Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Media
Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme seperti jamur, bakteri,
ataupun yang lainnya diperlukan sebuah media. Media merupakan suatu bahan
yang terdiri dari campuran zat-zat untuk menumbuhkan mikroorganisme, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroorganisme. Proses pembuatan media harus disterilisasi dan menerapkan
metode asepsis untuk menghindari kontaminasi pada media. Pembiakan
mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.
Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,
keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, media biakan
berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat,
oksigen, hidrogen serta unsur-unsur lain. Dalam bahan dasar media dapat pula
ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida.
Media yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Media berdasarkan bentuk terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu media cair, media semi padat, dan media padat. Beda utama dari
ketiga media adalah ada tidaknya bahan pemadat. Media cair tidak menggunakan
bahan pemadat, media semi padat dan media padat menggunakan bahan pemadat.
Bahan pemadat yang paling umum digunakan adalah agar-agar.
Jumlah bahan pemadat pada media semi padat ialah setengah dari media
padat dan jumlah agarnya sekitar 1,5%-18%. Dalam menumbuhkan
mikroorganisme dan mengidentifikasi mikroorganisme tersebut biasanya
menggunakan media padat. Media padat adalah media yang berbentuk padat yang
dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dipermukaan sehingga
membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung, dan diisolasi. Adapun beberapa

1
2

media-media yang dapat digunakan untuk membiakkan bakteri, yaitu Nutrient


Agar (NA), Blood Agar Plate (BAP), Salmonella Shigella Agar (SS), Mac Conkey
Agar Plate (MAC), dan Plate Count Agar (PCA).
Untuk menciptakan suatu keadaan lingkungan yang tepat secara sintetis
sebagai pengganti keadaan alam, maka diperlukan persyaratan tertentu agar
bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan baik didalam suatu media.
Syaratnya adalah pertama, media harus mengandung semua unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Kedua, media harus
mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan bakteri. Lalu, media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum
ditanami bakteri yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
2.1.1. Media Padat
Dimana pada media digunakan bahan pemadat sebagai komposisi
didalamnya, misalnya agar-agar. Jumlah tepung agar yang ditambahkan
tergantung kepada jenis mikroba yang akan dibiakkan. Apabila mikroba
memerlukan kadar air tinggi maka jumlah tepung agar harus rendah atau sedikit,
tetapi apabila kadar air harus rendah maka penambahan tepung agar harus lebih
banyak. Media padat umumnya dapat dipergunakan untuk bakteri, jamur dan
kadang-kadang juga untuk mikroalga. Media terdiri dari tiga macam bentuk yaitu:
1) Bentuk lempeng, media dibekukan di dalam cawan petri.
2) Bentuk miring, media dibekukan dalam keadaan miring di dalam tabung
reaksi.
3) Bentuk tegak, media dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung.
2.1.2. Media cair
Media cair adalah media yang apabila ke dalam media tidak ditambahkan
zat pemadat. Umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalga, bakteri dan
ragi. Pada media cair, bahan-bahan gizi dilarutkan dalam air sehingga
pertumbuhan bakteri ditandai dengan perubahan warna madia menjadi keruh,
semakin banyak bakteri tumbuh akan semakin keruh larutan. Diperlukan jumlah
bakteri 106 sehingga dapat terlihat adanya pertumbuhan tanpa mikroskop.
3

2.1.3. Media semi padat atau semi cair


Media semi padat atau semi cair adalah media yang apabila penambahan
zat pemadat hanya sebesar 50 persen atau kurang. Umumnya diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup
anaerobik atau fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan suatu bakteri.
Media semipadat dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat
menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran yang sempurna
jika tergoyang. Media semi padat juga bertujuan untuk mencegah atau menekan
difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit
oksigen dapat meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan
tumbuh merata di seluruh permukaan media. Media pertumbuhan memiliki
banyak nama yang umumnya mengacu kepada nama asli sesuai dengan literatur.

2.2. Klasifikasi Medium


Medium pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu
berdasarkan bentuk, susunan, dan sifat. Berdasarkan bentuknya medium
dikelompokkan menjadi cair (broth), padat (solid), dan semi padat. Berdasarkan
susunannya medium dikelompokkan menjadi medium alami, sintetis, dan semi
sintetis. Berdasarkan sifatnya medium dibagi menjadi umum, pengaya, selektif,
diferensial, perhitungan jumlah mikroba, dan media penguji. Medium cair
mengandung nutrisi-nutrisi yang dilarutkan ke dalam aquadest. Contoh medium
cair yaitu NB (Nutrient Broth) dan LB (Lactose Broth). Pada umumnya digunakan
untuk perbanyakan mikroorganisme dalam jumlah yang besar dan uji fermentasi.
Medium padat (solid) mengandung nutrient yang dilarutkan dalam
aquadest dan ditambahkan bahan pemadat yang baik seperti tidak digunakan oleh
mikroorganisme, tidak menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan tidak
mencair pada temperatur kamar. Medium padat sering digunakan untuk isolasi
mikroorganisme, uji aktivitas secara biokimiawi, dan perhitungan untuk jumlah
mikroorganisme. Medium padat (solid medium) yaitu media yang mengandung
agar sekitar 15% sehingga setelah dingin media berubah wujud menjadi padat.
Contohnya seperti endo agar, PDA (Potato Dextrose Agar), dan nutrient agar.
4

Medium setengah padat (semi solid medium) yaitu media mengandung


agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, dan tidak begitu cair.
Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat
menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika
tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free
Bromthymol Blue) semi padat akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah
permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur.
Semi padat juga bertujuan untuk mencegah atau menekan difusi oksigen, misalnya
pada media nitrate broth, kondisi anaerob (sedikit oksigen) meningkatkan
metabolisme nitrat tetapi bakteri ini diharuskan dapat tumbuh merata.
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis
dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar. Medium
semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,
misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan
ekstrak kentang. Jika bahan berupa ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui
secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya. Medium non sintesis yaitu
media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan
biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, jenis medium non sintetis ini
seperti tomato juice agar, brain heart infusion agar, dan pancreatic extract.
Berdasarkan sifatnya medium dibagi menjadi umum, pengaya, selektif,
diferensial, perhitungan jumlah mikroba, dan media penguji. Medium umum yaitu
medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme. Contohnya seperti
NA (nutrient agar) yang umum untuk bakteri, PDA (Potato Dextrose Agar) dan
toge yang biasanya digunakan untuk jamur. Medium selektif yaitu medium yang
hanya ditunbuhi jenis mikroba tertentu seperti medium SSA untuk bakteri
Salmonella dan Shigella. Medium diferensial yaitu medium yang hanya ditumbuhi
berbagai jenis mikroba, salah satu jenis memberikan cirri-ciri yang khas sehingga
dapat segera diketahui berbeda dari yang lain seperti blood agar, EMB agar.
Medium pengaya yaitu medium yang kaya akan nutrient tertentu sehingga dapat
menumbuhkan dan memperbanyak sel dengan cepat contohnya seperti medium
tetrathionat broth. Medium penguji (assay medium) yaitu medium dengan
5

susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu


dengan bantuan bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, dan
antibiotika. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba yang ada dalam suatu bahan,
misalnya medium untuk menghitung jumlah bakteri E. coli pada air sumur.
2.3. Susunan Media Tumbuh
Sesuai dengan fungsi fisiologis dan masing-masing komponen yang
terdapat dalam media, maka susunan media mempunyai kesamaan isi. Komponen
yang terdapat dalam media yaitu kandungan air, kandungan nitrogen berasal dari
protein, asam amino, dan senyawa lain yang mengandung nitrogen. Kandungan
sumber energi atau unsur karbon yang berasal dari karbohidrat, lemak, dan
protein. Ion-ion sebagai unsur makro maupun unsur mikro. Batas pertumbuhan
toleransi mikroorganisme yang sedang dibudidayakan. Faktor-faktor pertumbuhan
dapat berupa vitamin dan asam amino. Berdasarkan kepada persyaratan tersebut,
media dapat berbentuk media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan
alami seperti kentang, tepung, daging, telur, dan ikan, serta umbi-umbian.
Pada saat ini media alami yang banyak dipergunakan adalah dalam kultur
jaringan tanaman maupun hewan. Media untuk budidaya mikroorganisme
memiliki sumber karbon untuk dimasukkan ke dalam biomassa. Apabila ke dalam
media tidak ditambahkan zat pemadat, untuk pembiakkan mikroalga tetapi juga
mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Contoh media alami yang paling banyak
dipergunakan adalah telur untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan virus
karena telur memiki perkembangbiakan sel-sel yang masih sangat aktif. Media
sintetis yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakkan bakteri clostridium.
Media semi sintetis merupakan media yang tersusun oleh campuran bahan-
bahan alami dan bahan-bahan sintetis. Berikut ini beberapa media yang sering
digunakan secara umum dalam mikrobiologi yaitu lactose broth, EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar), nutrisi agar, nutrisi broth, MRSA (Mann Rogosa Sharpe
Agar), Trypticase Soy Broth (TSB), Plate Count Agar (PCA), APDA, Violet Red
Bile Agar (VRBA), dan Potato Dextrose Agar (PDA). Lactose broth digunakan
6

sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan
produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae
sp. dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri. Pepton dan ekstrak
daging menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang difermentasi untuk organisme koliform.
Media Eosin Methylene Blue (EMB) mempunyai keistimewaan
mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang
memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, Paerugenosa, dan Salmonella.
Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna
gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya
tidak berwarna. Pada nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan
produk dairy. Nutrient agar juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Nutrient agar merupakan salah satu media yang digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa
stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi.
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk
cair. Intinya sama dengan nutrient agar dimana agar-agar bernutrisi yang sangat
baik untuk perkembangbiakan. Mann Rogosa Sharpe Agar (MRSA) merupakan
media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan.
Trypticase Soy Broth (TSB) adalah media broth untuk umum, untuk isolasi, dan
penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini digunakan untuk isolasi
bakteri dari spesimen laboratorium dan pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.
Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan
asam amino dan substansi-substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi
media bernutrisi untuk bermacam-macam mikroorganisme. Plate Count Agar
(PCA) digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas
permukaan. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis
mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate
7

atau hidrolisa enzim kasein yang menyediakan asam-asam amino dan substansi
nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast untuk mensuplai kebutuhan vitamin
B kompleks pada mikroba tersebut. Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan
dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel.
Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya
asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat
dengan merebus kentang selama 1 jam atau 45 menit, agar dilelehkan dalam 500
ml air. Campurkan ekstrak kentang yang telah direbus tadi ke dalam agar lalu
ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA ditambah asam tartarat.
VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri
Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa,
sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan
mati. Melalui medium jenis VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast extract, pepton,
NaCl, empedu, glukosa, neutral red, agar dan kristal violet. Bahan-bahan tersebut
kemudian dicampur dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga
mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan hingga 50-60°C. Pindahkan dalam
tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4. Campuran garam bile dan kristal
violet menghambat bakteri gram positif. Yeast extract menyediakan vitamin B-
kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber
karbohidrat, neutral red sebagai indikator pH, dan agar sebagai agen pemadat.
Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk menumbuhkan atau
mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast
dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA cocok untuk
pertumbuhan jamur. PDA mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu
terdiri dari 20 persen ekstrak kentang dan 2 persen glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir, tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Media merupakan suatu substrat atau tempat penting untuk menumbuhkan
dan mengembangbiakkan mikroba secara alami. Dalam menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut media.
Sedangkan media tersebut sebelum digunakan harus dalam keadaan steril. Artinya
8

tidak terdapat mikroba yang lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan berbentuk
bahan alami (seperti tauge, daging, telur, dan wortel) ataupun bahan buatan
berbentuk senyawa kimia, organik ataupun anorganik yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan pengembangbiakkan mikroba disebut sebagai media.

2.4. Pembuatan Medium Secara Sederhana


Tahapan-tahapan pembuatan medium secara sederhana dimulai dari
pencampuran bahan-bahan, penyaringan medium, pengaturan pH, penambahan
antibiotik, pemasukan medium dalam wadah, sterilisasi medium, dan
penyimpanan medium. Medium biasanya dibuat dengan melarutkan semua bahan
dalam aquadest, diurutkan dengan resep, dan dipanaskan sampai semua baan
larut. Apabila selama melarutkan bahan-bahan tersebut volume akuadesnya
berkurang maka sebelum disterilakan harus ditambahkan akuades sesuai resep.
Selama pencampuran dan pemanasan medium dilakukan pengadukan dan
dijaga jangan sampai meluap. Beberapa jenis medium terkadang perlu disaring
menggunakan kertas saring atau kain tipis. Medium memerlukan nilai pH tertentu
sehingga perlu dilakukan pengaturan pH. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan
penambahan larutan NaOH atau HCl. Penambahan HCl dilakukan apabila nilai
pH terlalu tinggi, untuk perbedaan pH besar digunakan 1 N HCl sedangkan kalau
perbedaan pH kecil digunakan 0,1 N HCl. Prosedur sama dilakukan apabila pH
terlalu rendah hanya saja larutan yang digunkan adalah NaOH. Pengaturan pH
dapat dilakukan sebelum sterilisasi. Penambahan antibiotik diperlukan untuk
mencegah pertumbuhan jenis mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki.
Misalnya penambahan chloramfenicol untuk mencegah pertumbuhan bakteri
ketika kita ingin menumbuhkan fungi. Penambahan antibiotik dilakukan sebelum
atau sesudah sterilisasi tergantung jenis antibiotiknya tahan panas atau tidak.
Ketika medium dimasukan medium dalam tempat tertentu perlu dilakukan
proses sterilisasi sebelumnya. Wadah yang dapat digunakan misalnya tabung
reaksi atau erlenmeyer. Wadah tersebut harus bersih, bebas debu, dan tidak
terkontaminasi. Tabung reaksi digunakan misalnya untuk pembuatan agar miring
dan agar tegak, sedangkan erlenmeyer digunakan untuk medium yang akan
dituangi petridish. Medium dimasukkan ke tabung reaksi ± 5-6 ml (agar miring)
9

atau ±7-8 ml (agar tegak), tergantung tabung reaksi yang digunakan. Medium
yang akan disterilkan dalam erlenmeyer tidak boleh lebih dari 2/3 volume
erlenmeyer untuk menghindari menyemburnya media ke tutup untuk seluruh arah.
Hal ini dapat terjadi karena prinsip sterilisasi menggunakan uap panas
bertekanan. Tabung reaksi dan erlenmeyer selanjutnya disumbat dengan kapas
atau penutup tahan panas lain. Sumbat ini harus dapat menutup wadah dengan
kuat dan rapat tetapi masih dapat dibuka dengan menjepitnya memakai jari
kelingking. Pembuatan medium agar tegak dilakukan dengan memposisikan
tabung secara tegak secepatnya setelah sterilisasi. Sedangkan pembuatan medium
agar miring dengan meletakkan tabung miring dengan kemiringan tertentu dan
dibiarkan sampai medium memadat. Kemiringan medium dapat kita atur sesuai
tujuan misalnya untuk penyimpanan (stock culture) atau pembuatan suspensi.
Medium dalam erlenmeyer setelah disterilisasi dapat dituang sebanyak ±
15 ml tiap petridish. Proses penuangan medium ke dalam petridish dilakukan
secara aseptik. Medium steril dalam erlenmeyer dapat dituang ke dalam petridish
steril apabila suhu medium ± 60˚C (tidak terlalu panas tetapi masih cair) untuk
menghindari terjadinya penjendalan dan uap air dalam petridish. Medium apabila
telah memadat maka harus dicairkan kembali dalam penangas air dan jangan
memanaskan langsung di atas api. Sterilisasi medium dapat dilakukan dengan
berbagai cara tergantung macamnya medium. Salah satu cara yang paling sering
digunakan adalah menggunakan autoklaf. Prinsip kerja autoklaf adalah uap panas
yang bertekanan (tekanan 1 atm; suhu 121ºC) dipanaskan selama 15 menit.
Cara lain yairu dengan pasteurisasi untuk medium yang mengandung
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu yang tinggi. Pengujian apakah
medium yang disterilisasi tidak terkontaminasi maka medium didiamkan sebelum
digunakan. Medium yang telah terkontaminasi tidak boleh disteril dua kali karena
akan merusak medium tersebut. Medium yang sudah dibuat dan sudah
dibersihkan (disteril) tidak bisa langsung digunakan sehingga sebaiknya disimpan
di refrigerator (lemari es). Medium apabila disimpan dalam suhu kamar untuk
periode lama maka cenderung kehilangan kelembapan dan mudah terkontaminasi
sehingga medium yang digunakan tidak terlalu efektif dan tidak steril lagi.
10

2.5. Komposisi media pertumbuhan


Formulasi dari suatu media pertumbuhan pada prinsipnya hampir sama
dengan resep masakan yang sering dijumpai di dapur yang setiap dari bahan
bakunya dapat diatur dengan takaran-takaran yang tertentu. Berikut adalah
beberapa bahan-bahan yang pada umumnya dapat dipakai dalam pembuatan
media pertumbuhan yaitu agar. Agar adalah bahan yang paling umum digunakan
sebagai gelling agent pada suatu media yang terbuat dari hasil ekstrak alga.
Agar bukan sebagai sumber nutrisi bagi suatu mikroorganisme namun
fungsinya lebih bersifat mekanis yaitu memadatkan media cair sehingga sel tidak
larut dalam suatu cairan. Struktur agar terdiri dari D-galactose, 3,6-anhydro-L-
galactose, dan D-glucuronic acid. Umumnya agar dapat terbuat dari ganggang
merah. Agar cocok menjadi agen pemadat karena setelah dilarutkan pada suhu
yang mendidih dapat didinginkan lagi suhunya sampai 40-42°C. Yang kedua,
peptone adalah hasil hidrolisis protein yang dibentuk dari proses enzimatik atau
digesti asam. Casein banyak digunakan sebagai substrat pembentuk peptone.
Terakhir adalah meat / plant extract. Ekstrak daging dan tumbuhan mengandung
asam amino, peptida dengan berat molekul rendah, karbohidrat, vitamin, mineral
dan trace metals. Ekstrak jaringan hewan mengandung lebih banyak bahan protein
yang dapat larut dalam air dan glikogen sedangkan ekstrak tumbuhan lebih
banyak terdapat karbohidrat di dalamnya.

2.6. Penggolongan Media


Media dapat digolongkan berdasarkan atas susunan kimianya, sifat
wujudnya dan fungsinya. Penggolongan media berdasarkan susunan kimia yaitu :
Media anorganik merupakan media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik.
Media organik merupakan media yang tersusun dari bahan-bahan organik. Media
sintetik atau biasa disebut juga dengan media buatan meruapakan media yang
susunan kimianya diketahui dengan pasti. Media ini umumnya digunakan untuk
mempelajari kebutuhan makanan suatu mikroba. Media non sintetik merupakan
media yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan dengan pasti. Media ini
umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba.
11

Anda mungkin juga menyukai