menggunakan teknik purposive sampling dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4. 1
Tabel Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian
Jumlah
No Keterangan
Perusahaan
Perusahaan yang listing di BEI selama tahun
1 193
penelitian
Tidak Secara Berturut-turut melaporkan
2. (138)
laporan tahunan
Daftar perusahaan yang melaporkan laporan
3 55
tahunan
Perusahaan yang mengeluarkan laporan
4 tahunan tetapi tidak mengungkapkan CSR (29)
dalam laporan tahunannya
5 Perusahaan Sampel 26
Total pengamatan (26x4) 104
Tabel 4. 2
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI
Tahun 2013-2017
Tabel 4. 3
Hasil Pengujian Deskriptif Perusahaan Manufaktur
Descriptive Statistics
Data yang valid dari variabel CSR sebanyak 104 dengan didapat nilai
minimum sebanyak 0,09 dan nilai maksimum sebanyak 0,50. Rata-rata CSR dari
104 sampel adalah 0,2519 dengan standart deviasi 0,098. Perolehan nilai rata-rata
yang menunjukan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasi
menunjukan hasil dimana sebaran data variabel CSR menunjukan sebaran yang
Data yang valid dari variabel profitabilitas sebanyak 104 dengan didapat nilai
profitabilitas dari 104 sampel adalah 6,3509 dengan standart deviasi 4,7514.
Perolehan nilai rata-rata yang menunjukan hasil yang lebih besar dibandingkan
dengan nilai standar deviasi menunjukan hasil dimana sebaran data variabel
profitabilitas menunjukan sebaran yang merata antara perusahaan satu dengan
lainnya.
Data yang valid dari variabel ukuran perusahaan sebanyak 104 dengan
didapat nilai minimum sebanyak 8,94 dan nilai maksimum sebanyak 19,38. Rata-
rata ukuran perusahaan dari 104 sampel adalah 14,4026 dengan standart deviasi
1,8493. Perolehan nilai rata-rata yang menunjukan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai standar deviasi menunjukan hasil dimana sebaran data
variabel ukuran perusahaan menunjukan sebaran yang merata antara perusahaan satu
dengan lainnya.
Data yang valid dari variabel leverage sebanyak 104 dengan didapat nilai
minimum sebanyak -7,72 dan nilai maksimum sebanyak 22,46. Rata-rata ukuran
perusahaan dari 104 sampel adalah 1,3080 dengan standart deviasi 3,1273.
Perolehan nilai rata-rata yang menunjukan hasil yang lebih kecil dibandingkan
dengan nilai standar deviasi menunjukan hasil dimana sebaran data variabel leverage
Data yang valid dari variabel kepemilikan publik sebanyak 104 dengan
didapat nilai minimum sebanyak 5,26 dan nilai maksimum sebanyak 82,47. Rata-
rata kepemilikan publik dari 104 sampel adalah 36,2264 dengan standart deviasi
21,2956. Perolehan nilai rata-rata yang menunjukan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai standar deviasi menunjukan hasil dimana sebaran data
variabel leverage menunjukan sebaran yang merata antara perusahaan satu dengan
lainnya.
4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam
model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data,
Tabel 4. 4
Hasil Pengujian Normalitas Perusahaan Manufaktur
Sebelum dilakukan Ln
Unstandardized
Residual
N 104
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,08441099
Most Extreme Differences Absolute ,094
Positive ,094
Negative -,070
Test Statistic ,094
Asymp. Sig. (2-tailed) ,025c
Dari hasil pengujian terhadap 104 data menunjukan bahwa data terdistribusi
tidak normal. Hal ini ditunjukan dengan nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,094
dan signifikan pada 0,025 yang kebih kecil dari 0,05. Karena pada hasil pengujian
Tabel 4. 5
Hasil Pengujian Normalitas Perusahaan Manufaktur
Sesudah dilakukan Ln
Unstandardized
Residual
N 97
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,35064626
Most Extreme Differences Absolute ,050
Positive ,039
Negative -,050
Test Statistic ,050
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
signifikansi 0,200 (0,200 > 0,05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa data
Uji ini bertujuan untuk menguuji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebasnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance rendah sama dengan VIF tinggi (karena
VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off
yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.
Berdasarkan aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan toleramce, maka apabila
VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan terjadi
gejala multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai VIF kurang dari 10 atau tolerance
Tabel 4. 6
Tabel Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada masing-masing variabel tidak
terjadi multikolinearitas karena memilki tolerance lebih dari 0, 10 dan nilai VIF
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual ( kesalahan pengganggu
) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain. Model regresi yang baik
adalah bebas autokorelasi. Pengujian ini digunakan untuk menguji asumsi klasik
autokorelasi dapat digunakan Run Test. Jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test
digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis).
Pada tingkat signifikan 0,05, jika probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikan maka hipotesis nol diterima. Berikut adalah hasil pengujian menggunakan
Run Test
Tabel 4. 7
Uji Autokorelasi Menggunakan Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
a. Median
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Z-test adalah -1,122 dengan
probabilitas 0,262 pada 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat
melihat uji Glejser. Jika nilai probabilitas signifikansinya diatas tingkat 0,05, maka
Tabel 4. 8
Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
pada semua variabel penelitian, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
dipakai.
