Anda di halaman 1dari 74

Laporan Praktek Kerja Lapang

Sistem Pengelolaan Sampah TPST 3R Mulyoagung Bersatu dan Paradigma


Pengelolaan Sampah.

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Mata kuliah Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh :

Muhammad Nur Arifin 201210310311037

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Strategi Pemberdayaan Karyawan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu


(TPST) Bersatu Mulyoagung, Kabupaten Malang

Oleh :

Dianal Firdaus 201210310311130

Malang,

Menyetujui :

Supervisor Setting Sepervisor Akademik

F. Supadi Drs. Sulismadi, M.Si.

Mengatahui,

Ketua Jurusan Sosiologi Koordinator PKL

Muhammad Hayat, S.Sos., M.A. Drs. Sulismadi, M.Si.

Dekan

Dr.Asep Nurjaman, M.Si

i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayahNya, kami dapat menulis dan meyelesaikan laporan magang kami laksanakan

kurang lebih 1 bulan, dari bulan Oktober sampai dengan November.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Praktek Kerja Lapang”.

Dalam Menyusun laporan praktek kerja lapang (magang) ini tentunya tidak lepas atas

kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami selaku penyusun laporan

ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan kegiatan PKL

dan pengawasan kepada penulis di bidang akademik.

2. Bapak Muhmmad Hayat, S.sos., M.A. selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan dukungan moral dan

meterial sebagai bekal penulis dalam melaksanakan PKL

3. Bapak Drs. Sulismadi, M.Si.selaku Koordinator PKL yang telah dengan tulus ikhlas

membekali dan memberi pengarahan tentan hal-hal teknis yang akan dilakukan di

tempat PKL untuk memperoleh ilmu yang akan bermanfaat dan dapat menerapkan

bidang keilmuwan penulis di tempat PKL, selain itu juga bertindak sebagai

pembimbing penyususnan laporan PKL yang telah memberikan motivasi,

dukungan, masukan dan kritik-kritik yang membangun sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan PKL dengan baik.

4. Bapak F Supadi selaku ketua TPST 3R Mulyoagung Bersatu yang telah menerima

penulis untuk bisa melakukan PKL di tempat yang telah bapak pimpin serta

iii
memberikan pengarahan, bimbingan serta berbagi pengalaman dan ilmu dalam

mengelola sampah berbasis 3R di TPST 3R Bersatu Mulyoagung.

5. Mba Ratna selaku Sekretaris dan Mb Doni selaku Bendahara TPST 3R

Mulyoagung Bersatu yang telah melayani penulis dalam keseharian penulis

melaksanakan tugas PKL serta memberikan pengajaran kepada penulis baik ilmu

yang berkaitan dengan pengolahan sampah 3R maupun ilmu lain yang tentunya

sangat bermanfaat untuk penulis, tidak lupa pula penulis ucapkan rasa terima kasih

kepada seluruh karyawan TPST 3R Mulyoagung Bersatu yang telah memberi

banyak ilmu.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i


HALAMAN SURAT PERNYATAAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan .....................................................................................5
1.4. Manfaat .....................................................................................................5
1.4.1. Bagi Mahasiswa............................................................................................5
1.4.2. Bagi Universitas Muhammadiyah Malang, Khususnya Jurusan
Sosiologi .......................................................................................................................5
1.4.3. Bagi Instansi yang bersangkutan ...............................................................6
1.5. Nama Kegiatan.........................................................................................6
1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...........................................................6
1.7. Peserta Praktek Kerja Lapang ............................................................... 6
1.8. Metode PKL ............................................................................................. 6
BAB 2 MODEL PENANGANAN KASUS ........................................................... 16
2.1. Pengertian Sistem ..................................................................................16
2.2. Pengertian Sampah ................................................................................17
2.3. Pengertian Paradigma ...........................................................................23
2.4. Pengelolaan Sampah ..............................................................................28
2.5. Metode Pengolahan Sampah ................................................................ 32
2.6. Menuju Indonesia Bebas Sampah ........................................................36
BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPDU 3R
“MULYOAGUNG BERSATU” ................................................................................. 38
3.1. Gambaran Umum Kabupaten Malang ................................................38
3.2. Pengelolaan Sampah di Kabupaten Malang .......................................40
v
3.3. Kondisi Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang ...................................43
BAB 4 ANALISIS HASIL PKL ........................................................................... 51
4.1. Aktivitas Peserta PKL ...........................................................................53
4.2. Sistem Pengelolaan Sampah TPST 3R Mulyoagung Bersatu ...........55
4.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah ........................56
4.3.1 Pra Pengelolaan.............................................................................56
4.3.2 Proses Penglolaan...............................................................................58
4.3.3 Paska Pengelolaan..............................................................................59

BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 60


5.1. Simpulan .................................................................................................60
5.2. Saran .......................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 62
LAMPIRAN ............................................................................................................. 63

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Logbook Peserta PKL ..........................................................................51

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Pengelolaan Sampah...............................................................27


Gambar 2.2 Proses Pengelolaan Sampah Modern........................................................29

Gambar 2.3 3R (Reduce, Reuse, Recycle).......................................................................33

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Malang ............................................................................40


Gambar 3.2 Struktur KSM Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) .............48
Gambar 3.3 KSM TPST Mulyoagung Bersatu .............................................................50
Gambar 4.1 Proses Pengelolaan Sampah di TPST 3R Mulyoagung Bersatu ...... Error!
Bookmark not defined.

viii
BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah baik dari tingkatan yang paling rendah sampai ke tingkatan yang paling tinggi

atau pemerintah pusat. Pembangunan diadakan untuk memenuhi kebutuhan batiniah

dan lahiriah dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara manusia hidup berada di sebuah lingkungannya satu sama lain, di mana

lingkungan tersebut mempunyai banyak keberagaman yang bisa dimanfaatkan oleh

masyarakat. Pembangunan juga bisa disebut sebagai langkah yang bertujuan untuk

memberikan kemudahan masyarakat dalam mengakses kebutuhan yang dibutuhkan

dan juga memberikan dorongan terhadap sumber daya manusia untuk bisa

memanfaatkan dengan adanya pembangunan yang ada.

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang

dilakukan secara terus menerus oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat

yang lebih baik dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat. Proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan

ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tiap-tiap negara selalu mengejar

dengan yang namanya pembangunan dengan tujuan semua orang turut mengambil

bagian. Kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu,

walaupun bukan satu-satunya. Hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah

semata-mata fenomena ekonomi. Melalui pengertian yang paling mendasar, bahwa

pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan finansial dalam

kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses

1
multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem

ekonomi dan sosial (Todaro, 1987:63).

Pembangunan merupakan proses perubahan di segala bidang kehidupan yang

dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu, proses pembangunan

dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat dapat dicapai dengan baik apabila

pembangunan dilakukan dengan prosedur yang baik. Pembangunan adalah suatu

proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih

baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan yang

mengarah kepada peningkatan taraf hidup baik sosial maupun ekonomi di pedesaan

telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil.

Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi

yang dicapai oleh suatu negara atau daerah yang melaksanakan atau menjalankan

programnya, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang

lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan

ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan. Dalam proses

pembangunan, selain memperhitungkan dampak aktivitas ekonomi terhadap

kehidupan sosial masyarakat, lebih dari itu dalam proses pembangunan dilakukan

upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih

baik.

Pembangunan merupakan sebuah kegiatan yang di dalamnya terdapat berbagai

macam bentuk dampak yang ditimbulkan baik itu dampak negatif maupun dampak

positif terhadap masyarakat, telah dijelaskan bahwa sebuah pembangunan

mempunyai dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat, besaran harapan dengan

diadakannya pembangunan tentunya memiliki tujuan untuk bisa menumbuhkan


2
sesuatu yang positif atau bermanfaat untuk masyarakat, seperti program

pembangunan yang ada di desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Program pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3R (Reduce, Reuse,

Recycle) tersebut telah memiliki banyak manfaat atau dampak untuk masyarakat desa

Mulyoagung sendiri karena dengan adanya pembangunan tempat pengolahan

tersebut lingkungan yang ada di desa Mulyoagung tersebut terselamatkan dari adanya

ancaman lingkungan yang hancur karena pembuangan sampah yang sembarangan

dilakukan oleh masyarakat Mulyoagung dan sekitarnya.

Pembangunan tempat pengolahan sampah tersebut selain mempunyai dampak

yang positif untuk lingkungan juga mempunyai dampak yang positif yang mengarah

kepada kemajuan kesehatan, ekonomi dan sosial terhadap masyarakat desa

Mulyoagung, hal tersebut bisa terlihat dari kesadaran akan pentingnya menjaga

lingkungan mengenai sampah, warga masyarakat desa Mulyoagung sadar dan mau

berpartisipasi dalam iuran pembuangan sampah yang nantinya sampah dari warga

tersebut akan diolah, selain itu dengan adanya pembangunan tempat pengolahan

sampah terpadu (TPST) masyarakat juga bisa menurunkan tingkat pengangguran

yang ada di desa Mulyoagung karena dengan adanya pembangunan tersebut warga

Mulyoagung bisa menjadi karyawan dan bekerja mendapatkan upah yang telah

ditentukan.

Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah tahap di mana mahasiswa diterjunkan

secara langsung ke dalam dunia kerja. Pada tahap ini digunakan sebagai sebuah

sarana untuk menerapkan keterampilan, kemampuan serta teori Sosiologi atau materi

yang diperoleh dari perkuliahan selama ini.

3
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST 3R) Mulyoagung Bersatu adalah

tempat pengolahan sampah terpadu yang di kelola oleh Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) desa Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten Malang, di mana

tempat ini sekaligus menjadi sebuah bentuk usaha mengolah sampah agar memiliki

nilai jual dan bermanfaat serta mengangkat tenaga kerja baik dari daerah Malang

maupun di luar Malang . Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST 3R)

Mulyoagung Bersatu merupakan tempat pengolahan sampah yang dibina oleh Dinas

Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang pada awal Januari tahun 2009 TPST

resmi dibangun dan mulai beroperasi pada awal Februari 2011 yang dinamai dengan

nama TPST “Mulyoagung Bersatu”.

Dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang ini, mahasiswa akan dilatih

untuk mengembangkan kemampuan, menganalisis serta menerapkan teori Sosiologi

dalam dunia kerja agar dapat mengetahui apa saja masalah dan tantangan yang ada

di dalam dunia kerja serta bagaimana pula cara mengatasinya. Sehingga, dengan

adanya Praktek Kerja ini diharapkan mahasiswa akan memperoleh wawasan,

pengetahuan dan pengalaman untuk digunakan sebagai bekal apabila nantinya telah

terjun dalam masyarakat maupun dunia kerja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah sekaligus

pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengelolaan sampah TPST 3R Mulyoagung?

2. Bagaimana pengaruh TPST 3R Mulyoagung terhadap paradigma

pengolahan sampah?

4
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan laporan Praktek Kerja Lapang

ini adalah untuk mengetahui strategi TPST 3R Mulyoagung bersatu dalam

mengelola sampah yang bertujuan mereduksi sampah untuk pemanfaatan kembali.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Mahasiswa

a.) Kegiatan Praktek Kerja ini diharapkan mampu menambah kemampuan dan

wawasan praktis mahasiswa, sehingga pada gilirannya akan menghasilkan

kualitas lulusan yang semakin bisa menganalisis dan memecahkan masalah

yang ada dalam masyarakat serta mendekati tuntutan pasar.

b.) Kesempatan bagi mahasiswa untuk membandingkan kesesuaian antara

ilmu yang didapat saat perkuliahan dengan prakteknya pada saat kegiatan

Praktek Kerja.

c.) Dapat menguji kemampuan pribadi masing-masing mahasiswa baik dari

segi disiplin ilmu maupun secara sosialisasi hidup dalam bermasyarakat.

d.) Menambah serta meningkatkan keahlian dan ketrampilan diri sesuai

lingkungan praktek.

1.4.2. Bagi Universitas Muhammadiyah Malang, Khususnya Jurusan

Sosiologi

a.) Mendapatkan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum

yang telah diterapkan sesuai kebutuhan dunia informatika dan

menerapkannya dalam kurikulum yang akan datang.

b.) Sebagai sarana pengenalan instansi pendidikan Universitas

Muhammadiyah Malang fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik jurusan

5
Sosiologi kepada lembaga usaha atau perusahaan yang membutuhkan

lulusan atau tenaga kerja yang akan dihasilkan Universtitas Muhmmadiyah

Malang.

1.4.3. Bagi Instansi yang bersangkutan

a.) Dapat bertukar ilmu dengan mahasiswa yang sedang praktek kerja lapang

b.) Sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di Universitas

Muhammadiyah Malang.

1.5. Nama Kegiatan

Praktek Kerja Lapang di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (3R)

Mulyoagung Bersatu dengan proyek yang berjudul “Sistem pengelolaan sampah

TPST 3R Mulyoagung Bersatu dan Paradigma Pengolahan Sampah”

1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Tempat pengolahan

Sampah Terpadu (TPST 3R) Mulyoagung Bersatu Kecamatan Dau Kabupaten

malang di Jalan TPST No.1 Mulyoagung. Waktu pelaksanaan tanggal 10 Oktober

2016 sampai dengan 10 November 2016.

1.7. Peserta Praktek Kerja Lapang

Nama : Muhammad Nur Arifin

NIM : 201310310311037

Alamat : Jl. Tlogo Al-Kautsar No. 58

Email : muhammadipink@usa.com

1.8. Metode PKL

a. Jenis Penelitian

6
Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang

dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip

dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini

diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap

suatu masalah.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah

penelitian eskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan alasan bahwa dalam

penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran untuk mendeskripsikan segala

suatu uang terjadi di lokasi penelitian berdasarkan data-data yang diperolah.

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009:1) adalah:

“Metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.”

Lebih lanjut dijelaskan oleh Sugiyono (2009:3) bahwa dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh

fakta-fakta yang ditemukan pada saat peneliti di lapangan. Tujuan penelitian

dalam praktek kerja lapang ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran

secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki. Dan lebih lanjut penelitian ini untuk

mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

7
b. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian dilakukan. Dengan

ditetapkan lokasi dalam penelitian akan dapat lebih mudah untuk mengetahui

tempat dimana suatu penelitian dilakukan. Lokasi penelitian atau praktek ini di

lakukan di Desa Mulyoagung. Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Sedangkan situs penelitian adalah merupakan suatu tempat di mana

sebenarnya peneliti melakukan penelitian guna memperoleh data maupun

informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun situs

dalam penelitian ini adalah:

i. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R Mulyoagung Bersatu

ii. Kantor Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa Mulyoagung.

iii. TPST 3R Mulyoagung Bersatu.

c. Sumber dan Jenis Data

i. Informan, yaitu orang yang menguasai permasalahan, memiliki informasi

dan bersedia memberikan informasi. Informan dipilih secara purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2010:392) purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut orang yang dianggap

paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek atau situasi sosial

yang diteliti.

ii. Key Informan, yaitu merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya

mampu “membuka pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian,

8
seperti Kepala Desa Mulyoagung dan Ketua Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) Desa Mulyoagung.

iii. Dokumen, yaitu sumber data berasal dari bahan-bahan tertulis seperti

undang-undang, bahan-bahan laporan, dokumen-dokumen serta arsip yang

tersedia dan memiliki relevansi dengan fokus penelitian.

iv. Peristiwa, yaitu berbagai peristiwa, situasi apapun kejadian yang berkaitan

dengan Pembangunan dan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R di TPST

dengan Partisipasi Masyarakat Desa Mulyoagung.

d. Jenis Data

i. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (marzuki, 2002:55). Sumber data

primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, dengan subyek yang

diwawancarai antara lain dengan Aparat Desa Mulyoagung, KSM dan

Masyarakat Desa Mulyoagung serta Karyawan TPST 3R Mulyoagung Bersatu.

Lokasi TPST Serta Kantor Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa

Mulyoagung.

ii. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah,

keterangan-keterangan atau publikasi lainnya (Marzuki, 2002:56). Sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen atau arsip, serta data dari

internet yang berkaitan dengan penelitian.

9
e. Teknik Pengumpulan Data

i. Wawancara Tak Terstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah, wawancara yang bebas di mana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(Sugiyono, 2010:413).

ii. Observasi Non-partisipan

Menurut Sugiyono (2008:145), dalam observasi non-partisipan peneliti

tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Karena peneliti hanya

mengamati bagaimana proses pengelolaan sampah terpadu. Peneliti hanya

mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang

bagaimana sistem pengelolaan sampah yang dilakukan berbasis 3R (reuse,

reduce, recycle).

iii. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan

melakukan pencatatan sumber-sumber data yang ada pada lokasi penelitian.

Data ini merupakan data sekunder dan data-data pada umumnya sudah ada,

antara lain yaitu arsip-arsip, dokumen atau surat keputusan, laporan-laporan,

dan lain sebagainya.

Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan

data yang berhubungan dengan penelitian. Dibandingkan dengan metode lain,

10
maka metode ini agak tidak begitu sulit dalam arti apabila ada kekeliruan

sumber datanya masih tetap dan belum berubah.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang

Checklist untuk variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat atau muncul

variabel yang dicari, maka tinggal membubuhkan tanda check di tempat yang

sesuai untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam

variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas (Arikunto, 2002:206).

f. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian ini menunjukkan pada alat yang digunakan dalam

mengumpulkan data dalam penelitian. Adapun instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian adalah :

i. Peneliti sendiri, Moleong (2006:4) mengemukakan bahwa salah satu ciri

penelitian kualitatif adalah manusia sebagai alat sehingga peneliti sendiri

atau dengan bantuan orang lain merupakan alternative pengumpul data

utama. Sebab hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat

berhubungan dengan responden atau dengan obyek-obyek lainnya dan

hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan

di lapangan.

ii. Interview Guide, yang memberikan pedoman untuk mempermudah

wawancara.

iii. Field Note, buku catatan lapangan yang berguna untuk mencatat

informasi, uraian yang bersifat non verbal yang diperoleh selama

penelitian.

11
iv. Perangkat Penunjang, alat tulis-menulis untuk membantu dalam

pencatatan hal-hal penting di lapangan, serta kamera dan alat rekam

suara.

g. Metode Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah

karena dengan analisa data dapat diberi arti, makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian itu sendiri. Analisa data merupakan bagian

yang terpenting dalam metode ilmiah karena dengan analisa dapat diberi arti,

makna yang berguna dalam memecahkan masalah peneliti itu sendiri. Analisa

data-data yang bersifat kualitatif dilakukan dengan cara menggambarkannya

dengan kata-kata atau kalimat sesuai dengan hasil data yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Biklen dan Moleong (2009:248), analisa data kualitatif

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir

data, memilah-milahnya menjadi suatu yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Melalui penelitian kualitatif, data dapat didapatkan dengan berbagai

macam dengan teknik pengumpulan data yang bervariasi seperti observasi,

interview, dan dokumentasi. Data digali terus menerus sehingga data

terkumpul sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

peneliti ditantang untuk menentukan sendiri metode analisis data yang sesuai

dengan penelitian dikembangkan.

12
Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan model Spradley.

Teknik analisis data menggunakan model Spradley ini tidak terlepas dari

keseluruhan penelitian. Keseluruhan proses penelitian terdiri atas pengamatan

deskriptif, analisis dokumen, pengamatan terfokus, analisis taksonomi

pengamatan terpilih, analisis komponen, dan diakhiri dengan analisis tema.

Jadi proses penelitian berangkat dari yang luas, kemudian memfokus, dan silih

berganti antara pengumpulan data sampai nanti pada akhirnya keseluruhan

masalah penelitian akan terjawab.

Seperti yang dikemukakan Spredley dalam Sugiyono (2010:441)

membagi analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan empat tahapan

yaitu: analisis dominan, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis

kultural.

Analisis data model Spradley di atas dilakukan melalui empat tahap yang

apabila dijabarkan adalah sebagai berikut:

i. Analisis Dominan. Analisis dominan dapat dilakukan saat peneliti

memasuki objek penelitian yaitu Lokasi Tempat Pembuangan Sampah

Terpadu di Desa Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten Malang

setelah melakukan pengamatan deskriptif melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Hasil dari pengamatan deskriptif ini adalah suatu

gambaran umum secara menyeluruh dan berbagai dominan terkait

masalah Pemberdayaan Karyawan dalam Pembangunan dan Pengelolaan

Sampah Berbasis 3R.

ii. Analisis Taksonomi. Analisis Taksonomi dilakukan dengan menentukan

domain-domain tertentu yang dijadikan objek penelitian. Setelah


13
ditemukan berbagai kriteria dari analisis domain maka langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis taksonomi dengan cara

menentukan dan mengelompokkan berbagai kategori yang terkait dengan

fokus penelitian yaitu sistem pengelolaan sampah berbasis 3R, dan

pengaruh perubahan paradigma pengelolaan sampah dimasyarakat.

Analisis ini digunakan peneliti dengan melakukan pengamatan terfokus.

iii. Analisis Komponensial. Analisis Komponensial ini dilakukan dengan

cara observasi dan wawancara terseleksi untuk mencari ciri spesifik pada

setiap struktur di suatu bidang. Dari analisis komponensial ini diperoleh

beberapa data antara lain bentuk pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan TPST, serta partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah berbasis 3R di Desa Mulyoagung.

iv. Analisis Tema Kultur. Dilakukan dengan cara mencari hubungan di

antara domain dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan yang

selanjutnya dinyatakan dalam sebuah tema/judul penelitian. Dari hasil

analisis tema kultural ini diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan

antara pimpinan TPST dengan partisipasi masyarakat untuk

keberlanjutan proses pengolahan sampah di TPST.

14
15
BAB 2

MODEL PENANGANAN KASUS

2.1. Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani

(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang

dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau

energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk

menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model

matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item

penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu

kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling

berhubungan sehingga membentuk suatu negara di mana yang berperan

sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari,

dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk

banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi

beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah

sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Sedangkan

menurut Murdick R. G (1991:27), sistem adalah seperangkat elemen-elemen

yang membentuk suatu kumpulan dari berbagai prosedur atau berbagai bagan

16
pengolahan untuk mencari sebuah tujuan bersama dengan cara

mengoperasikan data maupun barang untuk menghasilkan suatu informasi.

Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen yakni

Pertama Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat

benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat

sistem tersebut. Kedua, Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat

kepemilikan sistem dan objeknya. Ketiga, Hubungan internal, di antara objek-

objek di dalamnya. Ke-empat, Lingkungan, tempat di mana sistem berada.

2.2. Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor

18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang

tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990)

mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu

yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang

umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan

industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak

termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu

17
benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang

dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah

(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,

atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak

terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil

kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan

demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

2.2.1 Jenis Sampah

a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

- Sampah anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

- Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar

- Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain

bekas dan sebagainya.

- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,


18
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2003).

c. Sampah berdasarkan karakteristiknya

- Abu (Ashes)

Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di

rumah, di kantor maupun industri.

- Sampah Jalanan (Street Sweeping)

Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas,

kotoran dan daun-daunan.

- Bangkai Binatang (Dead Animal)

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau

kecelakaan.

- Sampah pemukiman (Household refuse)

Yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan.

- Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles)

Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api,

satelit,kapal laut dan alat transportas lainnya.

- Sampah industri

Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil

bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

- Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste)

Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.

- Sampah dari daerah pembangunan

Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan

pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah batu

19
batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-lain.

- Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid)

Sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organik hasil saringan

pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

- Sampah Khusus

Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya,

misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang toksis. (Mukono,

2006).

2.2.2 Hubungan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Menurut Chandra, Budiman (2006) pengelolaan sampah di suatu daerah

akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu

sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif.

Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan

lingkungan, antara lain :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa

dan dataran rendah.

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga atau binatang pengerat.

e. Menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat hubungannya

dengan sampah.
20
f. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

g. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya

masyarakat.

h. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana


kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan
lain.

Sedangkan pengaruh negatif dari sampah terhadap kesehatan, lingkungan

maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

- Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai

tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus.

- Insiden penyakit Demam Berdarah dengue akan meningkat karena vektor

penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng maupun ban

bekas yang berisi air hujan.

- Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan

misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya.

- Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stres dan lain-


lain.
b. Pengaruh terhadap lingkungan - Estetika lingkungan menjadi kurang sedap

dipandang mata.

- Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan

gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

21
- Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas.

- Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan

menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.

- Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air

permukaan atau sumur dangkal.

- Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat

seperti jalan, jembatan dan saluran air.

c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat - Pengelolaan

sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat

setempat

- Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan

minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah

tersebut.

- Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat

dan pihak pengelola (misalnya kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi).

- Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja dan

produktivitas masyarakat menurun.

- Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar

sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

- Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah

22
wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat

setempat.

- Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun

dan tidak memiliki nilai ekonomis.

- Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas

yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

2.3. Pengertian Paradigma

Istilah paradigma (paradigm) sebagai konsep, pertama-tama

dikenalkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific

Revolution. Paradigma merupakan terminologi kunci dalam model

perkembangan ilmu pengetahuan yang diperkenalkan Thomas Kuhn.

Selanjutnya, istilah tersebut dipopulerkan oleh Robert Friedrichs. Dia adalah

orang pertama yang merumuskan pengertian paradigma secara lebih jelas.

Dia merumuskan paradigma sebagai suatu pandangan mendasar dan suatu

disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang

semestinya dipelajari (a fundamental image a dicipline has of its subject

matter).

Selanjutnya, George Ritzer merumuskan pengertian paradigma

secara lebih jelas dan rinci. Menurut George Ritzer paradigma adalah

pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang (baca: disiplin) ilmu

pengetahuan. Jadi sesuatu ilmu yang menjadi pokok persoalan, suatu cabang

ilmu menurut versi ilmuwan tertentu. Paradigma membantu merumuskan

23
tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti

dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang

harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam

rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian paradigma itu, kita dapat

rangkumkan bahwa paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk

nilai, teknik dan metode, yang disepakati dan digunakan oleh suatu komunitas

dalam memahami atau mempersepsi segala sesuatu. Dengan demikian, fungsi

utama paradigma adalah sebagai acuan dalam mengarahkan tindakan, baik

tindakan sehari-hari maupun tindakan ilmiah. Sebagai acuan, maka lingkup

suatu paradigma mencakup berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan

aspek ontologis, epistemologis dan metodologis. Dengan kata lain,

paradigma dapat diartikan sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala

dan fenomena semesta yang dianut oleh sekelompok masyarakat (world

view). Seorang pribadi dapat mempunyai sebuah cara pandang yang spesifik.

tetapi cara pandang itu bukanlah paradigma, karena sebuah paradigma harus

dianut oleh suatu komunitas.

2.3.1 Paradigma Pengelolaan Sampah

Paradigma lama pengelolaan sampah dengan pendekatan penanganan

akhir yaitu “kumpul – angkut – buang” ke TPA sampah sudah saatnya

ditinggalkan. Paradigma baru sesuai Undang – Undang No 18/2008,

memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan

dapat dimanfaatkan, misalnya untuk kompos, energi, bahan bangunan

24
maupun sebagai bahan baku industri, sedangkan yang dibuang adalah sampah

yang benar-benar sudah tidak dapat dimanfaatkan, karena tidak mempunyai

nilai ekonomi .

Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif

dari hulu, sejak sebelum dihasilkan dari produk yang berpotensi menjadi

sampah, sampai ke hilir yaitu pada fase produk sesudah digunakan sehingga

menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan secara aman ke media

lingkungan. Konsep ini biasa disebut dengan 3 R yaitu Reduce (Pengurangan)

– Reuse (Penggunaan kembali) – Recycle (Pendaurulangan), dengan

menggunakan paradigma baru penanganan sampah yaitu “kumpul – pilah –

olah – angkut”.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu

dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas

dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan

pelayanan publik, maka telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Sampah. Secara garis besar, UU PS yang terdiri

dari 18 bab dan 49 pasal tersebut mengatur tugas pemerintahan, wewenang

pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pengurangan

sampah, penanganan sampah, pembiayaan dan kompensasi dalam

pengelolaan sampah. Beberapa materi muatan yang diatur, antara lain, yaitu:

1. Lingkup pengelolaan, yaitu: sampah rumah tangga, sejenis sampah rumah

tangga, dan spesifik.

25
2. Hak setiap orang dalam pengelolaan sampah antara lain hak untuk

berpartisipasi, memperoleh informasi dan mendapatkan kompensasi dari

dampak negatif kegiatan tempat pemrosesan akhir. Kewajiban produsen

untuk mencantumkan label mengenai pengurangan dan penanganan sampah

serta mengelola kemasan dari barang yang diproduksinya (extended producer

responsibility

3. Kewajiban pemerintah daerah antara lain kewajiban untuk menutup tempat

pemrosesan akhir sampah yang menggunakan open dumping paling lama 5

(lima) tahun

4. Tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu,

tempat pemrosesan akhir harus dicantumkan dalam rencana tata ruang

wilayah kabupaten/kota

5. Penegasan larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah

6. Pejabat Pegawai Negeri Sipil di bidang pengelolaan sampah diberikan

kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang

pengelolaan sampah

26
POLA LAMA UU SAMPAH

• Kumpul dari sumber dan/atau TPS • Batasi sejak dari sumber


• Angkut dari sumber dan/atau TPS • Pilah dan olah disumber dan/atau
ke TPA di TPS untuk dimanfaatkan
• Timbun di TPA • Kumpul dari sumber dan TPS
• Lupakan secara terpilah
• Angkut dari sumber dan TPS ke
tempat pengolahan, TPST atau
TPA secara terpilah
• Olah ditempat pengolahan
dan/atau di TPST untuk
dimanfaatkan
• Sampah di TPA harus diproses
agar aman bagi lingkungan

Gambar 2.1 Paradigma Pengolahan Sampah

27
2.4. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

(Pasal 1 Butir 5 UU 18/2008) Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai

dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan

sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan

lingkungan.

Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga

pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu

ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat,

dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Pelaksanaan pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan

tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta

peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat

berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien.

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan

sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan

sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya

sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai

terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah

dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya

bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar

luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam

pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak

28
menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain

sebagainya.

Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan

pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan

pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan,

pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah

dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan

masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam

(conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga

mempertimbangkan sikap masyarakat.

Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri

dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau

dihancurkan.

Produk Digunakan Dibuang Sampah

Pengolahan tahap akhir :


Pengolahan Tahap Awal:
- Sanitary landfill (penimbunan - Reduce (mengurangi)
berlapis) - Reuse (menggunakan kembali)
- Incenaration (pembakaran) - Recycle (mendaur ulang)
- Open dumping

(Sumber : Cunningham, 2004)

Gambar 2.2. Proses Pengolahan Sampah Modern

29
Manusia adalah makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk yang

berpikir sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau

motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan

sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain. Menurut Bimo Walgito (2003:65), interaksi

sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu

lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang

lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik.

Soerjono Soekanto (2002 : 6) mengemukakan bahwa interaksi sosial

yaitu merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut

hubungan perseorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara

perseorangan dengan kelompok manusia. Roucek dan Warren berpendapat

bahwa, “Interaksi sosial adalah satu proses melalui tindak balas tiap-tiap

kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari

kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, dengan mana satu

kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat

demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. (dalam Abdulsyani, 2002

: 153).

Bimo Walgito (2002 : 57) menyatakan bahwa interaksi sosial ialah

hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat

mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya

hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan

kelompok. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
30
individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya

(Gerungan 1996 : 57).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat dinyatakan

bahwa yang disebut dengan interaksi sosial adalah hubungan timbal balik

yang dinamis antar sesama individu atau kelompok manusia yang didahului

oleh adanya komunikasi sehingga terjadi adanya suatu perubahan tingkah

laku pada individu.

2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah

Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena

berbagai hal :

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan

masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang persampahan

3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang

termasuk bidang persampahan

4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,

menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak

populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus

5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas

juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga

31
cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya,

sehingga cepat menjadi sampah

6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi

pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan

penggunaan tanah

7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya

dipakai sebagai tempat pembuangan sampah

8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca

yang semakin panas.

10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan

11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah

12. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang

memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi

masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

2.5. Metode Pengolahan Sampah

2.5.1 Penerapan Prinsip 3-R, 4-R atau 5-R

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah

misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah

3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi),


32
Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan

4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain

4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali).

Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka

pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga

diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.

Gambar 2.3. 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

a. Reduce

Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan

minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita

menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan

program reduce:

- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah

dalam jumlah besar

- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain

- Gunakan baterai yang dapat di charge kembali

- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

- Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar,

33
kurangi makanan kaleng/instan)

- Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet)

- Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan

lain-lain)

- Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja

- Tolak penggunaan kantong plastik

- Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan

- Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu

- Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu

b. Reuse

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang

yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang

yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian

barang sebelum ia menjadi sampah.

Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan

program reuse:

- Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang

- Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)

- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

- Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah

34
- Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah

- Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan

- Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas

- Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem

- Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain

- Majalah atau buku untuk perpustakaan

- Kertas koran digunakan untuk pembungkus

c. Recycle

Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang

sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur

ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah

tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan

program recycle:

- Mengubah sampah plastik menjadi souvenir

- Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos

- Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur

d. Replace

Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang

digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-barang yang hanya bisa

dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Prinsip ini

35
mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti

mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari

penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.

e. Replant

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan

sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan

lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan

yang diolah dari sampah.

2.6. Menuju Indonesia Bebas Sampah

Salah satu upaya untuk mewujudkan hidup berkualitas adalah dengan

mengedepankan pola hidup sehat dan menjaga lingkungan yang tertata,

bersih, dan sehat. Caranya adalah dengan menyelesaikan masalah sampah.

Dalam peringatan Hari Peduli Sampah (21 Februari), telah dicanangkan

Deklarasi Surabaya: Menuju Indonesia Bersih 2020 yang diikuti 29 wali

kota/bupati atau wakilnya (24 Februari). Mereka berkomitmen menurunkan

timbulan sampah di daerahnya hingga 20 persen pada tahun 2020.

Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah harus segera menyusun rencana

induk pengelolaan sampah yang berisikan penetapan target pengurangan

sampah, strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan kebersihan,

penyediaan sarana dan prasarana, peran serta masyarakat, kerja sama daerah

(kemitraan), penggunaan teknologi hijau, dan pengembangan infrastruktur

pengolahan sampah multisimpul (desentralisasi). Pengelolaan sampah yang

terpadu dan ramah lingkungan akan berdampak pada peningkatan kualitas

kesehatan dan perkembangan generasi mendatang. Gerakan ini mengajak


36
masyarakat mengubah paradigma pengelolaan sampah konvensional,

kumpul-angkut-buang, menjadi pengurangan di sumber dan daur ulang

sumber daya. Strategi yang harus dilakukan adalah pengelolaan sampah

terpadu dengan cara 3R, mengurangi (reduce), menggunakan kembali

(reuse), dan mendaur ulang (reycycle); extended producer responbility

(EPR); pemanfaatan sampah; pemrosesan akhir sampai di tempat pengelolaan

(bukan pembuangan) sampah ramah lingkungan.

Harus diakui target penurunan timbulan sampaj 20 persen pada tahun

2020 itu tidak mudah, karena kemampuan dan kondisi daerah yang berbeda-

beda. Namun demikian, bukan berarti tidak mungkin, bahkan penurunan

timbulan sampah seharusnya bisa dikurangi 50 persen. Untuk itu perlu

ditetapkan target tahunan penurunan timbulan sampah. Kesadaran dan tingkat

partisipasi masyarakat mengurangi produksi sampah menjadi kunci

pengurangan beban limbah padat di lingkungan. Penerapan 3R akan

mengurangi beban pemerintah kota dalam menangani timbulan sampah.

Kalau sampah diselesaikan dari sumbernya, kita dapat menghemat biaya

angkut sampah hingga 50 persen.

37
BAB 3

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPDU 3R

“MULYOAGUNG BERSATU”

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Malang

a. Keadaan Geografis Kabupaten Malang

Kabupaten Malang terletak pada ketinggian antara 440-667 M di

atas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata jawa

timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Secara geografis

Kabupaten Malang terletak diantara 112° 17’ 10,90° sampai 122° 57’ 00”

Bujur Timur dan 7° 44’ 55,11” sampai 8° 26’ 35,45” Lintang Selatan yang

batas-batasnya sebagai berikut:

1.) Wilayah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan

Kabupaten Mojokerto,

2.) Wilayah timur berbatasan dengan kabupaten Probolinggo dan

Kabupaten Lumajang,

3.) Wilayah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten

Kediri,

4.) Wilayah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Posisi ini menjadikan Kabupaten Malang menyimpan potensi

bahari yang cukup besar. Berdasarkan kondisi topografinya Kabupaten

Malang dapat digolongkan dalam beberapa wilayah dataran. Dataran

rendah dengan ketinggian 250-500 meter di atas permukaan laut, dareah

38
dataran tinggi, daerah perbukitan kapur, daerah lereng gunung Kawi-

Arjuna dengan ketinggian 500-3.300 meter di atas permukaan laut, daerah

lereng Tengger-Semeru di bagian Timur dengan ketinggian antara 500-

3.600 meter di atas permukaan laut.

b. Keadaan Demografi Kabupaten Malang

Secara umum masyarakat di wilayah Kabupaten Malang heterogen

dalam etnis dan latar belakang budayanya, sehingga memungkinkan

terciptanya kehidupan kota yang cenderung dinamis. Sebagai salah satu

kota pendidikan, masyarakat Kabupaten Malang dengan budaya lokalnya

telah lama berinteraksi dan berasimilasi dengan kebiasaan dan budaya dari

berbagai macam suku bangsa yang datang dan dibawa oleh para pelajar,

mahasiswa serta kalangan pedagang. Dari beberapa suku yang berada di

Kabupaten Malang, mayoritas penduduk berasal dari etnis Jawa dan

Madura. Bahwa pergaulan sebagai wahana komunikasi sehari-hari

penduduk adalah Bahasa Jawa Malangan, Bahasa Madura, dan Bahasa

Indonesia. Ciri khas lain dari masyarakat Kabupaten Malang yang

majemuk adalah sifat toleransi dan kerjasamanya yang tinggi dalam

kehidupan beragama, sehingga menjadikan kota ini cukup aman dengan

terciptanya kerukunan dan kebersamaan antar umat beragam.

39
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Malang
Sumber: www.malangkab.go.id

3.2. Pengelolaan Sampah di Kabupaten Malang

Berdasarkan data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)

pada tahun 2009, Kabupaten Malang mempunyai luas wilayah terluas kedua

di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi, yaitu 3.534’86 Km² dengan

tingkat pertumbuhan penduduk 1,08% setiap tahunnya menunjukkan bahwa

sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya

40
perlu dilakukan secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, aman bagi

lingkungan dan dapat mengubah perilaku masyarakat.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Malang dikelola oleh Dinas Cipta

Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang, Bidang Kebersihan dan

Pertamanan yang membawahi 7 (tujuh) Unit Pelaksana Teknis Dinas. Setiap

UPTD mempunyai daerah pelayanan persampahan masing-masing. Prinsip

penanganan sampah di Kabupaten Malang diawali dengan adanya timbunan

sampah yang berasal dari berbagai sumber sampah seperti perumahan,

pasar, sekolah, dan terminal, dikumpulkan, ditampung di TPS kemudian

diangkut dan dibuang ke TPA. Sistem yang dijalankan dalam pengelolaan

sampah masih berupa paradigma lama yaitu kumpul, angkut dan buang dan

masih sangat kecil upaya yang mengarah ke konsep 3 R (Reduce, Reuse dan

Recycle). Saat ini Kabupaten Malang mempunyai 6 (enam) Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA). Ada 4 (empat) TPA yang sudah dioperasikan,

yaitu:

1. TPA Randuagung Singosari, melayani daerah:

a. UPTD Singosari

b. UPTD Pujon

2. TPA Paras Poncokusumo, melayani daerah:

a. UPTD Tumpang

3. TPA Talangagung Kapanjen, melayani daerah:

a. UPTD Kepanjen

b. UPTD Bululawang

c. UPTD Turen

41
4. TPA Rejosari Bantur, melayani daerah:

a. UPTD Pagak

Dan 2 TPA yang masih belum dioperasikan, yaitu: TPA Pujon dan

TPA Kasri Bululawang. Secara prinsip, sistem pengolahan samapah pada

setiap UPTD adalah sama, yaitu menangani sampah dari TPS ke TPA

masing-masing. Dari sumber timbunan sampah ke lokasi TPS ditangani

oleh kebersihan lingkungan khususnya untuk pemukiman atau perumahan,

kecuali seperti pasar yang langsung di buang ke TPA, atau industri yang

berada di wilayah Kabupaten Malang. Namun dalam pelaksanaan teknis

operasional pengolahan sampah di lapangan, UPTD melakukan

pengaturan sendiri-sendiri dengan karakteristik daerah pelayanan, jarak

jangkauan pelayanan, kemampuan alat dan petugas dan lain-lain

pertimbangan.

Dalam mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di Kabupaten

Malang dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua

program pengelolaan sampah yang dimulai pada skala kawasan (tingkat

kecamatan), kemajuan dilanjutkan pada skala yang lebih luas lagi. Dalam

melakukan pengelolaan sampah mengacu pada amanat yang telah

ditetapkan dalam perda dan Undang-Undang yaitu:

1. Perda Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2003 tentang penataan dan

pengolahan sampah.

42
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang

pengolahan sampah.

Dalam pengolahan sampah partisipasi masyarakat merupakan aspek

yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengolahan sampah

secara terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengolahan sampah sangat

diharapkan untuk membantu mengurangi masalah persampahan di

Kabupaten Malang. Keterlibatan masyarakat dalam mengelola sampah

dapat diupayakan dengan membudayakan penerapan sistem 3R (Reduce,

Reuce, Recycle) yaitu sistem yang dilakukan dengan cara memisahkan

sampah yang masih bisa didaur ulang dam dimanfaatkan dengan sampah

organik untuk pupuk kompos dan sampah residu. Apabila di setiap wilayah

Kabupaten Malang melakukan pengolahan sampah dengan cara memilah

dan mengolah, maka permasalahan sampah diyakini akan dapat

terselesaikan dengan baik dan efisien.

3.3. Kondisi Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang

a. Kecamatan Dau

i. Keadaan Umum

Kecamatan Dau merupakan salah satu kecamatan di Wilayah

Kabupaten Malang yang terletak dibelahan Barat ±8 Km dari pusat

Pemerintahan Kabupaten Malang (Kantor Bupati Malang) dan ±32 Km

dari Ibu kota Kabupaten Malang yaitu Kepanjen. Secara geografis,

wilayah kecamatan Dau terletak pada ketinggian antara 600-2.100 meter

43
dari permukaan laut dengan curah hujan rata 1.297 s/d 1.925 mm/tahun.

Batas-batas wilayah meliputi :

1. Utara : Kecamatan Karangploso

2. Timur : Kota Malang

3. Selatan : Kecamatan Wagir / Pegunungan Kawi

4. Barat : Kota Batu

ii. Kecamatan Dau terdiri dari 10 Kelurahan/Desa, yaitu:

a. Desa Kucur

b. Desa Kalisongo

c. Desa Karangwidoro

d. Desa Petungsewu

e. Desa Selorejo

f. Desa Tegalweru

g. Desa Landungsari

h. Desa Mulyoagung

i. Desa Gadingkulon

j. Desa Sembersekar

iii. Luas Wilayah Kecamatan Dau

Luas wilayah Kecamatan Dau adalah ±5.602.671 Ha dengan

distribusi peruntukan tanah:

- Pemukiman : 952.000 Ha

- Sawah : 745.000 Ha

- Tanah Kering : 3.146.056 Ha

44
- Fasum : 17.597 Ha (Lapangan dan Makam)

- Lain-lain : 732.018 Ha

iv. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Dau sampai bulan Desember 2011

adalah 62.875 orang, yang terdiri dari 31.675 penduduk laki-laki dan

31.203 penduduk perempuan.

v. Desa Mulyoagung

1. Keadaan Umum Desa Mulyoagung

a. Luas Desa : 596.356 Ha

b. Batas Wilayah

1) Barat : Kecamatan Junrejo

2) Selatan : Kecamatan Dau

3) Utara : Kecamatan Karangploso

4) Timur : Kecamatan Lowokwaru

vi. Kelompok Swadaya Masyarakat Mulyoagung Bersatu

1. Sejarah KSM Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Mulyoagung

Bersatu

Pada mula terjadi pembangunan Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu adalah di desa Mulyoagung yang memiliki luas wilayah 296594

Ha dan dengan tingkat populasi penduduk mencapai 3970 Kepala

Keluarga meruapakan salah satu desa yang cukup padat penduduk.

Pertambahan penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke


45
perkotaan telah menyebabkan semakin tingginya volume sampah yang

harus dikelola setiap hari. Apalagi volume sampah yang dihasilkan setiap

harinya oleh tiap rumah warga tidak kurang dari 7.940 kg dan hal ini masih

belum termasuk sampah dari rumah produksi di wilayah Desa

Mulyoagung jadi daoat diperkirakan bahwa total keseluruhan volume

sampah yang dihasilkan oleh Desa Mulyoagung setiap harinya rata-rata

mencapai 8 sampai 9 ton sampah.

Sebelum adanya TPST, sampah yang telah dikumpulkan setiap

harinya dibuang begitu saja di daerah kosong yang berdekatan dengan

aliran sungai brantas. Melalui musyawarah kelompok bersama atau yang

disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada di desa

Mulyoagung yang di ketuai oleh bapak F.Supadi pada tahun 2008 berusaha

untuk mencari solusi dari ancaman pencemaran lingkungan khususnya

pada aliran sungai brantas. Dari solusi yang ditawarkan oleh KSM Desa

Mulyoagung maka keluarlah ide untuk membangun Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu (TPST) sebagai solusi akhir dari permasalahan sampah

yang sebelumnya hanya dibuang di daerah aliran sungai Brantas.

KSM berusaha mengajukan proposal ke badan atau instansi untuk

pendanaan selain pendanaan dari swadaya masyarakat sendiri. Setelah

dana telah terhimpun maka dibangunlah Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu yang belokasi di Desa Mulyoagung dan mulai beroperasi pada

akhir bulan Desember tahun 2010.

2. Visi dan Misi KSM Mulyoagung Bersatu

46
a. Visi

“Menciptakan kualitas lingkungan hidup yang bersih, sehat dan

nyaman di Desa Mulyoagung”.

b. Misi

1) Membantu pemerintah dalam rangka upaya meningkatkan

kebersihan lingkungan.

2) Meningkatkan pengendalian dan pengelolaan sampah secara

terpadu

3) Meningkatkan kegiatan usaha ekonomi produktif berbasis

sampah

4) Meningkatkan kerjasama serta kepedulian masyarakat terhadap

kebersihan lingkungan.

47
3. Struktur KSM TPST Mulyoagung

Gambar 3.2 Struktur KSM Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)


Sumber: KSM TPST Mulyoagung Bersatu.

Susunan Organisasi TPST 3R Mulyoagung Bersatu terdiri dari satu orang ketua

dengan 80 pegawai, diantaranya adalah:

a. 22 petugas angkut sampah

b. 50 pegawai operasional TPST


48
c. 3 staff administrasi

d. 3 LINMAS, dan

e. 2 pengurus koperasi

4. Kondisi TPST 3R Mulyoagung Bersatu

Selain itu untuk peralatan yang dimiliki TPST Mulyoagung Bersatu memiliki:

a. 4 Mesin pencacah

b. 2 Mesin pengayak

c. 8 Unit kendaraan tossa

d. 2 Unit truk sampah

e. 1 Mesin pompa air

f. 1 Mesin jahit untuk karung

g. 1 Timbangan 300 Kg

h. 1 Mesin packing

5. Proses Kerja TPST 3R Mulyoagung Bersatu

Proses kerja TPST 3R Mulyoagung Bersatu berorientasi pada prinsip

pengolahan 3R yakni Reduce (meminimalisir sampah), Reuse (pemanfaatan

kembali limbah sampah), Recycle (mendaur ulang limbah sampah organik

menjadi pupuk) agar dapat tercapai program Zero Waste (pemanfaatan limbah

sampah secara maksimal) pada masa mendatang.

49
Gambar 3.3 KSM TPST Mulyoagung Bersatu
Sumber:KSM TPST Mulyoagung Bersatu

Dari proses kerja diatas selain yang utama adalah produksi pupuk organik TPST

juga mendapatkan manfaat lebih dari proses diatas yang diantaranya mendapatkan

belatung yang dimanfaatkan sebagai bmakann ikan pada budidaya ikan,

pemanfaatan limbah sisa makanan yang dikeringkan dan digiling untukmenjadi

pakan ternak (hewan sejenis unggas) maupun juga pupuk sisa yang dimanfaatkan

sendiri untuk menanam tanaman toga di area sekitar TPST.

50
BAB 4

ANALISIS HASIL PKL

4.1. Aktifitas Peserta PKL

Selama Praktek Kerja Lapang di TPST 3R Mulyoagung Bersatu,

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, kegiatan yang rutin dilakukan selama

praktek kerja lapang tidak sama tiap minggunya. Hal ini disebabkan karena

tiap minggunya mempunyai kegiatan yang berbeda-beda. Kegiatan pada saat

minggu pertama adalah pengenalan atau adaptasi di dalam lembaga sebelum

lebih jauh lagi mengikuti atau berpartisipasi atau melaksanakan tugas Praktek

Kerja Langsung (PKL) di TPST 3R Mulyoagung Bersatu.

Berikut adalah tabel kegiatan peserta PKL yang dilakukan di TPST 3R

Mulyoagung Bersatu:

Tabel 4.1 Tabel Logbook Peserta PKL

No. Hari, Tanggal Uraian Kegiatan

briefing tentang lembaga serta perkenalan

1. Senin, 10 Oktober 2016 dengan para staf, Pembagian bidang dari

ketua TPST

Berdiskusi dengan Sektretaris dan

2. Selasa, 11 Oktober 2016 Bendahara mengenai permasalahan sampah

yang ada di TPST.

3. Rabu, 12 Oktober 2016 Merekap data iuran warga Mulyoagung.

51
4. Kamis, 13 Oktober 2016 Merekap data dan daftar kunjugan di TPST

Menerima kunjungan dari WALHI

Probolinggo, mengikuti acara kunjungan,


5. Jum’at, 14 Oktober 2016
memandu tamu kunjungan serta merapikan

kembali gedung setelah digunakan.

Mengamati pembuangan sampah residu di

6. Sabtu, 15 Oktober 2016 TPA randuagung Singosari dengan menaiki

truk sampah.

Menerima tamu kunjungan dari Pemda

Trenggalek, mengikuti acara kunjungan,


7. Senin, 17 Oktober 2016
memandu tamu kunjungan, merapikan

gedung setalah digunakan.

Melayani pembayaran iuran dari pelanggan


8. Selasa, 18 Oktober 2016
sampah TPST

Keliling menarik iuran ke tempat usaha,


9. Rabu, 19 Oktober 2016
warung, industri rumah, hotel dll

Wawancara dengan para karyawan TPST


10. Kamis, 20 Oktober 2016
3R Mulyoagung Bersatu.

Wawancara dengan ketua KSM mengenai


11. Jumat, 21 Oktober 2016
pembangunan di TPST.

52
Melayani pendaftaran warga yang baru
12. Sabtu, 22 Oktober 2016
mengikuti iuran sampah.

Mengamati permasalahan kendaraan yang

13. Senin, 24 Oktober 2016 digunakan operasional di TPST serta cara

penanganannya.

Mengikuti kegiatan pengolahan sampah,


14. Selasa, 25 Oktober 2016
mengemas kardus (duplek).

Menimbang sampah bernilai jual (lapak)


15. Rabu, 26 Oktober 2016
yang akan diangkut oleh pengepul.

Menerima kunjungan dari Pemda

Purwodadi, mengikuti acara kunjungan


16. Kamis, 27 Oktober 2016
serta memandu tamu kunjungan, merapikan

gedung setalah digunakan

Mengangkat barang bernilai jual (lapak) ke

17. Jumat, 28 Oktober 2016 kendaraan pengepul dan mencari tahu

pemrosesan.

Memandu tamu kunjungan dari Mahasiswa


18. Sabtu, 29 Oktober 2016
Biologi UMM

53
Wawancara dengan sekretaris TPST

19. Senin, 31 Oktober 2016 mengenai hubungan karyawan satu sama

lain.

Wawancara dengan bendahara TPST

20. Selasa, 1 Nopember 2016 mengenai kendala operasional karyawan

yang sering terjadi.

21. Rabu, 2 Nopember 2016 Memberikan pelatihan komputer terhadap

peserta PKL dari desa Pujon.

22. Kamis, 3 Nopember 2016 Mengikuti pengarahan yang dilakukan

ketua KSM /TPST untuk para karyawan di

TPST.

23. Jumat, 4 Nopember 2016 Mengangkat barang lapak siap jual ke

kendaraan pengepul.

24. Sabtu, 5 Nopember 2016 Merekap data peserta magang atau praktek

di TPST 3R Mulyoagung Bersatu.

54
25. Senin, 7 Nopember 2016 Wawancara dengan ketua KSM mengenai

jangka panjang pengembangan TPST dan

pemberdayaan karyawan TPST.

26. Selasa, 8 Nopember 2016 Wawancara dengan karyawan TPST 3R

Mulyoagung Bersatu.

27. Rabu, 9 Nopember 2016 Wawancara dengan perangkat desa

Mulyoagung.

28. Kamis, 10 Nopember 2016 Membina peserta PKL dari desa Pujon

4.2 Sistem Pengelolaan Sampah TPST 3R Mulyoagung Bersatu

Pengelolaan sampah di Desa Mulyoagung dilaksanakan oleh

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) TPST Mulyoagung Bersatu.

Kepengurusan KSM ini terdiri dari Ketua RT/RW dan Tokoh Masyarakat di

Desa Mulyoagung. Proses pengelolaan sampah yang dilakukan adalah meliputi

kegiatan pewadahan, pengangkutan dan pengolahan.

55
Pengangkutan Pembongkaran dan Kaca/Beling
sampah dari warga pemilahan sampah

12 Macam Lapak Keras

3 Macam Kertas Di packing


dan di jual
2 Macam Plastik

Limbah Nasi

Memilah kompos dan


Residu

Komposting Pengangkutan
Residu ke TPA
Pupuk organik Penyaringan Penggulingan
di jual Kompos kompos Belatung Pakan
Kompos Budidaya Ikan

Gambar 4.1. Proses Pengelolaan Sampah di TPST 3R Mulyoagung Bersatu

4.3 Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis 3R

4.3.1 Pra pengelolaan

Peran serta masyarakat sangat mendukung program pengelolaan

sampah suatu wilayah. Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan

adalah proses dimana orang sebagai konsumen sekaligus produsen pelayanan

persampahan dan sebagai warga mempengaruhi kualitas dan kelancaran

prasarana yang tersedia untuk mereka. Dalam pra pengelolaan sampah

membutuhkan partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan sampahnya

sendiri. Pewadahan merupakan suatu cara penampungan sampah sementara

baik disumbernya, individual maupun komunal. Ada beberapa tujuan

dilakukan pewadahan yaitu untuk memudahkan pengumpulan dan

56
pengangkutan, mengatasi timbulnya bau busuk dan menghindari air hujan.

Untuk menunjang keberhasilan operasi pengumpulan sampah, perlu adanya

pewadahan yang sebaiknya dilakukan oleh sumber sampah. Pewadahan

tersebut ditempatkan sedemikian rupa, sehingga memudahkan dan cepat bagi

para petugas untuk mengambilnya secara teratur dan higienis.

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah. Menurut Faizah (2008), dalam pengelolaan menuju zero

waste, proses pemilahan dan pengolahan harus dilaksanakan di sumber

sampah, baik bersamaan maupun secara berurutan dengan pewadahan

sampah.

Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau produsen

sampah. Sampah dipisah antara sampah organik dan sampah anorganik, dan

ditempatkan pada wadah sampah yang berbeda. Sampah organik untuk

diproses menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik biasanya

dimanfaatkan untuk didaur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Di Desa

Mulyoagung partisipasi masyarakat dalam pewadahan sudah baik. Dari hasil

penelitian di Desa Mulyoagung setiap depan rumah masyarakat terdapat

tempat sampah. Masyarakat mewadahi sampah-sampahnya pada kantong

kresek dan dibuang pada tempat sampah depan rumahnya. Beberapa

masyarakat sudah ada yang mulai melakukan pemilahan berkat penyuluhan

dari pihak TPST 3R Mulyoagung. Selain itu keberadaan tempat sampah yang

disediakan di setiap rumah di Desa Mulyoagung hanya disediakan satu tempat

57
sampah, tempat sampah yang disediakan sudah dibedakan antara sampah

basah dan sampah kering.

4.3.2 Proses Pengelolaan

Dalam proses pengelolaan sampah pada TPST Mulyoagung Bersatu

masyarakat disini yaitu masyarakat yang tergabung dalam Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) yang menjadi pengurus TPST. Kepengurusan

TPST terdiri dari ketua RT/RW dan Tokoh Setempat. Menurut Keith Davis

sebagaimana yang dikutip Sastropoetro (1988, h.16), jenis partisipasi

masyarakat yang ada di Desa Mulyoagung dalam pengelolaan sampah,

berupa tenaga (physical participation), yaitu partisipasi dari individu atau

kelompok dengan tenaga yang dimilikinya, melibatkan diri dalam suatu

aktivitas dengan maksud tertentu. Hal ini Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM) secara sukarela mengurus TPST dengan maksud agar tercipta

lingkungan yang bersih. KSM juga melibatkan partisipasi masyarakat lain

yaitu untuk bekerja menjadi pengangkut, pemilah dan pengomposan.

Masyarakat yang menjadi pekerja pada TPST ini merupakan masyarakat yang

berpenghasilan rendah atau masyarakat yang tidak mempunyai penghasilan.

Hal ini menunjukkan bahwa apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi

adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat

baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan

dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-

kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang.

58
4.3.3 Paska Pengolahan

Sama halnya dengan proses pengelolaan sampah, dalam hal pemasaran

hasil dari TPST tidak melibatkan banyak masyarakat. Karena sudah ada tim

divisi pemasaran dari pihak TPST yang tergabung dalam Kelompok Swadaya

Masyarakat. Menurut Keith Davis sebagaimana yang dikutip Sastropoetro

(1988, h.16), jenis partisipasi masyarakat yang ada di Desa Mulyoagung

dalam pengelolaan sampah, berupa tenaga (physical participation), yaitu

partisipasi dari individu atau kelompok dengan tenaga yang dimilikinya,

melibatkan diri dalam suatu aktifitas dengan maksud tertentu. Dalam

memanfaatkan hasil olahan dari TPST khususnya pupuk organik sudah baik.

Karena pupuk organik diberikan secara gratis untuk masyarakat Desa

Mulyoagung. Dengan adanya pemberian pupuk organik gratis diharapkan

dapat meningkatkan kualitas produksi hasil pertanian maupun tanaman hias

milik warga Desa Mulyoagung.

59
BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan prakaktek kerja lapangan dan adanya

pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil praktek kerja lapangan menunjukkan bahwa TPST 3R

Mulyoagung Bersatu berorientasi pada prinsip pengolahan sampah

berbasis 3R yakni Reduce, Reuse, Recycle agar dapat tercapai

program Zero Waste pada masa mendatang.

2. Sistem pengelolaan sampah di TPST 3R Mulyoagung sudah sangat

terstruktur dan juga melibatkan masyarakat, mulai dari

pengangkutan sampah dari rumah warga kemudian dibongkar dan

dipilah setelah itu dijual atau diberdayakan kembali.

3. Produk Pupuk Kompos yang dihasilkan dari TPST 3R Mulyoagung

Bersatu merupakan produk yang mempunyai nilai dan peluang untuk

pasar, produk Pupuk Kompos tersebut bermanfaat juga untuk

memudahkan warga untuk bergerak menciptakan lingkungan yang

hijau.

5.2. Saran

Saran yang diberikan berkaitan dengan hasil praktek kerja lapangan ini

adalah sebagai berikut:

60
1. Melakukan program pembinaan kepada warga bersama dengan

KSM tentang model penanganan sampah mulai dari rumah yang

baik dan benar sesuai regulasi Undang-Undang Republik

Indonesia tentang pengelolaan sampah sehingga dikemudian

hari Desa Mulyoagung bisa menjadi desa percontohan.

2. Untuk pemerintah Kabupaten Malang, peninjauan terhadap

TPST 3R Mulyoagung Bersatu seharusnya memiliki waktu

yang terjadwal karena bagaiamana pun juga, tempat pengolahan

sampah terpadu Mulyoagung membutuhkan arahan serta

bantuan yang dibutuhkan dalam kegiatannya.

3. Pemasaran produk pupuk kompos perlu ditingkatkan agar

menambah pemasukan, pemasaran bisa dilakukan melalui

media sosial atau sarana lain.

4. Pembinaan oleh ketua KSM kepada para karyawan perlu

dijadwalkan bisa sekali dalam satu bulan, pembinaan tersebut

dilakukan guna memonitoring dan mengevaluasi kerja

operasional sehari-hari serta memecahkan semua permasalahan

yang ada.

61
DAFTAR PUSTAKA

Basriyanta, 2007. Memanen Sampah. Yogyakarta: Kansisus.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penlitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosadakarya.

Salviana, Vina, 2011, Pemberdayaan Masyrakat melalui Pengembangan

Industri Non Corporate Partisipastif Integratif Berbasis Potensi

Lokal Menuju Pembangunan Karakter Bangsa yang Berdaya Saing.

Malang: UMM Press.

Faizah, 2008, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat

(Studi Kasus Di Kota Yogyakarta). Semarang. Program Magister Ilmu

Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah. [Internet] Available from

www.menlh.go.id/DATA/UU18-2008.pdf (Accesed 20 Nopember

2012).

62
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses pengepakan sampah kardus.

63
Gambar 2. Kegiatan Kunjungan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Trenggalek

64
Gambar 3. Memandu tamu kunjungan mengamati proses pengolahan
sampah.

65

Anda mungkin juga menyukai