerap menangis rewel atau sakit demam / panas. Bila
sakitnya dimulai pada hari Selasa atau malam Selasa, atau pada hari weton
kelahirannya, bisa jadi sakitnya bukanlah sakit biasa. Mungkin saja sakitnya itu
disebabkan oleh adanya gangguan gaib atau sebab lain yang berhubungan dengan
gaib. Bisa juga sakitnya disebabkan oleh sukmanya yang sedang lemah. Bisa dicoba
mengobatinya dengan sarana bunga kantil atau kenanga atau melati putih (yang
merupakan unsur dari kembang telon). Caranya adalah dengan mendekatkan bunga
tersebut ke hidung si anak (ketika sedang tidur), sehingga si anak bisa mencium bau
harum bunga tersebut. Cara lainnya adalah dengan pembersihan gaib menggunakan
kekuatan gaib dari pusaka, jimat atau benda-benda bertuah lain (baca: Benda-benda
Bertuah Lain dan Pembersihan Gaib 1).
Kondisi seseorang atau anak kecil yang mudah sakit-sakitan, mungkin saja sakitnya
itu tidak berasal dari lemahnya kondisi tubuhnya. Penulis beberapa kali mendapati
seseorang yang kondisi tubuhnya mudah sakit-sakitan yang ternyata asalnya adalah
dari kondisi sukmanya yang terganggu. Ke 2 sukma sedulur-nya yang terpisah
ternyata disandera dan disakiti oleh sejenis mahluk jin. Setiap siksaan itu terjadi,
maka orang tersebut akan jatuh sakit atau merasakan tubuhnya sakit. Setelah ke 2
sukma tersebut berhasil dibebaskan, ditarik dan disatukan ke dalam tubuhnya,
kondisinya berangsur membaik. Jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Secara medis kita akan menilai kondisi kesehatan tubuh kita secara medis.
Tetapi secara kebatinan dan spiritual dimengerti bahwa kondisi kesehatan kita bukan
hanya semata-mata yang bersifat medis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sukma
dan kegaiban lain.

Secara umum kondisi sukma manusia adalah lemah, bahkan masih lebih lemah
dibanding sosok kuntilanak yang di alam gaib termasuk jenis yang paling lemah,
sehingga sekuat apapun fisiknya, orang akan mudah untuk dipengaruhi atau diserang
secara gaib, juga gampang mengalami kesambet. Sukma itu akan kuat jika orang itu
menjalankan laku yang efeknya memperkuat sukma.

Kondisi sukma yang lemah pada anak-anak akan menyebabkannya sering sakit
panas, terutama pada hari Selasa atau malam Selasa dan pada hari weton
kelahirannya. Di Jawa, pada masyarakat yang masih memahami kejawen, kondisi ini
sudah dimengerti bahwa sakit anak itu bukanlah sakit biasa, bisa jadi sakitnya adalah
karena sukmanya yang lemah atau sakitnya karena ada gangguan mahluk halus.

Kondisi sukma yang lemah pada orang dewasa biasanya tidak menyebabkannya
sering sakit panas. Tetapi jika orang dewasa sering merasakan badannya demam
meriang atau tubuhnya sakit-sakit, apalagi sering terjadi pada hari weton
kelahirannya, jika sakitnya adalah karena unsur kegaiban, kemungkinan besar
penyebabnya adalah kondisi sedulur papatnya yang disandera / disakiti oleh mahluk
halus lain. Jika ini yang terjadi maka harus diupayakan pembersihan gaib untuk
membebaskan roh sedulur papatnya tersebut dan menyatukannya kembali kepada
dirinya.

Dalam masyarakat Jawa ada kepercayaan dan tradisi melakukan semacam ritual,
puasa dan doa dan memberi sesaji untuk sedulur papat, misalnya ritual wetonan,
dengan sesaji bubur merah-putih, atau jajan pasar, mandi kembang, atau memberi
kembang di makam ari-ari anak, dsb. Tradisi ini baik sekali bila dilakukan, supaya
sukma orang yang bersangkutan terpelihara, sehat secara kejiwaan, sehat tubuhnya
tidak mudah sakit-sakitan, dan lancar dalam segala urusannya. Tetapi ritual ini masih
belum dapat mengembalikan sedulur papat yang terpisah tersebut di atas.

Bagi yang ingin mencoba sendiri ritual mengembalikan 2 roh sedulur yang terpisah
tersebut dapat dicoba cara sederhana berikut. Cara ini bisa untuk diri sendiri
ataupun untuk anak kita. 1. Misalnya ritual ditujukan untuk sedulur papat kita yang
lahir pada hari Kamis Pahing, sebagai berikut : Pada malam hari weton kelahiran kita
(Rabu malam), siapkan sesaji kembang tujuh rupa. Dengan dasar daun pisang,
letakkan di atas piring atau mangkok (jangan piring / mangkok plastik atau kaleng).
Piring ini terbaik diletakkan di makam ari-ari kita, tetapi bisa juga di kamar kita
sendiri dekat dengan tempat kita tidur, sambil kita berdoa niat ditujukan kepada ari-
ari atau roh kita :
(sebaiknya doa niat ini dibacakan beberapa kali untuk menguatkan sugesti kita)

" Para saudara kembar sedulur papat-ku yang terpisah,


dengan puasa dan doa ini saya bermaksud mengundang kamu semua untuk
kembali kepada saya,
kembali menyatu dengan sukma saya,
supaya kembali satu menjadi sempurna seperti yang seharusnya.
Saking kersaning Allah ".
Tambahkan juga doa sugesti : " Beritahukanlah juga kepada saya di dalam mimpi ".

2. Misalnya ritual ditujukan untuk sedulur papat anak kita yang lahir pada hari Kamis
Pahing, sebagai berikut :

Pada malam hari weton kelahirannya (Rabu malam), siapkan sesaji kembang tujuh
rupa. Dengan dasar daun pisang, letakkan di atas piring atau mangkok (jangan piring
/ mangkok plastik atau kaleng). Piring ini terbaik diletakkan di makam ari-arinya,
tetapi bisa juga di kamarnya dekat dengan tempat tidurnya, sambil kita berdoa niat
ditujukan kepada ari-ari atau roh anak itu :
(sebaiknya doa niat ini dibacakan beberapa kali untuk menguatkan sugesti kita)

" Para saudara kembar sedulur papat anakku yang terpisah,


dengan puasa dan doa ini saya bermaksud mengundang kamu semua untuk
kembali kepada anak saya,
kembali menyatu dengan sukmanya,
supaya kembali satu menjadi sempurna seperti yang seharusnya.
Saking kersaning Allah ". Tambahkan juga doa sugesti : " Beritahukanlah juga
kepada saya di dalam mimpi ".

Selama hari weton Kamis Pahing itu kita berpuasa penuh sehari semalam (dimulai
hari Rabu jam 5 sore sampai hari Kamis jam 5 sore) dan berdoa untuk menguatkan
sugesti permohonan kita. Untuk kesempurnaan penyatuan roh-roh sedulur papat
dan pancer, setelah selesainya proses ritual tersebut kita melakukan mandi kembang
telon atau kembang tujuh rupa (jika ritual itu untuk anak kita, maka anak kita yang
dimandikan kembang).
Biasanya kita akan mendapatkan tanda tentang keberhasilan atau pun halangan
yang ada dalam penyatuan tersebut di dalam mimpi kita. Mudah-mudahan kita tidak
lupa dengan isi mimpi kita itu dan dapat menerjemahkan maksudnya. Seandainya
pun kita tidak mendapatkan tandanya lewat mimpi, atau kita lupa dengan isi mimpi
kita, kita dapat memperkirakan berhasil / tidaknya usaha kita itu dengan
memperhatikan efek perubahan pada diri kita (atau pada anak kita).

Dalam hal roh sedulur papat yang terpisah tersebut ternyata disandera oleh roh
halus lain, sehingga tidak dapat melepaskan dirinya untuk menyatu dengan sukma
pancernya, maka diperlukan kekuatan gaib lain yang lebih kuat, misalnya
menggunakan kekuatan gaib dari pusaka, jimat atau benda-benda bertuah lain atau
khodam pendamping, untuk melepaskan mereka dari penyanderaan (baca: Benda-
benda Bertuah Lain) , atau bisa juga kita mencari petunjuk dengan cara seperti
dalam tulisan Ilmu Tayuh / Menayuh Keris.

(Mengenai laku-laku puasa dan sifat perhitungan hari menurut kalender jawa dapat
dibaca di : Laku Prihatin dan Tirakat ).
---------------------------

Aku dan Guru Sejati


Dalam aspek filosofi atau spiritual kebatinan, dikenal adanya istilah Aku dan Guru
Sejati.
Aku adalah orang yang bersangkutan yang sedang mempelajari ilmu.
Guru Sjeati adalah pihak yang memberi ajaran.
Istilah Aku dan Guru Sejati ini ada pada aspek filosofi dari ilmu kebatinan dan
spiritual.

Di dalam semua jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk
di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual. Yang pertama adalah aspek pengetahuan
yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu (yang menjadi
ukuran kedalaman ilmu seseorang). Yang kedua adalah ilmu-ilmu atau kekuatan dari
keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang).
Pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu seringkali
diabaikan oleh orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Orang lebih tertarik untuk
segera dapat menguasai ilmu-ilmu tertentu yang dipandangnya berguna atau hebat
dan kelihatan hasilnya. Sedangkan aspek filosofinya sendiri seringkali diabaikan,
karena dianggap hanya pelajaran moral budi pekerti saja dan tidak terkait langsung
dengan keilmuannya. Kecenderungannya, orang tersebut akan suka pamer ilmu dan
merasa hebat karena berilmu tinggi.
Padahal, pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu, selain
dimaksudkan sebagai ajaran moral dan budi pekerti, tetapi juga merupakan bahan
untuk memperdalam suatu keilmuan. Bila aspek filosofi ini ditekuni dengan sungguh-
sungguh akan dapat membawa pencapaian keilmuan seseorang kepada tahapan
yang tak terduga. Orang berilmu yang juga menekuni aspek filosofi dari
keilmuannya, maka ilmunya bukan hanya tinggi, tetapi juga dalam. Aspek filosofi ini
menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang dan keilmuan yang dalam dapat
menenggelamkan / menangkal ilmu yang tinggi. Dan seringkali terjadi bahwa orang
yang ilmunya tinggi ternyata kalah / tenggelam oleh orang yang ilmunya dalam.
Orang yang menekuni ilmu kebatinan / spiritual melalui suatu keguruan, akan
diajarkan ilmu-ilmu yang sudah menjadi bagian dari program keilmuannya. Biasanya
pada tahapan terakhir seseorang belajar ilmu, dia akan diajarkan ilmu-ilmu tertinggi
dan ilmu-ilmu pamungkas perguruan itu. Tetapi biasanya masih ada ilmu lain yang
tidak diajarkan kepadanya, yaitu ilmu kesepuhan, ilmu yang hanya diajarkan kepada
seseorang bila dipandang secara watak dan kepribadian orang tersebut sudah cukup
sepuh.
Semua ilmu yang diterima oleh seorang murid, biasanya hanya terbatas pada materi
keilmuan saja. Ilmu kesepuhan yang diterima seseorang biasanya selain berisi materi
ilmu-ilmu tertentu, juga berisi ajaran filosofi tentang materi ilmunya, cara-cara
meningkatkan kualitas ilmu, rahasia-rahasia ilmu dan rahasia-rahasia menangkal
suatu ilmu, sampai cara-cara menyatukan ilmu seseorang dengan dirinya (sehingga
seseorang bukan hanya memiliki banyak koleksi ilmu, tetapi ilmu itu juga menyatu
dengan dirinya), dan cara-cara memaksimalkan pengembangan penguasaan
keilmuan ke tingkatan yang lebih tinggi dan sekaligus dalam, dan memaksimalkan
kekuatan diri sendiri sampai membangun kekuatan dari energi alam semesta
(pengertian alam semesta disini bukan hanya alam lingkungan manusia tinggal, atau
bulan, bintang, matahari, dsb, tetapi juga kekuatan dari roh-roh lain dan kekuatan
dari roh ke-Tuhan-an).
Biasanya ilmu kesepuhan yang diajarkan seorang guru kepada muridnya adalah hasil
pencapaian pribadi sang guru. Berbagai ilmu kesepuhan yang ada akan semakin
berkurang pada generasi berikutnya, karena selain sedikitnya pribadi yang dianggap
pantas menerima ilmu tersebut, biasanya seseorang juga sudah puas dengan apa
yang sudah dimilikinya, sehingga tidak ada dorongan baginya untuk memperdalam
ilmu. Begitu juga dengan keilmuan dari aspek filosofi ilmu seseorang. Hanya sedikit
sekali yang mendalami.

Salah satu puncak ilmu kebatinan / spiritual adalah sampainya pada pengetahuan
tentang sejatinya kita, manusia, yang dalam ilmu kebatinan spiritual sering disebut
Aku. Aku adalah orang bersangkutan, yaitu sejatinya dirinya yang mengendalikan
segala sesuatu yang dilakukannya, yaitu dirinya dan sukmanya, Pancer dan Sedulur
Papat.

