Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 7 :

Albert Leonarto/ 3203012046

Alexander Arif C/ 3203012189

Alfred Witomo/ 3203012194

Michael Julianto C/ 3203012200

Agung Widyanto/ 3203012242

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Jl. Dinoyo 42 – 44, Surabaya


TUGAS KASUS 3-27, 3-28, dan 3-30
Kasus 3-27: Situasi-situasi berikut bisa melangar Kode Etik. Asumsikan dalam
setiap kasus bahwa CPA adalah seorang partner.
Diminta: Diskusikan apakah fakta-fakta dalam berbagai situasi di bawah ini
mengindikasikan pelanggaran kode etik. Jika iya, identifikasikan jenis dari
pelanggaran tersebut.
Hasil diskusi:
Hampir semua fakta-fakta situasi di bawah ini terindikasi melanggar kode etik,
berikut adalah hasil diskusi kelompok kami mengenai situasi di bawah ini yang
terindikasi melanggar kode etik.
1. Aryanto, CPA, memiliki saham yang signifikan besarnya di sebuah bangunan
apartemen. Faizal Muhdi adalah pemilik 100% PT Muhdi Perkasa Jaya. Faizal
juga memiliki saham yang signifikan besarnya dalam proyek yang sama
dengan Aryanto. Aryanto mengaudit PT Muhdi Perkasa Jaya.
Hasil diskusi:
Hasil diskusi kami, menunjukkan bahwa Aryanto merupakan seorang CPA
dan yang juga partner Faizal Muhdi dalam sebuah investasi saham pada
proyek bangunan apartemen yang signifikan besarnya sehingga mempunyai
kepentingan keuangan lain pada klien yang dapat melanggar prinsip
objektivitas dan perilaku profesional dalam prinsip dasar etika profesi. Serta
melanggar aturan etika profesi mengenai ancaman dan pencegahan,
penunjukkan praktisi, KAP, atau jaringan KAP (penerimaan klien), dan
objektivitas semua jasa professional.
Bukti:
SEKSI 200
Ancaman dan Pencegahan
 200.4 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan kepentingan
pribadi bagi Praktisi mencakup antara lain:
(a) Kepentingan keuangan pada klien atau kepemilikan dengan klien atas
suatu kepentingan keuangan.

SEKSI 210
PENUNJUKAN PRAKTISI, KAP, ATAU
JARINGAN KAP
Penerimaan Klien

210.1 Sebelum menerima suatu klien baru, setiap Praktisi harus


mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut.
Ancaman potensial terhadap integritas
atau perilaku profesional antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat
dipertanyakan yang terkait dengan klien (pemilik, manajemen, atau
aktivitasnya).

SEKSI 280
OBJEKTIVITAS – SEMUA JASA
PROFESIONAL

280.1 Dalam memberikan jasa profesionalnya, setiap Praktisi harus


mempertimbangkan ada tidaknya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar objektivitas yang dapat terjadi dari adanya kepentingan dalam, atau
hubungan dengan, klien maupun direktur,
pejabat, atau karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas dapat terjadi dari hubungan
keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau hubungan bisnis.
2. Bondan Sunarto, CPA, mendekati klien audit baru dan mengatakan pada
direktur dari klien itu bahwa ia memiliki ide untuk mendapatkan
pengembalian pajak yang besar dengan memanfaatkan celah dari aturan
perpajakan yang luput dari perhatian klien, yaitu dengan melakukan provisi.
Bondan menambahkan, ia meminta bayaran 50% dari pengembalian pajak
setelah diselesaikan di kantor pajak. Klien setuju atas usul bondan.
Hasil diskusi:
Hasil diskusi kami, menunjukkan bahwa Bondan Sunarto merupakan seorang
CPA yang memiliki partner seorang direktur sebuah perusahaan. Bondan
Sunarto melakukan kerjasama dengan partnernya guna untuk mendapatkan
pengembalian pajak yang besar dengan memanfaatkan celah dari aturan
perpajakan yang luput dari perhatian klien. Hubungan kerjasama tersebut
dapat melanggar prinsip dasar etika profesi, antara lain: prinsip kompetensi
serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, dan prinsip perilaku
profesional. Serta melanggar aturan etika profesi mengenai ancaman dan
pencegahan.
Bukti:
SEKSI 130
PRINSIP KOMPETENSI SERTA SIKAP
KECERMATAN DAN KEHATI-HATIAN
PROFESIONAL
130.1 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk:
(b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.

SEKSI 150
PRINSIP PERILAKU PROFESIONAL
150.1 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk
mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini
mencakup setiap tindakan yang dapat
mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang
rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan,
yang dapat menurunkan reputasi profesi.

SEKSI 200
ANCAMAN DAN PENCEGAHAN
200.4 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan
pribadi bagi Praktisi mencakup antara lain:

(a) Kepentingan keuangan pada klien atau kepemilikan bersama dengan


klien atas suatu kepentingan keuangan.
3. Chairul, CPA, mengiklankan di Koran bahwa KAP-nya melakukan audit
terhadap 14 dari 36 simpanan dan pinjaman terbesar di kota. Iklan itu juga
menyebutkan kalau imbalan jasa audit rata-rata, dalam persentase terhadap
total asset pinjaman dan simpanan yang ia audit, lebih rendah dari KAP lain di
kota itu.
Hasil diskusi:
Hasil diskusi kami, menunjukkan bahwa Chairul telah melakukan pelanggaran
sebagi seorang partner dalam sebuah KAP edalam hal mengiklankan jasa
audit yang diberikan KAP-nya karena telah melanggar prinsip dasar etika
profesi dalam hal prinsip perilaku profesional. Kemudian juga iklan tersebut
juga melanggar aturan etika profesi mengenai pemasaran jasa profesional.
Bukti:
SEKSI 150
PRINSIP PERILAKU PROFESIONAL
150.2 Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap
Praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap Praktisi harus
bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai
berikut:
(a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah
diperoleh; atau

SEKSI 250
PEMASARAN JASA PROFESIONAL
250.2 Setiap Praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan
jasa profesionalnya. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
(a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah
diperoleh; atau
4. Deni Sulaiman,CPA,mendirikan perusahaan pembiayaan kecil yang khusus
melayani pembiayaan untuk para eksekutif bisinis dan perusahaan kecil.Deni
tidak menghabiskan banyak waktu mengurus bisnisnya itu karena ia
menghabiskan seluruh waktunya sebagai CPA.Tidak ada pegawai KAP Deni
yang terlibat dalam perusahaan pembiayaan kecil itu.
Hasil diskusi:
Hasil diskusi kami, menunjukkan bahwa Deni Sulaiman tidak melakukan
pelanggaran kode etik berdasarkan kode etik profesi akuntan public dan
peraturan BAPEPAM LK.
5. Erlangga, CPA, memiliki sejumlah besar saham dalam sebuah perusahaan
dana investasi, yang pada akhirnya memiliki saham pada klien audit terbesar
Erlangga. Membaca dari laporan keuangan terbaru perusahaan investasi itu,
Erlangga terkejut mengetahui sahamnya di perusahaan klien meningkat
drastis.
Hasil diskusi:
Hasil diskusi kami menunjukkan bahwa Erlangga telah melakukan pelanggran
yang terkait dengan prinsip dasar etika profesi antara lain: prinsip kerahasiaan.
Dan akan melanggar prinsip perilaku professional dalam prinsip dasar etika
profesi. Prinsip kerahasiaan karena Erlangga telah membaca laporan keuangan
perusahaan investasi tersebut dan mungkin akan mempengaruhinya untuk
menggunakannya untuk kepentingan pribadi di kemudian hari. Akan
melanggar prinsip perilaku professional karena bila Erlangga pada akhirnya
akan menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan pribadinya untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dengan menjual sahamnya.
Bukti:
SEKSI 140
PRINSIP KERAHASIAAN
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau
pihak ketiga.
SEKSI 150

PRINSIP PERILAKU PROFESIONAL

150.1 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk


mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini
mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan
yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.

6. Ferry Nugroho ,CPA,melakukan audit,konsultasi pajak,pembukuan,dan


layanan manajemen untuk PT Gemintang Konstruksi.Muniarti Gemintang
selalu meminta nasihat Ferry sebelum membuat keputusan bisnis penting yang
berakibat pada pajak perusahaan dan laporan keuangan.Ferry melanjutkan
pendidikannya di bidang konstruksi agar ia betul-betul paham secara teknis
mengenai industri ini.Ferry biasanya ikut menghadiri pertemuan dewan
direksi dan mendampingi Muniarti saat mencari pinjaman.Muniarti
Gemintang sering membuat lelucon saat memperkenalkan Ferry dengan
mengatakan,”Saya punya tiga rekan bisnis.Bankir,pemerintah dan akuntan
publik saya.Tapi hanya ferry yang membela saya.”
Hasil diskusi:
Hasil diskusi kami, menunjukkan bahwa Ferry Nugroho telah melakukan
pelanggaran dalam ketentuan BAPEPAM LK dalam hal memberikan jasa
profesionalnya terhadap Muniarti Gemintang yang berstatus sebagai kliennya.
Nugroho telah memberikan jasa non atestasi kepada kliennya yaitu antara lain
adalah konsultasi pajak, pembukuan, dan layanan manajemen, sehingga dapat
membuat ia tidak independen secara penampilan. Kemudian juga Nugroho
melanggar prinsip dasar etika profesi antara lain: prinsip integritas, prinsip
kompetensi serta sikap kecermatandan kehati-hatian profesional, dan prinsip
perilaku profesional.
Bukti:
PERATURAN BAPEPAM LK
3. Dalam memberikan jasa profesional, khususnya dalam memberikan opini,
Akuntan wajib mempertahankan sikap independen. Akuntan tidak independen
apabila selama Periode Audit dan selama Periode Penugasan Profesionalnya,
baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik, maupun Orang Dalam Kantor Akuntan
Publik:

d. memberikan jasa non atestasi kepada klien seperti:


1) pembukuan atau jasa lain yang berhubungan dengan catatan akuntansi klien
atau laporan keuangan;
2) desain sistem informasi keuangan dan implementasi;
3) audit internal;
4) konsultasi manajemen;
5) konsultasi sumber daya manusia;
6) penasihat keuangan;
7) jasa perpajakan, kecuali telah memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari
Komite Audit.
Persetujuan Komite Audit tersebut tidak termasuk jasa perpajakan untuk
mewakili klien di dalam maupun di luar pengadilan perpajakan dan/atau
bertindak untuk dan atas nama klien dalam perhitungan dan pelaporan
perpajakan; atau
8) jasa-jasa lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

SEKSI 110
PRINSIP INTEGRITAS
110.2 Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau informasi
lainnya yang diyakininya terdapat:
(a) Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan;
(b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati;
atau
(c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan
atas informasi yang seharusnya diungkapkan.

SEKSI 130
PRINSIP KOMPETENSI SERTA SIKAP
KECERMATAN DAN KEHATI-HATIAN
PROFESIONAL
130.1 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
mewajibkan setiap Praktisi untuk:
(b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.

SEKSI 150
PRINSIP PERILAKU PROFESIONAL
150.1 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap
tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh
pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua
informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi.

Kasus 3-28

A
 Dilema pertama yang dialami oleh Binarti Waluyo adalah dia telah melakukan
keputusan yang salah dengan mengambil 50 sampel padahal oleh Julian
Syahrin dia hanya diminta untuk mengambil 5 hingga 10 sampel di atas Rp
20.000.000.

 Yang kedua 50 tambahan sampel yang diambil oleh Binarti mengalami


kesalahan saji sehingga merusak hasil kinerja yang telah dilakukan dan waktu
tambahan untuk membenarkannya tidak dapat diberikan lagi.

 Dilemma yang terakhir yakni Binarti diminta untuk membuang daftar 40


sampel yang terakhir dan melupakan jika telah diaudit. Lalu Binarti
menayakan pada Julian mengenai penyesuaian audit sampel kecil yang justru
tidak diambil dari 10 sampel pertama, Julian mlah meminta Binarti untuk
tidak memperdulikan hal tersebut karena itu merupakan urusan atau tanggung
jawab Julian.

