Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


HETP

Laporan praktikum Operasi Teknik Kimia ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Assisten, Praktikan,

Ir. MF. Sri Mulyaningsih, MT Ade Novira Prabowo


NIDN. 06-1511-6101 NPM. 11.4210.1467

Dama Lia Afiyani


NPM. 13.4210.1523

Donna Adi Krissanto


NPM. 14.4210.1583

Surya Ningrum
NPM. 13.4210.1549
INTISARI

Destilasi adalah suatu operasi pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik


didih suatu zat terhadap zat yang lain. Salah satu alat destilasi yang sering
digunakan adalah menara isian. Untuk merancang tinggi menara isian harus
diketahui tinggi kolom yang ekuivalent dengan 1 plate teoritis.
Percobaan HETP diawali dengan menambahkan ethanol 300 ml ke dalam
aquadest 350 ml, kemudian digojog untuk menyempurnakan proses pencampuran.
Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang sudah dirangkai
dengan alat lainnya. Proses dilanjutkan dengan memanaskan campuran sampai
mendidih. Apabila suhu atas dan suhu bawah telah mencapai kondisi konstan,
maka dimulailah pengambilan destilat untuk menentukan densitasnya. Kemudian
dari densitas ini kita dapat menentukan kadar etanol dengan bantuan literature dan
fraksi mol etanol pada campuran destilat dan residu.
Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Kondisi puncak menara
2. Kondisi dasar menara
3. Jumlah plate teoritis yang dihitung denan metode Fenske = 5
Harga HETP hasil perhitungan = 10 cm
4. Jumlah plate teoritis yang dihitung dengan metode Mc Cabe-Thiele dari
percobaan = 5
Harga HETP hasil perhitungan = 10 cm
5. Jumlah plate teoritis yang dihitung dengan metode Mc Cabe-Thiele dari
literature = 2
Harga HETP hasil perhitungan = 40 cm
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses pemisahan dalam industri kimia untuk memperoleh suatu bahan
dengan kemurnian tertentu diantaranya destilasi atau absorbsi yang dalam
prosesnya menggunakan suatu menara dengan plate atau bahan isian. Menara
isian yaitu menara dengan bahan isian yang memiliki luas perpindahan massa
uap satuan volume lebih besar daripada jenis yang lain, sehingga sangat
menguntungkan bila digunakan dalam proses pemisahan yang menginginkan
hasil kemurnian yang tinggi.
Mengingat semakin meningkatnya pemakaian operasi pemisahan dalam
dunia industri, maka perlu dilakukan percobaan HETP agar pemahaman
terhadap proses pemisahan khususnya destilasi dapat ditingkatkan. Masalah
yang dipelajari adalah mengetahui pengaruh tinggi bahan isian terhadap
perubahan komposisi yang sama dengan perubahan yang dihasilkan oleh dua
plat teoritis yang berurutan. Percobaan ini sedikit banyak akan bermanfaat
sebagai bekal untuk menghadapi suatu permasalahan dalam industri.
Terutama yang menyangkut pertimbangan pemilihan jenis menara yang akan
dipergunakan berdasarkan segi teknis, ekonomis, efektivitas dan sebagainya.

1.2. Tujuan
Untuk memisahkan komponen dari suatu campuran zat cair atau larutan
yang mempunyai titik didih yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses pemisahan komponen dari suatu campuran zat cair atau larutan
yang mempunyai titik didih yang berbeda dapat dilakukan dengan cara destilasi,
yaitu dengan memanaskan larutan tersebut pada suhu didih salah satu
komponennya. Dalam operasi ini terdapat dua fasa uap dan fasa cair yang selalu
berada pada kesetimbangan. Pada keadaan ini secara simultan terjadi perpindahan
massa dari cairan ke uap dengan jalan kondensasi atau pengembunan. Pada proses
destilasi disamping terjadi perpindahan massa juga terjadi perpindahan panas.
Oleh karena itu dalam proses destilasi sebaiknya perpindahan panas dan massa
ditinjau secara bersama – sama.
Untuk mempelajari proses destilasi lebih jauh dibutuhkan data – data
hubungan antara komposisi dan enthalpy dalam keseimbangan antara fasa uap dan
fasa cair yang dapat diperoleh dari percobaan atau dari buku literature. Dalam
operasinya proses destilasi dilakukan di dalam suatu alat kontak fasa antara uap
dengan cairannya. Alat kontak fasa ini dapat berupa suatu pelat atau berupa bahan
isian. Untuk memperoleh hasil sesuai dengan keinginan diperlukan tidak hanya
sebuah alat kontak saja, karena secara teoritis pada satu alat kontak hanya terjadi
satu langkah perubahan komposisi bila menggunakan alat kontak berupa pelat.
Bila menggunakan bahan isian maka perubahan komposisi terjadi sepanjang
tinggi bahan isian. Penyusunan kontak secara berurutan akan terjadi kontak fasa
yang berulang – ulang untuk mencapai suatu kesempurnaan pemisahan. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap kesempurnaan pemisahan komponen –
komponen dalam campuran ialah (Sutomo, 1981) :
1. Sifat penguapan komponen yang ada dalam campuran.
2. Jumlah cairan yang dikembalikan ke dalam menara refluks dan perbandingan
refluks dan cairan yang diambil.
3. Panjang lintasan kontak fasa antara uap dan cairan dalam menara.
4. Kesempurnaan kotak fasa antara uap dan cairan dalam menara.
Khusus pada menara isian, syarat yang harus dipenuhi oleh bahan isian
agar proses pemisahan dapat berjalan dengan baik ialah :
1. Penurunan tekanan melalui bahan isian kecil (Peter, 1981)
2. Luas permukaan bidang basah (bidang aktif) bahan isian tiap satuan volume
bahan isian cukup besar (Peter, 1981)
3. Susunan bahan isian dalam kolom cukup memberikan rongga kosong sehingga
aliran fluida lebih mudah.
4. Bahan isian ringan atau “bulk density” rendah
5. Tahan terhadap suhu, tidak mudah berkarat, tidak mudah pecah, harganya
murah dan mudah diperoleh (Peter, 1981)
Pada sistem yang mendekati kondisi ideal (tekanan operasi rendah
mendekati tekanan atmosfer) berlaku :
Hukum Roult : Pi = Piº . Xi (1)
Hukum Dalton : Pi = Pt . Yi (2)
Dengan :
Pi : tekanan parsial komponen i
Piº : tekanan uap (murni) komponen i
Pt : tekanan total
Xi : fraksi komponen i dalam fasa cairan
Yi : fraksi komponen i dalam fasa uap
Dari persamaan (1) dan (2) didapat :
Piº . Xi = Pt . Yi
Pi 
Yi = .Xi (3)
Pt
Untuk campuran biner (2 komponen A dan B) :
PA0 . X A
YA = (4)
Pt

PB0 . X B
YB = (5)
Pt
Persamaan (4) dibagi persamaan (5) diperoleh :
Y A PA0 . X A
 (6)
YB PB0 . X B

YA XA
 (7)
1  YA 1 X A

 PA0 
Dengan α : volatilitas relatif  0  Persamaan (7) disederhanakan menjadi :
 PB 
 .X A
YA = (8)
1  (  1) X A
Untuk mengetahui tekanan uap murni suatu zat (cairan) dapat dihitung dengan
persamaan Antonie (cara pendekatan) :
B
Log Pº = A - (9)
C t
Sedangkan harga α untuk mudahnya menggunakan harga α rata – rata (αav) :
αav =  D . B (10)
Dengan αD dan αB adalah volatilitas relative hasil atas dan hasil bawah.
Untuk menghitung jumlah “stage” yang dibutuhkan dalam proses
pemisahan pada destilasi dapat dilakukan dengan cara grafis dan cara analisis.
Dalam percobaan ini dilakukan perhitungan dengan metode Mc Cabe-Thiele dan
metode Fenske.
1. Metode Fenske
Metode ini berlaku bila destilasi mempergunakan kondisi refluks total.
Berlaku persamaan (7) pada “stage” ke – N
YN  .X N
 (11)
1  YN 1  X N
Bila persamaan tersebut diturunkan sampai pada stage ke-1 (puncak kolom)
didapat :
XD XR
 N AV  (12)
1 X D 1 X R
  X D  1  X R 
log     

 1  X D  XR 
N = (13)
log  V
Karena menggunakan refluks total maka harga N ini merupakan harga N
minimum (Foust, 1980)
2. Metode Mc Cabe – Thiele
Agar metode Mc Cabe-Thiele dapat diterapkan untuk menghitung jumlah
“stage”, harus dipenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
a. Sistem campuran yang akan didestilasi mempunyai kurva uap jenuh dan
kurva cair jenuh yang bila dilukiskan dalam diagram entalphi – komposisi
berupa garis lurus dan keduanya sejajar. Keadaan semacam ini diperoleh
pada beberapa system campuran bila dipergunakan satuan kecepatan aliran
mol/waktu, komposisi dalam satuan fraksi mol dan enthalpy molar.
b. Jika persyaratan (a) dapat dipenuhi maka perbandingan jumlah cairan masuk
dan uap keluar dalam satu “stage” seimbang bernilai tetap. Keadaan
semacam ini dikenal sebagai “constant molal over flow on vaporization”.
Untuk memenuhi syarat ini ada dua asumsi yaitu :
− Kedua komponen (campuran biner) harus mempunyai panas
pencampuran molar yang identik.
− Semua efek panas, yaitu panas pencampuran dan kebocoran panas
dianggap sama dengan nol.
Dari asumsi ini maka setiap mol uap yang terbentuk berasal dari setiap mol
uap yang mengembun dalam satu “stage” sehingga tidak ada massa atau energi
yang ditambahkan atau dikeluarkan maka nilai L (cairan) dan V (uap) akan tetap.
Dari asumsi tersebut maka dapat dibuat persamaan – persamaan yang dipakai
untuk menghitung jumlah stage.
1. Metode Fenske
Untuk harga α∆V yang relative konstan dan refluks total yang terjadi selama
proses maka persamaan (13) dapat secara langsung dipakai untuk menghitung
jumlah stage teoritis yang dibutuhkan.
2. Metode Mc Cabe-Thiele
Kita tinjau pada kondisi atas dan bawah menara.
Seksi atas : Neraca massa total V = L+D
Karena D = 0 maka V = L (14)
Neraca massa komponen YNV = L . XN+1 + D XD
Karena D = 0 maka YN V = L XN+1 (15)
Substitusi persamaan (15) dalam persamaan (14) didapat :
YN = YN+1 (16)
Bila persamaan (16) ini digambarkan dalam grafik komposisi cairan (X) uap (Y)
maka garis operasi atas akan berupa garis lurus yang berhimpit dengan garis Y=X.
Seksi bawah : V = L - B
Karena B = 0 maka V = L (17)
Neraca massa komponen Ym+1 V = Xm L - B XB
Karena B = 0 maka Ym+1V = Xm L (18)
Substitusi persamaan (18) dalam persamaan (17) didapat :
Ym+1 = Xm (19)
Bila persamaan (19) ini digambarkan dalam grafik cairan (X) – uap (Y), maka
garis operasi bawah juga berupa garis lurus dari garis Y=X.
Selanjutnya untuk menghitung harga HETP (“Height Equivalent to
Theoritiaul Plate”) suatu menara yang memiliki tinggi Z cm dapat dipergunakan
persamaan :
tinggikolompemisah
HETP =
jumlah" stage" teoritisdarikolom
Z
=
N 1
Dengan prinsip yang sama, maka metode Mc Cabe-Thiele dan metode
Fenske dapat dipakai untuk menentukan jumlah stage teoritis yang dibutuhkan
dalam percobaan ini. Beberapa asumsi yang diambil yang disesuaikan dengan
kondisi percobaan adalah :
1) Sistem yang ditinjau sangat sederhana sehingga neraca panas yang terjadi pada
proses yang terjadi hanya transfer massa saja.
2) Terjadi refluks total yaitu : seluruh uap yang terjadi pada bagian atas diubah
seluruhnya menjadi cairan dan tidak ada hasil atas yang diambil sehingga L/V
= 1. Pada bagian bawah diuapkan sebagian cairan tanpa ada pengambilan hasil
sehingga L/V = 1.
3) Panas laten penguapan (  ) campuran dalam menara mendekati nilai tetap,
sehingga harga L dan V dapat dianggap konstan.
4) Tidak ada efek panas yang mempengaruhi nilai L dan V di sepanjang menara.
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
− Pemanas listrik − Pendingin
− Labu leher tiga − Sumbat
− Thermometer − Pipa saluran pengambil
− Pipa saluran uap kolom destilat
− Pipa saluran destilat kembali − Menara isian
(refluks) − Arah air masuk pendingin
− Kran − Arah air keluar pendingin
Bahan :
− Aquadest : 350 ml
− Ethanol : 300 ml
3.2 Gambar alat
3.3 Cara kerja
a) Menimbang piknometer kosong.
b) Membuat campuran etanol – aquadest dengan perbandingan 300 ml : 350
ml.
c) Menimbang piknometer + aquadest, menimbang piknometer + etanol,
menimbang piknometer + campuran etanol – aquadest.
d) Gojog campuran etanol – aquadest dan masukan ke dalam labu leher tiga.
Panaskan hingga mendidih.
e) Setelah suhu atas (pada puncak kolom) dan suhu bawah (pada labu
pemanas) konstan, ambil sedikit destilat untuk dianalisa.
f) Catat suhu atas dan bawah pada saat pengambilan destilat.
g) Setelah interval waktu tertentu dan suhu telah konstan (tidak naik turun)
ambil sedikit destilat sampai diperoleh jumlah destilat yang cukup untuk
ditimbang dengan piknometer.
h) Dinginkan residu dan destilat kemudian ukur densitasnya.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PERCOBAAN


Dari percobaan diperoleh hasin yang disusun dalam daftar I, II, III.
▪ Daftar I :
Hubungan antara densitas, kadar, dan fraksi mol etanol pada etanol murni,
umpan, destilat dan residu.
No Keterangan Densitas (gr/ml) Kadar (%) Fraksi mol
1 Etanol murni 0,80366 95,224 0,887
2 Umpan 0,90323 64,478 0,415
3 Destilat 0,81442 91,322 0,805
4 Residu 0,95699 36,507 0,184

Tekanan uap murni (Po) dari literatur (Lampiran)


a. Kondisi puncak menara
Suhu rata – rata = 79,83 ºC
Tekanan uap murni etanol (PA0) = 817 mmHg
Tekanan uap murni air (PB0) = 361,576 mmHg
αD = 1,5792
b. Kondisi dasar menara
Suhu rata – rata = 85ºC
Tekanan uap murni etanol (PA0) = 1022,96 mmHg
Tekanan uap murni air (PB0) = 442,353 mmHg
αR = 2,313
αrata – rata (αav) = 1,9112

Hubungan antara komposisi cairan dan uap pada keseimbangan :

YA 
 av
x
1  ( av
 1).x
1,9112 x
Y
1  (1,9112  1) x

1,9112 x
=
1  0,9112 x
▪ Daftar II :
Hubungan fraksi mol pada fasa cair (x) dan fasa uap (Y).
No X Y
1 0 0
2 0,1 0,18
3 0,2 0,32
4 0,3 0,45
5 0,4 0,56
6 0,5 0,66
7 0,6 0,74
8 0,7 0,82
9 0,8 0,88
10 0,9 0,95
11 1,0 1,0

Dari data diatas dibuat kurva keseimbangan

▪ Daftar III :
Jumlah plate teoritis dan harga HETP hasil perhitungan dengan metode
Fenske dan metode Mc. Cabe – Thiele.
Metode Jumlah plate HETP (cm)
Fenske 5 10
Mc. Cabe – Thiele (dari percobaan) 5 10
Mc. Cabe – Thiele (dari literatur) 2 40
4.2 PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan menghasilkan jumlah stage yang
berbeda dengan literatur. Hal ini disebabkan karena dalam pengambilan
destilat untuk dianalisa kemungkinan terjadi penyimpangan dari kondisi
refluks total, yang berarti tidak sempurnanya refluks total dan adanya
kandungan etanol dalam larutan, sehingga kesetimbangan antara yang satu
dengan yang lain tidak sama.
Refluks yang digunakan adalah refluks total, dan jumlah massa etanol
dan air konstan, yang berarti secara teoritis bagian atas dan bawah menara
pada stage seimbang mempunyai suhu yang sama. Tetapi hal ini akan berbeda
dengan percobaan, dan suhu bawah lebih besar dari suhu atas menara,
disebabkan karena pengambilan destilat yang akan dianalisa. Hal ini akan
mengurangi kondisi etanol dalam residu (bagian bawah menara) akan naik.
Bila pengambilan destilat dilanjutkan maka suatu titik didih residu akan naik.
Karena proses yang dilakukan selama percobaan adalah secara
destilasi, maka tidak akan tercapai titik azeotrop, dimana pada keadaan
setimbang fasa cair sama dengan fasa uapnya.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai


perhitungan sangat ditentukan oleh metode yang digunakan. Semakin kecil harga
HETP, semakin efektif alat tersebut. Derajat volatilitas (α) pada bagian atas
menara relative lebih besar dari pada bagian bawah menara.
Harga HETP yang didapat pada percobaan :
1. Dengan metode Fenske = 10 cm
2. Dengan metode Mc. Cabe – Thiele (dari percobaan) = 10 cm
3. Dengan metode Mc. Cabe – Thiele (dari literatur) = 40 cm
DAFTAR PUSTAKA

Brown G.G “Unit Operation” Modern Asia Edition, 1978. John Willey and Sons
Inc. New York.
Fuoust A.S,Weneal L.A, Means L and Anderson L.B “Principles of unit
Operation” 1980, John Willey and Sons Inc. New York.
Mc. Cabe W.L ang Smith I.C, “Unit Operation Of Chemical Engineering” 5th
edition 1993, Mc. Graw Hill Kogakusha,Tokyo.
Perry R.H, Green D.W and Maloney L.D, Perry’s Chemical Engineering Hand
Book”, 6th edition 1994. Mc. Graw Hill Book Company New York.
LAMPIRAN

1. Menentukan Densitas ethanol dalam masing – masing komponen


a. Kalibrasi pignometer
Berat piknometer kosong = 20,63 gram
Berat piknometer + aquadest = 45,63 gram
Densitas aquadest = 0,995647 gr/ ml
(45,63  20,63) gram
Volume piknometer = = 25,11 ml
0,995647 gr / ml

b. Densitas ethanol murni


Berat piknometer + etanol = 40,81 gram
(40,81  20,63) gram
Densitas ethanol = = 0,80366 gr/ ml
25,11ml
2. Menghitung densitas umpan, destilat dan residu
a. Densitas campuran (ethanol+aquadest)
Berat piknometer + umpan = 43,31 gram
(43,31  20,63) gram
Densitas umpan = = 0,90323 gr/ ml
25,11ml
b. Densitas destilat
Berat piknometer + destilat = 41,08 gram
(41,08  20,63) gram
Densitas destilat = = 0,81442 gr/ ml
25,11ml
c. Densitas residu
Berat piknometer + residu = 44,66 gram
(44,66  20,63) gram
Densitas residu = = 0,95699 gram/ ml
25,11ml
3. Menentukan Kadar ethanol, umpan destilat dan residu
a. Kadar etanol murni
Densitas etanol murni = 0,80366 gr/ ml
Dari Perry, tabel 3-111 didapat :
Kadar (%) Densitas (gr/ ml)
95,2 0,80367
X 0,80366
95,3 0,80338

Dengan cara interpolasi akan didapat kadar (X) :


0,8036  0,80338 95,2  95,3

0,80367  0,80366 95,2  X
 0,1
4,143 =
95,2  X
4,143 (95,2 – X) = -0,1
394,4136 – 4,143 X = -0,1
-4,143 X = -394,5136
X = 95,224
b. Kadar Umpan (ethanol+aquadest)
Densitas umpan = 0,90323 gr/ ml
Dari Perry, tabel 3-112 didapat :
Kadar (%) Densitas (gr/ ml)
64,4 0,90341
X 0,90323
64,5 0,90318

Dengan cara interpolasi akan didapat kadar (X) :


0,90341  0,90318 64,4  64,5

0,90341  0,90323 64,4  X
 0,1
1,278 =
64,4  X
64,4 – X = -0,07825
–X = -0,07825 – 64,4
X = 64,478

c. Kadar Destilat
Densitas destilat = 0,81442 gr/ ml
Dari perry, tabel 3-111 didapat :
Kadar (%) Densitas (gr/ ml)
91,3 0,81448
X 0,81442
91,4 0,81421

Dengan cara interpolasi akan didapat harga kadar (X) :


0,81448  0,81421 91,3  91,4

0,81448  0,81442 91,3  X
 0,1
4,5 =
91,3  X
91,3 – X = -0,0222
-X = -91,322
X = 91,322

d. Kadar Residu
Densitas residu = 0,95699 gr/ ml
Dari Perry, tabel 3-112 didapat :
Kadar (%) Densitas (gr/ ml)
36,5 0,95700
X 0,95699
36,6 0,95685

Dengan cara interpolasi akan didapat kadar (X) :


0,95700  0,95685 36,5  36,6

0,95700  0,95699 36,5  X
 0,1
15 =
36,5  X
36,5 - X = -0,00667
– X = -36,507
X = 36,507

4. Menentukan Fraksi mol ethanol dalam masing – masing komponen


a. Dalam etanol murni
95,224
XE = 46
 95,224 (100  95,224) 
  
 46 18 
 0,887
b. Dalam umpan
64,478
XF = 46
 64,478 (100  64,478) 
  
 46 18 
 0,415
c. Dalam destilat
91,322
XD = 46
 91,322 (100  91,322) 
  
 46 18 
 0,805
d. Dalam residu
36,507
XR = 46
 36,507 (100  36,507) 
  
 46 18 
 0,184
5. Menentukan tekanan uap murni (Dari tabel 3-9 Perry)
a. Pada puncak menara
Diketahui suhu rata – rata = 79,83 ºC
(i) Tekanan uap murni etanol (PA0), dari Perry tabel 3-9
Suhu (ºC) Tekanan (atm)
78,4 1
79,83 X
97,5 2

Dengan cara interpolasi didapat harga (X) :


97,5  78,4 2 1

97,5  79,83 2  X
2 - X = 0,9251
X = 1,075 atm = 817 mmHg

(ii) Tekanan uap air murni (PB0), dari Perry tabel 3-7
Suhu (ºC) Tekanan (mmHg)
83 400
79,83 X
66,5 200

Dengan cara interpolasi didapat harga (X) :


83  66,5 400  200

83  79,83 400  X
400 - X = 38,424
X = 361,576 mmHg
b. Pada dasar menara
Suhu rata – rata = 85 ºC
(i) Tekanan uap murni etanol (PA0), dari Perry tabel 3-9
Suhu (ºC) Tekanan (atm)
78,4 1
85 X
97,5 2

Dengan cara interpolasi didapat harga (X) :


97,5  78,4 2  1

97,5  85 2 X
2-X = 0,6545
X = 1,346 atm = 1022,96 mmHg

(ii) Tekanan uap air murni (PB0), dari Perry tabel 3-7
Pada T = 85ºC
Suhu (ºC) Tekanan (mmHg)
83 400
85 X
100 760

Dengan cara interpolasi didapat harga (X) :


100  83 760  400

100  85 760  X
760 – X = 317,65
X = 442,353 mmHg
6. Menghitung α rata – rata (α average)
a. Menentukan α destilat (αD)
P0 A 571mmHg
αD = 0
=  1,5792
P B 361,576mmHg

b. Menentukan α residu (αR)


P0 A 1022,96mmHg
αR = 0
  2,313
P B 442,353mmHg

c. Menghitung α rata – rata (αav)


αav =  D . R

= (1,5792)(2,313)
= 1,9112

7. Menghitung Harga HETP


a. Dengan Metode Fenske
 X D  1  X R 
log   
  1  X D  X R 
N=
log  av

 0,805  1  0,184 
log   
 1  0,805  0,184 
=
log 1,9112
1,263
=  4,4899  5
0,2813
Z 40
HETP =   10 cm
(N  1) (5  1)

b. Dengan Metode Mc. Cabe – Thiele (dari percobaan)


Z 40
HETP =   10 cm
(N  1) (5  1)
c. Dengan Metode Mc. Cabe – Thiele (dari literatur)
Z 40
HETP =  = 40 cm
( N  1) (2  1)

Anda mungkin juga menyukai