Anda di halaman 1dari 18

DIMENSIA PADA LANSIA

OLEH:

KELOMPOK I

ERNIANTI KARTINI WULANDARI

ERTI LUCKY INDRIANI

FIRMAN MARYANA REZKY HARDIYANTI

HARBIANI MUTMAINNAH

HARDIYANTI RUSLAN MUH. HIDAYAT

HASEKA MUH. TAUFIQ

HERNI ANJARWATI MUH. NURARDIANTO

IDAWATI NURFA RAPPE

IRMAWATI NUR FATIMA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT kami ucapkan atas terselesasinya
makala ini. Tanpa ridho dan kasih sayang serta petunjuk dari-nya makala ini tidak dapat
terselesasikan. makalah ini disusun untuk memenuhi tugas komunitas II, kami juga berharap
bahwa adanya makala ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhirnya, sesuai pepatah “Tiada gading yang tak retak” kami megharapkan kritik dan
saran, khususnya dari dosen dan teman-teman. Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah
semata dan semua manusia memiliki kekurangan masing-masig. Kami juga tak lupa mengucpkan
terima kasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu sehingga makala ini dapat kami
selesaikan.

Makassar ,15 – 02 -2016

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................................

Daftar isi .............................................................................................................................

BAB I pendahuluan ............................................................................................................

A. Latar belakang ........................................................................................................


B. Tujuan ....................................................................................................................

BAB II pembahasan ...........................................................................................................

A. Konsep medis .........................................................................................................


B. Konsep keperawatan ..............................................................................................

BAB III penutup ................................................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini penduduk yang berusia lanjut (diatas 60 tahun) di Indonesia terus meningkat
jumlahnya bahkan pada tahun 2005-2010 nanti diperkirakan menyamai jumlah Balita (usia
bawah lima tahun) yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19 juta jiwa.
Peningkatan itu seiring meningkatnya umur harapan hidup (UHH) yaitu 67 tahun untuk
perempuan dan 63 tahun untuk laki-laki. Hal ini mencerminkan salah satu hasil dalam upaya
pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain merupakan tantangan bagi kita semua
untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lanjut usia agar tidak menjadi
beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat (Depkes, 2004).
Dari jumlah itu sekitar 15% diantaranya mengalami dementia atau pikun, disamping penyakit
degeneratif lainnya seperti penyakit kanker, jantung, reumatik, osteoporosis, katarak dan lain-
lain. Dementia atau pikun adalah salah satu penyakit yang ditandai gangguan daya pikir dan daya
ingat yang bersifat progresif disertai gangguan bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku.

Ironisnya, sebagian besar masyarakat masih minim pengetahuannya tentang penyakit ini.
Mereka masih menganggap penyakit ini adalah penyakit yang pasti diderita oleh sebagian besar
manusia ketika mereka menginjak usia senja. Sebenarnya, yang perlu mereka ketahui, penyakit
ini bisa dicegah sejak dini dan tidak datang pada masa muda dan pada usia produktif. Hal inilah
yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat karya tulis dengan tema ‘dementia’ ini,
semoga para pembaca dapat mengetahui seluk beluk tentang penyakit ini.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makala ini adalah :
1) Agar mahasiswa menegtahui konsep medis dimensia yang terdiri dari pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan pencegahan.
2) Mahasiswa mengetahuin konsem keperawatan dari dimensi yang terdiri dari
pengkajian, analisa data dan rencana keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Penyakit yang
dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan maupun
kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan khusus untuk demensia, namun
perawatan untuk menangani gejala boleh dilakukan.

B. ETIOLOGI
1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang penyebabnya
sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan
karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. Pada
penyakit alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi
kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis
dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
2. Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan
kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya
aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil
disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi
atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.

