Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada dasarnya industri pertambangan terdiri dari beberapa tahapan

kegiatan yang harus dilakukan. Diawali dari kegiatan prospeksi,

ekplorasi,studi kelayakan,development,eksploitasi,pengolahan sampai dengan

pemasaran yang mana dari semua kegiatan tersebut saling berkaitan dan

mendukung. Sedangkan penambangan sendiri yaitu kegiatan pengambilan

endapan berharga yang terkandung dalam bumi. Proses pengambilan endapan

tersebut dapat dilakukan dengan dua sistem penambangan yaitu tambang

terbuka dan tambang bawah tanah.

Berdasarkan permasalahan-permasalan yang ada di atas, penyusun

ingin melakukan penelitian tugas akhir dengan judul Evaluasi Produktivitas

Alat Gali Muat PC1250dan alat angkut Volvo FMX 370C pada

MaterialOverburden Di PT. Semesta Centramas dengan harapan dapat

mempelajari lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

ketercapaian target produksi, sehingga dapat mengetahui rekomendasi yang

dapat diajukan untuk membantu menyelesaikan permasalah tersebut.Dalam

kegiatan penambangan Di PT. Semesta Centramas menggunakan metode

open pit dengan menggunakan peralatan mekanis berupa,alat muatPC1250-

0054 dan alat angkut Volvo FMX 370Cuntuk melakukan pembongkaran dan

1
pengangkutan tanah penutup. Salah satu penentuan keberhasilan metode

penambangan ini adalah seberapa besar produktivitas peralatan mekanis

tersebut dapat bekerja untuk menunjang keberhasilan kegiatan penambangan

itu sendiri, dalam pencapaian target produksi beberapa kegiatan yang harus

kita lakukan seperti, melakukan pengamatan dan perhitungan untuk

mengetahui produktifitas alat muat dan alat angkut, beserta untuk mengetahui

match factor(keserasian kerja), alat muat dan alat angkut.

Untuk itu perlu adanya peningkatan efisiensi kerja serta keserasian

kerja antara alat muat dan alat angkut yang harus benar-benar

memperhitungkan kemampuan produksi alat mekanis. Untuk mencapai target

produksi maka salah satu metode keberhasilan yang harus benar-benar

diperhitungkan adalah, seberapa besar produksi alat mekanis dapat bekerja

sesuai dengan tingkat efisiensi kerja alat tersebut dengan menghitung

keserasian kerja alat muat dan alat angkut sehingga sasaran produksi bisa

mencapai target yang ditentukan.

Dalam pencapaian target produksi sering terjadi kendala-kendala yang

membuat tingkat efisensi kerja menurun baik faktor teknis (lapangan : jarak,

kondisi jalan, kondisi tempat kerja), faktor mekanis (alat dan manusia) dan

faktor alam (hujan dan debu).

Untuk mengetahui permasalahan yang timbul pada saat kegiatan

produksi berlangsung, beberapa faktor penunjang seperti alat mekanis juga

sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi maka dari itu dalam

penggunaannya perlu dilakukan perhitungan secara tepat agar kemampuan

2
alat dapat digunakan secara optimal serta mempunyai tingkat efisiensi yang

tinggi.

Adapun Waktu dan Tempat Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja

Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 9November 2015sampai dengan

5Desember 2015. Tempat pelaksanaan ini dilaksanakan di PT. Semesta

Centramas meliputi desa Tawahan, desa Sungai Batung, dan desa

Tigarung.Provinsi Kalimantan Selatan.

1.2 Identisifikasi Masalah

Untuk mencapai target produksi maka salah satu metode keberhasilan

yang harus benar-benar diperhitungkan adalah, seberapa besar produksi alat

mekanis dapat bekerja sesuai dengan tingkat efisiensi kerja alat tersebut,

dengan menghitungkan keserasian kerja alat muat dan alat angkut.

Dalam pencapaian target produksi sering terjadi kendala-kendala yang

membuat tingkat efisensi kerja menurun baik faktor teknis (lapangan : jarak,

kondisi jalan, kondisi tempat kerja), faktor mekanis (alat dan manusia) dan

faktor alam (hujan dan debu).

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang, maka ada beberapa hal

yang dapat terindentifikasikan diantaranya adalah :

1. Memperhitungkan kemampuan produktivitas alat mekanis.

2. Meningkatkan efesiensi kerja yang tinggi serta menghitung keserasian

kerja atau match factor.

3. Melakukan pengamatan dan perhitungan terhadap jumlah alat muat dan

alat angkut yang digunakan.

3
1.3 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apakah kemampuan kerja alat mekanis bisa mencapai target produksi

2. Apakah sinkronisasi kerja alat, baik alat muat maupun alat angkut bisa

mencapai target produksi untuk keserasian kerja (match factor)

3. Apakah kendala-kendala seperti faktor teknis (lapangan:jarak, kondisi

jalan, kondisi tempat kerja), faktor mekanis( alat), dan faktor alam (hujan

dan debu) bisa membuat tingkat efisiensi kerja menurun.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dapat diuraikan dalam penelitian ini yang

hanya dibatasi pada :

1. Perhitungan keserasian kerja alat muat dan alat angkut dalam pencapaian

target produksi.

2. Mengetahui kendala-kendala yang mempengaruhi kegiatan alat gali muat

PC1250-0054 dan alat angkut Volvo FMX 370C

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain :

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab tidak tercapainya produksi alat muat

dan alat angkut.

2. Mengetahui Match Factor (Keserasian Kerja) alat muat dan alat angkut.

3.Mengetahui kemampuan produksi alat muat dan alat angkut yang

digunakan

4
1.6 Metode Penelitian

Tahapan kegiatan metode penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Study Literatur

Penelitian dilakukan dengan mencari bahan pustaka yang menunjang

diperoleh dari buku perpustakaan dan dari data perusahaan terkait.

2. Pengamatan Di lapangan

Dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan terhadap tofografi

daerah, vegetasi, aktifitas penambangan dan kondisi cuaca yang akan di

ambil datanya.

3. Pengambilan Data

Data diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan (data primer) dan

literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada (data

sekunder).

4. Pengelompokan Data

Dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data dan mengelompokan data

sehingga memudahkan dalam menganalisis data.

5. Pengolahan Data

Dilakukan dengan melakukan perhitungan yang selanjutnya

diterjemahkan dalam bentuk tabel dan perhitungannya.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1 Sejarah Singkat PT. Semesta Centramas

Berikut ini dijabarkan sejarah singkat dari PT. Semesta

CentramasBerdirinya PT. Semesta Centramas disahkan oleh Notaris

pada tahun 2004. Perusahaan ini merupakan salah satu bagian dalam

Balangan Coal Group yang terdiri dari PT. Paramitha Cipta Sarana

(PCS), PT. Semesta Centramas (SCM), PT. Sinar Kemilau Abadi

(SKA), dan PT. Laskar Semesta Alam.

PT. Semesta Centramas memulai kegiatan operasionalnya pada

tahun 2007 dengan melakukan ekplorasi dan menjalin hubungan dengan

masyarakat demi mendukungnya kegitan operasional tersebut.Pada

mulanya kegiatan dipusatkan kepada PT. Paramitha Cipta Sarana, akan

tetapi berjalannya waktu terjadi beberapa kendala baik dari segi

perizinan dan lainya. Kejadian ini mengakibatkan pada tahun 2010

kegiatan di alihkan kepada PT. Semesta Centramas. Akhirnya pada

bulan april 2014 PT. Semesta Centramas resmi melakukan kegiatan

pertambangan batu bara.

6
2.1.2 Sekilas Keadaan PT. Semesta Centramas

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai keadaan PT.

Semesta Centramas:

 Daerah pertambangan PT. Semesta Centramas meliputi

desa Tawahan, desa Sungai Batung, dan desa Tigarung.

 PT. Semesta Centramas memiliki kantor pusat di World

Trade Center Building lantai 7, Jl. Jend. Sudirman Kav. 29

– 31 Jakarta 12920, Indonesia. Perusahaan ini juga

memiliki kantor site di Jl. A. Yani KM 0,5 No. 26 Paringin

Kota Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan 71615

Kalimantan Selatan. Namun kantor site ini hanya

digunakan untuk sementara hingga kantor site pada desa

Murung ilung yang terletak pada jalan Hauling Balangan

Coal Group selasai dibangun. Diperkirakan kantor site yang

dapat digunakan pada September 2014.

2.3Lokasi Dan Kesampaian Daerah


Secara geografis Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT.

Semesta Centramas (PT.SCM) terletak diantara 115° 33’ 10” - 115° 36’ 18.2”

Bujur Timur dan 02° 19’ 30” - 02° 22’ 25.5” Lintang Selatan yang secara

administratif termasuk kedalam wilayah Kecamatan Juai dan Kecamatan

Awayan, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas area

2.500 Ha

7
Untuk mencapai lokasi WIUP PT. Semesta Centramas dari jakarta

rutenya adalah sebagai berikut :

1. Jakarta – Banjarmasin menggunakan penerbangan reguler 5x

dalam 1 hari dengan lama penerbangan 1,5 jam.

2. Banjarmasin – Paringin dengan kendaraan roda 4 melewati jalan

trans Kalimanatan sepanjang ±180 km, Paringin adalah ibukota

Kabupaten Balangan.

3. Paringin – Lokasi PT. Semesta Centramas dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaraan roda 4 melewati jalan Kabupaten yang

sudah dilapisi aspal menuju Desa Tawahan sejauh ±25 km.

8
Sumber :(Sumber : Engineering Balangan Coal)

Gambar 2.1
Peta Lokasi Kesampaian DaerahPT. Semesta Centramas

9
2.3Keadaan Geologi

2.3.1. Morfologi

Topografi area PT. Semesta Centramas merupakan daerah

perbukitan bergelombang dengan elevasi antara 80 – 110 meter dari

permukaan laut dan di daerah prospek umumnya mempunyai elevasi

permukaan tanah ± 100 m di atas permukaan laut. Aliran sungai yang

terdapat di areal ini membentuk pola aliran dendritik dengan arah

aliran ke utara menuju Desa Sei Betung yang mengalir dari timur ke

utara dan akhirnya bermuara di sungai Ninian.

2.3.2.Stratigrafi

Endapan batuan yang terdapat di daerah PT. Semesta Centramas

merupakan bagian dari endapan Sub-Cekungan Barito yang

merupakan bagian Selatan dari Cekungan Kutai yang merupakan

cekungan sedimen yang cukup luas mencakup wilayah Kalimantan

Selatan dan Kalimantan Timur. Sub-Cekungan Barito dari bagian

timur di batasi oleh pegunungan Meratus dan disebelah barat oleh

Paparan Sunda, sedangkan bagian utara oleh Cekungan Kutai. Ke arah

selatan sedimen Tersier Sub-Cekungan barito menunjam ke dalam laut

Jawa.

Batuan dasar tertua dari Sub-Cekungan Barito berumur Pra-

Tersier yaitu yang berasal dari zaman Triasik sampai Kretaceous.

Batuan ini penyebarannya cukup luas dan merupakan sumber dari

10
batuan sedimen yang mengisi cekungan. Susunan stratigrafi dari Sub-

Cekungan Barito dari tua ke muda.

1. Batuan Pra-Tersier

Batuan dasar tertua berupa Sekis Kristalin yang tersingkap

di Pegunungan meratus bagian timur dan Pegunungan Schwaner

di bagian barat dari cekungan. Menurut Zeylmans Van

Emmichoven (1940) umur batuan di daerah pegunungan

Schwaner diperkirakan sebelum Perno-Karbon, sedangkan di

daerah pegunungan Meratus sekitar jura.Di atas batuan Pra-

Tersier ini diendapkan Formasi Pitap dan Paniungan yang

berumur Kretaceus. Formasi Pitap mempunyai dua anggota yaitu

Batununggal dan Haruyan. Batununggal terdiri dari batulempung,

batugamping, batupasir dan Konglomerat sedangkan Haruyan

terdiri dari breksi volkanik dan basal. Formasi paniungan

umumnya berupa batupasir gampingan atau lempungan.

2. Eosen

Formasi batuan Tersier tertua yang diendapkan dalam

cekungan Barito adalah formasi Tanjung yang terdiri dari Serpih,

batupasir dan konglomerat dan perselingan antara batulanau,

batupasir, batulumpur dan sisipan batubara. Di bagian atas terdiri

dari batulempung yang dikelompokkan dalam Formasi Hayup.

11
Di atas Formasi Tanjung diendapkan formasi Berai yang

berumur Oligosen – Miosen bawah. Formasi ini terdiri dari

batugamping, napal, batulanau dan batulempung. Formasi Berai

mempunyai tiga anggota yaitu serpih bawah, batugamping tengah

dan serpih atas. Pembagian ini berdasarkan pada umur dan

lingkungan pengendapannya, dimana serpih bawah berumur

Oligosen, diendapkan pada lingkungan laut dalam, batugamping

tengah berumur Oligosen-Miosen bawah dengan lingkungan

pengendapan laut dangkal, dan serpih atas berumur Oligosen

dengan lingkungan pengendapan laut dalam.

3. Miosen Tengah – Atas

Siklus susut laut yang besar selama Miosen tengah sampai

Atas, diikuti oleh pengendapan Formasi Warukin yang terdiri dari

perselingan batupasir, batulanau, batulumpur dan lapisan

batubara. Formasi Warukin tarbagi menjadi 4 unit litologi yang

berdasarkan perubahan lingkungan pengendapan sebagai akibat

berlangsungnya susut laut. Endapan Batubara banyak ditemukan

di Formasi Warukin bagian atas.

4. Pliosen

Pada Miosen atas terdiri pengangkatan cekungan diikuti

dengan proses perlipatan dan pensesaran yang disertai

pengendapan Formasi Dahor secara tidak selaras diatas Formasi

12
Warukin. Formasi ini terdiri dari endapan danau dan kontinen

seperti alterasi konglomerat, batupasir, batulanau dan

batulempng.

5. Kuarter

Berupa endapan sungai, rawa yang terdiri dari kerikil, pasir,

lumpur hasil rombakan batuan yang sudah ada.

(Sumber : PT.Semesta Centramas)

Gambar 2.2

Geologi Regional Kalimantan ( Modify from Moss & Finch, 1997)

13
STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO
(ADARO RESOURCES REPORT, 1999)
KOLOM TEBAL
UMUR STRATIGRAFI LITOLOGI FASIES
STRATIGRAFI (m)
KUARTER ALLUVIUM Deposit sungai dan rawa

PLIOSEN Batuan klastik, konglomerat, batupasir, LOWER


batulanau dan batulempung. DELTA lebih dari
FORMASI DAHOR
PLAIN 840
ATAS

ANGGOTA Seam batubara berketebalan 30 - 40 m, UPPER


ATAS interbedded dari batulempung calcareous DELTA 850
BATUBARA dan pasir halus. PLAIN

ANGGOTA
Lapisan tebal dari sangat halus hingga
FORMASI kasar, batulanau, batulempung dan LOWER
PASIR 500
beberapa seam batubara, konglomerat DELTA
TENGAH PLAIN
ATAS sebagai dasar.
TENGAH
MIOSEN
WARUKIN ANGGOTA Interkalasi dan pasir halus, batulanau, LOWER
PASIR batulempung dan beberapa seam DELTA 600
BAWAH batubara tipis. PLAIN

BAWAH
ANGGOTA Serpih, kadang-kadang calcareous, DELTA
pasir halus dan marl. FRONT 450
LEMPUNG

ANGGOTA Marl, lempung, lanau dan interbedded


dari lapisan batugamping tipis, berisi PRODELTA 225
BAWAH
MARL pita-pita batubara.
ATAS

FORMASI ANGGOTA Batugamping kristalin, interbedded


PRODELTA 600
BATUGAMPING lapisan tipis marl.
BERAI

OLIGOSEN ANGGOTA
Marl, batugamping, serpih, lanau dan
beberapa interbedded seam batubara. PRODELTA 250
MARL
BAWAH

FORMASI ATAS Interkalasi dari serpih dan pasir dengan


beberapa seam batubara tipis. MARINE
EOSEN 900
TANJUNG BAWAH Serpih, pasir dan konglomerat DELTA FRONT

PRATERSIER BASEMENT PRATERSIER Serpih, kuarsit dan batuan beku

(Sumber : PT.Semesta Centramas)

Gambar 2.3
Stratigrafi Cekungan Barito

14
2.3.3 Iklim dan Cuaca

Seperti umumnya daerah di Indonesia, semua daerah kegiatan

beriklim tropis dengan curah hujan tinggi bersuhu udara 24-34°Cdengan

kelembaban berkisar antara 40% - 90%. Musim kemarau berlangsung

antara bulan Maret hingga Juli, sedangkan musim penghujan antara bulan

September hingga Februari.

2.3.4 Keadaan Flora dan Fauna

Daerah Eksplorasi terdiri dari flora yang heterogen berupa hutan

yang lebat dengan berbagai jenis pohon kayu serta sebagian kebun yang

berupa lahan pertanian masyarakat dengan tanaman semusim dan tanaman

keras yaitu karet, sebagian kecil semak belukar. Sedangkan jenis-jenis

fauna yang terdapat di daerah ini berupa rusa, babi, monyet, anjing dan

berbagai jenis unggas.

2.3.5 Keadaan Penduduk dan Sosial Budaya

Jumlah penduduk di Kecamatan Juai berdasarkan sensus tahun

2014 adalah sebanyak 16.452 jiwa, terdiri dari 4.887 kepala keluarga,

sebagian besar bermata pencaharian bertani dan berkebun karet.

Pemukiman penduduk disekitar areal WIUP PT.SCM adalah Desa

Tawahan, Sei Betung dan Tundi. Mayoritas penduduk di Kecamatan Juai

memeluk agama Islam dan sebagian lainnya memeluk agama Budha dan

Kristen.

15
Sarana Pendidikan di Kecamatan Juai, sudah tersedia mulai dari

Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas dan untuk

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi harus ke ibu kota Propinsi

(Banjarmasin).

2.3.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi dari PT. Semesta Centramas dapat dilihat pada

lampiranA.

2.3.6Proses Penambangan
Dalam proses penambangan batubara biasanya, tahap awal yang

perlu dilakukan adalah land clearing, setelah pekerjaan land clearing

tersebut selesai, maka proses selanjutnya adalah penguasan top soil adapun

tahapan kegiatan penambangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup, proses penambangan,

pemuatan, pengangkutan, pengolahan bahan galian, pemasaran, dan

reklamasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat (pada gambar 2.4) di bawah

ini.

16
Sumber : https//.google.sistem// penambangan.www
Gambar 2.4
Proses Penambangan

Dalam penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan

aspek lingkungan, agar setelah penambangan selesai lingkungan dapat

dikembalikan dalam keadaan yang baik adapun proses tahapan

penjelasan sistem penambangan adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap

penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan

penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang

(road),stockpile acces,dll.

b. Pembersihan Lahan (land clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan

ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang

17
berukaran besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer dan

dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk

menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.

c. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)

Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan

tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur

tanah yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat digunakan dan

ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.

Tanah pucuk yang di kupas tersebut akan di pindahkan ketempat

penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal

tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.

d. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)

Bila material tanah penutup merupakan marerial lunak (soft

rock) maka tanah tersebut akan melakukan penggalian bebas. Namun

bila materialnya merupakan meterial kuat, maka terlebih dahulu di

lakukan dengan pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian

di lakukan kegiatan penggalian.

e. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)

Pada awal produksi di setiap Pit, tanah penutup akan di angkut

dan dibuang dilokasi pembuangan yang berada di luar areal

penggalian (outside dump). Selanjutnya penimbunan apabila kegiatan

penambangan sudah selesai pada suatu area, maka bekas areal

18
penggalian (mined out) tersebut akan di jadikan lokasi pembuangan

untuk menimbun lubang-lubang yang ada.

Dampak-dampak negatif pada lingkungan karena lubang-lubang

bekas tambang tertutup kembali dan selanjutnya diselimuti dengan

tanah pucuk sebelum ditanami kembali. Bentuk dari bekas tambang

yang siap ditanami kembali ada dua macam, yaitu :

1. Berbentuk Jenjang (trap) dengan ketinggian relatif rendah yaitu

sekitar 1 m dan lebar sekitar 6 m . Selain sulit melakukan

penimbunan tanah pucuk, bentuk seperti ini memerlukan biaya

mahal untuk membentuk jenjang – jenjang tersebut. Selain itu juga

mengakibatkan erosi tanah pucuk semakin tinggi.

2. Bentuk kedua adalah dibuat rata, dimana cara ini relatif lebih

mudah dalam penimbunan kembali serta menyebarkan tanah

pucuk, tingkat erosi juga relatif rendah.Dengan memperhatikan

pertimbangan tersebut, maka penimbunan akan dilakukan dengan

cara membentuk rata.

19
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Tanah Penutup (Overburden)

Lapisan Tanah Penutup (Overburden) adalah semua lapisan

tanah/batuan yang berada diatas dan langsung menutupi lapisan bahan galian

berharga sehingga perlu di singkirkan lebih dahulu sebelum dapat menggali

bahan galian berharga tersebut.

1. Material yang sangat mudah digali (sangat Lunak)

a. Material yang mengandung sedikit air, misalkan pasir, tanah biasa,

kerikil, campuran pasir dan tanah biasa.

b. Material yang banyak mengandung air, misalkan pasir lempungan,

lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak mengandung air

(quick sand)

2. Material yang lebih keras (Lunak)

Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang

bercampur dengan kerikil, pasir yang kasar.

3. Material yang setengah Keras (sedang)

Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak), batuan

kerikil yang mengalami sedimentasi dan pengompakan, batuan beku yang

sudah mulai lapuk, dan batuan-batuan beku yang mengalami banyak

rekahan-rekahan.

20
4. Material yang keras

Misalnya sandstone, limestone,slate, vulkanik tuff, batuan yang

mulai lapuk, mineral-mineral penyusun batuan yang telah mengalami

banyak sementasi dan pengompakan.

5. Material sangat keras

Misalnya batuan-batuan beku dan batuan metamorf, contohnya

granit, andesit, slate, kwarsit,dan sebagiannya.

6. Batuan yang masit

Yaitu batuan-batuan yang sangat keras dan kompak seperti batuan

beku berbutir halus.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, metode pengupasan tanah penutup

dapat di kelompokkan sebagi berikut.

- Material yang sangat lunak dapat dilakukan dengan menggunakan

excavator backhoe, dragline,power shovel, dan lain-lain tidak

perlu dilakukan peledakan.

- Material yang setengah keras , umumnya dibongkar terlebih dahulu

dengan menggunakan ripper.

- Material yang keras, pembongkarannya dilakukan dengan

peledakan (blastting)

- Material yang sangat keras – masif ,tidak dapat di gali dengan alat

gali sehingga harus dilakukan peledakan.

21
3.2 Peralatan Mekanis
Segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan

penggalian(digging), Pemuatan (loading), pengangkuatan (hauling),

penimbunan (dumping), perataan (spreading), dan pemadatan

(compacting) tanah atau batuan dengan alat-alat mekanisdisebut

pemindahan tanah mekanis.

Untuk pemindahan tanah mekanis ini biasa digunakan alat-alat

mekanis sesuai kemampuan kerja alat mekanis tersebut tetapi akan di

bebankan kepada penggunaannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang

behubungan dengan tambang terbuka.

Selain itu penggunaan peralatan mekanis disesuaikan dengan

komponen lapangan kerja yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Jalan dan sarana pengangkuatan yang ada(accessibility and

transportation)

2. Tumbuh –tumbuhan (vegetation)

3. Macam material dan perubahan volumenya(kind of material and its

change of volume).

4. Daya dukung material (bearing capacity)

5. Iklim(iklimate)

6. Ketinggian dari permukaan air laut (altitude)

7. Kemiringan, alat dan keadaan jalan(haul road conditions)

8. Effisiensi Kerja (operating effeciency)

9. Syarat-syarat penyelesaian pekerjaan (finishing spesification)

22
10. Syarat-syarat penimbunan(fill spesifications)

11. Waktu (time element)

12. Ongkos-ongkos produksi(production costs) , (Partanto, 2000 : 1 – 10)

Menurut Indonesianto, 2008 ; dasar pemilihan dari peralatan

mekanis adalah sebagai berikut :

1. Adanya jaminan keselematan kerja (safety)

Maksudnya adalah jaminan keselamatan kerja dari alat, yaitu apakah

alat PTM (Pemindahan Tanah Mekanis) tersebut membahayakan

operatornya atau tidak.

2. Ongkos gali dan muat seminimum mungkin suatu perusahaan

pembongkaran/pemindahan tanah mekanis yang akan memilih pealatan

PTM apa yang akan dicapai, terlebih dahulu harus menghitung secara

teoritis tentang : Produksinya (out put).

3. Singkronisasi dengan alat PTM lain(utamanya keserasian kerja antara

alat muat dan angkut).

4. Penyesuaian dengan kondisi kerja.

3.3 Alat Gali Muat

Jenis alat ini dikenal juga dengan excavator. Beberapa alat mekanis

digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk dalam

kategori ini adalah power shovel,backhoe, dragline,dan clamshell(Basuki,

2004 : 2)

23
Alat ini mempunyai bagian-bagian utama, antara lain :

a. Bagian atas yang dapat berputar ( revolving unit)

b. Bagian bawah untuk perpindahan tempat(travelling unit)

c. Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai

pekerjaan yang akan dilaksanakan.(Wigroho, 1992 : 49).

3.4 Alat Angkut

Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk memindahkan

material hasil penambangan ketempat penimbunan atau hasil pengolahan.

Pengangkutan batuan, endapan bijih, waste, dan lain-lain

merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi operasi penambangan.

Untung rugi suatu perusahaan terletak juga pada lancar tidaknya

pengangkutan yang tersedia.

Untuk pengukuran jarak dekat (kurang dari 5 km) dapat dipakai

truck. Untuk pengangkutan jarak sedang(5 – 20 km) dapat dipakai truck

berukuran besar , dan bell conveyor. Sedangkan untuk jarak jauh ( > 20

km) dipergunakan kereta api atau pipa. ( Partanto, 1989 : 29).

3.5 Produktivitas Alat Muat Dan Alat Angkut


3.5.1 Alat Muat
Untuk menghitung produktivitas Doosan, pertama-tama kita harus

membatasi terhadap kondisi yang ada pada setiap keadaan pekerjaan.sama

seperti penggunaan alat mekanis lainnya, dimana jenis material

mempengaruhi didalam perhitungan produksivitas.

24
Untuk perhitungan produktivitas alat muat dapat menggunakan
persamaan dibawah ini :

3600
P= x BC x BFF x E x SF ........................................ (3.1)
CTm

Keterangan :

P = Produktivitas alat gali muat (Ton/jam)

BFF = Bucket fill factor (%)

BC = Bucket Capacity (m3)

E = Efesiensi Kerja (%)

CTm = Cycle time alat gali muat (detik)

SF = Swell Factor (%)

3.5.2 Alat Angkut

Produktivitas dari truck dipengaruhi oleh waktu siklusnya.

Waktu siklus Dump Truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu

pengangkutan, waktu pembongkaran muatan, waktu perjalanan

kembali dan waktu antri (Basuki, 2004 : 83).

Untuk perhitungan produktivitas alat angkut dapat

menggunakan persamaan dibawah ini :

25
P= 3600 x BC x n x E ................................................... ( 3.2)

CT

Keterangan :

- P = Produktivitas alat angkut

- CT = Cycle timehauling(menit)

- BC = Bucket Capacity(m3)

- n = Jumlah passing rata-rata

- E = Efesiensi Kerja (%)

3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Mekanis

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas alat

muat dan alat angkut yaitu seperti : waktu siklus, efisiensi kerja, faktor

pengisian (fill Factor), dan metode pemuatan.

3.6.1 Waktu Siklus (Cycle Time)

Waktu siklus adalah waktu dimana suatu alat dapat

didefinisikan untuk bekerja atau beroperasi dalam satu kali putaran.

Waktu siklus untuk setiap alat tidak sama tergantung jenis alat yang

digunakan serta sifat dan jenis material yang ditangani.

Semakin kecil waktu siklus suatu alat, maka produksinya

semakin tiggi ( Menurut Prof. Ir . Partanto. P 1990).

26
a. Waktu Siklus Alat Gali Muat
Terdiri dari waktu untuk menggali, waktu ayunan

bermuatan, waktu untuk menumpah muatan, waktu ayunan

kosong. (Anonim, 2010 : 15A – 10).

Cycle time = ET + STL + DT + STE..................................( 3.3)

Keterangan :

ET = Excavating time (menit)


STL = Swing Time Loaded (menit)
DT = Dumping Time(menit)
STE = Swing time empty (menit)

Sedangkan pada beberapa jenis alat telah ditentukan besar cycle

time standar yang dilihat dari beberapa parameter.

b. Waktu Siklus Alat Angkut

Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu

menunggu alat untuk dimuat, waktu di isi muatan, waktu

mengangkut muatan, waktu dumping, waktu kembali kosong.

Persamaan waktu edar alat angkut adalah sebagai berikut :

(Anonim, 2010 : 15A – 13).

Cycle Time = LT + HLT + DT + RT + SLT.......................(3.4)

27
Keterangan :

LT = Loading Time (menit)

HLT = Hauling Time (menit)

DT = Dumping Time (menit)

RT = Return Time (menit)

SLT = Spoting Time (menit)

3.6.2 Pola Pemuatan


Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi

lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan

dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk

(Bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap untuk

ditumpahkan. Setelah alat angkut tersebut terisi penuh segera keluar

dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi

waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali muatnya.

Pola pemuatan pada operasi pengangkutan ditambang terbuka

dikelompokan berdasarkan posisi backhue. Proses pemuatan pada

operasi penambangan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu Frontal

cut, Parallel cut with drive – by , dan Parallel cut with tron and back.

1. Frontal Cut
Backhoe berhadapan dengan muka jenjang atau front

penggalian. Pada pola ini backhoe memuat pertama pada

28
dumpttruck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu

dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.

2. Parallel Cut With Drive – By

Backhoe bergerak melintang dan sejajar dengan front

penggalian. Pola ini ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki

dua akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan. Sudut putar

rata – rata lebih besar dari pada sudut frontal cut, tapi waktu

tunggu bagi backhoe dan dump truck lebih kecil daripada parallel

cut with tron and back.

3. Parallel Cut With Tron And Back

Parallel cut with tron and back terdiri dari dua metode

berdasarkan cara pemuatannya yaitu :

a. Single Stopping,dump truck kedua menunggu selagi backhoe

memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama

berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur. Saat dump

truck kedua di isi dump truck ketiga datang dan menunggu

untuk melakukanmanuver dan seterusnya.

b. Double Stopping,Dump truck memutar dan mundur ke salah

satu sisi backhoe selagi backhoe memuati dump truck pertama.

Begitu dump truck pertama berangkat, backhoe mengisi dump

truck kedua. Ketika dump truck kedua di isi dump truck ke tiga

datang dan seterusnya.

29
1. Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukan alat

gali muat dan alat angkut pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan

posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat yaitu :

a. Single back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada

satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut

pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat

maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati, sedangkan

truck ketiga menunngu dan begitu seterusnya.

b. Double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati

pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat

angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah

memposisikan diri di posisi lain sementara alat angkut kedua di isi alat

angkut ketiga datang dan memposisikan diri.

2. Pola Pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada

di atas atau di bawah jenjang.

a. Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan

menempatkan diri di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat

gali muat.

b. Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan

menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

3.6.3Bucket Fill Factor


Karakteristik ukuran material memiliki peranan penting dalam

menentukan proses pemuatan. Produksi dari alat muat sangat

30
dipengaruhi oleh material yang dimuatnya. Disini dikenal istilah

faktor pengisian buket yaitu perbandingan antara volume material

nyata yang dimuat buket dengan kapasitas munjung buket.

Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan

sebagai perbandingan volume nyata (Vn) dengan volume munjung

teoritis (Vt), seperti yang dinyatakan dalam persamaan (Anjar, 1997 :

3 – 2) :

Vn
BFF = x 100 % ............................................................... (3.5)
Vt

Keterangan :

BFF = Faktor Pengisian Mangkuk (%)

Vn = Volume Nyata atau kapasitas nyata mangkuk (m3)

Vt = Volume munjung teoritis mangkuk (m3)

Sedangkan berdasarkan teoritis bucket fill factor dapat

diperoleh dengan mengacu pada parameter kondisi penggalian,

yang terlihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1
Bucket Fill Factor Standar untuk berbagai Tipe Material

Kondisi Kondisi Menggali Bucket Fill


Factor

hkhkjgffff
Mudah Penggalian tanah liat alami, tanah liat atau tanah lunak 1.1 – 1.2
Rata – Rata Penggalian tanah alami seperti tanah berpasir dan kering 1.0 – 1.1
Agak Sulit Penggalian tanah alami, tanah berpasir dan kerikil 0.8 – 0.9
Sulit Pemuatan hasil peledakan 0.7 – 0.8
Sumber : Anonim, 2010 : 15A – 9

31
3.6.4 Lebar Jalan Angkut

Salah satu sasaran yang penting dalam kelangsungan operasi

penambangan terutama dalam pergerakan alat - alat mekanis berupa alat

muat dan alat angkut adalah kondisi jalan tambang yang digunakan. Jalan

tambang yang dimaksud disini adalah jalan yang menghubungkan antara

lokasi penggalian dan lokasi penimbunan.

Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang

kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.

Medan berat yang mungkin terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus

diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek

manfaat dan keseamatan kerja. (Suwandhi, 2004 : 1).

- Lebar Pada Jalan Lurus


Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau

lebih, menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus

ditambahkan dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan

kanan jalan.

Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan

masing – masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan

lurus dapat dirumuskan sebagai berikut (Suwandhi, 2004 : 2) :

Lmin = n.Wt + (n + 1) ( . Wt)...................................(3.6)

32
Keterangan :

L min = Lebar jalan angkut minimum

n = Jumlah Lajur

Wt = Lebar alat angkut

- Lebar Pada Jalan Tikungan

Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar

daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum

pada belokan didasarkan atas:

 Lebar jejak ban

 Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan

belakang pada saat membelok

 Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan

 Jarak dari kedua tepi jalan

Dengan menggunakan ilustrasi pada dapat dihitung lebar jalan

minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini (Suwandhi, 2004

: 3)

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ..................................................(3.7)
1
C=Z= (U + Fa + Fb)
2

Keterangan :

Wmin = Lebar jalan angkut minimum pada belokan, m

U = Lebar jejak roda (center to center tires), m

33
Fa = Lebar juntai (overhang) depan, m

Fb = Lebar juntai belakang, m

Z = Lebar bagian tepi jalan, m

C = Jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m

3.6.5 Perhitungan Pengembangan Material (Swell Factor)

Swell factor adalah faktor pengembangan volume satuan

material setelah digali pada tempatnya. Pengembangan volume suatu

material perlu diketahui karena yang diperhitungkan pada saat

penggalian selalu dalam keadaan “insitu” sedangkan material yang

dimuat kemudian diangkut selalu material yang telah mengembang

(loose).

Perhitungan faktor pengembangan adalah sebagai berikut :

Density insitu
SF = x 100% ..........................................................(3.8)
Density loose

3.7 Faktor Keserasian (Match Factor)

Keserasian kerja atau sinkronisasi adalah suatu penyesuaian kerja

yang berlainan jenis, tetapi alat tersebut bekerja dalam satu sistem kerja.

Untuk menghitung penyesuaian kerja antara alat angkut dan alat muat yang

berpotensi pada pembangunan batubara maupun pengupasan tanah penutup,

maka dapat menggunakan rumus match faktor (MF) adalah sebagai berikut:

Nilai keserasian kerja (match factor) dari rangkaian alat mekanis

dapat diketahui menggunakan persamaan berikut :

34
MF = Na x n x Ctm..........................................................(3.9)
Nm x Ct

Dimana :

Na = Jumlah alat angkut

N = Jumlah pemuatan penuh

Nm = Jumlah alat gali muat

Ctm = Waktu siklus pengisian penuh (menit)

Cta = Waktu siklus alat angkut (menit)

CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang besarnya adalah

jumlah pemuatan di kalikan dengan waktu edar alat gali muat(nxCtm).

Dalam menentukan sinkronisasi alat yang bekerja, maka

digunakan tiga kriteria harga match faktor, menurut sumber buku

partanto tahun 1981 “Pemindahan Tanah Mekanis” yaitu sebagai

berikut :

MF < 1, berarti faktor kerja alat muat kurang dari 100%, dan kerja

alat angkut sama dengan 100%. Jadi kemampuan alat muat

lebih besar daripada kemampuan alat angkutnya, sehingga

terjadi waktu tunggu bagi alat muat.

MF = 1, berarti faktor kerja alat muat dan alat angkut = 100%.

Kemampuan alatmuat dan alat angkut besarnya sama,

sehingga tidak terdapat waktu tunggu bagi alat muat dan alat

angkut.

35
MF >1 berarti faktor alat muat = 100% dan faktor kerja alat angkut

kurang dari 100%. Kemampuan alat angkut lebih besar

daripada alat muat, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat

angkut.

Dari kreteria harga match faktor, maka didapat hubungan

match faktor dengan efisiensi kerja.

3.8 Efisiensi Kerja (Job Efficiensy)

Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat


terhadap faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu afisiensi
kerja.

Efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu :

- Kemampuan operator memakai alat

- Pemilihan dan pemeliharaan alat

- Perencanaan dan pengaturan letak alat,

- Tofografi dan volume pekerjaan,

- Kondisi cuaca,

- Metode pelaksanaan alat.


Dalam kenyataannya penentuan besarnya efesiensi keja sulit

diukur, tetapi dengan dasar pengalaman dapat di tentukan efisiensi kerja

yang mendekati kenyataan. Untuk penentuan efisiensi teoritis dapat

ditentukan berdasarkan tabel efisiensi kerja seperti pada Tabel 3.2

36
Tabel 3.2
Tabel Efisiensi Kerja Untuk Berbagai Kondisi

Kondisi Pemeliharaan Mesin


Operasi Alat Baik Buruk Buruk
Baik Sedang
Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk Sekali 0,52 0,60 0,47 0,42 0,32

Sumber : Nurhakim, 2004

Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efesiensi alat

adalah dengan menghitung beberapa menit alat tersebut bekerja secara

efektif dalam satu jam, diformulasikan sebagai ( Nurhakim, 2004 : 5)

CT
E= x 100% ................................................................(3.10)
CT + WT

Keterangan :
E = Efesiensi Kerja (%)

CT = Cycle Time (menit)

WT = Waktu Tunda (menit)

37
BAB IV

HASIL KEGIATAN DI LAPANGAN

4.1 Deskripsi Data

Kegiatan pengambilan data dilakukan melalui pengamatan dilapangan

maupun melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan penilaian ini.

Pengambilan data dilakukan pada bulan November- Desember 2015

Dalam kegiatan penambangan pada PT. Semesta Centramas

menggunakan peralatan mekanis yang digunakan berupaalat gali muat

Komatsu 1250-0054 LC dan alat angkut Volvo FMX 370Cdengan melakukan

pengamatan seperti menghitung waktu siklus (cycle time), alat muat dan alat

angkut yang bertujuan untuk mengetahui produktivitas alat muat dan alat

angkut, serta untuk mengetahui match factor (keserasian kerja).

Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat

tersebut dalam penggunaannya. Faktor yang biasanya mempengaruhi alat

muat dan alat angkut seperti : waktu edar, efisiensi kerja, faktor pengisian,

dan metode pemuatan (menurut Partanto Prodjo sumarto, 1990).

4.2 Jenis Peralatan Yang Digunakan

Dalam produktivitas alat muat dan alat angkut pada pemindahan

overburden maka, kita perlu mengetahui jenis peralatan yang digunakan

untuk mengupas lapisan tanah penutup. Adapun peralatan yang digunakan

pada kegiatan diatas dapat dilihat pada Tabel 4.1

38
Tabel 4.1
Jenis Peralatan Alat Muat KomatsuPC 1250 LC dan Alat Angkut Volvo
FMX 370C

Jumlah
Unit Merk Tipe Kapasitas Keterangan
(Unit)

OB
Alat Muat KOMATSU PC1250 6,7 m3 1
Excavation

Alat OB
VOLVO C13 2.5 m3 4
Angkut Removal
Sumber : PT. Semesta Centramas

4.3 Kondisi Material

Material kondisi lapisan tanah penutup yang terdapat pada daerah

penelitian terdiri atas beberapa jenis lapisan tanah yaitu Top Soil, sub soil,

clay,laterite, dan sandstone.

4.4 Kondisi Tempat Kerja

Tinjauan terhadap kondisi tempat kerja bertujuan untuk mengetahui

apakah kondisi dilapangan sudah mendukung atau belum untuk kegiatan

produksi material Overburden.

a. Kondisi Loading Point

Pada area pengamatan, kondisi loading point. Luas area loading

point adalah 202.100 m3 untuk 1 tahun. Permukaan kerja alat muat dan

alat angkut cukup stabil meskipun masih bergelombang, apabila kondisi

setelah hujan, struktur tanah menjadi labil dan sangat bergelombang di

kerenakan material penyusun lapisan penutup bersifat plastis sehingga

terdapat genangan air dan membentuk lumpur adapun kondisi loading

39
point pada PT. SEMESTA CENTRAMAS dapat di lihat pada (gambar

4.1)

Gambar 4.1
Kondisi Front LoadingPT. SEMESTA CENTRAMAS

b. Kondisi Dumping Point

Untuk kondisi dumping point sudah relatif baik. Luas area

dumping point adalah 200.000 m3 untuk 1 tahun. Lebar jalan pada

dumping point adalah 20 m kondisi dumping point dapat dilihat pada

(gambar 4.2)

40
Gambar 4.2
Kondisi Dumping point PT. SEMESTA CENTRAMAS

4.5 Kondisi Jalan Angkut

4.5.1 Lebar Jalan Angkut


Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran

operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan

berat yang mungkin terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus diatasi

dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan

keselamatan.

a. Lebar pada jalan lurus

1
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑛. 𝑊𝑡 + (𝑛 + 1) ( . 𝑊𝑡)
2

Keterangan :
Lmin = Lebar jalan angkut minimum(meter)
n = Jumlah lajur
Wt = Lebar alat angkut (meter)

41
Sehingga diperoleh :
1
Lmin = 2.4 + (2+1) (2 . 2,175)

= 11,745 m

b. Lebar pada jalan tikungan

Wmin = n (U + Fa + Fb + Z) + C

1
C = Z = 2 (U + Fa + Fb)

Keterangan :

Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan ( meter)

U = lebar jejak roda (center to center tires) (meter)

Fa = lebar juntai (overhang) depan (meter)

Fb = lebar juntai belakang (meter)

Z = lebar bagian tepi jalan (meter)

C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance) (meter).

Sehingga diperoleh :

Wmin = 2 (2 + 0,5 + 0,5 + 2,5) + 2,5


= 13,5 m
1
C =Z= ( 2 + 0,5 + 0,5 )
2
1
C =Z= .3
2

= 2,3 m
a. Geometri Jalan Angkut

Jarak jalan angkut yang digunakan dalam pengangkutan material

lapisan tanah penutup dari pit ke disposal kurang lebih 1 km dalam satu

42
pit. Jalan angkut pada PT. SEMESTA CENTRAMAS merupakan jalan

angkut 2 jalur.

b. Grade

Kemiringan jalan angkut merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemampuan kerja alat angkut dalam kegiatan

pengangkutan material tanah penutup. Semakin besar kemiringan jalan

tersebut pada tanjakan, maka semakin besar pula tenaga yang diperlukan

alat angkut tersebut. Sebaliknya semakin besar kemiringan jalan pada jalan

menurun maka tenaga yang diperlukan semakin kecil grade jalan angkut.

4.6 Pengolahan Data

4.6.1. Perhitungan Faktor Pengembangan (Swell Factor)

Faktor pengembangan perlu diperhatikan karena akan

berpengaruh pada kapasitas alat muat dan alat angkut. Material yang

terdapat di alam adalah dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan

baik sehingga hanya sebagian yang terisi udara di antara butir-butirnya.

Tetapi apabila suatu material digali dari tempat aslinya atau

dalam keadaan insitu, maka akan terjadi penambahan volume (swell),

hal ini disebabkan oleh rongga-rongga butiran material ada terisi oleh

udara.

Perhitungan dapat menggunakan persamaan dibawah ini :

SF = density insitu x 100%


density loose

43
SF = 1,00x 100%
1,25

= 0.8 x 100%

SF = 80 %

4.6.2Perhitungan Faktor Pengisian Bucket (Bucket Fill Faktor)

Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan sebagai

perbandingan volume nyata (Vn) dengan volume teoritis (Vt), seperti

yang dinyatakan dalam persamaan :

BFF = Vn x 100%
Vt

Keterangan :

F = Faktor pengisian mangkuk (%)

Vn = Volume nyata atau kapasitas mangkuk (Bcm/jam)

Vt = Volume munjung teoritis mangkuk (Bcm/jam)

Sehingga diperoleh :

F = 5.7x 100%
6.7
F = 0.8 x 100 %
BFF = 80 %

4.7Perhitungan Waktu Siklus ( Cycle Time)

Waktu siklus suatu alat dapat didefinisikan sebagai waktu yang

diperlukan oleh suatu alat untuk bekerja (beroperasi) dalam satu kali putaran.

Waktu siklus untuk setiap alat tidak sama tergantung jenis alat dan jenis

44
material yang ditangani. Semakin kecil waktu siklus suatu alat maka

produksinya semakin tinggi.

4.7.1 Waktu siklus Komatsu PC 1250-0054 LC

Waktu siklus alat muat tergantung dari empat gerakan dasar,

yaitu :

1. Mengisi bucket (loading bucket)

2. Mengayun isi (swing loaded)

3. Menumpahkan beban (unloading)

4. Mengayun kosong (swing empty)

Empat gerakan dasar diatas akan menentukan lama waktu siklus,

tetapi waktu siklus juga tergantung dari ukuran alat muat itu sendiri.

Data tersebut dapat di lihat pada tabel 4.2. Waktu siklus alat muat

dapat dihitung dengan persamaan : (Susi Patana. 2008)

Ctm = Loading + Swing Load + Unload + Swing Empty

(Ctm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4)

Keterangan :
Ctm : total waktu siklus unit loading, (detik)

Tm1 : Waktu menggali dan pengisian bucket (detik)

Tm2 : Waktu Putar ( swing ) dengan muatan material (detik)

Tm3 : Waktu untuk menumpahkan muatan ke unit (detik)

Tm4 : Waktu putar ( swing) kosongan (detik)

45
Sehingga diperoleh :

Cycle time = 9.45 + 5.85 + 3.89 + 3.55

= 22.72 detik

= 0.38 menit

Tabel 4.2
Cycle Time rata-rata Alat Muat Komatsu PC 1250

Waktu (rata-rata)
Siklus Kegiatan
S
Digging Time 0.15
Swing Time 0.09
Dumping Time 0.06
Swing Empty 0.05
Cycle Time 0.38

Sumber : Pengambilan data, November 2015

4.7.2Waktu siklus Volvo


Terdiri dari lima bagian yaitu pengisian bak dump truck,

(loading), pengangkutan material (Hauling), penumpahan muatan

(dumping), kembali kosong (retrun empty), manuver kosong

(spotempty). Data tersebut dapat dilihat pada lampiran E dan rata-rata

waktu edar Volvo FMX 370 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu

menunggu alat untuk dimuat, waktu diisi muatan, waktu mengangkut

muatan, waktu tumpah, waktu kembali kosong. Persamaan waktu edar

alat angkut adalah sebagai berikut : (menurut Susi patana, 2008)

Waktu siklus dump truck dapat dihitung dengan persamaan:

46
Cta = Ambil posisi muatan+ Pengisian + Jalan bermuatan + Ambil

posisi dumping+ Dumping+Kembali kosong

(Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5+Ta6)

Keterangan :
Cta : Total waktu siklus unit hauling, (menit)
Ta1 : Waktu pengisian mauatan material, (menit)
Ta2 : Waktu mengangkut muatan material, (menit)
Ta3 : Waktu menumpahkan muatan (dumping), menit
Ta4 : Waktu kembali kosong, (menit)
Ta5 : Waktu untuk manuver mengatur posisi, (menit)
Sehingga diperoleh :
Cycle time = 0,21 + 1.72 + 2.93 + 0.24 + 0.25 + 2.14
= 7.5 menit

Tabel 4.3
Cycle Time rata-rata Alat Angkut Volvo FMX 370C

Waktu (rata-rata)
Siklus Kegiatan
M
Ambil posisi muatan 0.21
Pengisian 1.72
Jalan bermuatan 2.93
Ambil posisi saat dumping 0.24
Dumping 0.25
Kembali kosong 2.14
Cycle Time 7.5
Sumber : Pengambilan Data november 2015

47
4.8EfesiensiKerja

Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan

didalam upaya mendapatkan harga produksi alat persatuan waktu yang

akurat. Sebagian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu

orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian,

apabila ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah

kemalasan operator yang bersangkutan. Mungkin ada penyebab lain yang

tidak dapat dihindari, antara lain seperti faktor teknis, faktor mekanis dan

faktor kondisi alam.

Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat

adalah dengan menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif

dalam satu jam diformulasikan sebagai berikut :

- Efisiensi Kerja Alat Muat

𝐶𝑇𝑚
E = 𝐶𝑇𝑚+𝑊𝑇 𝑥 100%

E = Efisiensi kerja (%)


CTm = Cycle Time alat muat (detik)
WT = Waktu Tunda (detik)

48
Sehingga diperoleh :
22.72
E = 22.72+16,71 𝑥 100%

E = 0,57 x 100%

E = 57 %

- Efisiensi Kerja Alat Angkut

𝐶𝑇𝑚
E = 𝐶𝑇𝑚+𝑊𝑇 𝑥 100%

E = Efisiensi kerja (%)

CTm = Cycle Time alat angkut (menit)

WT = Waktu Tunda (menit)

Sehingga diperoleh :
450.000
E = 450.000+0.132 𝑥 100%

E = 0,98 x 100%

E = 98 %

4.8.1Perhitungan Produktivitas Alat Muat danAlatAngkut

Produktivitas alat muat dan alat angkut pada tambang

batubara ini dapat diketahui dari kemampuan alat muat dan angkut

berdasarkan data-data pendukung yang telah diperoleh sebelumnya.

Target produktivitas alat muat dan alat angkut adalah besarnya

produktivitas alat muat dan alat angkut adalah besarnya produktivitas

yang ditetapkan oleh perusahaan dengan mengacu pada kondisi aktual

49
di lapangan. Untuk perhitungan produktivitas alat muat dapat

menggunakan persamaan di bawah ini :

3600 x q x BFF x E xSF


E=
CT

Keterangan :

P = Produktivitas alat muat

q = Bucket Capacity (Bcm)

BFF = Bucket fill factor (%)

E = Efisiensi Kerja (%)

CT = Cycle time (d)

SF = Swell Factor (%)

Sehingga diperoleh :

E = 3600 x 6.7 x 80 % x 57 % x 80 %

22.72

P = 387,27Bcm/jam

Sedangkan produksi nyata alat muat dan angkut adalah

besarnya produksi yang dapat dicapai dalam kenyataan kerja alat

muat dan alat angkut berdasarkan kondisi yang dapat dicapai saat

ini.

Untuk perhitungan produktivitas alat angkut dapat

menggunakan persamaan dibawah ini :

50
P = 3600 xBC x n x E
CT

Keterangan :

-P = Produktivitasalat angkut

- BC = Bucket Capacity (Ton)

-n = Jumlah passing rata-rata

-E = Efisiensi Kerja (%)

- CT = Cycle Time (Detik)

Sehingga diperoleh :

P= 3600 x 6.7 x 4 x 98 %

450.000

=21.0112 Bcm/jam

4.8.2. Faktor Keserasian Kerja Alat ( Match Factor)

Keserasian kerja atau sinkronisasi adalah suatu

penyesuaian kerja yang berlainan jenis, tetapi alat tersebut bekerja

dalam satu sistem kerja. Untuk menghitung penyesuaian kerja

antara alat angkut dan alat muat yang berpotensi pada

pembangunan batubara maupun pengupasan tanah penutup, maka

dapat menggunakan rumus match faktor (MF) adalah sebagai

berikut:

51
Nilai keserasian kerja (Match Factor) dari rangkaian alat

mekanis dapat diketahui menggunakan persamaan sebagai berikut

MF = Na x CTm
Nm x Cta

Keterangan :

MF = Match factor atau faktor keserasian

Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja (unit)

Nm = Jumlah alat gali muat dalam kombinasi kerja (unit)

n = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut

Cta = Waktu edar alat angkut (menit)

Ctm = Waktu alat gali muat (menit)

CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang


Besarnya adalah jumlah pemuatan dikali
Denganwaktu edar alat gali muat (n xCtm).
Diketahui :
Na = 4 unit
Nm = 1 unit
n = 4 kali
Cta = 450.000 detik atau7.5 menit
Ctm = 22.72 detik atau 0.38 menit
MF = (4*0.38) / ( 1*7.5)
= 0.21

Sehingga diperoleh :

MF = Na x Ctm

Nm x Cta

52
MF = 1.52

7.5

= 0,21

Karena nilai MF <1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 %

sedangkan alat angkut bekerja 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu

bagi alat muat.

4.9 Target Produksi Overburden PT. Semesta Centramas

Target produksi merupakan tujuan akhir yang harus dicapai dalam

melakukan suatu kegiatan. Dalam kegiatan penambangan batubara, umumnya

target material lapisan penutup yang harus dibongkar di sesuaikan dengan

target batubara yang ingin di capai sesuai dengan angka nisbah pengupasan

(striping ratio) yang telah ditetapkan oleh Management. Adapun rincian

target produksi yang harus di capai olehPT. Semesta Centramasbulan

November 2015 sampai dengan Desember 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Target Produksi Overburden
OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET
(In Pit) (In Pit) (In Pit)

OB 115.654 144.060 77.301 87.206 37.832 25.637

Perhitungan Waktu Kerja Efektif Unit Perhari (2 shift)


We = Wt – ( Wtd + Whd)
Keterangan :
We = Waktu Kerja Efektif (menit)
Wt = Waktu Kerja yang Tersedia (menit)

53
Wtd = Waktu Hambatan Yang Tidak Dapat dihindari (menit)
Whd = Waktu Hambatan Yang Dapat dihindari (menit)
Diketahui :
Wt = 20 jam x 60
= 1200 menit
Wtd + Whd = 119 menit + 15 menit
= 134 menit
We = Wt - ( Wtd + Whd)
= 1200 – 134
= 1,066 menit
nm x CTa
WTm = CTm
na

= 1 x 39,83 - 2,4

= 39,83 - 2,4
7
= 5,69 – 2,4
= 3,29 ( menit) Waktu Tunggu Alat Muat.

54
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan berdasarkan perbandingan dari pengolahan

data di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Nilai faktor pengisian bucket (bucket fill factor) aktual sebesar 80 %


dan Nilai perhitungan pengembangan material (swell factor) sebesar 80 %
2. Hasil rata-rata cycle time aktual Komatsu PC1250-0054LCadalah 0.38

menit dan cycle time aktual Volvo FMX 370C sebesar 7.5 menit,

sedangkan untukrata-rata produktivitas aktualPC1250-0054LCsebesar

387.27 Bcm/jam dan produktivitas aktualFMX 370Csebesar 21.011

Bcm/jam.

3. Nilai faktor keserasian kerja alat (match factor) sebesar 0.21<1, artinya

alat muat bekerja kurang dari 100 % sedangkan alat angkut bekerja 100 %,

sehingga keserasian kerja tidak tercapai.

4. Nilai rata-rata efisiensi aktualPC1250-0054LCsebesar 57% dan untuk

efisiensi aktual FMX 370C sebesar 98%.

55
5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Perbaiki keadaan jalan tambang secara bersekala misalnya melakukan

penimbunan material dan pengerasan jalan, agar aktivitas pengangkutan

bisa berjalan dengan lancar dengan demikan bisa meningkatkan produksi

alat muat dan alat angkut.

2. Untuk meningkatkan kinerja terhadap waktu kerja maka pelu dilakukan

pengawasan yang optimal terhadap royalitas kerja,serta perlu adanya

kontrol dan pengawasan secara continue supaya target dalam bekerja bisa

tercapai secara maksimal.

3. Sebaiknya penggunaan alat mekanis sesuai dengan fungsinya dan perlu

adanya kesiapan dari tim mekanik untuk mengurangi waktu yang

terbuang akibat adanya kerusakan dari alat muat dan alat angkut yang

tidak terduga.

4. Melakukan perawatan secara berkala (P2H) serta meningkatkan

pemeriksaan alat sebelum bekerja agar alat tidak sering rusak pada saat

alat beroprasi.

56
57

Anda mungkin juga menyukai