Anda di halaman 1dari 21

PRATIKUM ANATOMI FISIOLOGI

Disusun Oleh :

MIFTA HULJANNAH 21117083

Dosen Pembimbing : IMARDIANI,S.Kep.,Ns.,M.Kep

ANITA APRIANY,S.Kep.,Ns.,M.Bmd

DEWI PUJIANA,S.Kep.,Ns.,M,Bmd

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
Jl. Jend. Yani 13 Ulu Palembang 30252 Telp. 0711-516231/516233 Fax. 0711-
513202

Website : stikesmuhammadiyah-plg.ac.id E-mail :


muhammadiyah.stikes@yahoo.com

Tahun Ajaran 2017/2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Undand-Undang Dalam Praktik Keperawatan” yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang, 19 Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….......

DAFTAR ISI………………………………………………………………...….......

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………….…………….………....…....


B. Rumusan Masalah...……………………………………….....……..…........

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Praktik Keperawatan Profesional…………………....…….……


B. Aspek Hukum Praktik Keperawatan...……………………………………...
C. Standar Asuhan Keperawatan………………………….………..….……....
D. Batas Tanggung Jawab dalam Keperawatan….……………….….………...
E. Fungsi Hukum Dalam Praktek Keperawatan…...………..….…....…….......
F. Undang-Undang Praktik Keperawatan……………………………………..
G. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan……….……………......
BAB III PENUTUP

Kesimpulan….……………………………………….……….….……..…….....
DAFTAR PUSTAKA………………...…………………….…..………………......

PERTANYAAN........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.Tidak adanya undang-undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.Tumpang tindih
antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan
pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,
fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap
sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang
ilmiah yang mereka miliki.
Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan adalah tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga profesional
yang memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik dan dalam
menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat,
sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan hukum yang mengatur
praktik tenaga kesehatan.
Dari sebab itu, pada kesempatan kali ini kami akan menulis tentang
“Perlindungan Hukum Praktik Keperawatan” dengan ringkas dan mudah di
pahami.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah


adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dan tujuan dari praktik keperawatan.
2. Apa saja bunyi UU praktik keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Praktik Keperawatan Profesional


Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit
atau sehat dalam melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai
kesehatan atau untuk meninggal dunia dengan tenang yang dapat dapat ia
lakukan sendiri tanpa bantuan apabila cukup kekuatan, harapan dan
pengetahuan (Virginia Handerson, 1958).
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang
komprehensif serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yg mencakup seluruh siklus kehdpan manusia
(Lokakarya keperawatan Nasional 1986).
Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang
proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa,
merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan untuk mencapai
tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan
(National Council of State Board of Nursing/NCSBN). Praktik keperawatan
profesional tertuang juga dlm Nurse Practice Art New York 1972 Praktik
keperawatan terdapat dalam American Nursing Association/ANA).

B. Aspek Hukum Praktik Keperawatan

a. Hubungan Hukum Dengan Profesi Keperawatan


Masyarakat profesi dengan masyarakat umum telah mengadakan
suatu kontrak ( social contract) yang memberikan hak otonomi profesi
untuk melakukan self regulation, self governing dan self disciplining.
Dengan kewajiban memberikan jaminan profesional yang kompeten dan
melaksanakan praktik sesuai etika dan standar profesinya.Profesi perawat
memiliki kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan
keperawatan yang profesional kepada masyarakat umum. Kondisi
demikian secara langsung akan menimbulkan adanya konsekuensi hukum
dalam praktik keperawatan. Sehingga dalam praktik profesinya dalam
melayani masyarakat perawat terikat oleh aturan hukum, etika dan
moral.
Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya
hubungan hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa ”Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No.
32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3) perawat dikatagorikan sebagai
tenaga keperawatan.
Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat
(1) PP No. 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya diwajibkan untuk memenuhi standar profesi dan menghormati
hak pasien. Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga
kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan kesehatan,
khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan,
dan kemampuan tenaga serta ketersediaan fasilitas dalam sarana
pelayanan kesehatan yang ada.

b. Instrumen Normatif Bagi Perawat Dalam Upaya Menjalankan Pelayanan


Keperawatan
Perawat dalam menjalankan proses keperawatan harus berpedoman
pada Lafal Sumpah Perawat, Standar Profesi Perawat, Standar Asuhan
Keperawatan, dan Kode Etika Keperawatan. Keempat instrumen tersebut
berisi tentang norma-norma yang berlaku bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi perawat disebut instrumen normatif, karena keempatnya meskipun
tidak dituangkan dalam bentuk hukum positif/Undang-Undang, tetapi
berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh perawat agar terhindar dari
kesalahan yang berdampak pada pertanggungjawaban dan gugatan ganti
kerugian apabila pasien tidak menerima kegagalan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
1) Lafal Sumpah Perawat
Lulusan pendidikan keperawatan harus mengucapkan
janji/sumpah sesuai dengan program pendidikannya, D3 atau S1.
Lafal sumpah ada dua macam yaitu lafal Sumpah/Janji Sarjana
Keperawatan dan lafal Sumpah/Janji Ahli Madya Keperawatan.
2) Standar Profesi Perawat
Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan
menentukan bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga
kesehatan yang melakukan tugas sesuai dengan Standar Profesi
tenaga kesehatan.Standar profesi merupakan ukuran kemampuan
rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya
(Praptianingsih, 2006).Dengan memenuhi standar profesi dalam
melaksanakan tugasnya, perawat terbebas dari pelanggaran kode
etik.
Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan
tugasnya, dapat dipergunakan pendapat Leenen dalam Koeswadji
(1996) sebagai standar pelaksanaan profesi keperawatan, yang
meliputi : terapi harus dilakukan dengan teliti; harus sesuai dengan
ukuran ilmu pengetahuan keperawatan; sesuai dengan kemampuan
rata-rata yang dimilki oleh perawat dengan kategori keperawatan
yang sama; dengan sarana dan upaya yang wajar sesuai dengan
tujuan kongkret upaya pelayanan yang dilakukan. Dengan demikian,
manakala perawat telah berupaya dengan sungguh-sungguh sesuai
dengan kemampuannyadan pengalaman rata-rata seorang perawat
dengan kualifikasi yang sama, maka dia telah bekerja dengan
memenuhi standar profesi.
C. Standar Asuhan Keperawatan
Pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit merupakanfaktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Di samping itu,
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan perawatan yang bermutu semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban
dalam masyarakat. Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan harus
terus ditingkatkan sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat mencapai
hasil yang optimal.
Salah satu upaya untuk menjaga mutu kualitas pelayanan keperawatan
adalah dipergunakannya Standar Asuhan Keperawatan dalam setiap
pelayanan keperawatan.Standar ini dipergunakan sebagai pedoman dan
tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit.Di dalamnya berisi tentang tahapan
yang harus dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan terdiri dari delapan standar yang harus
dipahami dan dilaksanakan oleh perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan, khsusunya pelayanan keperawatan, yang terdiri dari :
a. Standar I berisi falsafah keperawatan,
b. Standar II berisi tujuan asuhan keperawatan,
c. Standar III menentukan pengkajian keperawatan,
d. Standar IV tentang diagnosis keperawatan,
e. Standar V tentang perencanaan keperawatan,
f. Standar VI menentukan intervensi keperawatan,
g. Standar VII menentukan evaluasi keperawatan,
h. Standar VIII tentang catatan asuhan keperawatan.

D. Batas Tanggung Jawab dalam Keperawatan


Menjalan Pesanan Dokter Menurut Becker (Dlm Kozier,Erb 1990)
empat hal yg hrs di tanyakan perawat untuk melindungi mereka secara
hukum:
a. Tanyakan pesanan yg di tanyakan pasien
b. Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah
c. Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan
komunikasi.
d. Tanyakan pesanan (Standing Order ), terutama bila perawat tdk
berpengalaman.

E. Fungsi Hukum Dalam Praktek Keperawatan


a. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan
keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri.
d. Membantu dalam mempertahankan standar praktik keperawatan
dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah
hukum (Kozier, Erb, 1990)

F. Undang-Undang Praktik Keperawatan


Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi
para perawat.PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun
1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan
untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.Tidak adanya Undang-
Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh
belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi dan
beberapa perawat lulus pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak
adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka
miliki. UU dan peraturan lainnya yang ada di Indonesia dalam praktek
keperawatan :

1. Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan


a) BAB 1 ketentuan umum, pasal 1 ayat 3
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
b) Pasal 1 ayat 4
Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktek Perawat
(sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
a. BAB I Ketentuan Umum Pasal I:
Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
 Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat
baik didalam maupun diluar negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti
tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia .
 Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti
tertulis untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh
wilayah Indonesia.
b. BAB III PERIZINAN
Pasal 8 Ayat
1. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada
sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau
kelompok.
2. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada
sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
3. Perawat melakukan praktek perorangan/berkelompok harus
memiliki SIPP
Pasal 9, Ayat 1
 SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh
dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota setempat.
Pasal 10
 SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan
kesehatan.
Pasal 12
 SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
 SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki
pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki
pendidikan keperawatan dengan kompetensi yang lebih
tinggi.
 Surat Izin Pratek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah
bukti tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan
pratek perawat.
Pasal 13
 Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIP
dilakukan melalui penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap
kode etik profesi serta kesanggupan melakukan pratek
keperawatan.
Pasal 15
 Perawat dalam melaksanakan pratek keperawatan
berwenang untuk :
a. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
b. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada
butir (a) meliputi : intervensi keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksudkan huruf (a) dan (b) harus sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi
profesi.
d. Pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter.
Pasal 15 adalah pasal 20
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa
pasien/perorangan, perawat berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 15.
 Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
 Perawat yang menjalankan pratek perorangan harus
mencantumkan SIPP diruang prateknya.
 Perawat yang menjalankan pratek perorangan tidak
diperbolehkan memasang papan pratek.
Pasal 31
Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a. Menjalankan pratek selain ketentuan yang tercantum dalam
izin tersebut.
b. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.

G. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan


Perawat sebagai tenaga professional memiliki akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakannya.Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak
menutup kemungkinan perawat membuat kesalahan dan kelalaian baik yang
disengaja maupun yang tidak sengaja.
Untuk menjalankan praktiknya, maka secara hukum perawat harus
dilindungi terutama dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan
darurat.Sebagai contoh, misalnya di amerika serikat terdapat UU yang
bernama Good Samaritan Acts yang melindungi tenaga kesehatan dalam
memberikan pertolongan pada keadaan darurat. Di Kanada, terdapat UU
lalu lintas yang membolehkan setiap orang untuk menolong korban pada
setiap situasi kecelakaan, yang bernama Traffic Acts.
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992
memberikan suatu jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah
termasuk disini UU yang mengatur praktik keperawatan dan perlindungan
dari tuntunan malpraktik. Diberbagai Negara maju dimana tuntutan
malpraktik terhadap tenaga professional semakin meningkat jumlahnya,
maka berbagai area pelayanan kesehatan telah melindungi para tenaga
kesehatan termasuk perawat dengan asuransi liabilitas atau asuransi
malpraktik.Seiring dengan perkembangan zaman, tidak menutup
kemungkinan dimasa mendatang asuransi malpraktik juga perlu
dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk perawat
di Indonesia.
Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat
terhadap litigasi diantaranya:
1. Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk
melindungi penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan
pada situasi kegawatan terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat
dibuktikan terjadi penyimpangan berat dari standar asuhan normal
atau kesalahan yang disengaja di pihak penyedia layanan kesehatan.
b) Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan
malpraktik terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan
mengurus asuransi tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit
memiliki asuransi pertanggungan bagi semua pegawai, termasuk
semua perawat. Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak
kelalaian yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan
dianggap bertanggung jawab atas kelalaian
atau malpraktik.Rumah sakit dapat menuntut balik perawat saat
mereka terbukti lalai dan rumah sakit mengharuskan untuk membayar.
Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus sendiri jaminan asuransi
mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang disediakan oleh
rumah sakit saja.
c) Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu
menganalisis prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter.
Perawat bertanggung jawab mengklarifikasi program yang tampak
rancu atau salah dari dokter yang meminta.
d) Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang
kompeten adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat.
Perawat sebaiknya memberikan asuhan yang tetap berada dalam
batasan hokum praktik mereka dan dalam batasan kebijakan
instansimaupun prosedur yang berlaku.penerapan proses keperawatan
merupakan aspek penting dalam memberikan asuhan klien yang aman
dan efektif.
e) Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum
dan dapat digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
f) Laporan insiden adalah catatan instantsif mengenai kecelakaan atau
kejadian luar biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan
semua fakta yang dibutuhkan kepada personel instansi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya
adalah sebagai berikut :
 Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat
kesehatan.
 Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat,
 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, memontum
tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan.
 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa
keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat.
 Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum
memiliki Undang-Undang
PraktikKeperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat
dalam jumlah besar.
 Perawat Indonesia dinilai belum bisa bersaing ditingkat global.
 Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan,
apalagi untuk dipertanyakan. Sementara negara negara ASEAN seperti
Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang-
Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun
yang lalu.
 Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan
perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan
yang mereka lakukan.
 Konsil keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan
siapa yang boleh menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme
registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan memberikan sangsi atas
anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme pendisiplinan).
 UU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan kompetensi serta
pengakuan profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga diharapkan dapat
lebih menjamin perlindungan kepada pemberi dan penerima layanan
kesehatan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://nhyrmalaalang.blogspot.co.id/2015/06/undang-undang-praktik-
keperawatan.html
http://ellyayunjune25.blogspot.co.id/2016/12/makalah-perlindungan-hukum-
dalam.html
https://azharnasri.blogspot.co.id/2015/12/makalah-perlindungan-hukum-
praktek.html
PERTANYAAN
1. Apa saja syarat membuka praktik keperawatan mandiri, bagaimana saya
bisa mendapatkan Surat anda Regostrasi (STR), Siapa yang berhak
mengeluarkan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP), Bagaimana saya bisa
mendapatkan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)?

Jawab :
 Bagaimana saya bisa mendapatkan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)?

1. Perawat berpendidikan vokasi dan profesi


2. Perawat yang memiliki Surat Tanda Registerasi (STR)
3. Perawat yang memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)

 Bagaimana saya bisa mendapatkan Surat Tanda Registerasi (STR)?


Perawat bisa mendapatkan STR jika sudah lulus uji kompetensi, biasanya
akan diurus oleh institusi dimana perawat tersebut menempuh
pendidikan.

 Siapa yang berhak mengeluarkan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)?


Yang mengeluarkan SIPP adalah pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan (kepala dinas kesehatan) yang berwenang
di kabupaten/kota tempat domilisi atau tempat dimana perawat
menjalankan praktiknya.

Jadi misalnya teman-teman berencana membuka praktik di Jakarta, SIPP


dapat diurus di Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Nanti setelah diproses oleh
dinkes dan disetujui, maka pemerintah kota DKI Jakarta akan
mengeluarkan SIPP teman-teman
 Bagaimana saya bisa mendapatkan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)?
Untuk mendapatkan SIPP, teman-teman harus menyiapkan

1. Salinan STR yang masih berlaku dan dilegalisir


2. Memiliki surat rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan
(PPNI)
3. Surat pernyataan memiliki tempat praktik (jika ingin praktik mandiri)
atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan (jika
bergabung dengan klinik interprofesi atau klinik kolaborasi)
4. Pas foto berwarna 4 x 6 sebanyak tiga (3) lembar
5. Surat sehat dari dokter

Poin 4 dan 5 tidak disebutkan di UU Keperawatan tahun 2014, tetapi ada


disebutkan di SK menteri kesehatan RI nomor 1239 tahun 2001 tentang
registrasi perawat. Penulis tidak mengetahui apakah SK menteri ini
masih berlaku atau sudah dihapus, jadi disiapkan saja semua syaratnya
untuk berjaga-jaga.
Setelah berkas-berkasnya lengkap. Silahkan diurus di dinas kesehatan di
kabupaten/kota tempat teman-teman berdomisili. Jika SIPP sudah keluar,
maka teman-teman sudah bisa membuka praktik mandiri.

2. Apa saja yang harus saya siapkan untuk klinik saya?


Jawab :
Alat yang disiapkan sebenarnya tergantung dari kekhususan dari masing-
masing klinik sesuai bidang keahlian teman-teman, misalnya perawat yang
mempunyai sertifikat wound care dan memiliki pengalaman sebagai
perawat luka, bisa membuka klinik keperawatan luka, atau mungkin ada
yang sudah mendapatkan pelatihan keperawatan paliatif, bisa berpikir untuk
membuka klinik keperawatan khusus palliative care.

Sementara itu fasilitas dasar yang harus ada adalah:


1. Perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan dan kunjungan
rumah, antara lain:
Alat untuk mengukur tanda-tanda vital, timbangan, meteran badan.
Alat untuk mengukur gula darah, asam urat dan kolesterol jika ingin
menambahkan, tergantung kemampuan finansial masing-masing.
2. Obat-obatan
Ingat, hanya boleh obat bebas dan obat bebas terbatas.
3. Perlengkapan administrasi
Meliputi formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir
rujukan dan formulir persetujuan tindakan keperawatan (inform
consent)

3. Apa saja yang boleh perawat lakukan dalam berpraktik mandiri?


Jawab :

1. Melaksanakan proses keperawatan antara lain: pengkajian, diagnosa,


intervensi, implementasi dan evaluasi
2. Merujuk pasien ke rumah sakit
3. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi
Misalnya memberikan bantuan hidup dasar, atau penanganan pertama
pada kecelakaan (lebih mudah jika kita sudah mendapatkan sertifikat
BTCLS).
4. Berkolaborasi dengan dokter jika ada kasus yang tidak bisa ditangani
sendiri.
5. Memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling
Contohnya perawat yang sudah memiliki sertifikat konselor laktasi,
dapat memberikan konseling bagi ibu-ibu yang mengalami masalah
pada saat menyusui.
6. Memberikan obat sesuai resep dokter
Pasien tuberkulosis rawat jalan yang harus mendapatkan obat injeksi
setiap hari selama dua bulan, bisa mendatangi klinik kita. Asal resep
dari dokter jelas, dan tentunya dokumentasi harus lengkap untuk
menghindari kesalahan pemberian obat.
7. Memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas.

4. Hal penting yang harus diperhatikan?


Jawab :

1. Praktik keperawatan mandiri yang kita jalankan harus berdasarkan


pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar
prosedur operasional (SPO).
2. Perawat berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang
bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan
standar prosedur operasional (SPO).
3. Rujuk pasien yang tidak dapat ditangani kepada perawat lain, atau
tenaga kesehatan lain yang lebih kompeten.
4. Jangan melakukan pekerjaan tenaga medis/dokter, karena kita tidak
berwenang, kecuali jika sudah ada pendelegasian tertulis dari dokter
yang bersangkutan.
5. Pasien berhak memberi persetujuan atau menolak tindakan
keperawatan yang akan diterimanya, jadi sebelum melakukan suatu
tindakan apapun itu, sebaiknya minta surat persetujuan atau inform
consent.
6. Dokumentasikan segala temuan pengkajian, tindakan, evaluasi yang
telah dilakukan kepada pasien
7. Jangan lupa memajang SIPP dan memasang papan nama di klinik
yang dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai