TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Media
Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme seperti jamur, bakteri,
ataupun yang lainnya diperlukan sebuah media. Media merupakan suatu bahan
yang terdiri dari campuran zat-zat untuk menumbuhkan mikroorganisme, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroorganisme. Proses pembuatan media harus disterilisasi dan menerapkan
metode asepsis untuk menghindari kontaminasi pada media. Pembiakan
mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.
Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,
keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, media biakan
berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat,
oksigen, hidrogen serta unsur-unsur lain. Dalam bahan dasar media dapat pula
ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida.
Media yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Media berdasarkan bentuk terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu media cair, media semi padat, dan media padat. Beda utama dari
ketiga media adalah ada tidaknya bahan pemadat. Media cair tidak menggunakan
bahan pemadat, media semi padat dan media padat menggunakan bahan pemadat.
Bahan pemadat yang paling umum digunakan adalah agar-agar.
Jumlah bahan pemadat pada media semi padat ialah setengah dari media
padat dan jumlah agarnya sekitar 1,5%-18%. Dalam menumbuhkan
mikroorganisme dan mengidentifikasi mikroorganisme tersebut biasanya
menggunakan media padat. Media padat adalah media yang berbentuk padat yang
dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dipermukaan sehingga
membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung, dan diisolasi. Adapun beberapa
1
2
sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan
produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae
sp. dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri. Pepton dan ekstrak
daging menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang difermentasi untuk organisme koliform.
Media Eosin Methylene Blue (EMB) mempunyai keistimewaan
mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang
memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, Paerugenosa, dan Salmonella.
Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna
gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya
tidak berwarna. Pada nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan
produk dairy. Nutrient agar juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Nutrient agar merupakan salah satu media yang digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa
stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi.
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk
cair. Intinya sama dengan nutrient agar dimana agar-agar bernutrisi yang sangat
baik untuk perkembangbiakan. Mann Rogosa Sharpe Agar (MRSA) merupakan
media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan.
Trypticase Soy Broth (TSB) adalah media broth untuk umum, untuk isolasi, dan
penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini digunakan untuk isolasi
bakteri dari spesimen laboratorium dan pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.
Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan
asam amino dan substansi-substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi
media bernutrisi untuk bermacam-macam mikroorganisme. Plate Count Agar
(PCA) digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas
permukaan. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis
mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate
7
atau hidrolisa enzim kasein yang menyediakan asam-asam amino dan substansi
nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast untuk mensuplai kebutuhan vitamin
B kompleks pada mikroba tersebut. Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan
dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel.
Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya
asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat
dengan merebus kentang selama 1 jam atau 45 menit, agar dilelehkan dalam 500
ml air. Campurkan ekstrak kentang yang telah direbus tadi ke dalam agar lalu
ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA ditambah asam tartarat.
VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri
Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa,
sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan
mati. Melalui medium jenis VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast extract, pepton,
NaCl, empedu, glukosa, neutral red, agar dan kristal violet. Bahan-bahan tersebut
kemudian dicampur dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga
mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan hingga 50-60°C. Pindahkan dalam
tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4. Campuran garam bile dan kristal
violet menghambat bakteri gram positif. Yeast extract menyediakan vitamin B-
kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber
karbohidrat, neutral red sebagai indikator pH, dan agar sebagai agen pemadat.
Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk menumbuhkan atau
mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast
dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA cocok untuk
pertumbuhan jamur. PDA mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu
terdiri dari 20 persen ekstrak kentang dan 2 persen glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir, tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Media merupakan suatu substrat atau tempat penting untuk menumbuhkan
dan mengembangbiakkan mikroba secara alami. Dalam menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut media.
Sedangkan media tersebut sebelum digunakan harus dalam keadaan steril. Artinya
8
tidak terdapat mikroba yang lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan berbentuk
bahan alami (seperti tauge, daging, telur, dan wortel) ataupun bahan buatan
berbentuk senyawa kimia, organik ataupun anorganik yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan pengembangbiakkan mikroba disebut sebagai media.
atau ±7-8 ml (agar tegak), tergantung tabung reaksi yang digunakan. Medium
yang akan disterilkan dalam erlenmeyer tidak boleh lebih dari 2/3 volume
erlenmeyer untuk menghindari menyemburnya media ke tutup untuk seluruh arah.
Hal ini dapat terjadi karena prinsip sterilisasi menggunakan uap panas
bertekanan. Tabung reaksi dan erlenmeyer selanjutnya disumbat dengan kapas
atau penutup tahan panas lain. Sumbat ini harus dapat menutup wadah dengan
kuat dan rapat tetapi masih dapat dibuka dengan menjepitnya memakai jari
kelingking. Pembuatan medium agar tegak dilakukan dengan memposisikan
tabung secara tegak secepatnya setelah sterilisasi. Sedangkan pembuatan medium
agar miring dengan meletakkan tabung miring dengan kemiringan tertentu dan
dibiarkan sampai medium memadat. Kemiringan medium dapat kita atur sesuai
tujuan misalnya untuk penyimpanan (stock culture) atau pembuatan suspensi.
Medium dalam erlenmeyer setelah disterilisasi dapat dituang sebanyak ±
15 ml tiap petridish. Proses penuangan medium ke dalam petridish dilakukan
secara aseptik. Medium steril dalam erlenmeyer dapat dituang ke dalam petridish
steril apabila suhu medium ± 60˚C (tidak terlalu panas tetapi masih cair) untuk
menghindari terjadinya penjendalan dan uap air dalam petridish. Medium apabila
telah memadat maka harus dicairkan kembali dalam penangas air dan jangan
memanaskan langsung di atas api. Sterilisasi medium dapat dilakukan dengan
berbagai cara tergantung macamnya medium. Salah satu cara yang paling sering
digunakan adalah menggunakan autoklaf. Prinsip kerja autoklaf adalah uap panas
yang bertekanan (tekanan 1 atm; suhu 121ºC) dipanaskan selama 15 menit.
Cara lain yairu dengan pasteurisasi untuk medium yang mengandung
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu yang tinggi. Pengujian apakah
medium yang disterilisasi tidak terkontaminasi maka medium didiamkan sebelum
digunakan. Medium yang telah terkontaminasi tidak boleh disteril dua kali karena
akan merusak medium tersebut. Medium yang sudah dibuat dan sudah
dibersihkan (disteril) tidak bisa langsung digunakan sehingga sebaiknya disimpan
di refrigerator (lemari es). Medium apabila disimpan dalam suhu kamar untuk
periode lama maka cenderung kehilangan kelembapan dan mudah terkontaminasi
sehingga medium yang digunakan tidak terlalu efektif dan tidak steril lagi.
10