Dalam ilmu kebatinan spiritual juga dikenal adanya istilah Guru Sejati. Sosok ini
merupakan pengejawantahan kegaiban seseorang yang menuntun seseorang weruh
sakdurunge winarah (mengetahui sesuatu sebelum itu terjadi), mengetahui masa
depan dan segala sesuatu yang terkait dengan indera keenam.
Guru sejati ini sebenarnya adalah sukma kita atau roh sedulur papat kita, ditambah
dengan sukma- sukma para leluhur dan pribadi-pribadi tertentu yang mengayomi
kita secara langsung maupun tidak langsung. Guru sejati ini yang akan menuntun
seseorang dalam olah kebatinan dan spiritual, yang dapat menuntun kita
mempelajari dan mengetahui hal-hal tertentu yang akan sulit kita ketahui bila hanya
melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya
berdimensi tinggi. Guru sejati ini yang akan mendatangkan / mengajarkan berbagai
macam pengetahuan kebatinan spiritual dalam bentuk ajaran langsung, wangsit /
wahyu ataupun ilham.

Dalam proses laku menekuni ilmu, Aku berperan mengendalikan segala sesuatu yang
dilakukannya.
Dalam proses pencarian pengetahuan, mempelajari kebenaran dan aspek
pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk
menuntun ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat,
dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa
saja, bisa seorang guru (manusia), bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh
leluhur, bangsa jin, dewa, dsb. Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah
didapatkannya, bila tidak ada lagi guru yang dapat menuntunnya, dia dapat
melakukan pencarian sendiri ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi
mengandalkan kemampuan batin / sukmanya.

Aspek Aku dan Guru Sejati ini ada pada semua bidang kehidupan kita sehari-hari,
bukan hanya dalam bidang keilmuan batin spiritual. Kita sendiri juga merasakan
adanya ajaran-ajaran berupa ilham dan ide-ide yang mengalir di dalam pikiran kita.
Begitu juga manusia yang hidup di negara maju. Mereka yang menjadi penemu,
peneliti, atau pengembang suatu teori ilmiah, pengetahuan, ataupun peralatan
modern dan canggih, mereka melakukannya bukan semata-mata berdasarkan
kecerdasan otak mereka, tetapi terutama didasarkan pada kecerdasan mereka untuk
mendayagunakan mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran mereka sebagai
sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti.
Karena itu mereka sangat menghargai ide-ide, pendapat dan pemikiran-pemikiran
orang lain walaupun berbeda dengan pemikiran dan pendapat mereka, dan semua
perbedaan itu akan menjadi bahan untuk ditindaklanjuti, yang menginspirasi mereka
untuk maju. Kontras sekali dengan kehidupan kita disini yang sangat mengagungkan
ego dan ke-Aku-an, yang tidak menghargai perbedaan pendapat, sehingga hidup kita
penuh dengan dogma dan doktrin, yang menyebabkan kehidupan kita sulit sekali
untuk maju dan peradaban kita sulit sekali untuk menjadi modern. Kehidupan
peradaban modern tidak semata-mata diisi dengan pembangunan fisik, peralatan
modern atau kekayaan materi, tetapi terutama adalah sikap hidup masyarakatnya
yang modern, yang selalu berpikir dan bersikap positif dalam segala hal.
Contoh yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah cerita tentang suatu
mahluk hidup yang disebut kuman, yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit
/ penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat
diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop. Bagi kita yang
belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya. Walaupun tidak
bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak
menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto
gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium
biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita,
bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenarannya berikut aspek
pengetahuan di dalamnya.
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat
diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan
keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan
cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi
dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya.
Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna
untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita mengetahui hal-hal
gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi
mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.

Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama
dengan kita dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar), tetapi perkembangan
belajar mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka
mengetahui hal-hal yang tidak kita ketahui secara fisik dan dapat kemudian
memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita berupa ide-ide dan ilham atau
penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. Karena itu bila kita aktif
memperhatikan pemberitahuan mereka itu, kita akan lebih mudah dalam
mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita dan tidak akan menemukan jalan
buntu di dalam suatu permasalahan. Mereka akan aktif hadir di dalam perenungan-
perenungan.

Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat
mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini
terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka
dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa
membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu
keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.

Di dalam proses pencarian spiritual, roh sedulur papat dan roh para leluhur akan
saling berinteraksi, menjadi Guru Sejati yang akan berperan mendatangkan /
mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepadanya, walaupun orang yang bersangkutan
seringkali tidak mengetahui siapa sajakah para pribadi yang menjadi guru sejatinya.
Itulah sebabnya, seseorang yang mempunyai garis keturunan orang ilmu akan lebih
mudah mempelajari sesuatu ilmu, dibanding orang lain yang tidak mempunyai garis
keturunan ilmu.

Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi
pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya,
apa saja perbuatannya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi
pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari dunia
spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia
mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan
akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada
interest masing-masing. Dan sosok guru sejati yang bersamanya akan mengajarkan
segala sesuatu sesuai bidang pengetahuannya masing-masing.

Seseorang yang telah mendapatkan 'pencerahan' tentang sesuatu, sudah


seharusnyalah dia berusaha mengenali siapa sajakah yang telah menjadikannya
kaweruh, kemudian memberikannya penghormatan khusus dan mendekatinya
untuk mendapatkan pengajaran yang lebih lanjut dan mendalam. Siapa tahu mereka
yang telah berkenan kepadanya itu adalah para leluhur yang telah menerima wahyu
kesepuhan, yang kemudian jika mereka berkenan membuka diri lebih lanjut,
mungkin segala sesuatu ilmu akan diturunkan kepadanya. Mungkin juga kemudian
para Dewa-pun akan berkenan menurunkan wahyu keilmuan / spiritual kepadanya.

Aspek penting Guru Sejati hadir di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual dengan
penekanan pada usaha untuk mengenali siapa saja yang menjadi guru sejatinya
dalam proses keilmuannya, supaya seseorang bertekun kepada gurunya itu untuk
mendapatkan bimbingan yang mendalam. Dan ketika sudah tidak ada lagi sosok
yang dapat menjadi gurunya, maka roh sedulur papat akan menjadi pembimbingnya
yang utama, yang memberinya ide dan ilham, penglihatan gaib dan jawaban dari
berbagai pertanyaan, dan menuntunnya pada pengetahuan yang lebih tinggi.

Inilah salah satu aspek penting dalam kebatinan jawa yang menekankan pengenalan
pada roh sedulur papat, sehingga muncul konsep Sedulur Papat Kalima Pancer
sebagai Guru Sejati, yang penekanannya adalah pada penyatuan interaksi antara
seseorang (Pancer) dengan para roh sedulur papatnya. Dan bila saja dewa berkenan
sehingga seseorang memiliki suatu wahyu keilmuan / spiritual dalam dirinya, maka
keberadaan wahyu itu akan melipatgandakan kemampuannya untuk mendapatkan
pengetahuan yang berdimensi tinggi.

Tidak selamanya dalam semua hal yang kita tekuni kita akan menemukan suatu
sosok yang dapat mengajar atau membimbing kita. Aspek roh sedulur papat menjadi
penting karena mereka selalu ada pada kita, dan apapun kebaikan dan kekuatan
yang dimiliki oleh sedulur papat itu, efeknya akan selalu berimbas kepada kita,
menjadi kebaikan dan kekuatan kita juga, karena mereka adalah bagian dari diri kita
sendiri. Kekuatan mereka dan penghayatan kita pada kebersamaan mereka, akan
mewujudkan suatu kekuatan batin dan sukma yang akan berguna dalam melandasi
kemantapan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Termasuk
ucapan kita yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka itu akan
dapat benar terjadi. Yang sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur /
idu geni).

Karena itu seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa
ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud
Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus
benar-benar mirip orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal
dari suatu tahapan yang penting. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan
roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-
apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan
kesatuan roh sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan
tindakannya.

Karena itu dalam doa dan amalan kejawen, pada setiap bagian pembukaannya selalu
disebutkan :
Niat Ingsun .......................
Saking kersaning Allah.

Artinya, dalam doa dan niatan seseorang melakukan suatu perbuatan yang dianggap
penting selalu disatukan dengan bantuan para sedulur papatnya menjadi satu
kesatuan perbuatan bersama-sama, sehingga hasilnya akan lebih baik dan
pengaruhnya secara kebatinan dan kegaiban akan menjadi lebih kuat.

Walaupun ucapan : kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedina
lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, Ingsun arso …….. Ewang-ewangono
ingsun .........tidak selalu disebutkan, karena sugesti istilah Ingsun adalah mewakili
kesatuan Sedulur Papat lan Kalima Pancer.

Tetapi doa dan amalan itu hanya akan berarti jika seseorang memiliki pemahaman
dan kepercayaan tentang roh sedulur papat. Tanpa itu doa-doa dan amalan itu tidak
akan banyak memberi manfaat walaupun sering dibaca berulang-ulang atau pun
sering diwirid sebagai suatu amalan ilmu.

Pendayagunaan roh sedulur papat sebagai Guru Sejati dapat dilakukan dengan
memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat,
penglihatan gaib, ide dan ilham, dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan
permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan batin dan sukma yang
mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat
mendayagunakannya sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan
berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-
sendiri (baca: Olah Sukma dan Kebatinan).

Penekanan terhadap Aku, menjadikan seseorang mudah puas diri dan sombong atas
apa yang telah berhasil diraihnya. Semua yang telah dicapainya dan yang dimilikinya
dianggapnya sebagai hasil usahanya sendiri, hasil prestasinya sendiri, sering
melupakan siapa saja yang telah berjasa atas apa yang telah diraihnya. Apa yang
dikejarnya hanyalah untuk mengejar kepuasan diri dan ke-Aku-annya.

Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang lebih
mengenal dirinya, dan mengetahui sejauh mana pengembangan yang akan bisa
dilakukannya.
Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang lebih
mampu menerima ide-ide / ilham / wangsit untuk pengembangan diri dan
kepribadiannya.
Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang mau
belajar dan menerima ajaran dari siapapun yang berguna untuk pengembangan diri
dan kepribadiannya, dan tidak akan merendahkan seseorang ataupun suatu ajaran.
Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang berusaha
mengenali siapa sajakah yang telah memberinya ajaran, kemudian memberikannya
penghormatan khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran yang lebih
lanjut dan mendalam.

Guru bisa dicari kemana saja, jika diperlukan, dari satu guru ke guru lain yang lebih
tinggi. Hasil pencapaian seseorang tergantung pada usahanya sendiri dan pribadi
guru yang menjadi pembimbingnya.
Pencarian spiritual yang tinggi akan membawa seseorang kepada suatu tahapan
yang tak terduga.
Masing-masing guru akan memberikan 'pencerahan' kepada yang diajarnya.
Ketekunan kepada Guru Sejati akan membawa seseorang kepada tingkatan
Tercerahkan.

----------------------

Sejatinya Manusia
Di dalam ilmu kebatinan spiritual yang dalam, orang akan sampai pada upaya
menyingkap tabir rahasia kehidupan, rahasia kehidupan lain selain kehidupan
manusia, rahasia asal-usul manusia dan alam semesta, rahasia kehidupan di alam ini
dan rahasia kehidupan di alam sesudah kematian, dsb. Jawaban dari satu
pertanyaan akan menjadi penuntun kepada jawaban pertanyaan yang lain.

Di dalam kebatinan kejawen, ada banyak penghayatan mengenai kesejatian diri


manusia dan keTuhanan yang semuanya saling terkait dan menjadi satu kesatuan,
yang jika salah satunya dihilangkan, maka konsep-konsep tersebut secara
keseluruhan akan menjadi tidak berdasar. Konsep-konsep itu antara lain adalah
Sangkan Paraning Dumadi (hakekat kesejatian manusia), mengenai siapa
sebenarnya manusia itu, darimana berasal dan akan kemana setelah kehidupan di
dunia ini. Konsep ini terkait dengan konsep dasar tentang Tuhan yang
penghayatannya diamalkan dalam hidup keseharian masyarakat jawa menjadi
konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti.

Ajaran-ajaran di atas dimaksudkan agar manusia setelah kematiannya rohnya tidak


tersesat ke alam rendah, tetapi dapat bersatu kembali dengan Tuhan. Bersatunya
kembali manusia dengan Tuhan inilah yang disebut dengan ”kasampurnan”
(kesempurnaan). Secara umum penghayatan ajaran ini telah dilakukan dalam
keseharian manusia jawa, sehingga banyak laku-laku prihatin, tirakat dan ritual yang
dilakukan dalam kehidupan masyarakat jawa untuk membersihkan hati dan batin,
untuk menyelaraskan diri dengan alam dan Tuhan, dan supaya hidupnya
keberkahan, yang pada jaman sekarang ini sering dikonotasikan sebagai klenik,
mitos dan tahayul.

Dalam filosofi kebatinan itu pertanyaan yang ingin dijawab adalah :

Siapakah Aku? Siapakah Sejatinya Aku? Siapakah Sejatinya Manusia?


