Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Pulau Bali dikenal sebagai pulau seribu pura, karna di Bali mayoritasnya
agama hindu itu di Bali terkenal akan daerah pariwisatanya misal daerah di
kuta banyak wisatawan asing jauh dari luar negri untuk melihat pantai kuta
yang sangat indah, dan masih banyak lagi pemandangan dan fanorama Pulau
Bali.

Di Bali juga dikenal banyak memiliki pengrajin seperti di daerah Sukawati


disana banyak terdapat kios-kios yg menjual patung dan lukisan. Bali juga
banyak memiliki tarian contohnya tari oleg tamulilingan, cendrawasih, legong,
tani, nelayan,jaran teji, belibis, puspan jali, kecak, janger, dan masih banyak
lagi.

Di sini saya akan menjelaskan Tari Oleg Tamulilingan dapat diuraikan Oleg
dapat berarti gerakan yang lemah gemulai, sedangkan tambulilingan berarti
kumbang pengisap madu bunga. Tari Oleg Tambulilingan melukiskan gerak-
gerik seekor kumbang, yang sedang bermain-main dan bermesra-mesraan
dengan sekuntum bunga di sebuah taman. Tarian ini sangat indah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian terdahulu permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimana sejarah tari oleg tamulilingan ?


2. Bagaimana perkembangan tari oleg tamulilingan ?
3. Apakah fungsi dari tari oleg tamulilingan ?
4. Bagaimana ragam gerak dari tari oleg tamulilingan ?
5. Bagaimana kostum dari tari oleg tamulilingan ?
6. Bagaimana musik iringan tai oleg tamulilingan ?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari paper ini adalah sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui bagaimana tari oleg tamulilingan
2. Mengetahui sejarahnya dari tari oleg tamulilingan
3. Untuk mengetahui fungsinya
4. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan tai oleg tamulilingan
5. Dan masih banyak lagi manfaatnya
6. Untuk manambah wawasan pembaca tentang tari oleg tamuliligan.
1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan paper ini sebagai berikut.

1. Metode Wawancara
2. Metode Observasi
3. Metode Pustaka
2

BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tari

Tari Oleg Tamulilingan diciptakan oleh seniman besar tari Bali yaitu I Mario.
Oleg dapat berarti gerakan yang lemah gemulai, sedangkan tamulilingan
berarti kumbang pengisap madu bunga. Tari Oleg Tamulilingan melukiskan
gerak-gerik seekor kumbang, yang sedang bermain-main dan bermesra-
mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah taman. Tarian ini sangat indah.
Tari Oleg Tamulilingan merupakan karya cipta seniman besar I Ketut Marya
alias I Mario yang paling populer di antara sejumlah ciptaannya. Tarian ini
digarap tahun 1952 atas permintaan John Coast, budayawan asal Inggris
yang sangat terkesan dengan kesenian Bali, untuk dipromosikan ke Eropa
dan Amerika Serikat.
Tari ini merupakan tari berpasangan ditarikan oleh seorang panari wanita dan
seorang penari laki-laki. Gerakan-gerakan Tari Oleg Tamulilingan
menggambarkan keluwesan seorang penari wanita, dan kegagahan penari
laki-laki. Kedua penari menampilkan gerakan-gerakan bermesraan dengan
penuh dinamika.

Bernama John Coast (1916-1989), kelahiran Kent, Inggris, sangat terkesan


dengan kebudayaan Bali. Sebelum berkiprah di Bali, ketika perang dunia
kedua meletus, Coast masuk wajib militer dan sebagai perwira, sampai
sempat bertugas di Singapura. Ketika Singapura keburu dikuasai Jepang,
Coast yang berstatus tawanan lalu dikirim ke Thailand. Namun begitu, Coast
memang berbakat seni. Ia ternyata melahirkan tulisan “Railroad of Death”
pada 1946 yang kemudian mencapai best seller dalam waktu singkat. Hal itu
mendorong semangatnya lagi untuk menulis buku “Return to the River Kwai”
pada 1969. Di sela itu, Coast sempat berkolaborasi dengan seniman musik
dan tari dari berbagai latar budaya, hingga menggelar pertunjukan konser
pasca-perang.

Setelah merasa aman, pada 1950 Coast meninggalkan Bangkok menuju


Jakarta karena terdorong untuk mengabdi kepada perjuangan Indonesia.
Dalam waktu singkat, ia mendapat kepercayaan dari Bung Karno untuk
memegang jabatan sebagai atase penerangan Indonesia. Selama di
Indonesia, Coast menikah dengan Supianti, putri Bupati Pasuruan. Ketika
menetap di Bali, ia tinggal di kawasan Kaliungu, Denpasar.

