Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan dalam sistem
kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat. Menurut data dari WHO dilaporkan
bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika menderita CHF. Menurut American Heart
Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat
yang menderita gagal jantung (Padila, 2012). Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia
pada tahun 2012 menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita
yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520
penderita CHF dan menjalani rawat inap Selain itu, penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal jantung (readmission), walaupun pengobatan
dengan rawat jalan telah diberikan secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan oleh
Rubeinstein (2007) bahwa sekitar 44 % pasien medicare yang dirawat dengan diagnosis CHF
akan dirawat kembali pada 6 bulan kemudian. Pada umumnya CHF diderita lansia yang
berusia lebih dari 50 tahun, CHF merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk
dirawat di rumah sakit ( usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75,2 % pasien yang
dirawat dengan CHF ). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10 %
per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang didiagnosis menderita CHF
tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun ( Kowalak, 2011 ).

Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk menggambarkan dan


mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam sebuah makalah dengan judul: “ Asuhan
Keperawatan pada Kegawatdaruratan Gagal Jantung Kongestif pada Ny. P di IGD RSUD
KAYEN Pati“.

1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Dengan menggunakan proses keperawatan, mahasiswa mampu melakukan upaya pemecahan


masalah yang ada pada kasus pasien dengan gagal jantung kongestif dengan menggunakan
pendekatan proses asuhan keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

5. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung
kongestif.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan
air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini
2007).
Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas:(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.
B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:

1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
C. Tanda Gejala
1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya
curah jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan nafas
pendek.
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan
vena sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap
latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari
jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac
output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup
(SV: Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini
akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan
waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik
tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke
kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume
darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat
memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika
aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan.
Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal
dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium
dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada
gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan
atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan
vasodilator.
E.Patways

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik
metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan
resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi
hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung,
hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)

G. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun

2. Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid,
jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.

H. Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit
pucat, dan pitting edema.
I. Nursing care planing ( NCP )

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
No Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Penurunan curah NOC : Cardiac Care
jantung b/d respon 1.Cardiac Pump 1.Evaluasi adanya nyeri dada
fisiologis otot jantung, effectiveness ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan frekuensi, 2.Circulation Status 2.Catat adanya disritmia jantung
dilatasi, hipertrofi atau 3.Vital Sign Status 3.Catat adanya tanda dan gejala
peningkatan isi Kriteria Hasil: penurunan cardiac putput
sekuncup 1.Tanda Vital dalam 4.Monitor status kardiovaskuler
rentang normal (Tekanan 5.Monitor status pernafasan yang
darah, Nadi, respirasi) menandakan gagal jantung
2.Dapat mentoleransi 6.Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada indicator penurunan perfusi
kelelahan 7.Monitor balance cairan
3.Tidak ada edema paru, 8.Monitor adanya perubahan
perifer, dan tidak ada tekanan darah
asites 9.Monitor respon pasien terhadap
4.Tidak ada penurunan efek pengobatan antiaritmia
kesadaran 10.Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
11.Monitor toleransi aktivitas
pasien
12.Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
13.Anjurkan untuk menurunkan
stress
Vital Sign Monitoring
1.Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3.Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5.Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6.Monitor kualitas dari nadi
7.Monitor adanya pulsus
paradoksus dan pulsus alterans
8.Monitor jumlah dan irama
jantung dan monitor bunyi jantung
9.Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
10.Monitor suara paru, pola
pernapasan abnormal
11. suhu, warna, dan kelembaban
kulit
12.Monitor sianosis perifer
13.Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
14.Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Pola Nafas tidak efektif NOC NIC
Definisi : Pertukaran Respiratory status : 1.Posisikan pasien untuk
udara inspirasi dan/atau Ventilation memaksimalkan ventilasi
ekspirasi tidak adekuat Respiratory status : 2.Pasang OPA bila perlu
yang Faktor 1.Airway patency Lakukan fisioterapi dada jika
berhubungan : 2.Vital sign Status perlu
- 1.Hiperventilasi 3.Keluarkan sekret dengan batuk
- 2.Penurunan Setelah dilakukan atau suction
energi/kelelahan tindakan keperawatan 4.Auskultasi suara nafas, catat
- 3.Perusakan/pelemahan selama…. Pasien adanya suara tambahan
muskuloskletal menunjukan keefektifan 5. Berikan bronkodilator ……….
- 4.Obesitas pola napas, dibuktikan 6.Berikan pelembab udara Kassa
- 5.Kelelahan otot dengan : basah NaCl Lembab
pernafasan 7.Atur intake untuk cairan
- 6. Hipoventilasi Kriteria Hasil : mengoptimalkan keseimbangan.
- 7.Nyeri 1.Mendemonstrasikan 8.Monitor respirasi dan status O2
- 8. Kecemasan batuk efektif dan suara 9.Bersihkan mulut, hidung dan
- 9.Disfungsi nafas yang bersih, tidak secret trakea
Neuromuskuler ada sianosis dan dyspneu 10. Pertahankan jalan nafas yang
- 10. Injuri tulang (mampu mengeluarkan paten
belakang sputum, mampu bernafas 11.Observasi adanya tanda tanda
DS: dengan mudah, tidak ada hipoventilasi
- 1. Dyspnea pursed lips) 12.Monitor adanya kecemasan
- 2.Nafas pendek 2.Menunjukkan jalan pasien terhadap oksigenasi
DO nafas yang paten (klien 13. Monitor vital sign
- 1. Penurunan tekanan tidak merasa tercekik, 14. Informasikan pada pasien dan
inspirasi/ekspirasi irama nafas, frekuensi keluarga tentang teknik relaksasi
- 2. Penurunan pernafasan dalam rentang untuk memperbaiki pola nafas
pertukaran udara normal, tidak ada suara 15. Ajarkan bagaimana batuk
permenit nafas abnormal) secara efektif
- 3. Menggunakan otot 3.Tanda Tanda vital dalam 16. Monitor pola nafas
pernafasan tambahan rentang normal (tekanan
- 4.Orthopnea darah, nadi, pernafasan)
- 5.Pernafasan pursedlip
- 6. Tahap ekspirasi
berlangsung
sangat lama
- 7. Penurunan kapasitas
vital respirasi
< 11-24x/menit
3 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b/d menurunnya Circulation status 1.Peripheral Sensation
curah jantung, Tissue Prefusion : 2.Management (Manajemen
hipoksemia jaringan, cerebral sensasi perifer)
asidosis dan Kriteria Hasil : 3.Monitor adanya daerah tertentu
kemungkinan thrombus
a. 1.Mendemonstrasikan yang hanya peka terhadap
atau emboli status sirkulasi panas/dingin/tajam/tumpul
2.Tekanan systole 4.Monitor adanya paretese
Definisi : dandiastole dalam 5.Instruksikan keluarga untuk
Penurunan pemberian rentang yang diharapkan mengobservasi kulit jika ada lsi
oksigen dalam 3.Tidak ada atau laserasi
kegagalan memberi ortostatikhipertensi 6.Gunakan sarung tangan untuk
makan jaringan pada 4.Tidak ada tanda tanda proteksi
tingkat kapiler. peningkatan tekanan 7.Batasi gerakan pada kepala,
intrakranial (tidak lebih leher dan punggung
Batasan karakteristik : dari 15 mmHg) 8.Monitor kemampuan BAB
1.Renal b. 5.Mendemonstrasikan 9.Kolaborasi pemberian analgetik
- Perubahan tekanan kemampuan kognitif 10.Monitor adanya tromboplebitis
darah di luar batas yang ditandai dengan: 11.Diskusikan menganai
parameter a.Berkomunikasi dengan penyebab perubahan sensasi
- a.Hematuria jelas dan sesuai dengan
- b.Oliguri/anuria kemampuan
- c. Elevasi/penurunan b.Menunjukkan
BUN/rasio kreatinin perhatian, konsentrasi
2.Gastro Intestinal dan orientasi
- a.Secara khusus c.Memproses informasi
hipoaktif atau tidak ada membuat keputusan
b.Nausea dengan benar
- c.Distensi abdomen c. d.Menunjukkan fungsi
- d.Nyeri abdomen atau sensori motori cranial
tidak terasa lunak yang utuh : tingkat
(tenderness) kesadaran mambaik,
3.Peripheral tidak ada gerakan
- a.Edema gerakan involunter
- b.Tanda Homan
positif
- c.Perubahan
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban)
- d.Denyut nadi lemah
atau tidak ada
- e.Diskolorisasi kulit
- f.Perubahan suhu kulit
- g.Perubahan sensasi
- h.Kebiru-biruan
- i.Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
- j.Bruit terlambat
sembuh
- k.Pulsasi arterial
berkurang
- l.Warna kulit pucat
pada elevasi, warna
tidak kembali pada
penurunan kaki
4.Cerebral
- a.Abnormalitas bicara
- b.Kelemahan
ekstremitas atau paralis
- c.Perubahan status
mental
- d.Perubahan pada
respon motorik
- e.Perubahan reaksi
pupil
- f.Kesulitan untuk
menelan
- g.Perubahan kebiasaan
5.Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
- a.Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- b.Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary refill)
- c.Abnormal gas darah
arteri
- d.Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
- e.Bronkospasme
- f. Dyspnea
- g.Aritmia
- h.Hidung kemerahan
- i.Retraksi dada
- j.Nyeri dada

Faktor-faktor yang
berhubungan :
- 1.Hipovolemia
- 2.Hipervolemia
- 3.Aliran arteri terputus
- 4.Exchange problems
- 5.Aliran vena terputus
- 6. Hipoventilasi
- 7. Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
- 8.Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
- 9.Tidak sebanding
antara ventilasi dengan
aliran darah
- 10.Keracunan enzim
- 11.Perubahan
afinitas/ikatan
O2dengan Hb
- 12. Penurunan
konsentrasi Hb dalam
darah
4 Gangguan pertukaran NOC : NIC :
gas b/d kongesti paru, 1.Respiratory Status : Gas Airway Management
hipertensi pulmonal, exchange 1. Buka jalan nafas, guanakan
penurunan perifer yang 2.Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw thrust bila
mengakibatkan ventilation perlu
asidosis laktat dan 3.Vital Sign Status 2.Posisikan pasien untuk
penurunan curah memaksimalkan ventilasi
jantung. Kriteria Hasil : 3.Identifikasi pasien perlunya
1.Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
Definisi : Kelebihan peningkatan ventilasi dan buatan
atau kekurangan dalam oksigenasi yang adekuat 4.Pasang mayo bila perlu
oksigenasi dan atau 2.Memelihara kebersihan 5.Lakukan fisioterapi dada jika
pengeluaran paru paru dan bebas dari perlu
karbondioksida di tanda tanda distress 6.Keluarkan sekret dengan batuk
dalam membran kapiler pernafasan atau suction
alveoli 3.Mendemonstrasikan 7.Auskultasi suara nafas, catat
batuk efektif dan suara adanya suara tambahan
Batasan karakteristik : nafas yang bersih, tidak 8.Lakukan suction pada mayo
- 1.Gangguan ada sianosis dan dyspneu 9.Berikan bronkodilator bial perlu
penglihatan (mampu mengeluarkan 10.Berikan pelembab udara
- 2.Penurunan CO2 sputum, mampu bernafas 11. Atur intake untuk cairan
- 3.Takikardi dengan mudah, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan.
- 4.Hiperkapnia pursed lips) 12.Monitor respirasi dan status O2
- 5. Keletihan 4.Tanda tanda vital dalam 13.Respiratory Monitoring
- 6. Somnolen rentang normal 14.Monitor rata – rata, kedalaman,
- 7. Iritabilitas irama dan usaha respirasi
- 8. Hypoxia 15.Catat pergerakan dada,amati
- 9. Kebingungan kesimetrisan, penggunaan otot
- 10.Dyspnoe tambahan, retraksi otot
- nasal faring supraclavicular dan intercostal
- 11. AGD Normal 16.Monitor suara nafas, seperti
- 12.Sianosis dengkur
- warna kulit abnormal 17.Monitor pola nafas : bradipena,
(pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul,
- 13.Hipoksemia hiperventilasi, cheyne stokes, biot
- 14.Hiperkarbia 18.Catat lokasi trakea
- 15.Sakit kepala ketika 19.Monitor kelelahan otot
bangun diagfragma ( gerakan paradoksis )
- 16.Frekuensi dan 20.Auskultasi suara nafas, catat
kedalaman nafas area penurunan / tidak adanya
abnormal ventilasi dan suara tambahan
21.Tentukan kebutuhan suction
Faktor faktor yang dengan mengauskultasi crakles
berhubungan : dan ronkhi pada jalan napas utama
- Ketidakseimbangan 22.Auskultasi suara paru setelah
perfusi ventilasi tindakan untuk mengetahui
- perubahan membran hasilnya
kapiler-alveolar
Acid Base Managemen
1.Monitro IV line
2.Pertahankanjalan nafas paten
3.Monitor AGD, tingkat elektrolit
4.Monitor status
hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
5.Monitor adanya tanda tanda
gagal nafas
6.Monitor pola respirasi
7.Lakukan terapi oksigen
8.Monitor status neurologi
9.Tingkatkan oral hygiene
5 Kelebihan volume NOC : NIC :
cairan b/d Electrolit and acid base Fluid management
berkurangnya curah balance 1.Pertahankan catatan intake dan
jantung, retensi cairan output yang akurat
dan natrium oleh Fluid balance 2.Pasang urin kateter jika
ginjal, hipoperfusi ke Kriteria Hasil: diperlukan
jaringan perifer dan 1.Terbebas dari edema, 3.Monitor hasil lAb yang sesuai
hipertensi pulmonal efusi, anaskara dengan retensi cairan (BUN ,
2. Bunyi nafas bersih, H haemotokrit , osmolalitas urin )
Definisi : Retensi tidak ada 4.Monitor status hemodinamik
cairan isotomik dyspneu/ortopneu termasuk CVP, MAP, PAP, dan
meningkat 3.Terbebas dari distensi PCWP
vena jugularis, reflek 5.Monitor vital sign
Batasan karakteristik : hepatojugular (+) 6.Monitor indikasi retensi /
- 1. Berat badan 4.Memelihara tekanan kelebihan cairan (cracles, CVP ,
meningkat pada waktu vena sentral, tekanan edema, distensi vena leher, asites)
yang singkat kapiler paru, output 7.Kaji lokasi dan luas edema
- 2.Asupan berlebihan jantung dan vital sign 8.Monitor masukan makanan /
dibanding output dalam batas normal cairan dan hitung intake kalori
- 3.Tekanan darah 5.Terbebas dari harian
berubah, tekanan arteri kelelahan, kecemasan 9.Monitor status nutrisi
pulmonalis berubah, atau kebingungan 10.Berikan diuretik sesuai
peningkatan CVP 6.Menjelaskan indikator interuksi
- 4.Distensi vena kelebihan cairan 11.Batasi masukan cairan pada
jugularis keadaan hiponatrermi dilusi
- 5.Perubahan pada pola dengan serum Na < 130 mEq/l
nafas, dyspnoe/sesak 12.Kolaborasi dokter jika tanda
nafas, orthopnoe, suara cairan berlebih muncul memburuk
nafas abnormal (Rales 13.Fluid Monitoring
atau crakles), 14.Tentukan riwayat jumlah dan
kongestikemacetan tipe intake cairan dan eliminaSi
paru, pleural effusion 15.Tentukan kemungkinan faktor
- 6.Hb dan hematokrit resiko dari ketidak seimbangan
menurun, perubahan cairan (Hipertermia, terapi
elektrolit, khususnya diuretik, kelainan renal, gagal
perubahan berat jenis jantung, diaporesis, disfungsi hati,
- 7.Suara jantung SIII dll )
- 8.Reflek hepatojugular 16.Monitor serum dan elektrolit
positif urine
- 9.Oliguria, azotemia 17.Monitor serum dan osmilalitas
- 10.Perubahan status urine
mental, kegelisahan, 18.Monitor BP, HR, dan RR
kecemasan 19.Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan irama
Faktor-faktor yang jantung
berhubungan : 20.Monitor parameter
- M 1.Mekanisme hemodinamik infasif
pengaturan melemah 21.Monitor adanya distensi leher,
- As 2.Asupan cairan rinchi, eodem perifer dan
berlebihan penambahan BB
- As 3.Asupan natrium 22.Monitor tanda dan gejala dari
berlebihan odema
6 Cemas b/d penyakit NOC : NIC :
kritis, takut kematian 1.Anxiety control 1.Anxiety Reduction (penurunan
atau kecacatan, 2.Coping kecemasan)
perubahan peran dalam 3.Impulse control 2.Gunakan pendekatan yang
lingkungan social atau menenangkan
ketidakmampuan yang Kriteria Hasil : 3.Nyatakan dengan jelas harapan
permanen. Klien mampu terhadap pelaku pasien
1.Mengidentifikasi dan 4.Jelaskan semua prosedur dan apa
Definisi : mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur
Perasaan gelisah yang cemas 5.Pahami prespektif pasien terhdap
tak jelas dari 2.Mengidentifikasi, situasi stres
ketidaknyamanan atau mengungkapkan dan 6.Temani pasien untuk
ketakutan yang disertai menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
respon autonom untuk mengontol cemas mengurangi takut
(sumner tidak spesifik 3.Vital sign dalam batas 7.Berikan informasi faktual
atau tidak diketahui normal mengenai diagnosis, tindakan
oleh individu); 4.Postur tubuh, ekspresi prognosis
perasaan keprihatinan wajah, bahasa tubuh dan 8.Dorong keluarga untuk
disebabkan dari tingkat aktivitas menemani anak
antisipasi terhadap menunjukkan 9.Lakukan back / neck rub
bahaya. Sinyal ini berkurangnya kecemasan 10.Dengarkan dengan penuh
merupakan peringatan perhatian
adanya ancaman yang 11.Identifikasi tingkat kecemasan
akan datang dan 12.Bantu pasien mengenal situasi
memungkinkan yang menimbulkan kecemasan
individu untuk 13.Dorong pasien untuk
mengambil langkah mengungkapkan perasaan,
untuk menyetujui ketakutan, persepsi
terhadap tindakan 14.Instruksikan pasien
Ditandai dengan menggunakan teknik relaksasi
1.Gelisah 15.Barikan obat untuk mengurangi
2.Insomnia kecemasan
3.Resah
4.Ketakutan
5.Sedih
6.Fokus pada diri
7.Kekhawatiran
8.Cemas
7 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
b/d keterbatasan Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
pengetahuan process 1.Berikan penilaian tentang tingkat
penyakitnya, tindakan Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
yang dilakukan, obat Behavior penyakit yang spesifik
obatan yang diberikan, Kriteria Hasil : 2.Jelaskan patofisiologi dari
komplikasi yang 1. Pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana hal ini
mungkin muncul dan menyatakan pemahaman berhubungan dengan anatomi dan
perubahan gaya hidup tentang penyakit, fisiologi, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3.Gambarkan tanda dan gejala
Definisi : program pengobatan yang biasa muncul pada penyakit,
Tidak adanya atau 2. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
kurangnya informasi mampu melaksanakan 4.Gambarkan proses penyakit,
kognitif sehubungan prosedur yang dijelaskan dengan cara yang tepat
dengan topic spesifik. secara benar 5.Identifikasi kemungkinan
3. Pasien dan keluarga penyebab, dengna cara yang tepat
Batasan karakteristik : mampu menjelaskan 6.Sediakan informasi pada pasien
memverbalisasikan kembali apa yang tentang kondisi, dengan cara yang
adanya masalah, dijelaskan perawat/tim tepat
ketidakakuratan kesehatan lainnya. 7.Hindari harapan yang kosong
mengikuti instruksi, 8.Sediakan bagi keluarga atau
perilaku tidak sesuai. informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Faktor yang 9.Diskusikan perubahan gaya
berhubungan : hidup yang mungkin diperlukan
keterbatasan kognitif, untuk mencegah komplikasi di
interpretasi terhadap masa yang akan datang dan atau
informasi yang salah, proses pengontrolan penyakit
kurangnya keinginan 10.Diskusikan pilihan terapi atau
untuk mencari penanganan
informasi, tidak 11.Dukung pasien untuk
mengetahui sumber- mengeksplorasi atau mendapatkan
sumber informasi. second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12.Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13.Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14.Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama pasien : Ny.P
Usia :55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Medis : CHF
Tanggal dan Jam Masuk RS : 26 juli2018 Jam 14.00 WIB
Tanggal dan Jam Pengkajian : 26 juli 2018 Jam 14.00 WIB
Keluhan Utama : sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Sejak tanggal 12 juli 2018 merasa sesak napas dan kaki bengkak. Pada tanggal 13
juli 2018 berobat ke poli dalam rs kayen, Tensi 190/90 mmHg didiagnosa CHF,
dan hanya rawat jalan saja. Pada tanggal 26 juli 2018 jam 14.00 WIB pasien
sampai di IGD RSUD kayen Pati dengan kondisi composmentis, sesak napas,
nyeri dada, kaki oedem, Tensi 220/110 mmHg, Nadi 108 X/m, suhu 37,3°c,
dipasang oksigen 3 l/m.
Mendapat terapi infus RL 12 tts/m, injeksi Ranitidin 2x1 diigd jam 00.35 WIB,
injeksi furosemid 40mg/24 jam diigd jam 14.05 wib, injeksi nicordipin 2cc/jam
TD 160/90 mmHg, jam 15.00 WIB, pasien diantar keruang ICU untuk
mendapatkan tindakn lebih lanjut.
3. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian primer
1. Airway
Jalan napas bersih, tidak ada sekret dan lendir
2. Breathing
Sesak napas, bernapas menggunakan bantuan otot diafragma, menggunakan
oksigen kanul 3 l/m, RR : 32 X/m, takhipneu.
Pengembangan dada simetris, irama teratur, dangkal, batuk non produktif
3. Circulation
Nadi 88 X/m, irama teratur, denyut kuat, Tensi : 170/120 mmHg, Ekstremitas
dingin, warna pucat, pengisian kapiler 3 detik, mukosa lembab, ada acites di
abdomen, scrotum,dan kaki.
Eleminasi BAK 1650 ml dalam waktu 4 jam, warna kuning jernih, kulit bersih
tidak ada lecet,luka maupun jejas. Suhu 35℃
Lidah bersih, integumen tidak ada luka dan perdarahan.
4. Dissability
Tingkat kesadaran composmentis, pupil isokor, reaksi terhadap cahaya positif,
GCS : 15, E : 4 M : 6 V : 5, tidak kejang dan tidak lumpuh, anggota tubuh
tidak ada yang cacat atau ketidakmampuan fungsi tubuh.
b. Pengkajian sekunder
1. Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien menderita DM
2. Riwayat penyakit yang dahulu
4 bulan yang lalu pernah menderita hipertensi dan DM
3. Pola fungsional kesehatan menurut Gordon
1. Pola Manajemen Kesehatan Dan Persepsi Kesehatan
Pasien merasa sehat jika dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
merasa lemas, dan mersa sakit jika badannya merasa lemah dan tidak
mampu beraktifitas seperti biasanya.
Pasien hanya mengetahui kalau badannya tiba-tiba sesak dan kakinya
dan perutnya bengkak.
Pasien menjadi peserta BPJS dan berkunjung ke poli klinik jika ada
keluhan. Pasien merokok sehari 2 bungkus. Pasien berolah raga dengan
jalan kaki seminggu sekali karena kesibukannya sebagai kontraktor.
2. Pola Metabolik – Nutrisi
Sebelum sakit :
Kebiasaan makan 3 X sehari ,nasi, sayur, lauk, jajan di warung, suka
makanan gorengan dan bersantan, dan selalu dihabiskan.
Jarang minum air putih, suka minum air kemasan yang besar 1500 ml
( teh botol dingin ) sehari habis 5 sampai 8 botol .
Berat badan 100kg. Sejak masih kecil berbadan gemuk.
Pasien akan makan jika merasa lapar.
Selama dirawat :
Diit cair jantung I sejumlah 1200 kalori sehari
Pasien merasa haus karena pembatasan minum untuk mengurangi
oedemnya.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAK 5 sampai 6 kali sehari lancar dan banyak.
Jika malam hari BAK 1 X
BAB 1 X sehari, lembek, kecoklatan
BAK dan BAB selalu dilakukan di kamar mandi, tidak menggunakan
alat bantu apapun.
Tidak ada pembesaran prostat, tidak ada haemorroid.
Selama dirawat :
BAK menggunakan cateter urin, 1650 ml dalam waktu 4 jam, warna
kuning jernih, scrotum oedem.
BAB di atas tempat tidur menggunakan pampers karena harus bedrest
total.
4. Pola Aktivitas – Latihan dan kebersihan diri
Sebelum sakit :
Pasien sehari – hari bekerja mengawasi proyek sebagai kontraktor
Pasien berolah raga dengan jalan kaki seminggu sekali, karena
kesibukan dalam bekerja sehingga olah raga hanya dilakukan jika ada
waktu luang.
Pasien suka berwisata jika libur kerja.
Kemampuan merawatdirisendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar
mandi ) bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tidak menggunakan alat bantu dalam beraktifitas.
Selama dirawat :
Pasien harus istirahat total di tempat tidur, semua aktifitas dilakukan
dengan bantuan petugas dan keluarga.
Skor ADL
AKTIFITAS SKOR
Mandiri Dibantu Tergantung

Makan V

Mandi V

Berpakaian V

Toileting V

Kekuatan Otot

5555 5555

3333 3333

Ekstremitas atas menunjukan skala 5 artinya bebas bergerak dan dapat


melawan tahanan yang setimpal.
Keluhan pada ekstremitas bawah menunjukan skala 3 artinya dapat
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.

5. Pola Istirahat – Tidur


Sebelum sakit
Kebiasaan tidur jam 2 malam sampai jam 6 pagi, dan terasa segar jika
bangun tidur. Tidak mengalami kesulitan sebelum tidur.
Selama dirawat
Tidur jam 10 malam sampai jam 5 pagi, sering terbangun karena sesak
napas dan nyeri dada
6. Pola Persepsi – Kognitif
Sebelum sakit
Tidak mengalami gangguan , penciuman, pendengar, perasa, peraba.
Penglihatan minus 4, menggunakan kaca mata
Tidak mersakan nyeri pada tubuh
Jika merasa nyeri dipijatkan ke tukang urut
Pasien menganggap nyeri sebagai akibat jika kecapaian bekerja
Selama dirawat
Nyeri dada dan kemeng – kemeng pada kaki akibat bengkak
P : Provokatif / Paliatif : akibat dari CHF
Q : Qualitas / Quantitas : nyeri tumpul, seperti tertimpa benda berat,
R : Region / Radiasi : dada sebelah kiri menjalar dada sebelah kanan
S : Skala Seviritas : 3
T : Timing : saat istirahat berkurang dan bertambah nyeri jika
beraktifitas
7. Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
Gambaran Diri : pasien menyatakan sakitnya sebagai akibat kecapaian
karena bekerja keras, sehingga daya tahan dan kondisi fisiknya
menurun.
Ideal Diri : jika sembuh pasien ingin bekerja santai sehingga dapat
istirahat cukup dan tidak akan makan sembarangan. Pasien ingin
menjadi Bapak yang baik dan bisa membagi waktu untuk keluarga
Harga Diri : pasien sebagai kepala keluarga dan tulang punggung
keluarga, merasa bangga dengan pekerjaan yang ditekuni dan sudah
melakukan yang terbaik untuk keluarga
Pasien ingin cepat sembuh dan pulang dari rumah sakit supaya dapat
kembali bekerja lagi.

8. Pola Hubungan – Peran


Sebelum sakit
Pasien sebagai atasan dan mempunyai banyak karyawan.
Selama dirawat
Hubungan dengan masyarakat dan karyawannya tergangu karena tidak
bisa bekerja dengan maksimal dan tidak bisa mengawasi karyawannya.
Hubungan dengan anggota keluarga semakin akrab karena ditunggui
oleh orang tuanya dan dibezuk anggota keluarga yang lain.
Pasien merasa lebih nyaman jika ditunggui istrinya.
9. Pola Reproduksi – Seksualitas
Selama sakit tidak bisa menjalankan peran dengan baik untuk
kebutuhan seksualitas dan reproduksinya karena kondisi sesak napas
dan scotum yang oedem. Genetalia terpasang kateter urine untuk
mengeluarkan urine, tidak ada varicocel maupun torsi testis.
10. Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping
Sebelum sakit
Pasien stress jika banyak pekerjaan yang menumpuk dan tidak dapat
segera diselesaikan.
Pasien merokok jika stress.
Selama dirawat
Pasien lebih banyak diam dan tiduran di atas tempat tidur untuk
mengatasi sesak.
Pasien berjanji untuk berhenti merokok mulai sekarang.
Keluarga berperan aktif dalam masa perawatan
11. Pola Keyakinan – Nilai
Tujuan hidup bisa memenuhi kebutuhan hidup dan menjadi orang yang
berkecukupan.
Beragama Islam, menjalankan ibadah sesuai keyakinan agama Islam
Pasien merasakan sakit yang dirasakan adalah wajar karena orang sehat
juga pernah sakit tidak menganggap sebagai kutukan.

Selama dirawat
Pasien tidak bisa sholat, hanya bisa berdzikir. Pasien menganggap
agama Islam adalah keyakinan, Allah adalah tempat mengadu dan
Maha mengetahui.

4. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan Umum Pasien
1. Penampilan:
sesak napas, obesitas
2. Kesadaran:
Composmentis, GCS : 15, E : 4 M : 6 V:5
3. Vital Sign :
TD 170/120 mmHg ,Resp 32 x/menit, Suhu 36 ° C,
Nadi 88 x/menit.
B. Kepala
Bentuk kepala : simetris, tidak ada ketombe, tidak ada kotoran pada kulit
kepala, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan.
C. Kulit
Warna kulit ( sawo matang ),turgor kulit cepat kembal, tidak ada lesi, ada
oedema pitting, tidak ada peradangan.
D. Pengelihatan
Bola mata simetris, Pergerakan bola mata normal, refleks pupil terhadap
cahaya normal, Kornea bening, Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, ketajaman pengelihatan minus 4.
E. Penciuman/Penghidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, peradangan tidak ada, polip tidak
ada.
F. Pendengaran/Telinga
Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, tidak ada peradangan,
fungsi pendengaran baik,tidak ada serumen, tidak ada cairan
G. Mulut
Bibir warnanya pucat, tidak kering, tidak pecah, gigi bersih, gusi tidak
berdarah, tonsil tidak ada radang, lidah tidak kotor, fungsi pengecapan
baik, mucosa mulut warnanya pucat, tidak ada stomatitis.
H. Leher
Benjolan / massa tidak ada, tidak ada kekakuan, tidak ada nyeri tekan,
pergerakan leher (ROM) :
Bisa bergerak fleksi, rotasi, lateral, hiperekstension,
tenggorokan: ovula simetris, kedudukan trachea normal, tidak ada
gangguan bicara.
I. Dada
Jantung
Inspeksi : dada simetris, ictus cordis normal, tidak ada jaringan parut
Palpasi : ictus cordis terletek di ICS 5 mid klafikula sinistra
Perkusi : redup
Auskultasi : suara jantung 1 dan 2
Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, bentuk dan pergerakan dinding dada
simetris, irama teratur, gerakan otot diafragma
Palpasi : nyeri tekan dada kanan ,Vokal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : pekak di seluruh lapang paru
Auskultasi : ronchi
J. Abdomen
Inspeksi : oedem
Auskultasi : bising usus 18 X/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
pembesaran lien, tidak ada nyeri tekan pada daerah suprapubik
Perkusi : pada epigastrik/tidak,ada peningkatan
K. Sistem Reproduksi
Tidak ada radang pada genitalia eksterna,tidak ada lesi, terpasang kateter
urine, scrotum oedem
L. Ekstremita
Ekstremitas Atas
Tidak ada pembatasan gerak, tidak ada odem, terpasang infus
Ekstremitas Bawah
Gerak terbatas, pitting oedem, kelemahan tungkai, tidak ada varises
tidak ada tanda- tanda infeksi.

5. Prosedur diagnostik dan laboratorium


Terapi : Tanggal 26 Mei 2017
Oksigen 3 l/m.
Infus Asering 10 tts/m
Siring pump Fasorbid ( Isorsobide Dinitrat) 30 mcg/kgBB/menit
Siring pump Nicardipin 0,5 mcg/kgBB/menit
Injeksi: Bactesym ( Ampicillyn Surbactan ) 2 X 1,5 gr
Pransa ( Pantoprazole ) 1 X 40 mg
Lasik ( Furosemid ) 2 X 20 mg
Obat oral : CPG ( Clopidogrel ) 1 X 75 mg
Spironolactone 1 X 25 mg
Angioten ( Losartan ) 1 X 50 mg
KSR ( Potasium Chloride ) 2 X 600 mg
EKG : LVH, iskemic lateral
Radiologi : Cor : cardiomegali ( RVH )
Pulmo : odema pulmonum
Laboratorium : Tanggal 26 Mei 2017
Hemoglobin : 13, 8 gr/dl
Hemotokrit : 41, 9 %
Lekosit : 8.700 / ul
Trombosit : 158.000 / ul
GDS : 154 mg/dl
Ureum : 41,1 mg/dl
Creatinin : 0,84 mg/dl
Natrium : 140,7 mmol/L
Kalium : 3,43 mmol/L
Chlorida : 109,0 mmol/L
Albumin : 4,1 g/dl
SGOT : 25,1 U/L
SGPT : 20,9 U/L

A. Analisa data

No Hari/ Data Problem Etiologi


Tanggal
DS : Sesak napas,
1 Jumat Pola napas Hiperventilasi
DO :
tidak efektif
26 Mei 1. Bernapas
2017 menggunakan otot
diafragma
Jam 2. RR : 32 X/m
14.00 3. Takhipneu
4. Pengembangan dada
simetris, irama teratur,
dangkal
5. Saturasi oksigen 97%

DS : Sesak napas Berkurangnya


2 Jumat Kelebihan
DO : curah jantung
volume cairan
26 Mei 1. Kaki,abdomen,
2017 scrotum oedem
2. Asites
Jam 3. Urine 1650 ml/
14.00 4jam
4. Ronkhi
5. Pekak seluruh
lapang paru
6. Chlorida 109,0
mmol/L
7. Natrium 140,7
mmol/L
8. Kalium 3,43
mmol/L
9. Rontgen Thorak
Edema pulmonum

DS : Sesak napas
3 Jumat Penurunan Respon
Nyeri dada skala 2
curah fisiologis otot
26 Mei
jantung jantung,
2017 DO :
hipertrofi
1. Tensi 170/120
Jam mmHg
14.00 2. Nadi 88X/m
3. CRT 3detik
4. EKG LVH,
iskemik lateral

B. Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya curah jantung,
retensi cairan dan natrium
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung,
hipertrofi.
C. Perencanaan
No Tujuan Intervensi Paraf
Dx Kriteria Hasil
1 Tujuan : M.1.Posisikan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
keperawatan selama 1 X 3.
8 2.Keluarkan sekret dengan batuk
jam Pasien menunjukan keefektifan 3.Auskultasi suara nafas, catat adanya
pola napas suara tambahan
Kriteria Hasil 4.Atur intake untuk mengoptimalkan
DS : Sesak napas berkurang keseimbangan cairan.
DO : 5.Monitor respirasi dan status O2
1. Bernapas tidak menggunakan 6.Observasi adanya tanda tanda
otot diafragma hipoventilasi
2. RR : 20 X/m 7.Monitor adanya kecemasan pasien
3. Pola napas normal terhadap oksigenasi
4.Pengembangan dada 8. Monitor vital sign
simetris, irama teratur 9. Informasikan pada pasien dan
5. Saturasi oksigen 98% keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
10. Ajarkan bagaimana batuk secara
efektif
11. Monitor pola nafas
12.Posisi Fowler
13.Oksigen 3 l/ m

2 Tujuan : Fluid management


Se Setelah dilakukan tindakan 1.Pertahankan catatan intake dan output
keperawatan selama 1 X 24 jam yang akurat
Pasien menunjukan kebutuhan 2.Pasang urin kateter
volume cairan dan elektrolit yang 3.Monitor hasil laborat yang sesuai
seimbang dengan retensi cairan BUN ,
Kriteria Hasil: haemotokrit
DS : 4.Monitor status hemodinamik , MAP
Sesak napas berkurang 5.Monitor vital sign
DO : 6.Monitor indikasi retensi / kelebihan
1. Kaki,abdomen, scrotum cairan (cracles, edema, distensi vena
oedem berkurang leher, asites)
2. Obesitas berkurang 7.Kaji lokasi dan luas edema
3. Balance cairan negatif 8.Monitor masukan makanan / cairan
4. Tidak ada ronkhi dan hitung intake kalori harian
5. Sonor seluruh lapang paru 9.Monitor status nutrisi
6. Chlorida 95-108 mmol/L 10.Batasi masukan cairan
7. Natrium 135-155 mmol/L Fluid Monitoring
8. Kalium 3,6-5,5 mmol/L 11.Tentukan riwayat jumlah dan tipe
9. Rontgen Thoraks normal intake cairan dan eliminasi
12.Tentukan kemungkinan faktor resiko
dari ketidak seimbangan cairan ( terapi
diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
dll )
13.Monitor adanya distensi leher,
ronchi, eodem perifer dan penambahan
BB
14.Monitor tanda dan gejala dari odema
15. Berikan diuretik Lasik 2 X 40 mg
16.Laksanakan kolaborasi / advis dokter
Siring Pump Isorbid 30 mcg/kgBB/m
13 17 . Spironolactone 1 X 25 mg
14 18 . KSR 2 x 600 mg
3 Tujuan : Vital Sign Monitoring
Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
keperawatan selama 1 X 24 jam 2.Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Pasien menunjukan perbaikan 3.Monitor kualitas dari nadi
curah jantung 4.Monitor adanya pulsus paradoksus dan
pulsus alterans
DS : Sesak napas 5.Monitor jumlah dan irama jantung dan
berkurang monitor bunyi jantung
Nyeri dada skala 2 6.Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
DO : 7.Monitor suara paru, pola pernapasan
1. Tensi 120/80 mmHg abnormal
2. Nadi 80X/m 8. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
3. CRT 2 detik kulit
4. EKG Normal Sinus Ritme 9.Monitor sianosis perifer
5. Dapat mentoleransi aktivitas 10.Monitor adanya cushing triad
6. Tidak ada edema paru (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
7. Tidak ada edema perifer peningkatan sistolik)
11.Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
12. Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas, kedalaman nyeri
13.Catat adanya disritmia
14.Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output
15.Monitor status kardiovaskuler
16.Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
17.Monitor balance cairan
18.Monitor adanya perubahan tekanan
darah
19.Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
20.Monitor toleransi aktivitas pasien
21.Monitor adanya dyspneu, tekipneu
dan ortopneu
22.Anjurkan untuk menurunkan stress
23. Monitor EKG
24. Laksanakan kolaburasi Pransa
1 X 40 mg IV
25. Angioten 1 X 50 mg
26. CPG 1 x 75 mg
27. Siring pump Nicardipin
0,5 mcg/kgBB/menit

D. Implementasi
No Hari / Jam Implementasi Respon Paraf
Dx Tanggal
3 14.00
1. 3.1. Memonitor TD, nadi, DS: sesak napas
Jumat
suhu, dan RR DO: Tensi 170/120mmHg
26 Mei 2. Nadi 88x/m
2017 RR : 32 x/m
1 14.10
11 1.11. Memonitor pola nafas DS : sesak napas
DO : takipneu
1 14.15 1.12. Mengatur posisi DS : sesak napas berkurang
Fowler DO : posisi teratur
1 14.30 1.13. Memonitor oksigen 3 DS : sesak napas
l/ m DO : Nyaman dengan
oksigen 3L/m
1 14.40 1.5 Monitor respirasi dan DS : sesak napas
status O2. DO : RR 30X/m
1 15.00
1. 1.8 Memonitor vital sign DS : pasien merasa nyaman
DO : Tensi 210/110 mmHg
Nadi 90 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,5°c
2 15.05 2.4.Memonitor status DS : kooperatif
hemodinamik, MAP DO : MAP ( 210 + 220) : 3 =
2. 143
2 15.15 2.17.Memonitor Siring DS : kooperatif
Pump Isorbid 30 DO : Lancar, tidak plebitis
mcg/kgBB/m
3 15.20 3.27.Memonitor siring DS : kooperatif
pump Nicardipin 0,5 DO : Lancar, tidak plebitis
mcg/kgBB/menit
3 15.25 3.2.Mencatat adanya DS : kooperatif
fluktuasi tekanan darah DO : Tensi 150/110 mmHg
3 15.30 3.3.Memonitor kualitas dari DS : kooperatif
nadi DO : nadi kuat
3 15.35 3.4.Memonitor adanya DS : kooperatif
pulsus paradoksus dan DO : nadi kuat
pulsus alterans
3 15.40 3.5.Memonitor jumlah dan DS : kooperatif
irama jantung dan monitor DO : Nadi 90 x/ menit
bunyi jantung Irama reguler
Bunyi suara 1 dan 2
3 15.45 3.6.Memonitor frekuensi DS : kooperatif
dan irama pernapasan DO : RR 28 x/ m, takipneu
3 15.47 3.7.Memonitor suara paru, DS : kooperatif
pola pernapasan abnormal DO : ronkhi, takipneu
3 15.50 3.8.Memonitor suhu, warna, DS : kooperatif
dan kelembaban kulit DO : suhu 36,5°c, kulit segar,
Lembab
3 15.55 3.9.Memonitor sianosis DS : kooperatif
perifer DO : tidak sianosis
1 16.00 1.8. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi
149/108mmHg
Nadi 88 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,5°c
1 16.10111.1.Memposisikan pasien DS : kooperatif
fowler untuk DO : mau melakukan
memaksimalkan ventilasi
2 16.15
2. 2.18.Memberikan KSR 1 tb DS : kooperatif
DO : tidak muntah, tidak
alergi
1 16.20
3. 1.2.Mengeluarkan sekret DS : kooperatif
dengan batuk DO : tidak keluar sekret
1 16.25 1.3.Mengauskultasi suara DS : kooperatif
nafas, catat adanya suara DO : ronkhi
tambahan
1 16.30 1.6.Mengobservasi adanya DS : kooperatif
tanda tanda hipoventilasi DO : tidak ada hipoventilasi
1 16.35 1.7.Memonitor adanya DS : kooperatif
kecemasan pasien terhadap DO : tidak cemas
oksigenasi
4 16.45 3.2.Memonitor urin cateter DS : kooperatif
DO : urin jernih, 1650 ml
1 17.00 1.8. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 150/110 mmHg
Nadi 88 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,5°c
1 17.30 1.9.Menginformasikan pada DS : kooperatif
pasien dan keluarga tentang DO : mengerti, mau mencoba
teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
1 17.45 1.10.Mengajarkan DS : kooperatif
bagaimana batuk secara DO : mengerti, mau mencoba
efektif
1 18.00 1.8. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 150/100 mmHg
Nadi 84 X/m
SpO2 98 %
Suhu 36,5°c
2 18.15 2.9. Memberikan diit cair DS: kooperatif
jantung I DO: habis 200 ml
2 18.30 2.3.Memonitor hasil laborat DS : kooperatif
yang sesuai dengan retensi DO : ureum 41,1 mg/dl
cairan BUN , haemotokrit Creatinin 0,84 mg/dl
2 18.45 2.7. Mengkaji lokasi dan DS : kooperatif
luas edema DO : oedem kaki, perut,
scrotum

1 19.00 1.8. Memonitor vital sign DS : kooperatif


DO : Tensi 160/110 mmHg
Nadi 90 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
2 19.306 2.6. Memonitor indikasi DS : kooperatif
retensi / kelebihan cairan DO : oedem kaki dan
(cracles, edema, distensi scrotum, perut asites, tidak
vena leher, asites) ada distensi vena leher
2 20.00
3. 2.5. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 160/100 mmHg
Nadi 88 X/m
SpO2 96 %
Suhu 36,5°c
2 20.30 2.10. Membatasi masukan DS : kooperatif
cairan DO : mau membatasi minum
2 20.45
V 2.11. Menentukan riwayat DS : kooperatif
ju jumlah dan tipe intake DO : cairan dari intra veana
cai cairan dan oral
2 20.50 2.8.Memonitor masukan DS : kooperatif
makanan / cairan dan DO : diit cair 200 ml
hitung intake kalori harian
2 20.55 2.17. Memonitor balance DS : kooperatif
cairan DO : urine 5950 ml
IWL 611 ml
(-) 4767 ml
2 21.00
4. 2.5. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 160/110 mmHg
Nadi 90 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
3 21.15 3.11.Mengidentifikasi DS : kooperatif
penyebab dari perubahan DO : oedem pulmo , asites
vital sign
3 21.30
103.10.Monitor adanya cushing DS : kooperatif
triad (tekanan nadi yang DO : tidak ditemukan triad
melebar, bradikardi, cushing
peningkatan sistolik)
2 22.00
12 2.12.Tentukan kemungkinan DS : kooperatif
faktor resiko dari ketidak DO : output dibuat lebih
seimbangan cairan ( terapi banyak
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, dll )
3 23.00 3.18.Monitor adanya DS : kooperatif
perubahan tekanan darah DO : Tensi 160/110 mmHg
3 23.30 3.13. Memonitor status DS : kooperatif
kardiovaskuler DO : akral hangat
2 24.00 2.5. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 160/110 mmHg
Nadi 88 X/m
Sabtu
SpO2 96 %
27
Suhu 36,5°c
Mei
2 00.15 2.15. Menginjeksi lasik 1 DS : kooperatif
2017
ampul IV DO : tidak flebitis, tidak
alergi
2 00.30
132.13.Monitor adanya distensi DS : kooperatif
leher, ronchi, eodem perifer DO : tidak ada distensi leher,
dan penambahan BB ada ronchi dan oedem perifer
2 00.45 2.14.Monitor tanda dan DS : kooperatif
gejala dari odema DO : oedem
3 01.00 3.14.Catat adanya tanda dan DS : kooperatif
gejala penurunan cardiac DO : CRT 3 detik
output
1 02.00 1.8.Memitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 160/110 mmHg
Nadi 86 X/m
SpO2 96 %
Suhu 36,8°c
3 03.00 3.16. Memonitor status DS : kooperatif
pernapasan DO : RR 22 x/ m
2 04.00 2.5. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 160/110 mmHg
Nadi 90 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
3 05.00
12 3.17. Evaluasi adanya nyeri DS : kooperatif
dada, intensitas, kedalaman DO : skala nyeri 2
nyeri
2 06.00 2.5.Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 160/100 mmHg
Nadi 85 X/m
SpO2 96 %
Suhu 36,8°c
2 06.30
1. 2.1.Mempertahankan DS : kooperatif
catatan intake dan output DO : input 967 ml
yang akurat
3 06.45 3.17.Memonitor balance DS : kooperatif
cairan DO : urine 10273 ml
(-) 9273ml
2 07.00 2.5.Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 150/110 mmHg
Nadi 100 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
2 07.30 2.23.Memonitor EKG DS : kooperatif
3 07.40 3.13.Mencatat adanya DO : EKG LVH
disritmia
2 08.00 2.8.Memonitor masukan DS : merasa haus
makanan / cairan dan DO : kooperatif, diit cair
hitung intake kalori harian habis 200ml
3 08.30 3.19.Atur periode latihan DS : kooperatif
dan istirahat untuk DO : latihan duduk
menghindari kelelahan
1 09.00 1.8.Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 150/100 mmHg
Nadi 95 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
2 10.00 2.5.Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 180/120 mmHg
Nadi 97 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
3 10.15 3.20.Memonitor toleransi DS : kooperatif
aktivitas pasien DO : mampu duduk
3 10.30 3.21.Monitor adanya DS : kooperatif
dyspneu, tekipneu dan DO : napas normal
ortopneu
2 11.00 2.5.Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 190/130 mmHg
Nadi 98 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
3 11.15 3.22.Menganjurkan untuk DS : kooperatif
menurunkan stress DO : mengerti
2 11.30 2.8.Memonitor masukan DS : merasa haus
makanan / cairan dan DO : kooperatif, diit cair
hitung intake kalori harian habis 200ml
2 11.45 2.15.Menginjeksi Lasik 1 DS : kooperatif
ampul IV DO: tidak flebitis, tidak alergi
3 3.24. Menginjeksi Pransa DS : kooperatif
1 vial IV DO: tidak flebitis, tidak alergi
2 12.00 2.17. Memberi DS : kooperatif
Spironolacton 1 tablet DO : tidak muntah, tidak
3 3.25. Memberi Angioten 1 alergi
tb
3 3.26. Memberi CPG 1 tb
2 13.00 2.5. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 210/170 mmHg
Nadi 90 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
3 13.30 3.27. Memonitor Siring DS : kooperatif
pump Nicardipin 0,5 DO : lancar, tidak flebitis
mcg/kgBB/menit
2 14.00
102.17. Monitor balance cairan DS : kooperatif
6. DO : intake 656 ml
DO : urine 2800 ml
(-) 2677 ml
2 14.10
2. 2.5. Memonitor vital sign DS : kooperatif
DO : Tensi 220/140 mmHg
Nadi 100 X/m
SpO2 97 %
Suhu 36,8°c
3 14.20 3.27.Memonitor Siring DS : kooperatif
pump Nicardipin 0,75 DO : lancar, tidak flebitis
mcg/kgBB/menit

E. Evaluasi

No Hari/ Jam Evaluasi Paraf


Dx Tanggal
1 Jumat/ 22.00 S : Sesak napas berkurang
26 Mei O:
2017 1. Bernapas tidak menggunakan otot
diafragma
2. RR 20 X/ m
3. Pola napas normal
4. Pengembangan dada simetris, irama
teratur
5. Saturasi oksigen 97%
A : Masalah pola napas teratasi
P : Pertahankan intervensi 1.1 sampai 1.13

2 Sabtu 14.00 S : Sesak napas berkurang


27 Mei O:
2017 1. Kaki,abdomen, scrotum oedem berkurang
2. Asites berkurang sedikit
3. Balance cairan negatif 2677 ml
4. Masih ada ronkhi
5. Pekak di sebagian lapang paru
6. Chlorida 109,0 mmol/L
7. Natrium 140,7 mmol/L
8. Kalium 3,43 mmol/L
9. Rontgen ulang Thorak belum dilakukan
A A : Masalah kebutuhan volume cairan dan
elektrolit belum seimbang
P P : Lanjutkan intervensi 2.1 sampai 2.18

3 Sabtu 14.00 S:
27 Mei 1. Sesak napas berkurang
2017 2. Nyeri dada skala 2
O:
1. Tensi 220/140 mmHg
2. Nadi 100X/m
3. CRT 3 detik
4. EKG LVH, iskemik lateral
5. Dapat beraktivitas dengan bantuan
6. Masih ada edema paru
Ti 7. Masih ada edema perifer
A A : Masalah curah jantung belum teratasi
PP P : Lanjutkan intervensi 3.1 sampai 3.27

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien CHF yang mengalami oedem maka perawatan pasien difokuskan untuk
pembatasan cairan untuk mengurangi oedem dan mengeluarkan kelebihan cairan yang ada di
dalam tubuh. Pengawasan balance cairan dibuat negatif atau output lebih banyak daripada
input. Pada kasus Tn. H ini selain mengalami odem pada tubuh juga mengalami oedem
pulmo dan hipertensi. Untuk mengatasi oedem paru pasien diberi obat siring pump isosorbide
dinitrat . Untuk mengatasi hipertensi pasien diberi obat siring pump nicardipin. Efek dari
kedua obat tersebut ( siring pump nicardipin dan isosorbide dinitrat ) adalah mengeluarkan
cairan dengan meningkatknya jumlah urine.

Selain mendapatkan isosorbide dinitrat dan nicardipin pasien juga mendapat obat
deuritik yang efeknya mengeluarkan cairan ke melalui urine. Karena balance cairan dibuat
negatif dan mendapat tiga obat tersebut ( isosorbide dinitrat, nicardipin dan deuritik ) maka
produksi urine menjadi banyak sekali, akibatnya elektrolit ikut tertarik keluar melalui urine.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pasien diberi potasium chloride untuk mengatasi elektrolit
yang keluar melalui urine.

Pengawasan hemodinamik dan perkembangan hasil EKG perlu dipantau secara rutin
untuk mengetahui perbaikan kondisi pasien. Pembatasan aktifitas dan pemberian oksigen juga
harus diberikan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien. Pasien juga harus dianjurkan diit
pantang garam dan pembatasan atau pantang cairan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien Tn. H masuk ruang ICU tanggal 26 Mei 2017 dengan diagnosa Congestif
Heart Failure dan hipertensi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Mei 2017 dan
ditemukan 3 masalah keperawatan, yaitu: pola napas tidak efektif berhubungan
dengan hiperventilasi, kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya
curah jantung, retensi cairan dan natrium; penurunan curah jantung berhubungan
dengan respon fisiologis otot jantung, hipertrofi.
Selama dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1X 24 jam masalah pola napas tidak
efektif berhubungan dengan hiperventilasi teratasi, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium belum
seimbang tetapi bisa teratasi setelah 4 X 24 jam dan penurunan curah jantung
berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung, hipertrofi dapat teratasi . Pasien
kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan. Pasien pindah ke ruang
Wijaya Kusuma 1 pada tanggal 29 Mei 2017.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca tentang makalah ini adalah
semoga makalah ini dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, serta ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF. Selain itu agar kita
selalu mengingat bahwa kesehatan merupakan hal yang penting dalam hidup kita.
Sebagai petugas kesehatan sebaiknya kita melakukan :
1. Pengkajian awal pada pasien CHF harus dilakukan secara seksama termasuk
pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit masa lalu.
2. Perekaman EKG pasien CHF dilakukan dengan cara manual bukan automatic.
3. Rontgen thorak perlu dilakukan untuk penegakan diagnosa.
4. Balance cairan dibuat negatif
5. Penkes keluarga dan pasien untuk pembatasan pemasukan cairan.
6. Pasien CHF dikelola oleh dokter spesialis jantung kardio vaskuler .

DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari – Desember 2006.
Semarang: UNDIP

Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Jakarta:EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2012-2014. Jakarta:


Prima Medika

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai