Pendahuluan - Rev 2
Pendahuluan - Rev 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mencari bahan baku plastik alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat di
degradasi secara alami, yaitu plastik biodegradable. Bahan baku pembuatan
plastik biodegradable terdapat di dalam tanaman, yaitu pati dan selulosa yang
merupakan polimer alami. Polimer alami adalah polimer yang dihasilkan dari
monomer organik seperti pati, karet, kitosan, selulosa, protein dan lignin (Oakley,
2010). Selulosa merupakan biopolimer alami yang dapat digunakan sebagai bahan
plastik biodegradable.
Salah satu tanaman yang memiliki kandungan selulosa cukup tinggi adalah
eceng gondok dimana ia memiliki kandungan selulosa sebanyak 59,22% sebelum
diolah dan 61,98% setelah diolah (Dewi et al., 2016). Dengan kandungan selulosa
yang cukup tinggi ini maka eceng gondok sebagai pilihan alternatif dalam
pembuatan plastik biodegradable. Eceng gondok merupakan gulma perairan yang
sangat banyak ditemukan di sungai, danau, dan waduk. Pertumbuhan eceng
gondok sangat cepat, sehingga dianggap merugikan bagi manusia, karena
menimbulkan banyak masalah seperti pendangkalan sungai, danau , dan waduk.
Oleh karena itu ketersediaan eceng gondok sangat melimpah dan mudah untuk
diperoleh.
Selulosa dapat dibuat menjadi plastik biodegradable dengan bantuan
penambahan bahan aditif yaitu gliserol dan kitosan. Gliserol sebagai pemlastis
(plasticizer) akan membuat film plastik biodegradable yang dihasilkan akan
semakin elastis dan kitosan berpotensi dapat meningkatkan sifat mekanik dari
film plastik biodegradable.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi eceng gondok sebagai bahan baku
plastik biodegradable yang diperoleh dari Kota Karawang, isolasi selulosa dari
eceng gondok, plastik biodegradable yang dibuat dengan penambahan kitosan dan
variasi gliserol terhadap selulosa. Pengujian plastik biodegradable meliputi uji
sifat mekanik yaitu kuat tarik, elongasi, biodegradasi, dan uji karakteristik meliputi
uji gugus fungsi dengan FTIR dan uji derajat kristalinitas dengan XRD pada
plastik biodegadable.
F. Kerangka Pemikiran
53
keberadaan limbah ini yang melimpah menjadi masalah serius di Indonesia.
Sumber daya alam yang terbatas untuk menghasilkan plastik sintetik tersebut juga
mendorong beberapa peneliti untuk menghasilkan suatu plastik biodegradable
dari sumber daya alam terbarukan dan dapat digunakan sebagai pengganti plastik
sintetik (Pranamuda, 2001).
Eceng gondok hingga saat ini sering di identikkan sebagai gulma liar di
perairan karena keberadaannya yang melimpah dan perkembangbiakannya yang
cepat. Eceng gondok memiliki kandungan selulosa yang tinggi, dimana selulosa
merupakan bahan dasar pembuatan plastik biodegradable, sehingga mampu
mengurangi volume keberadaan eceng gondok yang melimpah. Selulosa dapat
dibuat menjadi plastik biodegradable dengan bantuan penambahan gliserol dan
kitosan. Gliserol sebagai pemlastis akan membuat film plastik biodegradable yang
dihasilkan akan semakin elastis. Kitosan berpotensi meningkatkan sifat mekanik
dari film plastik biodegradable. Pengujian yang dilakukan setelah dihasilkan film,
dilakukan uji elongasi, uji kuat tarik, uji biodegradasi, ujji karakterisasi dengan
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction
(XRD).
Dalam penelitian Dewi et, al. (2016) dalam pembuatan bioplastik
berbahan dasar eceng gondok mengemukakan bahwa, semakin tinggi konsentrasi
gliserol, maka persentase elongasi semakin tinggi, laju degradasi plastik
biodegradable semakin tinggi, dan nilai kuat tarik plastik biodegradable semakin
rendah. Penelitian pembuatan plastik biodegradable telah dilakukan oleh
Sumartono et, al. (2015) berbahan dasar alang-alang dengan penambahan gliserol
dan kitosan. Dalam penelitiannya, penambahan gliserol juga akan menurunkan
derajat kristalinitas dimana dapat menurunkan densitas bioplastik sehingga dapat
meningkatkan mobilitas molekul bioplastik dan membuat polimer lebih amorf.
Kitosan sebagai bahan aditif pengawet karena memiliki sifat anti mikrobakteri dan
sebagai bahan penguat bioplastik karena terdapat ikatan kationik –NH2.
4
G. Hipotesis
5
6
5