Atas pertanyaan di atas, ada yang menjawab secara filosofi kebatinan spiritual, ada
yang menjawab secara keagamaan, ada yang menjawab secara logika filsafat, ada
juga yang memiliki jawaban sendiri secara pribadi. Jawaban dari pertanyaan di atas
bermacam-macam, tergantung sudut pandang masing-masing dalam menjawabnya.
Dan semua perbedaan jawaban haruslah dimaklumi secara bijaksana, karena segala
sesuatunya dipengaruhi oleh keterbatasan sikap berpikir manusia, dan keterbatasan
kemampuan manusia dalam mengungkapkan kebenaran.

Manusia, sesuai kodrat dan hakekatnya, adalah mahluk duniawi sekaligus


mahluk illahi.

Sebagai mahluk duniawi, manusia harus menjalani kehidupannya sebagai mahluk


duniawi yang membutuhkan segala sesuatu yang bersifat duniawi untuk
kehidupannya, dan menjalankan semua aturan dan kewajiban dalam hidupnya
sebagai mahluk duniawi.

Sebagai mahluk illahi, manusia akan kembali ke asalnya, yaitu Sang Pencipta Hidup.
Apa yang berasal dari bawah akan kembali ke bawah, yang berasal dari atas akan
kembali ke atas. Untuk membekali dirinya ketika kembali kepada Sang Pencipta,
manusia harus memenuhi segala "persyaratan" yang telah ditetapkan oleh Sang
Pencipta selama hidupnya di dunia, supaya sekembalinya nanti manusia dapat
diterimaNya.

Dengan demikian selama hidupnya manusia harus menyelaraskan dirinya dengan


keillahiannya. Apa yang menjadi kewajibannya sebagai mahluk duniawi harus
dijalankan, apa yang menjadi kewajibannya sebagai mahluk illahi juga harus
dipenuhi.

Itulah sejatinya manusia, yaitu kodrat dan hakekatnya sesuai tujuan awal
penciptaan manusia.
Kodrat dan hakekat sebagai mahluk duniawi dan mahluk illahi menyatu di dalam diri
manusia, tidak dapat dipisahkan.

Itulah kodrat manusia yang pertama dan yang utama. Kodrat ini harus didahulukan
dalam kehidupan manusia, tidak boleh di-nomor dua-kan atau di-nomor tiga-kan.
Sedangkan kodrat lain, seperti jenis kelamin laki-laki atau perempuan, kebutuhan
hidup berpasangan, berkeluarga dan berketurunan, dsb, adalah kodrat yang
kesekian. Jangan dijadikan kodrat yang utama dan jangan dipaksakan untuk
diutamakan.

Sesuai kodrat dan hakekatnya sebagai mahluk duniawi dan illahi, sesuai tujuan awal
penciptaan manusia, manusia dibekali dengan akal budi dan roh, bukan hanya
insting dan naluri untuk hidup dan bertahan hidup (hewan), sehingga manusia dapat
mengenal dirinya sendiri, mengenal peradaban dan mengenal Tuhan yang harus
disembah. Dengan rohnya, manusia mengenal roh-roh lain dan kegaiban, dan
mengenal Tuhan, suatu pribadi agung yang berkuasa bukan hanya atas dirinya dan
hidupnya, tetapi juga atas kehidupan seluruh alam, walaupun dalam niatan
menyembah Tuhan banyak manusia jatuh ke jalan penyembahan yang salah.

Dengan demikian manusia mengenal jalan hidup yang berkenan di hati Tuhan, yaitu
hidup sebagai mahluk duniawi, berperadaban, dan hidup sebagai mahluk yang
mengenal Allah, bermoral dan berbudi pekerti. Ada banyak contoh manusia dan
peradaban yang dibinasakan Tuhan karena perilaku hidup mereka tidak berkenan
bagi Tuhan, manusia-manusia yang mengedepankan hidupnya sebagai mahluk
duniawi dan mengesampingkan kualitas hidup yang bermoral dan berbudi pekerti
sebagai mahluk yang mengenal Allah.

Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas secara implisit telah


dimengerti oleh orang-orang di dunia spiritual dan juga sudah diungkapkan secara
implisit dalam ajaran agama-agama besar dan aliran-aliran kepercayaan. Tetapi
sayangnya walaupun sudah diungkapkan secara umum, kemudian kesannya menjadi
biasa-biasa saja, tidak dianggap sebagai sesuatu yang penting, karena tidak banyak
manusia yang mendalami kebatinan, termasuk kebatinan agama. Walaupun begitu
tetap saja pengetahuan ini berguna bagi orang-orang yang percaya dan
mengimaninya. Terlebih bagi mereka yang mengerti sendiri kebenarannya, yang
bukan hanya sekedar percaya dan meng-iya-kan.

Banyak manusia lebih mengedepankan aspek manusia duniawi - nya dalam


kehidupan sehari-harinya. Sisi ke-Aku-annya, yaitu tentang status seseorang di
masyarakat dan kepemilikan duniawi, banyak dijadikan lambang simbol
kesempurnaan hidup manusia.
Apalah artinya seseorang berkelimpahan duniawi, atau bahkan memiliki seluruh
dunia, kalau akhirnya dia pun harus kehilangan nyawanya ?
Bukankah mereka yang pernah jaya dan kaya, atau menjadi penguasa dunia,
akhirnya pun mati juga ?
Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya itu ?

Di sisi lain, ada banyak ajaran mengenai ke-illahi-an manusia.


Salah satunya adalah ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti, seperti yang diajarkan
oleh Syeh Siti Jenar. Ajaran-ajaran yang lebih mengedepankan aspek keillahian
manusia, kedekatan manusia dengan tujuan hidupnya, Sang Pencipta Hidup, dan
menomor-dua-kan aspek keduniawian manusia.
Ajaran ini pun tidak sempurna untuk menggambarkan aspek kodrat manusia sebagai
mahluk duniawi sekaligus mahluk illahi.
Apakah dengan ajaran ini manusia ingin mengingkari kodratnya sebagai mahluk
duniawi ?
Apakah ajaran ini benar-benar mengantarkan hidup manusia kepada hidup yang
dikehendaki oleh Sang Pencipta Hidup ?

Seperti firman : " Manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari setiap
Firman Allah ".

Jadi, penuhilah takaranmu. Jangan sampai didapatiNya timbanganmu ringan.


Hiduplah sesuai sejatinya manusia, yaitu kodrat dan hakekat manusia sesuai tujuan
awal penciptaan manusia. Kodrat dan hakekat sebagai mahluk duniawi dan mahluk
illahi yang menyatu di dalam diri manusia, tidak dapat dipisahkan. Janganlah yang
satu diutamakan, sedangkan yang lain tidak. Ataupun yang satu ditinggalkan,
sedangkan yang lain didahulukan.

Ajaran agama selalu mengajarkan keseimbangan hidup. Kehidupan duniawi dan


kehidupan illahi.
Bekerja dan berdoa.
Tuhan tidak melarang manusia untuk menjadi kaya, tetapi kekayaan dan hasrat
mengejar keduniawian janganlah dijadikan sesuatu yang utama. Jangan juga
menjadi ketamakan dan kesombongan. Jangan sampai karena itu manusia jatuh ke
dalam kehidupan yang rendah.

Kekayaan, selain untuk diri sendiri, juga sebagian dipersembahkan kepada Tuhan
sesuai yang sudah diwajibkan dan disedekahkan juga untuk orang lain yang
membutuhkan pertolongan.
Kekuasaan, selain untuk diri sendiri, juga untuk menolong orang lain.
Pengetahuan, selain untuk diri sendiri, juga untuk menerangi orang lain.
Dsb.

Jadi, hiduplah sempurna sesuai sejatinya manusia.

Banyak perdebatan mengenai pertanyaan di atas. Terhadap jawaban di atas pun


secara umum orang hanya dapat percaya atau tidak percaya saja. Berbeda sekali
dengan orang-orang yang sudah sampai pada pengetahuan dan kemampuan untuk
membuktikan sendiri kebenarannya. Bagi mereka tidak ada perdebatan sama sekali,
karena mereka sudah tahu dan mengalami sendiri kebenarannya.
(Baca : Manunggaling Kawula Lan Gusti ).

Pengetahuan dan keilmuan yang didasarkan pada kesejatian manusia seperti tertulis
di atas akan dapat dengan lebih cepat berkembang dan meningkat, karena manusia
yang menyadari kesejatiannya akan juga mengenal potensinya sebagai mahluk
biologis dan sebagai mahluk roh. Pengetahuan yang tidak diketahui secara fisik
manusia akan dapat diketahui secara roh. Dan apa yang sudah diketahui secara roh
akan menunjang pengetahuan duniawi manusia.

-----------------------

Aku, Sejatinya Aku, dan Sukma Sejati


Aku

Aku adalah satu dari manusia. Semua kodrat dan hakekat manusia ada pada Aku,
dan semua perbuatan yang Aku lakukan dan yang tidak Aku lakukan (atas
kemauanku sendiri ataupun kulakukan karena terpaksa), dan peranku di dalam
kehidupan, itulah Aku.

Penekanan pada Aku, ke-Aku-an, menyebabkan manusia hidup dalam kehidupan


duniawi yang oportunis, cinta diri dan congkak. Segala yang dilakukan berorentasi
pada hasil yang ingin dicapai.
Inilah Aku. Seorang kaya, penguasa, berilmu tinggi tak ada yang menandingi, lebih
mengerti, beribadah dan lebih beriman daripada ....., inilah prestasiku, ini hasil
usahaku.

Penekanan pada Aku, menjadikan manusia mengejar kehormatan diri, kehormatan


di mata orang lain.

Kehormatan Aku, adalah kehormatan yang berasal dari status dan kepemilikan,
bukan berasal dari tingginya kualitas diri.
Menurut dirinya sendiri, dia adalah suatu figur yang terhormat, tetapi orang lain
belum tentu menghormatinya, mungkin malahan memandangnya rendah, apalagi
bila ada perbuatannya atau kepemilikannya yang mempunyai reputasi tidak baik di
mata orang lain.

Penekanan pada Aku, menjadikan hidup manusia penuh dengan harapan,


semangat dan kegairahan untuk mengejar prestasi dan gengsi, dan kepuasan diri
(dan kesombongan) atas pencapaian yang dihasilkannya.

Tetapi penekanan pada Aku, juga menyebabkan manusia jatuh ke dalam


kesengsaraan, rasa penasaran, ketidakpuasan dan rasa terhina, iri dan dengki, yang
berasal dari ketidakmampuan dirinya mengejar harapan dan prestasi, kualitas diri,
status dan kehormatan di mata manusia lain.

Penekanan pada Aku, mendorong manusia mengabaikan aturan-aturan dalam


peradaban, melanggar hukum untuk kepentingannya sendiri, apalagi tidak adanya
kehadiran penegak hukum, yang dapat menyebabkan orang melakukan perbuatan-
perbuatan tercela dan menghalalkan cara demi tercapainya hasrat dan tujuan.
Perilaku yang menyebabkan manusia jauh dari peradaban maju, jauh dari perilaku
mulia.

Sejatinya Aku

Semua kodrat dan hakekat manusia yang ada pada Aku, dan semua perbuatan yang
Aku lakukan dan yang tidak Aku lakukan sesuai kemauanku, dan semua keinginan-
keinginan, semua pemikiran-pemikiran dan semua kepercayaan dan keyakinan yang
Aku miliki, itulah Sejatinya Aku.

Penekanan pada Sejatinya Aku, menyebabkan manusia hidup dalam kehidupan


duniawi yang lebih idealis, realistis dan lebih mengutamakan kualitas diri, yang
merupakan dorongan dan tuntutan dari Sukma Sejati - nya. Semua yang dilakukan
bukan hanya berorentasi pada hasil yang ingin dicapai, tetapi juga pada prosesnya.
Penekanan pada Sejatinya Aku, menjadikan manusia lebih otonom, memiliki
kesadaran untuk memilih perbuatan yang baik daripada yang tidak baik, perbuatan
yang berguna daripada yang sia-sia. Lebih mampu untuk menahan diri dan
membatasi diri.

Penekanan pada Sejatinya Aku, menjadikan manusia hidup saling menghormati,


suatu budaya yang mengakar di dalam masyarakat yang berperadaban maju.

Kehormatan Sejatinya Aku, adalah kehormatan yang berasal dari tingginya kualitas
diri, bukan semata-mata karena status dan kepemilikan. Di mata orang lain, dia
akan menjadi figur yang terhormat, karena memiliki kualitas diri, bukan hanya
karena status dan kepemilikannya.

Seseorang yang dalam hidupnya mengedepankan Sejatinya Aku, menjadikan


manusia mampu menyangkal dirinya, menyangkal ke-Aku-annya, memiliki
kesadaran untuk lebih mampu menahan diri dan membatasi diri, lebih mampu
untuk hidup prihatin dan lebih mampu menekan hasrat duniawinya.

Seseorang yang dalam hidupnya mengedepankan Sejatinya Aku, menjadikan


manusia kurang bergairah mengejar keduniawiannya, menjadikan taraf hidupnya
lebih rendah daripada mereka yang mengedepankan Aku.

Tetapi bagi mereka yang mengenal dirinya, mengenal potensi-potensi dan


kesempatan-kesempatan yang dimilikinya, mengenal tujuan hidupnya, dapat juga
memaksimalkan apa yang ingin diraihnya tanpa harus kehilangan kesejatiannya.
Mereka yang berpegang pada kesejatian diri, Sukma Sejati-nya akan memberinya
'kekuatan', semangat, ide-ide, ilham dan jawaban-jawaban, tentang segala sesuatu
yang harus dilakukannya.

Penyatuan seseorang dengan sang Sukma Sejati, akan menuntunnya melakukan


perbuatan-perbuatan yang lebih besar, hasil yang lebih baik dan berkualitas,
daripada perbuatan yang hanya menekankan pada ke-Aku-an semata.

Sungguh ironis sekali bangsa ini.


Bangsa yang memiliki konsep Sukma Sejati, kesejatian diri, tetapi dalam
kesehariannya lebih mengedepankan Aku, bukan Sejatinya Aku.

Penekanan pada Aku, menjadikan bangsa ini mengejar kehormatan diri,


kehormatan bangsa di mata bangsa lain, kehormatan yang berasal dari status dan
kepemilikan negeri dan kesombongan, bukan kehormatan dari baiknya kesejatian
diri bangsa.

Penekanan pada Aku, mendorong anggota-anggota masyarakat bangsa ini


mengabaikan aturan-aturan dalam peradaban, melanggar hukum untuk
kepentingannya sendiri (rambu-rambu lalu-lintas saja tidak dipatuhi). Perilaku yang
menyebabkan bangsa ini jauh dari peradaban maju, jauh dari perilaku mulia.

Penekanan pada Sejatinya Aku, menjadikan manusia hidup saling menghormati,


suatu budaya yang mengakar di dalam masyarakat yang berperadaban maju.

Kehormatan Sejatinya Aku, adalah kehormatan yang berasal dari tingginya kualitas
diri, bukan hanya kehormatan karena status dan kepemilikan. Di mata orang lain,
dia akan menjadi figur yang terhormat, karena memiliki kualitas diri,
bukan hanya karena status dan kepemilikannya.

Sukma Sejati akan menjadi Guru Sejati-nya, memberinya pencerahan setiap saat
dan menuntunnya pada segala sesuatu perbuatan benar yang harus dilakukannya.
Sukma Sejati akan menjadikannya Aku yang baru, sebuah pribadi baru yang
merupakan pengejawantahan kesejatian pribadi sang Sukma Sejati.
Sukma Sejati akan hidup kuat di dalam dirinya, dan menjadi kekuatan dalam
hidupnya.

Bangsa di peradaban maju, walaupun tidak mengenal konsep Sukma Sejati, tetapi
telah mengamalkan kesejatian diri, mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

---------------------------

SEJATINYA GURU SEJATI


oleh alifbraja

HAKEKAT GURU SEJATI

Kembali pada pembahasan Guru Sejati. Melalui 3 langkahnya (Triwikrama)


Dewa Wishnu (Yang Hidup), mengarungi empat macam zaman (kertayuga,
tirtayuga, kaliyuga, dwaparayuga), lalu lahirlah manusia dengan konstruksi terdiri
dari fisik dan metafisik di dunia (zaman mercapada). Fisik berupa jasad atau raga,
sedangkan metafisiknya adalah roh beserta unsur-unsur yang lebih rumit lagi. Ilmu
Jawa melihat bahwa roh manusia memiliki pamomong (pembimbing) yang disebut
pancer atau guru sejati. Pamomong atau Guru Sejati berdiri sendiri menjadi
pendamping dan pembimbing roh atau sukma. Roh atau sukma di siram “air suci”
oleh guru sejati, sehingga sukma menjadi sukma sejati. Di sini tampak Guru sejati
memiliki fungsi sebagai resources atau sumber “pelita” kehidupan. Guru Sejati
layak dipercaya sebagai “guru” karena ia bersifat teguh dan memiliki hakekat “sifat-
sifat” Tuhan (frekuensi kebaikan) yang abadi konsisten tidak berubah-ubah (kang
langgeng tan owah gingsir). Guru Sejati adalah proyeksi dari rahsa/rasa/sirr yang
merupakan rahsa/sirr yang sumbernya adalah kehendak Tuhan; terminologi Jawa
menyebutnya sebagai Rasa Sejati. Dengan kata lain rasa sejati sebagai proyeksi atas
“rahsaning” Tuhan (sirrullah). Sehingga tak diragukan lagi bila peranan Guru Sejati
akan “mewarnai” energi hidup atau roh menjadi energi suci (roh suci/ruhul kuddus).
Roh kudus/roh al quds/sukma sejati, telah mendapat “petunjuk” Tuhan –dalam
konteks ini hakikat rasa sejati– maka peranan roh tersebut tidak lain sebagai
“utusan Tuhan”. Jiwa, hawa atau nafs yang telah diperkuat dengan sukma sejati
atau dalam terminologi Arab disebut ruh al quds.Disebut juga sebagai an-nafs an-
natiqah, dalam terminologi Arab juga disebut sebagai an-nafs al-muthmainah,
adalah sebagai “penasihat spiritual” bagi jiwa/nafs/hawa. Jiwa perlu di dampingi
oleh Guru Sejati karena ia dapat dikalahkan oleh nafsu yang berasal dari
jasad/raga/organ tubuh manusia. Jiwa yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan
merubah karakternya menjadi jahat.

Menurut ngelmu Kejawen, ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai


puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Guru Sejati benar-benar
bisa mewujud dalam bentuk “halus”, wujudnya mirip dengan diri kita sendiri.
Mungkin sebagian pembaca yang budiman ada yang secara sengaja atau tidak
pernah menyaksikan, berdialog, atau sekedar melihat diri sendiri tampak
menjelma menjadi dua, seperti melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau bagi
yang dapat meraga sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau
badan halusnya sendiri. Wujud kembaran (berbeda dengan konsep sedulur kembar)
itu lah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan, maka
segala nasehatnya akan tepat dan benar adanya. Tidak akan menyesatkan. Oleh
sebab itu bagi yang dapat bertemu Guru Sejati, saran dan nasehatnya layak diikuti.
Bagi yang belum bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan pesimis, sebab Guru Sejati
akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui Hati Nurani
anda. Maka anda dapat mencermati suara hati nurani anda sendiri untuk
memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda hadapi.

Namun permasalahannya, jika kita kurang mengasah ketajaman batin, sulit


untuk membedakan apakah yang kita rasakan merupakan kehendak hati nurani
(kareping rahsa) ataukah kemauan hati atau hawa nafsu (rahsaning karep). Artinya,
Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang diidentifikasi pula sebagai
kareping rahsaatau kehendak rasa (petunjuk Tuhan) sedangkan hawa nafsu tidak
lain merupakan rahsaning karep atau rasanya keinginan.

Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejatikita adalah dengan laku
prihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi, maladihening, mengolah batin
dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan menjaga kesucian jiwa dan
raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan Guru Sejati nya sendiri,
hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih.

SEDULUR; PAPAT KEBLAT, LIMA PANCER

Atau Keblat Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan juga sebagai kesadaran
mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur papat sebagai perlambang
empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak dilahirkan di muka
bumi. Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya air ketuban atau air kawah.
Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari.
Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya darah dan daging. Maka sedulur papat
terdiri dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging
sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah jasad, yang
kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni pancer. Konsepsi
tersebut kemudian dihubungkan dengan hakekat doa; dalam pandangan Jawa doa
merupakan niat atau kebulatan tekad yang harus melibatkan unsur semua unsur
raga dan jiwa secara kompak. Maka untuk mengawali suatu pekerjaan disebut
dibutuhkan sikap amateg aji (niat ingsun) atau artikulasi kemantaban niat dalam
mengawali segala sesuatu kegiatan/rencana/usaha). Itulah alasan mengapa dalam
tradisi Jawa untuk mengawali suatu pekerjaan berat maupun ringan diawali dengan
mengucap; kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedino lan
kadhangku kang lahir nunggal sewengi, sedulurku papat kiblat, kelimo
pancer…ewang-ewangono aku..saperlu ono gawe ….

MENGOLAH GURU SEJATI

Guru Sejati yakni rahsa sejati; meretas ke dalam sukma sejati, atau sukma
suci, kira-kira sepadan dengan makna roh kudus (ruhul kudus/ruh al quds). Kita
mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara mengarahkan kekuatan metafisik
sedulur papat (dalam lingkup mikrokosmos) untuk selalu waspada dan jangan
sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan kekuatan mikrokosmos
dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta yang berupa
energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam kekuatan pancer
yang bersifat transenden (Tuhan Yang Mahakuasa). Setiap orang bisa bertemu Guru
Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu negatif; nafsu lauwamah
(nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi), amarah (nafsu angkara murka),
supiyah (mengejar kenikmatan duniawi) dan mengapai nafsu positif dalam sukma
sejati (almutmainah). Sehingga jasad dan nafs/hawa nafsu lah yang harus mengikuti
kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya dengan gelombang Yang
Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma kita sesuai dengan karakter dan sifat
hakekat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah meretas ke dalam sifat hakekat
Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Khaliq yang (minimal) meliputi 20 sifat. Peleburan
ini dalam terminologi Jawa disebut manunggaling kawula-Gusti.

Tradisi Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma sejati dengan cara


‘manunggaling kawula Gusti’ atau penyatuan/penyamaan sifat hakikat makhluk
dengan Sang Pencipta (wahdatul wujud). Sebagaimana makna warangka manjing
curiga; manusia masuk kedalam diri “Tuhan”, ibarat Arya Sena masuk kedalam
tubuh Dewaruci. Atau sebaliknya, Tuhan menitis ke dalam diri manusia; curigo
manjing warongko, laksana Dewa Wishnu menitis ke dalam diri Prabu Kreshna.

Sebagai upaya manunggaling kawula gusti, segenap upaya awal dapat


dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak brata, tapa brata,
puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya agar
supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsul lauwamah,
amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Kejawen mengajarkan bahwa
sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada dalam “bulan suci Ramadhan”.
Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan, membelenggu setan (hawa
nafsu) hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan hanya sebulan dalam
setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi. Pencapaian hidup manusia pada
tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat hadiah berupa kesucian
ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan kehendakNya,
manusia dapat ‘menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni makna kodratullah.
Yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling mendasar
dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling
Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah
bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati.

TANDA PENCAPAIAN SPIRITUALITAS TINGGI

Keberhasilan mengolah Guru Sejati, tatarannya akan dapat dicapai apabila


kita sudah benar-benar ‘lepas’ dari basyor atau raga/tubuh. Yakni jiwa yang telah
merdeka dari penjajahan jasad. Bukan berarti kita harus meninggalkan segala
kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi, itu salah besar !! Sebaliknya, kehidupan
duniawi menjadi modal atau bekal utama meraih kemuliaan baik di dunia maupun
kelak setelah ajal tiba. Maka seluruh kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi
sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu. Kebaikan yang dilakukan tidak didasari
“pamrih”; sekalipun dengan mengharap-harap iming-iming pahala-surga, atau takut
ancaman dosa-neraka. Melainkan kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos akan
kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan, hendaklah memposisikan diri bukan
sebagai seteruNya, tetapi sebagai “sekutuNya”, sepadan dan merasuk ke dalam
gelombang Ilahiah. Kesadaran spiritual bahwa kemuliaan hidup kita apabila kita
dapat bermanfaat untuk kebaikan bagi sesama tanpa membeda-bedakan masalah
sara. Orang yang memiliki kesadaran demikian, hakekat kehendaknya merupakan
kehendak Tuhan. Apa yang dikatakan menjadi terwujud, setiap doa akan terkabul.
Ucapannya diumpamakan “idu geni” (ludah api) yang diucapkan pasti terwujud.
Kalimatnya menjadi “Sabda Pendita Ratu”, selalu menjadi kenyataan.

Selain itu, tataran tinggi pencapaian “ilmu batin/spiritual” dapat ditandai


apabila kita dapat menjumpai wujud “diri” kita sendiri, yang tidak lain adalah Guru
Sejati kita. Lebih dari itu, kita dapat berdialog dengan Guru Sejati untuk
mendengarkan nasehat-nasehatnya, petuah dan petunjuknya. Guru sejati berperan
sebagai “mursyid” yang tidak akan pernah bicara omong kosong dan sesat, sebab
Guru Sejati sejatinya adalah pancaran dari gelombang Yang Maha Suci. Di sana lah,
kita sudah dekat dengan relung ’sastra jendra hayuning rat’ yakni ilmu linuwih,
“ibu” dari dari segala macam ilmu, karena mata (batin) kita akan melihat apa-apa
yang menjadi rahasia alam semesta, sekalipun tertutup oleh pandangan visual
manusia maupun teknologi.

Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan


untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui vision, mimpi,
maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan. Maka
tidak aneh apabila di masa silam nenek moyang kita, para leluhur bumi nusantara
yang memperoleh kawaskitan, kemudian menuangkannya dalam berbagai karya
sastra kuno berupa; suluk, serat, dan jangka atau ramalan (prediksi). Jangka atau
prediksi diterima oleh budaya Jawa sebagai anugerah besar dari Tuhan, terkadang
dianggap sebagai peringatan Tuhan, agar supaya manusia dapat mengkoreksi diri,
hati-hati, selalu eling-waspadha dan melakukan langkah antisipasi.

PENTINGKAH GURU SEJATI ?

Peran Guru Sejati sudah jelas saya paparkan di awal pembahasan ini. Namun
demikian perlu kami kemukakan betapa pentingnya Guru Sejati dalam kehidupan
kita yang penuh ranjau ini. Perahu kehidupan kita berlabuh dalam samudra
kehidupan yang penuh dengan marabahaya. Kita harus selalu eling dan waspadha,
sebab setiap saat kemungkinan terburuk dapat menimpa siapa saja yang lengah.
Guru Sejati akan selalu memberi peringatan kepada kita akan marabahaya yang
mengancam diri kita. Guru Sejati akan mengarahkan kita agar terhindar dari
malapetaka, dan bagaimana jalan keluar harus ditempuh. Karena Guru Sejati
merupakan entitas zat atau energi kebaikan dari pancaran cahaya Illahi, maka Guru
Sejati memiliki kewaskitaan luarbiasa. Guru Sejati sangat cermat mengidentifikasi
masalah, dan memiliki ketepatan tinggi dalam mengambil keputusan dan jalan
keluar. Biasanya Guru Sejati “bekerja” secara preventif antisipatif, membimbing kita
agar supaya tidak melangkah menuju kepada hal-hal yang akan berujung pada
kesengsaraan, malapetaka, atau musibah.

ANASIR ASING

Konsep tentang guru sejati sebagaimana ajaran Jawa, dapat ditelusuri


melalui konsep sedulur papat lima pancer, dalam konsep pewayangan yang makna
dan hakikatnya dapat dipelajari sebagaimana tokoh dalam Pendawa Lima (lihat
dalam tulisan Pusaka Kalimasadha). Namun demikian, dalam perjalanannya
mengalami pasang surut dan proses dialektika dengan anasir asing yakni; Hindu,
Budha, Arab. Leluhur bangsa kita memiliki karakter selalu positif thinking, toleransi
tinggi, andap asor. Sehingga nenek moyang kita, para leluhur yang masih peduli
dengan kearifan lokal, secara arif dan bijaksana mereka tampil sebagai penyelaras
sekaligus cagar kebudayaan Jawa. Setelah Islam masuk ke Nusantara, ajaran
Kejawen mendapat anasir Arab dan terjadi sinkretisme, sedulur papat keblat
kemudian diartikan pula sebagai empat macam nafsu manusia yakni nafsu
lauwamah (biologis), amarah (angkara murka), supiyah
(kenikmatan/birahi/psikologis), dan mutmainah (kemurnian dan kejujuran).
Sedangkan ke lima yakni pancer diwujudkan dalam dimensi nafsu mulhimah
(sebagai pengendali utama atau tali suh atas keempat nafsu sebelumnya.
Konvergensi antara Kejawen dengan tradisi Arab disusunlah klasifikasi sifat-sifat
nafsu jasadiah di atas dengan diaplikasikan ke dalam lambang aslinya yakni tokoh
wayang; 1. Lauwamah = Dosomuko, 2. Amarah = Kumbokarno, 3. Supiyah = Sarpo
Kenoko, 4. Mutma’inah = Gunawan Wibisono.

Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh pembaca yang budiman


sebagai penambah referensi dan informasi untuk generasi bangsa. Karena kita
sadari sulitnya mendapatkan referensi sehingga seringkali dalam beberapa
pembahasan maknanya menjadi salah kaprah. Mudah-mudahan tulisan ini
bermanfaat bagi siapapun, walau sedikit dan masih banyak kekurangan di sana-sini.
JIWA, RAGA, SUKMA, NYAWA

Sejenak kita akan membahas (lagi) ilmu tentang jiwa, tetapi mungkin para pembaca
yang budiman masih bertanya tanya apa perbedaan antara jiwa, jasad, dan sukma.
Sebelum saya menjabarkan ketiganya, kiranya perlu saya tampilkan beberapa
cuplikan pemahaman orang lain tentang jiwa sebagai upaya mencari komparasi dan
menambah khasanah ilmu kejiwaan.

KERANCUAN MEMAKNAI JIWA, SUKMA, NYAWA, PSIKHIS

JIWA, di dalam Oxford Dictionary tertulis soul (roh), mind dan spirit. Sementara
dalam bahasa Indonesia cukup dengan padanan yaitu jiwa. Yunani Psychêyang
berarti jiwa dan logos yang berarti nalar, logika atau ilmu. Tubuh adalah bagian yang
fenomenal, dapat ditangkap oleh pancaindera dan bersifat fana sedangkan jiwa
menurut Plato (500 SM) merupakan bagian yang memiliki substansi tersendiri
(terpisah dari jasad) dan bersifat abadi. Plato berargumen, bahwa jiwa menempati
tempat yang lebih tinggi daripada tubuh, lebih jauh ia mengatakan bahwa tubuh
adalah kubur bagi jiwa karena tubuh menghambat kebebasan jiwa. Bagi seorang
murid Plato, yakni Aristoteles (400 SM), semua yang hidup mempunyai jiwa seperti
tumbuh-tumbuhan, hewan dan tentu saja manusia. Bagi Plato jika seseorang mati,
maka jiwanya akan tetap ada dan kembali kedunia Idea di mana di sana terdapat
segala hal yang ideal (sempurna) untuk kemudian jiwa akan mereinkarnasi diri dan
menubuh kembali pada saatnya. Di sisi lain Aristoteles muridnya, memiliki
pandangan berbeda, ia tidak setuju keduaan ala gurunya. Bagi Aristoteles tubuh dan
jiwa itu bukan keduaan melainkan kesatuan. Olehkarenanya jika seseorang mati,
maka konsekuensinya jiwapun turut mati bersama tubuh. Mana yang benar, Plato
atau Aristoteles ? Saya kira kedua-duanya konsep Plato dan Aristoteles tetap
mengandung kelemahan-kelemahan. Bahkan jika ditelaah lebih dalam, banyak
ilmuwan kesulitan memetakan letak di mana jiwa (nafs, hawa, nafas, soul), roh
(spirit) dan raga (body). Hal ini bukan berarti para filsuf pendahulu kita gegabah
dalam memaknai tentang jiwa. Dapat dimaklumi sebab mempelajari tentang seluk
beluk kejiwaan kita, musti menggunakan jiwa kita sendiri. Golek latu adadamar,
atau mencari bara api dengan menggunakan obor sebagai penerang jalan.
Sangatlah bisa dimaklumi sebab pembahasan jiwa sudah bersinggungan dengan
ranah gaib yang tak tampak oleh mata wadag. Hanya saja, untuk melengkapi
pembahasan terdahulu dalam posting MENGENALI JATI DIRI kiranya perlu
dilakukan komparasi terhadap khasanah ilmu jiwa yang telah disampaikan oleh para
pendahulu kita agar jiwa kita menjadi jiwa yang betul-betul merdeka. Merdeka lahir
dan merdeka batin.

JIWA MENURUT KI AGENG SURYO MENTARAM

Sejenak para pembaca yang budiman saya ajak mampir ke padepokan seorang filsuf
Jawa dan kondang sebagai seorang yang linuwih dan sakti mandraguna. Beliau
adalah Ki Ageng Suryo Mentaram (kebetulan dulu tinggalnya di belakang rumah
kami). Ki Ageng Suryo Mentaram membahas ilmu jiwa yang dikemukakan seorang
filsuf Jawa sekaligus penghayat kejawen yang pada waktu hidupnya beliau terkenal
sebagai seseorang yang memiliki ilmu linuwih dan sakti mandraguna.Baca
selanjutnya !

Ilmu jiwa sebagaimana diungkapkan Ki Ageng Suryo Mentaram dikenal dengan dua
macam jiwa. Yakni jiwa KRAMADANGSA, dan jiwa BUKAN KRAMADANGSA. Apa
yang disinyalir sebagai jiwa kramadangsa adalah jiwa yang tidak abadi disebut pula
sebagai rasa “Aku Kramadangsa”. Aku kramadangsatermasuk di dalamnya adalah
“rasa nama” atau ke-aku-an, misalnya aku bernama Siti Ba’ilah. Aku adalah seorang
musafir, aku seorang satrio piningit, aku adalah seorang kaya raya. Ki Ageng Suryo
Mentaram mensinyalir adanya “rasa jiwa” yang bersifat abadi. Dimaknai sebagai
Aku bukan kramadangsa. Menurut Ki Ageng Suryo Mentaram, rasa aku
kramadangsa adalah ke-aku-an (naari atau “unsur api”) yakni aku yang masih
terlena, terlelap dalam berbagai rasa aku yang terdapat di dalam lautan
kramadangsa. Sebaliknya aku bukan kramadangsa adalah aku yang telah otonom
yang sudah memiliki KESADARAN memilih mana yang BENAR dan mana yang SALAH
sehingga ia dapat dinamai “Aku kang jumeneng pribadi”.

Menurut Ki Ageng Suryomentaram alat manusia untuk mendapatkan pengetahuan


terdiri dari tiga bagian yakni pancaindera, rasa hati dan pengertian. Pertama,
pancaindera, seperti yang telah kita ketahui yaitu alat penglihatan (mata), alat
pendengaran (telinga), alat penciuman (hidung), alat pencecap (lidah) dan alat
peraba (kulit, misalnya: jari- jari tangan merasa panas kena api, kulit merasa gatal
terkena bulu ulat, dll). Kedua, rasa hati, adalah suatu kesadaran diri tentang
keberadaan aku di mana aku dapat merasa senang, susah dan lain-lain. Ketiga,
adalah pengertian, kegunaan pengertiandapat menentukan tentang hal-hal yang
berasal dari pancaindera dan juga dari rasa hati. Pengertian di sebut pula sebagai
persepsi, yang pada gilirannya akan menentukan mind-set atau pola pikir. Dengan
demikian alat pengertian ini dapat dikatakan sebagai alat yang tertinggi tingkatan
otonominya bagi manusia karena ia sudah melampaui pengetahuan yang didapat
dari alat pertama dan kedua. Ia sudah merupakan suatu refleksi kritis, kontemplasi,
endapan yang didapat dengan cara menyeleksi hal-hal yang tidak diperlukan
kemudian hanya memilih yang berguna atau bermanfaat saja. Sedangkan alat di
luar ketiga tersebut tak diketahui karena di dalamnya terdapat banyak hal yang
masih mysteré sulit terjangkau oleh kemampuan alat manusia.

JIWA YANG MERDEKA (KAREPING RAHSA)

Seperti yang telah saya kemukakan dan jabarkan dalam posting terdahulu tentang
MENGENALI JATI DIRI. Jiwa adalah nafas, nafs, hawa atau nafsu. Jiwa yang telah
merdeka barangkali artinya sepadan dengan apa yang dimaksud jiwa yang
mutmainah (an-nafsul mutmainah). Rasanya sepadan dengan apa yang dimaksud
dalam konsep Ki Ageng Suryo Mentaram sebagai aku bukan kramadangsa. Aku
bukan kramadangsa selanjutnya saya lebih suka menyebutnya sebagai JIWA yang
NURUTI KAREPING RAHSA, lebih mudah dipahami bila saya analogikan sebagai
JIWA yang TUNDUK KEPADA SUKMA SEJATI. Sebaliknya apa yang disebut sebagai
jiwa kramadangsa, aku kramadangsa, tidak lain adalah jiwa yang NURUTI
RAHSANING KAREP. Lebih tegas lagi saya sebut sebagai JIWA yang DITAKLUKKAN
OLEH JASAD.

Barangkali perlu dipahami bahwa jiwa kramadangsa (rasa nama) kesadarannya


lebih dari jiwa yang berhasil diidentifikasi oleh Aristoteles sebagai jiwa yang ikut
mati. Saya kira Aristoteles hanya menangkap jiwa-jiwa sebagaimana jiwa binatang
dan tumbuhan yang ikut mati. Dan Sementara itu jiwa kramadangsa di sini adalah
jiwa dengan kesadaran rendah, yang dimiliki manusia. Jiwa kramadangsa hanya
terdiri dari kumpulan seluruh catatatan di dalam memori jasad manusia yang berisi
semua tentang dirinya dan semua yang pernah dialaminya. Tidak seluruh memori
itu bersifat abadi karena banyak catatan-catatan in memorialdapat terlupakan
bahkan lenyap bersama jasad yang mati. Berbeda dengan “aku bukan
kramadangsa”, berarti yang dimaksudkan adalah “aku yang dapat mengatasi
kramadangsa” karena itu “aku” adalah aku yang dapat mengatur dengan baik
kramadangsa-ku.

JIWA, ROH, JASAD

Tulisan saya di sini mencoba untuk membantu menjabarkan apa sejatinya di antara
ke tiga unsur inti manusia yakni jiwa, roh dan jasad. Tentu kami yang miskin
referensi buku hanya bisa menyampaikan berdasarkan pengalaman pribadi sebagai
data mentah untuk kemudian saya rangkum kembali dalam bentuk kesimpulan
sejauh yang bisa diketahui. Pengalaman demi pengalaman batin, memang bersifat
subyektif, artinya tak mudah dibuktikann secara obyektif oleh banyak orang, namun
saya yakin banyak di antara para pembaca pernah merasakan, paling tidak dapat
meraba apa sesungguhnya hubungan di antara jiwa, roh, dan jasad. Walaupun jiwa
dan roh berkaitan dengan gaib, namun bukankah entitas gaib itu berada dalam diri
kita. Diri yang terdiri dari unsur gaib dan unsur wadag (fisik), tak ada alasan bagi
siapapun untuk tidak bisa merasakan dan menyaksikan “obyektivitas” kegaiban.
Mencegah diri kita dari unsur dan wahana yang gaib sama saja artinya kita
mengalienasi (mengasingkan) dan membatasi diri kita dari “diri sejati” yang sungguh
dekat dan melekat di dalam badan raga kita.

Sukma-Raga

Hubungan antara roh/sukma dengan raga bagaikan rangkaian perangkat internet.


Sukmaatau roh dapat diumpamakan IP atau internet protocol, yang mengirimkan
fakta-fakta dan data-data “gaib” dalam bentuk “bahasa mesin” yang akan diterima
oleh perangkat keras atau hardware. Adapun hardwaredi sini berupa otak (brain)
kanan dan otak kiri manusia. Sedangkan tubuh manusia secara keseluruhan dapat
diumpamakan sebagai seperangkat alat elektronik bernama PC atau personal
komputer, note book, laptop dst yang terdiri dari rangkaian beberapa hardware.
Hardware otak tak akan bisa beroperasional dengan sendirinya menerima fakta dan
data gaib yang dikirim oleh sukma. Hardware otak terlebih dulu harus diisi
(instalation) dengan perangkat lunak atau sofware berupa “program” yang bernama
spiritual mind atau pemikiran tentang ketuhanan, atau pemikiran tentang yang gaib.

Sukma-Jiwa
Namun demikian, hardware otak tidak akan mampu memahami fakta-fakta gaib
tanpa adanya jembatan penghubung bernama jiwa. Jiwa merupakan jembatan
penghubung antara sukma dengan raga. Aktivitas sukma antara lain mengirimkan
bahasa universal kepada raga. Bahasa universal tersebut dapat berupa sinyal-sinyal
gaib, pralampita, perlambang, simbol-simbol, dalam hal ini saya umpamakan
layaknya bahasa mesin, di mana jiwa harus menterjemahkannya ke dalam berbagai
bahasa verbal agar mudah dimengerti oleh otak manusia. Tugas jiwa tak ubahnya
modem untuk menterjemahkan “bahasa mesin” atau bahasa universal yang dimiliki
oleh sukma menjadi bahasa verbal manusia.

Namun demikian, masing-masing jiwa memiliki kemampuan berbeda-beda dalam


menterjemahkan bahasa universal atau sinyal yang dikirim oleh sukma kepada
raga, tergantung program atau perangkat lunak (software) jenis apa yang diinstal
di dalamnya. Misalnya kita memiliki program canggih bernama Java script, yang bisa
merubah bahasa mesin ke dalam bentuk huruf latin atau bahasa verbal, dan bisa
dibaca oleh mata wadag.

Jiwa-Raga

Setelah jiwa berhasil menterjemahkan “bahasa mesin”, atau bahasa universal


sukma ke dalam bahasa verbal, selanjutnya menjadi tugas otak bagian kanan
manusia untuk mengolah dan menilainya melalui spiritual mind atau pemikiran
spiritual. Semakin besar kapasitas random acces memory (RAM) yang dimiliki otak
bagian kanan, seseorang akan lebih mampu memahami “kabar dari langit” yang
dibawa oleh sukma, dan diterjemahkan oleh jiwa. Itulah alasan perlunya kita meng
upgrade kapasitas “RAM” otak bagian kanan kita agar supaya lebih mudah
memahami fakta gaib secara logic. Sebab sejauh yang bisa saya saksikan, kenyataan
gaib itu tak ada yang tidak masuk akal. Jika dirasakan ada yang tak masuk akal,
letak “kesalahan” bukan pada kenyataan gaibnya, tetapi karena otak kita belum
cukup menerima informasi dan “data-data gaib”. Dimensi gaib memiliki rumus-
rumus, dan hukum yang jauh lebih luas daan rumit daripada rumus-rumus yang ada
di dalam dimensi wadag bumi. Contoh yang paling mudah, misalnya segala sesuatu
yang ada di dalam dimensi wadagbumi, mengalami rumus atau prinsip terjadi
kerusakan (mercapadha). Mercaberarti panas atau rusak, padha adalah papan atau
tempat. Mercapadhaadalah tempat di mana segala sesuatunya pasti akan
mengalami kerusakan. Sementara itu di dalam dimensi gaib, rumus kerusakan tak
berlaku. Sehingga disebutnya sebagai dimensi keabadian, atau alam kehidupan
sejati, alam kelanggengan, papan kang langgeng tan owah gingsir. Sekalipun organ
tubuh manusia, apabila dibawa ke dalam dimensi kelanggengan, pastilah tak akan
rusak atau busuk sebagaimana pernah saya ungkapkan dalam kisah terdahulu,
silahkan para pembaca yang budiman membuka posting berjudul KUNCI MERUBAH
KODRAT. Sebaliknya, sukma yang hadir ke dalam dimensi bumi, pastilah terkena
rumus atau prinsip mercapadha, yakni mengalami rasa cape, sakit, rasa lapar, ingin
menikmati makanan dan minuman yang ia sukai sewaktu tinggal di dimensi bumi
bersama raga. Hanya saja, sukmanya merupakan unsur gaib, maka tak akan terkena
rumus atau prinsip mengalami kematian sebagaimana raga.

RUMUS-RUMUS KEHIDUPAN WADAG DAN GAIB

Jiwa yang terlahir ke dalam jasad manusia merupakan software yang merdeka dan
bebas menentukan pilihan. Apakah akan menjadi jiwa yang mempunyai prinsip
keseimbangan, yakni seimbang berdiri di antara sukma dan raga, menjadi pribadi
yang seimbang lahir dan batinnya. Ataukah akan menjadi jiwa yang berat sebelah,
yakni tunduk kepada sukma, ataukah jiwa yang menghamba kepada raga saja.
Untuk menjadi pribadi yang dapat meraih keseimbangan lahir dan batin, jiwanya
harus memperhatikan dan menghayati apa saran sang sukma (nuruti kareping
rahsa). Tak perlu meragukan kemampuan sang sukma sebab ia tak akan salah jalan
dalam menuntun seseorang menggapai keseimbangan lahir dan batin. Pribadi yang
seimbang lahir dan batinnya akan mudah menggapai kemuliaan hidup di dunia dan
kehidupan sejati setelah raganya ajal. Sementara itu bagi jiwa yang mau diperbudak
oleh raga berarti menjadi pribadi yang hidup dalam penguasaan lymbic section, atau
insting dasar hewani, selalu mengumbar hawa nafsu (nuruti rahsaning karep). Tentu
saja kehidupannya akan jauh dari kemuliaan sejak hidup di mercapadha maupun
kelak dalam kehidupan sejati.

Sebaliknya, bagi jiwa yang terlalu condong kepada sukma, ia akan menjadi pribadi
yang fatalis, tak ada lagi kemauan, inisiatif, dan semangat menjalani kehidupan di
dimensi wadag planet bumi ini. Seseorang akan terjebak ke dalam pola hidup yang
mengabaikan kehidupan duniawi. Hal ini sangatlah timpang, sebab kehidupan
duniawi ini akan sangat menentukan bagimana kehidupan kita kelak di alam
keabadian. Apakah seseorang akan menggapai kemuliaan bahkan kemuliaan Hidup
di dunia merupakan bekal di akhirat. Sebagaimana para murid Syeh Siti Jenar yang
gagal dalam memahami apa yang diajarkan oleh gurunya. Para murid menyangka
kehidupan di planet bumi ini tak ada gunanya, bagaikan mayat bergentayangan
penuh dosa. Kehidupan dunia bagaikan penghalang dan penjara bagi roh menuju ke
alam keabadian. Jalan satu-satunya melepaskan diri dari penjara kehidupan dunia
ini adalah jalan kematian. Sehingga banyak di antara muridnya melakukan tindakan
keonaran agar supaya menemui kematian.

NYAWA, KEMATIAN, DAN MERAGA SUKMA

Banyak orang, melalui berbagai referensi, menganggap nyawa sama dengan jiwa.
Bahkan dipahami secara rancu dengan menyamakannya dengan roh atau sukma.
Nyawa, jiwa, roh, sukma, diartikan sama. Tetapi manakala kita menyaksikan
peristiwa meraga sukma, perjalanan astral, lantas timbul tanda tanya besar.
Bukankah saat terjadi peristiwa kematian, sukma seseorang keluar dari jasadnya ?!
Kenapa orang yang meraga sukma tidak mengalami kematian ?! Sejak lama saya
bertanya-tanya dalam hati saya sendiri. Apa gerangan yang terjadi dan bagimana
duduk persoalannya. Bagaimanakah sebenarnya rumus-rumus tuhan yang berlaku
di dalamnya ?

Butuh waktu puluhan tahun hingga saya menemukan jawaban logis, paling tidak
nalar saya bisa menerimanya. Nyawa ibarat “lem perekat” yang menghubungkan
antara sukma dengan raga manusia. Pada peristiwa kematian seseorang, nyawa
sebagai lem perekat tidak lagi berfungsi alias lenyap. Jika lem perekatnya sudah tak
berfungsi lagi maka lepaslah sukma dari jasad. Lain halnya dengan meraga sukma,
lem perekat masih berfungsi dengan baik, sehingga kemanapun sukma berkelana,
jasadnya yang ditinggalkan tidak akan mati. Hanya saja lem perekat bernama nyawa
ini sistem bekerjanya berbeda dengan lem perekat pada umunya yang benar-benar
menyambung merekatkan antara dua benda padat. Nyawa merekatkan antara jasad
dan sukma secara fleksibel, bagaikan dua peralatan yang dihubungkan oleh
teknologi nir kabel. Namun demikian nyawa tentu saja jauh lebih canggih ketimbang
teknologi bluetooth yang bisa menghubungkan dua peralatan dalam jarak dekat
maupun jauh. Dalam khasanah spiritual Jawa, para leluhur di zaman dulu
menemukan adanya keterkaitan masing-masing unsur gaib dan wadag manusia.
Raga supaya hidup harus dihidupkan oleh sukma, sukma diikat oleh rasa. Ikatan
rasa akan pudar dan lama-kelamaan akan habis apabila rasa tidak kuat lagi
menahan penderitaan dan trauma yang dialami oleh raga. Bila seseorang tak kuat
lagi menahan rasa sakit, kesadaran jasadnya akan hilang atau mengalami pingsan,
dan bahkan kesadaran jasadnya akan sirna samasekali alias mengalami kematian. Di
sini peristiwa kematian adalah padamnya “alat nirkabel” atau semacam
“bluetooth” bikinan tuhan sehingga terputuslah hubungan antara jasad dan sukma.
Lain halnya dengan aksi meraga sukma, sejauh manapun sukma berkelana ia tetap
terhubung dengan raga melalui “teknologi” bluetooth bikinan tuhan bernama
nyawa.

TINGKAT 1 (Neng; sembah raga)

Jumeneng; menjalankan “syariat”. Namun makna syariat di sini mempunyai dimensi


luas. Yakni dimensi “vertikal” individual kepada Tuhan, maupun dimensi sosial
“horisontal” kepada sesama makhluk. Neng, pada hakekatnya sebatas melatih dan
membiasakan diri melakukan perbuatan yang baik dan bermanfaat untuk diri
pribadi, dan lebih utama untuk sesama tanpa pilih kasih. Misalnya seseorang
melaksanakan sembahyang dan manembah kepada Tuhan dengan cara sebanyak
nafasnya, guna membangun sikap eling dan waspadha. Neng adalah tingkat dasar,
barulah setara “sembah raga” misalnya menyucikan diri dengan air, mencuci badan
dengan cara mandi, wudlu, gosok gigi, upacara jamasan, tradisi siraman dsb.
Termasuk mencuci pakaian dan tempat tinggal. Orang dalam tingkat “neng”,
menyebut dan “menyaksikan” Tuhan barulah melalui pernyataan dan ucapan mulut
saja. Kebaikan masih dalam rangka MELATIH diri mengendalikan hawa nafsu
negatif, dengan bermacam cara misalnya puasa, semadi, bertapa, mengulang-ulang
menyebut nama Tuhan dll. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu agar bersifat
positif dengan cara misalnya sedekah, amal jariah, zakat, gotong royong, peduli
kasih, kepedulian sosial dll. Melatih diri untuk menghargai dan mengormati leluhur,
dengan cara ziarah kubur, pergi haji, mengunjungi situs-situs sejarah, belajar dan
memahami sejarah, dst. Melatih diri menghargai dan menjaga alam semesta
sebagai anugrah Tuhan, dengan cara upacara-upacara ritual, ruwatan bumi, larung
sesaji, dst. Tahapan ini dilakukan oleh raga kita, namun BELUM TENTU melibatkan
HATI dan BATIN kita secara benar dan tepat.
Kehidupan sehari-harinya dalam rangka latihan menggapai tataran lebih tinggi,
artinya harus berbuat apa saja yg bukan perbuatan melawan rumus Tuhan. Tidak
hanya berteori, kata kitab, kata buku, menurut pasal, menurut ayat dst. Namun
berusaha dimanifestasikan dalam perilaku dan perbuatan kehidupan sehari-hari.
Perbuatannya mencerminkan perilaku sipat zat (makhluk) yang selaras dengan sifat
hakekat (Tuhan). Tanda pencapaiannya tampak pada SOLAH. Solah artinya perilaku
atau perbuatan jasadiah yang tampak oleh mata misalnya; tidak mencelakai orang
lain, perilaku dan tutur kata menentramkan, sopan dan santun, wajah ramah, ngadi
busana atau cara berpakaian yang pantas dan luwes menghargai badan. Akan tetapi
perilaku tersebut belum tentu dilakukan secara sinkron dengan BAWA-nya. BAWA
yakni “perilaku” batiniah yang tidak tampak oleh mata secara visual.

Titik Lemah

Pada tataran awal ini meskipun seseorang seolah-olah terkesan baik namun belum
menjamin pencapaian tataran spiritual yang memadai, dan belum tentu diberkahi
Tuhan. Sebab seseorang melakukan kebaikan terkadang masih diselimuti rahsaning
karep atau nafsu negatif; rasa ingin diakui, mendapat nama baik atau pujian.
Bahkan seseorang melakukan suatu kebaikan agar kepentingan pribadinya dapat
terwujud. Maka akibat yang sering timbul biasanya muncul rasa kecewa,
tersinggung, marah, bila tidak diakui dan tidak mendapat pujian. Kebaikan seperti
ini boleh jadi bermanfaat dan mungkin baik di mata orang lain. Akan tetapi dapat
diumpamakan belum mendapat tempat di “hati” Tuhan. Kredit point nya masih
nihil. Banyak orang merasa sudah berbuat baik, beramal, sodaqah, suka
menolong, membantu sesama, rajin doa, sembahyang. Tetapi sering dirundung
kesialan, kesulitan, tertimpa kesedihan, segala urusannya mengalami kebuntuan
dan kegagalan. Lantas dengan segera menyimpulkan bahwa musibah atau bencana
ini sebagai cobaan (bagi orang-orang beriman).

Pada tataran ini, seseorang masih rentan dikuasai nafsu ke-aku-an (api/nar/iblis).
Diri sendiri dianggap tahu segala, merasa suci dan harus dihormati. Siapa yang
berbeda pendapat dianggap sesat dan kafir. Konsekuensinya; bila memperdebatkan
(kulit luarnya) ia menganggap diri paling benar dan suci, lantas muncul sikap golek
benere dewe, golek menange dewe, golek butuhe dewe. Ini sebagai ciri seseorang
yang belum sampai pada intisari ajaran yang dicarinya. Durung becus keselak
besus !

TINGKAT 2 (Ning; sembah kalbu)

Wening atau hening; ibarat mati sajroning urip; kematian di dalam hidup. Tataran
ini sepadan dengan tarekat. Menggambarkan keadaan hati yang selalu bersih dan
batinnya selalu eling lan waspadha. Eling adalah sadar dan memahami akan
sangkan paraning dumadi (asal usul dan tujuan manusia) yang digambarkan sebagai
“kakangne mbarep adine wuragil” (lihat dalam posting; Saloka Jati). Waspadha
terhadap apa saja yang dapat menjadi penghalang dalam upaya “menemukan”
Tuhan (wushul). Yakni penghalang proses penyelarasan kehidupan sehari-hari (sifat
zat) dengan sifat hakekat (Tuhan). Ning dicapai setelah hati dapat dilibatkan dalam
menjalankan ibadah tingkat awal atau Neng; yakni hati yg ikhlas dan tulus, hati
yang sudah tunduk dan patuh kepada sukma sejati yang suci dari semua nafsu
negatif. Hati semacam ini tersambung dengan kesadaran batin maupun akal budi
bahwa amal perbuatan bukan semata-mata mengaharap-harap upah (pahala) dan
takut ancaman (neraka). Melainkan kesadaran memenuhi kodrat Tuhan, serta
menjaga keharmonisan serta sinergi aura magis antara jagad kecil (diri pribadi) dan
jagad besar (alam semesta). Tataran ini dicapai melalui empat macam bertapa; tapa
ngeli, tapa geniara, tapa banyuara, tapa mendhem atau ngluwat.

1. Tapa ngeli; harmonisasi vertikal dan horisontal. Yakni berserah diri dan menselaraskan
dengan kehendak Tuhan. Lalu mensinergikan jagad kecil (manusia) dengan jagad
besar (alam semesta).

2. Tapa geniara; tidak terbakar oleh api (nar) atau nafsu negatif yakni ke-aku-an. Karena
ke-aku-an itu tidak lain hakekat iblis dalam hati.

3. Tapa banyuara; mampu menyaring tutur kata orang lain, mampu mendiagnosis suatu
masalah, dan tidak mudah terprovokasi orang lain. Tidak bersikap reaksioner (ora
kagetan), tidak berwatak mudah terheran-heran (ora gumunan).
4. Tapa mendhem; tidak membangga-banggakan kebaikan, jasa dan amalnya sendiri.
Terhadap sesama selalu rendah hati, tidak sombong dan takabur. Sadar bahwa
manusia derajatnya sama di hadapan Tuhan tidak tergantung suku, ras, golongan,
ajaran, bangsa maupun negaranya. Tapa mendhem juga berarti selalu mengubur
semua amal kebaikannya dari ingatannya sendiri. Dengan demikian seseorang tidak
suka membangkit-bangkit jasa baiknya. Kalimat pepatah Jawa sbb: tulislah kebaikan
orang lain kepada Anda di atas batu, dan tulislah kebaikan Anda pada orang lain di
atas tanah agar mudah terhapus dari ingatan.

Titik Lemah

Jangan lekas puas dulu bila merasa sudah sukses menjalankan tataran ini. Sebab
pencapaian tataran kedua ini semakin banyak ranjau dan lobang kelemahan yang
kapan saja siap memakan korban apabila kita lengah. Penekanan di sini adalah
pentingnya sikap eling dan waspadha. Sebab kelemahan manusia adalah lengah,
lalai, terlena, terbuai, merasa lekas puas diri. Tataran kedua ini melibatkan hati
dalam melaksanakan segala kebaikan dalam perbuatan baik sehari-hari. Yakni hati
harus tulus dan ikhlas. Namun..ketulusan dan keikhlasan ini seringkali masih
menjadi jargon, karena mudah diucapkan oleh siapapun, sementara
pelaksanaannya justru keteteran. Dalam falsafah hidup Kejawen, setiap saat orang
harus selalu belajar ikhlas dan tulus setiap saat sepanjang usia. Belajar ketulusan
merupakan mata pelajaran yang tak pernah usai sepanjang masa. Karena
keberhasilan Anda untuk tulus ikhlas dalam tiap-tiap kasus belum tentu berhasil
sama kadarnya. Keikhlasan dipengaruhi oleh pihak yang terlibat, situasi dan kondisi
obyektifnya, atau situasi dan kondisi subyek mental kita saat itu.

TINGKAT 3 (Nung; sembah cipta)

Kesinungan ; yakni dipercaya Tuhan untuk mendapatkan anugrah tertentu. Orang


yang telah mencapai tataran Kesinungan dialah yang mendapatkan “hadiah” atas
amal kebaikan yang ia lakukan. Ini mensyaratkan amal kebaikan yang memenuhi
syarat, yakni kekompakan serta sinkronisasi lahir dan batin dalam mewujudkan
segala niat baik menjadi tindakan konkrit. Yakni tindakan konkrit dalam segala hal
yang baik misalnya membantu & menolong sesama. Syarat utamanya; harus
dilakukan terus-menerus hingga menyatu dalam prinsip hidup, dan tanpa terasa lagi
menjadi kebiasaan sehari-hari.

Pencapaian tataran ini sama halnya laku hakekat. Laku hakekat adalah meliputi
keadaan hati dan batin; sabar, tawakal, tulus, ikhlas, pembicaraannya menjadi
kesejatian (kebenaran), yang sejati menjadi kosong, hilang lenyap menjadi ada.
Tataran ini ditandai oleh pencapaian kemuliaan yang sejati, seseorang mendapatkan
kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan kelak setelah ajal. Pada tahap ini manusia
sudah mengenal akan jati dirinya dan mengenal lebih jauh sejatinya Tuhan.
Manusia yang telah lebih jauh memahami Tuhan tidak akan berfikir sempit, kerdil,
sombong, picik dan fanatik. Tidak munafik dan menyekutukan Tuhan. Ia justru
bersikap toleran, tenggang rasa, hormat menghormati keyakinan orang lain. Sikap
ini tumbuh karena kesadaran spiritual bahwa ilmu sejati, yang nyata-nyata
bersumber pada Yang Maha Tunggal, hakekatnya adalah sama. Cara atau jalan
mana yang ditempuh adalah persoalan teknis. Banyaknya jalan atau cara
menemukan Tuhan merupakan bukti bahwa Tuhan itu Mahaluas tiada batasnya.
Ibarat sungai yang ada di dunia ini jumlahnya sangat banyak dan beragam
bentuknya; ada yang dangkal, ada yang dalam, berkelok, pendek dan singkat,
bahkan ada yang lebar dan berputar-putar. Toh semuanya akan bermuara kepada
Yang Tunggal yakni “samudra luas”.

NAH, orang seperti ini akan “menuai” amal kebaikannya. Berkat rumus Tuhan di
mana kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Kebaikan yg anda berikan, “buahnya”
akan anda terima pula. Namun demikian kebaikan yang anda terima belum tentu
datang dari orang yang sama, malah biasanya dari pihak lainnya. Kebaikan yang
anda peroleh itu merupakan “buah” dari “pohon kebaikan” yang pernah anda
tanam sebelumnya. Selebihnya, kebaikan yang anda lakukan akan menjadi pagar
gaib yang selalu menyelimuti diri anda. Singkat kata, pencapaian Nung, ditandai
dengan diperolehnya kemudahan dan hikmah yang baik dalam segala urusan. Pagar
gaib itu akan membuat kita tidak dapat dicelakai orang lain. Sebaliknya selalu
mendapatkan keberuntungan. Dalam terminologi Jawa inilah yang disebut sebagai
“ngelmu beja”.

Untuk meraih tataran ini, terlebih dahulu kita harus mengenal jati diri secara benar.
Dalam diri manusia setidaknya terdapat 7 lapis bumi yang harus diketahui manusia.
Jika tidak diketahui maka menjadi manusia cacad dan akan gagal mencapai tataran
ini. Bumi 7 lapis tersebut adalah ; retna, kalbu, jantung, budi, jinem, suksma, dan
ketujuhnya yakni bumi rahmat.

1. Bumi Retna; jasad dan dada manusia sesungguhnya istana atau gedung mulia.

2. Bumi Kalbu; artinya istana iman sejati.

3. Bumi Jantung; merupakan istana semua ilmu.

4. Bumi budi; artinya istana puji dan zikir.

5. Bumi Jinem; istananya kasih sayang sejati.

6. Bumi suksma; yakni istana kesabaran dan rasa sukur kepada Tuhan; sukma sejati.

7. Bumi Rahmat; istana rasa mulia; rahsa sejati.

Titik Lemah

Nung, setara dengan Hakekat, di sini ibarat puncak kemuliaan. Semakin tinggi
tataran spiritual, maka sedikit saja godaan sudah dapat menggugurkan
pencapaiannya. Maka, semakin tinggi puncak dan kemuliaan seseorang ; maka
semakin besar resiko tertiup angin dan jatuh. Seseorang yang merasa sudah PUAS
dan BANGGA dengan pencapaian hakekat ini bersiko terlena. Lantas menganggap
orang lain remeh dan rendah. Yang paling berbahaya adalah menganggap tataran
ini merupakan tataran tertinggi sehingga orang tidak perlu lagi berusaha menggapai
tataran yang lebih tinggi.
Tingkat 4 (Nang; sembah rahsa)

Nang merupakan kemenangan. Kemenangan adalah anugrah yang anda terima.


Yakni kemenangan anda dari medan perang. Perang antara nafsu negatif dengan
positif. Kemenangan NUR (cahya sejati nan suci) mengalahkan NAR (api; ke-aku-
an/”iblis”). Manusia NAR adalah seteru Tuhan (iblis laknat). SEBALIKNYA; manusia
NUR adalah memenuhi janji atas kesaksian yg pernah ia ucapkan di mulut dan hati.
Manusia NUR memenuhi kodratnya ke dalam kodrat Ilahi, sipat zat yg mengikuti
sifat hakekat, menselaraskan gelombang batin manusia dengan gelombang energi
Tuhan. Sifat zat (manusia) menyatu dengan sifat hakekat (Tuhan) menjadi “loroning
atunggil“. Yang menjadi jumbuh (campur tak bisa dipilah) antara kawula dengan
Gusti. Inilah pertanda akan kemenangan manusia dalam “berjihad” yang
sesungguhnya. Yakni kemenangan terindah dalam kemanunggalan; “manunggaling
kawula-Gusti“. Bila Anda muslim, di situlah tatar makrifat dapat ditemukan.
SEMEDI, DZIKIR, MEDITASI dan KONTEMPLASI
27 Nov

SEMEDI, DZIKIR, MEDITASI dan KONTEMPLASI

Oleh: 4 _r d h i_ 4

Barangkali kita semua tidaklah merasa asing mendengar judul yang saya buat diatas, namun
sejenak saya hanya ingin mencoba memberikan penjabaran berdasarkan pengalaman yang saya
miliki. Apa sih sebenarnya tujuan Meditasi atau Kontemplasi itu yang sesungguhnya…??.
Meditasi bisa disamakan dengan ZIKIR, malahan dalam istilah Jawa hal ini biasanya disebut
dengan “ manekung “ yang berasal dari kata “ tekung “ yang bermakna sebagai sikap yang “
tunduk “ atau menundukkan diri. Dalam khazanah pendaki Spiritual ( sufisme ) zikir berarti
secara terus-menerus menyebut kata-kata tertentu secara berulang-ulang. Biasanya berupa kata “
pujian “ terhadap Tuhan Hyang Moho Tunggal yang pada intinya zikir adalah sebagai formula
untuk mengingat –ingat akan keberadaan Tuhan. Dalam praktiknya zikir berupa aktifitas
menuangi pikiran dan hati dengan nama atau pujian terhadap Tuhan. Atau menuangkan “ Asma “
Tuhan ke dalam hati dan pikiran sehingga tak ada nama lain dalam hati dan pikiran tadi selain
Asma-Nya.

Lalu apa yang disebut dengan Meditasi..??. Meditasi adalah MERENUNGKAN atau
MERESAPKAN dan bisa juga bermakna PIKIRAN yang amat DALAM yang bertujuan untuk
mencapai KESADARAN DIRI dan untuk mencapai OBYEK SPIRITUAL, guna menjadi
manusia-manusia yang TERCERAHKAN. Sehingga dalam prakteknya dalam kehidupan
bermasyarakat diharapkan bisa menjadi manusia yang penuh KEARIFAN, BIJAK dan KASIH
SAYANG terhadap sesama makhluk dalam segala tindakan dan perbuatannya.

Kang sinedyo tineken Hyang Widi… ( Yang diinginkan dikabulkan oleh Tuhan )
Kang kinasara dumadakan keno… ( Yang dikehendaki tiba-tiba didapat )
Tur sisihan Pangerane… ( dan dikasihi oleh Tuhan )
Nadyan tan weruh iku… ( Meskipun dirinya tidak tahu )
Lamun nedyo muja semedi… ( Akan tetapi ketika dia hendak melakukan semedi )
Sesaji neng segoro… ( Dia memberikan sesajian di Samudera/ Hati/Qalbu )
Dadya ngumbaraku… ( Jadilah pengembaraan itu )
Dumadi sariro tunggal… ( Untuk menjadi SATU DIRI )
Tunggal jati swara aowr ing Hartati… ( Satu kesejatian suara yg ada dalam QALBU )
Kang aran Sekar Jempina… ( Itulah yang disebut Bunga Jempina )

Yah..yah..orang yang dijaga oleh Tuhan sudah tentu semua kehendak akan dikabulkan-Nya.
Yang dijaga oleh Tuhan adalah orang-orang yang dapat mengendalikan “ daya nafsu “ yang ada
dalam dirinya. Daya nafsu tersebut hanya dikendalikan saja bukan untuk dibasmi…!!.
Membasmi daya nafsu sama dengan menyalahi KODRAD manusia itu sendiri.
Daya dorong kearah positif dan negatif harus, diselaraskan, diharmoniskan dan selalu dijaga
keseimbangannya. Jika daya nafsu bisa kita kendalikan dengan baik, itu sama artinya kita telah
bergerak untuk menyatukan DIRI dengan Tuhan Hyang Moho Tunggal. Menyatukan yang saya
maksudkan bukanlah dalam pengertian menyatunya Dzat manusia dengan Dzat Tuhan loh…??.
Bukan demikian..!! Manusia tidak perlu menyatukan DIRINYA dengan Dzat Tuhan, karena
Tuhan keberadaan-Nya sudah meliputi segala sesuatu. Yang perlu disatukan itu adalah “ Sifat,
Asma dan Af’al “ manusia, agar selaras dengan sifat, asma dan af’al Tuhan yang telah diberikan
kepada semua manusia sebagai KODRAD dan IRODAD yang sudah ada dalam diri setiap
manusia. Jadi tugas manusia hanyalah “ MENYELARASKAN, MENYERASIKAN “ dengan
Kodrad dan Irodad Tuhan.
Untuk bisa menyatukan diri dengan Tuhan, manusia dalam berbagai cara melakukan diantaranya
adalah dengan cara MEDITASI, KONTEMPLASI yang dalam hal ini manusia harus bisa
menyatukan segenap PERASAAN dan PIKIRAN dengan nafasnya dalam bermeditasi. Puncak
dari adanya penyatuan ini biasanya dalam ukuran minim yang bisa terasa adalah timbulnya “
ketenangan Jiwa “ dan tentramnya Qalbu. Ya..ya.. hanya dengan “ mengingat “ Tuhan lah qalbu /
hati bisa menjadi tenang ( QS. Ar-Ra’d . 28 )
Meditasi, Kontemplasi, Dzikir hanyalah sarana dan cara untuk meningkatkan kesempurnaan
SPIRITUAL. Dalam hal ini saya membagi dalam 3 ( tiga ) tahapan yang harus dilakukan dalam
bermeditasi, kontemplasi, dzikir :
Pertama,
Bagi kita yang hendak melakukan meditasi, dzikir dan kontemplasi harus dapat melakukan
dalam khazanah Jawa disebut “ sesaji ing segoro “ yaitu mengutamakan peranan QALBU, HATI
atau NURANI. Kita harus bisa mengendalikan Hati sehingga pengembaraan dari sang Perasaan,
Pikiran dan daya Nafsu benar-benar menyatu dalam suatu kehendak yang kuat untuk “
mengeleminir “ dorongan hawa nafsu di dalam semedi ( meditasi ). Dalam PUJA SEMEDI itu
bertujuan untuk MENGOSONGKAN HATI dari segala hal yang SELAIN Tuhan. Hasrat yang
ada di dalam hati lenyap, pikiran telah diam tak mengembara lagi, senyap dari segala ILUSI…!!
Suara nafas kini sudah tak terdengar lagi, suara Batin tatkala kita melantunkan Dzikir pun telah
hilang dan lenyap yang ada hanyalah CAHAYA KEHENINGAN.
Dalam kondisi demikian hanya SUARA ( Qalam ) Illahi yang bisa masuk dan terekam.

He..he…halah..halah….jangan-jangan itu suara SYETAN terkutuk yang sengaja menggoda


kita…? Jangan-jangan itu suara IBLIS yang menyelinap di dalam Hati kita…?? begitu bisikan
keragu-raguan yang biasanya ada di dalam benak kita.
Syetan, Iblis atau apaun namanya TIDAK BAKALAN bisa masuk ke dalam rumah Tuhan (
QALBU ), rumah yang telah dibersihkan dari segala kotoran daya-daya nafsu. Bukankah
perasaan dalam bermeditasi tadi telah SIRNA..?? Segala perasaan IRI, DENGKI, CEMBURU
dan MARAH telah berubah menjadi KEHENINGAN…?? Hasrat hati dan BIRAHI telh sirna
bahkan Angan-anganpun sudah tiada, tak ada lagi sarana dan wahana bagi si syetan dan Iblis
untuk masuk dalam Hati ( QALBU ) yang sudah “ Hening dan Heneng “.

Kondisi meditasi, dzikir, kontemplasi yang sudah mencapai “ hening dan heneng “ ( diam dan
jernih ) tanpa adanya usikan apapun inilah yang dinamakan oleh orang Jawa sebagai “ Sekar
Jempina “ Sebuah keadaan yang Jem (tenang, tentram), pi ( sunyi, sepi, tersembunyi ), na ( diam
dan berhenti ). Dengan demikian puncak daripada Semedi. Kontemplasi dan Dzikir adalah
tercapainya kondisi yang Jempina.

Kedua,
Semedi, dzikir, Meditasi atau Kontemplasi merupakan cara untuk membersihkan diri dari
program lama yang masih melekat pada pita kaset kehidupan ini. Pita hidup ini harus diisi
dengan program yang lebih baik tentunya. Program lama diisi dengan Dzikir ( mengingat ) dan
program baru harus disikan ,melalui perbuatan “ Amal Shaleh “ berupa segala tindakan dan
perbuatan yang bermanfaat, baik bagi diri kita maupun bagi orang lain dan lingkungannya.
Dalam hidup ini semua kenangan pahit harus dikubur dalam-dalam. Selama Semedi, Meditasi,
Dzikir atau Kontemplasi pita hidup harus dibersihkan dan dikosongkan agar QALAM Illahi yang
tanpa suara dan kata-kata itu bisa terekam oleh KESADARAN DIRI. Selanjutnya akan
bersemilah benih-benih CINTA KASIH dan KERINDUAN untuk berbuat KEBAJIKAN
terhadap sesama. Secara lahiriah Kebajikan itu dibuktikan dengan “ Budi Pekerti “ yang Hanif,
Arif dan Ma’ruf dalam bersosialisasi dengan kelompok masyarakat. Misalkan saja kita harus taat
hukum ( aturan ) bagi siapa saja. Kesadaran Diri ( Sukma Jati, Diri Sejati, Sirr ) keberadaanya
akan selalu berdampingan dengan yang namanya “ angan-angan dan keinginan “ karena angan-
angan dan keinginan ini terbit dan keluar dari adanya RASA. Dalam hidup ini, angan-angan dan
keinginan merupakan pasanga hidup dari Diri Sejati. Ia senantiasa mengikuti sang Diri, baik
dalam kehidupan sekarang ini maupun nanti setelah mati. Angan-angan dan keinginan tak pernah
sirna, Ia merupakan bagian dari pada hidup. Bukankah hidup tak pernah mati…?? Yang
mengalami mati itu hanyalah Jasad badan kasar yang dikubur dalam tanah. Sukma Jati ( Diri
sejati, Sirr ) tidak akan ikut mati Ia tetap “ Langgeng tan keno Owah- Gingsir ing kahanan jati “
Jika sudah menyelesaikan tugasnya sebagai Khalifah di bumi, yah..ia akan kembali kepada
Hyang Moho Tunggal, kembali ke Hadirat-Nya di alam kedamaian Puncak..!!. Sebagaimana
firman Tuhan bahwa “ segala yang berasal dari-Nya akan kembali kepada-Nya “ dan siapa yang
bener-bener akan kembali ke Hadirat-Nya..?? QS. Al Fajr 27 – 30 telah menjawab dengan tegas.
Hanya Jiwa yang tenang saja yang akan kembali ke Hadirat-Nya…!.

Bila angan-angan dan keinginan itu terus menerus dituruti, ia semakin lengket pada sang Sukma
Jati dan sulit untuk bisa ditinggalkan. Meskipun Jasad badan kasar telah mati dan terkubur dalam
tanah, namu ia akan terus melekat pada sang Sukma Jati. Jika dalam kehidupan di Bumi angan-
angan dan keinginan ini telah menyesatkan manusia, maka setelah matinya Jasad badan kasr tadi
sang Sukma Jati akan mengalami Kesesatan. Perilaku buruk merupakan produk dari angan-angan
dan pikiran yang kotor. Pekerti yang buruk merupakan wujud dari keinginan yang tidak bener.
Angan-angan, pikiran dan tingkah laku yang buruk melekat pada sang Sukma Jati. Dan,
mungkinkah Sukma Jati, Diri Sejati, Sirr yang telah TERSESAT selama di dunia ini akan bisa
kembali di Hadirat-Nya…??

Ketiga,
Bila semedi, meditasi atau kontemplasi yang dilakukan benar-benar sempurna. Angan-angan,
keinginan, pikiran dan ilusi telah lenyap, maka batin sang meditasi akan sentosa. Dia bebas dari
segala macam gangguan batin. Kecemasan dan kekhawatiran juga lenyap. Tak ada lagi ketakutan
dimana-mana sama saja yang ada hanyalah ketenangan dalam hidup. Di Kota dan di desa
tiadalah berbeda hidup serasa merdeka. Karena sama-sama dalam perlindungan Gusti Hyang
Moho Tunggal. Jika sudah demikian akan tumbuh dan berkembanglah sebuah sikap untuk “
Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng “ terhadap Alam semesta ini. Jika ungkapan ini
terwujud, maka tiada lagi petaka dan bencana. Jika bumi ini tetap terpelihara dan dijaga
keseimbangannya, bumipun akan tumbuh dengan subur dan tentunya akan memberikan berkah
dan kemakmuran bagi manusia. Manusi-manusianya akan hidup dalam ketentraman dan
kesenangan. Pikiran jernih, keinginan hanya sebatas yang dibutuhkan oleh diri dan keluarga serta
bangsa. Akhirnya sang Sukma Jati pun akan meninggi dalam keheningan yang menyelimuti sang
pelaku semedi, dzikir, meditasi atau kontemplasi. Jiwanya akan selalu dalam kedamaian. Dengan
demikian hidup di dunia dan akherat senantiasa dalam kesejahteraan ( khazanah ) dan akan
dijauhkan oleh API BATINIAH yang menyala-nyala dan menjilat-njilat.

Anda mungkin juga menyukai