Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Ventilasi Ale (PT. VA) Merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang usaha pertambangan berwawasan lingkungan yang memiliki lokasi
penambangan cadangan bijih emas yang teretak berdekatan dengan lokasi
Pegunungan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan pertimbangan produktivitas dalam
kegiatan penambangan nantinya, PT. VA menggunakan sistem penambangan
bawah tanah dengan metode cut and fill, sehinggah diharuskan memiliki
perencanaan sistem ventiasi yang mempuni dalam mendukung berlangsungnya
kegiatan penambangan nantinya.

Dalam proses penambangan bawah tanah, salah satu hal yang peting adalah
dibuatnya ventilasi tambang dalam menyediakan udara segar untuk para pekerja.
Ventilasi merupakan pengendalian pergerakan udara, arah dan jumlahnya.
Meskipun tidak memberi kontribusi langsung ke tahap operasi produksi, system
ventilasi yang kurang tepat seringkali akan menyebabkan efisiensi yang lebih
rendah, produktifitas pekerja menurun dan tingkat kecelakaan yang meningkat.
Oleh karena itu, system ventilasi menjadi hal yang sangat penting pada
pertambangan bawah tanah. Hal ini juga telah diatur dalam Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 mengenai perencanaan sistm
ventilasai yang baik.

Dalam melakukan perencanaan ventilasi tambang bawah tanah pengunaan


perangkat lunak akan mempermudah permodelan dalam merencanakan system
ventilasi tambang bawah tanah. Sehinggah pada praktikum ini akan digunakan
perangkat lunak VentSimLite dalam melakukan perencanaan system ventilasi
tambang bijih bawah tanah.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 1


1.2. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum program VentSimLite memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1. Praktikan dapat mengenal dan menggunakan software VentSimLite
2. Memodelkan perencanaan jaringan ventilasi PT. VA sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 2


BAB II
DASAR TEORI

2.2 Kegiatan Penambangan Bawah Tanah


Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode
penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di
bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan
udara luar. Penambangan bawah tanah meliputi beberapa kegiatan seperti
pembuatan jalan masuk, penggalian bijih dari badan bijih di massa batuan dan
pengangkutan bijih ke permukaan. Guna menunjang beberapa aktivitas tersebut
dibutuhkan penggalian sejumlah lubang bukaan dengan berbagai bentuk, ukuran
dan orientasi yang sesuai dengan fungsinya.
2.2 Sifat-Sifat Badan Bijih Yang Mempengaruhi Metode Penambangan
Metode penambangan terdiri atas suatu urutan operasi produksi yang dilaksanakan
secara berulang di dalam lombong dengan membagi badan bijih menjadi beberapa
blok. Operasi penambangan bijih meliputi penggalian atau pemberaian, pemuatan
dan pengangkutan merupakan kegiatan utama dalam semua metode penambangan,
sedangkan kegiatan penunjangnya mungkin secara spesifik dapat berbeda dari satu
metode ke metode lainnya
2.3 Persiapan Pembukaan Tambang Bawah Tanah
Fasilitas kerja di permukaan berfungsi untuk membantu atau menunjang kegiatan
di bawah tanah, meliputi jalan angkut, gedung perkantoran, gudang peralatan,
gudang bahan baku dan bahan bantu, perbengkelan, stasiun bahan bakar minyak,
gudang bahan peledak, pembangkit tenaga listrik, dan emplasemen (stockyard).
Fasilitas bawah tanah berupa lubang-lubang bukaan berfungsi sebagai:
1. Jalan masuk dan keluar bagi karyawan dan alat angkut yang bergerak: truk,
lori, skip dan cage
2. Menempatkan peralatan: trafo, sistem telekomunikasi, ban berjalan, winch,
fan, pipa air, pipa angin, pipa lumpur, dan ruang makan

Cahyo Tri Laksono / 112140173 3


3. Mengangkut material: peralatan penyangga (kayu, balok, besi profil, steel
arches, hydraulic props, rock bolt, resin dll), bahan peledak dan
perlengkapannya, air, udara segar, dan batu hasil penambangan
4. Lubang khusus ventilasi
5. Untuk penirisan, sumur dan open channel
6. Keselamatan kerja (penyelamatan jika terjadi kecelakaan)
Mengingat fungsinya yang sangat spesifik tersebut, maka selain
karyawantambang yang sedang bertugas dilarang masuk, kecuali bagi orang-
orangtertentu yang mendapat izin seperti siswa/mahasiswa praktek, dan tamu
tertentu. Berdasarkan posisinya lubang-lubang bukaan dapat berupa :
1. Lubang masuk utama (main entries), misalnya :
a) Sumuran tegak / miring ( vertical / inclined shaft),
b) Terowongan (tunnel / adit)
2. Lubang masuk sekunder, misalnya: lubang sejajar (drift) dan level
3. Lubang masuk tersier, misalnya:
a) Lubang naik (raise),
b) Lubang turun (winze),
c) Sumuran buntu (blind shaft),
d) Ramp

2.4 Metode Penambangan Cut and Fill


Cut and fill adalah salah satu metoda penambangan, dalam metoda penambangan
ini, dengan cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi
kembali dengan material lain bekas bukaan tersebut. Cut and fill merupakan metode
penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam level.
Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi kembali
tanpa menunggu selesai dalam satu level.
Biasanya metode ini digunakan untuk mengambil bahan galian jenis bijih. Peralatan
yang biasa digunakan untuk metode cut and fill ini adalah excavator, front shovel,
dragline, dan shell. Prinsip kerja dari metode ini adalah bijih diambil dalam
potongan yang sejajar dan setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian
dengan waste fill dalam stope sehingga menyisakan ketinggian ruang yang
mencukupi untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya. Material Filling

Cahyo Tri Laksono / 112140173 4


digunakan sebagai tempat berpijak untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya.
Material filling sering berupa waste rock dari kegiatan development dan eksplorasi
sekitar tambang yang kemudian ditumpahkan melalui rise mengarah ke stope yang
akan diisi dan untuk meningkatkan kekuatan material pengisi maka ditambahkan
semen.
Ada beberapa syarat untuk metode cut and fill stoping, antara lain :
a. Endapan bijih tebalnya antara 1 – 6 m.
b. Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
c. Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o. Dan untuk
endapan yang bukan vein kurang dari 45o.
d. Endapan bijih keras, tapi batuan induknya boleh tidak kompeten mengingat
hampir secara langsung disangga dengan material filling.
e. Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
Keuntungan dari metode cut and fill, antara lain :
a. Ventilasi mudah diatur
b. Dilusi seminimum mungkin
c. Dinding antara 2 stope yang berdekatan bisa lebih tipis dibanding metode stoping
yang lain
d. Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit kadar tinggi
e. Stope stabil karena dengan yang lemah disangga dengan waste filling
Kerugian dari metode cut and fill, antara lain :
a. Butuh material filling yang banyak
b. Butuh buruh banyak untuk menangani filling
c. Butuh banyak air untuk pulp
d. Semen dan pasir halus untuk filling bisa menyumbat pompa/pipa
e. Output dari stope terbatas karena adanya kegiatan filling
2.5 Prinsip Dasar Ventilasi Tambang Bawah Tanah
Ventilasi tambang merupakan pengaturan aliran udara bersih dari permukaan/luar
tambang ke dalam tambang bawah tanah. Dalam pengaturannya udara akan
mengalir dari suhu rendah ke tinggi, dari tekanan tinggi ke rendah dan udara akan
lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi yang lebih kecil
dibandingkan dengan jalur dengan resistansi yang besar. Pada sistem ventilasi

Cahyo Tri Laksono / 112140173 5


tambang ini memiliki 3 fungsi secara umum yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pada fluida dinamik, yaitu
a. Sebagai pengontrol kualitas udara (Quality Control) pada tambang bawah. Hal
ini dilakukan dengan cara mengatur konsentrasi gas-gas beracun di dalam
tambang. Maka dari itu, ketika tambang bawah tanah melakukan produksi,
konsentrasi dari gas-gas beracun dapat diatur konsentrasinya di dalam tambang
sehingga tidak membahayakan para penambang yang sedang bekerja.
b. Sebagai pengontrol kuantitas udara (Quantity Control). Kontrol kuantitas udara
yang dimaksud disini adalah pengaturan jumlah volume (debit) dan arah aliran
udara dari debit tersebut. Pengontrolan ini tidak hanya dilakukan pada suplai
udara bersih di lubang bukaan dan saluran pipa udara ventilasi, tetapi kontrol
ini juga dilakukan pada tempat pembuangan gas-gas beracun.
c. Sebagai pengatur temperatur dan kelembaban udara. Pengaturan yang
dilakukan adalah pengaturan pendinginan, pemanasan, kelembaban, dan
penghilangan kelembaban uadara. Pada tambang bawah tanah sering kali
kondisi temperatur udara tidak sesuai dengan temperatur optimal kerja, seperti
udara yang terlalu panas dan kelembaban udara yang tinggi. Maka dari itu,
dengan adanya pengaturan, kebutuhan udara pekerja dan alat yang berproduksi
akan mendapatkan kondisi udara yang optimal untuk bekerja.

2.6 Sifat Udara


Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas yang memiliki densitas yang
berbeda – beda. Komponen gas yang terdapat di udara tdapat dilihat pada Tabel II.1
dibawah ini :
Tabel 2.1 Kandungan Udara Bebas (Hartman, (1997)

Cahyo Tri Laksono / 112140173 6


2.7 Temperatur Udara
Ventilasi digunakan untuk memenuhi kenyamanan kerja di tambang bawah tanah
yang kelanjutannya dapat meningkatkan efisiensi dan produksi. Temperatur
mencapai tingkat tertentu, seseorang akan kehilangan efisiensinya, dan bila
temperaturnya naik lagi maka dia akan mengalami gangguan fisiologi. Tubuh
manusia memiliki keterbatasan dalam menerima panas sebelum sistem
metabolismenya berhenti. Panas udara dapat mempengaruhi manusia dalam
menurunkan efisiensi, mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan, dan
menyebabkan sakit dan kematian. Panasnya temperatur udara di dalam tambang
bawah tanah di pengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor geothermal
Faktor gradien geothermal merupakan panas didalam bumi yang
diakomodasi oleh adanya material panas dengan kedalaman beberapa ribu
kilometer di bawah permukaan yang menyebabkan terjadinya aliran panas
dari sumber tersebut hingga ke permukaan. Semakin ke bawah, temperatur
bawah permukaan bumi semakin meningkat atau semakin panas.
b. Faktor suhu di permukaan
Faktor suhu di permukaan dapat menjadi sumber panas apabila terjadinya
roses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit)
yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Ini disebabkan karena
naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer.
c. Mesin
Mesin mekanik yang digunakan di tambang bawah tanah menghasilkan
panas. Besarnya panas yang dikeluarkan oleh mesin mekanik ke udara
tambang bawah tanah tergantung dari besarnya daya pada mesin yang
dipakai.
d. Panas peledakan
Panas yang ditimbulkan hasil peledakan dapat dikatakan dengan panas yang
dalam waktu singkat, namun panas ini dapat mengakibatkan panas yang
berkepanjangan apabila ventilasnya tidak bekerja dengan baik. Hasil
ledakan batuan yang tidak terangkut keluar dapat mengakibatkan

Cahyo Tri Laksono / 112140173 7


banyaknya genangan air (lumpur) sehingga dapat mngakibatkan
meningkatnya uap air udara.
e. Faktor Autocompresion
Faktor alam ini yang dapat mempengaruhi ruang kerja menjadi panas.
Faktor autocompresion adalah faktor dimana naiknya temperatur setiap 1
km akan naik sebesar 1˚C.
f. Air tanah
Banyaknya air tanah yang mengenangi pada tambang bawah tanah akan
berpengaruh pada kelembaban udara. Kelembaban udara yang tinggi akan
menyebabkan udara menjadi panas.
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah diukur dalam satuan derajat
Celcius. Temperatur yang digunakan di dalam tambang bawah tanah adalah
temperatur basah dan temperatur kering. Besarnya temperature yang dihasilkan
selalu temperature basah lebih rendah atau sama dengan temperatur kering.
2.8 Kelembaban Udara
Udara di dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air dan tidak
pernah pernah ada udara benar-benar kering. Oleh karena itu akan selalu ada istilah
kelembaban udara. Kelembaban udara adalah jumlah kandungan uap air yang ada
di udara tambang bawah tanah. Kelembaban udara ini mempengaruhi tingkat
efektivitas pekerja. Tingginya kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udara.
Semakin tinggi temperatur udara di suatu lokasi maka akan semakin tinggi pula
kelembaban udaranya. Bekerja pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab,
dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan yang
datang terlalu dini. Sedangkan pada lingkungan yang terlalu dingin, dapat
menyebabkan hilangnya fleksibilitas terhadap alat-alat motorik tubuh yang
disebabkan oleh timbulnya kekakuan fisik tubuh. Kedua kondisi ini dapat
mengurangi produktivitas kerja bahkan potensial menyebabkan kecelakaan kerja.

2.8 Tekanan Udara


Konsep aliran udara dipengaruhi oleh perbedaan tekanan. Udara akan mengalir dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah sampai perbedaan tersebut sama dengan 0
sehingga aliran berhenti.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 8


Pada sistem ventilasi aliran udara, satu titik ke titik yang lain harus mempunyai
perbedaan tekanan antara dua titik tersebut. Perbedaan tekanan ini disebut sebagai
tekanan ventilasi dan berikut adalah aturan yang biasa dipakai dalam tambang
bawah tanah.
1. Udara selalu mengalir dari tekan tinggike tekanan rendah dan selama perbedaan
tekanan tetap maka udara akan tetap mengalir.
2. Semakin besar perbedaan tekanan antara dua titik maka semakin besar jumlah
aliran udara yang mengalir. Dengan asumsi nilai resistensi tidak berubah.
3. Resistensi dapat mengurangi tekanan sistem ventilasi.
4. Jika perbedaan tekanan anatara dua titik sama dengan resistensi meningkat
maka kuantitas udara yang mengalir akan berkurang.
Tekanan adalah gaya yang digunakan pada luasan tertentu. Didalam sistem ventialsi
digunakan satuan pascal. Pascal (Pa) = 1 Newton per meter persegi (N/m2).
2.9 Konsep Aliran Udara
Sedangkan untuk prinsip aliran udara tambang dalam sistem ventilasi tambang
bawah tanah, berlaku prinsip :
a. Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
b. Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi
c. Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi/tahanan
yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan/resistansi yang lebih
besar
d. Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bias positif (Blowing)
atau negative (Exhausting)
e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity dan
tekanan, bila quantity diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan tekanan empat
kali lipat.
f. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan pada
ventilasi tambang.
Jumlah udara yang akan mengalir melalui sebuah sistem ventilasi
tergantung pada perbedaan tekanan antara titik permulaan dan titiik akhir
jalurventilasi dan ukuran dari bukaan. Selain itu terdapat juga factor lain yang

