Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan modern ini, perkembangan populasi penduduk,


teknologi serta industri sangatlah pesat dan secara tidak langsung berpengaruh
terhadap meningkatnya penggunaan plastik yang secara otomatis menghasilkan
limbah atau sampah plastik. Material plastik ini dipilih karena dianggap sebagai
material yang relatif kuat, ringan, tahan air, mudah ditemukan dan dijual dengan
harga yang murah. Kekurangan plastik sintetik, yaitu sulit terurai secara alami
sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal tersebut karena plastik
tidak dapat dihancurkan secara alami dengan cepat oleh mikroba pengurai yang
ada, sehingga banyak terjadi penumpukan sampah plastik yang berlebih (Siswono,
2008).
Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai
ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer. Plastik sintetik ini,
adalah material yang sehari-hari kita gunakan dan temukan di sekitar kita. Plasik
merupakan produk polimer sintetik yang terbuat dari bahan petrokimia dan
termasuk limbah yang keberadaannya cukup banyak di Indonesia. Volume
sampah plastik sepanjang 2017 tercatat 65,8 juta ton menurut Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Permasalahan tersebut tidak dapat
terselesaikan melalui pelarangan atau pengurangan penggunaan plastik. Diantara
bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan yang paling populer
dan sangat luas penggunaannya.

Salah satu cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mencari bahan baku plastik alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat di
degradasi secara alami, yaitu plastik biodegradable. Bahan baku pembuatan
plastik biodegradable terdapat di dalam tanaman, yaitu pati dan selulosa yang
merupakan polimer alami. Polimer alami adalah polimer yang dihasilkan dari
monomer organik seperti pati, karet, kitosan, selulosa, protein dan lignin (Oakley,
2010). Selulosa merupakan biopolimer alami yang dapat digunakan sebagai bahan
plastik biodegradable.
Salah satu tanaman yang memiliki kandungan selulosa cukup tinggi adalah
eceng gondok dimana ia memiliki kandungan selulosa sebanyak 59,22% sebelum
diolah dan 61,98% setelah diolah (Dewi et al., 2016). Dengan kandungan selulosa
yang cukup tinggi ini maka eceng gondok sebagai pilihan alternatif dalam
pembuatan plastik biodegradable. Eceng gondok merupakan gulma perairan yang
sangat banyak ditemukan di sungai, danau, dan waduk. Pertumbuhan eceng
gondok sangat cepat, sehingga dianggap merugikan bagi manusia, karena
menimbulkan banyak masalah seperti pendangkalan sungai, danau , dan waduk.
Oleh karena itu ketersediaan eceng gondok sangat melimpah dan mudah untuk
diperoleh.
Selulosa dapat dibuat menjadi plastik biodegradable dengan bantuan
penambahan bahan aditif yaitu gliserol dan kitosan. Gliserol sebagai pemlastis
(plasticizer) akan membuat film plastik biodegradable yang dihasilkan akan
semakin elastis dan kitosan berpotensi dapat meningkatkan sifat mekanik dari
film plastik biodegradable.

B. Identifikasi Masalah

Meningkatnya jumlah penggunaan plastik sintetik dari bahan dasar non-


renewable bumi secara petrokimia sangat berdampak pada pencemaran
lingkungan karena sulit untuk terdegradasi secara alami, mikroba pengurai
maupun radiasi matahari. Oleh karena itu diperlukan alternatif dari bahan dasar
lain yang renewable dan degradable untuk pembuatan plastik. Salah satu bahan
dasar yang dapat digunakan dari bahan polimer alami yang dapat diuraikan
kembali oleh mikoorganisme secara alami yaitu selulosa yang dapat diisolasi dari
tanaman eceng gondok yang ketersediaannya di alam cukup melimpah.

Plastik biodegradable berbahan dasar selulosa dari isolasi eceng gondok


ini dapat dijadikan alternatif sebagai bahan pengemas ramah lingkungan. Semua
polimer alam bersifat biodegradable, tetapi terdapat kelemahannya yaitu polimer
alam memiliki sifat mekanik yang relatif rendah, brittle, dan mudah rusak akibat
pengaruh panas (Selpiana et al., 2015). Maka dari itu diperlukan bahan
pendukung sebagai upaya memperkuat sifat kimia fisik plastik biodegradable
ini, seperti penambahan kitosan dan gliserol. Kitosan dengan sifat hidrofiliknya
2
dapat meningkatkan ketahanan plastik terhadap air, sedangkan gliserol digunakan
sebagai plasticizer untuk memperbaiki beberapa sifat polimer dan segi mekanik
diantaranya, fleksibilitas dan kerekatannya.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi ketersediaan eceng


gondok yang melimpah sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable
dengan penambahan gliserol dan kitosan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa eceng


gondok memiliki potensi untuk dijadikan plastik biodegradable atau bioplastik
sehingga kedepannya mampu menanggulangi masalah pencemaran limbah
plastik yang tidak dapat terdegradasi. Selain itu, penggunaan eceng gondok
sebagai bahan baku plastik biodegradable yang keberadaannya melimpah
mampu mengurangi volume eceng gondok karena dianggap merugikan bagi
manusia dan dianggap gulma liar.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi eceng gondok sebagai bahan baku
plastik biodegradable yang diperoleh dari Kota Karawang, isolasi selulosa dari
eceng gondok, plastik biodegradable yang dibuat dengan penambahan kitosan dan
variasi gliserol terhadap selulosa. Pengujian plastik biodegradable meliputi uji
sifat mekanik yaitu kuat tarik, elongasi, biodegradasi, dan uji karakteristik meliputi
uji gugus fungsi dengan FTIR dan uji derajat kristalinitas dengan XRD pada
plastik biodegadable.

F. Kerangka Pemikiran

Penggunaan plastik sintetik semakin meningkat seiring pertumbuhan


penduduk, teknologi maupun industri. Dimana plastik ini sangat mudah dan
murah untuk didapatkan, plastik sintetik ini termasuk non-biodegrable sehingga

53
keberadaan limbah ini yang melimpah menjadi masalah serius di Indonesia.
Sumber daya alam yang terbatas untuk menghasilkan plastik sintetik tersebut juga
mendorong beberapa peneliti untuk menghasilkan suatu plastik biodegradable
dari sumber daya alam terbarukan dan dapat digunakan sebagai pengganti plastik
sintetik (Pranamuda, 2001).
Eceng gondok hingga saat ini sering di identikkan sebagai gulma liar di
perairan karena keberadaannya yang melimpah dan perkembangbiakannya yang
cepat. Eceng gondok memiliki kandungan selulosa yang tinggi, dimana selulosa
merupakan bahan dasar pembuatan plastik biodegradable, sehingga mampu
mengurangi volume keberadaan eceng gondok yang melimpah. Selulosa dapat
dibuat menjadi plastik biodegradable dengan bantuan penambahan gliserol dan
kitosan. Gliserol sebagai pemlastis akan membuat film plastik biodegradable yang
dihasilkan akan semakin elastis. Kitosan berpotensi meningkatkan sifat mekanik
dari film plastik biodegradable. Pengujian yang dilakukan setelah dihasilkan film,
dilakukan uji elongasi, uji kuat tarik, uji biodegradasi, ujji karakterisasi dengan
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction
(XRD).
Dalam penelitian Dewi et, al. (2016) dalam pembuatan bioplastik
berbahan dasar eceng gondok mengemukakan bahwa, semakin tinggi konsentrasi
gliserol, maka persentase elongasi semakin tinggi, laju degradasi plastik
biodegradable semakin tinggi, dan nilai kuat tarik plastik biodegradable semakin
rendah. Penelitian pembuatan plastik biodegradable telah dilakukan oleh
Sumartono et, al. (2015) berbahan dasar alang-alang dengan penambahan gliserol
dan kitosan. Dalam penelitiannya, penambahan gliserol juga akan menurunkan
derajat kristalinitas dimana dapat menurunkan densitas bioplastik sehingga dapat
meningkatkan mobilitas molekul bioplastik dan membuat polimer lebih amorf.
Kitosan sebagai bahan aditif pengawet karena memiliki sifat anti mikrobakteri dan
sebagai bahan penguat bioplastik karena terdapat ikatan kationik –NH2.

4
G. Hipotesis

Plastik biodegradable dari eceng gondok terplastisasi gliserol dengan


penambahan kitosan diharapkan mampu menghasilkan plastik biodegradable
yang transparan, elastis, kuat dan tidak mudah rapuh.

H. Waktu dan Tempat Penelitian

Laboratorium Universitas Nusa Bangsa, Jalan KH. Soleh Iskandar Km. 4


Cimanggu, Tanah Sareal, Kota Bogor 16166, dan Balai Besar Litbang Pasca
Panen Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan maret hingga
agustus 2018.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian


No. Kegiatan 2018
Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Studi Literatur
2 Pembuatan
Proposal
3 Kolokium
4 Pelaksaan
Pengujian
5 Pengolahan data
6 Seminar Hasil
7 Sidang
Komprehensif

5
6
5

Anda mungkin juga menyukai