Lina Anatan
Abstract
Supply chain management is one of the economic decisions that uses a strategic tool to
achieve competitiveness and sustainability in the global economy era. The focus of this study
investigate the moderating role of supply chain uncertainty (supplier uncertainty, process uncertainty,
demand uncertainty) on the relationship of supply chain management practices and supply chain
management performance. Data are collected through mailed questionnaire. The total questionnaires
are 500 sent to CEOs firms in Indonesia. Seventy three of useable questionnaires returned yielding the
response rate of 14,60%. Through the simple regression the analysis and moderated regression
analysis, three hypotheses are supported and one hypothesis is not supported. It means that supply
chain management practices have significant effects on supply chain performance, and supply chain
uncertainty has a role as moderating variable between the relationship of supply chain management
practices and supply chain performance.
Keywords: Supply Chain Management practices, supply chain uncertainty, supply chain performance.
I. Pendahuluan
Perekonomian era global memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya ketidakstabilan pasar
yang mengakibatkan perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif baik dalam hal harga maupun
kualitas. Dampak nyata era ekonomi global adalah munculnya liberalisasi perdagangan yang
membawa dampak hilangnya batas geografis yang membatasi ruang lingkup perdagangan suatu
perusahaan. Pada era ini kegiatan operasional perusahaan telah berbasis pada teknologi informasi
seperti internet yang mendorong pada perkembangan paradigma perusahaan yang semula hanya
memfokuskan pada downstream yaitu konsumen menjadi fokus pada upstream yaitu kemitraan bisnis.
Kemitraan bisnis sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam memperoleh
sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi, salah satunya adalah melalui manajemen rantai
pasokan (supply chain management). Implementasi manajemen rantai pasokan perlu memfokuskan
pada kecepatan, kualitas, dan fleksibilitas sebagai cara untuk merespon kebutuhan konsumen untuk
menciptakan superior customer value.
Dalam perkembangan bisnis saat ini, karakteristik rantai pasokan dalam fleksibilitas
perusahaan dan praktik-praktik manajemen rantai pasokan telah mengalami perubahan untuk
meningkatkan kinerja rantai pasokan (Stonebraker dan Liao, 2004). Praktik-praktik manajemen rantai
pasokan dalam konteks ini terkait dengan serangkaian aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu
organisasi untuk mencapai keefektifan manajemen rantai pasokan, yang meliputi kemitraan strategik
pemasok, hubungan dengan konsumen, tingkat information sharing, kualitas informasi, postponement
(Li et al., 2006). Praktik-praktik manajemen rantai pasokan tersebut merupakan faktor yang penting
untuk mencapai koordinasi yang efektif dalam rantai pasokan dan menjadi pengendali disepanjang
rantai pasokan.
Studi-studi mengenai manajemen rantai pasokan telah banyak dilakukan pada negara-negara
maju seperti Amerika dan Australia, tetapi hanya sedikit penelitian dilakukan di Asia, khususnya di
122
Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian
Ea Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)
(Lina Anatan
Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, pengelolaan rantai pasokan khususnya di negara kepulauan seperti
Indonesia pada dasarnya sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan karena makin
kompetitifnya tuntutan persaingan yang memaksa perusahaan untuk memperluas pangsa pasar tanpa
mempedulikan batasan geografis antar daerah, antar propinsi, antar pulau, bahkan antar negara,
sehingga keterlibatan dalam suatu rantai pasokan sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan dalam bidang manajemen
rantai pasokan. Penelitian dimotivasi oleh alasan yaitu: Pertama, masih kurangnya penelitian empiris
yang sistematis yang secara simultan menguji pengaruh praktik-praktik manajemen (kemitraan
strategik pemasok, hubungan dengan konsumen, tingkat information sharing, kualitas information,
postponement) terhadap kinerja rantai pasokan yang dikaji dari perspektif customer facing (reliabilitas,
responsiveness, fleksibilitas) dan internal facing (biaya, dan aset). Kedua, Untuk memberikan
masukan sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi dalam proses pengambilan keputusan terkait
dengan praktik-praktik manajemen rantai pasokan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam
rantai pasokan.
Model rantai pasokan dalam studi ini dikembangkan berdasarkan literatur konseptual
manajemen rantai pasokan yang dikemukakan oleh Li et al., (2006) yang menunjukkan adanya
keterkaitan antara praktik-praktik manajemen rantai pasokandan kinerja bisnis perusahaan. Modifikasi
model dengan menambahkan ketidakpastian dalam manajemen rantai pasokan sebagai variabel
moderator mengacu pada studi oleh Batnagar dan Sohal (2005). Studi ini memfokuskan pada
pembahasan empat pertanyaan penelitian yang diajukan meliputi: 1) Apakah praktik-praktik
manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan? 2) Apakah
ketidakpastian dalam rantai pasokan memoderasi hubungan antara praktik-praktik manajemen dan
kinerja rantai pasokan?
123
Zenit
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2012
memungkinkan organisasi untuk memiliki keunggulan khusus dibanding pesaing yaitu kepuasan dan
loyalitas konsumen (Magretta, 1998).
Tabel I Fokus Praktik-praktik Manajemen Rantai Pasokan pada Penelitian Terdahulu
Peneliti Praktik-Praktik Manajemen Rantai Pasokan
Tan et al. (1998) Pembelian, kualitas, hubungan dengan konsumen
Kovarado & Koto Kompetensi inti yang meliputi Electronic Data Interchange (EDI) dan
(2001) eliminasi persediaan yang berlebihan dengan mengurangi customization
pada rantai pasok akhir
Tan et al. (2002) Integrasi rantai pasokan, pembagian informasi, kaakteristik SCM,
manajemen pelayanan konsumen, kapabilitas just in time (JIT)
Chen & Paultaj (2004) Penguangan pemasok, hubungan jangka pendek, komunikasi cross
functional team, keterlibatan pemasok untuk mengukur hubungan
pembeli dan pemasok
Mon & Mentzer (2004) Visi dan tujuan, information sharing, sharing resiko dan prestasi,
kerjasama, integrasi proses, hubungan jangka panjang, dan
kepemimpinan rantai pasokan.
Li et al. (2006) Kemitraan strategik pemasok, hubungan dengan konsumen. Tingkat
information sharing, kualitas information, postponement
Sumber: Diolah
Tingkat pembagian informasi berkaitan dengan tingkat kepentingan dan ketepatan informasi
yang dikomunikasikan ke mitra bisnis dalam rantai pasokan. Information sharing merupakan salah
satu faktor penting dalam implementasi manajemen rantai pasokan (Lalonde, 1998; Yu et al., 2001;
Childhouse dan Towill, 2003). Lalonde (1998) mengemukakan bahwa information sharing merupakan
salah satu dari ”building blocks” yang menunjukkan hubungan yang solid antar mitra bisnis yang
tergabung dalam rantai pasokan. Information sharing pada dasarnya memiliki dua aspek penting yaitu
kuantitas dan kualitas information sharing yang keduanya dianggap sebagai konstruk yang
mempengaruhi information sharing. Aspek kuantitas (tingkat) information sharing mengacu pada
kepentingan dan ketepatan informasi yang dikomunikasikan pada mitra rantai pasokan (Monezka,
1998). Informasi yang dibagikan bisa bervariasi dari level strategik hingga taktis, baik informasi
tentang aktivitas logistik maupun informasi pelanggan.
Kualitas information sharing penting untuk mencapai keefektifan rantai pasokan, tetapi
dampak information sharing akan dirasakan signifikan tergantung pada informasi yang dibagikan,
kepada siapa informasi tersebut dibagikan, kapan dan bagaimana informasi tersebut dibagikan
(Monezka et al., 1998). Dampak information sharing sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
mencakup aspek seperti akurasi, ketepatan waktu, kecukupan informasi, dan kredibilitas pertukaran
informasi. Jarell (1998) mengemukakan bahwa information sharing di sepanjang rantai pasokan dapat
menciptakan fleksibilitas, tetapi untuk mencapai fleksibilitas tersebut diperlukan informasi yang
akurat dan tepat waktu, untuk itu distorsi informasi harus dihilangkan yaitu dengan mencapai
informasi seakurat mungkin dan perusahaan harus memastikan bahwa pergerakan informasi berjalan
lancar tanpa penundaan atau keterlambatan dan tidak terjadi distorsi atau paling tidak diupayakan
seminimum mungkin.
Penundaan didefinisikan sebagai praktik-praktik pembuatan, penyediaan, bahan, dan
pengiriman) dalam rantai pasokan yang memungkinkan perusahaan untuk lebih fleksibel dalam
mengembangkan variasi produk yang berbeda untuk memenuhi perubahan kebutuhan konsumen dan
membedakan suatu produk untuk memodifikasi fungsi permintaan.. Dua pertimbangan utama dalam
mengembangkan suatu strategi postponement adalah dengan menentukan seberapa besar penundaan,
penentuan langkah mana yang digunakan untuk melalukan penundaan. Strategi ini perlu disesuaikan
dengan tipe-tipe produk, permintaan pasar, dan struktur hambatan dalam system manufaktur dan
logistic (Pagh dan Cooper. 1998).
124
Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian
Ea Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)
(Lina Anatan
125
Zenit
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2012
Ketidakpastian Dalam
Rantai Pasokan
Model konseptual rantai pasokan yang dikembangkan dalam studi ini menunjukkan bahwa
praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki dampak langsung terhadap kinerja rantai pasokan
(Shin et al., 2000; Stock et al., 2000). Praktik-praktik manajemen rantai pasokan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja rantai pasokan secara menyeluruh. Misalnya kemitraan stratejik pemasok
memiliki pengaruh langsung terhadap biaya dan tingkat respon terhadap kebutuhan konsumen (Carr
dan Person, 1999), praktik-praktik hubungan dengan konsumen juga memiliki pengaruh terhadap
tingkat responsif perusahaan terhadap kebutuhan konsumen (De Toni dan Nassimbeni, 2000). Makin
tingginya level information sharing akan mengakibatkan makin rendahnya biaya (Lin et al, 2002).
Berdasarkan argumen-argumen dan hasil studi empiris yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya,
maka maka dikembangkan hipotesis:
Hipotesis 1: Praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja rantai pasokan
Bhatnagar dan Sohal (2005) mengemukakan bahwa interaksi yang kompleks dan dinamis
antara pemasok diantara rantai pasokan membawa dampak pada ketidakpastian perencanaan dalam
suatu rantai pasokan. Ketidakpatian dalam rantai pasokan ini dikelompokkan dalam tiga sumber
ketidakpastian yaitu ketidakpastian pemasok, ketidakpastian proses, dan ketidakpastian permintaan.
Ketidakpastian pemasok disebabkan oleh variabilitas kinerja pemasok terkait dengan keterlambatan
pengiriman. Ketidakpastian pemasok didefinisikan sebagai tingkat perubahan kualitas produk dan
kinerja pengiriman pemasok yang tidak dapat diprediksi. Lee dan Billington (1992) mengemukakan
beberapa sumber ketidakpastian pemasok yang meliputi: tingkat penguasaan teknologi pemasok,
waktu tunggu, kinerja pengiriman, dan kualitas material atau bahan baku. Ketidakpastian yang
diakibatkan oleh pemasok seperti keterlambatan pengiriman material/bahan baku, kerusakan material,
dan waktu tunggu yang tidak pasti akan menghambat proses produksi perusahaan yang akan
mengakibatkan terjadinya inefisiensi dalam segala bidang baik dalam hal variabilitas pemesanan,
peningkatan safety stock, peningkatan biaya logistik, dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien
(Yu, et al., 2001).
Ketidakpastian proses atau ketidakpastian teknologi merupakan akibat dari proses produksi
yang tidak reliabel misalnya karena kerusakan mesin. Ketidakpastian teknologi didefinisikan sebagai
perubahan teknologi dalam suatu industri yang tidak dapat diprediksi. Perkembangan teknologi
informasi yang pesat akan dapat memberikan berbagai manfaat dan kesempatan bagi perusahaan jika
perusahaan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dengan benar. Kondisi ini
memberikan manfaat bagi perusahaan tetapi akan dapat menjadi hambatan dan tantangan yang
merugikan jika perusahaan tidak dapat beradaptasi dan menguasai perkembangan teknologi yang ada,
khususnya bagi perusahaan yang bersaing secara individual (stand-alone competition).
Ketidakpastian konsumen didefinisikan sebagai tingkat perubahan permintaan yang tidak
dapat diprediksi dan dirasakan. Kondisi persaingan bisnis yang terjadi telah mengalami perubahan
paradigma dari supplier-driven, dimana produk dan jasa dihasilkan tergantung pada kemampuan
126
Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian
Ea Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)
(Lina Anatan
produsen menjadi customer-driven, dimana setiap keputusan produksi ditentukan oleh keinginan dan
kebutuhan konsumen. Dalam kondisi ini, permintaan konsumen cenderung tidak dapat diprediksi dan
tidak pasti baik dalam hal volume, waktu, maupun tempat. Konsumen saat ini menginginkan lebih
banyak pilihan produk, pelayanan yang lebih baik, kualitas yang lebih tinggi, dan pengiriman yang
lebih cepat.
Studi yang dilakukan Bhatnagar dan Sohal (2005) membuktikan bahwa ketidakpastian dalam
rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan yang diukur dari
pespektif waktu tunggu, persediaan, kualitas, pelayanan konsumen, dan fleksibilitas. Ketika tingkat
ketidakpastian tinggi, serta kebutuhan konsumen cenderung bersifat fluktuatif, rantai pasokan yang
memiliki kinerja baik akan menguntungkan perusahaan yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa pengaruh ketidakpastian dalam rantai pasokan terhadap kinerja rantai
pasokan akan lebih besar dalam kondisi lingkungan yang dinamis dibandingkan dalam kondisi
persaingan yang stabil (Wong dan Boon, 2008; Kinra dan Kotzab, 2008; Boyle et al., 2008; Trkman
dan Mac Cormack, 2009). Untuk itu dikembangkan hipotesis:
Hipotesis 2: Ketidakpastian dalam rantai pasokan memoderasi hubungan antara praktik-praktik
manajemen dan kinerja rantai pasokan
127
Zenit
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2012
Dari 73 perusahaan yang telah berpartisipasi dalam studi ini, semuanya adalah perusahaan
manufaktur berskala besar, menurut kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan
jumlah tenaga kerja yang dimiliki masing-masing perusahaan. Profil perusahaan yang berpartisipasi
dalam penelitian ini semuanya adalah perusahaan swasta yang terjun dalam bidang usaha masing-
masing selama lebih dari lima tahun. sebagian besar perusahaan yang berpartisipasi dalam penelitian
ini telah beroperasi lebih dari 30 tahun (58,9%). Berdasarkan bidang usaha sebagian besar perusahaan
bergerak dalam barang logam, permesinan, otomotif, elektronik , dan komputer (42.5%). Sebagian
besar perusahaan merupakan milik pengusaha lokal (64.4%), berdasarkan jumlah tenaga kerja
sebagian besar perusahaan memiliki tenaga kerja diatas 100-999 orang (56.2%), dan berdasarkan aset
yang dimiliki sebagian besar perusahaan memiliki asset lebih dari 1 trilyun Rupiah (30.1%).
Table III Chronbach Alpha and Homogenitas item Untuk Semua Variabel
Variable Jumlah Jumlah item yang Cronbach Homogenitas
items di keluarkan Alpha item
Praktik SCM 25 2 .824 .327- .672
Ketidakpastian Lingkungan 9 0 .785 .256 - .695
Kinerja SCM 13 0 .850 .397 - .694
Sumber: Data Diolah
128
Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian
Ea Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)
(Lina Anatan
manajemen rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan. Semua penyimpangan terhadap asumsi
klasik seperti normalitas, homoskedastisitas, non multikolinieritas dan autokorelasi telah diuji. Dari
hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa praktik-praktik
manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan didukung
V. Penutup
Hasil pengujian hipotesis pertama mendukung hipotesis yang diajukan yaitu bahwa praktik-
praktik manajemen rantai pasokan juga terbukti memberikan pengaruh dalam meningkatkan kinerja
rantai pasokan. Hipotesis kedua yang menguji peran moderasi dalam studi ini didukung dan hasil studi
empiris menunjukkan bahwa variabel ketidakpastian lingkungan berperan sebagai moderating variabel
129
Zenit
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2012
yang memoderasi hubungan antara praktik-praktik manajemen rantai pasokan dan kinerja rantai
pasokan. Dengan memahami berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja rantai pasokan diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya saing organisasi yang pada akhirnya akan
membawa dampak positif dalam meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan dalam ekonomi
global.
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Pertama, Sampel
penelitian meliputi beberapa industri (multiple industry). Komposisi industri dalam sampel mungkin
menunjukkan adanya variabilitas kinerja antar industri sehingga efek industri perlu dikontrol. Tetapi
dalam penelitian ini kontrol atas efek industri belum dilakukan Kedua, Dalam pengukuran kinerja
rantai pasokan perusahaan, responden masih menggunakan perceptual method sehingga dapat
menimbulkan bias dalam pengukuran. Ketiga, studi ini menggunakan data yang sebagian besar
diperoleh melalui mail survey yang mungkin terdapat ketidakseriusan responden dalam menjawab
pertanyaan penelitian sehingga dapat menimbulkan bias dan membuat hasil analisis tidak bagus.
Terlepas dari beberapa keterbatasan penelitian yang dimiliki, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi bahan pertimbangan perusahaan dalam mengimplementasikan praktik-
praktik manajemen rantai pasokan dan memformulasikan strategi bersaing secara tepat dalam
merespon kondisi lingkungan bisnis yang makin turbulence dan tidak dapat diprediksi. Hasil
penelitian ini diharapkan juga memberikan kontribusi terhadap akademisi maupun praktisi terutama
dalam mengembangkan literatur manajemen operasi pada umumnya dan manajemen rantai pasokan
serta manajemen strategik pada khususnya.
Daftar Pustaka
Bhatnagar,R., Sohal, A.S., 2005. Supply chain competitiveness: measuring the impact of location factors,
uncertainty and manufacturing practices. Technovation, 25, 443–456
Boyle,E., Humphreys,P., McIvor, R., 2008. Reducing supply chain environmental uncertainty through e-
intermediation: An organisation theory perspective. International Journal of Production Economics.
114, 347– 362
Carr, A.S., Person, J.N., 1999. Strategically managed buyers and seller relationship and performance outcome.
Journal of Operation Management, 17 (5), 497-519.
Childhouse, D.R. Towill, S., 2003. Simplified material flow holds the key to supply chain integration, Omega,
31 (1), 17–27.
Claycomb C, Droge C, Germain R., 1999. The effect of justin- time with customers on organizational design and
performance. International Journal of Logistics Management, 10(1), 37–58.
De Toni A., Nassimbeni G., 2000. Just in time purchasing: an empirical study of operational practice, supplier
development and performance. Omega, 28 (6), 631-651
Gunasekaran A, Patel C, Tirtiroglu E., 2001. Performance measures and metrics in a supplychain environment.
International Journal of Operations and Production Management, 21(1/2), 71–87.
Hwang,D.Y.,Lin,Y.C., Lyu, J., 2008. The performance evaluation of SCOR sourcing process—The case study of
Taiwan’s TFT-LCD industry. International Journal of Production Economics. 115, 411– 423
Kinra, A., Kotzab, H., 2008. A macro-institutional perspective on supply chain environmental complexity.
International Journal of Production Economics115, 283– 295
Jarrel, J.L., 1998. Supply chain economics. World Trade, 11 (11), 58-61
Lalonde,BJ., 1998. Building a supply chain relationship, Supply Chain Management Review, 2 (2), 7–8.
130
Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian
Ea Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)
(Lina Anatan
Li, S., Lin, B., 2006. Accessing information sharing and information quality in supply chain management.
Decision Support System, 1-16.
Li, S., Nathan, B.R., Nathan, T.S., Rao, S.S., 2006. The impact of supplychain management practices on
competitive advantage and organizational performance. Omega. 34, 107-124
Lin, F., Huang, S., Lin, S., 2002. Effects of information sharing on supply chain performance in electronic
commerse, IEEE Transaction on Engineering Management, 49 (3), 258 – 268.
Magretta J., 1998. The power of virtual integration: an interview with Dell computers’ Michael Dell. Harvard
Business Review,76(2), 72–84.
Monczka, K.J. Petersen, R.B. Handfield, G.L. Ragatz, 1998. Success factors in strategic supplier alliances: the
buying company perspective, Decision Science, 29 (3), 5553–5577.
Noble D., 1997. Purchasing and supplier management as a future competitive edge. Logistics Focus, 5(5), 23–7
Pagh JD, Cooper MC., 1998. Supplychain postponement and speculation strategies: how to choose the right
strategy. Journal of Logistics Management 19(2), 13–33.
Pujawan, I.Y, 2005. Supply Chain Management. Edisi 1. Penerbit Guna Widya, Surabaya.
Sheridan JH., 1998. The supply-chain paradox. Industry Week. 247(3), 20–9.
Shin, H., Collier, D.A., Wilson, D.D., 2000. Supply management orientation and supplier/buyer performance.
Journal of Operation Management, 18 (3), 317-333.
Trkman, P., Cormack, K., 2009. Supply chain risk in turbulent environments—A conceptual model for
managing supply chain network risk. International Journal of Production Economics. Available online
18 March 2009
Spekman RE, Kamauff Jr JW, Myhr N., 1998. An empirical investigation into supplychain management: a
perspective on partnerships. Supply Chain Management, 3(2), 53–67.
Stock, G.N., Greis, N.P., Kasarda, J.D.,2000. Entreprise Logistics and supply chain structure: the role of fit.
Journal of operations management, 18 (5), 531-547.
Stonebraker, P.W., Liao, J, 2004. Environmental turbulence, strategic orientation: Modeling supply chain
integration. International Journal of Operations & Production Management. 24 (9), 1037-1054
Yu, Z.X, H. Yan, T.C.E., Cheng, 2001. Benefits of information sharing with supply chain partnership, Industrial
Management and Data Systems, 101 (3), 114-116.
131