C. PATOFISIOLOGI
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah adanya
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,
mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan
sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut
dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama mereka,
mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun
sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu lebih banyak
istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan
daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka
menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti
oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat
ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah
keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit dimana demensia bukanlah
menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan
tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan
untuk dapat mengkaji ddan mengenali gejala demensia.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
 Lupa meletakan barang penting
 Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bisa pulang
 Gangguan orientasi waktu dan tempat. Misalnya lupa hari, minggu, bulan,
tempat penderita demensia berada
 Agitasi
 Perbahan fungsi kognitif
 Gangguan psikotik
 Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata
atau cerita yang sama berkali-kali
 Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
 Gangguan psikotik
 Kurang konsentrasi
 Perubahan pola komunikasi
 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (ADL)

E. KLASIFIKASI
1. Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami kematian
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana
mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-
60% penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.
Demensia ini ditandai dengan gejala :
a) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
b) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
c) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
d) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
e) Kehilangan inisiatif.
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi
intelektual :
 Stadium I (amnesia)
- Berlangsung 2-4 tahun
- Amnesia menonjol
- Perubahan emosi ringan
- Memori jangka panjang baik
- Keluarga biasanya tidak terganggu
 Stadium II (Bingung)
- Berlangsung 2 – 10 tahun
- Episode psikotik
- Agresif
- Salah mengenali keluarga
 Stadium III (Akhir)
- Setelah 6 - 12 tahun
- Memori dan intelektual lebih terganggu
- Membisu dan gangguan berjalan
- Inkontinensia urin
b. . Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat
gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai
demensia vaskular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
a) Peningkatan reflek tendon dalam
b) Kelainan gaya berjalan
c) Kelemahan anggota gerak

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Asosiasi Alzheimer Indonesia 2003 pemeriksaan penunjang pada dimensia
adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia
reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan
hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone
tiroid, kadar asam folat
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia
presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal
pada CT scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang
memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode
bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang
demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian
genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-
hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup
atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving.
Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat pemeriksaan
neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
b. Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan
demensia.
7. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test
yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003 ;Boustani,2003
;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori
ringan. (Tang-

G. PENATALAKSANAAN
1 Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif
diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.
2 Dukungan atau Peran Keluarga
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap
memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin,
bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
3 Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah

H. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DIMENSIA


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti:
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Pengkajian menggunakan tehnik mengobservasi perilaku pasien dan wawancara
langsung pada pasien dan keluarganya. Observasi keluarga dilakukan terutama untuk
mengkaji data objektif demensia. Ketika mengobservasi perilaku pasien untuk fakta
tanda seperti kurang konsentrasi, tremor, kurang koordinasi gerak, aktifitas terbatas.
b) Aspek psikologi
Hal yang perlu dikaji oleh perawat
1) Apakah pasien mengalami kebingungan
2) Cemas
3) Menunjukkan efek yang labil, datar atau tidak sesuai
c) Klien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari tidak.
1) Adakah kelemahan
2) Adakah delusi atau halusinasi
3) Adanya bulimia atau tidak
4) Adakah inkontinensia urin
5) Bagaimana kemampuan kognitifnya
6) Tidak bisa mengingat yang baru terjadi
7) Kebutuhan sehari-hari ( ADL ) Perlu larutan tidak
f) Gangguan dalam komunikasi atau tampak apatis

B. ANALISA DATA
TANDA DAN GEJALA Dx. KEPERAWATAN
 Lupa meletakan barang penting Kerusakan Memori
 Dapat berjalan jauh dari rumah dan
tidak bisa pulang
 Gangguan orientasi waktu dan
tempat. Misalnya lupa hari,
minggu, bulan, tempat penderita
demensia berada
 Perubahan konsentrasi Ketidakefektifan Koping
 Perubahan pola komunikasi
 Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar (ADL)
 Penurunan dan ketidakmampuan Hambatan Komuniasi Verbal
menyusun kata menjadi kalimat
yang benar, menggunakan kata
yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali
 Mudah tersinggung, bermusuhan,
agitasi dan kejang
 Gangguan psikotik
 Tremor Resiko Jatuh
 Kurang koordinasi gerakan
 Mudah terjatuh dan keseimbangan
buruk.
C. Diagnose keperawatan
1. Kerusakan Memori
2. Hambatan Komuniasi Verbal
3. Ketidakefektifan Koping
4. Resiko Jatuh

D. Rencana keperawatan
No. Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1. Domain : 5 Domain 2: kesehatan Domain 3: perilaku
Persepsi/Kognisi psikologis Kelas P: terapi
Kelas : 4 Kelas J: neurokognitif pengetahuan
Kognisi Outcome: 0908 Memori Intervensi: 4760. Latihan
Diagnose : 00131 Setelah dilakukan asuhan memori:
Kerusakan Memori tindakan keperawatan dalam 1. Diskusikan dengan
waktu 5x 24 jam selama 5 hari pasien/keluarga
maki: tentang masalah
 Klien dapat mengulang memori praktis yang
informasi dekat secara dialami
akurat 2. Anjurkan pasien
 Klien dapat mengulang untuk berpartisipasi
informasi saat ini secara dalam program
akurat pelatihan memori
kelompok
3. Identifikasi dan
memperbaiki
kesalahan pasien
dalam orientasi
4. Merangsang memori
dengan mengulang
pikiran terakhir
pasien
5. Menerapkan teknik
memori yang sesuai,
seperti perangkat
fisual, permainan
memori, teknik
asosiasi, membuat
daftar, menggunaan
computer,
menggunakan nama
atau latihan informasi
6. Berikan peltihan
orientasi, seperti
pasien berlatih
informasi pribadi dan
tanggal
7. Memberikan
kesempatan untuk
menggunaan memori
untuk peristiwa saat
ini, seperti
menanyakan pasien
tentang ativitas saat
ini
2. Domain : 9 Domain 3: kesehatan Domain 3: perilaku
Toleransi Koping/Stress psikososial Kelas R: pertolongan
Kelas : 2 Kelas N: adaptasi psikososial koping
Respon Koping Outcome: 1302 Koping Intervensi: 5230.
Diagnose : 00069 Setelah dilakukan tindakan peningkatan Koping :
Ketidakefektifan asuhan keperawatan dalam 1. Membantu pasien untuk
Koping waktu 2x 24 jam selama 3 hari memecahkan masalah
maka: dengan cara yang
 Menggunakan strategi konstruktif
koping yang efektif 2. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategi positif untuk
mengahdapi
keterbatasan dan
mengelola kebutuhan
gaya hidup atau
perubahan peran
3. Menilai kebutuhan
pasien atau keinginan
untuk dukungan social
4. Dukung pasien untuk
terlibat dalam
perencanaan aktifitas
eperawatan
3. Domain : 5 Domain 2: kesehatan Domain 4: keamanan
Persepsi/Kognisi pisiologis Kelas V: menejement
Kelas : Kelas J: neurokognitif resiko
Komunikasi Outcome: 0902 Komunikasi : Intervensi: 6460.
Diagnose : 00051 Setelah dilakukan tindakan manajemen Demensia :
Hambatan Komuniasi asuhan keperawatan dalam 1. Ikuts ertakan keluarga
Verbal waktu 3x24 jam selama 3 hari dalam perencanaan,
maka: penyediaan, dan
 Klien dapat mengevaluasi
menggunakan bahasa perawatan untuk
lisan memperpanjang
keinginan
2. Tentukan riwayat fisik,
social dan psiologis
pada pasien, kebiasaan
dan rutinitas
3. Memperenalkan diri
ketika memulai
kontrak
4. Dorong pasien untuk
beromunikasi secara
perlahan dan untuk
mengulangi
permintaan
4. Domain : 11 Domain 1: kesehatan Domain 4: keamanan
Keselamatan/Proteksi fungsional Kelas V: menejement
Kelas : 2 Kelas C: mobilitas resiko
Cidera Fisik Outcome: Intervensi: 6490.
Diagnose : 00155 0202 Keseimbangan : Pencegahan jatuh :
Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi deficit
asuhan keperawatan dalam kognitif atau fisik
waktu 3x24 jam selama 3 hari pasien yang dapat
maka: meningkatan potensi
 Menggunakan alat bantu jatuh dalam lingkungan
dengan benar tertentu
 Menyediakan pencahayaan 2. Identifikasi perilaku
yang adekuat dan factor yang
mempengaruhi resiko
jatuh
3. Anjurkan pasien untu
menggunakan tongkat
atau walker, dengan
tepat
4. Ajarkan pasien
bagaimana jatuh
dengan meminimalisasi
cidera
5. Berikan pencahayaan
yang adekuat untu
meningatkan visibilitas
6. Edukasi anggota
keluarga tentang factor
resiko yang
memperbesar keadaan
jatuh dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan resiko
tersebut
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Adupun diagnose yang biasa muncul:

1) Kerusakan Memori
2) Hambatan Komuniasi Verbal
3) Ketidakefektifan Koping
4) Resiko Jatuh
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai