FINA OKTAVIANI
BP.1741312050
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
HCAP
I. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pada
perkembangannya, berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk
pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia/CAP),
apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia
nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di rumah
sakit.
Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) adalah pneumonia
yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial
adalah pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit,
baik di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan
ventilator. Pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator (ventilator-
acquired pneumonia/VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau
lebih setelah intubasi tracheal.
Pneumonia yang didapat di pusat perawatan kesehatan (healthcare-associated
pneumonia/ HCAP) adalah pasien yang dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit
selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah
perawatan (nursing home atau longterm care facility), mendapatkan antibiotik
intravena, kemoterapi, atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi
ataupun datang ke klinik rumah sakit atau klinik hemodialisa. Health-care associated
pneumonia (HCAP) adalah infeksi yang dimana pada pasien ditemukan kultur positif
bakteri pernafasan selama 2 hari setelah perawatan di pelayanan kesehatan,
hemodialisis jangka panjang, atau perawatan di rumah sakit 30 hari sebelumnya tanpa
penggunaan ventilator.
II. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
a. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif.
Bakteri patogen ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar
ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat
inap di ICU sebanyak 33%.
Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif
Pada pasien yang diberikan obat secara intravena (intravena drug
abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen
dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini memiliki
daya tahan paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini
akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan
abses. Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang
besar dalam pemilihan antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap
beberapa antibiotik.
Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D
yang merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di
rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan
pemasangan endotracheal tube. Contoh akteri gram negatif dibawah adalah :
Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki
bau yang sangat khas.
Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak
berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang
kuman ini.
Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan
berkapsul atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi
tinggu yaitu encapsulated type B (HiB)
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. ,chlamedia sp. ,
Legionella sp.
3. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya
adalah cytomegalivirus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
4. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme
yang menyerang adalah Candida sp., Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
III. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan jaringan paru mana yang terkena pneumonia
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis
Bronkopneumonia
Pneumonia interstitialis
2. Klasifikasi berdasarkan tempat asalnya ditemukannya pathogen penyebab
pneumonia
Community-acquired pneumonia (CAP)
Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)
termasuk diantaranya Health Care-Associated Pneumonia (HCAP) dan
Ventilator-Associated Pneumonia (VAP)
3. Klasifikasi berdasarkan agen atau patogen penyebabnya
Bakteri (patogen tipikal dan patogen atipikal)
Virus
Jamur
Parasit
4. Klasifikasi pneumonia berdasarkan resiko timbulnya kematian pada penderita
pneumonia:
Menurut ATS (Amercian Thoracic Society) : PSI (Pneumonia Severity
Index)
Menurut BTS (British Thoracic Society) : CURB-65, CURB, CRB-65
5. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya:
Community-Acquired Pneumonia
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini
sering di sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia
(Penicillin sensitive and resistant strains ), Haemophilus influenza
(ampicillin sensitive and resistant strains) and Moraxella catarrhalis (all
strains penicillin resistant). Ketiga bakteri tersebut dijumpai hampir 85%
kasus CAP. CAP biasanya menular karena masuk melalui inhalasi atau
aspirasi organisme patogen ke segmen paru atau lobus paru-paru.
Pada pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan karakteristik
penyebab dari tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai lobus atau segmen
paru. Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan taktil
fremitus, nafas bronkial. Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat
terjadi akibat infeksi H. Influenza, emphyema terjadi akibat infeksi
Klebsiella , Streptococcus grup A, S. Pneumonia . Angka kesakitan dan
kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia dan pasien dengan
imunokompromis. Resiko kematian akan meningkat pada CAP apabila
ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan respiratory rate,
hipotensi, demam, multilobar involvement, anemia dan hipoksia.
Hospital-Acquired Pneumonia
Berdasarkan America Thoracic Society (ATS), pneumonia nosokomial
(lebih dikenal sebagai Hospital-acquired pneumonia atau Health care-
associated pneumonia) didefinisikan sebagai pneumonia yang muncul
setelah lebih dari 48 jam di rawat di rumah sakit tanpa pemberian intubasi
endotrakeal. Terjadinya pneumonia nosokomial akibat tidak seimbangnya
pertahanan inang dan kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi
traktus respiratorius bagian bawah. Bakteria yang berperan dalam
pneumonia nosokomial adalah P. Aeruginosa , Klebsiella sp, S. Aureus,
S.pneumonia.
Penyakit ini secara signifikan akan mempengaruhi biaya rawat di
rumah sakit dan lama rawat di rumah sakit. ATS membagi pneumonia
nosokomial menjadi early onset (biasanya muncul selama 4 hari
perawatan di rumah sakit) dan late onset (biasanya muncul setelah lebih
dari 5 hari perawatan di rumah sakit). Pada early onset pneumonia
nosokomial memili prognosis baik dibandingkan late onset pneumonia
nosokomial; hal ini dipengaruhi pada multidrug-resistant organism
sehingga mempengaruhi peningkatan mortalitas. Pada banyak kasus,
diagnosis pneumonia nosokomial dapat diketahui secara klinis, serta
dibantu dengan kultur bakteri; termasuk kultur semikuantitatif dari
sample bronchoalveolar lavange (BAL).
Ventilator-Acquired pneumonia
Pneumonia berhubungan dengan ventilator merupakan pneumonia
yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi trakea.
Ventilator adalah alat yang dimasukan melalui mulut atau hidung, atau
melalu lubang di depan leher. Infeksi dapat muncul jika bakteri masuk
melalui lubang intubasi dan masuk ke paru-paru.
IV. Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen
yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi
yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada
saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan
di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman pathogen akibatnya terjadi
kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.
Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah
setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (
epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler
(leukosit makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan
peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma
dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi
menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-
paru akan dipenuhi sel radang dan cairan, dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun
akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik
dan kematian
V. WOC
Lampiran
VI. Manifestasi Klinik
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif
atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit
dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas,
takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan
bronkial, pleural friction rub.
VII. Komplikasi
1. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.
2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
paru dan infark miokard akut
3. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom
4. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosocomial
5. Sepsis
6. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
7. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
8. Abses paru
9. Efusi pleura
Komplikasi pneumonia yang dapat menyebabkan kematian memiliki mekanisme
sebagai berikut,
Mikroorganisme
Bronkus & Alveoli
Pneumonia
Sepsis
ARDS CHF Endokarditis
MOD
MOF
Mati
h. Jantung
:I Iktus terlihat atau tidak
P Iktus teraba atau tidak
P Batas jantung
A Irama jantung
2. Monitoring respirasi
Aktivitas :
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor polanafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Palpasi untuk perluasan paru
Perkusi dada anterior dan posterior dari Apekske
basis bilateral
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan para
doksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
pantau pembacaan ventilator mekanik, catat
peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan
volume tidal bila perlu
pantau peningkatan kegelisahan, kecemasan dan
kekurangan udara
pantau kemampuan batuk efektif pasien
catat permulaan, cirri-ciri dan durasi dari batuk
pantau secret pernapasan pasien
2. Gangguan pertukaran gas 1. Status pernapasan 1. Manajemen jalan nafas
b/d perubahan membran Indikator : aktifitas :
alveolar kapiler (efek Jumlah pernapasan Posisikan klien pada posisi yang memudahkan untuk
inflamasi) diharapkan normal bernafas dengan ventilasi yang besar
Ritme pernapasan Keluarkan sekresi melalui batuk yang efektif atau
Ds: diharapkan normal pengisapan
Pasien mengatakan Kedalaman Mendorong bernafas dalam dan batuk yang efektif
sesak nafas pernapasan untuk mengeluarkan spuctum
Pasien mengatakan diharapkan normal Instruksikan bagaimana batuk yang efektif untuk
badan lemas Klien diharapkan mengeluarkan spuctum
Do: tidak mengalami Ajarkan klien bagaimana menarik nafas yang
RR>24 x/menit sesak nafas saat seharusnya (tehnik nafas dalam)
Penggunaan otot istirahat Posisikan klien untuk mengurangi sesak nafas
bantu nafas (+) klien diharapkan Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Klien tampak sesak tidak mengalami Mengajarkan cara batuk efektif dengan bantuan
Nilai PaCo2 batuk lagi pembebatan.
Nilai PaO2 akumulasi spuctum Pemberian mukolitik dan hidrasi
Penurunan CO2 diharapkan
Sianosis diharapkan tidak ada Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan
Warna kulit abnormal Klien diharapkan otot bantu nafas dan reaksi otot supraklavikula dan
pH arteri abnormal
2. Status pernafasan : Catat jenis batuk
frekuensi dan
Pertukaran Gas Auskultasi bunyi paru
kedalaman nafas
Indikator : Pemasangan WSD untuk mengurangi akumulasi udara
Kebutuhan jumlah di kavum pleura
abnormal
oksigen terpenuhi
Keseimbangan
pertukaran jaringan
Klien diharapkan
tidak mengalami
sesak nafas saat
istirahat
Tidak gelisah saat
beristirahat
Tidak terjadi
sianosis
Tidak somnolen
Tidak mengalami
kerusakan kognitif
3. Nyeri akut b/d inflamasi 1. Tingkat kenyamanan 1. Manajemen nyeri
parenkim paru Indikator Aktifitas :
Nyeri berkurang Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Ds: Kecemasan lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
Pasien mengatakan berkurang presipitasi
sesak nafas Stres berkurang Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Pasien mengatakan Ketakutan Kaji kebiasaan yang mempengaruhi respion nyeri
nyeri pada dada atau berkurang Pilih dan lakukan penanganan nyeri
sekitar dada 2. Kontrol nyeri Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
Do: Indikator : Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
Pasien tampak Menyarankan tindakan nyeri tidak berhasil
menahan nyeri penngunaan Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Skala nyeri analgesik Tanyakan pada pasien apa saja hal yang memberatkan
P= provokatif/paliatif Memantau gejala rasanya nyeri
Q=qualitas nyeri dari waktu ke Tanyakan pada pasien teknik apa saja yang dapat
R=region waktu mngurangi rasa nyeri yang di rasakan
S=skala Menjelaskan faktor Ajarkan pasien untuk bernafas releks dan menggunakan
T=time – faktor penyebab bernafas lewat bibir.
nyeri
Mengunakan
langkah-langkah
pencegahan
Menggunakan
bantuan non
analgesik seperti
yang d
rekomendasikan
Melaporkan
perubahan dalam
perubahan gejala
nyeri
2. Energy Management
Aktivitas:
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
DAFTAR PUSTAKA