Fakta – fakta yang Relevan. Ada 3 hal berkesinambungan yang terjadi dalam kasus
ini, yaitu :

1. Binarti Waluyo melakukan kesalahan dalam pengambilan sampel dimana dia


mengambil 50 sampel dan kemudian ke 50 sampel tersebut mengalami
kesalahan penyajian.
2. Kesalahan penyajian tersebut mempengaruhi hasil kinerja tim KAP Sulaiman,
Wardoyo & Rekan di Delancey Fabrics sehingga seniornya Julian Syahrin
memintanya untuk membuah 40 sampel yang terakhir.
3. Sampel kecil tidak boleh diambil dari 10 sampel pertama, sedangkan ketika
Binarti menanyakan hal tersebut pada Julian Syahrin, dia malah meminta
Binarti Waluyo untuk tidak memikirkan hal tersebut.

Masalah Etika. Masalah etika dalam kasus ini adalah


 Bagaimanakah jika kesalahan pengambilan sampel dari 10 sampel kecil
pertama mengakibatkan hasil laporan audit akan melanggar prinsip
kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati – hatian professional karena
terjadi kesalahan penyajian ?

Siapakah yang terkena dampaknya dan bagaimana masing – masing pihak


terkena dampaknya ? Ini adalah daftar orang – orang yang akan terkena dampaknya
akibat kasus tersebut :

1. Binarti Waluyo :

 Diminta untuk tidak memperdulikan kesalahan pengambilan 10 sampel kecil


pertama.
 Mengakibatkan kesalahan / kekurangan dalam penyajian laporan audit.
 Evaluasi kinerja akan terpengaruh.

2. Julian Syahrin :

 Meminta Binarti Waluyo untuk tidak memperdulikan kesalhan pengambilan


10 sampel kecil pertama.
 Mengakibatkan kesalahan / kekurangan dalam proses audit yang dipimpin
olehnya.
 Evaluasi kinerja akan terpengaruh.

3. KAP Sulaiman, Wardoyo & Rekan :

 Kredibilitas KAP tersebut akan terpengaruh.


 Hubungan kerja dengan kliennya yaitu Delancey Fabrics akan mengalami
masalah dan bias jadi Delancey Fabrics tidak mau lagi menggunakan jasa dari
KAP Sulaiman, Wardoyo & Rekan.
 Dapat mengurangi fee yang diterima oleh KAP.
 KAP Sulaiman, Wardoyo & Rekan dapat kehilangan klien atau klien yang
dimiliki dapat berkurang

4. Delancey Fabrics :
 Hasil laporan audit yang akan diterima kurang baik ( melanggar prinsip
kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati – hatian professional ).
 Terjadi ketidakcocokan antara sampel kecil (tambahan) yang ada di
perusahaan dengan hasil laporan audit karena pengambilan sampel kecil
tersebut salah.
 Dapat mempengaruhi jumlah persediaan yang ada di perusahaan.
 Akibatnya penyajian laba rugi Delancey Fabrics bisa salah tidak sesuai
dengan hasil audit.
 Dapat mempengaruhi pembagian laba dengan para investor.
 Mempengaruhi pula pada kinerja perusahaan di mata investor sehingga akan
mempengaruhi keputusan investor di luar perusahaan untuk mau berinvestasi
atau tidak.

Alternatif yang Tersedia untuk Binarti Waluyo :

 Bekerja lembur atau lebih lama lagi secara pribadi untuk membenahi
kesalahan yang dia perbuat tanpa sepengetahuan Julian Syahrin.
 Tidak menaati permintaan Julian Syahrin dia mengambil 10 sampel
terkecil yang lain, tidak berasal dari 10 sampel kecil pertama.
 Melakukan sesuai yang diminta oleh Julian Syahrin dan diam saja.
 Mundur dari proyek yang dilakukan di Delancey Fabrics.

Konsekuensi dari setiap alternative. Ada konsekuensi jangka pendek dan jangka
panjang yang akan di hadapi dalam kasus ini, diantaranya :

 Binarti Waluyo akan terbawa pada bayang – bayang kesalahan yang dilakukan
secara terus menerus bila ia mengikuti perkataan Julian Syahrin.
 Hasil kinerja Binarti Waluyo dapat terpengaruh di KAP Sulaiman, Wardoyo &
Rekan sehingga dapat mempengaruhi promosi jabatan dan bonus yang ia
peroleh.
 Binarti Waluyo akan melakukan hal yang sama seperti yang diminta Julian
Syahrin kepadanya jika ia nanti mengalami kasus yang serupa.
 Akan mempengaruhi kinerja Binarti Waluyo menjadi kurang cermat dan hati –
hati dalam bekerja di KAP Sulaiman, Wardoyo & Rekan.
Tindakan yang tepat :

Dalam kasus yang dialami Binarti Waluyo menurut kelompok kami dia dapat
saja menuruti permintaan seniornya Julian Syahrin karena pastinya Julian
berpengalaman sehingga mengambil keputusan seperti itu dan meskipun terjadi
kesalahan dalam pengambilan sampel kecil tersebut Binarti Waluyo diam saja. Atau
Binarti tidak mengikuti permintaan Julian Syahrin dengan menambah jam lembur
sendiri akibat kesalahan yang dia lakukan untuk memperbaiknya dan Binarti Waluyo
mengambil 10 sampel kecil yang benar.

Kasus 3 – 30

Fakta – fakta yang Relevan. Ada 4 fakta kunci terkait dengan situasi tersebut :

1. PT. Teknika Utama Sejati memakai metode pengakuan pendapatan yang


disebut bill and hold yang dipertanyakan oleh Bapepam - LK.
2. Firmansyah Daud menemukan bahwa metode bill and hold ini tidak sesuai
untuk PT. Teknika Utama.
3. Firmansyah Daud berdasarkan aturan Bapepam – LK dengan mengikuti
persyaratan SAS 22 ( AU 311) merasa bahwa metode pengakuan pendapatan
bill and hold tidak sesuai untuk digunakan.
4. Partner tidak setuju jika Firmansyah Daud memasukan pernyataan dalam
dokumen audit bahwa ia tidak setuju dengan partner yang tetap menyetujui
bahwa PT. Teknika Utama Sejati tetap menggunakan metodenya.

Masalah Etika. Masalah Etika dalam situasi ini adalah :

 Apakah etis jika Firman menyetujui penggunaan metode pengakuan


pendapatan bill and hold atas permintaan partner walaupun hal tersebut akan
dipertanyakan oleh Bapepam – LK ?
Siapa yang Terkena Dampakya dan Bagaimana Masing – masing Pihak Terkena
Dampaknya ? Berikut ini adalah orang –orang kunci yang terlibat dalam situasi ini :

1. Firmansyah Daud :

 Diminta untuk tidak menyulitkan partner dengan tidak menuliskan


pernyataan tidak setuju terhadap metode pengakuan pendapatan yang
digunakan PT. Teknika Utama.
 Firman akan melanggar prinsip integritas, yakni tegas dan jujur dalam
menjalin hubungan professional dan bisnis dalam melakukan
pekerjaan.
 Selain itu ia juga kan melanggar prinsip objektivitas, yakni pengaruh
pihak yang tidak layak dari pihak pihak lain yang mempengaruhi
pertimbangan professional atau bisnisnya.
 Serta prinsip perilaku professional, yakni setiap praktisi wajib
mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapt mendiskreditkan profesi.
 Sikap dan pandangan akan masa depannya terhadap perusahaan (KAP
Barly & Lubis) mungkin akan berubah.
 Sikap dan hubungan kerja professional dengan partnernya akan
terpengaruh.

2. Partner :

 Meminta Firmansyah untuk tidak menyulitkan partner dengan


menyetujui penggunaan metode pengakuan pendapatan bill and hold
yang digunakan oleh PT. Teknika Utama Sejati.
 Partner melanggar prinsip integritas karena telah tidak bertindak jujur
dalam menjalankan hubungan professional dan hubungan bisnis dalam
menjalankan pekerjaannya.
 Yang kedua partner melanggar prinsip objektifitas dengan kepentingan
untuk mempertahankan kliennya yakni PT. Teknika Utama Sejati
sebagai klien yang paling bergengsi.
 Yang ketiga partner melanggar prinsip perilaku professional karena
telah tidak menaati hokum dan aturan yang berlaku dan segala
tindakan yang dapat mendeskreditkan profesi.
 Dalam kasus ini partner juga melanggar seksi 230 pendapat kedua
dimana meminta Firmansyah Daud menuliskan pendapat kedua dalam
laporannya yang melanggar prinsip penerapan auditing dan pelaporan
karena adanya kepentingan klien dan KAP Barly & Lubis sendiri.
 Selain itu partner juga melanggar sikap independensi dalam perikatan
assurance karena dengan menolak pendapat Firman yang menyebutkan
bahwa metode pengakuan pendapatan bill and hold tidak sesuai
digunakan oleh kliennya.
 Akan berurusan dengan hukum karena partner mengakatan bahwa dia
bersedia bertanggung jawab terhadap laporan yang ditulis oleh Firman
walaupun di dalamnya Firman menyatakan tidak setuju terhadap
penggunaan metode bill and hold. Selain itu dia juga mengetahui
bahwa selama 10 tahun kesalahan itu telah terjadi dan dibiarkan.
 Kredibilitas dan indepensinya sebagai partner akan terganggu.
 Akan kehilangan klien yang dimilikinya khusunya PT. Teknika Utama
Sejati.

3. PT. Teknika Utama Sejati :

 Jika Firman tetap memberikan pernyataan bahwa penggunaan metode


bill and hold tersebut tidak sesuai maka akan menimbulkan masalah
hukum karena akan dipertanyakan oleh Bapepam – LK dan telah
terjadi dalam waktu yang lama (10 tahun).
 Hubungan dengan KAP Barly & Lubis menjadi rusak atau tidak baik.
 PT. Teknika Utama Sejati dapat mencari KAP lain untuk
mengauditnya.
 Akan mempengaruhi kinerja perusahaan karena terpaksa harus
mengganti metode yang digunakannya selama ini.
 Operasional harian perusahaan dapat terganggu dengan penggantian
metode ini.
 Penggantian ini dapat mempengaruhi laba atau rugi yang diperoleh
oleh perusahaan dan juga akan berdampak pada investor yang dimiliki
baik pembagian deviden maupun investor yang akan masuk
(berinvestasi).

4. KAP Barly & Lubis :

 Kredibilitas dan indepensinya dapat terganggu jika selama ini (10


tahun) telah melakukan pelanggaran terhadap prinsip audit dan
pelaporan terhadap PT.Teknika Utama Sejati.
 Dapat berurusan dengan masalah hukum karena terbukti keputusan
praktisinya (auditor) selama ini (10 tahun) terbukti melanggar prinsip
audit dan pelaporan.
 Hubungannya dengan PT. Teknika Utama Sejati akan terganggu.
 Fee dari PT. Teknika Utama Sejati akan hilang atau berkurang.
 Akan kehilangan kliennyayang paling bergengsi yakni PT. Teknika
Utama Sejati dan bahkan beberapa atau keseluruhan kliennya. Tidak
independen.
 Kehilangan kepercayaan public dan dapat ditutup seperti kasus
Enderson (USA).

5. Staf lain di perusahaan :

 Jika Firman memilih untuk mengikuti permintaan klien maka ini akan
menjadi contoh yang tidak baik bagi staf lain di perusahaan karena
menjadi tidak independen.
 Untuk memperoleh peningkatan jabatan, bonus, ataupun gaji mereka
dapat melakukan cara apapun walau hal tersebut membuat mereka
menjadi tidak independen atau melanggar prinsip audit dan pelaporan.
 Namun jika Firman memilih untuk tidak menaati permintaan partner
staf lain di perusahaan ini bisa terancam mengalami PHK masal dan
harus bersiap – siap mencari pekerjaan lain.
 Staf yang dulunya pernah bertugas di PT. Teknika Utama Sejati dan
terbukti membiarkan penggunaan metode bill and hold yang tidak
sesuai dengan aturan Bapepam – LK dapat berurusan dengan hukum
pula.

