Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
ABORTUS
Oleh :
Pembimbing
dr. Andriansyah, Sp.OG (K)Onk
PENDAHULUAN
Abortus masih sulit untuk diketahui frekuensinya, karena banyak kasus yang tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya
disertai gejala dan tanda ringan sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi
belum mencapai 20 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr (WHO). Atau umur Kehamilam
≤ 28 minggu atau berat janin ≤ 500 gr Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang
baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan
dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena
Untuk itu pelayanan dan penanganan abortus lebih ditingkatkan dan bisa terlaporkan
dengan baik, mengingat abortus juga termasuk penyebab kematian ibu. Diperkirakan
1.2. Tujuan
-
Mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan dapat
membedakan antara berbagai jenis abortus.
-
Dapat menegakkan diagnosis abortus dan mencari diagnosis bandingnya
-
Dapat mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan abortus beserta
komplikasinya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 26 Juli 2018 pukul 14.00
WITA di ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. AM
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS Dinas Pendidikan
Alamat : Loa Janan, Samarinda Seberang
Masuk Rumah Sakit : Hari Kamis, 26 Juli 2017 pukul 14.00 wita
Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Perkawinan
Perkawinan yang pertama, umur pertama kali menikah 25 tahun, dan lama menikah 5 tahun
Riwayat Obstetrik
Tahun 2016/ RS/ aterm/ Sectio Caesarea a.i janin letak sungsang dan tali pusat
menumbung / dokter/ ♂ / 3200 gram/ sehat
Tahun 2018/ hamil ini
Kontrasepsi
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 86 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 18 kali/menit, regular
Suhu : 36,0 oC (per axiller)
Status Generalis
Kepala : normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan
4
Thorax :
Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur (-), gallop (-)
Paru :
o Inspeksi : dinding thoraks simetris, seirama gerakan nafas
o Palpasi : fremitus suara dekstra = sinistra
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : dinding abdomen cembung, striae (-)
Palpasi : soefel, organomegali (-), nyeri tekan (+) di kuadran kiri bawah
Perkusi : timpani, asites (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Ekstremitas :
Atas: akral hangat, edema (-/-), kekuatan otot 5
Bawah: akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-), kekuatan otot 5
Status Ginekologi
Inspeksi : besar dan bentuk tampak normal, distensi abdomen (-)
Palpasi :
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak teraba
Leopold I : tidak dapat dinilai
Leopold II : tidak dapat dinilai
Leopold III : tidak dapat dinilai
Leopold IV : tidak dapat dinilai
HIS : tidak ada
Denyut Jantung Janin : tidak ada
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Inspekulo : tidak dilakukan
5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 13-07-2012
o Darah lengkap :
Leukosit : 9.830/uL
Trombosit : 233.000/uL
Hemoglobin : 11,6 g/dL
Hematokrit : 32,4 %
o Lain-lain :
GDS : 87 g/dL
BT : 3’
CT : 9’
Ur : 20
Cr : 0,5
Beta HCG kuantitatif : (+)
2. Pemeriksaan USG :
Masih tampak gestasional sac di area serviks uterus. Gestasional sac panjangnya 2,50 cm.
Konseptus (+).
DIAGNOSIS KERJA
G2 P1 A0 gravid 8-9 minggu + Abortus Imminens
6
OBSERVASI PASIEN DI RUANG VK
Tanggal Observasi
26-Juli-2018 S=
- Perdarahan pervagianam (+), darah yang keluar cair, tidak bergumpal,
- nyeri perut kiri bawah (+), demam (-), BAK (+), BAB (+), nafsu makan
menurun , mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+)
O=
- CM, Keadaan umum : tampak sakit ringan
- TD = 100/70 mmHg, N= 78x/menit, t = 36,1 0C, RR = 19 x/menit
- Konjungtiva anemia (-/-)
- TFU = tidak dapat dinilai
- Nyeri tekan di kuadran kiri bawah (+)
A = G2 P1 A0 gravida 8-9 minggu + Abortus imminens
P=
- Histolsn tab 3x1
- Inj. Ranitidin 1 Amp/8 Jam
- USG dilakukan di ruangan
27-Juli-2018 S=
- Perdarahan pervagianam (+), darah yang keluar cair, tidak bergumpal,
- nyeri perut kiri bawah (+), demam (-), BAK (+), BAB (+), nafsu makan
membaik, mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+) berkurang
O=
- CM, Keadaan umum : tampak sakit ringan
- TD = 110/80 mmHg, N= 78x/menit, t = 36,3 0C, RR = 19 x/menit
- Konjungtiva anemia (-/-)
- TFU = tidak dapat dinilai
- Nyeri tekan di kuadran kiri bawah (+)
A = G2 P1 A0 gravida 8-9 minggu + Abortus imminens
P=
- Histolsn tab 3x1
- Inj. Ranitidin 1 Amp/8 Jam
- Inj. Metoclopramid 1 Amp/8 Jam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Abortus
A Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram (
Obstetri Williams,2006).
B Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan abortus
(dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
C Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
D Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan
dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan
tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono,
2005).
3.1.2 Etiologi
Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh
janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.
8
Faktor maternal :
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
1. Faktor genetic
9
2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita
dengan abortus spontan yang rekuren.
- Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus
mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
- Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium.
- Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis.
Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan USG dan
HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu mioma terutama
jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat
mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada pasien ini maka
perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini
berhubungan langsung dengan adanya ROB pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma
yang mengganggu mutlak dilakukan operasi.
3. Faktor endokrin:
- Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
- Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya
produksi progesteron).
- Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran
.
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetesmelitus dan
defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan insiden
abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan
10
insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya
sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian
turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
4. Faktor infeksi
5. Faktor imunologi
7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa
defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang
penting.
9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental
akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadapterjadinya abortus ialah
wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan
kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala
sesuatu kepadanya, sangat membantu. Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada
terjadinya abortus spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi
penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang
mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita hamil guna
mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan
secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
12
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak
namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002
Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran kantong gestasi apakah sesuai dengan usia kehamilan
berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping
ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa
diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Penderita boleh
dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan syarat tidak diperbolehkan
berhubungan seksual sampai kurang lebih 2 minggu.
2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal.
4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
7. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo, 2009).
14
3.1.4.1 Abortus Spontan
3.1.4.1.1 Pengertian
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000). Keguguran adalah setiap kehamilan yang
berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis
disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai
embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.
1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah. Dokter akan
bertanya tentang berapa banyak pendarahan yang terjadi-biasanya jumlah pembalut
yang telah dipakai selama pendarahan. Anda juga akan ditanya tentang gumpalan
darah atau apakah Anda melihat jaringan apapun.
2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu sisi, kedua sisi, atau
di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke punggung bawah, bokong, dan alat kelamin.
3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilan seperti mual atau payudara
bengkak / nyeri jika Anda telah mengalami keguguran (Vicken Sepilian, 2007).
1. Anamnesis :
15
b. Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon kehamilan,
HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan apakah Anda telah benar-
benar melewati semua jaringan plasenta.
c. Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke laboratorium
untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi - dan bahwa gejala tidak
berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan kehamilan (Vicken Sepilian,
2007).
16
3.1.4.1.4 Komplikasi Abortus Spontan
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
timbul lama setelah tindakan
b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini
terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk
ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan
segera.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan
cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6
jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika spektrum luas
lainnya.
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
5. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah
tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada
komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.
6. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke
dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.
7. Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi.
18
- Aspirasi haid
- Laparatomi
- Histerotomi
- Histerektomi
Teknik Medis :
Oksitosin intravena
Cairan hiperosmotik intraamnion
Salin 20%
Urea 30%
Prostaglandin E2, F2α, dan analognya
Injeksi intraamnion
Injeksi ekstraovular
Insersi vagina
Injeksi parenteral
Ingesti oral
Dilator Higroskopik
Batang laminaria sering digunakan untuk membantu membuka serviks sebelum aborsi
bedah. Alat ini menarik air dari jaringan serviks sehingga serviks melunak dan membuka.
Dilator higroskopik sintetik juga dapat digunakan. Lamicel adalah suatu spons polimer
alkohol polivinil yang mengandung magnesium sulfat anhidrosa. Trauma akibat dilatasi
19
mekanis dapat diperkecil dengan menggunakan dilator higroskopik. Wanita yang sudah
dipasangi dilator osmotik sebelum suatu aborsi elektif, tetapi kemudian berubah pikiran
umumnya tidak menderita morbiditas infeksi setelah dilator dikeluarkan.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien ; Ny. AM (30 th) yang datang ke rumah
sakit dengan keluhan utama perdarahan pervaginam dan nyeri perut kiri bawah. Setelah
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka didapatkan
diagnosis G2 P1 A0 gravid 8-9 minggu + Abortus Imminens dan telah dilakukan USG
kandungan pada kedua pasien tersebut, hasilnya pada kasus I (Ny.St), diagnosis akhirnya
adalah Abortus imminens. Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada
pasien ini sudah tepat menurut teori.
22
DAFTAR PUSTAKA
23