Anda di halaman 1dari 20

0UBAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
bergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awal yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan
psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi.
Fase pra operasi dari peran keperawatan dimulai ketika keputusan
untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang
operasi.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan
secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian
rawat inap poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat
darurat yang kemudian dilanjutkan dikamar operasi oleh perawat perioperatf.
Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan
terjadi saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi diruang rawat inap,
poliklinik, bedah sehari , atau unit gawat darurat, akan tetapi dilanjutkan oleh
perawat peri operatif di kamar oprasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami mengenai konsep
dan asuhan keperawatan pasien pre-operatif.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya definisi pre operatif.
b. Diketahuinya persiapan klien di unit perawatan pada klien pre-operatif.
c. Diketahuinya peran perawatan pada pasien pre-operatif.
d. Diketahuinya tujuan dilakukan keperawatan pre-operatif.
e. Diketahinya jenis-jenis tindakan keperawatan pre-operatif.
f. Diketahuinya asuhan keperawatan klien pre-operatif secara umum.

1
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan
tentang konsep serta asuhan keperawatan pada klien pre-operatif,
khususnya bagi mahasiswa/i keperawatan.
2. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu
pengetahuan untuk menunjang proses pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh
(Smeltzer and Bare, 2002).
Keperawatan praoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan
psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi (scribd, 2016).
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke
meja operasi ( Smeltzer and Bare, 2002 ).
Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil
hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau
klasifikasi pembedahan.
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang
dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk
dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan
pasien intraoperatif.

B. Tipe Pembedahan
Menurut fungsinya (tujuannya), Potter & Perry ( 2005 ) membagi
menjadi:
1. Diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
2. Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktom
3. Reparatif : memperbaiki luka multiple
4. Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah.
5. Paliatif : menghilangkan nyeri,
6. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).

3
Sedangkan Smeltzer and Bare ( 2001 ), membagi operasi menurut
tingkat urgensi dan luas atau tingkat resiko:
1. Menurut tingkat urgensinya
a. Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
b. Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24
– 30 jam.
c. Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam
beberapa minggu atau bulan.
d. Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu
membahayakan jika tidak dilakukan.
e. Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien
(pilihan pribadi klien).
2. Menurut luad dan tingkat resiko
a. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup
klien.
b. Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

C. Persiapan Klien di Unit Perawatan


1. Persiapan fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam
2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth (2002), antara lain :

4
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masalalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamik,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalam stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil
dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mngukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi
buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi
pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
dirumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi
yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 134-
145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70-1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit
terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan eksresi metabolit obat-obatan anstesi. Jika

5
fungsi ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, infusiensi
renal akut, dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal, keculi pada kasus-kasus yang mengancam
jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon
dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada
pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu
yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada
pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
f. Personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika
pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara

6
mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan pra operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
1) Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien.
2) Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien
akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
3) Latihan gerak sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi
pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses

7
penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai
pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi.
Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama
sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien
selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi
ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion
(ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.

2. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan
penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan
operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang
dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun
pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan
terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang
dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi
antara lain :
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik
Seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur),
USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) ,
MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,
Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro
Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium

8
Berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin
dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum,
kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
c. Biopsi
Yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar
gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP
(post prandial).
e. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed
Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh
karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anestesi).
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat
pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika

9
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-
betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
f. Persiapan mental/emosional.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap
atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi
adalah kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme
koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres.
Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan
untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan
kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga
dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung
persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien
sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-
kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan
pasien untuk menjalani operasi.

D. Peran perawat pra-operatif


Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data
pengkajian, misalnya: jika pasien datang ke tempat pembedahan pada hari
yang sama, maka waktu yang tersedia mungkintidak cukup untuk melakukan
pemeriksaan fisik yang komprehensif. Dalam kasus ini perawat lebih berfokus
pada pengkajian utama seluruh sistem tubuh untuk memastikan bahwa tidak
ada masalah yang terabaikan. Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan
yang teliti dan menyeluruh sebelum menentukan jadwal pembedahan, tetapi
pengkajian praoperatif sering kali menunjukkan adanya ketidakabnormalan.
Hal ini akan mengakibatkan penundaan atau pembatalan jadwal pembedahan

10
yang telah dibuat. Perawat harus tetap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya komplikasi pascaoperatif karena biasanya hasil pemeriksaan
memperlihatkan hasil yang normal-normal saja.pengkajian praoperatif secara
umum meliputi:
1. Pengkajian umum
2. Riwayat kesehatan
3. Pengkajian psikososialspiritual
4. Pemeriksaan fisik
5. Pengkajian diagnostik.

Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan


secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif di bagian
rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care ) atau di unit gawat
darurat yang kemudian dilanjutkan dikamar operasi oleh perawat perioperatif.
Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi di ruang rawat inap,
poloklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh
perawat perioperatif dikamar operasi (Muttaqin, 2009).

E. Tujuan Asuhan Keperawatan Pre-Operatif


Tujuan utama asuhan keperawatan pre-operatif pada klien bedah
dapat meliputi :
1. Menghilangkan ansietas pre-operatif
2. Peningkatan pengetahuan tentang persiapan pre-operatif
3. Harapan pasca-operatif

F. Jenis – jenis tindakan keperawatan preoperatif


Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat
perioperatif antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan
(Taylor, 1997 ).
Adapun tindakan keperawatan preoperatif yang dapat dilakukan sesuai
peran perawat perioperatif antara lain :
1. Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk
menyatakan rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi

11
2. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian
3. Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi
4. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi
5. Mengajarkan batuk dan nafas dalam
6. Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan
7. Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi
8. Menerangkan alat – alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :

Pasien An.L sebelum dibawa ke RS bersama kedua orangtuanya


mengatakan badannya panas dan perut sebelah kanannya nyeri kemudian
pasien berobat ke perawat desa tempat pasien tinggal. Dari perawat desa
pasien diberi obat pencahar melalui rute rectal, karena kondisi pasien masih
tetap sama pasien dianjurkan oleh perawat desa untuk USG, hasil USG adalah
pasien (+) menderita Appendisitis. Setelah pasien selesai USG pasien dirujuk
ke RSUD Ulin.

Pada tanggal 14-01-17 pasien MRS di IGD RSUD Ulin, di IGD pasien diberi
tindakan infus dan obat analgetik, setelah 2 jam pasien pindah ke ruang
perawatan. Dan pada tanggal 15-01-17 akan dilakukan tindakan operasi,
setelah disampaikan dan dijelaskan pada anak dan orangtua bahwa pasien
akan dioperasi, pasien terlihat cemas dan ketakutan, orang tua pasien
mengatakan selama di rumah sakit pasien susah tidur karena lingkungan
tempat pasien tidur banyak pasien lain dan keluarga sehingga kenyamanan
saat tidur berkurang

Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendisitis


Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk

Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney


Skala : 8 (1-10)

Time : hilang timbul

Upaya yang telah dilakukan : Pasien berobat pada perawat desa

Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Pemeriksaan USG

TTV : T = 38,5C, RR = 30x/menit, N = 90x/menit

13
A. ANALISA DATA
Nama Pasien : An.L
No RM : 159000
Dx. Medis : Appendisitis

NO TANGGAL DATA ETIOLOGI MASAL


AH

1. 14-01-17 DS : pasien Adanya Nyeri


mengatakan peradangan akut
bagian perut benda asing
kanannya nyeri karna firbasi
pada appendik
Upaya yang telah
sehingga
dilakukan : Pasien
menyebabkan
berobat pada
appendisitis
perawat desa

DO : hasil USG
adalah pasien (+)
menderita
Appendisitis
Provokatif : nyeri
ditimbulkan dari
peradangan pada
appendisitis
Qualitas : nyeri
seperti tertusuk-
tusuk

Regio : kuadaran
IV, pada titik Mc
Burney
Skala : 5

14
Time : hilang
timbul

Terapi/operasi
yang pernah
dilakukan :
Pemeriksaan USG

TTV : T =
38,5C, RR =
30x/menit, N =
90x/menit

2. 14-01-17 DS : Pasien takut Cemas


untuk dioperasi
DO : pasien terlihat
cemas dan
ketakutan

3. 14-01-17 DS : orang tua Banyak pasien Gangg


pasien dan keluarga uan
mengatakan dalam satu pola
anaknya kesulitan ruangan tidur
tidur karna tidak perawatan
terbiasa dengan Lingkungan
kondisi yang tidak kondusif
sekarang. untuk istirahat
DO : lingkungan
tempat pasien tidur
banyak pasien lain
dan keluarga
sehingga
kenyamanan saat
tidur berkurang

15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
2. Ansietas b/d stresor
3. Gangguan pola tidur b/d halangan lingkungan

C. DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
2. Ansietas b/d stresor
3. Gangguan pola tidur b/d halangan lingkungan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ No dx.kep NOC NIC
tanggal dx
1 Nyeri akut Pain level § Lakukan pengkajian
b/d agen Pain control nyeri secara
komprehensif
cidera Comfort level
termasuk lokasi,
biologis Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
selama 3x24 jam
pasien tidak mengalami § Observasi reaksi
nonverbal dari
nyeri dengan kriteria
ketidaknyamanan
hasil :
Mampu mengontrol § Bantu pasien dan
keluarga untuk
nyeri (tahu penyebab mencari dan
nyeri) menemukan
Melaporkan bahwa dukungan

nyeri berkurang dengan § Kontrol lingkungan


menggunakan yang dapat
mempengaruhi nyeri
manjemen nyeri
seperti suhu ruangan,
Mampu mengenali nyeri pencahayaan dan
( skala, frekuensi, dsn kebisingan
tanda nyeri) § Kurangi faktor
presipitasi nyeri

16
Mengatakan rasa § Kaji tipe dan sumber
nyaman setelah nyeri nyeri untuk
menentukan
berkurang
intervensi

§ Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin

§ Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...

§ Tingkatkan istirahat

§ Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur

§ Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

2 Ansietas b/d · Anxiety self- Anxiety Reduction


stresor control (penurunan
kecemasan)
· Anxiety level
· Gunakan
· Coping pendekatan yang
menenangkan

Kriteria Hasil : · Nyatakan


dengan jelas harapan
· Klien mampu terhadap pelaku
mengidentifikasi pasien
dan
· Jelaskan semua
prosedur dan apa

17
mengungkapkan yang dirasakan
gejala cemas. selama prosedur

· · Pahami
Mengidentifikasi, prespektif pasien
mengungkapkan terhadap situasi stres
dan menunjukkan
tehnik untuk · Temani pasien
mengontol cemas. untuk memberikan
keamanan dan
· Vital sign mengurangi takut
dalam batas
normal. · Dorong keluarga
untuk menemani anak
· Postur tubuh,
ekspresi wajah, · Lakukan back /
bahasa tubuh dan neck rub
tingkat aktivfitas · Dengarkan
menunjukkan
dengan penuh
berkurangnya perhatian
kecemasan.
· Identifikasi
tingkat kecemasan

· Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan

· Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi

· Instruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi

· Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan

3 Gangguan · Anxiety Sleep Enhancement


pola tidur b/d reduction

18
halangan · Comfort level · Determinasi
lingkungan efek-efek medikasi
· Pain level terhadap pola tidur
· Rest : Extent · Jelaskan
and Pattern pentingnya tidur yang
· Sleep : Extent adekuat
an Pattern · Fasilitas untuk
Kriteria Hasil : mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
· Jumlah jam (membaca)
tidur dalam batas
· Ciptakan
normal 6-8 jam/hari
lingkungan yang
· Pola tidur, nyaman
kualitas dalam
batas normal · Kolaborasikan
pemberian obat tidur
· Perasaan
segar sesudah tidur · Diskusikan
atau istirahat dengan pasien dan
keluarga tentang
· Mampu teknik tidur pasien
mengidentifikasikan
· Instruksikan untuk
hal-hal yang
meningkatkan tidur memonitor tidur
pasien
r
·Monitor waktu makan
dan minum dengan
waktu tidur

Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan
jam

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan
kenyamanan terhadap pasin supaya saat dilaksanakannya operasi hingga
paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien sembuh, pasien mrasa
nyaman dan tercukupi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas
perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien,
terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien an
trawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

B. Saran
a. Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujud nyatakan
peran perawat yang professional, serta dapat melaksanakan tugas-tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.

20

Anda mungkin juga menyukai