Alternatif untuk Firmansyah Daud :

 Mengikuti permintaan patner untuk menyetujui penggunaan metode bill and


hold apalagi Firman juga sempat berargumen bahwa metode bill and hold ini
sesuai untuk PT. Teknika Utama Sejati hingga Bapepam – LK menyatakan
tidak sesuai.
 Tetap menyatakan bahwa metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh
PT. Teknika Utama Sejati tidak sesuai dalam laporan auditnya.
 Berkonsultasi dengan manajer atau partner lain di perusahaan tersebut.
 Mundur dari kontrak kerjanya dengan PT. Teknika Utama Sejati.
 Berhenti dari perusahaan tersebut.

Konsekuensi dari Setiap Alternatif. Ada konsekuensi jangka panjang serta jangka
pendek yang ada di hadapi dalam kasus ini, diantaranya :

 Partner dapat meminta Firmansyah Daud untuk bersikap dan bertindak sama
jika terjadi kasus yang lain ataupun kasus yang sama.
 Jika Firmansyah Daud menjadi partner ataupun masih menjadi manajer seperti
sekarang dan mengalami kasus yang sama , dia dapat mempengaruhi staf lain
di perusahaan untuk melakukan hal yang sama seperti yang terjadi pada kasus
ini.
 Pengangkatannya sebagai partner bisa ditunda atau bahkan dibatalkan jika dia
tidak mengikuti permintaan partnernya sekarang, karena Firman
menyebabkan klien KAP Barly & Lubis yang paling bergengsi yakni PT.
Teknika Utama Sejati memutuskan hubungan kerjanya.
 Karir dan masa depan Firmansyah Daud yang pada awalnya baik bisa berubah
menjadi buruk.
 KAP Barly & Lubis dapat kehilangan kepercayaan public dan sikap
indepensinya karena kasus menyetujui penggunaan metode pengakuan
pendapat tersebut telah terjadi selama 10 tahun dan bahkan KAP Barly &
Lubis bisa tutup.
Tindakan yang Tepat :

Dalam kasus yang dialami Firmansyah Daud ini menurut kelompok kami
tindakan yang tepat adalah pertama dia mengikuti permintaan partnernya untuk
menyetujui/ tidak mempermasalahkan penggunaan metode pengakuan pendapatan
bill and hold apalagi Firman juga berpendapat bahwa metode ini sesuai hingga
Bapepam – LK menyatakan tidak sesuai sehingga hubungan kerjasama dengan PT.
Teknika Utama Sejati dapat terus berlanjut dan Firmansyah Daud dapat diangkat
menjadi partner dalam satu atau dua tahun lagi. Atau Firmansyah Daud juga dapat
memilih jalan sebaliknya dia tetap menuliskan bahwa ia tidak setuju dengan
pendapat partner mengenai metode pengakuan pendapatan bill and hold dalam
laporan auditnya. Namun dengan pilihan yang kedua ini karir Firman di KAP Barly &
Lubis bisa berubah menjadi buruk, dia dapat ditunda atau bahkan dibatalan dalam
pengangkatan sebagai partner atau bahkan dia dapat mengundurkan diri dari KAP
tersebut karena kasus ini.

Daftar Pustaka

Andriani, Durri (2004), Pedoman Penulisan Daftar Pustaka: Adaptasi dari


Publication Manual of the American Psychlogical Association, [Online]. Tersedia:
http://www.lppm.ut.ac.id/informasi
%20penelitian/PedomanPenulisanDaftarPustaka.pdf [22 Februari 2014].

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (2011). Independensi Akuntan
yang Memberikan Jasa di Pasar Modal, Jakarta: KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN.

Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2008). Exposure Draft Kode Etik Profesi
Akuntan Publik, Jakarta: IAPI.

Dollarbieaday (2014), Cara Menuliskan Daftar Pustaka yang Benar dan Contohnya,
[Online]. Tersedia: http://dollarbieaday.blogspot.com/2014/01/cara-menuliskan-
daftar-pustaka-yang.html [22 Februari 2014].

Elder, Randal, J., Beasley, Mark, S., Arens, Alvin, A., & Jusuf, Amir, Abadi (2008).
Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Jakarta:
Salemba Empat.

Esther, Yudi (2013), Membuat Daftar Pustaka dari Internet, [Online]. Tersedia:
http://dee-belajar.blogspot.com/2013/05/membuat-daftar-pustaka-dari-
internet.html [22 Februari 2014].

Anda mungkin juga menyukai