4.2.3. Hasil Uji Hipotesis
Berikut adalah hasil analisis regresi linear berganda penelitian ini dengan
Tabel 4. 9
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Keterangan
Y = CSR
X1 = Profitabilitas
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Leverage
X4 = Kepemilikan Publik
α = konstanta
perusahaan semakin baik sedangkan variabel yang lain konstan, maka CSR
sedangkan variabel yang lain konstan, maka CSR diprediksi akan menurun
sedangkan variabel yang lain konstan, maka CSR diprediksi akan meningkat.
semakin baik sedangkan variabel yang lain konstan, maka CSR diprediksi
akan meningkat.
variabel independen
Tabel 4. 10
Nilai Koefisien Determinasi Perusahaan Manufaktur
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,527a ,277 ,246 ,35819 1,944
a. Predictors: (Constant), lnkp, lnprof, lnsize, lnder
b. Dependent Variable: lncsr
Nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,246 atau 24,6%. Hal ini
berarti 24,6% variasi CSR yang bisa dijelaskan oleh variasi dari semua variabel
sedangkan sisanya sebesar 75,4% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
Uji F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan sudah
tepat. Pada penelitian ini hasil pengujian secara simultan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4. 11
Uji Signifikan F
ANOVAa
Total 16,332 96
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F sebesar 8,825 dan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima
Tabel 4. 12
Uji Signifikan T
Coefficientsa
1. Variabel Profitabilitas
uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 0,799 dan nilai signifikansi
sebesar 0,426. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5 persen maka
uji secara partial diperoleh nilai t hitung sebesar -3,719 dan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5 persen maka
koefisien variabel leverage sebesar 0,123. Dari hasil perhitungan uji secara
partial diperoleh nilai t hitung sebesar 2,841 dan nilai signifikansi sebesar
0,006. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5 persen maka hipotesis
variabel CSR.
uji secara partial diperoleh nilai t hitung sebesar 2,171 dan nilai signifikansi
sebesar 0,032. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5 persen maka
4.3 Pembahasan
adalah 0,426 atau diatas tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini berarti bahwa hipotesis
terhadap CSR.
Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Ross (2012) yang mengungkapkan bahwa kemampuan
tidak hanya dipengaruhi oleh posisi laba yang dimiliki perusahaan, akan tetapi lebih
karena kinerja keuangan yang fundamental tersebut merupakan sistem yang saling
menyatu dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Elber dan Gina
(2015) yang menemukan bahwa profitabilitas bukanlah satu satunya variabel yang
khususnya investor
Hasil temuan ini sejalan dengan penelitian Ivan dkk (2015) yang menemukan
corporate social responsibility. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2016) yang
adalah 0,000 atau dibawah tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini berarti bahwa hipotesis
hipotesis ketiga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Palepu (2005) dan Ross
(2012) yang mengungkapan bertambahnya aset perusahaan menunjukan
mengingat akan timbulnya aset yang menganggur atau tidak termanfaatkan untuk
Didalam model analisis data terlihat bahwa nilai koefisien regresi yang
terbentuk adalah negatif temuan tersebut menunjukan bahwa semakin besar ukuran
melakukan pengeluaran biaya yang lebih besar sehingga mengurangi jatah biaya
Hasil pengujian hipotesis ketiga juga sejalan dengan hasil penelitian yang
responsibility pada perusahaan yang terdaftar didalam pasar modal di Pakistan. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2016)
yang juga menemukan hasil dimana ukuran perusahaan negatif signifikan terhadap
adalah 0,006 atau dibawah tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini berarti bahwa hipotesis
CSR diterima. Hal ini mengindikasikan dimana semakin besar komposisi aliran
Efek Indonesia.
sosial perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa Rasio leverage digunakan untuk
dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Hal ini sesuai dengan teori
keagenan yang memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Perusahaan dengan rasio leverage
dibandingkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Oleh karena itu
kewajibannya pada saat jatuh tempo dan perusahaan akan berusaha memberikan
bahwa perusahaan dengan leverage tinggi akan menanggung biaya pengawasan yang
tinggi. Maka dari itu perusahaan menyediakan informasi secara lebih komprehensif
akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage tinggi akan
yang serupa juga dikemukakan oleh Rofiqkoh dan Priyadi (2016) yang menemukan
hasil dimana leverage berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengungkapan CSR
adalah 0,032 atau dibawah tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini berarti bahwa
mengungkap informasi yang memadai dan relevan dengan tujuan menciptakan pasar
modal yang efisien. Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi saham yang dimiliki
publik. Investor publik terdiri dari masyarakat, baik itu yang berada di sekitar
lingkungan perusahaan maupun yang tidak. Oleh karena itu, investor publik tentu
saja akan concern terhadap aktivitas CSR perusahaan yang diketahui melalui
investor publik akan mendorong perusahaan untuk lebih luas atas pengungkapan
dilakukan oleh Soejoto (2017) dimana yang menemukan hasil bahwa kepemilikan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
5.2 Saran
sebagai berikut :
2. Gunakan sampel perusahaan dari sektor yang lain, seperti sektor real estate.
Dengan mengikutsertakan item-item tambahan dari GRI dalam pengukuran
CSR.
Reporting Initiative.
5.3 Keterbatan Penelitian
jangka panjang.
4. Masih rendahnya perolehan nilai adjusted R square rendah yaitu sebesar 24,6
% sehingga 75,4 % dapat dijelaskan oleh penelitian yang lain. Dapat
penelitian ini. Misalnya variabel jenis industry, free cash flow, resiko bisnis, dan