Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme kerja obat TBC

No Nama obat Mekanisme kerja Efek samping Tatalaksana


1 Rifampisin Menghambat polimerase RNA Urine Tidak perlu diberikan
(R) yang tergantung DNA pada sel-sel menjadi apapun, tetapi perlu
yang rentan kemerahan, adanya penjelasan
gangguan kepada pasien
fungsi hati
2 Isoniazid Menghambat sintesis asam mikolat Mual, Vitamin B6
(H) yang merupakan komponen muntah, 100mg/hari
terpenting dari dinding sel bakteri neuritis
perifer
3 Ethambutol Menghambat sintesis metabolit Gangguan Hentikan penggunaan
(E) yang menyebabkan kerusakan pada penglihatan ethambutol, periksa
metabolisme sel, menghambat kesehatan mata.
multiplikasi dan menyebabkan Ethambutol tidak
kematian sel boleh diberikan untuk
anak-anak
4 Pirazinamid Merubah asam pirazinat oleh Nyeri sendi Beri aspirin
(Z) enzim pyrazinamidase yang
berasal dari Mycobacterium
tuberculosis
5 Streptomisin Menghambat sintesis protein Gangguan Hentikan penggunaan
(S) dengan mengikat RNA ribosom pendengaran streptomisin bila perlu
dan gangguan ganti dengan
keseimbangan ethambutol.
Streptomisin
dikontraindiaksikan
untuk ibu hamil
Klasifikasi pengobatan TBC
A. TB kasus baru
Tatalaksana : 2HRZE/4H3R3
B. TB kasus gagal
Telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
Tatalaksana : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
C. TB ekstra paru
Tatalaksana : 2HRZE/4H3R3

Hubungan penyakit TBC dengan Penderita

Hospes

Pat
Perubahan biologi
oge Imu 1. Alergi
nisi nita 2. Flora usus
tas
s

Mikroba Antimikroba

Bakterisid

Bakteriostatik

a. Pengaruh mikroba-hospes, dillihat dari segi patogenitas atau kemampuan


mikroba dalam menyerang hospes
b. Pengaruh hospes-mikroba, dilihat dari kemampuan sistem imun hospes dalam
melawan mikroba
c. Pengaruh hospes-antimikroba, dilihat dari kemampuan tubuh dalam menerima
keberadaan antimikroba
d. Pengaruh antimikroba-hospes, dilihat dari perubahan biologi dari hospes
terhadap pengaruh antimikroba
e. Pengaruh mikroba-antimikroba, dilihat dari sensitivitas/resistensi mikroba
terhadap suatu antimikroba
f. Pengaruh antimikroba-mikroba, dilihat dari kemampuam antimikroba dalam
melawan mikroba dengan cara bakterisid atau bakteriosatik
Mekanisme kerja antimikroba
1. Menghambat metabolisme sel mikroba
Contoh : Sulfonamid
2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Contoh : Sefalosporin
3. Mengganggu keutuhan membran sel mikroba
Contoh : Polimiksin
4. Menghambat sintesis protein sel mikroba
Contoh : Aminoglikosida, tetrasiklin, kloramfenikol
Mekanisme kerja tetrasiklin : Berikatan dengan ribosom 30S
Mekanisme kerja kloramfenikol : Berikatan dengan ribosom 50S
5. Menghambat sintesis asam nukleat
Contoh : Rifampisin, kuinolon
Mekanisme kerja rifampisin : Berikatan dengan enzim polimerase-RNA
Mekanisme kerja kuinolon : Menghambat enzim DNA girase

Strategi DOTS
Strategi penanggulangan yang direkomendasikan oleh WHO adalah Strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Strategi DOTS telah dibuktikan
dengan berbagai uji coba lapangan dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank
Dunia menyatakan Strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective.
Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap
satu dolar yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB, akan menghemat
sebesar 55 dolar selama 20 tahun.
Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu:
 Komitmen politisi dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana;
 Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung;
 Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO);
 Kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk
pasien;
 Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program TB.
 Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen tersebut di atas
harus dilaksanakan secara bersamaan.

Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih
mekanisme berikut :
1. Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika. Misalnya
Stafilokoki, resisten terhadap penisilin G menghasilkan beta-laktamase, yang merusak
obat tersebut. Beta-laktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang Gram-negatif.
2. Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya tetrasiklin, tertimbun
dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.
3. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat. Misalnya
resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan dengan hilangnya (atau
perubahan) protein spesifik pada subunit 30s ribosom bakteri yang bertindak sebagai
reseptor.
4. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh
obat. Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak
membutuhkan PABA ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia dapat menggunakan
asam folat yang telah dibentuk.
5. Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi
metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman
yang rentan. Misalnya beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid,
dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap
sulfonamid dari pada PABA.

Tantangan TB /TB MDR di tingkat global dan nasional


Pada tahun 2008, WHO memperkirakan bahwa terdapat sekitar 440.000 kasus TB MDR
setiap tahunnya di dunia dengan angka kematian sekitar 150.000. Dari jumlah tersebut baru
sekitar 8,5% yang telah ditemukan dan diobati. Dalam Rencana Global Pengendalian TB (The
Global Plan to Control TB) yang telah direvisi bertujuan untuk mengobati sekitar 1,6 juta
pasien TB kebal obat antara tahun 2006 dan 2015. Jumlah tersebut mewakili 61% dari beban
kasus TB MDR di negar-anegara dengan beban TB tinggi.
Di WHO SEARO (the South-East Asia Region) angka TB MDR adalah 2,8% dari kasus
TB baru dan 18,8% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Mengingat besarnya jumlah kasus
TB di kawasan ini, maka lebih dari seperempat jumlah kasus TB MDR di dunia atau sekitar
28% terdapat di kawasan ini.
Indonesia menduduki rangking ke 5 dari 22 negara-negara yang mempunyai beban tinggi
untuk TB dan memberikan kontribusi jumlah kasus TB di dunia sebesar 4,7%. Pada tahun
2009, perkiraan insidensi TB semua tipe adalah 189 kasus per 100.000 penduduk per tahun
dengan penemuan kasus TB baru dan kambuh adalah 127 per 100.000 penduduk per tahun dan
angka prevalensi sebesar 285 per 100.000 penduduk per tahun. Angka kematian karena TB
diperkirakan sebesar 27 per 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta,
angka ini didukung dengan penemuan 660.000 total kasus; penemuan kasus baru semua tipe
430.000 dengan 169.213 kasus baru BTA-positif dan jumlah kematian 61.000.
Indonesia menduduki rangking ke 8 dari 27 negara-negara yang mempunyai beban tinggi
dan prioritas kegiatan untuk TB MDR/XDR. Beban TB-MDR di 27 negara ini menyumbang
85% dari beban TB MDR global. Di negara-negara yang termasuk dalam daftar ini minimal
diperkirakan terdapat 4000 kasus TB MDR atau sekurangkurangnya 10% dari seluruh kasus
baru TB MDR. Laporan WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2008 kasus TB MDR di
Indonesia sebesar 6.427. Angka tersebut merujuk pada perkiraan angka TB MDR sebesar 2%
dari kasus TB baru dan 20% dari kasus TB pengobatan ulang. Di masa mendatang diharapkan
survei resistensi obat dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai resistensi obat
TB.

DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, E. 1997. Principle of antimicrobial drug action. Basic and clinical pharmacology.
Third edition. Appleton and Lange, Norwalk.
Amril, Y., 2002. Keberhasilan Directly Observed Therapy (DOT) Pada Pengobatan TB
Paru Kasus Baru di BP4 Surakarta. Tesis. Jakarta : Bagian Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi FKUI

Anda mungkin juga menyukai