Anda di halaman 1dari 23

Bagian Laboratorium Obstetri & Ginekologi Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

ABORTUS

Oleh :

Irma Yunita 1710029066

Naftania Dwi Indriani 1710029050

Ratu Tria Nandya 1710029060

Pembimbing
dr. Andriansyah, Sp.OG (K)Onk

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada


SMF/Laboratorium Obstetri Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abortus masih sulit untuk diketahui frekuensinya, karena banyak kasus yang tidak

dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya

disertai gejala dan tanda ringan sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini

dianggap sebagai haid terlambat.

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi

belum mencapai 20 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr (WHO). Atau umur Kehamilam

≤ 28 minggu atau berat janin ≤ 500 gr Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu

abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang

baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan

dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena

indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).

Untuk itu pelayanan dan penanganan abortus lebih ditingkatkan dan bisa terlaporkan

dengan baik, mengingat abortus juga termasuk penyebab kematian ibu. Diperkirakan

frekuensi abortus spontan berkisar 10 - 15 %

1.2. Tujuan

-
Mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan dapat
membedakan antara berbagai jenis abortus.
-
Dapat menegakkan diagnosis abortus dan mencari diagnosis bandingnya
-
Dapat mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan abortus beserta
komplikasinya.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 26 Juli 2018 pukul 14.00
WITA di ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. AM
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS Dinas Pendidikan
Alamat : Loa Janan, Samarinda Seberang
Masuk Rumah Sakit : Hari Kamis, 26 Juli 2017 pukul 14.00 wita

Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD AWS dengan keluhan keluar darah segar sejak beberapa
minggu terakhir. Awalnya darah keluar sejak pasien dinyatakan positif hamil (kehamilan
minggu ke-4). Pada awal keluhan dimulai, darah berwarna kecoklatan dan hanya berupa
bercak. Sejak beberapa hari terakhir darah yang keluar berupa darah segar berwarna merah
dengan frekuensi yang semakin kering. Keluhan disertai rasa nyeri pada perut kiri bagian
bawah yang tidak menjalar. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul.
Pasien juga mengeluhkan adanya rasa mual dan terkadang disertai muntah. Tidak ada riwayat
trauma. Riwayat dipijat, meminum obat-obatan dan jamu disangkal.

Riwayat Penyakit dahulu :


 Pengangkatan kista Ovarium Bilateral (2010)
 Appendektomi (2010)
 Craniotomi (2012) e.c perdarahan kepala

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada


3
Riwayat Haid
 Menarche : usia 16 tahun
 Siklus haid : 28 hari dan teratur
 Lama haid : 7 hari, dengan banyak 6 kali pembalut pada hari pertama dan
kedua. Selanjutnya hanya berupa bercak darah berwarna cokelat.
 HPHT : 15-05-2018
 Taksiran persalinan : 22-02-2019

Riwayat Perkawinan
Perkawinan yang pertama, umur pertama kali menikah 25 tahun, dan lama menikah 5 tahun

Riwayat Obstetrik
 Tahun 2016/ RS/ aterm/ Sectio Caesarea a.i janin letak sungsang dan tali pusat
menumbung / dokter/ ♂ / 3200 gram/ sehat
 Tahun 2018/ hamil ini

Ante Natal Care


Rutin memeriksakan kehamilan di dokter Sp.OG

Kontrasepsi
Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 86 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 18 kali/menit, regular
Suhu : 36,0 oC (per axiller)
Status Generalis
Kepala : normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan

4
Thorax :
 Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur (-), gallop (-)
 Paru :
o Inspeksi : dinding thoraks simetris, seirama gerakan nafas
o Palpasi : fremitus suara dekstra = sinistra
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
 Inspeksi : dinding abdomen cembung, striae (-)
 Palpasi : soefel, organomegali (-), nyeri tekan (+) di kuadran kiri bawah
 Perkusi : timpani, asites (-)
 Auskultasi : bising usus (+) normal, metallic sound (-)

Ekstremitas :
 Atas: akral hangat, edema (-/-), kekuatan otot 5
 Bawah: akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-), kekuatan otot 5

Status Ginekologi
Inspeksi : besar dan bentuk tampak normal, distensi abdomen (-)
Palpasi :
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak teraba
 Leopold I : tidak dapat dinilai
 Leopold II : tidak dapat dinilai
 Leopold III : tidak dapat dinilai
 Leopold IV : tidak dapat dinilai
HIS : tidak ada
Denyut Jantung Janin : tidak ada
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Inspekulo : tidak dilakukan

5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 13-07-2012
o Darah lengkap :
 Leukosit : 9.830/uL
 Trombosit : 233.000/uL
 Hemoglobin : 11,6 g/dL
 Hematokrit : 32,4 %
o Lain-lain :
 GDS : 87 g/dL
 BT : 3’
 CT : 9’
 Ur : 20
 Cr : 0,5
 Beta HCG kuantitatif : (+)

2. Pemeriksaan USG :
Masih tampak gestasional sac di area serviks uterus. Gestasional sac panjangnya 2,50 cm.
Konseptus (+).

Kesan : Abortus imminens

DIAGNOSIS KERJA
G2 P1 A0 gravid 8-9 minggu + Abortus Imminens

6
OBSERVASI PASIEN DI RUANG VK
Tanggal Observasi
26-Juli-2018 S=
- Perdarahan pervagianam (+), darah yang keluar cair, tidak bergumpal,
- nyeri perut kiri bawah (+), demam (-), BAK (+), BAB (+), nafsu makan
menurun , mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+)
O=
- CM, Keadaan umum : tampak sakit ringan
- TD = 100/70 mmHg, N= 78x/menit, t = 36,1 0C, RR = 19 x/menit
- Konjungtiva anemia (-/-)
- TFU = tidak dapat dinilai
- Nyeri tekan di kuadran kiri bawah (+)
A = G2 P1 A0 gravida 8-9 minggu + Abortus imminens
P=
- Histolsn tab 3x1
- Inj. Ranitidin 1 Amp/8 Jam
- USG dilakukan di ruangan

27-Juli-2018 S=
- Perdarahan pervagianam (+), darah yang keluar cair, tidak bergumpal,
- nyeri perut kiri bawah (+), demam (-), BAK (+), BAB (+), nafsu makan
membaik, mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+) berkurang
O=
- CM, Keadaan umum : tampak sakit ringan
- TD = 110/80 mmHg, N= 78x/menit, t = 36,3 0C, RR = 19 x/menit
- Konjungtiva anemia (-/-)
- TFU = tidak dapat dinilai
- Nyeri tekan di kuadran kiri bawah (+)
A = G2 P1 A0 gravida 8-9 minggu + Abortus imminens
P=
- Histolsn tab 3x1
- Inj. Ranitidin 1 Amp/8 Jam
- Inj. Metoclopramid 1 Amp/8 Jam

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Abortus

3.1.1 Pengertian Abortus

Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:

A Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram (
Obstetri Williams,2006).
B Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan abortus
(dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
C Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
D Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan
dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan
tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono,
2005).

3.1.2 Etiologi

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya disebabkan


oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu), abortus yang terjadi
disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).

Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh
janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.

8
Faktor maternal :

Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal


(systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa
abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri
submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki
peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan
penilaian lanjutan.
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1. Faktor janin : Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi
pada50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
- Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
- Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrome Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
- Kelemahan otot leher rahim
- Kelainan bentuk rahim.

3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:

1. Faktor genetic

Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya


kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus
spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang
terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.Abnormalitas
genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormalitas komposisi kromosom)
contohnya trisomi autosom yang menyebabkan lebih dari50% abortus spontan. Poliploidi
menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom
Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang berulang salah satu dari
pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat dilakukan
dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan
tersebut. Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya
cukup tinggi.

9
2. Faktor anatomi

Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita
dengan abortus spontan yang rekuren.
- Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus
mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
- Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium.
- Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis.

Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus spontan


yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus yang didapatkan
(acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat
menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired
yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan
uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari
pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi
(prosedur diagnostik).

Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan USG dan
HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu mioma terutama
jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat
mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada pasien ini maka
perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini
berhubungan langsung dengan adanya ROB pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma
yang mengganggu mutlak dilakukan operasi.

3. Faktor endokrin:
- Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
- Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya
produksi progesteron).
- Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran
.
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetesmelitus dan
defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan insiden
abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan
10
insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya
sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian
turut berperan dalam peristiwa kematiannya.

4. Faktor infeksi

Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella,


Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan
berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia,
Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma
gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat
dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur
yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.

5. Faktor imunologi

Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari


sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang
berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin.
Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan
yang berulang. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat
menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan
peningkatan fragilitas kapiler.

6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu,


misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus; sebaliknya
pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan. Adanya penyakit kronis
(diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih
mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga diketahui bagaimana perjalanan
penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan
tepat dan adekuat. Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk
11
menilai apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian
dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti persalinan prematur.

7. Faktor Nutrisi

Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa
defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang
penting.

8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.

Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik


harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada
mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.

9. Faktor psikologis.

Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental
akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadapterjadinya abortus ialah
wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan
kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala
sesuatu kepadanya, sangat membantu. Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada
terjadinya abortus spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi
penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang
mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita hamil guna
mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

3.1.3 Mekanisme Abortus

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan
secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
12
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak
namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002

3.1.4 Klasifikasi Abortus

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:


1. Menurut terjadinya dibedakan atas:
- Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
- Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi
medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
2. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
- Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
- Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi oleh tenaga tradisional.

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :

1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus,


ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan. Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita
mengeluh mulas sedikit atau tidak sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup. Besarnya uterus masih sesuai dengan usia kehamilan dan
tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat
dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes
13
kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan dengan pengenceran 1/10. Bila
hasil tes urin masih positif keduanya maka hasilnya adalah baik. Bila pengenceran
1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya buruk.

Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran kantong gestasi apakah sesuai dengan usia kehamilan
berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping
ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.

Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa
diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Penderita boleh
dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan syarat tidak diperbolehkan
berhubungan seksual sampai kurang lebih 2 minggu.

2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal.

4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
7. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo, 2009).

14
3.1.4.1 Abortus Spontan

3.1.4.1.1 Pengertian

Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000). Keguguran adalah setiap kehamilan yang
berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis
disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai
embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.

3.1.4.1.2 Gejala-Gejala Abortus Spontan

Adapun gejala-gejala dari abortus spontan sebagai berikut:

1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah. Dokter akan
bertanya tentang berapa banyak pendarahan yang terjadi-biasanya jumlah pembalut
yang telah dipakai selama pendarahan. Anda juga akan ditanya tentang gumpalan
darah atau apakah Anda melihat jaringan apapun.
2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu sisi, kedua sisi, atau
di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke punggung bawah, bokong, dan alat kelamin.
3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilan seperti mual atau payudara
bengkak / nyeri jika Anda telah mengalami keguguran (Vicken Sepilian, 2007).

3.1.4.1.3 Diagnosis Abortus Spontan.

1. Anamnesis :

a. Adanya amenore pada masa reproduksi.


b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
2. Pemeriksaan Fisik : pemeriksaan panggul. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat
apakah leher rahim sudah mulai membesar.
3. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokter untuk memeriksa
detak jantung janin dan menentukan apakah embrio berkembang normal.

15
b. Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon kehamilan,
HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan apakah Anda telah benar-
benar melewati semua jaringan plasenta.
c. Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke laboratorium
untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi - dan bahwa gejala tidak
berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan kehamilan (Vicken Sepilian,
2007).

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:

a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens). Yang pertama kali muncul biasanya


adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis; nyeti
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul; atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan). Abortus tidak terhindarkan
(inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap). Pada abortus yang terjadi
sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama,
tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion. Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama beberapa minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi
perdarahan per vaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens,
mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahan-perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage (Abortus Berulang). Keadaan ini didefinisikan menurut
berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah
abortus spontan berturutturut selama tiga kali atau lebih (Cunningham, 2000).

16
3.1.4.1.4 Komplikasi Abortus Spontan

Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997) adalah:

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
timbul lama setelah tindakan
b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini
terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk
ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan
segera.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.

3.1.4.1.5 Prognosis Abortus Spontan

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya


(Manuaba, 1998).
1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
17
2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang
tidak jelas.

3.1.4.1.6 Penatalaksanaan Abortus Spontan

1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan
cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6
jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika spektrum luas
lainnya.
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
5. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah
tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada
komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.
6. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke
dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.
7. Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi.

Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat


persetujuan tindakan (Maureen, 2002). Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk
mengobati abortus spontan serta terminasi yang dilakukan pada keadaan lain, dan hal ini
diringkas sebagai berikut (Kenneth dkk, 2003):
- Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus
- Kuretase
- Aspirasi vakum (kuretase isap)
- Dilatasi dan evakuasi (D&E)
- Dilatasi dan Curretase (D&C)

18
- Aspirasi haid
- Laparatomi
- Histerotomi
- Histerektomi

Teknik Medis :
Oksitosin intravena
Cairan hiperosmotik intraamnion
Salin 20%
Urea 30%
Prostaglandin E2, F2α, dan analognya
Injeksi intraamnion
Injeksi ekstraovular
Insersi vagina
Injeksi parenteral
Ingesti oral

Antiprogesteron─RU 486 (mifepriston) dan epostan

Dilatasi dan Kuretase :

Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula dengan membuka serviks,


kemudian mengeluarkan kehamilan dengan secara mekanis mengerok keluar isi uterus
(kuretase tajam), dengan aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya. Setelah 16 minggu,
dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan seviks secara lebar
diikuti oleh dekstruksi mekanis dan evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara
lengkap maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan
jaringan yang tersisa. Dilatasi dan Curretase (D&C) serupa dengan D&E kecuali pada D&C,
bahwa sebagian dari janin mula-mula dikuretase melalui serviks yang telah membuka untuk
mempermudah tindakan.

Dilator Higroskopik

Batang laminaria sering digunakan untuk membantu membuka serviks sebelum aborsi
bedah. Alat ini menarik air dari jaringan serviks sehingga serviks melunak dan membuka.
Dilator higroskopik sintetik juga dapat digunakan. Lamicel adalah suatu spons polimer
alkohol polivinil yang mengandung magnesium sulfat anhidrosa. Trauma akibat dilatasi

19
mekanis dapat diperkecil dengan menggunakan dilator higroskopik. Wanita yang sudah
dipasangi dilator osmotik sebelum suatu aborsi elektif, tetapi kemudian berubah pikiran
umumnya tidak menderita morbiditas infeksi setelah dilator dikeluarkan.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Teori Kasus I ( Ny. St )


Anamesis :
- Perdarahan per vaginam dari uterus pada kehamilan - Kehamilan (+) 4 minggu dari Sp.OG
kurang dari 20 minggu - Saat terdiagnosis usia kehamilan 8-9
- Kehamilan (+) minggu
- Nyeri perut bagian bawah - Keluar darah dari jalan lahir, darah
yang keluar cair dengan volume sedikit
dan bergumpal
- Nyeri perut kiri bagian bawah (+)
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Fisik :
- Uterus lunak - Uterus normal

Vaginal toucher : Vaginal toucher :


- ostium uteri internum tertutup - Tidak dilakukan
- Besar uterus sesuai dengan usia kehamilan
Pemeriksaan Penunjang : - Gestasional sac di area serviks uterus.
- USG : gestasional sac utuh Gestasional sac panjangnya 2,50 cm.
Konseptus (+).
Penatalaksanaan :
- Masuk rumah sakit - Tirah baring
- Tirah baring - RL drip duvadilan 4 amp 12 tpm
- Spasmolitik (VK)
- Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan
- Hystolan 3x1 (diruangan)
- Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa. - Inj. Ranitidin 3 x 1 amp iv/8 jam
Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. - Inj. Metoclopramid 3x1 amp iv/8 jam
- Terus berlangsung : nilai kodisi janin (uji kehamilan
atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain. Perdarhan berlanjut, khususnya jika
ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamila ganda atau mola.
- Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin )
atau tokolitik (salbutamol atau indometasin. Karena
obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus

21
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien ; Ny. AM (30 th) yang datang ke rumah
sakit dengan keluhan utama perdarahan pervaginam dan nyeri perut kiri bawah. Setelah
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka didapatkan
diagnosis G2 P1 A0 gravid 8-9 minggu + Abortus Imminens dan telah dilakukan USG
kandungan pada kedua pasien tersebut, hasilnya pada kasus I (Ny.St), diagnosis akhirnya
adalah Abortus imminens. Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada
pasien ini sudah tepat menurut teori.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Morniaeni,N dan Rambulangi, J. Abortus. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi


Obstetri dan Ginekologi. Ujung Pandang: Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin,1999. Halaman 97-100.
2. Siswishanto, R. Malpresentasi dan Malposisi. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Winkjosastro GH, [ed]. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 42, pp.581-598.
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom DK. Letak
Lintang. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005; Vol. 1, 21, pp.559-90.
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom DK. Letak
Lintang. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005; Vol. 2, 22, pp.915-18.
5. SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD A.
Wahab Sjahranie Samarinda Kalimantan Timur. Edisi VI. Samarinda: SMF
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, 2006; 7, pp. 45-7.
6. Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke
2. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai