Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Definisi
Epidemiologi
Stroke adalah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan
kecacatan dalam kehidupan manusia. Di Amerika Serikat, stroke menempati urutan ketiga
penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia data nasional stroke
menunjukan angka kematian tertinggi 15, 4 % sebagai penyebab. Sementara itu terdapat juga data
stroke di Indonesia berdasarkan penelitian potong lintang multi senter di 28 rumah sakit dengan
jumlah subyek sebanyak 2065 orang pada bulan oktober 1996 sampai bulan maret 1997.4
Diensefalon
Diencephalon hampir seluruhnya tertutup dari permukaan otak. Terdiri atas thalamus di
dorsal dan hypothalamus di ventral. Thalamus adalah massa substantia grisea besar, yang terletak
di kanan dan kiri ventriculus tertius. Thalamus merupakan stasiun perantara besar untuk jaras
sensoris aferen yang menuju ke cortex cerebri. Hypothalamus membentuk bagian bawah dinding
lateral dan dasar ventriculus tertius. Struktur-struktur berikut ini terdapat di dasarventriculus
tertius, dari depankebelakang: chiasma opticum, tuber cinereum dan infundibulum, corpus
mammillare, dan substantia perforata posterior.5
Batang otak
• Mesensefalon
Mesencephalon adalah bagian sempit otak yang berjalan melewati incisura tentorii dan
menghubungkan otak depan dengan otak belakang. Mesencephalon terdiri dari dua belahan lateral
yang disebut pedunculus cerebri. Masing-masing dibagi dalam pars anterior yaitu crus cerebri, dan
bagian posterior yaitu tegmentum, oleh sebuah pita substantia grisea berpigmen yang disebut
substantia nigra. Rongga sempit mesencephalon disebut aqueductus cerebri, yang menghubungkan
ventriculus tertius dengan ventriculus quartus. Tectum adalah bagian mesencephalon yang terletak
posterior terhadap aqueducfus cerebri. Tectum mempunyai empat tonjolan kecif yaitu dua
colliculus superior dan dua colliculus inferior. Colliculus ini terletak profunda di antara cerebellum
dan hemispherium cerebri.5
• Pons
Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, di bawah mesencephalon dandi
atasmedulla oblongata. Pons terutama disusun oleh serabut-serabut saraf yang menghubungkan
kedua belahan cerebellum. Pons juga mengandung serabutserabut ascendens dan descendens yang
menghubungkan otak depan, mesencephalon, dan meduila spinalis. Beberapa sel saraf di dalam
pons berfungsi sebagai stasiun perantara, sedangkan yang lain membentuk inti saraf otak.5
• Medula Oblongata
Medulla oblongata berbentuk kerucut dan menghubungkan pons di atas dengan medulla
spinalis di bawah (Gambar 14-10). Fissura mediana terdapat pada permukaan anterior medulla,
dan pada setiap sisi terdapat benjolan yang disebut pyramis. Pyramis tersusun dari berkas-berkas
serabut saraf yang berasal dari sel-sel besar di dalam gyrus precentralis cortex cerebi. Pyramis
mengecil ke bawaildan di sini hampir seluruh serabut-serabut descendens menyilang ke sisi
lainnya, membentuk decussatio pyramidum.5
Cerebelum
Cerebellum terletak di dalam fossa cranii posterior di bawah tentorium cerebelli.
Cerebelum terletak posterior terhadap pons dan medulla oblongata. Terdiri dari dua hemisphere
yang dihubungkan oleh bagian tengah, yang disebui vermis. Cerebellum dihubungkan dengan
mesencephalon melalui pedunculus cerebellaris superior, dengan pons oleh pedunculus
cerebellaris medius, dan dengan medulla oblongata oleh pedunculus cerebellaris inferior.5
Cerebellum berperan penting dalam mengendalikan tonus ototdan mengkoordinasikan gerak otot
pada sisi tubuh yang sama. Rongga pada otak belakang adalah ventriculus quartus. Rongga ini
dibatasi di depan oleh pons danmedulla oblongata, dibelakang olehvelummedullare superius dan
inferius serta cerebellum. Ventriculus quartus berhubungan ke atas dengan ventriculus tertius
melalui aqueductus cerebri, dan ke bawah ia berlanjut sebagai canalis centralis medulla spinalis.
Juga berhubungan dengan spatium subarachnoideum melalui tiga lubang di bagian bawah atap,
satu lubang di medial dan dua lubang di lateral.5
Klasifikasi stroke
Stroke di bagi menjadi 2, yaitu stroke iskemik ( 70-80 %) dan hemoragik (20-30%).8
Infark
Stroke infarct terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak
normalnya adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per menit; jika turun hingga 18 mL/100 gram
jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron akan terhenti meskipun struktur sel masih baik,
sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika aliran darah ke otak turun sampai <10 mL/100 gram
jaringan otak per menit, akan terjadi rangkaian perubahan biokimiawi sel dan membrane yang
ireversibel membentuk daerah infark.9
Perdarahan Intraserebral
Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral. Hipertensi, khususnya yang tidak
terkontrol, merupakan penyebab utama.9
Faktor Risiko
Patofisiologi
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi arteri di otak, yang dapat disebabkan thrombosis
maupun emboli. Thrombosis merupakan obstruksi aliran darah akibat penyempitan lumen
pembuluh darah atau sumbatan. Penyebab tersering adalah arterosklerosis. Gejala biasanya
memberat secara bertahap. Emboli disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah dari tempat yang
lebih proximal. Emboli bukan biasanya bersumber dari jantung atau arteri besar, seperti aorta,
a.karotis, atau a.vertebralis. gejalanya biasanya langsung memberat atau hanya sesaat untuk
kemudian menghilang lagi seketika saat emboli terlepas kearah distal, seperti pada TIA.8
Infark emboli
Delapan puluh persen stroke iskemik disebabkan oleh emboli. Bekuan darah, atau serpihan
debris yang lepas dari plak ateromatosa di dinding pembuluh darah besar ekstrakranial, terbawa
oleh aliran darah ke otak, dan menjadi sumbatan didalam lumen end artery fungsional. Oklusi
embolik proksimal pada trunkus utama arteri serebri menyebabkan infark luas pada seluruh teritori
pembuluh darah tersebut ( infark territorial).13
Sebagian besar emboli berasal dari lesi ateromatosa bifurkasio karotidis atau dari jantung.
Kadang-kadang, emboli dapat dapat berasal dari sirkulasi vena perifer yang terbawa oleh aliran
darah ke otak ( disebut emboli paradoksal). Prakondisi keadaan ini adalah patent foramen ovale,
yang menyediakan hubungan yang diperlukan antara sirkulasi vena dan arteri pada level atria. Pada
kondisi normal, foramen ovale tertutup dan thrombus vena tersaring keluar dari sirkulasi diparu
sehingga sehingga thrombus tersebut tidak dapat masuk ke sisi arterial.13
Thrombus emboli kadang-kadang larut secara spontan oleh aktivitas fibrinolitik darah. Jika
proses ini terjadi secara cepat, deficit neurologis pasien dapat berkurang, dengan pemulihan
sempurna dan tidak ada gejala sisa. Namun, jika thrombus tidak larut dalam beberapa jam atau
hari, terjadi kematian sel dan deficit neuologis yang biasanya ireversibel.13
Manifestasi klinis
Manifestasi klinik stroke sangat tergantung kepada daerah otak yang terganggu aliran darahnya
dan fungsi daerah otak yang menderita iskemia tersebut. Oleh karena itu pengetahuan dasar
anatomi dan fisiologi aliran darah otak sangat penting untuk mengenal gejala-gejala klinik pada
stroke. Berdasarkan vaskularisasi otak, maka gejala klinik stroke dapat dibagi atas 2 golongan
besar yaitu:
1. Stroke pada system karotis atau stroke hemisferik.
2. Stroke pada system vertebra-basilar atau stroke fossa posterior.
Salah satu ciri stroke adalah timbul gejala sangat mendadak dan jarang didahului oleh gejala
peringatan (warning sign) seperti sakit kepala mual, muntah dan sebagainya.4
Diagnosis
Pada anamnesis
Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat
mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, mau sholat, selesai sholat , sedang bekerja atau sewaktu
beristirahat. Selain itu perlu ditanyakan pula factor-faktor risiko yang menyertai stroke misalnya
penyakit kencing manis, darah tinggi dan penyakit jantung, serta obat-obat yang sedang dipakai.
Selanjutnya ditanyakan pula riwayat keluarga dan penyakit lainnya.4
Pemeriksaan Fisik
Setelah penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah kiri
dan kanan, nadi , pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran menuru,
tentukan skor dengan skala koma glasgow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah.
Jika kesadaran menurundan nilai skala koma Glasgow telah ditentukan, lakukan pemeriksaan
reflex-refleks batang otak yaitu:
a. Reaksi pupil terhadap cahaya
b. Reflex kornea
c. Reflex okulo sefalik
d. Reflex okulo-vestibuler (tes kalori).
3. LACI : Lacunar Infarct, Disebabkan oleh infark pada arteri kecil dalam otak (small deep
infarct).
Tanda – tanda klinisnya :
Tidak ada deficit visual
Tidak ada gangguan fungsi luhur
Tidak ada gangguan fungsi batang otak
Deficit maksimum pada satu cabang arteri kecil
Gambaran klinis dari LACI :
- Pure Motor Stroke (PMS)
- Pure Sensory Stroke (PSS)
- Ataksik hemiparesis (termasuk ataksia dan dysarthria – clumsy – hand syndrome)
4. POCI : Posterior Circulation Infarct. Terjadi Oklusi pada batang otak atau lobus oksipitalis.
Gejala klinisnya:
Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral dan gangguan motorik / sensorik
kontralateral.
Gangguan motoric/sensorik bilateral
Gangguan gerakan konjugat mata (horizontal atau vertical)
Disfungsi serebelar tanpa gangguan long tract ipsilateral
Isolated hemianopia atau buta kortikal.4
Pemeriksaan Penunjang
CT scan
Menunjukan area iskemik tidak lebih cepat dari 2 jam setelah onset hiperperfusi.
Namun pemeriksaan ini menunjukan perdarahan lebih cepat. Setiap pasien dengan onset
defisit neurologis akut atau subakut sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT-Scan sesegera
mungkin sehingga diagnosis perdarahan dapat ditegakan atau disingkirkan. Keuntungan
lain CT Scan dibanding dengan MRI adalah ketersediaanya yang cepat. Jika CT-Scan tidak
menunjukan kelainan maka pemeriksaan dapat diulang 24 jam kemudian, sebab bisa saja
infark yang terjadi belum tampak pada pemeriksaan pertama.13
Akhir-akhir ini CT-Scan telah berkembang untuk mendeteksi oklusi vascular akut
(CT Angiografi) atau gangguan perfusi pada suatu daerah di otak (CT Perfusion)
Pemeriksaan MRI
MRI lebih sensitif dibandingkan CT scan dalam menentukan stroke iskemik karena
hanya dalam beberapa menit sejak onset dapat menunjukan daerah iskemik pada otak. MRI
juga dapat menunjukan infark serebri yang tidak tampak pada pemeriksaan CT-scan pada
pasien dengan defisit neurologis ringan atau transient.13
Trans Cranial Doppler ( TCD )
Digunakan untuk menilai penyakit –penyakit vascular dipembuluh darah di otak,
oleh karena itu kita harus mengetahui identifikasi pembuluh darah di otak secara baik. TCD
dapat digunakan untuk :
1. Menilai dan monitoring vasopam yang disebabkan oleh perdarahan “ subarachnoid”
2. Menilai penyakit intracranial steno- occlusive disease
3. Menilai efek intracranial yang disebabkan oelh penyakit extracranial karena keduanya
masih memiliki hubungan.
4. Monitoring thrombolysis ; sonothrombolisis
5. Mendeteksi adanya Right- to – left shunt
6. Menilai fungsi dari cerebrovascular reserve
7. Mendekteksi adanya microemboli signals
8. Monitoring pasien pasca carotid end arterectomy dan CABG
9. Menilai suatu brain death.4
Pemeriksaan TCD Juga memiliki kelemahan yakni jika pada pasien memiliki
tulang temporal yang tertutup sehingga menyulitkan penetrasi untuk mendeteksi pembuluh
darah, hilangnya atau kecilnya suatu pembuluh darah terutama pada ACA dan PCA,
pengaturan setting dari alat TCD yang kurang baik juga dapat mempengaruhi keakuratan
dari pemeriksaan TCD.
Sedangkan keuntungan dari TCD adalah prosedur ini cukup cepat, akurat, relative
aman serta non invasive dibandingkan dengan prosedur lainnya.4
Penatalaksanaan
Pencegahan
Primer
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah stroke pertama dengan mengobati
factor risiko predisposisi. Komponen yang paling penting adalah terapi hipertensi arterial secara
efektif, yang, selain usia, merupakan factor risiko stroke terpenting. Tekanan darah tinggi juag
meningkatkan risiko pasien mengalami perdarahan intraserebral atau perdarahan subaracnoid.
Normalisasi tekanan darah dapat mengurangi risiko stroke hingga 40 %. Factor lain yang dapat di
control antara lain adalah merokok, diabetes mellitus, dan fibrilasi atrium. Pemberian aspirin dan
penghambat agregasi trombosit lainnya tidak menjadi komponen pencegahan primer. Terapi
pembedahan pada stenosis arteri karotis interna asimtomatik juga dilakukan sebagai pencegahan
primer, meskipun tidak ada bukti statistic yang jelas.13
Sekunder
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mencegah stroke setelah setidaknya terjadi satu
episode iskemia cerebri. Pemberian aspirin dosis-rendah (100 mg/hari) menurunkan risiko stroke
berulang hingga 25 %. Penghambat agregasi trombosit lainnya, seperti ticlopidine dan clopidogrel,
memiliki efek protektif yang lebih jelas dari pada aspirin, tetapi keuntungannya ditutupi oleh
harganya yang lebih mahal dan beberapa efek samping yang serius. Antikoagulasi terapeutik
dengan warfarin sangat efektif untuk menurunkan risiko stroke pada pasien dengan fibrilasi atrium
dan denyut jantung yang ireguler ( pasien dengan jenis aritmia ini memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk pembentukan thrombus intrakardiak dengan akibat embolisasi ke otak) ; penurunan risiko
relative pada keadaan ini adalah 60-80%. 13
Prognosis
4 Paresis wajah
0 = normal
1 = paresis ringan
2 = paresis parsial
3 = paresis total
Seperti lazimnya semua skoring yang mempunyai keunggulan dan kelemahan, maka
NIHSS juga mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulannya adalah dapat dilakukan dengan cepat, kurang lebih 15 menit, telah banyak
dipergunakan dan telah divalidasi, berguna untuk kondisi stroke akut. Kelemahannya kurang baik
untuk stroke gangguan sirkulasi posterior, oleh karena didalam skoring terdapat penilaian
kemampuan berbahasa dan untuk gangguan batang otak, nilai yang diperoleh tidak sesuai antara
luasnya kerusakan patologis dengan beratnya gejala dan tanda deficit neurologis yang
ditimbulkannya.4
Berdasarkan penelitian, terdapat nilai korelasi NIHSS masuk dengan kondisi saat keluar,
yaitu:
NIHSS saat (hari) Keluaran
0–8 Pulang dengan berobat jalan ( p = 0,001)
9 - 17 Perawatan rehabilitasi (p = 0,004 )
18 + Perawatan difasilitas rehabilitasi, perawatan khusus
dirumah, perawatan subakut atau perawatan khusus disuatu
rumah rehabilitasi ( p = 0,01)
BAB III
Pembahasan Kasus
Pasien datang ke IGD RSBY dengan keluhan anggota tubuh kanan lemas sejak 4 jam
SMRS. Lemas tubuh sisi sebelah kanan disertai mulut mencong ke kiri, tangan kanan dan kaki
kanan tidak bisa di gerakan seperti biasa. Dari keluarga mengatakan pada jam 5 sore setelah mandi,
pasien tiba-tiba lemas dan tersandar di pintu. Keluarga os mengatakan setelah Os tiba-tiba jatuh
(tersandar) dikamar mandi dan mulai berbicara tidak jelas seperti (pelo) dan setengah badan badan
sisi sebelah kanan tidak bisa digerakan dan os masih sadarkan diri, tidak disertai muntah dan
kejang. Dalam perjalanan menuju rs pasien muntah 2x, keluhan nyeri kepala (-), os juga tidak
terlihat mengantuk, masih dapat merespon.
Pada kasus pasien Tn. S, penyakit yang diderita sesuai dengan definisi stroke menurut
WHO. Pasien mengalami defisit neurologis secara tiba-tiba berupa kelemahan pada anggota gerak
kanan (hemiparese dextra) tanpa ada pencetus apapun. Pasien mengalami parese pada nervus
kranialis VII, yang menyebabkan pasien sulit mengembungkan pipi dan menyeringai pada wajah
sisi kanan bawah dan XII, yang menyebabkan lidah pasien mengalami deviasi ke arah kanan,
pergerakan lidah menjadi sulit, dan bicara pasien menjadi pelo. Meskipun demikian, pasien tidak
mengalami gangguan kesadaran. Tidak terdapat pula tanda-tanda peningkatan TIK seperti muntah
proyektil. Edema papil tidak dilakukan pemeriksaan.
Pada Siriraj score didapatkan hasil -1, dimana diindikasikan sebagai stroke iskemik dan
Gajah Mada score memberikan klasifikasi stroke iskemik, didapatkan dari kriteria tidak
terdapatnya penurunan kesadaran, tidak terdapat nyeri kepala, dan refleks babinsky (-). Melakukan
konfirmasi dengan menggunakan CT-Scan merupakan hal yang penting untuk menegakan
diagnosis pasti perihal stroke yang terjadi.
Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras kemudian menunjukan kesan stroke
perdarahan kapsula interna-thalamus kiri estimasi Vol. 13,7 cc, perdarahan intraventrikel lateralis
kiri dan ventrikel III, atrofi cerebri senilis, sinusitis kronik maksilaris kiri.
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu Citicoline sebagai pelindung otak dari kerusakan
lebih lanjut dan pemberian amlodipine untuk mengontrol hipertensi pasien untuk mencegah
terjadinya stroke kembali. Hal ini karena dari hasil anamnesis diketahui hipertensi yang dialami
pasien tidak terkontrol. Selain itu dapat pula diberikan Parasetamol untuk menurunkan suhu
pasien. Ranitidine diberikan untuk menurunkan kadar asam lambung pasien agar tidak mual dan
mencegah terjadinya stress ulcer.
Selain terapi medikamentosa, dapat juga dipikirkan untuk terapi medikamentosa nya yaitu
fisioterapi ketika keadaan pasien sudah membaik.
Langkah terakhir adalah edukasi pasien untuk menjaga pola makan untuk menjaga kadar
glukosa, trigliserida dan tekanan darah untuk mencegah kejadian stroke di kemudian hari. Karena
pada awal pemeriksaan pada pasien, didapatkan tingginya tekanan darah sebagai faktor risiko
stroke. Pasien juga dihimbau untuk dan menghindari aktivitas yang berat dan mengonsumsi obat
secara teratur dengan pemantauan dari keluarga.
Daftar Pustaka
1. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke
tahun 2011. Jakarta : Pokdi Stroke PERDOSSI ; 2011.
2. Aji SA, Sarosa M, Onny S, Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis dengan