Cinta Coast pada seni budaya Bali mulai tumbuh saat tersentuh tradisi dan
kehidupan masyarakat. Kesenian ternyata amat memikat hati dan obsesinya
untuk mengorganisir sebuah misi kesenian ke Eropa. Selama petualangannya
mengamati beberapa sekeha gong di Bali, Coast tertarik dengan penampilan
sekaha gong Peliatan. Pada 1952, Coast menilai bahwa Gong Peliatan
dengan permainan kendang AA Gde Mandera yang ekspresif cukup layak
ditampilkan di panggung internasional. Dalam rencana lawatan ke Eropa itu,
Coast ingin juga membawa sebuah tarian yang indah dan romantik, di
samping beberapa tarian yang sudah sering dilihatnya.

Atas saran Mandera, Coast lalu menghubungi penari terkenal sekaligus guru
tari I Ketut Marya yang kemudian akrab dipanggil I Mario. Mario yang kala itu
sudah menciptakan tari Kebyar Duduk yang kemudian menjadi tari
Terompong, bersedia bergabung dengan Gong Peliatan. Coast “merangsang”
Mario untuk berkreasi lagi dengan memperlihatkan buku tari klasik ballet yang
di dalamnya terdapat foto-foto duet “Sleeping Beauty” yaitu tentang kisah
percintaan putri Aurora dengan kekasihnya Pangeran Charming. Maka
terinspirasilah Mario menciptakan tari Oleg. Inilah yang diinginkan Coast.

Untuk membawakan tari Oleg — tarian baru itu, I Mario memilih I Gusti Ayu
Raka Rasmi yang memiliki basic tari yang bagus. Dalam menata iringannya,
Mario mengajak I Wayan Sukra, ahli tabuh asal Marga, Tabanan. Di samping
itu, dilibatkan pula tiga pakar tabuh Gong Peliatan dalam menggarap gending
Oleg itu yakni Gusti Kompyang, AA Gde Mandera, dan I Wayan Lebah.

Tari Oleg itu semula bernama Legong Prembon. Nampaknya Coast kurang
berkenan dengan nama Legong Prembon karena kata itu sulit diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris.

I Mario lantas menggantinya menjadi tari Oleg Tamulilingan Mengisap Sari


dan atas kesepakatan bersama akhirnya disebut Oleg Tamulilingan atau “The
Bumble Bee Dance”. Tarian ini menggambarkan dua ekor kumbang, jantan
dan betina, sedang bersenang-senang di

taman bunga sambil mengisap madu. Sebagai kumbang jantan pasangan


Raka Rasmi, dipilihlah I Sampih yang jauh lebih tua, berasal dari Bongkasa,
Badung.

Kata oleg dalam kamus bahasa Bali berarti “goyang”. Dalam tarian yang
melambangkan kumbang betina itu, memang terdapat gerakan bergoyang
lemah gemulai seolah-olah pohon tertiup angin. Gerakan lemah gemulai tari
Oleg ini nampak pada bagian pengadeng — saat penari memegang oncer
yang bergantian dengan kedua tangan ditekuk silang di depan dada, sambil
bergoyang ke kanan dan ke kiri. Maka dinilai, pemeran yang cocok
membawakannya adalah yang berperawakan langsing semampai sebagai
pemberi kesan ngoleg.

Begitulah. Tarian ini lantas awalnya lebih dikenal di mancanegara daripada di


Bali, karena begitu tercipta lalu dipakai ajang promosi Bali di luar. Sebelum
berangkat ke Eropa, misi kesenian pemerintah RI itu terlebih dahulu pentas di
Istana Merdeka untuk pamitan kepada Presiden Soekarno karena akan
melawat sekitar 10 bulan mengunjungi Prancis, Jerman, Belgia, Italia, Inggris
dan beberapa kota besar di Amerika Serikat. Mario tidak turut dalam
rombongan itu. Namun beberapa tahun kemudian, bersama Gong Pangkung
Tabanan, ia “menghipnotis” masyarakat Eropa, Kanada dan Amerika Serikat
dengan berbagai improvisasi gerak tari indah dalam tari Kebyar Duduk dan
tari Terompong pada acara “Coast to Coast Tour” pada 1957 dan 1962.

2.2 Perkembangan Tari

Tari Oleg Tamulilingan dianggap sebagai Tari Klasik, karena menampilkan


gerakan-gerakan dasar tari Bali, yang belum mendapatkan (mengalami
kreasi). Perkembangan tari Bali benar-benar diperhatikan.Minat para penari
Bali terhadap Tari Oleg Tamulilingan cukup besar. Walaupun tarian ini cukup
sulit di tarikan. Penari wanita Oleg Tamulilingan sangat memerlukan
kelenturan tubuh, keluwesan tangan dan dasar tari Bali yang cukup kuat.
Sedangkan penari laki-lakinya juga memerlukan kelenturan tubuh
dan keluwesan.Tari Oleg Tamulilingan ini juga sering dijadikan materi lomba
tari bali. Perkembangan Tari Oleg dalam beberapa periode belakangan
memang mengalami perubahan gerak Perkembangan ini dilakukan oleh
Sekaa Gong Belaluan, Denpasar, di bawah komposer terkenal I Wayan
Berata, sebelum tahun 1960. Selanjutnya terjadi pula perkembangan pada
perbendaharaan gerak tarinya. Jika diamati dengan cermat, perubahan itu
bisa berakibat buruk. Pengenalan gaya Mario menurut Agung Suparta lebih
memicu kreativitas generasi muda terhadap bentuk-bentuk “pemberontakan”
Mario pada masanya. “Dalam tari Oleg Tamulilingan, bisa dilihat simbol-
simbol pemberontakan gerak yang dilakukan Mario dalam seni tari Bali,” tutur
seorang pengamat seni muda Tabanan, Putu Arista Dewi.
Gaya asli Mario memang seharusnya dikenali secara cermat. Banyak puncak-
puncak pencapaian gerak dari Mario yang sulit ditandingi seniman masa kini.
Misalnya dari segi properti, kipas, panggul terompong dan kancut dalam
tarian ciptaan Mario bukan hanya berfungsi sebagai alat semata, namun
menyatu dan saling mendukung dalam gerak tubuh penari. “Oleh sebab itu
gaya Mario perlu dilestarikan, sebelum punah dan sulit melacak asal-
usulnya,” ujar Ayu Trisna Dewi Prihatini, pengelola sekaligus Pemilik Sanggar
Tari Ayu di Tabanan. Dosen Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
Denpasar, I Made Arnawa, S.S.Kar menambahkan, lomba tari Oleg secara
berkesinambungan akan mampu membuktikan sejauhmana ciptaan Mario ini
telah direvisi dan diaplikasikan oleh koreografer penerus. I Gusti Ayu Raka
Astuti asal Kedaton, Denpasar, yang mantan pengajar tari Oleg Tamulilingan
di Kokar (kini SMK 3 Sukawati) Bali, bertutur soal itu.
6

Katanya, ketika ia menarikan Oleg yang telah direvisi di hadapan I Mario sang
pencipta Oleg, ternyata Mario sendiri tidak bereaksi alias mendiamkannya
saja. Sebelumnya, Raka Astuti diajar tari Oleg yang “asli” gaya Mario oleh
guru tari asal Lebah, Denpasar, I Wayan Rindi.

Di situ Raka Astuti melakukan perubahan pada bagian papeson. Saat akan
bergerak di samping, dirasakan agem nampak lukus — kurang enak. Bila
bergerak ke samping kiri, tangan kanan digerakkan di depan dada menuju ke
arah samping kiri. Menurut Raka Astuti, gerakan itu akan menutupi muka dan
mengakibatkan olah tubuh tidak kelihatan.Menghindari hal itu, maka ia
membuat olah gerak baru, bila akan ke samping kiri maka tangan kiri yang
digerakkan lebih dahulu ke kiri dan olah tubuh akan nampak dengan gerakan
badan nyeleyog ke kiri. Masih dalam papeson, sebelum menghadap ke
samping kanan ataupun kiri, ada tambahan gerakan angsel kado. Demikian
pula pada perbendaharaan gerak lainnya terdapat pembaruan-pembaruan
lain. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1961. Inilah yang kemudian
mengantarkan Raka Astuti sebagai salah seorang penari Oleg Tamulilingan
yang memiliki gaya tersendiri.Dalamkoreografinya, sebelum penari “kumbang
jantan” atau muanin Oleg memasuki arena, Oleg Tamulilingan sebagai simbol
“kumbang betina” menari sendirian. Jadi ini merupakan tari solo. Hal ini
memberi ruang lahirnya berbagai style Oleg sesuai dengan kemampuan dan
ciri pribadi masing-masing penarinya.
7

2.3 Fungsi

Tari Oleg Tamulilingan merupakan tari bebalian atau hiburan. Kalau


dipentaskan di pura, tari ini hanyalah sebagai hiburan tidak terkait dengan
upakara di pura. Tari ini juga sering dipentaskan untuk hiburan bila bila ada
acara-acara baik di hotel-hotel maupun di instansi pemerintah.

Sebagai ajang lomba untuk melestarikan Tari Oleg Tamulilingan yang baru ini
di selenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tabanan telah
menggelar Lomba Tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Terompong yang
terbuka untuk peminat di seluruh Bali, guna mengenang dan mendiang Mario.
Bupati Tabanan, Nyoman Adi Wiryatama menyambut baik penyelenggaraan
lomba ini. Ratusan remaja dari delapan kabupaten/kota di Bali sempat
mendaftarkan diri sebagai peserta, namun panitia hanya menyediakan tempat
bagi 40 pasang penari Oleg dan 16 penari Kebyar Terompong. Jumlah
peserta kali ini lebih banyak jika dibandingkan dengan lomba serupa tahun
lalu hanya diikuti 20 peserta. Kompetisi tari Bali yang berlangsung 25-27
Maret lalu di Gedung Mario Tabanan ini juga menjadi hiburan segar bagi
masyarakat, selain tujuan utamanya sebagai ajang peningkatan kreativitas
seni di daerah “lumbung beras” Bali itu. Generasi muda terlihat antusias
mengikuti lomba tari Oleg yang menjadi wadah untuk membuktikan
kemampuan dan penguasaan tari serta memperebutkan hadiah total senilai
Rp 37 juta. “Tari Oleg itu lembut namun punya tingkat kesulitan tinggi,
mendorong saya ingin menjadi penari Oleg terbaik di Bali,” tutur Wiwik (18),
peserta dari Karangasem. Niat luhur dari Disbudpar dalam mempertahankan
gaya tari rancangan Mario patut dihargai, ungkap I Gusti Agung Ngurah
Supartha, salah seorang tim juri dalam lomba tersebut. Mantan Kepala
Taman Budaya Denpasar itu melihat dalam perkembangan Tari Oleg dan
Kebyar Terompong belakangan ini muncul semacam rasa waswas bahwa
“Oleg asli ciptaan Mario” bisa punah “ditelan gelombang” tari baru yang tak
tentu arah dan akar budayanya.

2.4 Ragam Gerak

Tari Oleg Tamulilingan ini di awali dengan keluarnya penari wanita dengan
gerakan ngegol perlahan sedangkan kedua tangan memegang selendang ke
atas lalu memungkah lawang agem kanan, nyeledet, menganggukan kepala.
Keluwesan penari wanita diperlihatkan dengan nyeleog perlahan-lahan lalu
agem kiri. Kaki penari wanita harus bisa mempermainkan lancingan agar
lacingan tidak melilit kaki.Gerakan duduk metimpuh di ikuti gerakan tangan
dan seledet mata yang amat dinamis. Gerakan metimpuh ini diakhiri dengan
gerakan badan nyeleog ke kanan nyeleog kiri, berdiri agem kanan. Mata
nyeledet kanan, pecuk alis menganggukan kepala. Pindah agem kiri, pecuk
alis menganggukan kepala. Berjalan ngegol, kaki ngenteb, lalu tangan nyilang
di dada dengan ngegol perlahan. Berganti dengan tangan kanan dan tangan
kiri memegang selendangke atas ngegol, gerakan ini diulangan tiga kali.

Selanjutnya gerakan duduk metimpuh,gerakan tangan ngejet, seledet


kanan,seledet kiri. Diakhiri dengan gerakan tangan kiri ditaruh di lutut dan
tangan kanan ditaruh di pinggang. Saat penari wanita duduk, masuklah
wanita penari laki-laki. Tangan kiri memegang kancut, tangan kanan
memegang atau memainkan kipas, kaki melangkah perlahan kanan dan kiri,
agem kanan pecuk alis menganggukan kepala, nyeledet kanan elog-elog.
Sementara penari wanita berdiri lalu ngehadap ke penari laki-laki (berhadap-
hadapan). Dilakukan pertukaran tempatsebanyak dua kali.

Penari wanita ngegol sambil memegang selendang keatas, sedangkan penari


laki-laki mengajar penari wanita. Gerakan-gerakan ini menirukan gerak-
gerakan kumbang yang sedang memadu kasih. Ragam gerak tari Oleg
Tamulilingan benar-benar dapat memperlihatkan kemesraan dari sepasang
remaja yang sedang memadu kasih.

2.5c

11

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tari Oleg Tamulilingan diciptakan oleh seniman besar tari Bali yaitu I Mario .
Tari Oleg Tamulilingan sangat mempunyai kateristik yang sangat indah dan
mempunyai dinamika Oleg dapat berarti gerakan yang lemah gemulai,
sedangkan tamulilingan berarti kumbang pengisap madu bunga. Tari Oleg
Tamulilingan melukiskan gerak-gerik seekor kumbang, yang sedang bermain-
main dan bermesra-mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah taman.
Tarian ini sangat indah. Ini yang menjadikan tarian ini sangat indah.
.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai