Anda di halaman 1dari 4

Permasalahan Perpajakan di Indonesia

Pajak merupakan pungutan wajib yang dibayarkan oleh masyarakat kepada Negara yang dimana
manfaat nya tidak bisa langsung dirasakan oleh masyarakat karena pemanfaatan pajak ini merupakan
kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi sehingga manfaat nya tidak bisa dirasakan
langsung oleh masyarakat. Pajak ini bersifat memaksa dimana aturan pajak sudah termuat dalam
Undang-undang, jadi seluruh Wajib Pajak wajib menyetorkan pajak dengan tarif yang telah di tentukan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak merupakan penopang pendapatan nasional karena pajak
menyumbang 70% untuk penerimaan Negara. Dengan kata lain pajak merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan yang akan dilakukan oleh suatu Negara. Tanpa pajak maka kegiatan
pembangunan suatu Negara akan terhambat. Semakin banyak pajak yang dihasilkan maka semakin
banyak pula pembangunan infrastruktur Negara. Wujud nyata dari pembayaran pajak yang telah kita
lakukan adalah pembangunan jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

Negara bisa maju apabila masyarakat nya sudah mau membayar pajak dan sudah mematuhi segala
peraturan mengenai pajak karena mereka sudah mengetahui dan sudah paham bagaimana manfaat
dari pajak. Lantas yang menjadi pertanyaan bagaimana dengan Negara kita Negara Indonesia ?
Apakah sudah baik dalam permasalahan pajak ini ????

Seperti yang kita ketahui, Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya nya,
tetapi dari beberapa data yang ada, kekayaan sumber daya di Indonesia tidak berbanding lurus dengan
jumlah pajak yang dibayarkan. Mengapa demikian ? Itu karena masyarakat Indonesia kurang
memahami bagaimana manfaat atau bagaimana alokasi dari pajak itu sendiri. Mereka yang tidak
paham mengenai pajak ini berpikiran yang negatif mengenai pajak, mereka berpikir bahwa pajak hanya
dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan. Sementara dalam kenyataannya output
dari pajak sendiri adalah untuk mensejahterakan rakyatnya.

Indonesia sendiri merupakan Negara yang tingkat penyalahgunaan pajak nya tinggi. Rakyat nya yang
masih kurang sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak, begitu juga dengan perusahaan-
perusahaan yang terkadang melakukan penggelapan pajak agar pajak yang dibayarkan lebih kecil dari
yang seharusnya, sehingga dapat kita katakan bahwa Indonesia belum termasuk Negara maju karena
tingkat kesadaran akan pajak nya masih kurang. Jika masyarakat dapat memahami fungsi dan
kegunaan pajak, untuk apa pajak dibayarkan, tentunya kesadaran mereka untuk membayar pajak akan
lebih meningkat lagi.
Indonesia sendiri dalam pemungutan pajak nya menganut system self assessment, dimana wajib pajak
diberikan kepercayaan penuh untuk mendaftarkan diri, membayar serta menghitung sendiri pajak yang
akan dibayarkan, menyetorkan dan melaporkan pajak terutangnya.

Dengan menganut system self assement, yang menjadi pertanyaan nya adalah seberapa dapat
dipercayakah masyarakat dalam menghitung pajak nya. Apakah tidak akan dijadikan celah bagi
masyarakat atau perusahan-perusahaan dalam melakukan perhitungan pajaknya. Kurangnya
pengawasan terhadap wajib pajak ini dikarenakan jumlah wajib pajak sendiri lebih besar dari jumlah
petugas pajak, sehingga sangat sulit untuk dilakukan pengawasan lebih mendalam mengenai pajak.
Permasalahan pajak ini merupakan suatu permasalahan yang sangat sulit untuk di selesaikan, karena
cara apapun yang akan dilakukan jika wajib pajak nya tidak sadar dengan manfaat pajak, yang selalu
mementingkan kepentingan sendiri dibanding kepentingan umum, maka cara apapun yang akan
dilakukan tetap bisa dijadikan celah bagi wajib pajak dan badan untuk dapat mengecilkan pajak nya.

Namun ternyata, permasalahan pajak ini bukan hanya dari pihak masyarakatnya sendiri, melainkan
juga dikarenakan oleh oknum-oknum penguasa yang melakukan penyelewengan terhadap uang pajak
yang dibayarkan oleh masyarakat, sehingga masyarakat menjadi enggan untuk membayarkan
pajaknya karena uang pajak yang mereka bayarkan menjadi penghasilan besar untuk oknum-oknum
tertentu. Sehingga pajak yang seharusnya untuk mensejahterakan masyarakat nya dengan
membangun fasilitas-fasilitas yang dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi terhambat. Jika oknum-
oknum tersebut tetap demikian, maka masyarakat tidak bisa mempercayai penuh terhadap pajak dan
mereka akan terus berpikiran bahwa pajak hanya akan menambah beban nya saja, karena pajak yang
seharusnya untuk mensejahaterakan mereka malah disalahgunakan oleh oknum tersebut. Wajar saja
jika kesadaran masyarakat akan pajak tidak akan meningkat.

Kesimpulan dari uraian yang saya berikan, meskipun pajak ini sudah diatur jelas dalam undang-undang
dengan hukum yang kuat, namun bila oknum-oknum masih berbuat curang, masih mementingkan
keuntungannya sendiri, maka pajak tidak akan bisa terlaksana dengan baik. Dengan demikian,
bagaimana Negara Indonesia bisa maju jika uang yang telah dibayarkan oleh masyarakat
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Sehingga masyarakat lebih memilih mengeluarkan uang
untuk kepentingan lainnya daripada harus mengeluarkan uang untuk untuk diberikan kepada koruptor
pajak. Namun, sesungguhnya pemikiran yang demikian juga tidak dapat dibenarkan, karena biar
bagaimanpun kita harus patuh tehadap pajak, jadilah wajib pajak yang baik. Jika oknum melakukan
kecurangan dan diikuti dengan masyarakat yang tidak ingin membayar pajak, maka apa jadinya
Negara Indonesia ini ? Jika demikian Indonesia hanya akan terus menjadi negara yang berkembang
tidak bisa menjadi negara yang maju.

Berikut merupakan kasus-kasus kecurangan terhadap pajak :

No Nama Kasus
1 Gayus Tambunan Gayus Tambunan dipenjara karena melakukan
penyalahgunaan wewenang, menerima suap dari wajib pajak
dan pidana umum lainnya. Gayus terbukti bersalah
menerima suap senilai Rp 925.000.000 dari Roberto
Santonius, konsultan PT Metropolitan Retailmart terkait
kepengurusan keberatan pajak perusahaan tersebut.
Gayus dinilai lalai menangani keberatan pajak PT Surya
Alam Tunggal (SAT) yang berakibat pada kerugian Negara
sebesar Rp 570.000.000. Gayus juga terlibat dalam kasus
penggelapan pajak PT Megah Citra Raya.
2 Dhana Widyatmika a. Menerima uang Rp 3,4 miliar atas pengurusan pajak kurang
bayar PT Mutiara Virgo tahun 2003-2004 dan menerima
Mandiri Traveller Cheque (MTC) senilai Rp 750.000.000 dari
pegawai pemkot Batam
b. Memaksa direksi perusahaan memberi Rp 1 miliar guna
mengurangi kewajiban pajak
3 Bahasyim Assifie a. Menerima suap dari wajib pajak Kartini Mulyadi senilai Rp 1
miliar
4 Mohammad Dian Irwan a. Menerima suap Sin $600 ribu untuk pengurusan pajak PT
Nuqisra dan Eko The Master Steel
Darmayanto b. Rp 3,25 miliar terkait pengurusan pajak PT Delta Internusa
c. US $ 150 ribu untuk pengurusan kasus pajak PT Nusa Raya
Cipta
5 Tomy Hendratno a. Menerima suap Rp 280.000.000 terkait pengurusan restitusi
atau lebih bayar milik PT Bhakti Investama Tbk
6 Pargono Riyadi a. Memeras wajib pajak Asep Yusuf Hendra Permana, pemilik
PT Asep Hendro Racing Sport (AHRS) sebesar
Rp600.000.000

Anda mungkin juga menyukai