BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
PENUTUP ............................................................................................................. 51
Kesimpulan ........................................................................................................ 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Namun bila kita lihat masyarakat secara umum, tidak sedikit dari
mereka yang tidak cukup paham tentang puasa. Padahal ibadah ini
merupakan salah satu ibadah krusial dalam islam. Oleh Karena itu, kita
sebagai muslim yang menyadari hal ini, memiliki tanggung jawab untuk
bisa menjawab problematika di masyarakat, seperti puasa,.
2
hari karena telah memahami waktu waktu puasa sunnah, maka mengatur
waktu untuk berpuasa menjadim lebih terkontrol.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Miftah Faridl, Puasa Ibadah Kaya Makna, Gema Insani, Jakarta, 2007, h. 13-15.
4
Puasa dalam islam merupakan ibadah yang unik, khas islam.
Meskipun namannya sama puasa orang islam tidak sama dengan kaum-
kaum yang lain. Adakah kaum yang lain juga ada aturan puasa?, jawabnya:
ada. Al-Qur,an sendiri yang menyatakan hal itu ketika membahas perintah
puasa ramadhan, allah berfirman:
Umat Nabi Musa a.s dan umat Nabi Isa a.s telah menerima
kewajiban puasa sebulan ramadhan. Namun mereka melakukan perbuahan.
Pendeta-pendeta di kalangan mereka menambah puasa 10 hari sehingga
menjadi 40 hari. Suatu ketika salah seorang pendeta jatuh sakit. Mereka lalu
bernadzar, “jika allah menyembuhkan dya kami akan menambah puasa 10
5
hari.” Sesudah ia sembuh mereka menepati nadzharnya menambah 10 hari
lagi, lalu dirasa lampau berat bagi mereka bila jatuh dimusim panas. Mereka
menderita karenannya, kemudian mereka pindahkan puasa itu ke musim
semi.
2
Muhammad Najib Sadjak, Terjemah-Terjamah Matan At-taqrib wa al-ghoyah,
Kampoeng Kyai, Jatirogo, 2013, h.85.
6
B. Kekayaan Hikmah Dalam Puasa
1. Ibadah puasa merupakan wujud rasa syukur kepada allah karena
merupakan ibadah yang di wajibkan.ibadah adalah sebuah nikmat yang
allah berikan kepada hamba-Nya agar mereka selalu berintersksi
kepada allah. andaikan puasa bukan sebuah ibadah, maka bisa jadi
perbuatan menahan lapar dan dahaga tersebut tidak begitu berarti.
2. Puasa adalah alat untuk mengetes ketaatan dan amanah seorang
muslim, sebab puasa adalah ibadah yang khusus dimana ia
mengetahuinnya hanya orang yang berpuasa dan allah semata.
Kalaupun saja berpura-pura puasa dengan menampakkan badan yang
lemas namun, yang tau hanya allah dan dirinnya.
3. Ibadah puasa dapat melepaskan diri manusia dari nafsu kebinatangan
sebab, binatang pekerjaannya hanya minum dan makan sja untuk
mempertahankan hidupnya. Jika manusia berpuasa, maka ia berarti
telah membersihkan jiwanya dari sifat kebinatangan dan mendekati
sifat malaikat.
4. Sesungguhnya para dokter menyatakan bahwa manusia akan mampu
makan dengan rakus dan tanpa batas karena, hal ini akan menjadikan
penyakit yang berbahaya bagi pencernaan.
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2009) ,hal.
5. Puasa alat melemahkan nafsu syahwat. Nafsu syahwat merupakan
salah stu kesamaan antara manusia dan hewan. Jika seseorang tidak
mampu menikah dan takut terjerumuskan ke lembah zina, maka
disarankan untuk berpuasa.
6. Jika manusia dalam keadaan puasa dia akan merasakan perasaan lapar,
sehingga membuahkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin yang
tidak mendapatkan makanan yang bisa menutupi lapar dan dahaga.3
3
Miftah Faridl, op.cit., h. 149-151.
7
C. Macam-Macam Puasa
1. Puasa terdiri dari puasa wajib dan puasa sunnah, Puasa wajib terdiri dari
tiga macam :
a. Wajib karena waktu, yaitu puasa ramadhan.
b. Wajib karena sebab, yaitu puasa kafarat dan qadha.
c. Puasa yang diwajibkan orang atas dirinya, yaitu puasa nazar 4
4
Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Azazy, Tamammul Minnah Shahih Fiqh Sunnah, Jilid
2, Pustaka As-Sunnah, Jakarta, 2010, h. 200.
5
Ibid., h. 264-274.
8
1. Puasa Wajib
ِّ ِ علَ ْي ُك ُم
َ ِالصيَا ُم َك َما ُكت
ب َ ب َ ِيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت
َعلَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون
َ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa” (Q.S Al-Baqarah 2:183)
9
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
maka hendaklah ia berpuasa..” (Q.S Al-Baqarah 2:185)
10
dan mengingkari (peribadahan) kepada selain-Nya,
menegakkan shalat membayar zakat, haji dan puasa
Ramadhan.” (HR. Muslim no.16)6
6
Zulkifli, Rambu-Rambu Fiqh Ibadah : Mengharmoniskan Hubungan Vertikal dan Horizontal,
Kalimedia, Yogyakarta, 2017, h. 103-104.
11
kemudian melakukan perjalanan. Sedangkan tiga imam lain
berpendapat tidak boleh membatalkan puasa.
12
b. Hukum Puasa Kafarat dan Qadha
13
dimerdekakan?” Dia menjawab, “Tidak!” Lalu Nabi saw berkata
lagi, “Mampukah kamu berpuasa dua bulan berturut-turut ?” Dia
menjawab “Tidak !” Lalu Nabi bertanya lagi: “Mampukah kamu
memberi makan enam puluh orang miskin ?’’ Dia menjawab,
“Tidak” Lalu rosulullah diam sebentar. Dalam keadaan seperti ini,
Nabi diberi satu ‘irq berisi kurma, Al-Irq adalah alat takaran (maka)
Beliau berkata: “Mana orang yang tadi? Dia menjawab, “Saya
orangnya.” Beliau berkata lagi: “Ambillah ini dan bersedekahlah
dengannya!” Kemudian orang tersebut berkata: “Apakah kepada
orang yang lebih fakir dariku, wahai Rasulullah? Demi Alloh, tidak
ada di dua ujung kota Madinah satu keluarga yang lebih fakir
dariku”. Maka Rasulullah tertawa sampai tampak gigi
taringnya,kemudian (Beliau Rosulullah) berkata: “Berilah makan
keluarga.(HR. Al-Bukhari 1936,1937,2600,5368,6087.)
14
c) Seseorang yang memiliki rukhshah untuk berbuka apabila ia
berjima’, seperti halnya seorang musafir atau orang yang sakit,
maka tidak ada dosa baginya dan tidak melazimkan kffarat, karena
ia dibolehkan berbuka, dengan syarat tidak merusak puasa istrinya
(pasangannya) apabila ia berpuasa. Namun hal itu boleh apabila
istrinya juga memiliki rukhshah untuk berbuka atau ia telah bersih
dari haidlnya pada pertengahan hari.
d) Wajib bagi wanita untuk membayar kaffarat juga apabila ia
menyetujui suaminya berjima’, dan ini adalah pendapat jumhur,
dan inilah yang palong rajih, karena wanita memiliki kesamaan
dengan laki-laki dalam hukum, melainkan bila ada dalil yang
mengkhususkan kepada salah satu dari keduanya, hal tersebut
berdasarkan hadits yang shahih, “Para wanita adalah belahan laki-
laki.”
e) Para ulama’ berbeda pendapat tentang kadar memberi makanan.
”Imam” Malik, Asy-Syafi’I, dan Ahmad berpendapat bahwa
pemmberian makanan kepada orang miskin adalah satu mud
makanan pokok, sementara al-Hanafiyyah berpendapat
bahwasanya tidak sah melainkan 2 mud. Pendapat pertama lebih
rajih karena disebutkan dalam sebagian riwayat hadits bahwa satu
‘araq (keranjang) berisi lima belas sha’ dan telah dimaklumi bahwa
satu sha’ adalah empat mud, sehingga bagian masing-masing orang
miskin adalah seperempat sha’ yakni satu mud.
f) Apabila kesulitan sehingga tidak mampu membayar kaffarat, maka
tetap menjadi tanggungjawabnya hingga pada saat ia memiliki
kemudahan menunaikannya, dan inilah yang dirajihkan oleh Ibnu
Daqiqil ‘liq, dan inilah madzab Malik dan Abu Hanifa
rahimahullah.7
7
Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Azazy, op.cit., h. 222-224.
15
2.) Puasa Qadha’
16
Beberapa masalah yang berkaitan dengan puasa qadha’ :
8
Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Azazy, op.cit., h. 250.
17
melakukannya berturut-turut.9
9
Abu Dawud hal, Masa’il al-Imam Ahmad. h. 95.
18
mengundurkannya karena ada udzur atau pun tidak.”(Fatul Bari
4/191)
19
maka dia cukup mengqodho’ puasa tersebut disertai dengan taubat.
Pendapat ini adalah pendapat Abu Hanifah dan Ibnu Hazm.
20
Namun apabila dia menunda qodho’nya karena ada udzur
seperti sakit atau bersafar, atau pada wanita karena hamil atau
menyusui dan sulit untuk berpuasa, maka tidak ada kewajiban bagi
mereka selain mengqodho’ puasanya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz,
no. 15 hal. 347.) 10
10
Muhammad Abduh Tausikal,”Permasalahan Qodha Puasa Ramadhan.”, diakses dari
https://muslim.or.id/1362-permasalahan-qodho-puasa-ramadhan.html, pada tanggal 27 September
20117, pukul 13.03.
21
Artinya : “Dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-
nazar mereka.” (QS. Al-Hajj : 29)
ِّ َو َما أَنفَ ْقتُم ِ ِّمن نَّفَقَ ٍة أ َ ْو نَذَ ْرتُم ِ ِّمن نَّ ْذ ٍر فَإِ َّن
اّللَ يَ ْعلَ ُمهُ َو َما
ار
ٍ ص َّ ِل
َ لظا ِل ِمينَ ِم ْن أَن
Artinya : “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang
kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. orang-
orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya.”
(QS. Al-Baqoroh : 270)
22
pendapatmu?” beliau saw bersabda,”Pergilah (ke sana) dan
beritikaflah sehari.” (HR. Muslim)
2. Puasa Sunnah
a. Puasa Sya’ban
23
manusia antara Rajab dan Ramadhan, padahal ia adalah bulan
dimana amal-amal akan diangkat padanya menuju Rabbul ‘Alamin,
Aku suka diangkat amalku dalam keadaan aku berpuasa.“(HR. An-
Nasa’i : 2074)
ُ َان فَالَ ت
صو ُموا ُ ش ْع َب
َ ف َ َِإذَا ا ْنت
َ ص
“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR.
Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337)
ُ ض
ان َ ص ْو َم َحتَّى َي ِجى َء َر َم
َ َش ْع َبانَ فَال
َ ف ِم ْن ْ ِِّإذَا َكانَ ال ِن
ُ ص
“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka tidak ada puasa sampai
dating Ramadhan.” (HR. Ibnu Majah no. 1651)
Keterangan :
24
puasa apabila masuk mpertengahan bulan Sya’ban dengan larangan
mutlak.
11
Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Azazy, op.cit., h. 265.
25
Dari Tsauban bekas budak Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW,
beliau bersabda, “Barangsiapa puasa enam hari sesudah Hari Raya
‘Iedul Fithri, adalah (serupa) sempurna setahun, (karena) barangsiapa
mengerjakan kebaikan, maka ia mendapat pahala sepuluh kali ganda”.
(HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 547)
Keterangan :
a. Nabi SAW menggembirakan ummatnya agar suka berpuasa enam
hari di bulan Syawwal, dengan menyatakan bahwa orang yang berpuasa
satu bulan dibulan Ramadlan kemudian berpuasa enam hari di bulan
Syawwal, maka pahalanya semisal dengan puasa setahun.
Pengertiannya demikian :
Puasa Ramadlan (yang biasanya 30 hari) pahalanya senilai berpuasa 300
hari, karena tiap-tiap satu hari mendapat pahala 10 kali lipat. Dan 6 hari
di bulan Syawwal senilai dengan puasa 60 hari, sehingga semuanya
berjumlah 360 hari atau sama dengan 1 tahun.
26
b. Enam hari dalam bulan Syawwal itu tidak mesti harus berturut-
turut yang dimulai dari tanggal 2 (tepat sehabis hari raya) sebagaimana
yang biasa dikerjakan oleh ummat Islam pada umumnya. Karena tidak
ada penjelasan yang tegas dari agama atau keterangan yang sharih
(terang) dan shahih (kuat) dari agama. Dan kita tidak boleh membuat
ketentuan sendiri dalam masalah ‘ibadah. Jadi, boleh dan tetap
dipandang sempurna oleh syara’ bila kita mengerjakan berselang-seling
maupun berturut-turut yang tidak dimulai tanggal 2 Syawwal (tepat
sehabis hari raya), yang penting masih dalam bulan Syawwal. Kalaupun
hendak mengerjakan tepat sehabis hari raya dengan berturut-turutpun
tidak mengapa, asal tidak dengan keyakinan bahwa itulah cara yang
paling sah yang dituntunkan oleh syara’.
27
c. Puasa Muharram
Puasa Muharram adalah puasa di bulan Muharram.
d. Puasa ‘Arafah
Disunnahkan puasa hari arafah selain Jama’ah Haji.
َع ْن ا َ ِبى قَتَادَة َ قَا َل: هللا صِ س ْو ُل ُ قَا َل َر: ص ْو ُم يَ ْو ِم
َ
ًاضيَةً َو ُم ْست َ ْقبَلَة َ َع َرفَةَ يُ َكفِّ ُر. الجماعة اال
ِ سنَتَي ِْن َم
البخارى و الترمذى
28
dosa dua tahun, yaitu setahun yang lampau dan setahun yang akan
datang”. (HR. Jama’ah kecuali Bukhari dan Tirmidzi)
29
ٍ ع َرفَةَ ِبعَ َرفَا
ت َ ص ْو ِم يَ ْو ِم
َ . احمد و ابن ماجه
e. Puasa Asyura’
Puasa Asyura, adalah puasa pada hari ‘Asyura, yaitu tanggal 10
Muharram.
Berikut dasar haditsnya :
30
pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.”( HR. Al-
Bukhari 4/244, 6/429, 7/274)
َسنَة
َّ ورا َء فَقَا َل يُ َك ِفِّ ُر ال
َ شُ عا َ ع ْن
َ ص ْو ِم يَ ْو ِم َ س ِئ َل
ُ َو
ِ ْال َم
َاضيَة
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari
Asyura, maka beliau menjawab : “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa
kecil) pada tahun kemarin”( HR. Muslim 2/818-819,HR. Abu Daud 2425)
31
Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang Al-Urf asy-
Syadzi:
32
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura
dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata:”Ya Rasulullah,
sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita
akan berpuasa pada tanggal 9.”, tetapi sebelum datang tahun depan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.”(HR. Muslim
2/796)
12
Aris Munandar bin S.Ahmadi,” Hari Asyura 10 Muharram Antara Sunnah Dan Bid’ah”, diakses
dari : https://almanhaj.or.id/2034-hari-asyura-10-muharram-antara-sunnah-dan-bidah.html, pada
04 Oktober 2017, pukul 12.57.
33
f. Puasa Pada Hari-Hari Putih
Hari-hari putih adalah tiga hari tanggal tiga belas, empat belas, lima
belas, yakni hari-hari dimana rembulan berada dalam keadaan bulan
purnama, dinamakan juga dengan hari-hari bercahaya.
35
Telah berkata ‘Aisyah, “Bahwasanya Nabi SAW biasa
mementingkan puasa Senin dan Kamis”. (HR. Khamsah kecuali
Abu Dawud)
ي ص قَا َل َّ ِ َع ْن اَبِى ُه َري َْرة َ رض ا َ َّن النَّب: ض اْالَ ْع َما ُل ُ ت ُ ْع َر
ُك َّل اثْنَي ٍْن َو خ َِمي ٍْس. صائِ ٌم
َ ض َع َم ِلى َو اَنَا
َ ب ا َ ْن يُ ْع َرُّ فَا ُ ِح.
احمد و الترمذى
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda,
“Amal-amal ditampakkan (dilaporkan) setiap hari Senin dan Kamis.
Maka aku senang manakala amalku ditampakkan sedang aku
berpuasa”. [HR Ahmad dan Tirmidzi]
َ سئِ َل َع ْن
ص ْو ِم َّ َع ْن ا َ ِبى قَتَادَة َ رض ا َ َّن النَّ ِب
ُ يص
يَ ْو ِم اْ ِالثْنَي ِْن فَقَا َل: ذ ِل َك يَ ْو ٌم ُو ِلدْتُ فِ ْي ِه َو ا ُ ْن ِز َل
َّ َعل
ي ِف ْي ِه َ . احمد و البخارى و مسلم
Dari Abu Qatadah RA bahwasanya Nabi SAW ditanya tentang
berpuasa di hari Senin. Maka beliau bersabda, “Hari Senin adalah hari
kelahiranku dan hari diturunkannya wahyu kepadaku”. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim]
36
h. Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang paling utama diantara puasa sunnah
yang lain. Yaitu berpuasa secara bergantian hari. Sehari berpuasa,
sehari tidak, begitu seterusnya.
37
صيَ ِام ِ سنَةَ ِبعَ ْش ِر ا َ ْمثَا ِل َها َو ذ ِل َك ِمثْ ُل
َ ثَالَثَةَ اَي ٍَّام فَا َِّن اْل َح
َ قُ ْلتُ فَ ِانِّى ا ُ ِطي ُْق ا َ ْف. قَا َل: ص ْم
الدَّ ْه ِر. قَا َل: ض َل ِم ْن ذ ِل َك ُ
يَ ْو ًما َو ا َ ْف ِط ْر َي ْو َمي ِْن. قَا َل: ض َل ِم ْن ُ قُ ْلتُ فَ ِانِّى ا ُ ِط
َ يق اَ ْف
ِسو َل هللا ُ ذ ِل َك يَا َر. قَا َل: ص ْم يَ ْو ًما َو اَ ْف ِط ْر يَ ْو ًما َو ذ ِل َك
ُ
ِّ سالَ ُم َو ُه َو اَ ْعدَ ُل ال
صيَ ِام ِ ُقَا َل قُ ْلت
َّ صيَا ُم دَ ُاودَ َعلَ ْي ِه ال.
ض َل ِم ْن ذ ِل َك َ فَ ِانِّى ا ُ ِطي ُْق اَ ْف. س ْو ُل هللاِ ص ُ قَا َل َر: َال
ض َل ِم ْن ذ ِل َكَ اَ ْف. ع ْم ٍرو رض َ قَا َل: ََالَ ْن اَ ُك ْون
َ ع ْبدُ هللاِ ب ُْن
ي ِم ْنَّ َب اِل
ُّ س ْو ُل هللاِ ص ا َ َح َ قَ ِب ْلتُ الثَّالَثَةَ اْالَي
ُ َّام الَّتِ ْي قَا َل َر
اَ ْه ِل ْي َو َما ِل ْي
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, ia berkata : Rasulullah
SAW diberitahu bahwasanya ia mengatakan, “Sungguh aku akan shalat
malam terus-menerus dan aku akan puasa di siang harinya selama aku
hidup”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kamu orang yang
mengatakan demikian itu ?”. Lalu aku jawab, “Sungguh aku telah
mengatakannya, ya Rasulullah”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya kamu tidak akan kuat yang demikian itu, maka
berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan shalat malamlah, dan
berpuasalah tiga hari setiap bulan. Karena kebaikan itu dibalas dengan
sepuluh kali lipat. Maka yang demikian itu seperti berpuasa sepanjang
masa”. ‘Abdullah bin ‘Amr berkata : Lalu aku berkata, “Sesungguhnya
aku kuat lebih dari itu”. Beliau SAW bersabda, “Berpuasalah satu hari
38
dan berbukalah dua hari”. ‘Abdullah bin ‘Amr berkata : Lalu aku
berkata lagi, “Sesungguhnya aku kuat lebih dari itu, ya Rasulullah”.
Beliau SAW bersabda, “Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari,
yang demikian itu puasanya Nabi Dawud AS, dan itulah puasa yang
lebih adil”. ‘Abdullah bin ‘Amr berkata : Lalu aku berkata lagi,
“Sesungguhnya aku kuat lebih dari itu”. Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada yang lebih dari itu”. ‘Abdullah bin ‘Amr RA berkata,
“Sungguh aku menerima (puasa) tiga hari yang telah disabdakan
Rasulullah SAW itu lebih aku sukai daripada keluargaku dan hartaku”.
(HR. Muslim juz 2, hal. 812)
« َّ ب ِإلَى
ِاّلل َّ َما ِم ْن أَي ٍَّام ْالعَ َم ُل ال
ُّ صا ِل ُح فِي َها أَ َح
قَالُوا يَا.َّام ْالعَ ْش ِر
َ يَ ْع ِنى أَي.» ِم ْن َه ِذ ِه األَي َِّام
« اّللِ قَا َل َ اّللِ َوالَ ْال ِج َهادُ فِى
َّ س ِبي ِل َّ سو َل
ُ َر
اّللِ ِإالَّ َر ُج ٌل خ ََر َج
َّ س ِبي ِل َ َوالَ ْال ِج َهادُ فِى
ْ » ِبنَ ْف ِس ِه َو َما ِل ِه فَلَ ْم يَ ْر ِج ْع ِم ْن ذَ ِل َك ِبش.
ٍَىء
39
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah
melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10
hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak
pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang
berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang
kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757,
Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih
sesuai syarat Bukhari-Muslim)
صو ُم ِت ْس َع ذِى ْال ِح َّج ِة ُ َ ي-صلى هللا عليه وسلم- اّلل ِ َّ سو ُلُ َكانَ َر
ش ْه ِرَّ ش ْه ٍر أ َ َّو َل اثْنَي ِْن ِمنَ ال
َ ورا َء َوثَالَثَةَ أَي ٍَّام ِم ْن ُك ِِّل َ شُ َويَ ْو َم َعا
َ َو ْالخ َِم
.يس
40
صا ِئ ًما ِفى
َ -صلى هللا عليه وسلم- ِاّلل ُ َما َرأَيْتُ َر
َّ سو َل
ُّ َْالعَ ْش ِر ق
ط
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali.”
(HR. Muslim no. 1176).
Mengenai riwayat di atas, para ulama memiliki beberapa penjelasan.
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam meninggalkan puasa ketika itu –padahal beliau
suka melakukannya- karena khawatir umatnya menganggap puasa
tersebut wajib. (Fathul Bari, 3: 390, Mawqi’ Al Islam)
Inti dari penjelasan ini, boleh berpuasa penuh selama
sembilan hari bulan Dzulhijah (dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah)
atau berpuasa pada sebagian harinya saja. Bisa diniatkan dengan
puasa Daud atau bebas pada hari yang mana saja, namun jangan
sampai ditinggalkan puasa Arafah. Karena puasa Arafah akan
menghapuskan dosa selama dua tahun.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
سنَةَ الَّتِى
َّ اّللِ أ َ ْن يُ َك ِفِّ َر ال
َّ علَىَ ِب ُ ع َرفَةَ أ َ ْحتَس
َ صيَا ُم يَ ْو ِم
ِ
ُ ورا َء أَ ْحتَس
ِب َ ش ُ عا َ صيَا ُم يَ ْو ِمِ سنَةَ الَّ ِتى بَ ْعدَهُ َو
َّ قَ ْبلَهُ َوال
ُسنَةَ الَّتِى قَ ْبلَه
َّ اّللِ أَ ْن يُ َك ِفِّ َر ال
َّ علَى
َ
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu
dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan
menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
41
D. Waktu Masuknya Puasa
Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu hisab dan rukyat. Kemajuan
teknologi belakangan memudahkan proses hisab dan rukyat tersebut.
Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan teknologi semacam planetarium
atau teleskop atau secara khusus ilmu falaq yang berkembang di dunia
islam, semuanya mendukung validitas penetapan waktu puasa.
Rukyat adalah suatu cara untuk menetapkan awal-awal bulan
Ramadhan dengan cara melihat bulan sabit dan bila udara mendung atau
cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya
menggunakan istikmal, yaitu menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30
hari. Di Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa ramadhan
telah dikoordinasi dengan Departemen Agama.
Hisab adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan
dengan cara menggunakan perhitungan secara astronomi, sehingga dapat
ditentukan secara eksak letak bulan. Seperti cara rukyat yang telah
dikoordinasi pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di Indonesia
penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun
memang telah diambil kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah. 13
Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdlatul (NU),
Muhammadiyah, PERSIS, Jami’at al-Khair dan sebagainya berfungsi
sebagai pemberi masukan hasil rukyat dan hisabnya dalam rangka
pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan.
13
Zulkifli, op.cit., h. 108-109.
42
1. Metode Pertama, Melihat Hilal Bulan Ramadhan
فَإِ ْن، َو ِإذَا َرأ َ ْيت ُ ُموهُ فَأ َ ْف ِط ُروا،صو ُمواُ َِإذَا َرأ َ ْيت ُ ُم ْال ِه َال َل ف
ُعلَ ْي ُك ْم فَا ْقد ُِروا لَه ُ
َ غ َّم
“Jika kalian melihat hilal (bulan Ramadhan), maka berpuasalah.
Jika kalian melihat hilal (bulan Syawwal), maka berbukalah (berhari
rayalah). Jika hilal tidak terlihat, maka genapkanlah (bulan Sya’ban
menjadi tiga puluh hari)” [HR. Bukhari (1900) dan Muslim (8/1080)]
ُ َو َال ت ُ ْف ِط ُروا َحتَّى ت َ َر ْوه،صو ُموا َحتَّى تَ َر ْوا ْال ِه َال َل
ُ َ َال ت
“Janganlah kalian berpuasa sampai melihat hilal (bulan
Ramadhan). Dan jangan berbuka (berhari raya) sampai melihat hilal
(bulan Syawwal).”[ HR. Bukhari (1906) dan Muslim (3/1080)]
43
َ ِإ َّن هللاَ َجعَ َل َه ِذ ِه ْاأل َ ِهلَّةَ َم َوا ِق
ُ فَإِذَا َرأَ ْيت ُ ُموه،يت
َو ِإذَا َرأَ ْيت ُ ُموهُ فَأ َ ْف ِط ُروا،صو ُمواُ َف
“Sesungguhnya Allah menjadikan hilal ini sebagai tanda-tanda
waktu. Jika kalian melihatnya (hilal bulan Ramadhan), maka berpuasalah.
Jika kalian melihatnya (hilal bulan Syawwal), maka berbukalah (berhari
rayalah).”[ HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (8/397 nomor
8237).]
44
diketahuilah waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
Hal ini adalah rahmat Allah Ta’ala dan kemudahan bagi umat
manusia, ketika mengaitkan wajibnya puasa Ramadhan dengan suatu
perkara yang jelas dan tanda yang nyata, yang bisa dilihat dengan
penglihatan mereka. Dan tidaklah disyaratkan bahwa hilal tersebut harus
dilihat oleh semua manusia. Jika sebagian mereka telah melihatnya,
meskipun hanya satu orang, maka wajib bagi semua manusia untuk
berpuasa.
45
ُ أَت َ ْش َهدُ أَ َّن ُم َح َّمدًا َر
ِ َّ سو ُل
اّلل؟
‘Apakah Engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah?’
ُ َاس أ َ ْن ي
َ صو ُموا
غدًا ِ َّيَا ِب َال ُل أَذِّ ِْن فِي الن
‘Wahai Bilal, umumkanlah kepada kaum muslimin untuk berpuasa
besok hari.’”[ HR. Abu Dawud (2340 dan 2341)]
46
2. Menggenapkan Bulan Sya’ban Menjadi Tiga Puluh Hari
47
َ صى أَبَا ْالقَا ِس ِم
ُصلَّى هللا َ فَقَ ْد،ام َهذَا ْاليَ ْو َم
َ ع َ صَ َم ْن
سلَّ َمَ علَ ْي ِه َو
َ
“Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan, maka
sungguh dia telah durhaka kepada Abul Qasim (yaitu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam).” [HR. Abu Dawud (2334); At-
Tirmidzi (686); An-Nasa’i (2190); dan Ibnu Majah (1645)]
48
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, ”Aku
melihat manusia dalam bulan Ramadhan dan juga bulan lainnya, di
antara mereka ada yang mendengarkan perkataan sebagian ahli
hisab yang bodoh, bahwa hilal telah atau belum terlihat. Mereka
mengikuti perkataan tersebut baik dalam batin mereka atau batin
dan lahir mereka. Sampai-sampai datang berita kepadaku bahwa
sebagian qadhi (hakim) ada yang menolak persaksian sejumlah
orang shalih karena perkataan ahli hisab yang bodoh dan pendusta
bahwa hilal telah atau belum terlihat. Maka mereka termasuk orang
yang mendustakan kebenaran …” sampai perkataan Syaikhul
Islam, “Maka kita telah mengetahui dengan pasti dari agama
Islam bahwa menentukan hilal Ramadhan, haji, ‘iddah, atau
ilaa’ (dari hukum-hukum yang dikaitkan dengan hilal)
berdasarkan perkataan ahli hisab (bahwa hilal telah atau
belum terlihat) maka hal ini tidak diperbolehkan. Dalil-dalil
tegas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal ini
sangatlah banyak. Kaum muslimin telah bersepakat dengan hal
ini, dan tidak diketahui sama sekali adanya perselisihan di
antara mereka, baik generasi terdahulu atau pun generasi
belakangan.” (Majmu’ Fatawa (25/131, 132)
49
“Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan” (QS. Al Hajj [22]: 78).
14
Muhammad Saifuddin Hakim, “Metode Menentukan Masuknya bulan Ramadhan”, diakses dari
: https://muslim.or.id/25722-metode-menentukan-masuknya-bulan-ramadhan.html, pada
tanggal 04 Oktober 2017, pukul 13.57.
50
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba Allah
yang bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani,
puasa sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah.
Puasa wajib adalah puasa wajib dikerjakan yang dilaksanakan mendapat pahala
dan tidak dikerjakan mendapat dosa. Puasa Sunnah adalah puasa yang boleh
dikerjakan ataupun tidak. Puasa wajib meliputi puasa ramadhan, puasa kafarat, dan
puasa nadzar. Sedangkan puasa sunah meliputi Puasa Sya’ban, Puasa Enam Hari di
Bulan Syawal, Puasa Muharram, Puasa ‘Arafah, Puasa‘Asyura, Puasa pada Hari
Putih, Puasa Hari Senin Kamis, Puasa Daud (Puasa sehari lalu tidak puasa sehari
secara menerus) dan Puasa 10 Hari di Bulan Dzulhijjah.
Ternyata tidak sedikit aturan aturan khusus dalam berpuasa, terlebih lagi dalam
puasa sunnah. Perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang hukum dan
aturan berpuasa, bahkan waktu masuknya puasa merupakan hal yang harus kita
sikapi dengan bijaksana, meskipun terdapat beberapa perbedaan pendapat di antara
mereka semua itu tidak lain mereka lakukan dalam tujuan mulia yamng sama, untuk
menjelaskan kepada umat apalagi yang awam dan memudahkan kita dalam
memahami agama islam.
51
DAFTAR PUSTAKA
Adil bin Yusuf Azazy, Syaikh Abu Abdurrahman. 2010. Tamammul Minnah
Shahih Fiqh Sunnah, Jilid 2. Jakarta: Pustaka As-Sunnah.
Faridl, Miftah. 2007. Puasa Ibadah Kaya Makna. Jakarta: Gema Insani.
Munandar bin S.Ahmadi, Aris. 2017. Hari Asyura 10 Muharram Antara Sunnah
Dan Bid’ah. Diakses dari : https://almanhaj.or.id/2034-hari-asyura-10-muharram-
antara-sunnah-danbidah.html. (04 Oktober 2017, pukul 12.57.)
52
Hakim , Muhammad Saifuddin. 2017. Metode Menentukan Masuknya bulan
Ramadhan. Diakses dari : https://muslim.or.id/25722-metode-menentukan-
masuknya-bulanramadhan.html. (04 Oktober 2017, pukul 13.57.)
53