Cahyo Tri Laksono / 112140173 9


menyebabkan jumlah udara yang mengalir sedikit adalah kekasaran dari dinding
dan belokan tajam aliran udara serta berapa kali udara berubah arah.
Ketika mengalirkan udara pada jalur yang lurus dengan energy konstan maka udara
akan mengalir dengan kecepatan yang sama. Sehingga jika kekasaran permukaan
berubah maka akan terjadi hambatan dalam mengalirkan udara dengan kecepatan
yang sama dan membutuhkan energi yang lebih banyak untuk mempertahankan
kecepatan. Kehilangan energy yang diakibatkan oleh kekasaran dari dinding
dikenal dengan kehilangan tekanan gesek (Frictional Pressure Loss).
Ketika udara dialirkan dengan kecepatan konstan, energy dbutuhkan untuk
megubah kecepatan dan arah aliran. Perubahan ini terjadi di setiap aliran udara
mengikuti perubahan arah, bentuk, dan ukuran. Kehingan energy pada perubahan
arah aliran udara disebut Shock Pressure Loss. Contoh aliran jalur ventilasi pada
tambang bawah tanah dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Contoh Salah Satu Rangkaian Jalur Ventilasi (McPherson, 1993)

2.10 Resistensi Udara


Aliran udara yang mengalir didalam sistem ventilasi tambang bawah tanah
merupakan aliran udara yang sangat komplek, dimana aliran udara dipengaruhi
oleh bentuk dan kekasaran permukaan yang heterogen sehingga terjadi kehilangan
tekanan akibat friction dan shock yang kompleks. Tahanan aliran udara tambang
dari pada rumus Atkinson yang dituliskan sebagai berikut .

Cahyo Tri Laksono / 112140173 10


𝑝𝑒𝑟
𝑅 = 𝑘 ( 𝐿 + 𝐿𝑒 )
𝐴3
………………………………………………………………. (2.1)

Keterangan :
R = Resistensi (Ns²/m8)
L = Panjang jalur udara (m)
Leq = Length Equivalent, merupakan representasi dari shock loss pembesaran /
pengecilan luas dan sebagainya, yang dipresentasikan sebagai losses pada
panjang jalur udara lurus, Tabel 2.2 (m)
k = Faktor gesekan Atkinson, Tabel 2.3 (kg/m3)
per = Perimeter / keliling (m)
A = Luas jalur udara (m2)

Tabel 2 2 Nilai Equivalent Length dan Type Jalur Udara (McPhrson,1993)

Cahyo Tri Laksono / 112140173 11


Tabel 2.3 Faktor Gesekan ( McPherson ,1993 )

Cahyo Tri Laksono / 112140173 12


2.11 Shock Loss
Shock Loss adalah perubahan dari tekanan total sepanjang sauran udara seperti pada
pintu masuk udara, belokan, percabangan, perubahan luas saluran udara, perubahan
penampang pada saluran udara keluar. Shock Loss pendek terjadi akibat perubahan
arah aliran udara.
Kehilangan tekanan yang diakibatkan dari perubahan arah dapat ditentukan dengan
persamaan shock loss sebagai berikut.
𝑃𝑠ℎ𝑜𝑐𝑘 = 𝑋 × 𝑉𝑝

Keterangan:
𝑃𝑠ℎ𝑜𝑐𝑘 = kehilangan tekanan (Pa)
𝑋 = faktor shockloss
𝑉𝑝 = tekanan kecepatan (Pa)

𝑉2
𝑉𝑝 = 𝜌 × ( )
2

Keterangan :
𝜌 = densitas udara (kg/m3)
𝑉 = kecepatan udara (m/s)
Faktor shockloss merupakan fungsi dari :
a. Susunan dan aliran yang dilewati udara
b. Sudut perubahan arah
c. Derajat kecuraman perubahan arah
d. Jari – jari lengkungan
e. Petbandingan antara jari-jari dari saluran udara
f. Perbandingan antara tinggi dan lebar saluran udara
g. Kecepatan aliran udara
h. Kekasaran saluran udara
i. Bentuk saluran udara
j. Saluran udara yang secara tiba-tiba berubah arah
k. Jumlah dan tipe bentuk saluran udara yang kompleks seperti terdapat dua
belokan, belokan yang tersebut diikuti dengan perubahan penampang.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 13


2.12 Rangkaian Jalur Udara
Rangkaian Seri
Jika tahanan aliran udara R1, dengan tahanan jenis R2 saling dihubungkan secara
seri seperti Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2 Saluran Udara yang Berhubungan secara Seri

Saluran yang di hubungkan secara seri ini, ditengahnya sama sekali tidak ada
cabang, baik memisah maupun menggabung. Apabila yang dihubungkan secara
seri, bebit udara pada saluran udara di R1 sama dengan debit udara di R2 .
Kehilangan tekanan total pada sistem ini adalah jumlah kehilangan tekanan pada
saluran udara A dan saluran udara B.

Rangkaian Paralel
Jika 2 buah tahanan jenis masing-masing R1 dan R2 saling berhubungan secara
paralel seperti pada Gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.3 Saluran Udara yang Berhubungan secara Paralel

Tahanan jenis R1, R2,…, Rn dihubungkan secara paralel, R, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1 1 1 1
= + + ⋯+
√𝑅 √𝑅1 √𝑅2 √𝑅𝑛

Pada rangkain udara parallel dimana kehilangan tekanan sepanjang saluran udara
R1 sama dengan kehilangan tekanan sepanjang saluran udara R2. Total debit udara

Cahyo Tri Laksono / 112140173 14


yang mengalir dalam sistem sama dengan debit udara yang mengalir pada saluran
udara R1 dan saluran udara R2.

2.13 Sistem Ventilasi

Jenis-jenis ventilasi dapat digolongan berdasarkan beberapa hal berikut ini, antara
lain :
 Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari
ventilasi alami dan ventilasi mesin
 Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin , terdiri
dari ventilasi tiup dan ventilasi sedot.
 Penggolongan berdasarkan letak intake dan outake airway, terdiri dari
ventilasi terpusat dan ventilasi diagonal.
a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation)
Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada kedalaman
tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang meskipun tanpa
alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast shaft lebih dingin
dari udara pada upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan
densitas udara antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.
Ventilasi alami terjadi Karena perbedaan temperature di dalam dan diluar stope.
Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami. Apabila
terdapat perbedaan temperature intake airway dan return airway yang ketinggian
mulut pit intake dan outakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di
dalam dan diluar stope atau udara di intake airway dan return airway yang berbeda
temperaturnya, yang akan membangkitkan aliran udara.

b. Ventilasi Mekanis (Artificial / mechanical ventilation)


Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam
tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis.
Yang dimaksud peralatan ventilasu mekanis adlaah semua jenis mesin penggerak
yang digunakan untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam
lubang bawah tanah. Yang paling penting dan umum digunakan adalah fan atau
mein angin. Mesin angina adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya
perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari tempat

Cahyo Tri Laksono / 112140173 15


yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada proes menerus
dapat dilihat bahwa mesin angina menerima udara pada tekanan tertentu dan
dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar.
Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok
tekanan untuk mengatasi kehilangan tekanan (head losses) dalam aliran udara.
Pergerakkan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh
pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angina yang
memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angina utama
(main fan). Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada
percabangan atau suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak menambah
volume total udara di dalam tambang tersebut disebut mesin angina penguat
(booster fan) sedangkan mesin angina yang digunakan pada lokasi kemajuan atau
saluran udara tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fan).

c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)


Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi permukaan
kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara masuk (intake air)
secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang terowongan. Ventilasi
juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan angin/udara yang dibangkitkan oleh
kipas angina local, air jet dan lain-lain, dengan menggunakan saluran udara (air
duct) ke lokasi yang tidak dapat dipenuhi oleh ventilasi utama, seperti pada lokasi
terowongan buntu (lokasi pembuatan lubang maju). Dilihat dari segi fasilitas
peralatan, ventilasi buntu dapat dibagi menajdi ventilasi saluran udara, brattice dan
static air mover. Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya,
ventilasi mekanis dibedakan menjadi tiga metode yaitu :
1. Forcing Sistem (Sistem Hembus)
Sistem hembus akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front
kerja dengan aliran udara yang bertekanan lebih besar dibanding udara di
atmosfer. Udara ini dialirkan melalui pipa saluran ventilasi yang
menghubungkan fan dengan front kerja sebagaimana terlihat pada gambar.
Dalam sistem ini, dihembuskan udara bersih ke front. Sistem forcing ini dapat
digambarklan seperti Gambar berikut ini.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 16


Gambar 2.4 Forcing Sistem Ventilation
2. Exhausting Sistem (Sistem Hisap).
Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan
dengan forcing sistem, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif
ini adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara. Pada
exhausting sistem, fan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat
memudahkan kerjanya dalam menghisap udara dari front kerja tersebut. Udara
yang dihisap adalah udara kotor atau gas yang tak diinginkan. Sistem hisap ini
digambarkan pada Gambar II.5 dibawah ini.

Gambar 2.5 Exhausting Sistem Ventilation

Cahyo Tri Laksono / 112140173 17


3. Overlap Sistem
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing (Gambar II.6).
Sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain. Ada
fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan), ada fan yang bertugas
untuk menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan dipasang
lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir dari
intake fan dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk
mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh exhaust fan sehingga
udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front penambangan.

Gambar 2.6 Overlap Sistem Ventilation

2.14 Fan
Fan adalah mesin yang berputar sehingga udara dapat mengalir secara terus
menerus pada suatu tekanan dan menyalurkan pada tekanan yang lebih tinggi.
Energi mekanik dihasilkan dari kipas diubah menjadi energy potensial (tekanan)
dan energy kinetic (kecepatan). Tekanan ini berguna untuk mengatasi hambatan
pada saluran udara.
2.15 Jenis – Jenis Fan
A. Kipas Aksial
Kipas Aksial mengalirkan udara parallel dengan impeller kipas dan jarak aliran
yang konstan dari sumbu aksis. Tekanan naik dihasilkan oleh pergerakan bilah
kipas. Kipas aksial dibagi menjasi 3 :
1. Kipas aksial bebas yaitu impeller tidak dalam keadaan terkukung
2. Kipas aksial dengan tabung aksial yaitu impeller terbungkus

Cahyo Tri Laksono / 112140173 18


3. Vane aksial yaitu vane dibuat rapat dengan bungkus untuk menghindari adanya
ketidakstabilan putaran angin.
B. Kipas Sentifugal
Pada kipas sentrifugal udara masuk secara parallel dengan sumbu aksis dan
dibelokkan 90o dan udara dikeluarkan secara radial melewati bilah. Gaya yang
dihasilkan oleh bilah merupakan gaya tangensial yang menyebabkan udara berputar
dengan bilah dan tekan utama akan naik dengan gaya sentrifugal.
2.16 Kurva Karakteristik Fan
Kinerja dari fan dipresentasikan dalam bentuk grafik yang diplot pada sumbu
horizontal yaitu debit aliran udara dan sumbu vertical yaitu tekanan fan. Titik ini
ditentukan dari tes dimana kinerja fan sebernya diukur. Pertemuan dua titik ini
memebentuk kurva. Kurva ini disebut kurva karakteristik fan. Energi dan efisisensi
kipas ditunjukkan oleh masing –masing titik aliran udara. Kurva kinerja fan ini
diberikan oleh pabrik pembuat fan untuk memprediksi volume aliran udara pada
tekanan tertentu.

Dengan bertambahnya tekanan, volume aliran udara akan menurun. Hal yang
harus diperhatikan adalah kurva hanya dapat diaplikasikan pada kipas tersebut dan
densitas udara pada keadaan tersebut. Berikut ini menujukkan salah satu contoh
kurva karakterisktik kipas aksial.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 19


Gambar 2.7 Kurva Karakteristik Fan (McPherson, 1993)

2.17 Hukum Kipas


Kurva kinerja kipas ditentukan oleh kecepatan spesifik dan kerapatan udara.
Biasanya densitas udara digunakan nilai 1.2 kg/m3. Untuk keperluan praktis udara
standar banyak digunakan. Nilai actual dari temperature, tekanan, dan kelembaban
udara tidak begitu penting. Dalam praktek pengguanaanya dalam melakukan
perencanaan fan, biasanya hanya digunakan satu variable (kecapatan, densitas,
impeller diameter) pada waktu yang telah ditentukan dan 2 variable lainnya pada
keadaan konstan. Dibawah ini hukum yang digunakan dalam menghitung
parameter pada fan .
Tabel 2.4. Hukum Kipas (Mc Person, 1993)

Cahyo Tri Laksono / 112140173 20


Persamaan diatas berlaku jika kedua kipas mempunyaid imensi geometri yang sama
dan jika ukuran berbeda maka tekanan total kipas akan lebih besar dari tekanan
yang dihasilkan berdasarkan perhitungan diatas.
Hal ini yang mungkin berubah adalah densitas selama terjadi kompresi udara yang
dapat mempengaruhi hasil dari perhitungan hukum diatas. Hal ini akan terjadi pada
tekanan diatas 2.5 kPa.

2.18 Dasar-dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi


Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan pemahaman dari
teori pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar pengetahuan tentang
mekanika fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah
penetuan kualitas udara dan rugi-rugi (kehilangan energi) , yang keduanya dihitung
berdasarkan perbedaan energi.
Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan sebagai proses aliran
tetap (steady flow process). Dalam suatu aliran tetap berlaku Hukum Kekekalan
Energi, yang menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem adalah tetap,
walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 21


2.19 Kualitas Udara Tambang

Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfer dengan emisi gas-gas
dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi
gas, debu, temperature serta kelembaban udara. Standar udara yang bersih adalah
udara yang mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi udara
atmosfer pada keadaan normal. Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi
tambang terdiri dari Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argo dan gas-gas lain
Komposisi udara segar dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 2.5 Kompoisis Udara Segar
Unsur Persen Volume (%) Persen Berat (%)
Nitrogen (N2) 78.09 75.53
Oksigen (O2) 20.95 23.14
Karbondioksida (CO2) 0.03 0.046
Argon (Ar), dll 0.93 1.284
Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal
terdiri dari Notrogen = 79% dan Oksigen =21%. Disamping itu dianggap bahwa
udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0.03%. Udara
dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara yang
benar-benar kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

2.20 Gas-gas Pengotor Pada Udara Tambang Bijih


Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tabang bawah tanah. Gas-gas
ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang maupun dari batuan.
Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam tambang bawah tanah
tersebut, ada yang bersifat gas racun, yakni : gas yang bereaksi dengan darah dan
dapat menyebabkan kematian. Gas-gas pengotor tersebut adalah :
a. Karbondioksida (CO2)
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan
merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu
terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal
kandungan CO2 adalah 0,03%. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul
pada bagian bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran
ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 22


Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari
lapisan batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan CO2 = 0.5%
laju pernafasan manusia mulai meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju
pernafasan menjadi duakali lipat keadaan normal, dan pada kandungan CO2 =
5% laju pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10% manusia
hanya dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut
‘blackdamp’.

b. Karbon Monoksida (CO)


Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna , tidak berbau dan
tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan
pada saat terjadinya kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan
tingkat kematian yang tinggi. Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
hamooglobin darah, sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara
akan segera bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan
meracuni tubuh lewat darah.
Aktifitas CO terhadap hemoglobin menurut penelitian (Forbes and Grove,
1954) mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan
haemoglobin. Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar,
proses peledakan dan oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida merupakan
gas beracun yang sangat mematikan Karena sifatnya yang kumulatif. Gas CO
pada kandungan 0.04% apabila terhirup selama satu jam baru memberikan
sedikit perasaan tidak enak, dua jam dapat menyebabkan rasa pusing dan tiga
jam menyebankan pingsan, lima jam dapat menyebabkan kematian. Kandungan
has CO sering juga dinyatakan dalam ppm (part per million) . Sumber CO yang
sering menyebabkan kematian adalah gas buangan dari mobil dan kadang-
kadang juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis lebih ringan dari
berat jenis udara sehingga sealu terapung di dalam udara.
c. Hidrogen Sulfida (H2S)
Gas inis erring disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau
telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak, merupakan
hasil dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang
sedikit lebih berat dari udara. Nilai ambang batas (TLV-TWA/Threshold Limit

Cahyo Tri Laksono / 112140173 23


Value-Time Weigted Averag) yang diperkenankan untuk pemaparan sebesar 10
ppm pada waktu selama 8 jam sehari.
Untuk waktu singkat (TLV-STEL/Threshold Limit Value – Short Term Exposure
Limit) tidak diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm. Walaupun gas H2S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekatan terhadap bau ini akan
dapat merusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman.
d. Sulfur Oksida (SO2)
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bias terbakar.
Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat terasa pada mata, hidung dan
tenggorokan. Nilai ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-
TWA) atau pada waktu terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
e. Nitrogen Oksida (NOx)
Gas nitogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’ , namun pada
keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang
sangat beracun. Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil
peledakan dan gas buang dari motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm .
Oksida nitrogen yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan
kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-
paru apabila terhirup oleh manusia.
f. Debu
Sangat penting untuk mengetahui daerah-daerah vital yang menghasilkan debu
pada tambang bawah tanah. Hampir semua kegiatan penambangan
menghasilkan polusi debu. Jika suatu kegiatan operasi penambangan
menghasilkan debu, kegiatan ini ditentukan sebagai sumber utama. Jika
kegiatan ini hanya mendispersi debu maka disebut sebagai sumber sekunder.
Berikut ini daftar operasi yang menghasilkan debu :
Tabel 2. 6 Aktifitas Penambangan Penghasil Debu (Hartman, 1997)
Operation Primary Secondary
Source Source
Continuous + -
Miner
Roof Bolter + +

Cahyo Tri Laksono / 112140173 24


Shuttle Cars 0 +
Feeder – - -
breaker
Belt Conveyor 0 -
Outby 0 -
Equipment
+ : major source, - : minor source, 0 : negligible source
Tabel 2.6 Menunjukkan bahwa kegiatan penambangan penghasil debu
utama adalah kegiatan continuous miner dan roof bolter, sedangkan sumber
penghasil debu sekunder adalah pada kegiatan operasi roof bolter dan shuttle
cars.
g. Gas Pengotor Lainnya
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas Hidrogen
yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang biasa
terdapat pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan
pengotor udara tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi,
Karena dapat mengganggu lingkungan kerja dan merusak kesehatan.
Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah berasal dari aktivitas
penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan, permuatan, dan
pengangkutan bijih atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan
kandungan material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.

2.21 Dasar Peraturan Ventilasi Tambang


Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minium didasarkan
kepada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
tentang Keselamatan Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark
(1991) serta patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam
perhitungan ventilasi tambang.
1. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/M.PE/1995 Pasal 369 Mengenai Ketentuan Umum pada Tambang
Bawah Tanah yaitu :
“Bahwa Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara
bersih yang cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan volume

Cahyo Tri Laksono / 112140173 25


oksigennya tidak kurang dari 19.5 % dan volume karbon dioksidanya tidak
lebih dari 0.5%”
2. Pekerja / Orang
Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70.63 cfm) per orang , sedangkan menurut
tempat kerja yang ada asap dan debunya sesuai standar OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) manusia memerlukan
udara segar 0.1 m3/s per orang atau 211 cfm.
3. Peralatan
Menurut SK Mentamben , dibutuhkan 3 m3/menit (106 cfm) untuk setiap
HP dieseil yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan
dibutuhkan antara 100 s.d 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang
dioperasikan.
4. Temperatur Udara
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan
antara 180C s.d 240C dengan kelembaban relative maksimum 85 %.
5. Kondisi Ventilasi ditempat kerja harus :
Untuk rata-rata 8 jam
a. Karbon monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0.005%
b. Hidrogen Sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0.001%
c. Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0.04%
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 m per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan.
7. Menurut MSHA (Mine Safetu and Health Administration) , kehilangan
udara dari sistem ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan
minimum udara segar yang diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat
dihitung dengan memperhatikan pembatasan pada jumlah O2 minimum
yang diperkenankan dan berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang diijinkan
dalam udara.
 Pasal 373 Mengenai Sistem Kipas Angin

Cahyo Tri Laksono / 112140173 26


1. Ayat 4, Kipas angin tambahan harus dipasang pada jarak kurang dari 5
meter dari tempat terdekat pada jalan masuk ke lokasi yang akan diberi
ventilasi.
2. Ayat 7, Kipas angin tambahan harus dilengkkapi alat penyalur udara sampai
jarak 5 kali akar kuadrat dari luas penampang.
2.22 Karakteristik Sistem
Perangkat lunak VentsimLite merupakan perangkat lunak yag digunakan untuk
mensimulasikan desain saluran ventilasi tambang bawah tanah berbentuk tiga
dimensi. Perangkat lunak ini mampu memodelkan secara 3 dimensi dari tambang
saluran udara tambang bawah tanah dengan geometri yang bisa dipilih diantaranya
tapal kuda, lingkaran, persegi, tidak beraturan dan shanty. Untuk data masukan
parameter saluran seperti resistensi, shockloss, friction factor. Untuk fan yang akan
digunakan, diperlukan kurva karakteristik fan atan memasukkan nilai kuantitas dan
tekanan tetap. Apabila ingin memasukkan parameter panas bisa memasukkan
sumber panas dari batuan dan sistem pendingin yang digunakan. Sedangkan untuk
memasukkan konsentrasi kontaminan bisa memasukkan konsentrasi dari gas.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 27


Gambar 2.8 Tampilan VentsimLite

2.23 Pengenalan dan Fungsi Tool

: New, digunakan untuk memulai lembar kerja baru.

: Open, digunakan untuk membuka lembar kerja baru.

: Save, digunakan untuk menyimpan data yang sudah dikerjakan.

: Undo, digunakan untuk mengembalikan pekerjaan yang sedang


dilakukan.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 28


: Redo, digunakan untuk memajukan pekerjaan yang sedang
dilakukan.

. : Show All digunakan untuk melihat semua lembar kerja.

: Snap Shoot, digunakan untuk Screen Shoot lembar kerja.

: Find Airway, digunakan untuk mencari Airway.

: Lock On, digunakan untuk mengunci lembar kerja yang disedang


dikerjakan.

: Animate Airflow, digunakan untuk mensimulasikan Airway.

: Display Mode, digunakan untuk memperbesar hasil lembar kerja.

: Draw Airway, digunakan untuk menggambarkan Airways


(Jaringan Udara)

Cahyo Tri Laksono / 112140173 29


: Select Airways, digunakan untuk memilih banyak Airways.

: Edit Airways, digunakan untuk menyunting ulang


pengaturan.

: Fan, digunakan untuk membuat fan baru.

: Delete, digunakan untuk menghapus Airways.

: Move Airways, digunakan untuk memindahkan Airways.

: Duplicate Airwayas, digunakan Copy Airways yang sudah


ada

: Block, digunakan untuk block Airways yang ada.

: Reverse Airways, digunakan untuk memutar arah aliran


udara.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 30


: Insert Airway Node, digunakan untuk menempatkan
keterangan pada Airways.

: Simulate, digunakan untuk memulai simulasi jaringan


udara.

: Airflow, digunakan untuk mengatur satuan udara (Warna).

: Quantity, digunakan untuk mengatur satuan udara


(Warna).

: Airflow, digunakan untuk mengatur satuan udara (Text).

: Quantity, digunakan untuk memulai lembar kerja baru


(Text).

Cahyo Tri Laksono / 112140173 31


: Display, digunakan untuk mengatur nilai pada display
warna.
2.24. Karakteristik Sistem
1. Pembuatan jaringan ventilasi yang dapat disimulasikan secara langsung
cepat, dan 3D
2. Dapat membuat 500 Jaringan udara (Student Version), dan 5000 Jaringan
udara untuk yang komersial.
3. Selain dari tahanan udara, sistem ini dapat mempertimbangkan tekanan
ventilasi udara alami grafik karekteristik fan, lorong dengan volume udara
tetap, dan seperti halnya pintu angin, dapat juga dipertimbangkan tahanan
udara yang berbeda berdasarkan arah dari ventilasi udara.
4. Dapat menampilkan gambar distribusi volume udara, tekanan udara melalui
monitor.
2.25. Prosedur Pembuatan Jaringan Ventilasi Menggunakan Software
VentsimLite

1. Klik file – Save as – save seusai dengan nama dan NIM saudara.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 32


2. Klik logo draw airways continuous, untuk membuat jaringan udara baru
sesuai dengan bentuk perencanaan tambang bawah tanah yang sudah ada.

3. Jika ingin stop dalam menggambar airways klik kembali kearah airways
yang sudah terbentuk sampai berwarna kuning.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 33


4. Dalam membentuk airways baru pada percabangan yang sudah ada klik
draw airways, lalu klik ke tempat yang ingin dibentuk airways baru
indikator airways tersebut sudah tersambung adalah berwarna kuning.

5. Bentuk airways sesuai dengan perencanaan tambang bawah tanah, indikator


airways tersebut sudah menyambung adalah berwarna kuning.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 34


6. Klik logo draw airways, klik draw gradient, untuk membuat jaringan udara
yang dapat berbelok ke atas maupun kebawah.

7. Setelah draw gradient dapat mengatur sudut kemiringan yang sesuai dengan
perencanaan tambang bawah tanah.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 35


8. Sehingga terbentuklah airways yang belok sesuai dengan perencanaan
tambang yang sudah ada.

9. airways yang belok sesuai dengan perencanaan tambang yang sudah ada.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 36


10. Jika ingin mengatur level yang ada dapat klik icons-levels sehingga dapat
mengatur level yang diinginkan

11. Pengaturan Level dapat diatur sesuai dengan perencanaan tambang bawah
tanah.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 37


12. Klik draw Cordinates

13. Setelah klik draw cordinates akan muncul box yang dapat diisi, klik
elevation nya sehingga dapat mengatur lembar kerja yang akan kita kerjakan
selanjutnya akan ada pada level elevasi yang diinginkan.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 38


14. Setelah klik draw cordinates akan muncul box yang dapat diisi, klik
elevation nya sehingga dapat mengatur lembar kerja yang akan kita kerjakan
selanjutnya akan ada pada level elevasi yang diinginkan.

15. Setelah mengatur elevasi yang diinginkan, airways yang direncanakan akan
langsung masuk ke level elevasi yang diinginkan

Cahyo Tri Laksono / 112140173 39


16 Setelah airways yang diinginkan turun ke elevasi yang diinginkan buat
airways sederhana kembali untuk mempersiapkan pembentukan ramp.

17. Setelah membuat airways sederhana lalu klik draw airways-construct ramp,
sesuai dengan perencanaan tambang bawah tanah yang ada, lalu atur
kemiringan jumlah segment, dll yang direncanakan sebelumnya

Cahyo Tri Laksono / 112140173 40


18. Terbentuklah ramp sesuai yang direncanakan

19. Kemudian bentuk airways seusuai dengan perencanaan tambang bawah


tanah.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 41


20. Airways yang sudah terbentuk dapat kita atur nama, bentuk, panjang, luas,
tinggi, option, kecepatan, hingga tekanan agar dapat memenuhi kebutuhan
pekerja maupun alat yang beroprasi.

21. Airways yang sudah terbentuk dapat kita atur nama, bentuk, panjang, luas,
tinggi, option, kecepatan, hingga tekanan agar dapat memenuhi kebutuhan
pekerja maupun alat yang beroprasi.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 42


22. Airways yang sudah tersedia dapat diatur secara keseluruhan.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 43


23. Airways yang sudah tersedia dapat diatur secara keseluruhan.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 44


24. Airways yang sudah diatur settingan pada kondisi sesuai yang direncanakan

25. Airways yang sudah ada jika ingin mengubah pengaturan beberapa airways
sekaligus, klik select airways- klik airways yang ingin diubah sekaligus

Cahyo Tri Laksono / 112140173 45


26. Airways yang sudah ada dapat diberi nama sesuai dengan keinginan

27. Airways yang sudah ada dapat diberi nama sesuai dengan keinginan

Cahyo Tri Laksono / 112140173 46


28. Airways yang sudah ada dapat diberi nilai resistence, dan friction sesuai

yang direncanakan.

29. Airways yang sudah diberi hambatan yaitu Good Door

Cahyo Tri Laksono / 112140173 47


30. Pada pengturan Display, dapat mengatur warna pada nilai-nilai yang

didapatkan, sehingga dapat mempermudah dalam melihat kondisi jaringan

ventilasi yang didapatkan

31. Pada pengaturan Display juga dapat mengatur level yang dapat kita lihat

maupun level yang dapat kita hilangkan sementara dari lembar kerja.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 48


32. Jika ingin melihat nilai pada suatu titik pada Airways, klik nodes.

33. Klik pada titik dimana airways yang ingin dilihat nilai pada titik tersebut.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 49


34. Airways yang sudah diberi nilai setelah diklik nodes.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 50


BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Lokasi Praktikum


Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Senin, 2 Maret 2018
Waktu : 07.00 WIB – 09.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Ventilasi Tambang, Program Studi
Sarjana Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarata.
3.2 Data Masukan Perangkat Lunak
Dalam perencanaan ventilasi menggunakan simulasi perangkat lunak VentsimLite
dibutuhkan data – data sebagai berikut.
a) Data dimensi lubang bukaan
b) Data resistensi setiap jalur udara
c) Jumlah kebutuhan udara segar
3.3 Dimensi Lubang Bukaaan
Dimensi lubang bukaan meliputi tinggi dan lebar bukaan terowongan. Data dimensi
terowongan ini didapatkan dari data yang diberikan oleh Asisten. Besarnya luasan
lubang bukaan didapatkan dari hasil perkalian tinggi dikali lebar. Dimensi lubang
bukaan ini diasumsikan sama untuk semua jalur lubang bukaan. Berikut ini data
dimensi lubang bukaan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Dimensi Teowongan

Dimensi Terowongan

Mine
Type Dimension
Airway
Shaft Round Diameter = 2.8 m
Drift Square 4.8 m x 4 m
Cross -
Arched 4.8 m x 4 m
cut
Duct Round 0.6 m

Cahyo Tri Laksono / 112140173 51


Tabel 3.2 Istilah Tambang Bawah Tanah

3.4 Resistensi

Resistensi merupakan hambatan dalam suatu lokasi. Hambatan ini akan


mempengaruhi besar kecilnya kecepatan aliran udara. Semakin besar nilai
hambatan disuatu lokasi makin kecil kecepatan aliran udara yang mengalir di lokasi
tersebut. Besarnya resistensi ini dihitung dengan menggunakan rumus 2.1. Panjang
jalur udara telah ditentukan oleh Asisten, panjang ekiuvalent didapatkan dari Tabel
2.2, dan faktor gesekan Atkinson dapat dilihat pada Tabel 2.3. Perhitungan
resistensi ini berdasarkan perencaaan kemajuan tambangnya. Data resistensi yang
didapatkan akan menjadi data input dalam simulasi perangkat lunak VentsimLite.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 52


Data Air Type, Friction dan Shock Eqv Terowongan
Mine Air Type Friction Loss Shock Eqv
Type Dimension 3)
Airway (kg/m (m)
Fresh 0.003 6 (Jalur
Smooth lined, Udara
unobstructed Masuk), 1
(Belokan,
Sudut
Shaft Diameter = 2.8
Round Tumpul,
(In) m
Membulat)
dan 6 (Jalur
Meluas
Secara
Langsung)
Fresh 0.004 (Drift 10
With Rough (Splitting
Drift 1 Square 4.8 m x 4 m Side, Stepped Lurus)
Floor,
Handrails)
Fresh 0.010 (Arch -
Shaped Level
Cross -
Arched 4.8 m x 4 m Drifts, Rock
cut
Bolts, and
Mesh)
Exhaust 0.004 (Drift 10
With Rough (Splitting
Drift 2 Square 4.8 m x 4 m Side, Stepped Lurus)
Floor,
Handrails)
Fresh 0.0037 3 (Jalur
(Collapsible Menyempit
Fabric Ducting) Langsung)
Duct Round 0.6 m dan 6 (Jalur
Meluas
Secara
Langsung)
Exhaust 0.016 (Unlined, -
Rough, or
Stope Square 4.8 m x 4 m
Irereguler
Conditions)
Exhaust 0.003 3 (Jalur
Smooth lined, Menyempit
unobstructed Langsung)
Shaft Diameter = 2.8
Round dan 20
(Out) m
(Jalur
Udara
Keluar)

Cahyo Tri Laksono / 112140173 53


3.5 Kebutuhan Minimum Udara Segar
Aliran udara segar yang cukup ditempat kerja didalam tambang akan menciptakan
kondisi kerja yang nyaman dan aman, sehinggaakan dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan menurunkan tingkat kecelakaan tambang. Udara didalam
tambang harus memenuhi udara minimum disetiap jalr tempat kerja sesuai dengan
Keptusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 Pasal 369
(3) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peralatan yang digunakan
dalam operasi penambangan, dan jumlah tenaga kerja yang bekerja didalam
Tambang, dengan perencanaan jumlah alat dan jumlah pekerja sebagai berikut :

3.5.1 Kebutuhan Alat dan Pekerja


Tabel 3. 3 Kebutuhan alat dan pekerja

RENCANA
Peralatan Jumlah unit
2 Boom Development Jumbo EPIROC
2
(Atlas Copco)
LHD ST 1520 EPIROC (Atlas Copco) 2
U/G Trucks MT5020 EPIROC (Atlas
2
Copco)
Charge-up Wagon (Normet Charmec or
2
similar)
Shotcrete Sprayer (Normet Spraymec or
2
similar)
Airflow for Personal U/G 16

Data ini akan digunakan sebagai dasar perencanaan sistem ventilasi dan
perencanaan biaya yang diperlukan selama kegiatan development dan
penambangan berlangsung.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 54


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil Pengolahan Data

SCREENSHOOT LANGKAH KERJA


4.2 Perencanaan Sistem Ventilasi

4.2.1 Resistensi
Resistensi merupakan hambatan dalam suatu lokasi. Hambatan ini akan
mempengaruhi besar kecilnya kecepatan aliran udara. Semakin besar nilai
hambatan disuatu lokasi makin kecil kecepatan aliran udara yang mengalir di lokasi
tersebut.
Data resistensi yang didapatkan akan menjadi data input dalam simulasi perangkat
lunak VentsimLite. Berdasarkan perencaaan kemajuan tambangnya data
perhitungan didapatkan sebagai berikut ;
Tabel 4. 1 perhitungan Resistancee

Luas Shock Friction Loss


Name Bentuk Lebar Tinggi Keliling Panjang Resistance
(m2) eqv (K)
Shaft Diameter
Round -
(In) = 2.8 m
Drift 1 Square 4m 4m
Cross -
Arched 4.8 m 4m
cut
Drift 2 Square 4m 4m
Duct Round 0.6 m -
Stope Square 4m 4m
Shaft Diameter 6.2 0.539
Round - 8.7m 108.2m 20 0.0030
(Out) = 2.8 m

Cahyo Tri Laksono / 112140173 55


4.2.2 Kebutuhan Udara Total
Kebutuhan udara pada rencana penambangan yang diperhitungankan diantaranya
penggunaan alat yang akan beroperasi, jumlah tenaga kerja yang bekerja serta
antisipasi kebocoran udara. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2
dibawah ini
Tabel 4. 2 Kebutuhan udara Rencana
Human and Equipment (Total)
Standar Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Decription Jumlah unit kW per unit HP per unit HP Total Ketentuan Udara per Udara Total Udara Total
(m3/s) Unit (m3/s) (m3/s) (m3/menit)
2 Boom Development Jumbo
LHD ST 1520
U/G Trucks MT5020
Chargeup Wagon (Nomet Chamec or
Similar)
Shotcrete Sprayer (Nomet Spraynec or
Similar)
Airflow for Personal U/G
Kebocoran/ Antisipasi 5%
Total Kebutuhan Udara pada Stage 1 (m3/s)

1 KW = 1,341 HP

4.3 Perencanaan Ventilasi&Simulasi Pada Perangkat Lunak Ventsimlite


Sistem ventilasi yang digunakan pada tambang bawah tanah PT. VA adalah sistem
hisap (exhausting) dan forcing. Aliran udara utama bersumber dari portal
(permukaan) yang mengalir secara alami masuk ke terowongan kemudian udara
bersirkulasi sepanjang jalur udara dan dikeluarkan melalui kipas utama (main fan),
selain exhaust fan ada juga main fan yang menggunakan sistem forcing. Sedangkan
untuk ventilasi local juga menggunakan sistem forcing dimana meletakkan duct
intake pada front untuk mengalirkan udara kedalam lokasi kerja. Udara yang
diambil dari fan ventilasi local ini diambil dari udara shaft yang bersumber dari
main fan.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 56


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data

Gambar 4. 1 Gambaran simulasi ventilasi


Pada Tahap ini di perlukan udara bersih yang masuk sebesar 150m3 yang diharapka
mampu meniupkan udara bersih ke dalam stope sebesar 107,2 m3/s, agar dapat
memenuhi kebutuhan udara bersih pada stope. Pada tahap ini hanya dilakukan
kegiatan development sehingga kebutuhan udara tidak begitu besar, dan juga
dibantu 2 buah good door yang di letakan pada drift 1 dan cross-cut agar dapat
meningkatkan resistence pada area yang sedang tidak beroprasi agar arah aliran
udara dapat mengalir ke arah Kemajuan tambang akan terjadi, diawali dengan
pembangunan drift dimana vent-duct akan mengikuti dengan arah kemajuan
tambang. Adapun nilai efisiensi yang dicapai dari simulasi ventilasi Tahap 1 ini
adalah sebesar 75.8 %.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 57


BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi perencanaan ventilasi sesuai rencana tahapan
penambangan PT VA. Maka, disimpulkan sebagai berikut :
a. Pada Tahap ini dibangun total panjang jaringan udara 2.281m di perlukan udara
bersih yang masuk sebesar 150m3 yang diharapka mampu meniupkan udara bersih
ke dalam stope sebesar 107,2 m3/s, agar dapat memenuhi kebutuhan udara bersih
pada stope. Pada tahap ini hanya dilakukan kegiatan development sehingga
kebutuhan udara tidak begitu besar, dan juga dibantu 2 buah good door yang di
letakan pada drift 1 dan cross-cut agar dapat meningkatkan resistence pada area
yang sedang tidak beroprasi agar arah aliran udara dapat mengalir ke arah
Kemajuan tambang akan terjadi, diawali dengan pembangunan drift dimana vent-
duct akan mengikuti dengan arah kemajuan tambang. Adapun nilai efisiensi yang
dicapai dari simulasi ventilasi Tahap 1 ini adalah sebesar 75.8 %.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum acara 7 VentSimLite ini, yaitu
:
1. x
2. x

Cahyo Tri Laksono / 112140173 58


DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, dkk. 2018. Buku Petunjuk Praktikum Ventilasi. Jurusan Teknik


Pertambangan, FTM-UPN ”Veteran” Yogyakarta.

. 2016, Diklat Tambang Bawat Tanah. Kementrian Energi dan


Sumberdaya Mineral

. 2006, Diklat Tambang Bawah Tanah.

Cahyo Tri Laksono / 112140173 59

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan + Abstract22
    Ringkasan + Abstract22
    Dokumen2 halaman
    Ringkasan + Abstract22
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR GAMBARd
    DAFTAR GAMBARd
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR GAMBARd
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Lampiran
    Daftar Lampiran
    Dokumen1 halaman
    Daftar Lampiran
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Penggunaan Kompas Geologi
    Penggunaan Kompas Geologi
    Dokumen7 halaman
    Penggunaan Kompas Geologi
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Lampiran
    Daftar Lampiran
    Dokumen1 halaman
    Daftar Lampiran
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Keruntuhan Lereng Batuan
    Penanganan Keruntuhan Lereng Batuan
    Dokumen18 halaman
    Penanganan Keruntuhan Lereng Batuan
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabele
    Daftar Tabele
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabele
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • CV Utama
    CV Utama
    Dokumen4 halaman
    CV Utama
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Haerudin
    Bab 5 Haerudin
    Dokumen42 halaman
    Bab 5 Haerudin
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Tugas Belerang
    Tugas Belerang
    Dokumen22 halaman
    Tugas Belerang
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Sumbu Api Dan Sumbu Ledak
    Sumbu Api Dan Sumbu Ledak
    Dokumen27 halaman
    Sumbu Api Dan Sumbu Ledak
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Isi Proposal
    Isi Proposal
    Dokumen24 halaman
    Isi Proposal
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Rapat
    Laporan Rapat
    Dokumen4 halaman
    Laporan Rapat
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI PENCUCIAN
    OPTIMASI PENCUCIAN
    Dokumen6 halaman
    OPTIMASI PENCUCIAN
    Qieya QieRara Yaya
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Kerja
    Surat Lamaran Kerja
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran Kerja
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • KSM HMTA
    KSM HMTA
    Dokumen1 halaman
    KSM HMTA
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • 6.proposal Anisa
    6.proposal Anisa
    Dokumen20 halaman
    6.proposal Anisa
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • Pengertian
    Pengertian
    Dokumen7 halaman
    Pengertian
    Gilang Vidiansyah
    Belum ada peringkat
  • Terjadinya Dan Migas
    Terjadinya Dan Migas
    Dokumen2 halaman
    Terjadinya Dan Migas
    grendika
    Belum ada peringkat
  • Seismik
    Seismik
    Dokumen7 halaman
    Seismik
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat
  • GEOFISIKA MINERAL
    GEOFISIKA MINERAL
    Dokumen6 halaman
    GEOFISIKA MINERAL
    Gavaria Venzio Setyorini
    Belum ada peringkat