Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER / CORONARY ARTERY DISEASE

LOGO

DISUSUN OLEH :
BAYU GALURA PUTRA
NPM

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2015
KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri
koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri
koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan
pada otot jantung).
Penyakit jantung koroner/penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri,
menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang
untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke
arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat
pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk
menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya
penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen
(angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct)
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.

B. Etiologi
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan). Mungkin juga
merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan pembentukan paque
didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung
koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau
seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga
menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka
pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan
tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang.

C. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri


koroner
1. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
2. Diet kaya lemak
3. Merokok
Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel)
pembuluh darah sehingga terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi
sumbatan pembuluh darah
4. Diabetes
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Gaya Hidup yang buruk
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang
terkena pneyakit jantung koroner.
6. Tekanan Darah Tinggi
 Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90
mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi
dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat
arterosklerosis dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi
sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian
mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan
perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara
terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah
kerusakan vaskular.
7. Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika
terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko
terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan
juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola
makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar
kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa
memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang
memiliki faktor resiko berikut: Merokok, tekanan darah tinggi, kegemukan, kadar
trigliserida tinggi, keturunan, steroid pria (androgen).
8. Obesitas
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih
menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal
terjadinya penyakit jantung koroner.

D. Gejala
 Nyeri dada (Angina pectoris)
 Dada terasa tidak enak (digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang
 Sesak napas
 Berdebar-debar
 Denyut jantung lebih cepat
 Pusing
 Mual
 Kelemahan yang luar biasa
 Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim
dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi
menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan
tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan
penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang
berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 % (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).

E. Patofisiologi
Faktor-faktor resiko  arteiosklerosis  spasme arteri koroner  penurunan
suplai O2  iskemia miokard  perubahan reversibel sel dan jaringan 
peningkatan asam laktat  pH sel menurun  penurunan kontraktilitas 
penurunan cardiac output
Penyakit jantung koroner dan micardial infark merupakan respons iskemik
dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara
permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk
metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi
jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang
di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen
Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi
miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap
peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan
kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang
mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi
terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian
dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic
berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang
dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia
dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun,
gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan
tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara,
preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri
koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

F. Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner


 Angina pectoris
 Serangan jantung (infark miokardial)

G. PENATALAKSANAAN
1. Balon dan pemasangan stent
2. Operasi Bedah By-pass Arteri Jantung (CABG)
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung
ke otot jantung. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko
kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan
melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko rendah.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, dengan
prosedur jantung masih berdetak, menggunakan alat khusus yang dapat
menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
3. Operasi Robotik
Metode ini menhasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan
resiko infeksi luka lebih rendah.
4. EECP (Enhanced External Counter-Pulsation)
5. Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan
CABG. Pada prosedur ini, laser digunakan untuk membakar banyak
lubang kecil pada otot jantung.
 Terapi Medis
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari
itu mengurangi resiko serangan jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan
darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril)
and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,
dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obat-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat yang merupakan salah
satu penyebab umum.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Studi diagnostik ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan
tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda
dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
 Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam,
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam
dan mencapai puncak pada 36 jam.
 Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
 Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis atau akut.
 Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
 Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikiler.
 Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi
atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
 Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress/ aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Padjadjaran Bandung.


Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3 EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume
I EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.
Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and
It’sComplication.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai