Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI
Tinea kapitis adalah penyakit jamur pada kulit kepala merupakan
infeksi jamur menular yang menyerang batang rambut dan penyebab
kerontokan rambut yang sering ditemukan diantara anak-anak. Secara klinik
akan dijumpai sebuah atau beberapa buah bercak yang bundar, berwarna
merah dan bersisik Smeltzer, Suzanne (2001). .
B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genera :
Trichophyton dan Microsporum, T.tonsurans, ditularkan melalui kontak
antara anak dengan anak dan mengakibatkan terbentuknya tempat-tempat
botak berbentuk oval ((Price, Wilson, 1995).
C. PATOFISIOLOGI
Terkontaminasi dengan jamur dermatofita sehingga terjadi Penurunan
fungsi imun/imonudefisiensi. Menginfeksi kulit kepala, Terjadi peradangan
dikulit kepala Timbul papula disekita folikel rambut, Informasi kurang,
Papula melebur dan bersisik. Kurang pengetahuan Reaksi gatal dan Reaksi
perdangan semakin hebat, Gangguan pola tidur terjadi Respon menggaruk
dan Lesi semakin meluas, Memperburuk peradangan Terbentuk jaringan
parut Nyeri dipersepsikan cenderung menetap. Fungsi kulit menurun dan
kerusakan integritas kulit, Tampilan kulit berubah Gangguan citra tubuh.
(Mansjoer Arief, 2000).
D. TANDA DAN GEJALA
1) Favus : pola rambut rontok yang disebabkan T. schoen leinii
2) Endothrix : ditandai dengan arthroconidia (spora) dalam rambut, kutikula
tidak hancur.
3) Endothrix : ditandai dengan fragman hife dan arthrocondia luar batang
rambut, yang akhirnya mengarah pada kehancuran kutikula (Chin james
MD MPH, 2000).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Menurut Mansjoer arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
pada penderita penyakit tinea kapitis :
1. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan
M.ferrugineum mem-berikan fluoresen warna hijau terang oleh karena
adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia
memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu M. gypsium
dan spesies Trichophyton (kecuali T. Schoenleinii pe-nyebab tinea favosa
memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur
yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.
2. Pemeriksaan sediaan KOH
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan
mikroskop dan menggunakan KOH 10% dan pewarnaan tinta Parker
super chroom blue black.Yang dilihat adalah mikrospora atau makrospora
yang tersusun di dalam atau di luar rambut. Kadang-kadang juga dapat
terlihat hifa pada sediaan rambut.
3. Kultur
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong
pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan yaitu medium agar dekstrosa Sabouraud. Pertumbuhan jamur dapat
dilihat antara 10-14 hari.
F. KOMPLIKASI
1. Tinea pedis
Jamur mungkin menyebar secara lokal ke kaki, kuku, jari kaki,
tangan, kuku jari tangan, dan pada dasarnya area tubuh mana saja.
2. Tinea kruris
Pada penderita tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat
mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit
menyebar.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000) :
Penatalaksanaan medis
a. Diagnosis yang tepat
b. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas,
keamanan, daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium
penyakit (akut atau kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan
kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat ditentukan apakah
akan diberikan obat oral, topikal, ataupun kombinasi.
Penatalaksanaan keperawatan
a. Menghilangkan atau mencegah faktor predisposisi. Faktor tersebut antara
lain adalah kelembaban karena keringat atau lingkungan yang panas,
iritasi oleh baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada
orang gemuk imunitas rendah.
b. Menghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan, tanah
maupun benda disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora
dermatofit dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.
c. Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerapkan perjalanan
penyakitnya, pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan
bila dianggap perlu diterangkan juga tentang biaya pengobatan.
H. PROGNOSIS
Menurut Hendrato Natadetjaja (1990) . Infeksi jamur yang ringan
dapat sembuh spontan. Reaksi peradangan yang hebat lebih mudah sembuh
terutama yang disebabkan spesies zoofilik. Infeksi ektotriks kadang-kadang
dapat sembuh tanpa pengobatan. Infeksi endotriks dapat berjalan kronis dan
berlangsung sampai dewasa.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi
: nama, jenis kelamin, suku, bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan
tanggal pengkajian serta siapa yang bertanggun jawab terhadap pasien.
2. Keluhan utama
rasa gatal pada daerah kepala yang ditumbuhi rambut
3. Riwayat kesehatan penyakit
a. Riwayat keluhan utama

Penyakit dimulai dengan adanya papul merah yang kecil di


sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi
pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut
menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan
terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa
nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga
dapat terbentuk alopesia setempat.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Jamur pada kulit kepala merupakan infeksi jamur yang menular yang
menyerang batang rambut secara klinis akan dijumpai beberapa buah
bercak yang bundar berwarna merah dan bersisik.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Karena tinea kapitis menular pasien dan keluarga harus melaksanakan
tindakan higiene dirumah. Setiap orang harus memiliki sisir serta sikat
rambut sendiri dan menghindari pemakaian topi serta penutup rambut
lainnya. Semua anggota keluarga yang terinfeksi dan binatang
peliharaan dirumah harus diperiksa karena infeksi dalam keluarga
relatif sering terjadi.
1. Keadaan umum
Secara umum pasien dengan sporiasis memiliki tingkat kesadaran yang
baik atau dalam kondisi sadar (composmentis)
2. Kebutuhan dasar
a. Rasa aman dan nyeri
Lesi biasanya gatal dan nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan
lesi tambahan pada kulit halus biasanya terdapat pada kulit yang
ditumbuhi rambut seperti kepala.
b. Kebutuhan nutrisi pada pasien dengan tinea kapitis secara umum tidak
mengalami gangguan.
c. Kebersihan perorangan
 Kepala
Keadaan kulit kepala dapat menyerupai ketombe dan timbulnya
plak.
 Rambut : kotor
 Keadaan kuku
Terjadi perubahan warna kuku serta penggumpalan pada ujung
bebas dan pemisahan lempeng kuku
 Telapak tangan dan kaki
Adanya plak keabuan yang tebal, hyperkeratosis dan scaling
deskuamasi menunjukkan proses inflamasi.
 Keluhan : lesi gatal dan nyeri pada kepala
 Integritas kulit : rambut rontok
d. Cairan
Integritas kulit jelek, dan kering
Mata terlihat cekung dan sekitar mata nampak merah
Edema : kadang terdapat plak, yang dapat berupa papula yang menyatu
dengan puncak yang datar.
e. Aktivitas dan latihan
Pemenuhan sehari-hari terganggu
f. Eliminasi
Pada pasien tinea kapitis secara umum tidak mempengaruhi proses
BAB dan BAK.
g. Oksigenasi
Takipnea dengan kedalaman pernafasan
h. Tidur dan istirahat
Pola tidur tinea kapitis biasanya mengalami gangguan karena gatal dan
nyeri.
i. Neurosensori
Pasien tinea kapitis biasanya mengalami sakit kepala, pusing dan
pingsan. Dan status mental terorientasi.
j. Seksualitas
Biasanya mengalami gangguan seksualitas yaitu tidak melakukan
hubungan dengan suaminya karena kurang nyaman dengan kondisi
sakit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pruritus b/d iritasi dermal
2. Kebutuhan pemenuhan informasi b/d tidak adekuatnya sumber
informasi, risiko penularan, ketidaktahuan program perawatan dan
pengobatan.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pruritus b/d iritasi dermal
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 1×24 jam secara subjektif keluhan
gatal berkurang, lesi pada kepala berkurang, integritas jaringan kulit
membaik.
Intervensi :
1. Kaji kondisi lesi pada daerah kepala
2. Anjurkan untuk meningkatkan higienis harian
3. Kolaborasi pemberian antifungis
Rasional :

1. Untuk menilai derajat kerusakan kulit akibat adanya lesi dari tinea
kapitis
2. Mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun akan membuang
sisa debris pada kulit sehingga akan menurunkan respon gatal
3. Preparat antifungus topikal dapat dioleskan pada lokasi yang
sempit preparat griseofulvin oral diberikan pada kasus-kasus
infeksi jamur yang luas efek samping griseofulvin mencakup
fotosensitivitas ruam kulit, sakit kepala dan mual. Ketohonazol
yaitu suatu preparat antifungus, memberikan harapan yang nyata
bagi pasien-pasien yang menderita infeksi jamur dermatofit yang
kronik, termasuk pasien-pasien yang resisten terhadap griseofulvin.
2. Kebutuhan pemenuhan informasi b/d tidak adekuatnya sumber
informasi, risiko penularan, ketidaktahuan program perawatan dan
pengobatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 1×24 jam
1. Termotivasi untuk melaksanakan program terapi secara
komprehensif
2. Terpenuhinya pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan,
jadwal kontrol kedokter ahli kulit, pencegahan dan perawatan kulit.
3. Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku untuk pelaksanaan
program terapi
4. Secara subjektif melaporkan gatal berkurang.
Intervensi :
1. Identifikasi sumber-sumber pendukung yang memungkinkan untuk
perawatan dirumah
2. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan antifungus
3. Anjurkan untuk selalu menjaga kekeringan pada kulit
4. Meningkatkan cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik,
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, monitor status
kesehatan dan adanya infeksi.
5. Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain.

Rasional :

1. Sumber pendukung seperti keluarga dapat memberikan dukungan


dan pengawasan agar terlaksananya program perbaikan kulit
2. Pemberian antifungus akan dilanjutkan dirumah karena untuk
mengurangi invasi jamur pada kulit
3. Pasien diberitahukan untuk memakai handuk dan lap wajah yang
bersih setiap hari. Semua daerah kulit dan lipatan kulit yang
menahan air harus dikeringkan dengan seksama karena infeksi
jamur akan berkembang pada udara yang panas dan lembap,
pakaian yang menyentuh kulit secara langsung (seperti pakaian
dalam) harus pakaian dari katun yang bersih.
4. Meningkatkan sistem imun dan pertahanan terhadap infeksi
5. Dengan mengetahui kondisi ini, maka perlu diperhatikan tindakan
higienis ritin seperti pemakaian alat pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. (2001). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8,
Volume 3, EGC: Jakarta.

Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.

Smeltzer, Suzanne. (2001). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8,


Volume 3, EGC: Jakarta.
Chin James, MD, MPH. (2000). Manual pemberantasan penyakit menular.

Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC:


Jakarta
Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta
:FakultasKedokteranUI.S
Masjoer, Arief. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta :Media Aesculapius
Mutaqqin arif. 2013. Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta :
salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai