Anda di halaman 1dari 36

EPISTAKSIS

No. Dokumen : 440/ /UKP/SOP/VII/2017


No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS dr. Martina Mudjitaba


Ariodillah NIP.196309051990032002

Perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring.
1. Pengertian Epistaksis bukan suatu penyakit melainkan gejala dari suatu kelainan yang hamper 90%
dapat berhenti sendiri

Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
2. Tujuan dengan epistaksis.

Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Ariodillah no 440/ /UKP/SK/VII /2007.Tanggal 10


3. Kebijakan Januari 2017 Tentang pelayanan klinis di puskesmas Ariodillah

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 Tentang Panduan
4. Referensi Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Tensimeter


2. Stetoskop
3. Lampu/senter
4. Spekulum hidung
5. Pinset bayonet
6. Kapas
7. Kain kassa
8. Lidi kapas/cotton bud
9. Kateter
10. Benang kasur
11. Lidocain 2%
12. Adrenalin 1/1000
13. Betadin
14. Salep antibiotik
6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas mengucapkan salam dan mengenalkan diri
3. Petugas menganamese pasien dengan menanyakan keluhan,gejala klinis:
 Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung
 Perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang hidung
 Banyaknya perdarahan, frekuensi, dan lamanya perdarahan
 Riwayat trauma
 Riwayat pengobatan (misalnya aspirin, heparin)
 Riwayat penyakit sistemik seperti riwayat alergi pada hidung (rhinitis, sinusitis),
penyakit kardiovaskuler, hipertensi, penyakit gangguan pembekuan darah
 Riwayat perdarahan sebelumnya
 Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
4. Petugas mencuci tangan dan meminta izin untuk melakukan Pemeriksaan
 Rhinoskopi anterior : memeriksa vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi,
dinding lateral hidung dan konka inferior untuk mengetahui sumber perdarahan
 Mengukur tekanan darah untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi yang dapat
menyebabkan epistaksis berat dan berulang
5. Petugas menegakan diagnosa penyakit Buta senja sesuai dengan anamnesa dan
Pemeriksaan fisik
6. Petugas melakukan therapy
 Perbaiki keadaan umum penderita
 Untuk epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan
kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5
menit (metode Trotter)
 Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan dengan cotton bud
dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, secret, mupun darah yang
sudah membeku
 Bila perdarahan tidak berhenti, kapas dimasukkan ke dalam hidung yang dibasahi
dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan lidokain 2 % yang ditetesi 0,2 cc
larutan adrenalin 1/1000.
 Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas,
diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kassa yang
diberi betadin atau salep antiobiotik.
 Untuk epistaksis posterior dilakukan pemasangan tampon posterior yang disebut
tampon Bellocq.
7. Petugas melakukan konseling dan edukasi
 Mengidentifikasi penyebab epistaksis
 Mengontrol tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
 Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu keras
 Menghindari memasukkan benda keras ke dalam hdung, termasuk jari sehingga
dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada pasien anak
 Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
aspirin, heparin dan ibuprofen
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di apotik dan
Mengucapkan semoga lekas sembuh.
9. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik,labor,terapi kedalam rekam medis pasien
10.Petugas menandatangani rekam medis

7. Bagan alir
Memanggil px Petugas memberi salam Petugas memeriksa
sesuai no urut dan memperkenalkan diri vital sign

Pemeriksaan penunjang Dokter/petugas melakukan Konsultasi dokter


petugas kesehatan
- Anamnesa
- Pemeriksaan tasik
perlu Tidak perlu seneralis

(ditulis dalam rekam medis)

Dokter/petugas Dokter/petugas Dokter/petugas


menegakkan diagnosa memberikan obat (resep) mempersilahkan pasien
mengambil obat di
apotik

Petugas menulis diagnosa Pasien pulang


dalam rekamedis

Pasien dirujuk apabila :


8. Hal-hal yang perlu  Epistaksis curiga akibat tumor di rongga hidung atau nasofaring
diperhatikan  Epistaksis yang terus berulang

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

1. Sop Mencuci Tangan


10. Dokumen terkait 2. Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
FURUNKEL PADA HIDUNG
No. Dokumen : 440/ /UKP/SOP/VII/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr. Martina Mudjitaba


Ariodillah NIP.196309051990032002

Infeksi dari kelenjar sebasea atau folikel rambut yang melibatkan jaringan subkutan,
1. Pengertian biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Umumnya terjadi paling banyak pada
anak-anak, remaja dan dewasa muda.
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
2. Tujuan dengan furunkel di hidung
Keputusan kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Ariodillah no 440/ /UKP/SK/VII
3. Kebijakan 2007.Tanggal 10 Januari 2017 Tentang pelayanan klinis dipuskesmas Ariodillah.
Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
4. Referensi Pelayanan Kesehatan Primer
1. Lampu kepala
5. Alat dan bahan 2, speculum hidung
3. Obat-obatan : salep antibiotik, amoxicillin, eritromisin
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
6. Langkah-langkah 2. Petugas mengucapkan salam dan mengenalkan diri
3. Petugas menganamese pasien dengan menanyakan keluhan,gejala klinis:
 Apakah bisul di dalam hidung
 Apakah ada rasa nyeri dan perasaan tidak nyaman
 Apakah disertai gejala rhinitis
4. Petugas mencuci tangan dan meminta izin untuk melakukan Pemeriksaan Fisik
 Adakah lubang hidung tampak furunkel
 Paling sering pada lateral vestibulum nasi yang mempunyai rambut hidung
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan hidung
6. Petugas melakukan therapy
 Pemberian antibiotik topikal seperti pemberian salep antibiotik
 Pemberian anibiotik oral seperti amoxicillin 500 mg 3xsehari atau eritromisin 250-
500 mg 4xsehari selama 7-10 hari
 Insisi dilakukan jika sudah timbul abses
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahukan kepada individu
dan keluarga untuk :
 Menghindari kebiasaan mengorek-ngorek bagian dalam hidung
 Tidak memencet atau melakukan insisi pada furunkel
 Selalu menjaga kebersihan hidung
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di apotik dan
Mengucapkan semoga lekas sembuh.
9. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik,labor,terapi kedalam rekam medis pasien
10. Petugas menandatangani rekam medis

7. Bagan alir
Memanggil px Petugas memberi salam Petugas memeriksa
sesuai no urut dan memperkenalkan diri vital sign

Pemeriksaan penunjang Dokter/petugas melakukan Konsultasi dokter


petugas kesehatan
- Anamnesa
- Pemeriksaan tasik
perlu Tidak perlu seneralis

(ditulis dalam rekam medis)

Dokter/petugas Dokter/petugas Dokter/petugas


menegakkan diagnosa memberikan obat (resep) mempersilahkan pasien
mengambil obat di
apotik

Petugas menulis diagnosa Pasien pulang


dalam rekamedis

8. Hal-hal yang perlu Furunkel pada hidung dapat berbahaya karena infeksi dapat menyebar ke vena fasialis,
diperhatikan vena oftalmika, lalu ke sinus kavernosus sehingga menyebabkan trombiflebitis sinus
kavernosus

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait 1.Rekam medis


2. Sop Mencuci Tangan

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
FARINGITIS
No. Dokumen : 440/ /UKP/SOP/VII/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS dr. Martina Mudjitaba


Ariodillah NIP.196309051990032002

Peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, iritan dan lain-
1. Pengertian lain.

Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
2. Tujuan dengan faringitis
Keputusan kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Ariodillah no 440/
3. Kebijakan /UKP/SK/VII/2007.Tanggal 10 Januari 2017 Tentang pelayanan klinis dipuskesmas
Ariodillah
Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
4. Referensi Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Lampu/senter


2. Spatula lidah
3. Lidi kapas
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
6. Langkah-langkah 2. Petugas mengucapkan salam dan mengenalkan diri
3. Petugas menganamese pasien dengan menanyakan keluhan,gejala klinis :
 Apakah ada nyeri tenggorokan, sakit jika menelan dan batuk
 Apakah ada rasa lemas, anoreksia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot
leher
4. Petugas mencuci tangan dan meminta izin untuk melakukan Pemeriksaan Fisik
 Adakah faring dan tonsil hiperemis
 pada coxsakchievirus timbul lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapupar rash
 Tonsil membesar
 ditemukan kelenjar limfe leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
6. Petugas memberikan therapy
 Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal bila pasien tidak alergi
terhadap penisilin atau
 Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3x/hari selama 10 hari pada anak dan pada
dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari
 Eritromisin 4x500 mg/hari
 Deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mh/kgBB/hari dibagi dalam 3x/hari selama 3 hari
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan keluarga
untuk :
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan olahraga
teratur,istirahat dan minum air putih yang cukup.
 Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok
 Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorokan
 Selalu menjaga kebersihan mulut
 Mencuci tangan secara teratur
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di apotik dan
Mengucapkan semoga lekas sembuh.
9. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik,labor,terapi kedalam rekam medis pasien
10. Petugas menandatangani rekam medis

7. Bagan alir
Memanggil px Petugas memberi salam Petugas memeriksa
sesuai no urut dan memperkenalkan diri vital sign

Pemeriksaan penunjang Dokter/petugas melakukan Konsultasi dokter


petugas kesehatan
- Anamnesa
- Pemeriksaan tasik
perlu Tidak perlu seneralis

(ditulis dalam rekam medis)

Dokter/petugas Dokter/petugas Dokter/petugas


menegakkan diagnosa memberikan obat (resep) mempersilahkan pasien
mengambil obat di
apotik

Petugas menulis diagnosa Pasien pulang


dalam rekamedis

8. Hal-hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis dan Sop Mencuci Tangan

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
RHINITIS AKUT
No. Dokumen : 440/ /UKP/SOP/VII/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS dr. Martina Mudjitaba


Ariodillah NIP.196309051990032002

Peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut (<12 minggu), dapat disebabkan
1. Pengertian infeksi virus, bakteri atau iritan. Radang sering ditemukan sebagai manifestasi dari rhinitis
simplek (common cold), influenza, penyakit eksantem (morbili, variola, varicella, pertusis),
penyakit spesifik serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma.
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
2. Tujuan dengan rhinitis akut.

Keputusan kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Ariodillah no 440/ /UKP/SK/VII


3. Kebijakan /2007.Tanggal 10 Januari 2017 Tentang pelayanan klinis dipuskesmas Ariodillah
Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
4. Referensi Pelayanan Kesehatan Primer

1. Lampu senter
5. Alat dan bahan 2. Spekulum hidung
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
6. Langkah-langkah 2. Petugas mengucapkan salam dan mengenalkan diri
3. Petugas menganamese pasien dengan menanyakan keluhan,gejala klinis :
 Apakah ada keluar ingus dari hidung (rinore), hidung tersumbat, rasa panas dan
gatal pada hidung
4. Petugas mencuci tangan dan meminta izin untuk melakukan Pemeriksaan Fisik
 Adakah demam
 Adakah sekret serous atau mukopurulen, mukosa oedem dan hiperemis
 Adakah ingus bercampur darah.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas memberikan Therapy
 Istirahat yang cukup
 Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat
 Terapi simptomatik :
- Analgesik dan antipiretik : Parasetamol
- Nasal dekongestan oral : pseudoefredin. Fenilpropanolamin atau fenilefrin
 Terapi antibiotik diberikan jika terdapat infeksi sekunder : amoxicillin, eritromicin,
cefadroxil

7. Memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan keluarga untuk :
 Menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat sehingga system imunita optimal
 Lebih sering mencuci tangan terutama sebelum menyentuh wajah
 Memperkecil kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi
 Menutup mulut ketika batuk dan bersin
 Mengikuti program imunisasi lengkap seperti vaksinasi influenza, vaksiniasi MMR
untuk mencegah terjadinya rhinitis eksantematous
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di apotik dan
Mengucapkan semoga lekas sembuh.
9. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik,labor,terapi kedalam rekam medis pasien
10. Petugas menandatangani rekam medis

7. Bagan alir
Memanggil px Petugas memberi salam Petugas memeriksa
sesuai no urut dan memperkenalkan diri vital sign

Pemeriksaan penunjang Dokter/petugas melakukan Konsultasi dokter


petugas kesehatan
- Anamnesa
- Pemeriksaan tasik
perlu Tidak perlu seneralis

(ditulis dalam rekam medis)

Dokter/petugas Dokter/petugas Dokter/petugas


menegakkan diagnosa memberikan obat (resep) mempersilahkan pasien
mengambil obat di
apotik

Petugas menulis diagnosa Pasien pulang


dalam rekamedis

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila terdaat rhinitis difteri


diperhatikan

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait 1. Rekam medis


2. Sop Mencuci Tangan
11. Rekaman historis
perubahan No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
RHINITIS ALERGI
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitisasi oleg allergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan rhinitis alergi

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Lampu senter


2. spekulum hidung

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pendaftaran

2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan

3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :


 Keluarnya ingus encer dari hidung (rinorea)
 Bersin-bersin berulang terutama pagi hari, hidung tersumbat dan rasa gatal pada
hidung (Trias Alergi).
 Mata gatal dan banyak air mata
 Adanya faktor resiko :
- Riwayat atopi
- Lingkungan yang lembab
- Terpaparnya debu tungau dari karpet atau sprei tempat tidur
4. Petugas melakukan pemeriksaan terhadap pasien :
 Perhatikan adanya allergic salute yaitu gerakan pasien menggosok dengan
hidungnya karena gatal
 Wajah :
- Allergic shiner yaitu lingkaran gelap di sekitar mata yang berhubungan
dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung
- Nasal crease yaitu lipatan horizontal yang melalui setengan bagian bawah
hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan
- Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi sehngga
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid)
 Pada pemeriksaan faring :
- dinding posterior faring tampak granuler dan edema
- dinding lateral faring menebal
- Lidah tampak seperti gambaran peta
 Pada pemeriksaan rhinoskopi :
- Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan, adanya secret
encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulent biasanya berhubungan
dengan sinusitis
- Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatosa ; terlihat adanya
deviasi atau perforasi septum
- Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor atau
dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior yang berupa edema tau
hipetrofik
 Pada kulit : kemungkinan adanya dermatitis atopi

5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik


 Berdasaran sifat berlangsungnya :
1. Intermiten , bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu
2. Persisten, bila gejala > 4 hari/minggu dan atau > 4 minggu
 Berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit :
1. Ringan, bila tidak terdapat gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, olahraga, belajar, bekerja dll
2. Sedang atau berat, bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas

6. Petugas memberikan penatalaksanaan :


 Terapi topikal :
- dekongestan hidung topikal melalui semprot/tetes hidung : oxymetazolin,
namun hanya bila hidung sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari (< 2
minggu)
- Kortikosteroid topikal bila gejala sumbatan hidung akibat respon fase
lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain : beklometason, budesonide,
flunisolid, flutikason, mometason, furoat dan triamsinolon.
- Antikolinergik topikal : Ipratropium bromide
 Terapi Oral Sistemik
1. Antihistamin
- Antihistamin generasi 1 : difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin
- Antihistamin generasi 2 : Loratadin, Cetirizin
2. Dekongestan oral : pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin

7. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan keluarga
untuk :
 Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai (allergen)
 Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin
 Selalu menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila :


diperhatikan - Diperlukan Prick Test atau uji kulit
- Terdapat kelainan anatomi yang memerlukan operasi.

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
RHINITIS VASOMOTOR
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinophilia,
perubahan hormonal dan pajanan obat ( kontrasepsi oral, antihipertensi, beta bloker,
aspirin, klorpromazine dan obat topikal hidung dengan dekongestan.

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan rhinitis vasomotor.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Lampu senter


2. Spekulum hidung
3. Tampon hidung

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pendaftaran

2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan

3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :


 Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan tergantung posisi tidur pasien
 Kondisi memburuk pada pagi hari karena perubahan suhu ekstrim, udara yang
lembab dan adanya asap rokok
 Rinore yang bersifat serosa atau mukus, kadang-kadang jumlahnya agak banyak
 Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rhinitis alergik
 Adanya faktor predisposisi :
- Obat-obatan : ergotamine, chlorpromazine, obat antihipertensi dan obat
vasokonstriktor topikal
- Faktor fisik seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembapan udara
tinggi serta bau menyengat (seperti parfum), makanan yang pedas panas
dan dingin
- Faktor endokrin seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian kontrasepsi
oral dan hipotiroidisme
- Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang dan stress.

4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :


Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, :
 Tampak edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua
ataupun pucat
 Permukaan konka licin atau tidak rata
 Pada rongga hidung terlihat adanya sekret mukoid dalam jumlah sedikit. Pada
golongan rinore tampak secret serosa dalam jumlah agak banyak dengan konka
licin atau berbenjol-benjol

5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

6. Petugas memberikan penatalaksanaan :


 Terapi topikal :
- kortikosteroid topikal : budesonide 1-2 x/hari dengan dosis 100-200
mcg/hari. Dosis dapat ditngkatkan hngga 400 mcg/hari. Hasilnya akan
terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu.
- Pada rinorea berat ditambah antikolinergik topikal : Ipratropium bromide
 Terapi oral : Dekongestan oral (seperti pseudoefedrin, fenilpropanolamin, feniefrin)
dengan atau tanpa antihistamin

7. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan keluarga
untuk :
 Menghindari faktor pencetus
 Menghindari terlalu lama di tempat yang ber-AC dan mengurangi minuman dingin
 Berhenti merokok
 Menghindari faktor psikis seperti rasa cemas, tegang dan stres

7. Bagan alir
8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila memerlukan tindakan operatif
diperhatikan

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
BRONKITIS AKUT
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru) berupa hipersekresi mukus dan
batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit
dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain.

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan bronkitis akut.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Stetoskop


2. Tabung Oksigen

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
- Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2-3 minggu
- Dahak dapat berwarna jernih, putih, kekuningan atau kehijauan
- Demam (biasanya ringan)
- Sesak nafas dan rasa berat atau tidak nyaman di dada jika saluran udara
tersumbat
- Sering ditenukan bunyi nafas “ngik” terutama setelah batuk
- Batuk darah bila sudah terjadi iritasi saluran napas
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat)
- Palpasi : Fremitus taktil dada tidak ada atau berkurang
- Perkusi : dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
tukak jantung berkurang
- Auskultasi : Suara napas berkurang dengan ekspirasi panjang, terdapat ronki
basah kasat yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk), wheezing
dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga bunyi ngik-ngik) dan
krepitasi
5. Petugas menganjurkan dilakukan pemeriksan penunjang :
- Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram
- Foto toraks : dapat memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garis
yang parallel keluar dari hilux menuju apex paru dan orakan paru yang bertambah
- Tes fungsi paru : dapat memperlihatkan obstruksi jalan napas yang reversible
dengan menggunakan bronkodilator
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
7. Petugas memberikan penatalaksanaan :
- Oksigenasi pasien harus memadai
- Istirahat yang cukup
- Pemberian obat antitusif :
 DMP (dekstromethorfan) 15 mg, 2-3 kali/hari
 Kodein 10 mg, 3x/hari
 Tidak dianjurkan pada kehamilan, ibu menyusui dan anak usia 6 tahun ke
bawah
 Pada bronkitis yang disertai sesak napas, pemberian antitusif perlu umpan
balik dari pasien, jika bertambah sesak obat dihentikan
- Ekspektoran (obat batuk pengencer dahak) : GG (Gliseril Guaiacolat), bromheksin,
ambroxol dll
- Antipiretik (penurun panas): Parasetamol dan sejenisnya jika pasien demam
- Bronkodilator (melonggarkan napas) : salbutamol, teofilin, aminofilin dll jika pasien
sesak napas.
Perhatikan efek samping obat (berdebar, lemas, gemetar dan berkeringat dingin)
- Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi kuman berdasarkan pemeriksaan dokter :
Ampisilin atau eritromisin 3x500 mg
- Terapi lanjutan : jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga
gejala menghilang paling sedikit 1 minggu. Bronkodilator juga dapat diberikan jika
perlu
8. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberikan saran agar keluarga
dapat :
- Mendukung perbaikan kemampuan pasien dalam melaksankan aktivitas sehari-
hari
- Memotivasi pasien untuk menghindari merokok, menghindari iritan yang dapat
terhirup, mengontrol suhu dan kelembapan lingkungan, nutrisi yang baik dan
cairan yang adekuat
- Mengidentifikasi gejala efek samping obat seperti bronkodilator yang dapat
menimbulkan berdebar, lemas, gemetar dan berkeringat dingin

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila keadaan umum buruk


diperhatikan

9. Unit terkait BPUmum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
INFLUENZA
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih
jarang C

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan Influenza.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Stetoskop


2. lampu senter

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
- Demam, Bersin, Batuk, Sakit tenggorokan, Hidung meler, Nyeri sendi dan badan,
Sakit kepala, Badan lemah
- Adanya faktor resiko :
 Daya tahan tubuh menurun
 Kepadatan hunian dan kepadatan penduduk yang tinggi
 Perubahan musim/cuaca
 Penyakit paru Obstruksi Kronis (PPOK)
 Usia Lanjut
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
Adanya tanda Patognomonis : Febris, rinore, mukosa hidung edema
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan 4 kriteria :
1. Terjadi tiba-tiba/akut
2. Demam
3. Gejala saluran pernapasan seperti batuk,tidak ada lokasi spesifik dari keluhan
yang timbul
4. Terdapat penyakit serupa di lingkungan penderita
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
- Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat (self-limited disease)
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan
fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori dan
protein tinggi serta buaha-buahan yang tinggi vitamin
- Terapi simtomatik per oral :
 Antipiretik : Parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB) atau ibuprofen
3-4 x 200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB)
 Dekongestan : Pseudoefedrin 60 mg setiap 4-6 jam
 Antihistamin : Klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 x/hari, atau difenhidramin
25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau cetirizine 10 mg dosis tunggal
(pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB dan cetirizine 0,3 mg/kgBB)
 Antitusif atau ekspektorn bila disertai batuk
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai :
- Lingkungan rumah harus memenuhi persyaratan rumah sehat terutama ukuran
jendela untuk pencahayaan dan ventilasi serta kepadatan hunian
- Meningkatkan higien dan sanitasi lingkungan
- Etika batuk dan pemakaian masker
- Upaya pencegahan berupa imunisasi influenza terutama untuk yang beresiko
tinggi

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila terdapat tanda-tanda pneumonia (panas tidak turun setelah 5 hari
diperhatikan disertai batuk purulent dan sesak napas)

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis


11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
PNEUMONIA ASPIRASI
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Pneumonia yang disebabkan oleh terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi ke saluran napas bawah dan dapat menyebabkan kerusakan arenkim paru.

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan Pneumonia aspirasi.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan 1. Stetoskop


2. Tabung oksigen beserta nasal kanul atau masker

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
- Pasien mendadak batuk dan sesak napas sesudah makan atau minum
- Umumnya pasien dating setelah 1-2 minggu sesudah aspirasi dengan keluhan
demem menggigil, nyeri pleuritik, batuk dan dahak purulent berbau
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : pasien tampak sesak napas, dapat terjadi sianosis, adanya napas
cuping hidung dan penggunaan otot bantu napas serta tampak retraksi iga.
Bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas
- Palpasi : fremitus meningkat di sisi yang sakit
- Perkusi : ditemukan redup
- Auskultasi : pernapasan bronkial, ronki basah halus. Dapat terdengar bising
gesek pleura (pleural friction rub)
5. Petugas menganjurkan dilakukan pemeriksaan penunjang :
- Foto rongten toraks
- Pemeriksaan darah lengkap
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto
toraks
7. Petugas memberikan penatalaksanaan :
- Pemberian oksigenasi : nasal atau masker
- Bila sesak tidak terlalu hebat, pemberian cairan dan kalori yang cukup dapat
dimulai melalui enteral bertahap.
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
- Pemberian antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebabnya. Biasanya diberikan ampisilin atau amoksisilin yang dikombinasi
dengan kloramfenikol atau diberikan sefalosporin generasi ketiga.
- Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan pasien
dirujuk ke RS.

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila :


diperhatikan 1. Ada kesukaran bernapas
2. Sianosis
3. Umur kurang dari 6 bulan
4. Ada penyulit, missal muntah, dehidrasi, empyema
5. Diduga infeksi oleh Staphylococcus
6. Imunokompromise
7. Perawatan di rumah kurang baik
8. Tidak respon dengan pemberian antibiotik oral

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
PNEUMONIA DAN BRONKOPNEUMONIA
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Peradangan/iflamasi parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukran gas setempat.

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan Pneumonia dan Bronkopneumonia.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan Stetoskop

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
- Batuk dengan dahak mukoid atau purulent, kadang-kadang disertai darah
- Sesak napas
- Demam tinggi
- Nyeri dada
- Adanya faktor resiko ;
 Umur, lenih rentan > 65 tahun
 Infeksi saluran napas atas yang tidak ditangani
 Merokok, aktif ataupun pasif
 Penyakit penyerta : DM, PPOK, gangguan neurologis, gangguan
kardiovaskuler
 Terpajan polutan / bahan kimia berbahaya
 Tirah baring lama
 Imunodefisiensi, dapat disebabkan penggunaan steroid jangka
panjang, malnutrisi, HIV
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
- Pasien tampak sakit berat
- Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat
- Respirasi meningkat tipe cepat dan dangkal
- Sianosis
- Napas cuping hidung
- Retraksi interkostalis disertai tanda pada paru yaitu ;
 Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas
 Palpasi : fremitus dapat meningkat
 Perkusi : redup
 Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah halaus yang kemudian menjadi
ronki basah kasar pada stadium resolusi
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
- Pengobatan suportif seperti istirahat di tempat tidur dan minum secukupnya
untuk menghindari dehidrasi
- Pemberian antibiotik :
1. Penisilin sensitive Streptococcus pneumonia (PSSP) yaitu :
 Golongan Penisilin : Penisilin V, 4 x 250-500 mg/hari (anak 25-50
mg/kgBb dalam 4 dosis), amoksisilin 3 x 250-500 mg/hari (anak 20-40
mg/kgBB daam 3 dosis)
 Trimetoprim-Sulfametoksazol
 Makrolid
2. Penisilin resisten Streptococcus pneumonia (PRSP) yaitu :
 Betalaktam oral dosis tinggi : sefotaksim, seftriakson
 Makrolide : azitromisin 1 x 500 mg selama 3 hari (anak 10
mg/kgBB/hari, dosis tunggal)
 Flurokuinolon respirasi : siprofloxasin2 x 500 mg/hari
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan
keluarga mengenai :
- Pencegahan rekurensi dan pola hidup sehat termasuk tidak merokok
- Upaya pencegahan dengan vaksinasi influenza (HiB) dan vaksin pneumokokal
terutama untuk golongan resiko tinggi seperti usia lanjut atau penderita
penyakit kronis.

7. Bagan alir
8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila memenuhi kriteria :
diperhatikan 1. CURB (Conciousness, kadar Ureum,Respiratory rate > 30 x/m, Blood pressure :
sistolik < 90 mmHg dan diastolic < 60 mmHg). Masing-masing bila ada kelainan
bernilai 1. Dirujuk bila total nilai 2
2. Untuk anak, kriteria rujukan memakai MTBS
3.

9. Unit terkait BP Umum dan Anak, BP Lansia

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
PERTUSIS
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian Penyakit infeksi saluran napas akut yang sangat menular ditandai dengan suatu sindrom
yang berupa batuk spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi karena
penderita berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhir batuk sering disertai
bunyi yang khas (whoop)

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan Pertusis.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan Stetoskop

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan
keluarga untuk :

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila :


diperhatikan
9. Unit terkait BP Lansia/PTM, apotek

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan epistaksis.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan
keluarga untuk :

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila :


diperhatikan
9. Unit terkait BP Lansia/PTM, apotek

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan epistaksis.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan
keluarga untuk :

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila :


diperhatikan
9. Unit terkait BP Lansia/PTM, apotek

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan
No. Dokumen : 440/ UKP/SOP/I/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Dr. Martina Mudjitaba


ARIODILLAH NIP.196309051990032002

1. Pengertian

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan menatalaksana pasien
dengan epistaksis.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Permenkes RI No 5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan bahan

6. Langkah-langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran


2. Petugas memberi salam dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. Petugas melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
Petugas memberikan konseling dan edukasi dengan memberitahu pasien dan
keluarga untuk :

7. Bagan alir

8. Hal-hal yang perlu Pasien dirujuk apabila :


diperhatikan
9. Unit terkait BP Lansia/PTM, apotek

10. Dokumen terkait Rekam medis

11. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai