Anda di halaman 1dari 158

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 1 Ayat (19) Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)
mengamanatkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas
dasar amanah tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Pasal 2), berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Pasal 3).
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, di antaranya adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang

1
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar
isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah ditetapkan
Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mencapai
kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan Standar Isi yang merupakan kriteria
mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong Generasi Emas
Indonesia Tahun 2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang berbasis pada
Kompetensi Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia menjadi
Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus memperkuat kontribusi
Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia. Ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi peserta didik yang harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan
dalam jenjang dan jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap
mata pelajaran.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam
domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu,
Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat
kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar
Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik,
kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan
karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga
kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap dibentuk melalui
aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-
aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik
kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya mempengaruhi Standar Isi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

2
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah
kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi
dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program
pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat
perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan
kompetensi yang berjenjang.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait
dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas).

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang
terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus
globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community,
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir


sebagai berikut:
1. pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada

3
peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2. pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran
interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/
media lainnya);
3. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta
diperoleh melalui internet);
4. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa
aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
5. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7. pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan


memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines);dan
9. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar Mata
pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menegah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam
Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola
sebagai berikut:
1. tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;
2. penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3. penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi peserta didik.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik;

4
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan yang merupakan wadah tempat


proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam
kegiatannya sekolah bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, tetapi
sekolah berada dalam satu tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan. Kegiatan inti
organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan
menghasilkan lulusan berkualitas tinggi sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanatPancasila dan
Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan
yangberkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Pancasila;keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
memudarnya kesadaran terhadap nilainilaibudaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa;
dan melemahnya kemandirian bangsa (BukuInduk Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa 2010-2025). Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan
karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila danPembukaan UUD 1945 serta
mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintahmenjadikan pembangunan

5
karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunannasional. Semangat itu secara
implisit ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan JangkaPanjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana
pendidikan karakter ditempatkansebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu “mewujudkanmasyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafahPancasila.”
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (UUSPN).
Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk
melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai
prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam
Rencana AksiNasional Pendidikan Karakter (2010): pendidikan karakter disebutkan
sebagai pendidikannilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang bertujuanmengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk,memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengansepenuh hati.
Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar
danmana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
(habituation)tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus
melibatkan bukan sajaaspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
“merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral
action). Pendidikan karaktermenekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus
dipraktikkan dan dilakukan.

6
Pembangunan bangsa tak lepas dari pembangunan manusia Indonesia. Manusia
Indonesia yang mampu sebagai pelaku pembangunan adalah manusia yang berkarakter
bangsa yang berdasarkan Pancasila ,nilai agama, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa
yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi
lain. Pendidikan karakter dilakukan dengan pendekatan sistemik dan integratif dengan
melibatkan keluarga,satuan pendidikan,pemerintah,masyarakat sipil,anggota
lgislatif,mediamassa,dunia usaha,dan dunia industri (buku Induk Pembangunan
Karakter,2010 ). Satuan pendidikan merupakan komponen penting dalam pembangunan
karakter yang berjalan secara sistemik dan integratif bersama dengan komponen lainnya.
Pendidikan karakter merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan
pendidikan.Oleh karena itu program pendidikan karakter secara dokumen diintegrasikan
ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dengan kata lain, pendidikan
karakter harus tertera dalam KTSP mulai dari latar belakang,visi, misi, tujuan, struktur
dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling
berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Secara internal, sekolah memiliki perangkat
guru, murid, kurikulum, sarana, dan prasarana. Secara eksternal, sekolah memiliki dan
berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horisontal. Di dalam
konteks pendidikan, sekolah memiliki stakeholders (pihak yang berkepentingan), antara
lain murid, guru, masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha.
Kebijakan Pemerintah , diharapkan sekolah akan lebih mandiri dan lebih mampu
menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan
masyarakatnya
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

B. Landasan
Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 03 Samong adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan oleh Sekolah Dasar Negeri 03 Samong Dengan demikian
diharapkan guru lebih mengenal dengan baik dan lebih merasa memiliki KTSP tersebut.

7
Penyempurnaan KTSP yang berkelanjutan merupakan keharusan agar KTSP selalu sesuai
dengn tuntutan kebutuhan.
Adapun yang menjadi landasan dalam penyususnan Kurikulum SD Negeri 03 Samong
adalah :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5670);

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun


2013 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Pendidikan Pendidikan Dasar di
Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2014 tentang Kegiatan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.

8. Permendikbud No 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum


2013 pada Pendididikan Dasar dan Pendidikan Menengah
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendididikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor No 64
Tahun 2015 tentang
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

8
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor28 Tahun
2015Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan
Pendidikan

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2016tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2016tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2016tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun
2016tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016tentang Standar Penilaian Pendidikan.
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 24 Tahun
2016tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
20. Permendikbud No 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 pada Pendididikan Dasar dan Pendidikan Menengah
21. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor
116/P/2016 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 untuk
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
22. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 305/Kep/D/Kr/201647/D1/Kep/Kp/2016
tentang Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana Kurikulum 2013
20. Rencana Kerja Sekolah SD Negeri03 Samong Tahun Pelajaran 2017/2018;
21. Rapat Tim Pengembang Kurikulum SD Negeri 03 Samong tanggal 14 Juli 2017
tentang Penyusunan KTSP Tahun Pelajaran 2017/2018.

C. Tujuan Pengembangan Kurikulum


Atas dasar landasan tersebut di atas, maka dikembangkanlahKurikulum Sekolah
Dasar Negeri 03 Samong Tahun Ajaran 2017/2018 yang disusun oleh satu Tim
Pengembang Kurikulum yang terdiri atas unsur sekolah,komite sekolah, dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi dan supervisi Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan

9
Olahraga Kabupaten Pemalang serta dengan bimbingan nara sumber dari Tim
Pengembang Kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pemalang.
Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 03 Samong disusun dengan tujuan :
1. sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah;
2. menjadikan kurikulum lebih sesuai dengan kebutuhan stempat;
3. menciptakan sesuai pembelajaran di sekolah yang bersifat mendidik, mencerdaskan,
dan mengembangkankreativitas anak;
4. menciptakan pembelajaran yang efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan
mengasyikkan.

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu
satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Wajib Belajar 12 trahun maka Standar Kompetensi Lulusan
yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemepuan yang harus dimiliki
peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi.Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap,
pengetahuan, ketermpilan berpikir, keterampilan psikomotorik, yang dikemas dalam
berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum
berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.

10
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan, peserta didik ang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penialain hasil belajar adalah alat untuk mengetahui
kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan
dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau kelompok peserta didik.

11
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN

A. Visi Sekolah
Visi SD Negeri 03 Samong sebagai berikut.
”Terwujudnya peserta didik yang bertaqwa, cerdas, terampil, dan cinta tanah air yang
dijiwai nilai-nilai budaya dan karater bangsa”.

B. Misi Sekolah
Misi SD Negeri 03 Samong sebagai berikut.
1. Meningkatkan pembelajran dan pengamalan keagamaan untuk menumbuhkan
peserta didik yang bertaqwa;
2. Meningkatkan pembelajaran melalui PAIKEM untuk mewujudkan siswa yang
cerdas;
3. Meningkatkan pembelajaran praktik untuk menumbuhkan ketrampilan siswa dalam
menghadapi kehidupan;
4. Menumbuhkan rasa cinta tanah air untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa;
5. Menambahkan rasa cinta terhadap budaya dan karakter bangsaagar tidak terpengaruh
pada budaya asing;
6. Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya bangsa;
7. Menanamkan nilai-nilai karakter Bangsa Indonesia terhadap siswa dalam kehidupan
sehari-hari.

C. Tujuan Pendidikan
1. Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Dasar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2016 yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan untuk mengikuti pendidikan lebih
lanjut,visi, dan misi sekolah maka tujuan yang ingin dicapai SD Negeri 03 Samong
adalah sebagai berikut : Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran
dan kegiatan pembiasaan agar menjadi anak yang berakhlak mulia.
2. Meraih prestasi akademik maupun non akademik (sehat jasmani dan rohani) minimal
tingkat kabupaten.

12
3. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, termasuk pengusaan dasar bahasa inggris
melalui mata pelajaran mulok sekolah untuk kelas III, V dan VI dan pengembangan
diri untuk kelas I, II dan III. Serta penguasaan dasar komputer melalui
pengembangan diri untuk kelas IV, V dan VI.
4. Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar, serta
mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan lingkungannya.
5. Siswa kreatif, terampil, dan bekerja untuk dapat mengembangkan diri secara terus
menerus.
6. Dinding kelas diciptakan dengan warna yang indah dan mengandung unsur
pembelajaran.
7. Semua masyarakat sekolah menciptakan suasana yang ramah dan kondusif.
8. Seluruh kelas menerapkan pembelajaran PAKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif , Menyenangkan, Gembira dan Berbobot).
9. Disetiap kelas tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai.
10. Berkembangnya sikap siswa untuk melestraikan Budaya Jawa dalam kehidupan
sehari-hari.
11. Berkembangnya sikap siswa untuk melestraikan budaya Jawa dalam kehidupan
sehari-hari.
12. Berkembangnya siswa berkarakter bangsa yang berdasarkan Pancasila, nilai
agama,dan budaya nasioanal.

13
BAB III
STRUKTUR KURIKULUM

Struktur kurikulum yang dimuat pada Kurikulum 2013 Tahun pelajaran 2017/2018
yang dimuat adalah untuk kelas I dan IV, sedangkan kelas II, III, V, dan VI terpisah pada
Dokumen Kurikulum 2006.
Standar kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk
mata pelajaran, mposisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata
pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajara untuk mata pelajaran dan beban belajar
per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi
konsep pengorganisasian konten dalam system belajar dan pengorganisasian beban belajar
dalam system pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam system belajara yang digunakan
untuk kurikulum yang akan dating adalah system semester sedangkan pengoreganisasian
beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam mengajar per semester.

Struktur kurikulum terdiri dari :


A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelastertentu.
Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda
dapat dijaga.
Rumusan dasar kompetensi inti kelas I-VI menggunakan notasi sebagai berikut:
Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
Menunjukkan perilaku: a. jujur, b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan
f.bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan
negara.
Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar
dengan cara : a. mengamati, b. menanya, dan c. mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

14
Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak: a. kreatif b. produktif, c. kritis, d. mandiri,
e. kolaboratif, dan f. komunikatif dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1: Kompetensi Inti Kelas I dan IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS I DAN II KELAS II, III, IV, DAN VI
1.Menerima dan menjalankan ajaran 1.Menerima, menjalankan, dan
agama yang dianutnya. menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, 2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, dan tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, dan guru. keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan 3.Memahami pengetahuan faktual dengan
cara mengamati [mendengar, melihat, cara mengamati dan menanya
membaca] dan menanya berdasarkan rasa berdasarkan rasa ingin tahu tentang
ingin tahu tentang dirinya, makhluk dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan kegiatannya, dan benda-benda yang
benda-benda yang dijumpainya di rumah dijumpainya di rumah, di sekolah dan
di sekolah. tempat bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam 4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas dan logis, dalam karya bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
yang estetis, dalam gerakan yang dalam karya yang estetis, dalam gerakan
mencerminkan anak sehat, dan dalam yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku dalam tindakan yang mencerminkan
anak beriman dan berakhlak mulia. perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Keterangan :
1) Perumusan Kompetensi Inti Sikap Spiritual hanya terdapat pada mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budipekerti disusun secara jelas.
2) Perumusan Kompetensi Inti Sikap Soial hanya terdapat pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan disusun secara jelas.

B.Mata Pelajaran
Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan. Sususnan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.

15
Tabel : Mata Pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
ALOKASI WAKTU BELAJAR
MATA PELAJARAN PER MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 - - 4 - -
2 Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan 5 - - 5 - -
3 Bahasa Indonesia 8 - - 7 - -
4 Matematika 5 - - 6 - -
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 - -
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 - -
Kelompok B
1 Seni Budaya dan Prakarya 4 - - 4 - -
2 PJOK 4 - - 4 - -
3 Muatan Lokal *)
a.Bahasa Jawa 2 - - 2 - -
b.Baca Tulis Al Quran - - - 1 - -
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 32 - - 39 - -
*) Kurikulum muatan daerah.
Keterangan :
a. MuatanLokal Bahasa Jawa dan Baca Tulis Alquran diajarkan secara berdiri sendiri.

b. Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)


dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata
pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
bukunya tercetak tersendiri untuk kelas IV, V, dan VI (Permendikbud RI Nomor 24
tahun 2016 tentang KI dan KD Pelajaran pada Kurikulum 2013).
c. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum
diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
antara lain Wajib :Pramuka , Pilihan :Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah
Remaja, keagamaan,olahraga, kesenian, keterampilan, komputer, dan lain-lain.

d. Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan Sekolah, Palang
Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung pembentukan
kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu

16
juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis
pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam
ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai
pendukung kegiatan kurikuler.

e. Matapelajaran Kelompok A adalah kelompok matapelajaran yang kontennya


dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran Kelompok B yang terdiri atas matapelajaran
Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah
kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi
dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
f. Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan
matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah
merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam
pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

g. Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu untuk

tiap matapelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan

peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.

h. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang

dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

i. Khusus untuk matapelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Ibtidaiyah dapat

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kementerian Agama.

j. Pembelajaran kelas I-VI menggunakan pendekatan tematik-terpadu.

C. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam
satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
1. Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam
pembelajaranper minggu ditambah muatan lokal sebagai berikut.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 32 jam pembelajaran.

b. Beban belajar satu minggu Kelas IV adalah 39 jam pembelajaran.

Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.


2. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18

17
minggu dan paling banyak 20 minggu.
3. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling
banyak 20 minggu.
4. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling
banyak 16 minggu.
5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak
40 minggu.

D. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi


dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok
sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut.
1. Kelompok 1:kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dlm. rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2:kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;

3. Kelompok 3:kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;

4. Kelompok 4:kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.


Pengelompokkan kompetensi dasar seperti tersebut di atas adalah sebagaiberikut.

1. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti


Kelas: I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan 1.1 Terbiasa membaca basmalah setiap memulai
menjalankan belajar al-Qur’ān
ajaran agama 1.2 Terbiasa membaca al-Qur’ān dengan tartil.
yang dianautnya. 1.3 Menerima adanya Allah Swt. yang Maha Pengasihdan
Maha Penyayang.
1.4 Menerima keesaan Allah Swt. Berdasarkan
pengamatan terhadap dirinya dan makhluk ciptaan-Nya
yang dijumpai di sekitar rumah dan sekolah.
1.5 Menerima adanya Allah Swt. Maha Pengasih, Maha
Penyayang dan Maharaja.
1.6 Menerima dan mengakui makna dua kalimat syahadat.
1.7 Terbiasa berdoa sebelum dan sesudah belajar.
1.8 Meyakini bahwa perilaku hormat dan patuh kepada
orangtua dan guru sebagai cerminan dari iman.
1.9 Meyakini bahwa berkata yang baik, sopan dan santun
sebagai cerminan dari iman.
Meyakini bahwa bersyukur, pemaaf, jujur dan percaya
1.10
diri sebagai cerminan dari iman.

18
1.11 Terbiasa bersuci sebelum beribadah.
1.12 Menjalankan salat dengan tertib.
1.13 Meyakini kebenaran kisah Nabi Adam a.s.
1.14 Meyakini kebenaran kisah Nabi Idris
1.15 Meyakini kebenaran kisah Nabi Nuh a.s.
1.16 Meyakini kebenaran kisah Nabi Hud a.s.
1.17 Meyakini kebenaran kisah Nabi Muhammadsaw.
2. Menunjukkan 2.1 Menunjukkan perilaku percaya diri dalam melafalkan
perilaku jujur, huruf-huruf hijaiyyah dan harakatnya.
disiplin, tanggung 2.2 Menunjukkan sikap kasih sayang dan peduli kepada
jawab, santun, sesama sebagai implementasi pemahaman Q.S. al-
peduli, dan percaya Fatihah dan Q.S. al-Ikhlas.
diri dalam 2.3 Menunjukkan perilaku percaya diri sebagai
berinteraksi dengan implementasi pemahaman adanya Allah Swt.
keluarga, teman, 2.4 Menunjukkan perilaku percaya diri sebagai
guru, dan implementasi dari pemahaman keesaan Allah Swt.
tetangganya 2.5 Menunjukkan sikap kasih sayang, peduli, kerjasama dan
percaya diri sebagai implementasi dari al-Asmau al
Husna: ar-Rahman, ar-Rahim, dan al-Malik.
2.6 Menunjukkan sikap teguh pendirian sebagai
implementasi dari pemahaman makna dua kalimat
syahadat.
2.7 Menunjukkan sikap disiplin sebagai implementasi
pemahaman makna do’a sebelum dan sesudah belajar.
2.8 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh
kepada orangtua dan guru.
2.9 Menunjukkan sikap yang baik, sopan, dan
santun ketika berbicara.
2.10 Menunjukkan perilaku bersyukur, pemaaf, jujur dan
percaya diri.
2.11 Menunjukkan perilaku bersih badan, pakaian, barang-
barang, dan tempat sebagai implementasi dari
pemahaman makna bersuci.
2.12 Menunjukkan sikap disiplin sebagai implementasi dari
pemahaman salat dan kegiatan agama yang dianutnya
di sekitar rumahnya melalui pengamatan.
2.13 Menunjukkan sikap pemaaf sebagai implementasi dari
pemahaman kisah keteladanan Nabi Adam a.s.
2.14 Menunjukkan sikap semangat dan rajin belajar sebagai
implementasi dari pemahaman kisah keteladanan Nabi
Idris a.s.
2.15 Menunjukkan sikap kerja keras, dan kerjasama sebagai
implementasi dari pemahaman kisah keteladanan Nabi
Nuh a.s.
2.16 Menunjukkan sikap sopan dan santun sebagai
implementasi dari pemahaman kisah keteladanan Nabi
Hud a.s.
2.17 Menunjukkan sikap jujur dan kasih sayang sebagai
implementasi dari pemahaman kisah keteladanan Nabi

19
Muhammad saw.
3. Memahami 3.1 Mengetahui huruf-huruf Hijaiyyah dan harakatnya
pengetahuan secara lengkap.
faktual dengan 3.2 Memahami pesan-pesan pokok Q.S. al-Fatihah, dan
cara mengamati Q.S.al-Ikhlas.
[mendengar, 3.3 Memahami adanya Allah Swt. yang Maha Pengasih dan
melihat, membaca] Maha Penyayang.
dan menanya 3.4 Memahami keesaan Allah Swt. berdasarkan pengamatan
berdasarkan rasa terhadap dirinya dan makhluk ciptaan-Nya yang
ingin tahu tentang dijumpai di sekitar rumah dan sekolah.
dirinya, makhluk 3.5 Memahami makna al-Asmau al-Husna: ar-Rahman, ar-
ciptaan Tuhan dan Rahim, dan al-Malik.
kegiatannya, dan 3.6 Memahami makna dua kalimat syahadat.
benda-benda yang 3.7 Memahami makna do’a sebelum dan sesudah belajar.
dijumpainya di 3.8 Memahami perilaku hormat dan patuh kepada orangtua
rumah dan dan guru.
di sekolah 3.9 Memahami berkata yang baik, sopan dan santun.
3.10 Memahami makna bersyukur, pemaaf, jujur dan percaya
diri.
3.11 Memahami tata cara. Bersuci.
3.12 Memahami șalat dan kegiatan agama yang dianutnya di
sekitar rumahnya melalui pengamatan.
3.13 Memahami kisah keteladanan Nabi Adam a.s.
3.14 Memahami kisah keteladanan Nabi Idris a.s.
3.15 Memahami kisah keteladanan Nabi Nuh a.s.
3.16 Memahami kisah keteladanan Nabi Hud a.s.
3.17 Memahami kisah keteladanan Nabi Muhammad saw.
4. Menyajikanpengeta 4.1 Melafalkan huruf-huruf Hijaiyyah dan
huan faktual dalam harakatnya secara lengkap.
bahasa yang jelas 4.2.1 Melafalkan Q.S. al-Fatihah dan Q.S.al-Ikhlas dengan
dan logis, dalam benar dan jelas.
karya yang estetis, Menunjukkan hafalan Q.S. al-Fatihah dan
dalam gerakan Q.S. al-Ikhlas dengan benar dan jelas.
yang 4.2.2 Menunjukkan hafalan Q.S. al-Fatihah dan
mencerminkan Q.S. al-Ikhlas dengan benar dan jelas.
anak sehat, dan 4.3 Menunjukkan bukti-bukti adanya Allah Swt. yang Maha
dalam tindakan Pengasih dan Maha Penyayang.
yang 4.4 Menunjukkan bukti-bukti keesaan Allah Swt.
mencerminkan berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan makhluk
perilaku anak ciptaan-Nya yang dijumpai di sekitar rumah dan
beriman dan sekolah.
berakhlak mulia 4.5 Menunjukkan bukti-bukti keesaan Allah Swt.
berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan makhluk
ciptaan-Nya yang dijumpai di sekitar rumah dan
sekolah.
4.6 Melafalkan dua kalimat syahadat dengan benar dan
jelas.
4.7 Melafalkan doa sebelum dan sesudah belajar dengan
benar dan jelas.

20
4.8 Mencontohkan perilaku hormat dan patuh kepada
orangtua dan guru.
4.9 Mencontohkan cara berkata yang baik, sopan dan
santun.
4.10 Mencontohkan perilaku bersyukur, pemaaf, jujur dan
percaya diri.
4.11 Mempraktikkan tatacara bersuci.
4.12. Mempraktikkan salat dan kegiatan agama di sekitar
1 rumahnya melalui pengamatan.
4.12. Mencontohkan kegiatan agama di sekitar rumahnya.
2
4.13 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Adam a.s.
4.14 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Idris a.s.
4.15 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Nuh a.s.
4.16 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Hud a.s.
4.17 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad saw.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti


Kelas: IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan 1.1 terbiasa membaca al-Qur’an dengan tartil
menjalankan 1.2 meyakini Allah itu ada melalui pengamatan terhadap
ajaran agama makhluk ciptaan-Nya di sekitar rumah dan sekolah
yang dianautnya. 1.3 meyakini adanya Allah Swt. Yang Maha Melihat, Maha
Adil dan Maha Agung
1.4 meyakini keberadaan malaikat-malaikat Allah Swt.
1.5 meyakini adanya Rasul-rasul Allah Swt.
1.6 meyakini bahwa sikap santun dan menghargai teman
sebagai cerminan dari iman
1.7 meyakini bahwa sikap rendah hati sebagai cerminan dari
iman
1.8 meyakini bahwa perilaku hemat sebagai cerminan dari
iman
1.9 meyakini bahwa perilaku jujur sebagai cerminan dari
iman
meyakini bahwa perilaku amanah sebagai cerminan dari
1.10
iman
meyakini bahwa perilaku hormat dan patuh kepada
1.11
orangtua dan guru sebagai cerminan dari iman
meyakini bahwa perilaku gemar membaca sebagai
1.12
cerminan dari iman
meyakini bahwa sikap pantang menyerah sebagai
1.13
cerminan dari iman
menerapkan ketentuan syariat Islam dalam bersuci dari
1.14
hadas kecil
1.15 menjalankan salat dengan tertib
1.16 meyakini kebenaran kisah Nabi Ayyub a.s.
1.17 meyakini kebenaran kisah Nabi Zulkifli a.s.

21
1.18 meyakini kebenaran kisah Nabi Harun a.s.
1.19 meyakini kebenaran kisah Nabi Musa a.s.
1.20 meyakini kebenaran kisah Nabi Muhammad saw.
1.21 meyakini keimanan Wali Songo kepada Allah Swt.
2. Menunjukkan 2.1 menunjukkan sikap kerja sama dan peduli sebagai
perilaku jujur, implementasi pemahaman makna Q.S. al-Falaq dan Q.S
disiplin, tanggung al-Fīl
jawab, santun, 2.2 menunjukkan sikap percaya diri sebagai implementasi
peduli, dan percaya pemahaman Allah itu ada
diri dalam 2.3 menunjukkan sikap hati-hati, hormat dan kerja sama
berinteraksi dengan sebagai implementasi pemahaman makna al-Asmau al-
keluarga, teman, Husna: al-Basir, al-‘Adil, dan al-‘Azim
guru, dan 2.4 menunjukkan sikap patuh sebagai implementasi
tetangganya pemahaman makna iman kepada malaikat-malaikat
Allah
2.5 menunjukkan sikap yang dipengaruhi oleh keimanan
kepada para Rasul Allah Swt. yang tercermin dari
perilaku kehidupan sehari-hari
2.6 menunjukkan sikap santun dan menghargai teman
2.7 menunjukkan sikap rendah hati
2.8 menunjukkan perilaku hemat
2.9 menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-
hari
2.10 menunjukkan perilaku amanah dalam kehidupan sehari-
hari
2.11 menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada
orangtua dan guru
2.12 menunjukkan sikap gemar membaca
2.13 menunjukkan sikap pantang menyerah
2.14 menunjukkan perilaku bersih sebagai implementasi
pemahaman tata cara bersuci dari hadas kecil
2.15 menunjukkan sikap disiplin sebagai implementasi
pemahaman makna ibadah salat
2.16 menunjukkan sikap sabar sebagai implementasi
pemahaman kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s.
2.17 menunjukkan sikap rendah hati sebagai implementasi
pemahaman kisah keteladanan Nabi Zulkifli a.s.
2.18 menunjukkan perilaku kasih sayang sebagai
implementasi pemahaman kisah keteladanan Nabi
Harun a.s.
2.19 menunjukkan sikap berani dan sikap pantang menyerah
sebagai implementasi pemahaman kisah keteladanan
Nabi Musa a.s.
2.20 menunjukkan sikap santun dan menghargai teman, baik
di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar sebagai
implementasi pemahaman kisah keteladanan Nabi
Muhammad saw.
2.21 menunjukkan perilaku peduli dan rendah hati sebagai
implementasi pemahaman kisah keteladanan Wali

22
Songo.
3. Memahami 3.1 memahami makna Q.S. al-Falaq dan Q.S. al-Fil dengan
pengetahuan baik dan benar
faktual dengan 3.2 memahami Allah itu ada melalui pengamatan terhadap
cara mengamati makhluk ciptaan-Nya di sekitar rumah dan sekolah
[mendengar, 3.3 memahami makna al-Asmau al-Husna: Al-Basir, Al-
melihat, membaca] ‘Adil, dan Al-‘Azim
dan menanya 3.4 memahami makna iman kepada malaikat-malaikat Allah
berdasarkan rasa berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam
ingin tahu tentang sekitar
dirinya, makhluk 3.5 memahami makna iman kepada Rasul Allah
ciptaan Tuhan dan 3.6 memahami sikap santun dan menghargai teman, baik di
kegiatannya, dan rumah, sekolah, maupun di masyarakat sekitar
benda-benda yang 3.7 memahami sikap rendah hati
dijumpainya di 3.8 memahami perilaku hemat
rumah dan 3.9 memahami makna perilaku jujur dalam kehidupan
di sekolah sehari-hari
3.10 memahami makna perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari.
3.11 memahami makna perilaku hormat dan patuh kepada
orangtua dan guru
3.12 memahami manfaat gemar membaca
3.13 memahami makna sikap pantang menyerah
3.14 memahami tata cara bersuci dari hadas kecil sesuai
ketentuan syari’at Islam
3.15 memahami makna ibadah salat
3.16 memahami kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s.
3.17 memahami kisah keteladanan Nabi Zulkifli a.s.
3.18 memahami kisah keteladanan Nabi Harun a.s.
3.19 memahami kisah keteladanan Nabi Musa a.s.
3.20 memahami kisah keteladanan Nabi Muhammad saw.
3.21 memahami kisah keteladanan Wali Songo
4. Menyajikanpengeta 4.1.1 membaca Q.S. al-Falaq dan Q.S al-Fīl dengan tartil
huan faktual dalam 4.1.2 menulis kalimat-kalimat dalam Q.S. al-Falaq dan Q.S
bahasa yang jelas al-Fīl dengan benar
dan logis, dalam 4.1.3 menunjukkan hafalan Q.S. al-Falaq dan Q.S al-Fīl
karya yang estetis, dengan lancar
dalam gerakan 4.2 melakukan pengamatan terhadap makhluk ciptaan Allah
yang di sekitar rumah dan sekolah sebagai upaya mengenal
mencerminkan Allah itu ada
anak sehat, dan 4.3 membaca al-Asmau al-Husna: Al-Basir, Al-‘Adil, dan
dalam tindakan Al-‘Azim dengan jelas dan benar
yang 4.4 melakukan pengamatan diri dan alam sekitar sebagai
mencerminkan implementasi makna iman kepada malaikat-malaikat
perilaku anak Allah
beriman dan 4.5 mencontohkan makna iman kepada Rasul Allah
berakhlak mulia 4.6 mencontohkan sikap santun dan menghargai teman, baik
di rumah, sekolah, maupun di masyarakat sekitar
4.7 mencontohkan sikap rendah hati

23
4.8 mencontohkan perilaku hemat
4.9 mencontohkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-
hari
4.10 mencontohkan perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari
4.11 mencontohkan perilaku hormat dan patuh kepada
orangtua dan guru
4.12 menunjukkan perilaku gemar membaca
4.13 menunjukkan sikap pantang menyerah
4.14 mempraktikkan tata cara bersuci dari hadas kecil sesuai
ketentuan syari’at Islam
4.15. menunjukkan contoh makna ibadah salat
1
4.15. menceritakan pengalaman melaksanakan salat di rumah
2 dan masjid lingkungan sekitar rumah
4.16 menceritakan kisah keteladan Nabi Ayyub a.s.
4.17 menceritakan kisah keteladan Nabi Zulkifli a.s.
4.18 menceritakan kisah keteladan Nabi Harun a.s.
4.19 menceritakan kisah keteladanan Nabi Musa a.s.
4.20 menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad saw.
4.21 menceritakan kisah keteladanan Wali Songo

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Kelas : I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan 1.1 Mensyukuri ditetapkannya bintang, rantai,
menjalankan ajaran agama pohon beringin, kepala banteng, dan padi kapas
yang dianutnya sebagai gambar pada lambang negara “Garuda
Pancasila”
1.2 Menunjukkan sikap patuh aturan agama yang
dianut dalam kehidupan sehari-hari di rumah
1.3 Menerima keberagaman karakteristik individu
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di
rumah
1.4 Menerima keberagaman di rumah sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa di rumah
2. Menunjukkan perilaku 2.1 Bersikap santun, rukun, mandiri, dan percaya
jujur, disiplin, tanggung diri sesuai dengan sila-sila Pancasila dalam
jawab, santun, peduli, dan lambang negara “Garuda Pancasila” dalam
percaya diri dalam kehidupan sehari-hari
berinteraksi dengan 2.2 Melaksanakan aturan yang berlaku dalam
keluarga, teman, dan guru kehidupan sehari-hari di rumah
2.3 Menampilkan kebersamaan dalam keberagaman
karakteristik individu di rumah
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam
keberagaman di rumah
3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal simbol sila-sila Pancasila dalam

24
faktual dengan cara lambang negara “Garuda Pancasila”
mengamati [mendengar, 3.2 Mengidentifikasi aturan yang berlaku dalam
melihat, membaca] dan kehidupan sehari-hari di rumah
menanya berdasarkan rasa 3.3 Mengidentifikasi keberagaman karateristik
ingin tahu tentang dirinya, individu di rumah
makhluk ciptaan Tuhan 3.4 Mengidentifikasi bentuk kerjasama dalam
dan kegiatannya, dan keberagaman di rumah
benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan
di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menceritakan simbo-simbol sila Pancasila pada
faktual dalam bahasa yang lambang Garuda Pancasila.
jelas dan logis, dalam 4.2 Menceritakan kegiatan sesuai dengan aturan
karya yang estetis, dalam yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di
gerakan yang rumah
mencerminkan anak sehat, 4.3 Menceritakan pengalaman kebersamaan dalam
dan dalam tindakan yang keberagaman kehidupan individu di rumah
mencerminkan perilaku 4.4 Menceritakan pengalaman kerjasama dalam
anak beriman dan keberagaman di rumah
berakhlak mulia

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan 1.1 Menerima makna hubungan bintang, rantai,
dan menghargai ajaran pohon beringin, kepala banteng, dan padi kapas
agama yang dianutnya pada lambang negara “Garuda Pancasila”
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
1.2 Menghargai kewajiban dan hak warga
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dalam
menjalankan agama
1.3 Mensyukuri keberagaman umat beragama di
masyarakat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keberagaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa
2. Menunjukkan perilaku 2.1 Bersikap berani mengakui kesalahan, meminta
jujur, disiplin, tanggung maaf, memberi maaf, dan santun sebagai
jawab, santun, peduli, dan perwujudan nilai dan moral Pancasila.
percaya diri dalam
berinteraksi dengan 2.2 Menunjukkan sikap disiplin dalam memenuhi
keluarga, teman, guru dan kewajiban dan hak sebagai warga masyarakat
tetangganya sebagai wujud cinta tanah air
2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman umat
beragama di masyarakat dalam konteks
25
Bhinneka Tunggal Ika
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai
bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami makna hubungan simbol dengan sila-
faktual dengan cara sila Pancasila
mengamati [mendengar, 3.2 Mengidentifikasi pelaksanaan kewajiban dan hak
melihat, membaca] dan sebagai warga masyarakat dalam kehidupan
menanya berdasarkan rasa sehari-hari
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman karakteristik
makhluk ciptaan Tuhan individu dalam kehidupan sehari-hari
dan kegiatannya, dan 3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keberagaman
benda-benda yang suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia
dijumpainya di rumah dan yang terikat persatuan dan kesatuan
di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menjelaskan makna hubungan simbol dengan
faktual dalam bahasa yang sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan dalam
jelas dan logis, dalam kehidupan sehari-hari
karya yang estetis, dalam 4.2 Menyajikan hasil identifikasi pelaksanaan
gerakan yang kewajiban dan hak sebagai warga masyarakat
mencerminkan anak sehat, dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam tindakan yang 4.3 Mengemukakan manfaat keberagaman
mencerminkan perilaku karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
anak beriman dan hari
berakhlak mulia 4.4 Menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan

3. Bahasa Indonesia
Kelas : I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami 3.1 Menjelaskan kegiatan persiapan membaca
pengetahuan permulaan (cara duduk wajar dan baik, jarak
faktual dengan antara mata dan buku, cara memegang buku,
cara mengamati cara membalik halaman buku, gerakan mata dari
[mendengar, kiri ke kanan, memilih tempat dengan cahaya
melihat, membaca] yang terang) dengan cara yang benar
dan menanya 3.2 Mengemuka-kan kegiatan persiapan menulis
berdasarkan rasa permulaan (cara duduk, cara memegang pensil,
ingin tahu tentang cara menggerakkan pensil, cara meletakkan
dirinya, makhluk buku, jarak antara mata dan buku, pemilihan
ciptaan Tuhan dan tempat dengan cahaya yang terang) yang benar
kegiatannya, dan secara lisan
benda-benda yang 3.3 Menguraikan lambang bunyi vokal dan
dijumpainya di konsonan dalam kata bahasa Indonesia atau
rumah dan bahasa daerahatau bahasa daerah
di sekolah 3.4 Menentukan kosakata tentang anggota tubuh dan
26
pancaindra serta perawatannya melalui teks
pendek (berupa gambar, tulisan, slogan
sederhana, dan/atau syair lagu) dan eksplorasi
lingkungan
3.5 Mengenal kosakata tentang cara memelihara
kesehatan melalui teks pendek (berupa gambar,
tulisan, dan slogan sederhana) dan/atau
eksplorasi lingkungan.
3.6 Menguraikan kosakata tentang berbagai jenis
benda di lingkungan sekitar melalui teks pendek
(berupa gambar, slogan sederhana, tulisan,
dan/atau syair lagu) dan/atau eksplorasi
lingkungan.
3.7 Menentukan kosakata yang berkaitan dengan
peristiwa siang dan malam melalui teks pendek
(gambar, tulisan, dan/atau syair lagu) dan/atau
eksplorasi lingkungan.
3.8 Merinci ungkapan penyampaian terima kasih,
permintaan maaf, tolong, dan pemberian pujian,
ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
yang santun secara lisan dan tulisan yang dapat
dibantu dengan kosakata bahasa daerah
3.9 Merinci kosakata dan ungkapan perkenalan diri,
keluarga, dan orang-orang di tempat tinggalnya
secara lisan dan tulis yang dapat dibantu dengan
kosakata bahasa daerah
3.10 Menguraikan kosakata hubungan kekeluargaan
melalui gambar/bagan silsilah keluarga dalam
bahasa Indonesia atau bahasa daerah
3.11 Mencermati puisi anak/syair lagu (berisi
ungkapan kekaguman, kebanggaan, hormat
kepada orang tua, kasih sayang, atau
persahabatan) yang diperdengarkan dengan
tujuan untuk kesenangan
4. Menyajikanpengetahuan 4.1 Mempraktikkan kegiatan persiapan membaca permulaan
faktual dalam bahasa yang (duduk wajar dan baik, jarak antara mata dan buku, cara
jelas dan logis, dalam memegang buku, cara membalik
karya yang estetis, dalam halaman buku, gerakan mata dari kiri ke kanan, memilih
gerakan yang tempat dengan cahaya yang terang) dengan benar
mencerminkan anak sehat, 4.2 Mempraktikkan kegiatan persiapan menulis
dan dalam tindakan yang permulaan (cara duduk, cara memegang pensil,
mencerminkan perilaku cara meletakkan buku, jarak antara mata dan
anak beriman dan buku, gerakan tangan atas-bawah, kiri-kanan,
berakhlak mulia latihan pelenturan gerakan tangan dengan
gerakan menulis di udara/pasir/ meja,
melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak,
menggambar, membuat garis tegak, miring,
lurus, dan lengkung, menjiplak berbagai bentuk
gambar, lingkaran, dan bentuk huruf di tempat

27
bercahaya terang) dengan benar
4.3 Melafalkan bunyi vokal dan konsonan dalam
kata bahasa Indonesia atau bahasa daerah
4.4 Menyampaikan penjelasan (berupa gambar dan
tulisan) tentang anggota tubuh dan panca indera
serta perawatannya menggunakan kosakata
bahasa Indonesia dengan bantuan bahasa daerah
secara lisan dan/atau tulis
4.5 Mengemukakan penjelasan tentang cara
memelihara kesehatan dengan pelafalan kosakata
Bahasa Indonesia yang tepat dan dibantu dengan
bahasa daerah
4.6 Menggunakan kosakata bahasa Indonesia dengan
ejaan yang tepat dan dibantu dengan bahasa
daerah mengenai berbagai jenis benda di
lingkungan sekitar dalam teks tulis sederhana
4.7 Menyampaikan penjelasan dengan kosakata
Bahasa Indonesia dan dibantu dengan bahasa
daerah mengenai peristiwa siang dan malam
dalam teks tulis dan gambar
4.8 Mempraktikan ungkapan terima kasih,
permintaan maaf, tolong, dan pemberian pujian,
dengan menggunakan bahasa yang santun
kepada orang lain secara lisan dan tulis
4.9 Menggunakan kosakata dan ungkapan yang tepat
untuk perkenalan diri, keluarga, dan orang-orang
di tempat tinggalnya secara sederhana dalam
bentuk lisan dan tulis
4.10 Menggunakan kosakata yang tepat dalam
percakapan tentang hubungan kekeluargaan
dengan menggunakan bantuan gambar/bagan
silsilah keluarga
4.11 Melisankan puisi anak atau syair lagu (berisi
ungkapan kekaguman, kebanggaan, hormat
kepada orang tua, kasih sayang, atau
persahabatan) sebagai bentuk ungkapan diri

Bahasa Indonesia
Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami 3.1 Mencermati gagasan pokok dan gagasan
pengetahuan pendukung yang diperoleh dari teks lisan, tulis,
faktual dengan atau visual
cara mengamati 3.2 Mencermati keterhubungan antargagasan yang
[mendengar, didapat dari teks lisan, tulis, atau visual
melihat, membaca] 3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui
dan menanya wawancara menggunakan daftar pertanyaan
berdasarkan rasa 3.4 Membandingkan teks petunjuk penggunaan dua
28
ingin tahu tentang alat yang sama dan berbeda
dirinya, makhluk 3.5 Menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku
ciptaan Tuhan dan sastra (cerita, dongeng, dan sebagainya)
kegiatannya, dan 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan
benda-benda yang secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk
dijumpainya di kesenangan
rumah dan 3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada
di sekolah teks nonfiksi
3.8 Membandingkan hal yang sudah diketahui
dengan yang baru diketahui dari teks nonfiksi
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks
fiksi
3.10 Membanding-kan watak setiap tokoh pada teks
fiksi
4. Menyajikanpengetahuan 4.1 Menata informasi yang didapat dari teks
faktual dalam bahasa yang berdasarkan keterhubungan antargagasan ke
jelas dan logis, dalam dalam kerangka tulisan
karya yang estetis, dalam 4.2 Menyajikan hasil pengamatan tentang
gerakan yang keterhubungan antargagasan ke dalam tulisan
mencerminkan anak sehat, 4.3 Melaporkan hasil wawancara menggunakan
dan dalam tindakan yang kosakata baku dan kalimat efektif dalam bentuk
mencerminkan perilaku teks tulis
anak beriman dan 4.4 Menyajikan petunjuk penggunaan alat dalam
berakhlak mulia bentuk teks tulis dan visual menggunakan
kosakata baku dan kalimat efektif
4.5 Mengomunikasikan pendapat pribadi tentang isi
buku sastra yang dipilih dan dibaca sendiri
secara lisan dan tulis yang didukung oleh alasan
4.6 Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai
bentuk ungkapan diri
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks
nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri
4.8 Menyampaikan hasil membandingkan
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru
secara tertulis dengan bahasa sendiri
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis,
dan visual
4.10 Menyajikan hasil membanding-kan watak setiap
tokoh pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan
visual

4. Matematika
Kelas : I

29
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami 3.1 Menjelaskan makna bilangan cacah sampai
pengetahuan dengan 99 sebagai banyak anggota suatu
faktual dengan kumpulan objek
cara mengamati 3.2 Menjelaskan bilangan sampai dua angka dan
[mendengar, nilai tempat penyusun lambang bilangan
melihat, membaca] menggunakan kumpulan benda konkret serta
dan menanya cara membacanya
berdasarkan rasa 3.3 Membandingkan dua bilangan sampai dua
ingin tahu tentang angka dengan menggunakan kumpulan benda-
dirinya, makhluk benda konkret
ciptaan Tuhan dan 3.4 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan
kegiatannya, dan pengurangan bilangan yang melibatkan
benda-benda yang bilangan cacah sampai dengan 99 dalam
dijumpainya di kehidupan sehari-hari serta mengaitkan
rumah dan penjumlahan dan pengurangan
di sekolah 3.5 Mengenal pola bilangan yang berkaitan dengan
kumpulan benda/gambar/gerakan atau lainnya
3.6 Mengenal bangun ruang dan bangun datar
dengan menggunakan berbagai benda konkret
3.7 Mengidentifikasi bangun datar yang dapat
disusun membentuk pola pengubinan
3.8 Mengenal dan menentukan panjang dan berat
dengan satuan tidak baku menggunakan
benda/situasi konkret
3.9 Membandingkan panjang, berat, lamanya waktu,
dan suhu menggunakan benda/ situasi konkret
4. Menyajikanpengetahuan 4.1 Menyajikan bilangan cacah sampai dengan 99
faktual dalam bahasa yang yang bersesuaian dengan banyak anggota
jelas dan logis, dalam kumpulan objek yang disajikan
karya yang estetis, dalam 4.2 Menuliskan lambang bilangan sampai dua
gerakan yang angka yang menyatakan banyak anggota suatu
mencerminkan anak sehat, kumpulan objek dengan ide nilai tempat
dan dalam tindakan yang 4.3 Mengurutkan bilangan-bilangan sampai dua
mencerminkan perilaku angka dari bilangan terkecil ke bilangan
anak beriman dan terbesar atau sebaliknya dengan menggunakan
berakhlak mulia kumpulan benda-benda konkret
4.4 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan 99
4.5 Memprediksi dan membuat pola bilangan yang
berkaitan dengan kumpulan
benda/gambar/gerakan atau lainnya
4.6 Mengelompokkan bangun ruang dan bangun
datar berdasarkan sifat tertentu dengan
menggunakan berbagai benda konkret
4.7 Menyusun bangun-bangun datar untuk
membentuk pola pengubinan

30
4.8 Melakukan pengukuran panjang dan berat dalam
satuan tidak baku dengan menggunakan
benda/situasi konkret
4.9 Mengurutkan benda/kejadian/ keadaan
berdasarkan panjang, berat, lamanya waktu, dan
suhu

Matematika
Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami 3.1 Menjelaskan pecahan-pecahan senilai dengan
pengetahuan gambar dan model konkret
faktual dengan 3.2 Menjelaskan berbagai bentuk pecahan (biasa,
cara mengamati campuran, desimal, dan persen) dan hubungan di
[mendengar, antaranya
melihat, membaca] 3.3 Menjelaskan dan melakukan penaksiran dari
dan menanya jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua
berdasarkan rasa bilangan cacah maupun pecahan dan desimal
ingin tahu tentang 3.4 Menjelaskan faktor dan kelipatan suatu bilangan
dirinya, makhluk 3.5 Menjelaskan bilangan prima
ciptaan Tuhan dan 3.6 Menjelaskan dan menentukan faktor
kegiatannya, dan persekutuan, faktor persekutuan terbesar (FPB),
benda-benda yang kelipatan persekutuan, dan kelipatan persekutuan
dijumpainya di terkecil (KPK) dari dua bilangan berkaitan
rumah dan dengan kehidupan sehari-hari
di sekolah 3.7 Menjelaskan dan melakukan pembulatan hasil
pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat
3.8 Menganalisis sifat-sifat segibanyak beraturan
dan segibanyak tidak beraturan
3.9 Menjelaskan dan menentukan keliling dan luas
persegi, persegipanjang, dan segitiga serta
hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua
3.10 Menjelaskan hubungan antar garis (sejajar,
berpotongan, berhimpit) menggunakan model
konkret
3.11 Menjelaskan data diri peserta didik dan
lingkungannya yang disajikan dalam bentuk
diagram batang
3.12 Menjelaskan dan menentukan ukuran sudut pada
bangun datar dalam satuan baku dengan
menggunakan busur derajat
4. Menyajikanpengetahuan 4.1 Mengidentifikasi pecahan-pecahan senilai
faktual dalam bahasa yang dengan gambar dan model konkret
jelas dan logis, dalam 4.2 Mengidentifikasi berbagai bentuk pecahan
karya yang estetis, dalam (biasa, campuran, desimal, dan persen) dan
gerakan yang hubungan di antaranya
mencerminkan anak sehat, 4.3 Menyelesaikan masalah penaksiran dari jumlah,
dan dalam tindakan yang selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua bilangan
31
mencerminkan perilaku cacah maupun pecahan dan desimal
anak beriman dan 4.4 Mengidentifikasi faktor dan kelipatan suatu
berakhlak mulia bilangan
4.5 Mengidentifikasi bilangan prima
4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
faktor persekutuan, faktor persekutuan terbesar
(FPB), kelipatan persekutuan, dan kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4.7 Menyelesaikan masalah pembulatan hasil
pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat
4.8 Mengidentifikasi segibanyak beraturan dan
segibanyak tidak beraturan
4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan
keliling dan luas persegi, persegipanjang, dan
segitiga termasuk melibatkan pangkat dua
dengan akar pangkat dua
4.10 Mengidentifikasi hubungan antar garis (sejajar,
berpotongan, berhimpit) menggunakan model
konkret
4.11 Mengumpulkan data diri peserta didik dan
lingkungannya dan menyajikan dalam bentuk
diagram batang
4.12 Mengukur sudut pada bangun datar dalam satuan
baku dengan menggunakan busur derajat

5.Ilmu Pengetahuan Alam


Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi
pengetahuan bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan
faktual dengan 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis
cara mengamati makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya
[mendengar, pelestariannya
melihat, membaca] 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara
dan menanya lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya
berdasarkan rasa gravitasi, dan gaya gesekan
ingin tahu tentang 3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada
dirinya, makhluk peristiwa di lingkungan sekitar
ciptaan Tuhan dan 3.5 Mengidentifikasi berbagai sumber energi,
kegiatannya, dan perubahan bentuk energi, dan sumber energi
benda-benda yang alternatif (angin, air, matahari, panas bumi,
dijumpainya di bahan bakar organik, dan nuklir) dalam
rumah dan kehidupan sehari-hari
di sekolah 3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya
dengan indera pendengaran
3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan
keterkaitannya dengan indera penglihatan
32
3.8 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan
dan pelestarian sumber daya alam di
lingkungannya
4. Menyajikanpengetahuan 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk
faktual dalam bahasa yang dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan
jelas dan logis, dalam 4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis
karya yang estetis, dalam mahluk hidup yang ada di lingkungan sekitarnya,
gerakan yang dan slogan upaya pelestariannya
mencerminkan anak sehat, 4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam
dan dalam tindakan yang kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya
mencerminkan perilaku listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya
anak beriman dan gesekan
berakhlak mulia 4.4 Menyajikan hasil percobaan tentang hubungan
antara gaya dan gerak
4.5 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan
penelusuran informasi tentang berbagai
perubahan bentuk energi
4.6 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang
sifat-sifat bunyi
4.7 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang
sifat-sifat cahaya
4.8 Melakukan kegiatan upaya pelestarian sumber
daya alam bersama orang-orang di
lingkungannya

6. Ilmu Pengetahuan Sosial


Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami 3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang
pengetahuan danpemanfaatan sumber daya alam untuk
faktual dengan kesejahteraan masyarakat dari tingkat
cara mengamati kota/kabupaten sampai tingkat provinsi.
dan menanya 3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi,
berdasarkan rasa budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat
ingin tahu tentang sebagai identitas bangsa Indonesia; serta
dirinya, makhluk hubungannya dengan karakteristik ruang.
ciptaan Tuhan dan 3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi dan
kegiatannya, dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan,
benda-benda yang serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan
dijumpainya di sekitar sampai provinsi.
rumah,di sekolah, dan 3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu dan/atau
bermain. Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah
setempat,serta pengaruhnya pada kehidupan
masyarakat masa kini.

4. Menyajikanpengetahuan 4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik ruang


faktual dalam bahasa yang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk
jelas dan logis, dalam kesejahteraan masyarakat dari tingkat

33
karya yang estetis, dalam kota/kabupaten sampai tingkat provinsi.
gerakan yang
mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang 4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai
mencerminkan perilaku keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan
anak beriman dan agama di provinsi setempat sebagai identitas
berakhlak mulia. bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan
karakteristik ruang.
4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan ekonomi
dan hubungannya dengan berbagai bidang
pekerjaan, serta kehidupan sosial dan budaya di
lingkungan sekitar sampai provinsi.
4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan Hindu
dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan
daerah setempat, serta pengaruhnya pada
kehidupan masyarakat masa kini.

7. Seni Budaya dan Prakarya


Kelas : I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahamipengetahuan 3.1 mengenal karya ekspresi dua dan tiga dimensi
faktual dengancara
3.2 mengenal elemen musik melalui lagu
mengamati[mendengar,
melihat, membaca]dan 3.3 mengenal gerak anggota tubuh melalui tari
menanyaberdasarkan rasa 3.4 mengenal bahan alam dalam berkarya
ingin tahu tentangdirinya,
makhlukciptaan Tuhan
dankegiatannya, dan
benda-benda
yangdijumpainya dirumah
dan
di sekolah
4. Menyajikanpengetahuan 4.1 membuat karya ekspresi dua dan tiga dimensi
faktual dalam bahasa yang 4.2 menirukan elemen musik melalui lagu
jelas dan logis, dalam 4.3 meragakan gerak anggota tubuh melalui tari
karya yang estetis, dalam 4.4 membuat karya dari bahan alam
gerakan yang
mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku
anak beriman dan
berakhlak mulia
Seni Budaya dan Prakarya
Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. memahami pengetahuan 3.1 mengetahui gambar dan bentuk tiga dimensi

34
faktual dengan cara 3.2 mengetahui tanda tempo dan tinggi rendah nada
mengamati dan menanya 3.3 mengetahui gerak tari kreasi daerah
berdasarkan rasa ingin 3.4 mengetahui karya seni rupa teknik tempel
tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan
benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat
bermain
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 menggambar dan membentuk tiga dimensi
faktual dalam bahasa yang 4.2 menyanyikan lagu dengan memperhatikan tempo
jelas, sistematis dan logis, dan tinggi rendah nada
dalam karya yang estetis, 4.3 meragakan gerak tari kreasi daerah
dalam gerakan yang 4.4 membuat karya kolase, montase, aplikasi, dan
mencerminkan anak sehat, mozaik
dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku
anak beriman dan
berakhlak mulia.

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan


Kelas : I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami gerak dasar lokomotor sesuai
faktual dengan cara dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
mengamati keterhubungan dalam berbagai bentuk
[mendengan,melihat,mem permainan sederhana dan atau tradisional
baca] dan menanya 3.2 Memahami gerak dasar non-lokomotor sesuai
berdasarkan rasa ingin dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
tahu tentang dirinya, keterhubungan dalam berbagai bentuk
makhluk ciptaan Tuhan permainan sederhana dan atau tradisional
dan kegiatannya, dan 3.3 Memahami pola gerak dasar manipulatif sesuai
benda-benda yang dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
dijumpainya di rumah, di keterhubungan dalam berbagai bentuk
sekolah dan tempat permainan sederhana dan atau tradisional
bermain . 3.4 Memahami menjaga sikap tubuh (duduk,
membaca, berdiri, jalan), dan bergerak secara
lentur serta seimbang dalam rangka
pembentukan tubuh melalui permainan
sederhana dan atau tradisional
3.5 Memahami berbagai gerak dominan (bertumpu,
bergantung,keseimbangan, berpindah/lokomotor,
tolakan, putaran, ayunan, melayang, dan
mendarat) dalam aktivitas senam lantai
3.6 Memahami gerak dasar lokomotor dan non-
lokomotor sesuai dengan irama (ketukan)

35
tanpa/dengan musik dalam aktivitas gerak
berirama
3.7 Memahami berbagai pengenalan aktivitas air dan
menjaga keselamatan diri/orang lain dalam
aktivitas air***
3.8 Memahami bagian-bagian tubuh, bagian tubuh
yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain,
cara menjaga kebersihannya, dan kebersihan
pakaian
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Mempraktikkan gerak dasar lokomotor sesuai
faktual dalam bahasa yang dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
jelasdan logis, dalam karya keterhubungan dalam berbagai bentuk
yang estetis, dalam permainan sederhana dan atau tradisional
gerakan yang 4.2 Mempraktikkan gerak dasar non-lokomotor
mencerminkan anak sehat, sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
dan dalam tindakan yang keterhubungan dalam berbagai bentuk
mencerminkan perilaku permainan sederhana dan atau tradisional
anak beriman dan 4.3 Mempraktikkan pola gerak dasar manipulatif
berakhlak mulia. sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
keterhubungan dalam berbagai bentuk
permainan sederhana dan atau tradisional.
4.4 Mempraktikkan sikap tubuh (duduk, membaca,
berdiri, jalan), dan bergerak secara lentur serta
seimbang dalam rangka pembentukan tubuh
melalui permainan sederhana dan atau
tradisional
4.5 Mempraktikkan berbagai pola gerak dominan
(bertumpu, bergantung, keseimbangan,
berpindah/lokomotor, tolakan, putaran, ayunan,
melayang, dan mendarat) dalam aktivitas senam
lantai
4.6 Mempraktikkan gerak dasar lokomotor dan non-
lokomotor sesuai dengan irama (ketukan)
tanpa/dengan musik dalam aktivitas gerak
berirama
4.7 Mempraktikkan berbagai pengenalan aktivitas
air dan menjaga keselamatan diri/orang lain
dalam aktivitas air***
4.8 Menceritakan bagian-bagian tubuh, bagian tubuh
yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain,
cara menjaga kebersihannya, dan kebersihan
pakaian

Pendidikan Jasmani Olahraga, dan Kesehatan


Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

36
3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami variasi gerak dasar lokomotor, non-
faktual dengan cara lokomotor, dan manipulatif sesuai dengan
mengamati dan menanya konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan
berdasarkan rasa ingin dalam permainan bola besar sederhana dan atau
tahu tentang dirinya, tradisional*
makhluk ciptaan Tuhan 3.2 Memahami variasi gerak dasar lokomotor, non-
dan kegiatannya, dan lokomotor, dan manipulatif sesuai dengan
benda-benda yang konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan
dijumpainya di rumah, di dalam permainan bola kecil sederhana dan atau
sekolah dan tempat tradisional*
bermain 3.3 Memahami variasi gerak dasar jalan, lari,
lompat, dan lempar melalui permainan/olahraga
yang dimodifikasi dan atau olahraga tradisional
3.4 Menerapkan gerak dasar lokomotor dan non-
lokomotor untuk membentuk gerak dasar seni
beladiri**
3.5 Memahami berbagai bentuk aktivitas kebugaran
jasmani melalui berbagai latihan; daya tahan,
kekuatan, kecepatan, dan kelincahan untuk
mencapai berat badan ideal
3.6 Menerapkan variasi dan kombinasi berbagai pola
gerak dominan (bertumpu, bergantung,
keseimbangan, berpindah/lokomotor, tolakan,
putaran, ayunan, melayang, dan mendarat) dalam
aktivitas senam lantai
3.7 Menerapkan variasi gerak dasar langkah dan
ayunan lengan mengikuti irama (ketukan)
tanpa/dengan musik dalam aktivitas gerak
berirama
3.8 Memahami gerak dasar satu gaya renang***
3.9 Memahami jenis cidera dan cara
penanggulangannya secara sederhana saat
melakukan aktivitas fisik dan dalam kehidupan
sehari-hari
3.10 Menganalisis perilaku terpuji dalam pergaulan
sehari-hari (antar teman sebaya, orang yang lebih
tua, dan orang yang lebih muda)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Mempraktikkan variasi gerak dasar lokomotor,
faktual dalam bahasa yang non-lokomotor, dan manipulatif sesuai dengan
jelas, sistematis dan logis, konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan
dalam karya yang estetis, dalam permainan bola besar sederhana dan atau
dalam gerakan yang tradisional*
mencerminkan anak sehat, 4.2 Mempraktikkan variasi gerak dasar lokomotor,
dan dalam tindakan yang non-lokomotor, dan manipulatif sesuai dengan
mencerminkan perilaku konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan
anak beriman dan dalam permainan bola kecil sederhana dan atau
berakhlak mulia tradisional*
4.3 Mempraktikkan variasi pola dasar jalan, lari,
lompat, dan lempar melalui permainan/olahraga
yang dimodifikasi dan atau olahraga tradisional

37
4.4 Mempraktikkan gerak dasar lokomotor dan non
lokomotor untuk membentuk gerak dasar seni
beladiri**
4.5 Mempraktikkan berbagai aktivitas kebugaran
jasmani melalui berbagai bentuk latihan; daya
tahan, kekuatan, kecepatan, dan kelincahan
untuk mencapai berat badan ideal
4.6 Mempraktikkan variasi dan kombinasi berbagai
pola gerak dominan (bertumpu, bergantung,
keseimbangan, berpindah/lokomotor, tolakan,
putaran, ayunan, melayang, dan mendarat) dalam
aktivitas senam lantai
4.7 Mempraktikkan variasi gerak dasar langkah dan
ayunan lengan mengikuti irama (ketukan)
tanpa/dengan musik dalam aktivitas gerak
berirama
4.8 Mempraktikkan gerak dasar satu gaya renang
***
4.9 Mendemonstrasikan cara penanggulangan jenis
cidera secara sederhana saat melakukan aktivitas
fisik dan dalam kehidupan sehari-hari.
4.10 Mendemonstrasikan perilaku terpuji dalam
pergaulan sehari-hari (antar teman sebaya, orang
yang lebih tua, dan orang yang lebih muda)

2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah,
yang materinya dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan lokal dapat ditentukan olah satuan pendidikan.

a. Bahasa Jawa
Mata pelajaran Bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
- Mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa untuk
mengekspresikan kebudayaan Jawa;
- Meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya sastra Jawa;
- Memupuk tanggung jawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya Jawa
sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Jawa meliputi aspek-aspek sebagai
berikut : mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra Jawa
dengan pendekatan pembelajaran tema.

38
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas :I

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


SEMESTER I
Unit 1Tema :................................
1.Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima danbangga anugerah
dianutnya Tuhan Yang MahaEsa berupa
BahasaJawa sebagaibahasa Ibu
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 MenunjukkanPerilaku
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam bertanggung jawab, santun, dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. percaya diri dalam
mengungkapkan keinginan,
pendapat menggunakan Bahasa
Jawa
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Mengenal bunyi bahasa melalui
mengamati [mendengar, melihat dan nama-nama benda sekitar
membaca] dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dankegiatannya, dan benda benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Mengeja dan menulis huruf, suku
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis kata, kata melalui nama-nama
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, benda sekitar
dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilakuanak beriman dan berakhlak mulia.
Unit 2 Tema.....................
1.Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima dan bangga
dianutnya anugerahTuhan Yang Maha
Esa berupa BahasaJawa sebagai
bahasa Ibu
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkanperilaku berbahasa
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam yang santun yangditunjukkan
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. dengan ketepatanpenggunaan
ragam bahasa (unggahungguh).
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.2 Memahamitembang dolanan
mengamati [mendengar, melihat dan bertema nasihat
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.2 Menirukanpengucapan teks
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis tembang dolananbertema nasihat
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan

39
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
Unit 3 Tema.....................
1.Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerimaanugerah Tuhan
dianutnya Yang Maha Esaberupa bahasa
Jawa sebagaiBahasa Ibu.
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.3 Menunjukkanperilaku, tindakan,
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam dan perbuatanyangmencerminkan
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. kepribadian Jawa.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.3 Memahamidongeng yang
mengamati [mendengar, melihat dan mengandung ajaranbudi pekerti.
membaca] dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.3 Mendongeng dan
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis memperagakan dongeng (fabel)
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, bertema kejujuranmisalnya“Baya
dan dalam tindakan yang mencerminkan lan Banteng”.
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
SEMESTER II
Unit 4Tema :................................
1.Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1. Menerimaanugerah Tuhan
dianutnya Yang Maha Esaberupa Bahasa
Jawa sebagaibahasa Ibu
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkanperilaku
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam bertanggung jawab,peduli, dan
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. percayadiri dalamberinteraksi
dengan keluarga, teman,dan guru
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.5 Memahamitembang dolanan
mengamati [mendengar, melihat dan
membaca] danmenanya berdasarkan rasa ingin
tahutentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Menirukanpengucapan teks
yangjelas dan logis, dalam karya yang estetis tembang dolanan
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak berimandan berakhlak mulia

Unit 5 Tema.....................
1.Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima danbangga Anugerah
dianutnya Tuhan Yang MahaEsa berupa
BahasaJawa sebagai bahasaIbu
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.2 Menunjukkanperilaku
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berbahasayang santun yang
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. ditunjukkan denganketepatan
penggunaanragambahasa
(unggahungguh)

40
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.2. Memahamidongeng bertemasetia
mengamati [mendengar, melihat dan kawan
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.2 Mendongeng danmemperagakan
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis dongeng (fabel)bertema setia
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, kawanmisalnya “Yuyu lanIwak”
dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
Unit 6 Tema.....................
1.Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima anugerah Tuhan Yang
dianutnya Maha Esa berupa Bahasa Jawa
sebagai Bahasa Ibu.
2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.3 Menunjukkan perilaku, tindakan,
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam dan perbuatanyang
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. mencerminkankepribadian Jawa.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.3 Mengenal nama anggota tubuh
mengamati [mendengar, melihat dan ragam ngoko dan krama.
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahutentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dankegiatannya, dan benda benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.3 Menulis nama-nama anggota tubuh
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis ragam ngoko dan krama.
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

Mata Pelajaran : Bahasa Jawa


Kelas : IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
SEMESTER I
Unit 1 Tema.........................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha EsaberupaBahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkan perilaku
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam bertanggungjawab,santun, dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga percaya diridalam
dan guru. mengungkapkan keinginan,
pendapatmenggunakanbahasa
Jawa.
3.Memahami pengetahuan faktual dengancara 3.1 Memahami teks geguritanbertema
mengamati [mendengar, melihat, membaca] budipekerti
danmenanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentangdirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

41
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah,sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalambahasa 4.1 Membaca indah teksgeguritan
yangjelas, logis dan sistematis, dalam karya dengan lafal danintonasi yang
yang estetis, dalam gerakan yang tepat
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.
Unit 2 Tema...........................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkanperilaku
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam bertanggungjawab,santun, dan
berinteraksi dengan keluarga,teman, tetangga percaya diridalam
dan guru. mengungkapkankeinginan,
pendapatmenggunakanbahasa
Jawa
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.2 Memahami ceritawayang tentang
mengamati [mendengar, melihat, membaca] tokoh Yudhistira
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentangdirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.2 Menceritakankarakter tokoh
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya wayangmenggunakanragam
yang estetis,dalam gerakan yangmencerminkan krama.
anak sehat, dandalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Unit 3 Tema...................................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.2 Menunjukkanperilaku berbahasa
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam yang santunyang ditunjukkan
berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga denganketepatanpenggunaan
dan guru. ragam bahasa(unggah-ungguh
basa).
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.3 Memahami teksnonsastratentang
mengamati [mendengar, melihat, membaca] tradisi
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dankegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.3.Menceritakanteks nonsastra
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya tentang tradisidengan ragam

42
yang estetis, dalam gerakan yang krama
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Unit 4 Tema.................................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaranagama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu.
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.3 Menunjukkanperilaku,tindakan,
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam Dan perbuatan yang mencerminkan
berinteraksi dengan keluarga, teman, kepribadian Jawa.
tetangga dan guru.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.4 Mengenalsandhanganswara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] (wulu, suku, pepet,taling, taling
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tarung).
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalambahasa 4.4 Membaca danmenulis
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya hurufJawa yang menggunakan
yang estetis,dalam gerakan yang sandhanganswara (wulu,suku,
mencerminkan anak sehat, dandalam tindakan pepet,taling, talingtarung).
yang mencerminkanperilaku anakberiman dan
berakhlak mulia.
SEMESTER II
Unit 5 Tema.............................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkanperilaku
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam bertanggungjawab,santun
berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga danpercaya diridalam
dan guru. mengungkapkankeinginan dan
pendapatmenggunakanbahasa
Jawa.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Memahami ceritarakyat (sage)
mengamati [mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahutentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Menceritakankembali cerita
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya rakyat yang dibaca.
yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
Unit 6 Tema.............................

43
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkanperilaku
jawab,santun, peduli, dan percaya diri dalam bertanggungjawab,santun dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga percayadiri dalam
dan guru. mengungkapkankeinginan dan
pendapatmenggunakanbahasa
Jawa.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.2 MemahamitembangGambuh.
mengamati [mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.2 Menceritakan isiteks tembang
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya Gambuh.
yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Unit 7 Tema.............................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menunjukkanperilaku berbahasa
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam yangsantun yangditunjukkan
berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga dengan ketepatanpenggunaan
dan guru. ragam bahasa(unggahungguh
basa).
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.3 Memahami cerita wayang “Bima
mengamati [mendengar, melihat, membaca] Bungkus”.
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.3 Menceritakankembali cerita
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya wayang “BimaBungkus”dengan
yang estetis,dalam gerakan yang ragamkrama.
mencerminkan anak sehat, dandalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Unit 8 Tema.............................
1.Menerima, menghargai dan menjalankan 1.1 Menerimaanugerah TuhanYang
ajaran agama yang dianutnya Maha Esaberupa BahasaJawa
sebagaibahasa Ibu
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.3 Menunjukkanperilaku,tindakan,
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam danperbuatan yangmencerminkan

44
berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga kepribadianJawa.
dan guru.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.4 Mengenalsandhangan
mengamati [mendengar, melihat, membaca] panyigegingwanda dan
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu sandhanganwyanjana
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.4 Membaca danmenulis hurufJawa
yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang mengandungsandhangan
yang estetis, dalam gerakan yang panyigegingwanda dan
mencerminkan anak sehat, dandalam tindakan sandhanganwyanjana
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

b. Baca Tulis Al Qur’an


Mata pelajaran Baca Tulis Al Quran bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
- Membekali siswa dalam rangka untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam;
- Membiasakan siswa untuk membaca Al Qur’an
Ruang lingkup mata pelajaran Baca Tulis AL Quran meliputi aspek-aspek sebagai
berikut : bacaan dalam AL Quran dan surat-surat pendek.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran : Baca Tulis Al Quran


Kelas : IV
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Membaca alif lam ( ) 1.1 Mengenali lafal yang berawal huruf alif lam ( lam
diikuti huruf qomariyah ( Al ta’rif ).
Qomariyah / Izhar 1.2 Membaca dan menulis kata yang memuat huruf
qomariyah ). alif
lam bertemu dengan huruf-huruf qomariyah.
1.1 Menyebutkan huruf-huruf qomariyah.
2.Membaca alif lam ( ) 2.1 Mengenali huruf alif lam ( lam ta’rif ) bertemu
diikuti huruf syamsiyah ( Al dengan huruf syamsiyyah.
Syamsiyah / Idgam syasiyah ). 2.2 Membaca dan menulis kata yang terdapat huruf
alif lam bertemu dengan huruf-huruf syamsiyah.
2.3 Menyebutkan huruf-huruf syamsiyyah
3.Membaca dan menulis bacaan 3.1Membaca dan menulis kata yang memuat huruf
gunnah musyaddadah. mim bertasydid ( ).
3.2Membaca dan menulis kata yang memuat huruf

45
nun bertasydid.( ).
4. Membaca dan menulis bacaan 4.1 Mengenali bacaan qolqolah.
qolqolah. 4.2 Menyebutkan huruf-huruf qolqolah.
4.3Membaca dan menulis bacaan qolqolah sugra.
4.4Membaca dan menulis bacaan qolqolah kubra
5.Membaca waqaf 5.1 Menyebutkan pengertian waqaf.
5.2Membaca huruf akhir pada kata yang dibaca
wakaf.
5.3. Menyebutkan tanda-tanda waqaf.

E.Muatan Pembelajaran
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyahdilakukan
melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu dari kelas I sampai Kelas VI. Mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Bahasa Jawa, BTQ, dan Bahasa Inggris
dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran
ke dalam berbagai tema seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel : Daftar Tema Setiap Kelas

DAFTAR TEMA KELAS I, II, DAN III


SEMESTER I

KELAS I KELAS II KELAS III


1. Hidup Rukun 1. Perkembangbiakan Hewan
1. Diriku
dan Tumbuhan
2. Bermain di Lingkunganku 2. Perkembangan Teknologi
2. Kegemaranku
3. Tugasku Sehari-Hari 3. Perubahan di Alam
3. Kegiatanku
4. Aku dan Sekolahku 4. Peduli Lingkungan
4. Keluargaku
SEMESTER II
5. Hidup Bersih dan Sehat 5. Permainan Tradisional
5. Pengalamanku
6. Lingkungan Bersih, Sehat, 6. Air, Bumi, dan Matahari 6. Indahnya Persahabatan
Dan Asri
dan 7. Merawat Hewan dan 7. Energi dan Perubahannya
7. Benda, Hewan,
Tumbuhan
Tanaman di Sekitarku
8. Keselamatan di Rumah 8. Bumi dan Alam Semesta
8. Peristiwa Alam
dan Perjalanan

46
DAFTAR TEMA KELAS IV, V, DAN VI
SEMESTER I

KELAS IV KELAS V KELAS VI

1. Indahnya Kebersamaan 1. Benda-Benda di 1. Selamatkan Makhluk Hidup


Lingkungan Sekitar

2. Selalu Berhemat Energi 2. Peristiwa dalam 2. Persatuan Dalam Perbedaan


Kehidupan

3. Peduli terhadap 3. Kerukunan dalam 3. Tokoh Dan Penemu


Lingkungan Hidup Bermasyarakat

4. Berbagai Pekerjaan 4. Sehat itu Penting 4. Globalisasi

5. Pahlawanku 5. Bangga sebagai Bangsa 5. Wirausaha


Indonesia

SEMESTER II

6. Indahnya Negeriku 6. Organ Tubuh Manusia dan 6. Kesehatan Masyarakat


Hewan

7. Cita-Citaku 7. Sejarah Peradaban 7. Organisasi di Sekitarku


Indonesia

8. Tempat Tinggalku 8. Ekosistem 8. Bumiku

9. Makananku Sehat dan 9. Lingkungan Sahabat Kita 9. Menjelajah Angkasa Luar


Bergizi

Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dan berbagai mata
pelajaran yaitu intra-disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner, dan trans-disipliner.
Integrasi intra-disipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran.
Intergrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-kompetensi dasar
beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling
memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.
Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar tiap
matapelajaran sehingga tiap matapelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri.

47
Integrasi trans-disipliner dilakukan dengan mangaitkan berbagai matapelajaran yang ada
dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran
menjadi kontekstual.
Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang
utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematik
terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga
berbeda dengan pengertian tematk seperti yang diperkenalkan pada kurikulum sebelumnya.
Selain itu, pembelajaran tematik terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan
matapelajaran Bahasa Indonesia di kelas I,II, dan III sebagai penghela matapelajaran lain.
Melalui perumusan kompetensi inti sebagai pengikat berbagi matapelajaran dalam satu kelas
dan tema sebagai pokok bahasannya, sebagai penempatan matapelajaran Bahasa Indonesia
sebagai penghela matapelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.
Muatan peran pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui
penggabungan kompetensi dasar matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu
Pengetahuan Alam ke dalam matapelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan
tersebut menyebabkan pelajaran Bahasa Indonesia kontekstual, sehngga pembelajaran Bahasa
Indonesia menjadi lebih menarik.
Pendekatan saintifik seperti itu terutama di kelas I,II, dan III menyebakan semua
matapelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kemudahan pengorganisasiannya kompetensi-kompetensi
dasar matapelajaran ini diintegrasikan ke matapelajaran lain (integrasi inter-disipliner).
Kompetensi dasar matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke
kompetensi dasar matapelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.
Kompetensi dasar matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke
kompetensi dasar mata pelajaran bahsa Indonesia, ke kompetensi dasar matapelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar matapelajaran
Matematika.
Sedangkan untuk kelas IV,V,. dan VI kompetensi dasar ilmu Pengetahuan sosial dan
Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya
adalah multi-didipliner, walaupun pembelajarannnya tetap menggnakan tematik terpadu.
Prinsip pengintegrasian inter-disipliner untuk matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan social seperti diuraikan di atas dapat diterapkan dalam pengintegrasian
muatan lokal.

48
Kompetensi dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, keterampilan,
dan Bbahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata peljaran seni budaya dan prakarya.
Kompetensi darsar mutan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah
dintegrasikan ke dalam mata peljaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
Muatan pelajaran yang menggunakan pendekatan tematik terpadu adalah mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP), Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Pengetahuan Sosial,
Seni Budaya dan Prakarya (SBdP). Sedangkan mata pelajaran Matematika, Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), dan Muatan lokal diajarkan dengan berdiri sendiri
(Permedikbud
F.Ketuntasan Belajar
1.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kelas/Semester
Mata
No I II III IV V VI
Pelajaran
I II I II I II I II I II I II
Kelompok A
1 PABP 75 75 - - - - 75 75 - - - -
2 PPKn 72 73 - - - - 73 75 - - - -
3 Bhs. Ind. 72 74 - - - - 73 75 - - - -
4 Matematika 70 72 - - - - 75 75 - - - -
5 IPA - - - - - - 74 75 - - - -
6 IPS - - - - - - 72 74 - - - -
Kelompok B

1 SBdP 75 75 - - - - 75 75 - - - -
2 Penjasorkes 75 75 - - - - 75 75 - - - -
3 Mulok

a.Bhs. Jawa 70 72 - - - - 73 75 - - - -
b.BTQ - - - - - - ... ... - - - -
Keterangan : Rentang nilai 0 – 100, KKM minimal 60.

49
2.Mekanisme dan Prosedur Penilaian
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:

a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain
yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai
dengan kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti pembelajaran
remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan dalam

bentuk angka dan/atau deskripsi.

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:


a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah;
d. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan dalam
rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil penilaian
oleh Pendidik; dan
e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui rapat
dewan pendidik.
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:
a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Sekolah dan/atau
bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;
b. penyelenggaraan US oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama
dengan instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
c. hasil US disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil US;
d. hasil US disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan dalam perbaikan
proses pembelajaran;
50
e. hasil US disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar
untuk:pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk survei
dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri.

Prosedur Penilaian
a.Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
1) mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
2) mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi / pengamatan;
3) menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
4).mendeskripsikan perilaku peserta didik.
b.Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
1) menyusun perencanaan penilaian;
2) mengembangkan instrumen penilaian;
3) melaksanakan penilaian;
4) memanfaatkan hasil penilaian; dan
5) melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
c.Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
1) menyusun perencanaan penilaian;
2) mengembangkan instrumen penilaian;
3) melaksanakan penilaian;
4) memanfaatkan hasil penilaian; dan
5) melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;

51
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian;
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

3.Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan


a.Kriteria Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas peserta didik ditentukan oleh satuan pendidikan, dengan kriteria
minimal sebagai berikut :
1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti;
2) mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, minimal sama dengan KKM yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan;
3) mencapai nilai sikap spiritual dan sosial minimal baik;
4) nilai ekstrakurikuler wajib yaitu pendidikan kepramukaan minimal baik.
b.Kriteria Kelulusan
Tahun Pelajaran 2017/2018 siswa kelas VI belum melaksanakan pembelaran
Kurikulum 2013.
52
G.Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup yang dikembangkan di SD Negeri 03 Samong sebagai berikut.
PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
SD NEGERI 03 SAMONG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
No Kelas Jenis Kegiatan Keterangan
Pelatihan mencuci, menyeterika,dan melipat baju. /
1. I
Menganyam dengan plastik bekas. / dll.
2. IV Beternak Ayam./ Menanam holtikultura. / dll.
H.Pendidikan Berbasis Lokal dan Global
Pendidikan berbasis lokal dan global dikembangkan di SD Negeri .........sebagai berikut.
PROGRAM PENDIDIKAN BERBASIS LOKAL
SD NEGERI 03 SAMONG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
No Kelas Jenis Kegiatan Keterangan
Membuat prakarya dengan bahan pelepah pisang
1. I kering./ Membuat prakarya dengan bahan bulu
unggas./ Dll.
Membuat prakarya dengan bahan kain./ Membuat
2. IV prakarya dengan bahan biji-bijian./ Membuat
prakarya dengan kerang dan sejenisnya. / Dll.

I.Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang


tangguh,kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik,berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati
baik,berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia.Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga,satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia
usaha, dan media massa.
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan

53
melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan
pendidikan masing-masing Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada
satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil
kajian Pusat Kurikulum. Nilai Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk,
Januari 2011 prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa,
bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah
teridentifikasi18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu:
(1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif,
(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan,
(11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif,
(14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Pusat Kurikulum.Pengembangan dan
Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa:Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun
satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara
melanjutkan nila prakondisi yang diperkuat dengan minimal3 (tiga) nilai yang
diprioritaskan dari 18 nilai di atas yaitu Religius,Jujur,dan Kerja Keras Dalam
implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda
antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung
padakepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai
nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial,
sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing
sekolah/wilayah, yakni
bersih,rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.Pendekatan yang digunakan
Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan karakter,
yaitu: pertama melalui stream top down; kedua melalui stream bottom up; dan
ketiga melalui stream revitalisasi program. Ketiga alur tersebut
divisualisasikan dalam bagan Strategi yang dimaksud secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:

54
1.Stream Top Down
Jalur/aliran pertama inisiatif lebih banyak diambil oleh
Pemerintah/Kementerian
Pendidikan Nasional dan didukung secara sinergis oleh Pemerintah daerah dalam hal
ini Dinas pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam stream ini pemerintah
menggunakan lima strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu:
2.Sosialisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang
Pentingnya pendidikan karakter pada lingkup/tingkat nasional, melakukan
gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.
3.Pengembangan regulasi
Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Gerakan Nasional
Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan Nasional bergerak
mengonsolidasi diridi tingkat internal dengan melakukan upaya-upaya
pengembangan regulasiuntukmemberikan yang kuat bagi pelaksanaan
kebijakan,program dan kegiatan pendidikankarakter.
4.Pengembangan kapasitas
Kementerian Pendidikan Nasional secara komprehensif dan massif akan
melakukan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter.
Perlu disiapkansatu pelatihan bagi para pemangku kepentingan pendidikan karakter
yang akan menjadi 55nstr terdepan dalam mengembangkan danmensosialisikan nilai-
nilai karakter.
5.Implementasi dan kerjasama
Kementerian Pendidikan Nasional mensinergikan berbagai hal yang terkait
dengan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi, dan sasaran
unit utama.
6.Monitoring dan evaluasi
Secara komprehensif Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan
monitoring dan evaluasi terfokus pada tugas, pokok, dan fungsi serta sasaran masing-
masing unit kerja baik di Unit Utama maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
serta Stakeholderpendidikan lainnya. Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam
mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja.
7.Stream Bottom up

55
Pembangunan pada jalur/tingkat (stream) ini diharapkan dari inisiatif yang dari
satuan pendidikan. Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada sekolah-sekolah
yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan
khas di lingkungan sekolah tersebut.
8.Stream Revitalisasi Program
Pada jalur/tingkat ketiga, merevitalisasi kembali program-program
kegiatanpendidikan karakter di mana pada umumnya banyak terdapat pada
kegiatanekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai karakter.
Integrasi Tiga Pendekatan (top down-bottom up-revitalisasi) Ketiga jalur/tingkat top
down yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifatpenggalian
bestpractice dan habituasi, serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada
yanglebih bersifat pemberdayaan.Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya
dilaksanakan secara terintegrasi dalamkeempat pilar penting pendidikan karakter di
sekolah sebagaimana yang dituangkan dalamDesain Induk Pendidikan Karakter,
(2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas,pengembangan budaya satuan
pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.Strategi pelaksanaan
pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam
pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan.
Strategi Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas
disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
9.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik
dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar
yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata,sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil
yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif , tetapi pada tataran afektif (olah
hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).Pembelajaran kontekstual
mencakup beberapa strategi, yaitu: (a) pembelajaranberbasis masalah, (b)
pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran berbasis proyek, (d)pembelajaran
pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat

56
memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti: karakter
cerdas,berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
10.Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan
pengembangan diri, yaitu:
11.Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan
mkonsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar
kenegaraan,pemeriksanaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris
ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan
mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
12.Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga,
misalnya,mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau
sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
13.Keteladanan
Merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik
dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan
kerapihan, kasih, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerjakeras.
14.Pengkondisian
Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikankarakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman
yang hijau denganpepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah
dan di dalam kelas.IMPLEMENTASI PENDIDIR DALAM KTSP
15.Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang
mendukungpendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman
pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka
mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan
ekstrakurikuler yang sudah ada pengembangan karakter.
16.Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan
antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan

57
masyarakat. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan
karakter dapat diimplementasikan sebagaimana yang terdapat dalam Tabel di bawah
ini
17.Integrasi dalam mata pelajaran yang ada
Mengembangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai
dengan nilai yang akan diterapkan
18.Mata pelajaran dalam Mulok
a.Ditetapkan oleh sekolah/daerah
b.Kompetensi dikembangkan oleh sekolah/daerah
19.Kegiatan Pengembangan Diri
a.Pembudayaan dan Pembiasaan
b.Pengkondisian
c.Kegiatan rutin
d.Kegiatan spontanitas
e.Keteladanan
f.Kegiatan terprogram
g.Ekstrakurikuler
Pramuka, Keagamaan, UKS, Olahraga, Seni, Keterampilan, dan Komputer.
h.Bimbingan Konseling
Pemberian layanan bagi anak yang mengalamimasalah
20.Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Apabila pendidikan karakter diintegrasikan dalam ko-kurikuler dan
ekstrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristiknya. Untuk itu, penambahan alokasi waktu pembelajaran dapat
dilakukan, misalnya:
21.Sebelum pembelajaran di mulai atau setiap hari seluruh siswa diminta membaca
surat-surat pendek dari kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama 15
s.d 20 menit.
22.Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dilakukan kegiatan
Muhadarah (berkumpul dihalaman sekolah) selama 35 menit. Kegiatan itu
berupa baca Al Quran dan terjemahan, maupun siswa berceramah dengan tema
keagamaan sesuai dengan kepercayaan masing-masing dalam beberapa bahasa
(bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Daerah, serta bahasa asing
lainnya),

58
kegiatan ajang kreatifitas seperti: menari, bermain dan baca puisi. Selain itu juga
dilakukan kegiatan bersih lingkungan dihari Jum’at atau Sabtu (Jum’at/Sabtu
bersih).
23.Pelaksanaan ibadah bersama-sama di siang hari selama antara 30 s.d 60 menit.
24.Kegiatan-kegiatan lain diluar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam
pelajaran selesai. Kegiatan untuk membersihkan lingkungan sekolah sesudah jam
pelajaran berakhirberlangsung selama antara 10 s.d 15 menit.
25.Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di
satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan
membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian
keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a. Menetapkan dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati.
b. Menyusun berbagai penilaian.
c. Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indicator.
d. Melakukan analisis dan evaluasi.
e. Melakukan tindak lanjut.

J. GERAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI ( GPBP )


1. Pengantar
Pembudayaan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP adalah kegiatan
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai
sekolah dasar; untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan
khusus dimulai sejak dari masa orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan.
Dasar pelaksanaan PBP didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya
implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih
terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud
menjadi nilai aktual dengan card yang menyenangkan di lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar
kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan untuk menumbuhkan:
a. internalisasi sikap moral dan spiritual, yaitu mampu menghayati hubungan
spiritual dengan Sang Pencipta yang diwujudkan dengan sikap moral untuk
menghormati sesama mahluk hidup dan alam sekitar;

59
b. keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan
persatuan bangsa, yaitu mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa,
agama, dan golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan
tindakan bersama sebagai satu bangsa, satu tanah air dan berbahasa bersama
bahasa Indonesia;
c. interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di
lingkungan sekolah dan rumah, yaitu mampu dan mau menghormati guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, warga masyarakat di lingkungan sekolah, dan
orangtua;
d. interaksi sosial positif antar peserta didik, yaitu kepedulian terhadap kondisi fisik
dan psikologis antar teman sebaya, adik kelas, dan kakak kelas;
e. memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk menjaga
keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah;
f. penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu
mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang
sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam
mengembangkan dirinya sendiri;
g. penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait, yaitu melibatkan
peran aktif orangtua dan unsur masyarakat untuk ikut bertanggung jawab
mengawal kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.
2. Latar Belakang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merasa terhormat untuk
mengemban salah satu amanat janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan anak bangsa.
Bukan hanya cerdas secara intelektual, melainkan juga secara emosional dan spiritual.
Bulatnya ketiga kecerdasan ini disebut sebagai akhlak atau budi pekerti. Semua ini
merupakan buah pendidikan. Namun, tak bisa dimungkiri, dunia pendidikan
Indonesia masih menghadapi banyak masalah, seperti rendahnya kedisiplinan,
integritas, dan masih maraknya tindak kekerasan di sekolah.
Kemendikbud tak diam dan tak mendiamkan masalah-masalah ini. Selain terus
meningkatkan kompetensi siswa melalui jalur intra kurikuler, Kemendikbud juga
menerbitkan kebijakan-kebijakan penting non-kurikuler, seperti Sekolah Aman,
Indeks Integritas Ujian Nasional, dan Penumbuhan Budi Pekerti.
Sekolah Aman adalah sekolah yang memberikan perlindungan kepada anak dalam

60
proses pembelajaran, baik dari sisi kesehatan, keselamatan, dan keamanannya. Tak
bisa ditutupi bahwa pada faktanya berbagai kasus yang mengancam keamanan serta
keselamatan anak masih berlangsung di sekolah. Angkanya memprihatinkan. Namun,
selama ini penanggulangannya masih sepotong-sepotong, per kasus, dan dianggap
bukan sebagai persoalan pendidikan. Mulai tahun 2015 Kemendikbud menjadikan
kekerasan di sekolah sebagai persoalan pendidikan. Penanggulangannya pun
dilakukan secara menyeluruh. Hal ini diatur dengan jelas dalam Permendikbud No. 82
Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di
Lingkungan Satuan Pendidikan.

Regulasi ini sesuai dengan Nawacita Presiden Jokowi-JK, yaitu negara harus hadir
memberi perlindungan kepada anak, serta melakukan intervensi terhadap kekerasan.
Dengan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 ini sekolah haruslah menjadi tempat yang
menyenangkan bagi anak-anak, seumpama mereka berada di taman. Anak-anak tentu
akan betah berada di taman.
Kemendikbud juga berikhtiar menumbuhkan integritas dalam diri mereka. Caranya
dengan memperkenalkan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN). Sejak 2015
Kemendikbud menggunakan IIUN sebagai ukuran sekolah baik. Berprestasi itu
penting, namun jujur yang utama.
Kompeten, anti-kekerasan, dan berintegritas merupakan bagian dari budi pekerti.
Namun, seorang siswa tak mungkin bisa berbudi pekerti dalam waktu sekejap. Ini
langkah panjang. Perlu pembiasaan. Maka dari itu, dalam Permendikbud No. 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti disebutkan alur pembudayaan agar
seorang siswa berbudi pekerti. Alur itu adalah diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten,
menjadi kebiasaan, menjadi karakter, dan menjadi budaya.
Sejatinya, Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (selanjutnya disebut Penumbuhan) ini
merupakan salah satu ikhtiar menerjemahkan visi Kemendikbud 2014-2019, yaitu
membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter.
3. Pengertian
a. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah disingkat GPBP.
b. GPBP adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang
dimulai sejak dari masa orientasi siswa baru sampai dengan kelulusan.
4. Tujuan

61
a. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menantang tapi menyenangkan
bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan;
b. Menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter
di keluarga, sekolah, dan masyarakat;
c. Menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga.
d. Menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5. Sasaran
Sasaran pembudayaan budi pekerti adalah siswa, guru, tenaga kependidikan,
orangtua/wali, komite sekolah, alumni, dan/atau pihak-pihak yang terkait dengan
kegiatan pembelajaran di sekolah.
6. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan disesuaikan
dengan tahapan usia perkembangan peserta didik yang berjenjang dari mulai sekolah
dasar; untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus
dimulai sejak dari masa orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan.
Metode untuk sekolah dasar pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang pendidikan
sekolah dasar masih merupakan
masa transisi dari masa bermain di pendidikan anak usia dini (taman kanak-kanak
akhir) memasuki situasi sekolah formal. Metode pelaksanaan dilakukan dengan
mengamati dan meniru perilaku positif guru dan kepala sekolah sebagai contoh
langsung di dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan. Guru berperan juga
sebagai pendamping untuk mendorong peserta didik belajar mandiri sekaligus
memimpin teman dalam aktivitas kelompok, yaitu: bermain, bernyanyi, menari,
mendongeng, melakukan simulasi, bermain peran di dalam kelompok.
7. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan didasarkan pada tujuh nilai-nilai
dasar kemanusiaan yang tercantum pada poin A, yaitu jenis kegiatan yang
mengandung nilai-nilai internalisasi sikap moral dan spiritual; keteguhan menjaga
semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan persatuan bangsa;
memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk menjaga
keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah; interaksi

62
sosial positif antar peserta didik; interaksi sl positif antara peserta didik dengan figur
orang dewasa; penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk
dikembangkan; Penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait.
8. Cara Pelaksanaan
Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP bersifat konstekstual, yaitu disesuaikan dengan
nilai-nilai muatan lokal daerah pada peserta didik sebagai upaya untuk memperkuat
nilai-nilai kemanusiaan. Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP yang melibatkan peserta
didik dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian sebagai bagian dari
penumbuhan karakter kepemimpinan.
9. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan PBP dapat dilakukan berdasarkan aktivitas harian,
mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan akhir tahun; dan penentuan waktunya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan konteks lokal di daerah masing-masing.
10. Momentum
a. PBP dilaksanakan sejak hari pertama masuk sekolah untuk jenjang sekolah dasar
atau sejak hari pertama masuk sekolah pada MOPDB untuk jenjang sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan
sekolah pada jalur pendidikan khusus.
b. PBP dilaksanakan melalui kegiatan pada MOPDB, pembiasaan, interaksi dan
komunikasi, serta kegiatan saat kelulusan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c. PBP dilaksanakan:
- dalam bentuk kegiatan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan,
dan/atau tahunan;
- melalui interaksi dan komunikasi antara sekolah, keluarga, dan/atau
masyarakat.
d. Pelaksanaan PBP yang melibatkan pihak terkait di luar sekolah disesuaikan
dengan kondisi sekolah dan mengikuti Peraturan Menteri.
11. Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (GBPB)
Kegiatan GBPB di Sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan:
a. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual
Mewujudkan nilai-nilai moral dalam perilaku sehari-hari. Nilai moral
diajarkan pada siswa, lalu guru dan siswa mempraktekkannya secara rutin hingga

63
menjadi kebiasaan dan akhirnya bisa membudaya.

Kegiatan wajib:
Guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing,
sebelum dan sesudah hari pembelajaran, dipimpin oleh seorang peserta didik
secara bergantian di bawah bimbingan guru.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan
kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat;
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang
sederhana dan nikmat.
b. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinnekaan
Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menerima keberagaman sebagai
anugerah untuk bangsa Indonesia. Anugerah yang harus dirasakan dan disyukuri
sehingga manfaatnya bisa terasa dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan wajib:
1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
2) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk jenjang
SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus yang setara
SMP/SMA/SMK dengan peserta didik bertugas sebagai komandan dan
petugas upacara serta kepala sekolah/wakil bertindak sebagai inspektur
upacara;
3) Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib
nasional atau satu lagu terkini
yang menggambarkan semangat patriotisme dan cinta tanah air.
4) Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikan satu lagu daerah (lagu-lagu daerah seluruh Nusantara).

64
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui
berbagai media dan kegiatan.
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau
mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui
berbagai media dan kegiatan.
c. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan Guru dan
Orangtua
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, peserta didik dan
orangtua. Interaksi positif antara tiga pihak tersebut dibutuhkan untuk
membangun persepsi positif, saling pengertian dan saling dukung demi
terwujudnya pendidikan yang efektif.

Kegiatan wajib:
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran
baru untuk mensosialisasikan: (a) visi; (b) aturan; (c) materi; dan (d) rencana
capaian belajar siswa agar orangtua turut mendukung keempat poin tersebut.

Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:


1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas
sekolah.
• Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut
kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Membiasakan peserta didik (dan keluarga) untuk berpamitan dengan
orangtua/wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai
kebiasaan/adat yang dibangun masing-masing keluarga;
• Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru
sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik
secara bergantian.

65
d. Mengembangkan Interaksi Positif Antar Peserta Didik
Peserta didik hadir di sekolah bukan hanya belajar akademik semata, tapi juga
belajar bersosialisasi. Interaksi positif antar peserta didik akan mewujudkan
pembelajaran dari rekan (peer learning) sekaligus membantu siswa untuk belajar
bersosialisasi.

Kegiatan wajib:
Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk belajar
kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orangtua.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk
warga sekolah yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian,
dan lainnya.
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang sedang
mengalami musibah atau kesusahan.
e. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah akan mempengaruhi warga sekolah baik dari aspek fisik,
emosi, maupun kesehatannya. Karena itu penting bagi warga sekolah untuk
menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan
lingkungan sekolah serta diri.

Kegiatan wajib:
Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dengan membentuk
kelompok lintas kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan kemampuan siswa.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb)
secara efisien melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
• Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan.
• Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan di
bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab individu

66
maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk
tanggung jawab bersama.
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Mengajarkan simulasi antri melalui baris sebelum masuk kelas, dan pada
saat bergantian memakai fasilitas sekolah.
• Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan
bergantian regu.
• Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar
kelas.
• Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas
kebersihansetempat.
f. Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh
Setiap siswa mempunyai potensi yang beragam. Sekolah hendaknya
memfasilitasi secara optimal agar siswa bias menemukenali dan mengembangkan
potensinya.

Kegiatan wajib:
1) Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku
selain buku mata pelajaran (setiap hari).
2) Seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) memanfaatkan
waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk
kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan secara
berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai
bentuk (rekening bank, celengan, dan lainnya).
• Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan
pertanyaan kritis dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai
isyarat akan mengajukan pertanyaan;
• Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi
pemimpin dengan
cara memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk

67
memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok;
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Siswa melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi
dirinya.
g. Pelibatan Orangtua dan Masyarakat di Sekolah
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Karena itu, sekolah hendaknya
melibatkan orangtua dan masyarakat dalam proses belajar. Keterlibatan ini
diharapkan akan berbuah dukungan dalam berbagai bentuk dari orangtua dan
masyarakat.

Kegiatan wajib:
Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan
mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan dan/atau didukung oleh
sekolah:
1) Contoh-contoh pembiasaan umum:
• Orangtua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam
untuk bercengkerama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah
2) Contoh-contoh pembiasaan periodik:
• Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan
kerelawanan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah
yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
• Masyarakat dari berkerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi
kegiatan kerelawanan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah-
masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
• Masyarakat dari berbagai profesi terlibat berbagi ilmu dan pengalaman
kepada siswa di dalam sekolah.
h. Peran Pemangku Kepentingan

GBPB ini merupakan gerakan bersama yang melibatkan berbagai pemangku


kepentingan. Ini masalah kita bersama. Para pemangku kepentingan di sini
adalah pemerintah, DPR, lembaga swadaya masyarakat, media, sekolah, orang
tua, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya.

68
Para pemangku kepentingan itu memiliki peran masing-masing. Berikut ini peran
mereka:
Pemerintah
1) Merumuskan kebijakan Penumbuhan.
2) Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan Penumbuhan.
3) Menyusun panduan pelaksanaan Penumbuhan dan materi sosialisasi.
4) Mengadakan sosialisasi Penumbuhan.
5) Melaksanakan kerja sama dan pemberdayaan peran masyarakat dalam
Penumbuhan.
6) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Penumbuhan.

Pemerintah Provinsi
1) Melaksanakan kewenangan desentralisasi kebijakan Penumbuhan.
2) Melakukan koordinasi pelaksanaan Penumbuhan dengan kabupaten/kota.
3) Memasukkan anggaran Penumbuhan dalam APBD Provinsi
4) Merumuskan bimbingan teknis Penumbuhan pada pendidikan menengah dan
pendidikan khusus.
5) Melaksanakan bimbingan teknis Penumbuhan pada pendidikan menengah dan
pendidikan khusus.
6) Melaksanakan kerja sama dan pemberdayaan serta masyarakat dalam
Penumbuhan.
7) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Penumbuhan.

Pemerintah Kabupaten/Kota
1) Melaksanakan kewenangan desentralisasi kebijakan Penumbuhan.
2) Melaksanakan kewenangan tugas dekosentrasi kebijakan Penumbuhan pada
pendidikan dasar.
3) Memasukkan anggaran Penumbuhan dalam APBD Kabupaten/Kota.
4) Merumuskan kebijakan teknis Penumbuhan pada pendidikan dasar.
5) Melaksanakan bimbingan teknis Penumbuhan pada pendidikan dasar.
6) Melaksanakan kerja sama dan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam
Penumbuhan pada pendidikan dasar.
7) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Penumbuhan.

69
Dewan Perwakilan Rakyat (Pusat Dan Daerah)
1) Membantu pengawasan pelaksanaan Penumbuhan sesuai peraturan yang
berlaku.
2) Mendukung alokasi anggaran untuk pelaksanaan Penumbuhan

Sekolah (Guru Dan Tenaga Kependidikan)


Menyusun program kerja Penumbuhan dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS)
sesuai sumber daya dan sumber dana yang tersedia.
1) Menerapkan pembiasaan nilai-nilai Penumbuhan, baik kegiatan wajib,
pembiasaan umum maupun pembiasaan periodik di lingkungan sekolah
dengan konsep sekolah sebagai taman.
2) Menerapkan pembiasaan nilai-nilai Penumbuhan sebagai kegiatan harian,
mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan akhir tahunan sesuai dengan
kearifan lokal.
3) Menjalin kerja sama yang baik dengan orangtua dan masyarakat dalam
Penumbuhan.

Keluarga (Orangtua/Wali)
1) Membuat komitmen antara anggota keluarga untuk
melaksanakanPenumbuhan.
2) Melaksanakan Penumbuhan di lingkungan keluarga sebagai upaya untuk
menanamkan pendidikan sosial dan keluarga agar memperkuat nilai-nilai
keharmonisan keluarga.
3) Menerapkan pembiasaan nilai-nilai Penumbuhan di lingkungan rumah, baik
dengan kegiatan wajib, pembiasaan umum maupun pembiasaan periodik.
4) Berperan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah, baik intra atau ekstra
kurikuler.

Lembaga Swadaya Masyarakat


1) Membantu menyebarluaskan Penumbuhan melalui serangkaian kegiatan
positif.
2) Menerapkan prinsip-prinsip Penumbuhan dalam setiap kampanye program.

70
Media
1) Memberitakan peristiwa yang sesuai dengan prinsip Penumbuhan.
2) Bekerja sama dengan sekolah menerapkan Penumbuhan di wilayah kerja
mereka.
3) Melakukan sosialisasi Penumbuhan.
4) Melakukan inovasi dalam memperkuat Penumbuhan.

Dunia Usaha
1) Mengutamakan perekrutan karyawan dengan mengacu pada prinsip
Penumbuhan
2) Mengalokasikan dana tanggung jawab sosial perusahaan untuk Penumbuhan
3) Menjalankan bisnis, terutama dalam hal pemasaran, sesuai dengan
prinsipPenumbuhan
Masyarakat Umum
1) Mendukung pelaksanaan Penumbuhan di dalam dan di luar sekolah.
2) Berperan aktif menciptakan lingkungan yang sesuai prinsip Penumbuhan.
3) Mencegah kegiatan masyarakat yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
Penumbuhan.
h. Kesimpulan kegaiatan-kegiatan pembiasaan PBP adalah sebagai berikut.
Pembiasaan-pembiasaan Umum
1) Memberi salam, senyum, dan sapaan kepada setiap orang di komunitas
sekolah;
2) Membersihkan lingkungan sekolah dari limbah fisik dan visual;
3) santun dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku;
4) Berpakaian sopan sesuai norma dan budaya nasional dan/atau lokal;
5) Menggunakan sumber daya sekolah (air, listrik, telpon, dsb.) secara efisien
untuk mencegah berbagai bentuk pemborosan;
6) Mengurangi penggunaan plastik/bahan lain yang tidak mudah terurai;
7) Mematikan lampu dan semua alat yang menggunakan listrik saat tidak
diperlukan;
8) Mematikan kran air saat tidak diperlukan;
9) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan;

71
10) Membersihkan sanitasi seperti toilet, wastafel, kamar mandi, dan/atau
saluran air sekolah;
11) Menjaga ketertiban dan kenyamanan layanan sekolah;
12) Menyanyikan lagu-lagu bermuatan moral;
13) Setiap warga sekolah menjenguk warga sekolah lainnya yang mengalami
musibah, seperti sakit, kematian, dan sebagainya;
14) Siswa membiasakan membuat skala prioritas kebutuhan sesuai dengan
tingkat kepentingannya; dan
15) Siswa membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk
(misalnya bank, celengan, dan sejenisnya).
Pembiasaan-pembiasaan Harian
1) Siswa mencium tangan dan/atau memeluk orang tua/wali sebelum
berangkat ke sekolah;
2) Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut
kedatangan siswa sesuai dengan tata nilai yang berlaku;
3) Siswa berbaris menjelang masuk kelas yang dipimpin oleh satu orang siswa
secara bergantian;
4) Secara bersama siswa mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum
pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang siswa secara bergantian;
5) Siswa berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran, dipimpin oleh
seorang siswa secara bergantian berdasarkan kesepakatan kelas;
6) Siswa dan warga sekolah harus membaca buku bacaan minimal 15 (lima
belas) menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai di sekolah;
7) Siswa membiasakan diri untuk bertanya kepada guru selama proses
pembelajaran dan/atau setelah selesai pembelajaran, dengan mengangkat
tangan untuk memohon ijin terlebih dahulu;
8) Siswa selalu merapikan bangku masing-masing sebelum meninggalkan
ruang kelas diakhir proses pembelajaran;
9) Warga sekolah menyanyikan lagu wajib nasional, lagu daerah, dan/ atau
lagu patriotik, seperti Bagimu Negeri, Halo-Halo Bandung, Pancasila
Rumah Kita, Kebyar– Kebyar, Bendera, Garuda di Dadaku, dan lain-lain;
10) Siswa melaksanakan piket kebersihan kelas secara beregu dan bergantian
regu;

72
11) Warga sekolah menunaikan ibadah bersama di sekolah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya; dan
12) Setiap siswa dapat menjadi pemimpin dalam setiap kegiatan bersama,
seperti berbaris menjelang masuk kelas, membaca doa sebelum dan
sesudah belajar, piket kelas, kerja bakti.
Pembiasaan-pembiasaan Mingguan
1) Melaksanakan apel bendera setiap hari Senin dengan berpakaian seragam
sekolah;
2) Melaksanakan senam nasional bersama dan/atau senam yang diciptakan
oleh daerah masing-masing;
3) Pemeriksaan kebersihan pakaian, gigi, kuku, dan rambut oleh Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS);
4) Pemeriksaan isi tas dan gawai (gadget) siswa secara acak;
5) Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan; dan
6) Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas
kebersihan setempat.
Pembiasaan-pembiasaan Bulanan
1) Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah;
2) Melaksanakan kerja bakti;
3) Penataan ruang kelas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelas;
4) Membuat buletin dan/atau majalah dinding;
5) Siswa melakukan diskusi kelompok dihadiri oleh guru dan tenaga
kependidikan; dan
6) Sekolah menyediakan ruang publik untuk berkreasi siswa secara bebas dan
bertanggung jawab.
Pembiasaan-pembiasaan Tengah Tahunan
1) Melaksanakan kerja bakti untuk lingkungan sekitar sekolah;
2) Melaksanakan berbagai jenis lomba antarkelas;
3) Menyelenggarakan forum diskusi siswa dengan narasumber berasal dari
Miswa dihadiri oleh guru dan tenaga kependidikan;
4) Memelihara bangku kelas dan fasilitas sekolah lainnya agar selalu tetap
bersih dari coretan dalam bentuk apapun; dan
5) Siswa berlatih membuat produk kreatif yang dapat dijual.

73
Pembiasaan-pembiasaan Tahunan
1) Memperingati hari besar nasional dan keagamaan;
2) Melaksanakan kerja bakti bersama warga lingkungan sekitar sekolah;
3) Melaksanakan lomba kelas sehat secara berkelanjutan;
4) Mengikutsertakan perwakilan siswa dalam penyusunan tata tertib sekolah;
5) Melaksanakan pentas seni dan/atau pameran karya siswa; dan
6) Mengikuti kegiatan perlombaan dan festival di luar sekolah baik tingkat
sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional.
12. Pemantauan dan Evaluasi
Agar Penumbuhan ini berjalan sesuai rencana maka perlu pemantauan dan evaluasi.
Upaya ini dilakukan bukan hanya oleh pemerintah, melainkan juga oleh orangtua,
masyarakat, pegiat sosial, dan media.
a. Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
Untuk memantau pelaksanaan Penumbuhan ini bisa dilakukan dengan observasi
langsung atas proses, wawancara kepada sumber/pelaku utama, dan kegiatan
diskusi terbatas melalui forum group discussion (FGD).
1) Pemantauan dan evaluasi kegiatan Penumbuhan ini dapat dilaksanakan
pertengahan tahun atau akhir tahun ajaran baru.
2) Pemantauan dan evaluasi kegiatan pembiasaan serta interaksi dan
komunikasi di sekolah dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
3) Pemantauan dan evaluasi kegiatan gerakan penumbuhan budi pekerti pada
ajaran baru dilaksanakan oleh sekolah.
a) Pemantauan dan evaluasi kegiatan MOPDB dilaksanakan pada awal
tahun pelajaran baru oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.
b) Pemantauan dan evaluasi kegiatan pembiasaan serta interaksi dan
komunikasi di sekolah dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
c) Pemantauan dan evaluasi kegiatan saat kelulusan dilaksanakan pada
akhir tahun pelajaran oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.

74
b. Aspek-Aspek yang Dipantau dan Dievaluasi
1) Perubahan tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang Penumbuhan.
2) Perubahan sikap dan penghayatan setiap warga sekolah terkait penumbuhan.
3) Perubahan tingkah laku/kebiasaan sehari-hari ketika dan setelah
melaksanakan penumbuhan.
4) Sistem pembelajaran di kelas setelah penumbuhan.
5) Perubahan keadaan lingkungan sekolah, lingkungan di sekitar sekolah, dan
lingkungan tempat tinggal siswa yang meliputi tingkat kebersihan, sanitasi,
keindahan, keamanan, ketertiban, kekeluargaan, keramahan, dan sebagainya.
6) Tingkat partisipasi masyarakat dalam penumbuhan.

J. GERAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI ( GPBP )


1. Pengantar
Pembudayaan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP adalah kegiatan
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai
sekolah dasar; untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan
khusus dimulai sejak dari masa orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan.
Dasar pelaksanaan PBP didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya
implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih
terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud
menjadi nilai aktual dengan card yang menyenangkan di lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar
kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan untuk menumbuhkan:
a. internalisasi sikap moral dan spiritual, yaitu mampu menghayati hubungan
spiritual dengan Sang Pencipta yang diwujudkan dengan sikap moral untuk
menghormati sesama mahluk hidup dan alam sekitar;
b. keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan
persatuan bangsa, yaitu mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa,
agama, dan golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan
tindakan bersama sebagai satu bangsa, satu tanah air dan berbahasa bersama
bahasa Indonesia;
c. interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di
lingkungan sekolah dan rumah, yaitu mampu dan mau menghormati guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, warga masyarakat di lingkungan sekolah, dan

75
orangtua;
d. interaksi sosial positif antar peserta didik, yaitu kepedulian terhadap kondisi fisik
dan psikologis antar teman sebaya, adik kelas, dan kakak kelas;
e. memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk menjaga
keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah;
f. penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu
mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang
sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam
mengembangkan dirinya sendiri;
g. penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait, yaitu melibatkan
peran aktif orangtua dan unsur masyarakat untuk ikut bertanggung jawab
mengawal kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.
2. Latar Belakang
a. Belum seluruh sekolah menjadi tempat yang nyaman dan menginspirasi bagi
siswa, guru, dan tenaga kependidikan.
b. Pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah belum sepenuhnya menjadi
bagian proses belajar dan budaya sekolah.
c. Pendidikan karakter belum sepenuhnya menjadi gerakan bersama yang
melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan orang tua.
3. Pengertian
a. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah disingkat GPBP.
b. GPBP adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang
dimulai sejak dari masa orientasi siswa baru sampai dengan kelulusan.
4. Sasaran
Sasaran pembudayaan budi pekerti adalah siswa, guru, tenaga kependidikan,
orangtua/wali, komite sekolah, alumni, dan/atau pihak-pihak yang terkait dengan
kegiatan pembelajaran di sekolah.
5. Metode Pelaksanaan

76
K. LITERASI SEKOLAH

1. Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan
tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi
secara analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum
mampu mewujudkan hal tersebut. Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun)
pemahaman membaca peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for
Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student
Assessment (PISA). PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada
peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012
menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396
(skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam
PISA 2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan
yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca
untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat. Berdasarkan hal
tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan gerakan literasi
sekolah (GLS) yang melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan,
mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain
itu, pelibatan unsur eksternal dan unsur publik, yakni orang tua peserta didik, alumni,
masyarakat, dunia usaha dan industri juga menjadi komponen penting dalam GLS.
GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait
dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9.
Butir Nawacita yang dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia
dan masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-
bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh
kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Empat butir Nawacita tersebut
terkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
Untuk melaksanakan kegiatan GLS, diperlukan suatu panduan yang merupakan

77
penjabaran lebih lanjut dari Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (2016). Buku
Panduan GLS ini berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan literasi yang terbagi menjadi
tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran beserta langkah-
langkah operasional pelaksanaan dan beberapa contoh praktis instrumen penyertanya.
Panduan ini ditujukan bagi kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan untuk
membantu mereka melaksanakan kegiatan literasi di SD.
2. Pengertian
a. Pengertian Literasi
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas,
antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
b. Gerakan Literasi Sekolah
GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
4. Ruang Lingkup
a. Lingkungan fisik sekolah (fasilitas dan sarana prasarana literasi).
b. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif seluruh warga
sekolah).
c. Lingkungan akademik (program literasi yang menumbuhkan minat baca dan
menunjang kegiatan pembelajaran di SD).

78
5. Sasaran
Sasaran Panduan GLS adalah pendidik, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan di
SD.
6. Target Pencapaian Pelaksanaan GLS di SD
GLS di SD menciptakan ekosistem pendidikan di SD yang literat. Ekosistem
pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:
a. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat
warganya dalam belajar;
b. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
c. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
d. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
lingkungan sosialnya; dan
e. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal SD
Tahap Pelaksanaan GLS
a. Pembiasaan
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No.
23 Tahun 2015).
b Pengembangan
.
Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan.
c. Pembelajaran
Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan buku
pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.
GLS di SD dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan
masing-masing sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik sekolah
(ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta
didik, tenaga guru, orang tua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem
pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat
kebijakan yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka
panjang, GLS SD dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan,
pengembangan, dan pembelajaran.
Pelaksanaan GLS pada Tahap pembiasaan Literasi Sekolah di SD
Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi pada tahap ini bertujuan untuk

79
menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan thd. kegiatan membaca.
1) Kecakapan Literasi
Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis
SD kelas Mengartikulasikan empati Memisahkan fakta Dan fiksi
Rendah terhadap tokoh cerita
SD kelas Mempresentasikan cerita Mengetahui jenis tulisan dalam
Tinggi dengan efektif media dan tujuannya
2) Fokus dan Prinsip Kegiatan di Tahap Pembiasaan
Kegiatan membaca yang dapat dilakukan pada tahap pembiasaan.
3) Prinsip-prinsip kegiatan membaca:
a) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks
pelajaran.
b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta
didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa
dari rumah.
c) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak
diikuti oleh tugas menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.
d) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat
diikuti dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan, atau
kegiatan yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu
memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak
dinilai/dievaluasi.
e) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini
berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru
menyapa peserta didik dan bercerita sebelum membacakan buku dan
meminta mereka untuk membaca buku.
4) Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi pada tahap
pembiasaan
a) Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan
buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained
silent reading/SSR).
b) Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit

80
membaca.
c) Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana dan
prasarana sekolah, antara lain perpustakaan, sudut buku kelas, area baca,
kebun sekolah, kantin, UKS, dll. Untuk menumbuhkan minat baca warga
sekolah, sarana prasarana ini dapat diperkaya dengan bahan kaya teks
(print-rich material).
d) Melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15 menit membaca
dan pengembangan sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi
perpustakaan dan sudut buku kelas.
e) Memilih buku bacaan yang baik (lihat halaman 15).
5) Langkah-langkah Kegiatan
a) Membaca 15 Menit Sebelum Pelajaran Dimulai
(1) Membacakan nyaring
Guru/pustakawan/kepala SD/relawan membacakan buku/bahan
bacaan lain dengan nyaring
Tujuan
-Memotivasi peserta didik agar mau membaca.
-Membuat peserta didik dapat membaca dan gemar membaca.
-Memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.
-Membangun komunikasi antara guru dan peserta didik.
-Guru/pustakawan/kepala sekolah menjadi teladan membaca.
(2) Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati (sustained silent reading) adalah kegiatan
membaca 15 menit yang diberikan kepada peserta didik tanpa
gangguan. Guru menciptakan suasana tenang, nyaman, agar
peserta didik dapat berkonsentrasi pada buku yang dibacanya.
Tujuan
Menumbuhkan kebiasaan membaca pada peserta didik.
b) Menata sarana dan lingkungan kaya literasi
Sarana literasi mencakup perpustakaan sekolah, Sudut Baca Kelas, dan
area baca. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD.
Pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari
pelaksanaan gerakan literasi SD dan pengelolaan pengetahuan yang

81
berbasis pada bacaan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu
meningkatkan minat baca warga SD dan menjadikan mereka pembelajar
sepanjang hayat. Perpustakaan SD idealnya berperan dalam
mengkoordinasi pengelolaan Sudut Baca Kelas, area baca, dan prasarana
literasi lain di SD.
(1) Perpustakaan SD
-Fungsi perpustakaan SD adalah sebagai pusat pengelolaan
pengetahuan dan sumber belajar di SD yang dikelola oleh
kepala SD.
-Perpustakaan SD dapat dikelola oleh tim perpustakaan yang
terdiri atas tenaga yang terlatih di dalam pengelolaan bahan
literasi.
-Perpustakaan SD sebaiknya dilengkapi oleh berbagai sistem
dan aplikasi untuk mencatat pengunjung, dan aktivitas
membaca, dan sarana literasi lain.
(2) Sudut Baca Kelas
-Sudut Baca Kelas adalah sebuah sudut di kelas yang dilengkapi
dengan koleksi buku yang ditata secara menarik untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik.
-Sudut Baca Kelas adalah sudut di ruangan kelas yang
digunakan untuk memajang koleksi bacaan dan karya peserta
didik.
-Sudut Baca Kelas berperan sebagai perpanjangan fungsi
perpustakaan SD, yaitu mendekatkan buku kepada peserta
didik.
-Sudut Baca Kelas dikelola oleh guru, peserta didik, dan orang
tua.
(3) Area Baca
Area baca meliputi lingkungan sekolah (serambi, koridor,
halaman, kebun, ruang kelas, tempat ibadah, tempat parkir, ruang
UKS, ruang kepsek, ruang guru, ruang tunggu orang tua, toilet
dll.) yang dilengkapi oleh koleksi buku untuk memfasilitasi
kegiatan membaca peserta didik dan warga sekolah.

82
(4) UKS, kantin, dan kebun sekolah
- UKS di SD perlu mengkampanyekan gaya hidup sehat
(mencuci tangan, membersihkan diri, dan perilaku yang
mendukung kebersihan, kerapian, keindahan). Bahan kaya
teks dapat memperkaya kegiatan UKS, di antaranya poster
kesehatan/kebersihan; peribahasa-peribahasa yang terkait
dengan gaya hidup sehat, kebersihan, kerapian, serta
keindahan.
- Kantin sekolah yang selama ini menjual makanan tidak sehat
harus diubah dengan cara mengembangkan teknologi makanan
yang bersih dan sehat. Teknologi makanan terkait dengan cara
membersihkan, menyimpan, memasak atau mengolah
makanan, menyajikan, dan mengemas makanan. Dengan
demikian, aktivitas di kantin akan memperkuat proses
pembelajaran yang terintegrasi dengan sains, matematika,
bahasa, seni, muatan lokal, revolusi hijau, dan sebagainya.
- Kebun sekolah adalah laboratorium hidup dapat mengajarkan
pengetahuan tentang beragam jenis tanaman hias, tanaman
obat, tanaman pangan, tanaman bumbu dapur, dan buah-
buahan yang bermanfaat untuk kesehatan dan kehidupan. Di
kebun sekolah ini, beragam aktivitas dapat dikembangkan
untuk memperkuat proses pembelajaran secara terintegrasi.
- Kebun sekolah, kantin, dan UKS dapat dilengkapi dengan
prasarana yang nyaman (meja, kursi, rak-rak buku) untuk
membuat peserta didik betah membaca.
c) Menciptakan Lingkungan Kaya Teks
Untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekolah, ruang kelas
perlu diperkaya dengan bahan-bahan kaya teks.
Contoh-contoh bahan kaya teks adalah:
(1) karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik;
(2) poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster kampanye
membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan
menumbuhkan cinta pengetahuan dan budi pekerti;

83
(3) dinding kata;
(4) label nama-nama peserta didik pada barang-barang mereka yang
disimpan di kelas (apabila ada);
(5) jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas;
(6) surat, resep, kupon, kliping, foto kegiatan peserta didik;
(7) tabel nama-nama pada setiap benda di ruang kelas;
(8) komputer dan/atau perangkat elektronik lain yang mendukung
kegiatan literasi;
(9) buku dan sumber informasi lain (koran, majalah, buletin);
(10) papan buletin;
(11) poster dan mainan alfabet;
(12) kaset cerita, DVD, dan bahan digital/eletronik yang mendukung
kegiatan literasi,
(13) perangkat berkarya dan menulis seperti alat tulis, alat warna, alat
gambar, kertas gambar, kertas bekas, busa, kertas prakarya, surat,
kertas surat, amplop, koran bekas, kertas sampul, dll;
(14) boneka, balok-balok, kostum, dan permainan edukatif lain untuk
digunakan dalam permainan peran (menjadi dokter atau juru
masak yang menulis resep, atau pelayan restoran yang menulis
daftar pesanan);
(15) ucapan selamat datang dan kata-kata yang memotivasi di pintu
kelas, lorong SD,dan tempat-tempat lain yang mudah dilihat; dan
(16) semua bahan dan alat harus disimpan di tempat yang mudah diraih
oleh peserta didik dan perlu dikelompokkan menurut fungsinya
(alat gambar disimpan terpisah dari mainan, alat untuk bermain
peran, dan lain-lain);
Peserta didik perlu mengetahui di mana mereka dapat menemukan
bahan-bahan yang mereka perlukan.
d) Memilih Buku Bacaan di SD
e) Pelibatan Publik
Sekolah perlu melibatkan publik, karena:
(1) Pengembangan sarana literasi membutuhkan sumber daya yang
memadai. Partisipasi komite sekolah, orang tua, alumni, dan

84
dunia bisnis dan industri dapat membantu memelihara dan
mengembangkan sarana sekolah agar capaian literasi peserta
didik dapat terus ditingkatkan.
(2) Dengan keterlibatan semakin banyak pihak, peserta didik dapat
belajar dari figur teladan literasi yang beragam.
(3) Ekosistem sekolah menjadi terbuka dan sekolah mendapat
kepercayaan yang semakin baik dari orang tua dan elemen
masyarakat lain.
(4) Sekolah belajar untuk mengelola dukungan dari berbagai pihak
sehingga akuntabilitas sekolah juga akan meningkat.
Cara melibatkan publik:
(1) Memulai dengan kalangan terdekat yang memiliki hubungan
emosional dengan sekolah, misalnya komite sekolah, orang tua,
dan alumni.
(2) Melibatkan komunitas tersebut dalam perencanaan awal program
dan membangun partisipasi dan rasa memiliki terhadap program.
(3) Melibatkan Komite Sekolah, orang tua, dan alumni sebagai
relawan membaca 15 menit sebelum pelajaran.
(4) Membuat kegiatan-kegiatan untuk menyambut kedatangan alumni
ke sekolah.
(5) Apabila kegiatan telah berjalan, sekolah perlu menyampaikan
apresiasi dengan mencantumkan nama donatur (misalnya, dalam
properti prasarana seperti perabotan, buku, dan lain-lain atau
buletin atau majalah dinding sekolah) atau mengundang mereka
dalam kegiatan dan seremoni sekolah.
(6) Menjaga hubungan baik dengan alumni dan pelaku dunia bisnis
dan industri melalui sosial media atau media interaksi sosial
lainnya.
Indikator pencapaian pada tahap pembiasaan
Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis berikut untuk mengetahui apakah
prioritas kegiatan di tahap pembiasaan literasi sudah dilaksanakan di sekolah.
Apabila telah melaksanakan semua indikator dalam tahap pembiasaan, sekolah
dapat melangkah ke tahap berikutnya, yaitu tahap pengembangan.

85
6) Ekosistem sekolah yang literat menjadikan guru literat dengan
menunjukan ciri kinerja sebagai berikut.
a) Gemar membaca sehingga dapat memilih bacaan yang baik dan disukai
peserta didik.
b) Menjadi teladan membaca sehingga peserta didik pun gemar membaca.
c) Menjadi teladan membaca sehingga peserta didik pun gemar membaca.
d) Mengajar dengan antusias dan menjadikan kegiatan membaca
menyenangkan.
e) Memperlakukan seluruh peserta didik dengan baik, tanpa takut dikritik
dan disalahkan.
f) Menyesuaikan kegiatan membaca dengan gaya belajar peserta didik
yang unik.
g) Meningkatkan kapasitas diri dan profesionalisme dengan belajar tanpa
henti.
Kegiatan literasi pada tahap pengembangan bertujuan untuk mempertahankan
minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan
kelancaran dan pemahaman membaca peserta didik.
Pelaksanaan GLS pada Tahap Pengembangan Literasi Sekolah di SD
1) Kecakapan Literasi pada Tahap Pengembangan
2) Fokus
3) Prinsip-prinsip Kegiatan pada Tahap Pengembangan:
a) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran.
b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta
didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa
dari rumah.
c) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh
tugastugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk
menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan
peserta didik.
d) Penilaian terhadap tanggapan peserta didik terhadap bacaan bersifat non-
akademik dan berfokus pada sikap peserta didik dalam kegiatan.
Masukan dan komentar pendidik terhadap karya peserta didik bersifat
memotivasi mereka.

86
e) Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan.
4) Kegiatan pada Tahap Pengembangan
a) Langkah-langkah membaca pada tahap pengembangan
(1) Membacakan nyaring interaktif (Interactive read aloud)
Guru membacakan buku/ bahan bacaan dan mengajak peserta
didik untuk menyimak dan menanggapi bacaan dengan aktif.
Proses membacakan buku ini bersifat interaktif karena guru
memeragakan bagaimana berpikir menanggapi bacaan dan
menyuarakannya (think aloud) dan mengajak peserta didik untuk
melakukan hal yang sama. Fokus kegiatan membacakan nyaring
interaktif biasanya adalah untuk memahami kosa kata baru.
Prinsip-prinsip membacakan nyaring interaktif:
- guru merancang tujuan membacakan nyaring, misalnya, untuk
mengenalkan kosa kata tertentu;
- guru dan peserta didik berinteraksi selama buku dibacakan;
- guru dan peserta didik berperan aktif;
- guru dan peserta didik menyuarakan proses berpikir saat
menanggapi bacaan (think aloud);
- guru dan peserta didik mencatat tanggapannya terhadap
bacaan; dan
- guru memilih bacaan dengan seksama, dengan
memperhatikan perkembangan usia dan kemampuan
membaca peserta didik.
(2) Membaca terpandu ( Guided Reading )
Guru memandu peserta didik dalam kelompok kecil (4-6 anak)
dalam kegiatan membaca untuk meningkatkan pemahaman
mereka.Fasilitas pendukung: buku untuk dibaca, alat tulis, kertas
besar (flip chart) dan perekat, papan untuk menempel kertas.
Prinsip-prinsip membaca terpandu:
- guru menetapkan tujuan membaca terpandu, misalnya untuk
mengenalkan strategi membaca tertentu;
- peserta didik dikelompokkan menurut jenjang kemampuan

87
membacanya; dan
- guru mendampingi proses peserta didik membaca untuk
membantu mereka memahami bacaan dan mengamati
kemajuan membaca mereka dengan seksama.
Langkah-langkah Membaca Terpadu (Guided Reading)
- Persiapan yang perlu dilakukan
- Sebelum membaca terpandu
- Saat membaca Terpandu
- Setelah membaca terpandu
(3) Membaca bersama ( Shared Reading )
Guru mendemonstrasikan cara membaca kepada seluruh
peserta didik di kelas atau kepada satu per satu peserta didik.
Guru dapat membaca bersama-sam dengan peserta didik, lalu
meminta peserta didik untuk bergiliran membaca. Metode ini
bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik
untuk membaca dengan nyaring dan meningkatkan kefasihan
mereka. Dengan memeragakan cara membaca, guru mengajarkan
strategi membaca kepada peserta didik. Fasilitas pendukung: buku
besar (big book, apabila dibacakan kepada banyak peserta didik),
buku bacaan, kertas besar (flip chart) dan alat tulis.
Prinsip-prinsip membaca bersama:
- guru memilih bacaan yang dapat dilihat dan menarik minat
seluruh peserta didik; dan
- guru memastikan seluruh peserta didik memperhatikan
bacaan dan ikut membaca.
Langkah-langkah Membaca Bersama di dalam Kelas
(Shared Reading)
- Persiapan yang perlu dilakukan
- Sebelum membaca terpandu
- Saat membaca Terpandu
- Setelah membaca terpandu
(4) Membaca Mandiri (Independent Reading )
Kegiatan membaca mandiri adalah peserta didik memilih bacaan

88
yang disukainya dan membacanya secara mandiri. Salah satu
bentuk kegiatan membaca mandiri adalah membaca dalam hati
(Sustained Silent Reading).
Prinsip-prinsip membaca mandiri:
- buku yang dipilih oleh peserta didik adalah buku yang digemari
dan sesuai dengan jenjang usia dan kemampuan membaca
peserta didik. Untuk membantu peserta didik memilih bacaan
yang baik dan tepat, guru dan tenaga pendidik dapat
memberikan daftar buku rekomendasi yang sesuai jenjang; dan
- kegiatan membaca mandiri dapat diikuti oleh kegiatan
tindak lanjut seperti membuat peta cerita atau kegiatan lain
untuk menanggapi bacaan.
b) Memilih buku pengayaan fiksi dan nonfiksi
Buku pengayaan bermanfaat untuk menumbuhkan minat baca karena:
(1) Buku pengayaan memiliki elemen cerita, ilustrasi, dan bahasa
yang ditulis untuk menarik minat peserta didik.
(2) Buku pengayaan tersedia dalam berbagai topik dan tema yang
dapat didiskusikan dengan peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir mereka.
(3) Buku pengayaan memiliki elemen cerita yang dapat meningkatkan
apresiasi peserta didik terhadap sastra.
(4) Buku pengayaan dapat menjadi model untuk mengembangkan
kemampuan menulis kreatif, baik dalam genre fiksi maupun non
fiksi.
Untuk dapat memahami elemen cerita dan konten pada bacaan, peserta
didik membutuhkan buku pengayaan yang baik. Kriteria berikut ini
membantu guru dan tenaga kependidikan untuk memilih buku
pengayaan yang baik.
c) Mendiskusikan cerita
Selain untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan, kegiatan
mendiskusikan cerita membantu peserta didik untuk dapat menganalisis
elemen cerita. Untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan
analisis peserta didik, guru dapat menggunakan daftar pertanyaan dari

89
tabel berikut ini.
Contoh catatan setelah membaca
(1) Mengaktifkan Pengetahuan Latar
(2) Peta Cerita
(3) Daftar kata-kata sulit
5) Pemanfaatan Perpustakaan dan Sudut Baca di Sekolah pada Tahap
Pengembangan
Tujuan pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca sekolah untuk
meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan (library literacy)peserta didik.
Jenis-jenis kecakapan literasi perpustakaan meliputi:
a) pengetahuan tentang fungsi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan
dan koleksi informasi yang bermanfaat dan menghibur;
b) kemampuan memilih bahan pustaka yang sesuai jenjang dan minat secara
mandiri;
c) pengetahuan tentang bahan pustaka sebagai produk karya penulisan yang
diciptakan melalui proses kreatif; dan
d) pengetahuan tentang etika meminjam bahan pustaka dan berkegiatan di
perpustakaan.
Alternatif bentuk-bentuk kegiatan untuk meningkatkan kecakapan literasi.
6) Rubrik Penilaian Non-akademik pada Tahap Pengembangan
Tujuan penilaian pada tahap pengembangan adalah untuk menumbuhkan
kecintaan dan sikap peserta didik kepada bacaan dan kegiatan membaca,
serta untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap bacaan. Sumber
penilaian pada tahap pengembangan ini adalah:
a) portfolio karya siswa dalam kegiatan menanggapi bacaan; dan
b) lembar pengamatan tenaga pendidik pada setiap kegiatan membaca.
Aspek capaian peserta didik yang diamati pada lembar pengamatan
bergantung kepada tujuan kegiatan membaca.
Contoh ceklis pengamatan pada kegiatan membacakan buku dengan
nyaring. Ceklis ini juga bertujuan untuk memberikan masukan kepada
pendidik terhadap kesesuaian buku yang dibacakan, waktu membacakan,
dan intonasi,suara, serta gestur pendidik ketika membacakan buku. Ceklis
ini diisi seusai pendidik membacakan buku.

90
7) Mengapresiasi Capaian Literasi Peserta Didik
Menghargai pencapaian literasi peserta didik menuntut guru dan tenaga
kependidikan untuk memperhatikan tumbuhnya minat peserta didik terhadap
buku dan kegiatan membaca yang diukur dengan indikator sikap,
kesungguhan dan perilaku peserta didik sebagaimana dirinci pada lembar
pengamatan di atas. Penghargaan berbasis literasi ini menekankan kepada
proses belajar dan membaca, bukan pada keterampilan dan kualitas karya
semata. Menghargai proses belajar peserta didik terbukti dapat menumbuhkan
motivasi belajar dan memupuk semangat ingin tahu mereka. Selanjutnya,
motivasi ini dapat membantu kesuksesan akademik peserta didik dalam
jangka panjang dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat.
Penghargaan berbasis literasi dapat diberikan secara berkala setiap minggu
(pada upacara Hari Senin), setiap bulan, atau setiap semester. Beberapa
contoh penghargaan misalnya:
a) pemustaka teladan, bagi peserta didik yang paling rajin mengunjungi
perpustakaan dan meminjam buku perpustakaan;
b) pemustaka teladan, bagi peserta didik yang paling rajin mengunjungi
perpustakaan dan meminjam buku perpustakaan;
c) pencerita bulan ini, bagi peserta didik yang dapat menceritakan ulang
sebuah cerita dengan orisinil dan kreatif;
d) penulis bulan ini, bagi peserta didik yang mampu menuliskan ulang
sebuah cerita dengan orisinil dan kreatif;
e) pembaca favorit, bagi peserta didik yang aktif membacakan nyaring
atau membantu memandu temannya membaca; dan
f) pembaca bulan ini, bagi pembaca yang menunjukkan kemajuan paling
pesat dalam membaca dengan fasih/menunjukkan kesungguhan
membaca. Selain itu, penghargaan berbasis literasi dapat diberikan
kepada juara-juara lomba literasi pada peringatan hari besar
nasional/keagamaan. Beberapa contoh lomba berbasis literasi antara
lain:
(1) menulis surat kepada Kartini (pada hari Kartini) atau Ki Hajar
Dewantara (pada Hari Pendidikan Nasional);
(2) mewawancarai tokoh pahlawan secara imajiner pada peringatan

91
Hari Pahlawan; dan
(3) menuliskan biografi tokoh proklamator secara kreatif pada
peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.
8) Pembentukan Tim Literasi Sekolah
Tim Literasi Sekolah (TLS) adalah Komite Sekolah atau tim khusus (yang
dapat merupakan bagian dari Komite Sekolah) yang bertanggung jawab
langsung kepada kepala sekolah dan dapat terdiri dari:
a) anggota Komite Sekolah;
b) orang tua/wali murid;
c) pustakawan dan tenaga kependidikan lainnya;
d) guru kelas, guru mata pelajaran bahasa, dan guru mata pelajaran non-
bahasa; dan
e) relawan literasi atau elemen masyarakat lain yang membantu
menggiakan kegiatan literasi di sekolah.
f) Salah satu dari anggota tim di atas dapat menjadi ketua TLS, yang
bertugas mengorganisir pertemuan-pertemuan TLS dan mengkoordinir
kegiatan-kegiatan TLS. Adapun peran TLS adalah debagai berikut.
(1) Memastikan keberlangsungan kegiatan 15 menit membaca setiap
hari.
(2) Memastikan ketersediaan koleksi buku pengayaan di perpustakaan
dan sudut-sudut baca di sekolah.
(3) Mengawasi pengelolaan perpustakaan sekolah dan sudut-sudut
baca di kelas dan area sekolah yang lain.
(4) seminggu (dapat dilaksanakan pada jam pelajaran yang relevan
atau jam khusus literasi).
(5) Mengkoordinir penyelenggaraan festival literasi, minggu buku,
atau perayaan hari-hari besar lain yang berbasis literasi.
(6) Mengkoordinir upaya pengembangan kegiatan literasi melalui
penggalangan dana kepada pelaku bisnis atau penyandang dana
lain di luar lingkungan sekolah.
(7) Mengkoordinir upaya promosi kegiatan literasi sekolah kepada
orang tua/wali murid, misalnya melalui pelatihan membacakan
buku dengan nyaring, pelatihan keayahbundaan, dan promosi

92
kegiatan membaca di rumah.
(8) Mempublikasikan kegiatan literasi di sekolah di media cetak,
audiovisual, dan daring agar memperoleh dukungan yang lebih
luas dari masyarakat.
(9) Berjejaring dengan pemangku kepentingan terkait literasi, TLS di
sekolah lain, dan pegiat literasi untuk bekerjasama mengupayakan
Gerakan Literasi Sekolah yang berkelanjutan.
Pelaksanaan GLS pada Tahap Pembelajaran
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk mempertahankan minat
peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan
kecakapan literasi peserta didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks
pelajaran.
1) Kecakapan Literasi di SD
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan kemampuan
berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif (berbicara dan
menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks dua kegiatan utama di
tahap ini, yaitu membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis
dijenjangkan agar peningkatan kecakapan di empat area berbahasa tersebut
(membaca, menyimak, berbicara, dan menulis) dapat dilakukan secara
terukur dan berkelanjutan. Jenjang kemampuan membaca dan menulis dibagi
dalam tiga tingkatan: awal, pemula, dan madya, yang merentang dari SD
kelas rendah ke kelas tinggi.
Jenjang Kemampuan Menulis di SD
Seperti halnya kemampuan membaca, kemampuan menulis dapat bervariasi
di jenjang SD. Pemeringkatan kemampuan menulis adalah sebagai berikut.
a) Penulis Awal
b) Penulis Pemuda
c) Penulis Madya
Jenjang kemampuan membaca dan menulis tersebut hendaknya
dipertimbangkan dalam merancang kegiatan literasi pada tahap
pembelajaran. Beberapa alternatif kegiatan yang sesuai dengan jenjang
kemampuan membaca dan menulis disajikan dalam tabel berikut ini.
2) Fokus Kegiatan pada Tahap Pembelajaran

93
Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran antara lain sebagai
berikut.
a) Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan
kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat
melakukan penelitian tindakan kelas.
b) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan
memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.
c) Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan
sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran.
d) Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku
dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
3) Prinsip-prinsip Kegiatan pada Tahap Pembelajaran
a) Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi (jenjang
kemampuan membaca dan menulis) peserta didik dan tujuan kegiatan
membaca.
b) Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang
untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca mandiri, membaca
terpandu, dan membaca bersama.
c) Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang
untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca mandiri, membaca
terpandu, dan membaca bersama.
d) Pengajaran berfokus pada proses, dan bukan pada hasil. Peserta didik
berbagi dan mendiskusikan draf pekerjaannya untuk mendapat masukan
dari guru dan teman.
e) Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan majemuk
dan keragaman gaya belajar peserta didik.
f) Guru melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta didik.
Guru dapat mencontohkan cara memahami bacaan dan cara
mengeksplorasi gagasan untuk menulis. Dengan memperagakan cara
membaca dan berpikir untuk memahami bacaan, pendidik dapat:
(1) menunjukkan cara menerapkan strategi memahami bacaan;
(2) menunjukkan kepada peserta didik bahwa memahami bacaan

94
merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap orang; dan
(3) memberikan motivasi untuk membaca untuk memperoleh
pengetahuan.
Pendampingan terhadap peserta didik dalam kegiatan literasi dapat
dilakukan dalam bentuk:
(a) meminta peserta didik untuk berbagi draf karya dan
mendiskusikan dengan teman satu kelompok;
(b) melakukan kegiatan membacakan buku dengan nyaring,
membaca terpandu, dan membaca bersama peserta didik
untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap bacaan;
(c) memberikan masukan terhadap draf karya peserta didik
dengan merujuk kepada rubrik jenjang kemampuan menulis;
dan
(d) membantu peserta didik untuk mengeksplorasi gagasan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait bacaan.
Usahakan untuk memberikan komentar dan masukan yang
memotivasi dan detil pada karya peserta didik. Sebutkan elemen
dari karya yang telah dicapai, lalu tambahkan beberapa saran
untuk meningkatkan kualitas karya.
(a) melakukan kegiatan membacakan buku dengan nyaring,
membaca terpandu, dan membaca bersama peserta didik
untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap bacaan;
(b) memberikan masukan terhadap draf karya peserta didik
dengan merujuk kepada rubrik jenjang kemampuan menulis;
dan
(c) membantu peserta didik untuk mengeksplorasi gagasan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait bacaan.
Usahakan untuk memberikan komentar dan masukan yang
memotivasi dan detil pada karya peserta didik. Sebutkan elemen
dari karya yang telah dicapai, lalu tambahkan beberapa saran
untuk meningkatkan kualitas karya.
(a) Peserta didik dapat mengerjakan tugas secara individual atau
berkelompok.

95
(b) Setiap orang/kelompok peserta didik dapat mengerjakan
tugas yang berbeda sesuai dengan jenjang kemampuan
literasinya.
(c) Guru memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan latar
peserta didik untuk memperdalam pemahamannya terhadap
bacaan.
4) Langkah-langkah Kegiatan di Tahap Pembelajaran
a) Berbagai cara membaca
Pada dasarnya, strategi membaca buku teks pelajaran sama dengan
strategi untuk memahami buku pengayaan, yaitu membacakan nyaring,
membaca terpandu, membaca bersama, dan membaca mandiri.
b) Memilih buku pengayaan untuk pembelajaran
Beberapa elemen yang harus diperhatikan dalam memilih buku
pengayaan untuk mendukung pembelajaran adalah.
(1) Buku pengayaan harus sesuai dengan jenjang kemampuan
membaca peserta didik.
(2) Buku pengayaan harus sesuai dengan tujuan kegiatan
pembelajaran.
(3) Buku pengayaan harus sesuai dengan tema atau sub-tema materi
ajar pada mata pelajaran terkait.
Beberapa contoh-contoh buku pengayaan sesuai tema dapat dilihat
pada lampiran daftar rekomendasi buku pengayaan sesuai tema pada
lampiran panduan ini.
c) Menggunakan buku pengayaan untuk kegiatan menulis kreatif
(SD kelas tinggi)
Menulis cerita menjadi momok bagi kebanyakan peserta didik. Peserta
didik membutuhkan jawaban dan bimbingan untuk pertanyaan-
pertanyaan seperti, “Bagaimana memulai menulis?” “Kalimat pertama
seperti apa yang baik untuk mengawali tulisan?” Buku cerita anak
memiliki aspek literer yang baik karena sudah melalui tahapan
pengeditan bahasa dan konten cerita. Karenanya, buku bacaan
anak dapat menjadi teks model yang memandu anak untuk
mengembangkan struktur kisah (awal-tengah-akhir cerita) dan pilihan

96
kata yang baik.
Contoh kegiatan: Menulis cerita dengan tokoh yang menarik.
Tokoh yang kuat adalah jiwa sebuah cerita. Anak-anak perlu
memahami bahwa untuk membuat sebuah cerita, langkah pertama yang
harus mereka lakukan adalah membuat sosok tokoh yang unik, mudah
diingat, sulit dilupakan, dan memikat.
Membuat buku besar (big book)
(1) SD Kelas Rendah
Guru membuat cerita bersama anak dengan menyiapkan
beberapa alternatif tokoh cerita, alternatif awal cerita, tengah,
dan akhir cerita. Minta peserta didik untuk memilih/menyepakati
tokoh dan masalah yang dihadapi tokoh. Lalu, ajak mereka
bersama-sama menyusun alur cerita. Dengan menggunakan
kertas warna, daun, dan bunga kering, ajak mereka untuk
melengkapi ilustrasi cerita dan menuliskan teks cerita bersama-
sama.
(2) SD Kelas Tinggi
Secara berkelompok, peserta didik dapat mengubah atau
Memodifikasi suatu cerita dan membuat ilustrasinya dalamkertas
besar. Pada sampul buku besar, minta peserta didik untuk
menuliskan judul asli cerita yang mereka modifikasi dan nama
penulisnya.
Menulis interaktif (SD kelas tinggi)
Dua orang peserta didik memiliki jurnal bersama. Di dalam buku itu
mereka menulis kesan dan pertanyaan-pertanyaan terhadap satu buku
yang dibaca bersama. Peserta didik dapat saling menjawab pertanyaan
temannya tentang bacaan. Jurnal bersama ini juga dapat digunakan
untuk projek menulis cerita bersama.
Menulis interaktif (SD kelas tinggi)
Dua orang peserta didik memiliki jurnal bersama. Di dalam buku itu,
mereka menulis kesan dan pertanyaan-pertanyaan terhadap satu buku
yang dibaca bersama. Peserta didik dapat saling menjawab pertanyaan
temannya tentang bacaan. Jurnal bersama ini juga dapat digunakan

97
untuk projek menulis cerita bersama.
Konferensi penulis (SD kelas tinggi)
Peserta didik menyelesaikan tugas menulis (fiksi/liputan/hasil
wawancara/wawancara imajiner, dll) secara individual lalu
mempresentasikannya dalam kelompok. Anggota kelompok saling
memberikan pendapatnya terhadap draf tulisan tersebut.
Menyelesaikan cerita (SD kelas rendah)
(1) Guru menyiapkan gambar kartun dari internet atau majalah yang
menggambarkan beberapa anak/binatang sedang bercakap-cakap.
Peserta didik kemudian diminta untuk menambahkan dialog
antar tokoh (dialog) dapat ditulis dalam balon kata atau
diceritakan kepada guru).
(2) Guru menyusun kompilasi gambar-gambar menjadi sebuah
rangkaian cerita. Peserta didik kemudian diminta untuk
menambahkan teks narasi atau dialog yang sesuai dengan setiap
adegan pada gambar.
d) Berdiskusi dengan teman (think-pair-share)
Peserta didik mendiskusikan pertanyaan dari guru tentang bacaan
dalam
kelompok yang terdiri dari dua orang.
5) Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dan Sudut Baca untuk
Pembelajaran
Salah satu tujuan pemanfaatan bahan pustaka adalah untuk meningkatkan
kecakapan literasi informasi peserta didik. Literasi informasi mencakup:
a) kemampuan menggunakan fitur dalam isi bacaan (teks dan visual) untuk
memilah informasi sesuai dengan tujuan membaca dan kemanfaatannya;
b) kemampuan menganalisis dan mengelompokkan informasi dalam
bacaan sesuai dengan kecakapan membaca dan daya nalarnya;
c) kemampuan membedakan fakta dan fiksi dalam bacaan;
d) pemahaman bahwa karya memiliki hak cipta yang dilindungi secara
hukum; dan
e) pemahaman bahwa karya memiliki hak cipta yang dilindungi secara
hukum; dan

98
Bentuk-bentuk kegiatan untuk meningkatkan kecakapan literasi
informasi:
6) Rubrik Penilaian Akademik pada Tahap Pembelajaran
Tujuan penilaian pada tahap pembelajaran adalah meningkatkan jenjang
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar kemampuan literasi
peserta didik sesuai dengan tahapan yang tercantum dalam tabel
penjenjangan kemampuan membaca dan tabel penjenjangan kemampuan
menulis. Penilaian dapat dilakukan oleh tenaga pendidik maupun oleh
peserta didik sendiri, atau antar peserta didik. Penilaian oleh dan antar
peserta didik berfungsi sebagai penunjang penilaian utama oleh tenaga
pendidik. Sumber penilaian pada tahap pembelajaran ini dapat berupa:
• Portfolio karya siswa dalam kegiatan menanggapi bacaan; dan
• Lembar pengamatan guru pada setiap kegiatan membaca.
Aspek capaian peserta didik yang diamati pada lembar pengamatan
bergantung kepada tujuan kegiatan membaca. Lembar pengamatan ini diisi
oleh guru dan peserta didik dalam bentuk penilaian diri dan teman.
Fokus penilaian untuk portfolio peserta didik
Penilaian portfolio peserta didik perlu didasarkan pada jenjang kemampuan
menulis mereka. Rubrik penilaian sesuai jenjang kemampuan menulis
peserta didik dijelaskan dalam bagan berikut. Fokus penilaian ini dapat
menjadi rujukan tenaga pendidik ketika memberi masukan untuk
meningkatkan kemampuan menulis peserta didik.
Rubrik penilaian sesuai jenjang kemampuan menulis di tahap
Pembelajaran
a) Contoh ceklis pengamatan pada kegiatan membacakan buku
dengan nyaring.
Ceklis ini juga bertujuan untuk memberikan masukan kepada pendidik
terhadap kesesuaian buku yang dibacakan, waktu membacakan, dan
intonasi, suara, serta gestur pendidik ketika membacakan buku. Ceklis
ini diisi oleh tenaga pendidik seusai membacakan buku.
b) Contoh ceklis pengamatan tenaga pendidik untuk menilai peserta
didik membaca nyaring.
Peserta didik diminta untuk membaca nyaring dengan tujuan untuk

99
mengevaluasi kefasihan mereka dalam mengeja, memahami tata-
bahasa, dan memahami bacaan. Peserta didik diminta membaca
nyaring secara mandiri dalam kegiatan membaca terpandu.
Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar ini disusun guna memandu pelaksanaan
kegiatan literasi sekolah di SD yang efektif dan berkelanjutan. Penumbuhan budaya
literasi dalam diri peserta didik memang bukan hanya tugas sekolah semata, namun
juga merupakan tanggung jawab keluarga, pelaku bisnis dan media, pemangku
kepentingan, dan elemen masyarakat lain. Dalam fungsinya sebagai lembaga
kependidikan yang berperan penting dalam kehidupan peserta didik, sekolah dapat
menghimpun sinergi antara pendidikan formal, pendidikan keluarga di rumah, dan
pendidikan literasi di masyarakat agar upaya penumbuhan budaya literasi dapat terjalin
dengan lebih optimal. Oleh karena itu, panduan ini dilengkapi dengan produk-produk
sosialisasi dalam bentuk infografisdan video tutorial untuk memandu sekolah dalam
mewujudkan sinergi tersebut. Tentunya panduan, infografis, dan video tutorial ini tidak
dimaksudkan untuk diterapkan dengan kaku, melainkan menginspirasi upaya kreatif
dan inovatif untuk menumbuhkan budaya literasi sekolah dengan lebih sistematis dan
efektif.

L. PROGRAM SEKOLAH DASAR BERSIH SEHAT (SDBS)


1. Latar Belakang
Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber
daya manusia yang sehat secara fisik, mental,sl,dan produktif. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah status kesehatan
dan kondisi lingkungan sekolah.
Masalah kesehatan di sekolah menjadi kompleks dan bervariasi terkait dengan
kesehatan peserta didik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi
lingkungan sekolah dan perilaku hidup bersih.Sekolah dapat menjadi salah satu tempat
penyebaran penyakit seperti demam berdarah. Menurut Rois (2012), 3 sampai 4 anak
dalam setiap 1000 anak berusia 7—12 tahun berisiko menderita demam berdarah. Dari
penderita itu, 33,8% adalah kelompok usia sekolah. Duapertiga penderita tertular di
luar lingkungan tempat tinggalnya, salah satunya di sekolah.Hal tersebut membuktikan
bahwa kebersihan lingkungan sekolah merupakan faktor penting yang harus

100
diperhatikan.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2010),diketahui bahwa masalah
gizi usia sekolah 6—12tahun masih besar, yaitu terdapat 35,6% anak pendek, 12,2%
anak kurus, dan 9,2% anak gemuk. Masalah lain yang ditemukan adalah 44,6% anak
usia sekolah mengonsumsi sarapan berkualitas rendah. Dilaporkan juga bahwa 1,7%
anak mulai merokok pada anak usia 5—9 tahundan 17,5% pada usia 10—
14tahun.Selain itu, persentase menyikat gigi setiap hari pada kelompok umur 10—
14tahunadalahsebesar 95,7%, namun yang berperilaku benar menyikat gigi hanya 1,7%
(Riskesdas, 2013).
Guna mencegah dan mengurangi berbagai permasalahan di atas diperlukan
perilaku hidup bersih dan sehat melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat di
sekolah. Upaya tersebut tidak hanya mengandalkan proses belajar mengajar pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan, tetapi perlu didukung oleh kebijakan, sarana dan
prasarana, serta program yang tepat sehingga perilaku hidup bersih dan sehat
akanmenjadi budaya dikalangan warga sekolah.
Tujuan Panduan Sekolah Dasar Bersih dan Sehatini adalah memberikan
informasi dan solusi untuk menjawab berbagai permasalahan dan hambatan yang
muncul. Dengan begitu, sekolah dapat menumbuhkan pembiasaan perilaku hidup
bersih dan sehat pada setiap warga sekolah.
2. Konsep SD Bersih Sehat
SD Bersih Sejat adalah sekolah dasar yang warganya secara terus-menerus
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, dan memiliki lingkungan sekolah yang
bersih, indah, sejuk, segar, rapih, tertib, dan aman. SD bersih sehat
mengutamakan pentingnya pembangunan kesehatan melalui kegiatan yang bersifat
promotif dan preventif, sehingga dapat mendorong kemandirian semua warga sekolah
dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk berperilaku hidup sehat, memelihara
kesehatannya, dan meningkatkan kesehatannya.
Warga sekolah meliputisetiap individu yang berperan di dalam proses belajar-
mengajar di sekolah,antara lain, peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing baik sebagai pembelajar
maupun pebelajar. Masyarakat lingkungan sekolah meliputi semua masyarakat yang
berada di lingkungan sekolah selain warga sekolah.Perilaku hidup bersih dan sehat
warga sekolah dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,sehingga

101
warga sekolah mampu menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Upaya mewujudkan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat dapat dicapai melalui
strategi penyediaan sarana dan prasarana, manajemen yang baik, penyebarluasan
pengetahuan, penciptaan kondisi ideal dengan melibatkan partisipasi semua pihak
seperti warga sekolah, komite sekolah, puskesmas, dan masyarakat. Strategi tersebut
dilaksanakan dengan menyelenggarakan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
kebersihan dan kesehatan lingkungan, serta pembudayaan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) seperti bagan berikut.

3. Tujuan
a.. Mewujudkan sekolah dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat warga sekolah.
b. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan di sekolah dasar
c. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif di sekolah dasar.
d. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan bangunan dan halaman sekolah dasar.
e. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar sekolah dasar.
f. Mewujudkan warga sekolah yangmemiliki perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Indikator SD Bersih Sehat
a. Kebijakan
Sekolah memiliki dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung
pelaksanaan SD Bersih Sehat. Kebijakan sejalan dengan kebijakan nasional dan
daerah. Kebijakan lokal sekolah disusun dan disepakati bersama dengan warga
sekolah dan komite sekolah agar dapat mempercepat pelaksanaan SD Bersih Sehat.
Kebijakan ini dijadikan acuan dalam pelaksanaan SD Bersih Sehat oleh seluruh
warga sekolah.
Dengan kebijakan SD Bersih Sehat, sekolah memiliki landasan
untukmenyelenggarakan pendidikan dan pelayanan kesehatan disekolahsecara
konsisten. Sekolah dapat meningkatkan kebersihan dan kesehatan ruang, halaman,
dan lingkungan sekolah serta membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Program Kerja
Sekolah memiliki visi, misi, tujuan yang mendukung pelaksanaan SD
Bersih Sehat. Visi, misi, dan tujuan sekolah dituangkan dalam rencana program,

102
rencana kegiatan, dan rencana anggaran yang melibatkan peran serta aktif dari
seluruh warga sekolah dan komite sekolah. Perlu dilakukan pemantauan dan
evaluasi atas rencana dan pelaksanaan program untuk dijadikan dasar perencanaan
program selanjutnya.
Dalam perencanaan program terkait SD Bersih Sehat, sekolah memperhatikan
aspek pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat serta mempertimbangkan dan memaksimalkan ketersediaan sumber
daya
c. Sarana dan Prasarana
Sekolah mengoptimalkan sarana dan prasarana yang mendukung perilaku
hidup bersih dan sehat. Dalam penyediaan sarana dan prasarana disesuaikan
dengan standar peraturan yang ada, misalnya, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor: 24 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Kesehatan
nomor1429/Menkes/ SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah.
Program Sekolah Dasar Bersih dan Sehat didukung bangunan yang terdiri
atas ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang kelas, kamar
mandi/WC, ruang UKS, kantin, gudang, tempat ibadah, halaman,dan pagar
sekolah. Semua unit bangunan di sekolah bebas dari suara gaduh dan bising
yangmengurangi konsentrasi belajar peserta didik dan kenyamanan mengajar guru.
1) Ruang Kepala Sekolah
Ruang bersih dan tertata rapih, ada sirkulasi udara memadai, kecuali ruang
ber-AC. Ukuran luas ruang kepala sekolah minimal 12 m2dengan lebar
minimal 3 m dan memiliki jendela yang dapat ditutup dan dibuka ke arah
keluar denganpencahayaan alami yang jelas.
2) Ruang Guru
Ukuran luas ruang guru minimal 32m2 dengan rasiominimal 4m2/orang.
3) Ruang Perpustakaan
Ukuran luas perpustakaan minimal sama dengan luas satu ruang kelas.
Lebar minimal 5 m.
4) Ruang Kelas
Rasiominimal luas ruang kelas 2 m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan
peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimal ruang kelas 30 m2 dengan

103
lebar minimal 5 m. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan
minimal 2,5 m dan jarak papan tulis dengan meja paling belakang minimal 9
m. Kapasitas maksimal ruang kelas 28 siswa. Tersedia tempat cuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan sabun. Minimal satu tempat cuci tangan
untuk dua kelas. Disetiap kelas disediakan tempat sampah bertutup.
5) Kamar mandi/WC
Rasio kamar mandi/WC dan urinoir adalah perbandingan antara jumlah
peserta didik dengan banyaknya kamar mandi/WC dan urinoiryang tersedia.
Untuk peserta didik rasionya adalah 1:60; sedangkan untuk siswi rasionya
adalah 1:50. Kamar mandi/WC dan urinoir peserta didik/siswi terpisah
dengan kamar mandi/WC dan urinoir guru dan pegawai.Ukuran kamar
mandi/WC tidak kurang dari 2 m2. Dinding berwarna terang. Lantai
memiliki perkerasan tidak licin, air tidak menggenang, memiliki kemiringan
minimal 1%.Closet memiliki ketinggian 30 cm dari lantai
baik closet untuk guru maupun untukpeserta didik.Ruangan memiliki lubang
penghawaan dan pencahayaanyang cukup, bebas dari jentik nyamuk,
memiliki alat kebersihan (sikat, sabun, karbol), dan tempat sampah tertutup.
6) Ruang UKS
Ruang UKS adalah tempat untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif, preventif, dankuratif.Penyuluhantentang perilaku hidup
sehat kepada peserta didik dan warga sekolah lainnya dilakukan secara terus-
menerus, menyeluruh, dan terpadu.Ruang UKS dilengkapi tempat cuci
tangan dengan air bersih yang mengalir,tersedia sabun, memiliki tempat
tidur periksa, timbangan badan, alat pengukur tinggi badan, alat pengukur
suhu tubuh,dental kit, UKS kit, P3K, lemari obat, torso rangka atau alat
tubuh, snellen chart, dan tempat sampah. Standar luas ruang UKSadalah
minimal 27 m2 yang dilengkapi dengan buku kesehatan dan buku
adminsitrasi.
7) Kantin
Kantin sekolah adalah tempat usaha makanan dan minumanyang pengelola
dan konsumennya adalah warga sekolah.Lokasi kantin berjarak minimal 20
m dari tempat pembuangan sampah sementara. Kantin memiliki peralatan
pengolahan dan makan yang bersih, tempat cuci peralatan makan dan

104
minum dengan air bersih yang mengalir, tempat cuci tangan dilengkapi
dengan air bersih mengalir, sabun dan lap tangan untuk pengunjung kantin,
tersedia tempat penyimpanan bahan makanan terpisah dari makanan
jadi/siap saji dan tempatpajangan(display) makanan jadi/siap saji yang
tertutup. Kantin dilengkapi dengan tempat duduk dan saluran air limbah
yang tertutup.Tersedia tempat untuk mengolah makanan sederhana
(memanasi, mengukus, dan memanggang). Makanan kemasan berlabel
BPOM/Dinkes dan tidak kadaluarsa. Makanan dan minuman yang dijual
sudah dilakukan uji bebas formalin, boraks, dan pewarna kimia berbahaya.
Kemasan bersih dan tidak menggunakan styrofom. Petugas kantin
berpakaian rapi, bersih, bercelemek, bertudung, dan sehat. Pengambilan
makanan selalu menggunakan alat bantu pengambil makanan.
8) Gudang
Gudang sekolah memiliki luasminimal 18 m2. Gudang berdinding bersih,
tidak lembab, dan dicat berwarna terang. Dinding yang terkena percikan air
terbuat dari bahan campuran kedap air, tidak mudah retak, tidak dicat
dengan larutan kapur tohor, dan memiliki pintu yang tertutup. Gudang
memiliki ventilasi pada dinding, diberi pengamanan berupa kasa ayam untuk
mencegah masuknya vektor penyakit dan binatang pengerat, serta diberi
penerangan yang cukup.
9) Tempat Beribadah
Tempat beribadah disesuaikan dengan kebutuhan tiap sekolah. Ukuran
minimal 12 m2.
10) Halaman dan Pagar Sekolah
Halaman sekolah merupakan ruang terbuka hijau sebagai sarana untuk
menunjang segala kegiatan di luar ruangan (upacara, olahraga, kesenian,
pramuka, parkir kendaraan, apotek hidup,tamansekolah dan kegiatan
lain)bagi warga sekolah. Halaman sekolah terbebas dari genangan air dan
mempunyai batas yang jelas dengan lingkungan sekitar, dan dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan aman.
Konstruksi bangunan sekolah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Atap
Sekolah memiliki atap yang kuat, tidak bocor, tidak menjadi sarang tikus,

105
serta memiliki kemiringan yang cukup.Sekolah yang mempunyai ketinggian
atap lebih dari 10 m harus dilengkapi dengan penangkal petir.Gedung
sekolah memiliki talang air yang berfungsi baik, langit-langit yang kuat,
berwarna terang dan mudah dibersihkan.Ketinggian plafon tidak kurang dari
270 cm.
2) Dinding
Dinding bangunan sekolah bersih, tidak lembab, dan dicat berwarna
terang.Pada dinding yang terkena percikan air, bahan dinding tersebutdibuat
dari bahan campuran kedap air, tidak mudah retak, dan tidak dicat dengan
larutan kapur tohor.
3) Lantai
Lantai kelas, kantor, dan perpustakaan terbuat dari bahan kedap air, kuat,
permukaan rata, tidak licin, tidak retak, dan mudah dibersihkan. Lantai
menggunakan bahan penutup yang berwarna terang. Terdapat perbedaan
tinggi lantai antara selasar dengan ruang kelas, perpustakaan, dan kantor.
Lantai kamar mandi/WC memiliki kemiringan yang
cukup sehingga memudahkan air mengalir.
4) Tangga
Tangga bangunan sekolah bertingkat dapat berfungsi ganda. Tangga
berfungsi sebagai sarana lalu lintas dan sebagai sarana penyelamat. Tangga
dilengkapi dengan pegangan tangan dan sarana keamanan setinggi bahu
peserta didik
5) Pintu
Pintu memiliki lebar sekurang-kurangnya 1 m. Pintu tersebut dapat terdiri
atassatu daun pintu atau dua daun pintu dengan arah buka keluar.Pintu
dilengkapi dengan pengunci dan pegangan (handle)yang terbuat dari bahan
yang kuat.
6) Jendela
Jendela dapat dibuka dan ditutup dengan arah buka keluar dan diberi
pengaman. Kaca jendela memungkinkan cahaya masuk secara alami
sehingga peserta didik, guru, dan pegawai sekolah dapat membaca dengan
nyaman, tidak terlalu terang, dan juga tidak gelap (20 % luas lantai).
7) Ventilasi

106
Gedung sekolah dilengkapi dengan ventilasi. Ruang-ruang di sekolah
diupayakan mempunyai ventilasi silang yang dapat menjamin aliran udara
segar. Ventilasi udara dapat berupa ventilasi alami dan ventilasi mekanis.
Ventilasi mekanis memperhitungkan kekuatan pendinginan mesin dengan
jumlah penghuni. Pada ruang yang menggunakan ventilasi mekanis
hendaknya tersedia jendela yang dapat dibuka dan ditutup untuk menjamin
udara segar di sekolah.
8) Sumber Air
Sumber air dapat berasal dari air tanah, air permukaan, dan airhujan.Air
tanah dapat berupa air sumur atauair mata air.Air permukaan berupa air
sungai, air danau,atau air payau. Jika air permukaan akan digunakan sebagai
sumber air minum, maka harus dilakukan proses pengolahan lebih lanjut.
9) Tempat Sampah
Tempat sampahadalah tempat menampung material sisa hasil kegiatan
sehari-hari manusia dan atau proses alam yang tidak diinginkan yang
berbentuk padat. Sekolah memiliki tempat sampah sementara yang bertutup
dan terpilah di setiap ruangan.Sampah diangkut setiap hari ke tempat
pengolahan sampah.
10) Perilaku Warga Sekolah
Tujuan pelaksanaan SD Bersih Sehatadalah untukmembudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat meliputi perilaku sebagai berikut.
a) Menjaga rambut agar bersih dan rapih.
b) Memakai pakaian bersih dan rapih.
c) Menjaga kuku agar pendek dan bersih.
d) Berolahraga teratur dan terukur.
e) Tidak merokok.
f) Tidak menggunakan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif
(NAPZA).
g) Memberantas jentik nyamuk.
h) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
i) Menggunakan air bersih.
j) Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
k) Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah

107
(sampah organik dan nonorganik).
l) Mengkomsumsi makanan sehat.
m) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara berkala.
5. Strategi Pelaksanaan Sekolah Dasar Bersih Sehat
Strategi pelaksanaan SD Bersih Sehatdilakukan dengan memadukan
pendekatan bottom-up dantop-down yang melibatkan instansi terkait, pemangku
kepentingan, dan warga sekolah. Pendekatan bottom-up berupa inisiatif dan kreativitas
warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan potensi sekolah.
Sedangkan pendekatantop-down sebagai implementasi berbagai kebijakan terkait,baik
di tingkat pusat maupun daerah.
a. Manajemen Pelaksanaan SD Bersih Sehat
Manajemen sebagai salah satu pilar kunci dalam pelaksanaan SD Bersih
Sehatpada dasarnya terkait dengan kapasitas kelembagaan sekolah dalam
mengelola pelaksanaan SD Bersih Sehat.Tujuan dari manajemen pelaksanaan SD
Bersih Sehatuntuk menjamin tersedianya dan meningkatnya kapasitas kelembagaan
dan menjamin keberlanjutan pelaksanaan SD Bersih Sehat.Strategi manajemen
pelaksanaan SD Bersih Sehatadalah sebagai berikut.
1) Pembentukan atau penguatan forum koordinasi antarsekolah dalam
pelaksanaan SD Bersih Sehat;
2) Pembentukan atau penguatan Tim Pelaksana SD Bersih Sehat yang terdiri atas
Kepala sekolah, Guru, Komite Sekolah, Orang Tua, Tokoh Agama, Tokoh
Adat, Tokoh Masyarakat, dan Warga;
3) Peningkatan kapasitas sekolah dalam aspek perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan pengelolaan
pengetahuan pelaksanaan SD Bersih Sehatdengan melibatkan komite
sekolah.Contoh:
(1) Sekolah menyusun RKAS yang didalamnya terdapat kegiatan untuk
mendukung pelaksanaan SD Bersih Sehatsesuai dengan kebutuhan.
(2) Sekolah menyusun laporan kegiatan SD Bersih Sehatdan
pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang transparan dan terbuka.
(3) Sekolah mampu memonitoring penggunaan dan kebutuhan operasional
fasilitas kesehatan dan sanitasi.
(4) Sekolah mampu mengelola pengetahuan pelaksanaan SD Bersih Sehat

108
(5) Replikasi dan scaling-up penanganan sanitasi di sekolah melalui
dukungan pendanaan dari berbagaisumber.
Manajemen sekolah bersih dan sehat yang diharapkan akan tercapai dengan
memperhatikan tugas warga sekolah meliputi hal sebagai berikut.
1) Kepala Sekolah
a) Menyusun program, merumuskan visi,misi, dan tujuan sekolah yang sesuai
dengan SD Bersih Sehat.
b) Memasukkan kegiatan SD Bersih Sehat ke dalam Rencana Kegiatan Sekolah
(RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
c) Menyusun struktur organisasi beserta tugas dan fungsi dalam pelaksanaan SD
Bersih Sehat.
d) Menyusun kalender pendidikan dan kegiatan pembelajaran yang mendukung
pelaksanaan SD Bersih Sehat.
e) Membuat kebijakan, penyediaaan, dan pengelolaan sarana prasarana
sesuai SD Bersih Sehat
f) Meningkatkan peran guru dalam memberikan materi kesehatan dan
pemantauan PHBS dan kompetensi psikososial peserta didik.
g) Meningkatkan peran orang tua dalam pelaksanaan dan pemantauanSD Bersih
Sehat.
h) Meningkatkan peran Komite sekolah, masyarakat, dan pihak swasta dalam
pelaksanaan SD Bersih Sehat
i) Melibatkan institusi pendidikan kesehatan di wilayah kerjanya untuk berperan
aktif dalam pelaksanaan SD Bersih Sehat.
j) Memfasilitasi penyampaian pesan kesehatan melalui media tradisional dan
acara-acara keagamaan dalam bentuk ceramah agama dan khutbah
k) Memonitoring dan Mengevaluasi keberlangsungan kegiatan terkait SD Bersih
Sehat
l) Menjadi model berperilaku hidup bersih dan sehat kepada seluruh warga
sekolah.
m) Mengupayakan dan membina pelaksanaan kantin sehat yangmemenuhi
persyaratan keamanan pangan dengan mengikuti programPiagam Bintang
Keamanan Pangan Kantin Sekolah (PBKP-KS).
n) Partisipasi dalamprogram sekolah, diantaranya meningkatkan kualitas

109
pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan melalui (1) tidak menjual
makanan/minuman yang mengandung bahan pengawet/pengenyal, pewarna,
perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan;(2) tidak menjual makanan
yang tercemar/terkontaminasi, kadaluwarsa, serta(3)
tidak menjual makanan yang dikemas tidak ramah lingkungan,
seperti plastik, styrofoam, ataualuminium foil.
2) Tenaga Pendidik
a) Melaksanakan program sekolah dasar bersih dan sehat yang telah
direncanakan.
b) Melaksanakan kegiatan SD Bersih Sehat sesuai dengan Rencana Kegiatan
Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
c) Melaksanakan tupoksi sesuai dengan organisasi dalam pelaksanaanSD Bersih
Sehat.
d) Melaksanakan kegiatan membimbing dan pembelajaran yang mendukung
pelaksanaan SD Bersih Sehatkepada peserta didik.
e) Memberikan materi kesehatan kepada peserta didik.
f) Menjadi model berperilaku hidup bersih dan sehat kepada perserta didik.
g) Membiasakan pelaksanaan PHBS.
h) Menjaga dan mengikutsertakan peran aktif peserta didik dalam menjaga
sarana prasarana sesuai kriteria SD Bersih Sehat
i) Melaksanakan penyampaian pesan kesehatan melalui media tradisional dan
acara-acara keagamaan dalam bentuk ceramah agama dan khutbah.
3) Tenaga Kependidikan
a) Mendukung pelaksanaan program sekolah dasar bersih dan sehat yang telah
direncanakan sesuai dengan tupoksinya.
b) Mendukung pelaksanaan kegiatan SD Bersih Sehatsesuai dengan Rencana
Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS).
c) Menjadi model berperilaku hidup bersih dan sehat kepada perserta didik.
d) Membiasakan pelaksanaan PHBS
e) Menjaga dan mengingatkan peran aktif peserta didik dalam menjaga sarana
prasarana sesuai kriteria SD Bersih Sehat.
4) Peserta Didik

110
a) Memahami PHBS.
b) Melaksanakan PHBS.
c) Membiasakan PHBS.
d) Menjaga sarana prasarana sekolah.
e) Menjadi kader kesehatan dengan menyebarkan informasi kesehatan dan
memberi contoh kepada temannya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
f) Menjadi agen perubah bagi lingkungan disekitarnya.
5) Komite Sekolah
a) Berperan aktif dalam pertimbangan, pelaksanaan dan pemantauanSD Bersih
Sehat, baik yang berwujud pendanaan, Pemikiran, penyediaan tenaga,
kegiatan, sarana dan prasarana.
b) Mengusulkan dan ikut membahas RKAS agar mendukung SD Bersih Sehat.
c) Menjadi model berperilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik.
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Perilaku hidup bersih dan sehat memerlukan akses terhadap fasilitas yang
layak dan terjangkau secara ekonomi. Hal ini untuk mencegah warga sekolah
kembali ke perilaku lama yang dapat mengganggu keberhasilan program SD Bersih
Sehat.
Tujuan dari penyediaan sarana yang layak dan terjangkau adalah menjamin
tersedianya akses warga sekolah terhadap sarana penunjang pelaksanaan perilaku
hidup bersih dan sehat.Strategi penyediaan sarana SD Bersih Sehatyang layak dan
terjangkau secara ekonomis adalah sebagai berikut.
1) Menyediakan sarana SD Bersih Sehatyang ramah anak;
2) Menjamin kemudahan operasional dan perawatan sarana;
3) Mengalokasikan dana perawatan dan operasionalisasi fasilitas dalam RKAS
4) Memfasilitasi warga sekolah dalam penentuan pilihan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi setempat;
5) Meningkatkan kontribusi warga sekolah dan pihak luar (termasuk orang tua
murid) dalam pembangunan sarana/teknologi terpilih;
c. Pendidikan Bersih dan Sehat
Sebagai lingkungan terkecil yang mempunyai otoritas dalam mengelola
dirinya sendiri, sekolah mempunyaiperan yang penting dalam memberikan
pembelajaran disegala bidang bagi warga sekolah dan lingkungansekitar.Peserta

111
didik, sebagai agen perubahan, diharapkan dapat membawa pengaruhpositif kepada
keluarga mengenai perilaku hidup bersih dan sehatyang mereka dapatkan di
sekolah.
Sekolah sebagai pusat informasi sanitasi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan peran sekolah dan warga sekolah sebagai agen perubahan yang aktif
dalam menjamin tersosialisasi dan teradopsinya berbagai pembelajaran mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat oleh warga sekolah,masyarakat sekitar, dan sekolah
lain.
Kegiatan untuk mewujudkan sekolah sebagai pusat pembelajaran perilaku
hidup bersih dan sehat mencakup hal sebagai berikut.
d. Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
Kawasan tanpa rokok bertujuan untuk menciptakan Lingkungan sekolah yang
bersih, sehat, dan bebas rokok.
Sasaran Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah:
a. kepala sekolah; b. guru; c. tenaga kependidikan; d. peserta didik; dan
e. pihak lain di dalam Lingkungan sekolah.
Untuk mendukung Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah, Sekolah wajib
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. memasukkan larangan terkait rokok dalam aturan tata tertib sekolah;

b. melakukan penolakan terhadap penawaran iklan, promosi, pemberian sponsor,


dan/atau kerja sama dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh perusahan rokok
dan/atau organisasi yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau
warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok, untuk
keperluan kegiatan kurikuler atau ekstra kulikuler yang dilaksanakan di dalam
dan di luar Sekolah;

c. memberlakukan larangan pemasangan papan iklan, reklame, penyebaran


pamflet, dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan atau yayasan rokok
yang beredar atau dipasang di Lingkungan Sekolah;

d. melarang penjualan rokok di kantin/warung sekolah, koperasi atau bentuk


penjualan lain di Lingkungan Sekolah; dan

e. memasang tanda kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah.

112
(1) Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan Pihak lain
dilarang merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan rokok di Lingkungan Sekolah.

(2)Kepala sekolah wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau


mengambil tindakan terhadap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik
apabila melakukan larangan.

(3)Kepala sekolah dapat memberikan sanksi kepada guru, tenaga


kependidikan, dan Pihak lain yang terbukti melanggar ketentuan Kawasan
tanpa rokok di Lingkungan Sekolah.
(4)Guru, tenaga kependidikan, dan/atau peserta didik dapat memberikan teguran
atau melaporkan kepada kepala sekolah apabila terbukti ada yang merokok di
Lingkungan Sekolah.

(5)Dinas pendidikan setempat sesuai dengan kewenangannya memberikan


teguran atau sanksi kepada kepala sekolah apabila terbukti melanggar
ketentuan Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah berdasarkan laporan
atau informasi dari guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan/atau Pihak
lain.
Larangan penjualan rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dan pasal
5 ayat (1) berlaku juga terhadap larangan penjualan permen berbentuk rokok atau
benda lain yang dikonsumsi maupun yang tidak dikonsumsi yang menyerupai
rokok atau tanda apapun dengan merek dagang, logo, atau warna yang bisa
diasosiasikan dengan produk/industri rokok.
(1)Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan
melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan Menteri ini secara
berkala paling sedikit dalam satu tahun.

(2) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota menyusun dan menyampaikan hasil


pelaksanaan pemantauan kepada walikota, bupati, gubernur, dan/atau menteri
terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kewenangannya.

(3) Sekolah wajib melakukan pembinaan kepada peserta didik yang merokok di
dalam maupun di luar Lingkungan Sekolah sesuai dengan tata tertib yang
berlaku di sekolah.

113
1) Internal Sekolah
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut;
a) Dokumentasi pelaksanaan SD Bersih Sehatdi sekolah.
b) Pelatihan Duta SD Bersih Sehat.
c) Pemasangan slogan/himbauan tentang kebersihan/kesehatan/keamanan
pangan di tempat yang strategis, misalnya “Buanglah sampah pada
tempatnya!”.
d) Kampanye perilaku hidup bersih dan sehat dalam penggunaan fasilitas
umum.
e) Melibatkan peserta didik dalam kegiatan “SEKOLAH DASAR BERSIH
DAN SEHAT”.
f) Mengadakan workshop, kampanye, dan lomba tentang pentingnya
menjaga dan memelihara kebersihan, kesehatan, penghijauan
lingkungan, dan keamanan pangan di sekolah.
g). Pelaksanaan perayaan hari nasional/internasional terkait kesehatan dan
lingkungan (Hari Air, Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS), danlain-
lain).
2) Eksternal SD
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut.
a) Membuat program kemitraan pendidikan kebersihan dan kesehatan
dengan instansi terkait (Puskesmas, Kepolisian, PMI, Petugas Penyuluh
Lapangan Pertanian, dan lain-lain).
b) Menyebarluaskan pembelajaran pelaksanaan SD Bersih Sehatdalam
forum KKKS
c) Menyebarluaskan pembelajaran pelaksanaan SD Bersih Sehatdalam
forum KKG.
d). Melakukan penyuluhan kebersihan dan kesehatan bagi warga sekolah.
e. Penciptaan Kondisi Ideal
Sebagai sebuah program yang diharapkan memperoleh hasil yang
maksimal, pelaksanaan kegiatan SD Bersih Sehat harus didukung oleh semua
pemangku kepentingan terkait. Tanpa dukungan tersebut keberhasilan tujuan
kegiatan SD Bersih Sehat sulittercapai. Penciptaan kondisi yang ideal sebagai salah

114
satu pilar pelaksanaan SD Bersih Sehatmerupakan salah satu hal penting yang
harus menjadi perhatian.
Tujuan penciptaan kondisi yang ideal ini adalah menjamin meningkatnya
dukungan (advokasi, regulasi, pendanaan, dan fasilitasi) berbagai pihak dalam
pelaksanaan program SD Bersih Sehat.Beberapa kegiatan utama dalam penciptaan
kondisi ideal adalah sebagai berikut.
1) Melakukan advokasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pelaksanaan SD
Bersih Sehatkepada warga sekolah untuk menyamakan persepsi
dan mendapatkan dukungan/partisipasi dalam pelaksanaan program.
Contohnya, dalam pertemuan dengan komite dan orang tua peserta
didik, sekolah menyosialisasikan rencana kerja pelaksanaan program
SD Bersih Sehat atau kondisi lingkungan sekolah.
2) Memfasilitasi pengembangan kebijakan atau peraturan yang dapat
mendukung pelaksanaan SD Bersih Sehatdi sekolah. Contoh:
a) Sekolah memberikan kebijakan terkait pelaksanaan kebersihan di
sekolah dengan memberikan sanksi bagi warga sekolah yang membuang
sampah sembarangan.
b) Sekolah mencanangkan Hari Jumat Bersih. Setiap hari Jumat
dilaksanakan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah yang melibatkan
seluruh warga sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan
perilaku gotong-royong dan menjaga kebersihan serta keindahan
sekolah.
c) Sekolah mewajibkan kelas 3 (tiga) keatas untuk melaksanakan piket
bersama untuk membersihkan dan merapikan kelas masing-masing.
d) Sekolah mengadakan lomba ruang bersih antarkelas.
3) Menentukan kebijakan terhadap dukungan pendanaan pelaksanaan program
SD Bersih Sehat. Contoh:
. Kepala sekolah mengeluarkan kebijakan penggunaan dana BOS
untuk membiayai pelaksanaan program SD Bersih Sehat, sesuai aturan
penggunaan dana BOS yang ada.
Sekolah menyediakan rencana pembangunan dan pengembangan media
informasi yang dapat diketahui oleh warga sekolah dan umum. Media ini
berupa papan informasi rencana pengembangan dan pembangunan

115
sekolah.
Memfasilitasi kemitraan dengan pemerintah daerah (UPTD), swasta, donor,
LSM, warga, akademisi, dan pelaku lainnya dalam pelaksanaan SD Bersih
Sehat. Contoh:
Sekolah bekerjasama dengan pihak lain dalam mendukung pelaksanaan
SD Bersih Sehat.
Sekolah berkoordinasi dengan UPTD atau dinas terkait untuk
mendapatkan fasilitas dan bimbingan teknis dalam pelaksanaan program
SD Bersih Sehat.
Mendorong terciptanya ruang publik atau jejaring sosial sebagai forum
diskusi dan koordinasi pemangku kepentingan baik individu maupun
lembaga yang memiliki komitmen terkait pelaksanaan program SD
Bersih Sehatatau lingkungan sekolah yang sehat. Contohnya, sekolah
membuka peluang untuk memfasilitasi proses pembelajaran pelaksanaan
program SD Bersih Sehatdengan berbagai pihak terkait (sekolah lain,
warga sekitar, pihak lainnya).
f. Pelibatan Berbagai Pihak Terkait
Pelaksanaan SD Bersih Sehat melibatkan peran serta pemerintah
pusat dan daerah, masyarakat, dan pihak swasta sesuai dengan kewenangan dan
tanggung jawabnya.
1) Pemerintah Pusat
a) Menetapkan peraturan-peraturan terkait SD Bersih Sehat.
Menyusun pedoman/petunjuk teknis/modul dan standarisasi SD Bersih
Sehat.
Advokasi dan sosialisasi kepada pengambil kebijakan.
Meningkatkan kemampuan para pelaku SD Bersih Sehatmelaluiberbagai
pelatihan.
Melakukan pembinaan dalam upaya peningkatan pelaksanaan SD Bersih
Sehat.
Melakukan monitoring dan evaluasi.
Menyediakan pendanaan SD Bersih Sehatmelalui AnggaranPendapatan
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) KementerianPendidikan dan
Kebudayaan.

116
Memfasilitasi penyediaan anggaran Provinsi
dan Kabupaten/Kotamelalui APBD; serta mengoptimalisasi
pemanfaatandanaCorporate Sl Responsibility (CSR) dunia usaha atau
dana lain yang tidak mengikatuntuk SD Bersih Sehat.
Membantu dan memfasilitasi Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota untuk menyediakan fasilitas SD Bersih Sehatyang
meliputi sarana dan prasarana SD Bersih Sehat.
Memfasilitasi kebijakan pelaksanaan penjaringan kesehatan pada peserta
didik kelas satu yang baru masuk, pemeriksaan kesehatan berkala setiap
enam bulan sekali terhadap seluruh peserta didik di semua kelas dan
jenjang pendidikan,dan pelayanan kesehatan.
Memfasilitasi Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
memastikan pelaksanaan pembinaan pengendalian faktor risiko
lingkungan baik lingkungan fisik (antara lain higiene dan sanitasi
bangunan dan pangan; pengelolaan sampah; penyediaan air bersih dan
sarana sanitasi pengelolaan limbah; penghijauan; dan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) satu kali/minggu) maupun lingkungan mental
sosial.
Memfasilitasipenyediaan sarana sanitasi sekolah sesuai dengan standar.
Memfasilitasi pelaksanaan upaya penyehatan lingkungan di sekolah.
Memfasilitasi pengembangan model kantin sehat sekolah.
Memfasilitasi penyediaan perlengkapan sarana kantin sehat sekolah.
Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan kabupaten/ Kota
dan instansi terkait lainnya dalam memfasilitasi terwujudnya SD Bersih
Sehat.
Melakukan supervisi, monitoring, pengumpulan dan pengolahan data,
pemetaan serta evaluasi pelaksanaan program SD Bersih Sehat.
b) Pemerintah Provinsi
Memfasilitasi dan melaksanakan kebijakan teknis pengembangan,
pembinaan dan pelaksanaan SD Bersih Sehat.
Menyusun program pembinaan, bimbingan teknis, pelatihan, dan
pengembangan SD Bersih Sehatuntuk kabupaten/kota.
Memberikan pembinaan dan bimbingan teknis dalam hal

117
penyelenggaraan SD Bersih Sehat.
Memfasilitasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk memberikan
pembinaan dan bimbingan teknis dalam hal penyelenggaraan SD Bersih
Sehat.
Menyediakan pendanaan SD Bersih Sehatmelalui Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi.
. Memfasilitasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk menyediakan
pendanaan SD Bersih Sehatmelalui AnggaranPendapatan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten/ Kota.
Membantu dan memfasilitasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
menyediakan fasilitas SD Bersih Sehatyang meliputi
sarana danprasarana SD Bersih Sehat.
Memfasilitasi pelaksanaan penjaringan kesehatan pada peserta didik
kelas satu yang baru masuk, pemeriksaan kesehatan berkala setiap enam
bulan sekali terhadap seluruh peserta didik di semua kelas,serta
pelayanan kesehatan.
Memfasilitasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan
pembinaan pengendalian faktor risiko lingkungan baik lingkungan fisik
(antara lain higiene dan sanitasi bangunan dan pangan; pengelolaan
sampah; penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, pengelolaan limbah;
penghijauan; dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) satu
kali/minggu) maupun lingkungan mental sosial.
Memfasilitasi penyediaan sarana sanitasi sekolah sesuai dengan standar.
Memfasilitasi pelaksanaan upaya penyehatan lingkungan di sekolah
dilakukan di bawah bimbingan tenaga kesehatan Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Memfasilitasi pengembangan model kantin sehat.
Memfasilitasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk menyediakan
perlengkapan sarana kantin sehat.
Bekerjasama dengan dinas pendidikan kabupaten/ Kota dan instansi
terkait lainnya dalam memfasilitasi terwujudnya SD Bersih Sehat.
Melakukan supervisi, monitoring, pengumpulan dan pengolahan data,
pemetaan, serta evaluasi pelaksanaan program SD Bersih Sehatdi

118
masing-masing daerah.
c) Pemerintah Kabupaten/Kota
. Memfasilitasi dan melaksanakan kebijakan teknis pengembangan,
pembinaan, dan pelaksanaan SD Bersih Sehat.
. Menyusun program pembinaan, bimbingan teknis, pelatihan, dan
pengembangan SD Bersih Sehat.
Memberikan pembinaan dan bimbingan teknis dalam hal
penyelenggaraan SD Bersih Sehat.
Menyediakan pendanaan SD Bersih Sehatmelalui Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/ Kota.
Menyediakan fasilitas SD Bersih Sehatyang meliputi
sarana danprasarana Sekolah Dasar Bersih dan Sehat.
. Memfasilitasi pelaksanaan penjaringan kesehatan pada peserta didik
kelas satu yang baru masuk, pemeriksaan kesehatan berkala setiap enam
bulan sekali terhadap seluruh peserta didik disemua kelas,dan pelayanan
kesehatan.
Melaksanakan pembinaan pengendalian faktor risiko lingkungan baik
lingkungan fisik (antara lain higiene dan sanitasi bangunan, pangan;
pengelolaan sampah; penyediaan air bersih dan sarana sanitasi,
pengelolaan limbah; penghijauan; dan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) satu kali/minggu) maupun lingkungan mental sosial.
Menyediakan sarana sanitasi sekolah sesuai dengan standar.
. Melaksanaan upaya penyehatan lingkungan di sekolah dilakukan di
bawah bimbingan tenaga kesehatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Mengembangkan model kantin sehat
Menyediakan perlengkapan sarana kantin sehat.
Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya dalam memfasilitasi
terwujudnya SD Bersih Sehat.
Melakukan supervisi, monitoring, pengumpulan dan pengolahan data,
pemetaan serta evaluasi pelaksanaan program SD Bersih Sehatdi
masing-masing daerah.
d) Peran Puskesmas

119
Puskemas memberikan pelayanan kesehatan yang terdiri atas upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan kebutuhan sekolah
dasar.
e) Peran Masyarakat
Masyarakat berperan mendukung pelaksanaan SD Bersih Sehat dengan
memberikan pendanaan, pemikiran, penyediaan tenaga, kegiatan, sarana dan
prasarana, serta berperan aktif dengan melakukan PHBS dan perawatan sarana
prasarana.
f) Peran Swasta
Pihak swasta berperan mendukung pelaksanaan SD Bersih Sehat dengan
memberikan pendanaan, pemikiran, penyediaan tenaga, kegiatan, sarana dan
prasarana, sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Rencana Kegiatan Program Skolah Bersih dan Sehat (tercetak tersendiri)
Tim Pelaksana Kegiatan (tercetak tersendiri)
7. Monitoring, Evaluasi, Dan Pelaporan
a. Monitoring
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan
dan pengendalian kegiatan yang sedang dilaksanakan, untuk umpan balik
pelaksanaan kegiatan dimasa datang. Kegiatan monitoring dilakukan dengan
melihat langsung pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan dengan keberhasilan program.
2. Tujuan monitoring SD Bersih Sehatadalah untuk mengetahui daya guna dan hasil
guna pelaksanaan program.
3. Fungsi dari monitoring adalah: untuk pemetaan kegiatan SD Bersih Sehat di
sekolah;memperoleh umpan balik untuk pembinaan SD Bersih Sehat di
sekolah/madrasah.
4. Ruang lingkup monitoring meliputi semua aspek di dalam program, proses,
maupun hasil pelaksanaan pembinaan kegiatan SD Bersih Sehat.
5. Sasaran monitoring adalah sebagai berikut : dokumen kegiatan, pengelolaan
kegiatan, dan capaian kegiatan.
6. Pelaksanaan monitoring dilakukan oleh petugas yang ditunjuk TimPembina dan
Tim Pelaksana SD Bersih Sehat. Monitoring dilakukan dengan cara:
a. pemeriksaan dokumen (instrumen monev), pengamatan (observasi), dan

120
c. wawancara.
Dalam pelaksanaan monitoring penjaringan data dan informasi dilakukan
dengan wawancara dan pengamatan yang selanjutnya dicatat pada
instrumen penilaian.
7. Frekuensi Pelaksanaan Monitoring
a. Tim Pembina SD Bersih SehatPusat melakukan monitoring sekolah yang
melaksanakan SD Bersih Sehat di tingkat Kabupaten/Kota dengan didampingi oleh
Tim Pembina Provinsi dan Tim Pembina Kabupaten/Kota.
b. Tim Pembina SD Bersih Sehattingkat Kabupaten/ Kota melakukan monitoring
setiap bulan ke sekolah.
c. Waktu monitoring dilakukan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
b. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan melalui proses pengukuran hasil
yang dicapai dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan SD Bersih Sehat.
2. Evaluasi ini dimaksudkan untuk :
a. Mendapatkan gambaran tentang keberhasilan pelaksanaan programSD Bersih
Sehat. Memberikan umpan balik sebagai dasar penyempurnaan program
pembinaan SD Bersih Sehat
Ruang lingkup evaluasi meliputi semua komponen perencanaan programSD
Bersih Sehatproses maupun hasil pelaksanaannya. Sasaran Evaluasi Warga sekolah
(peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dll).Lingkungan sekolah (bangunan,
halaman, dll).Hasil pembinaan terhadap perilaku peserta didik. Pengelolahan
program pada jenjang kecamatan, kota, dan provinsi
5.
Unsur-unsur yang dievaluasi:
a. Perubahan tingkah laku kebiasaan hidup sehari-hari dan ketrampilan dalam
melaksanakan prinsip pola hidup bersih dan sehat.
b. Kemampuan hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan yang telah terjadi pada
peserta didik karena adanya pelayanan kesehatan di sekolah.
c. Perubahan lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat
d. Tingkat keberhasilan kegiatan pembina dan pengelolaan program SD Bersih Sehat
6.

121
Prinsip-prinsip Evaluasi:
a. -Menyeluruh (meliputi seluruh komponen program SD Bersih Sehatmulai dari
b. perencanaan, proses serta hasil pelaksanaan, yang merupakan satu kesatuan.
c. -Berkesinambungan (secara bertahap sesuai dengan kebutuhan, fungsi dan
d. tanggung jawab pelaksanaan program).
-Objektif, berdasarkan kriteria yang jelas sesuaipedoman pelaksanaan SD
Bersih Sehat.
d. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai penghargaan bagi yang berhasil, dan
merupakan pendorong bagi yang belum berhasil.
7.
Cara dan Teknik
a. Cara Evaluasi:
Evaluasi dilakukan dalam bentuk kuantitatif sesuai dengan monitoring yang
dilakukan.
b. Teknik Evaluasi:
Teknik Evaluasi dengan cara menganalisa data hasil monitoring dan
memasukkan ke tabel evaluasi. Tabel evaluasi dijadikan dasar rekomendasi
terhadap pihak yang berkepentingan.
c. Pelaporan
Mekanisme Pelaporan
a. Tim pelaksana SD Bersih Sehat melaporkan secara tertulis setiap semester
kepada Tim Pembina Kabupaten/Kota sepengetahuan Kepala UPTD
Pendidikan Kecamatan.
b. Tim Pembina kabupaten/Kota melaporkan kepada Tim Pembina Provinsi.
c. Tim Pembina Provinsi melaporkan kepada Tim Pembina Pusat.

Format Pelaporan
a.Tim Pembina SD Bersih Sehat (Tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota).Sesuai dengan kebutuhan yang isinya proses Bimtek,
monitoring, dan luaran yang dilampiri laporan dari Tim Pelaksana SD bersih/
Sehat.
b.Tim Pelaksana SD Bersih Sehat, menggunakan sistematika laporan kegiatan

122
program sesuai pedoman.
Program SD Bersih Sehatmempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut adalah
untuk mewujudkan sekolah dasar yang memiliki lingkungan sekolah yang bersih,
indah, nyaman, tertib, aman dan rapi. Sekolahmemiliki warga sekolah yang sehat dan
bugar, serta secara sadar senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Akhirnya,setiap
sekolah dasar diharapkan dapat mewujudkan budaya hidup bersih dan sehat.

M. SEKOLAH AMAN DAN RAMAH ANAK


1. Latar Balakang
Banyaknya kasus kekerasan, kasus pornografi, penyalahgunakaan narkoba, di
kalangan pelajar, jajanan tidak sehat di lingkungan sekolah, dan sekolah rawan
bencana, sehingga berdampak pada kerawanan sekolah yang tidak sehat, tidak aman,
dan tidak ramah anak. Juda tindak kekerasan yang dilakukan di lingkungan satuan
pendidikan maupun antar satuan pendidikan, dapat mengarah kepada suatu tindak
kriminal dan menimbulkan trauma bagi peserta didik. Untuk meningkatkan
penyelenggaraan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan perlu
dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan
satuan pendidikan.
2. Pengertian
a. Tindak kekerasan adalah perilaku yang dilakukan secara fisik, psikis, seksual,
dalam jaringan (daring), atau melalui buku ajar yang mencerminkan tindakan
agresif dan penyerangan yang terjadi di lingkungan satuan pendidikan dan
mengakibatkan ketakutan, trauma, kerusakan barang, luka/cedera, cacat, dan atau
kematian.
b. Pencegahan adalah tindakan/cara/proses yang dilakukan agar seseorang atau
sekelompok orang tidak melakukan tindak kekerasan di lingkungan satuan
pendidikan.
c. Penanggulangan adalah tindakan/cara/proses untuk menangani tindak kekerasan
di lingkungan satuan pendidikan secara sistemik dan komprehensif.
3. Maksud
Pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan
dimaksudkan untuk:
a. terciptanya kondisi proses pembelajaran yang aman, nyaman, dan

123
menyenangkan;
b. terhindarnya semua warga sekolah dari unsur-unsur atau tindakan kekerasan; dan
c. menumbuhkan kehidupan pergaulan yang harmonis dan kebersamaan antar
peserta didik atau antara peserta didik dengan pendidik, tenaga kependidikan, dan
orangtua serta masyarakat baik dalam satu satuan pendidikan maupun antar
satuan pendidikan.
4. Tujuan
Pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan
bertujuan untuk:
a. melindungi anak dari tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan satuan
pendidikan maupun dalam kegiatan sekolah di luar lingkungan satuan
pendidikan;
b. mencegah anak melakukan tindakan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan
maupun dalam kegiatan sekolah di luar lingkungan satuan pendidikan; dan
c. mengatur mekanisme pencegahan, penanggulangan, dan sanksi terhadap tindakan
kekerasan di lingkungan satuan pendidikan yang melibatkan anak, baik sebagai
korban maupun pelaku.
5. Sasaran
Sasaran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di
lingkungan satuan pendidikan:
a. peserta didik; b. pendidik; c. tenaga kependidikan; d. orang tua/wali; e. komite
sekolah; f. masyarakat; g. pemerintah daerah; dan h. Pemerintah.

6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi:
a. upaya pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. sanksi.
7. Tindakan Kekerasan di Sekolah
Tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan antara lain:
a. pelecehan merupakan tindakan kekerasan secara fisik, psikis atau daring;
b. perundungan merupakan tindakan mengganggu, mengusik terus-menerus, atau
menyusahkan;
c. penganiayaan merupakan tindakan yang sewenang-wenang seperti penyiksaan

124
dan penindasan;
d. perkelahian merupakan tindakan dengan disertai adu kata-kata atau adu tenaga;
e. perpeloncoan merupakan tindakan pengenalan dan penghayatan situasi
lingkungan baru dengan mengendapkan (mengikis) tata pikiran yang dimiliki
sebelumnya;
f. pemerasan merupakan tindakan, perihal, cara, perbuatan memeras;
g. pencabulan merupakan tindakan, proses, cara, perbuatan keji dan kotor, tidak
senonoh, melanggar kesopanan dan kesusilaan;
h. pemerkosaan merupakan tindakan, proses, perbuatan, cara menundukkan dengan
kekerasan, memaksa dengan kekerasan, dan/atau menggagahi;
i. tindak kekerasan atas dasar diskriminasi terhadap suku, agama, ras, dan/atau
antargolongan (SARA) merupakan segala bentuk pembedaan, pengecualian,
pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada SARA yang mengakibatkan
pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan atas hak
asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan;
j. tindak kekerasan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
8. Pelaku Pencegahan
Pencegahan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan dilakukan oleh peserta
didik, orangtua/wali peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, satuan pendidikan,
komite sekolah, masyarakat, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan
Pemerintah sesuai dengan kewenangannya.
9. Tindakan Pencegahan
a. Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh satuan pendidikan meliputi:
1) menciptakan lingkungan satuan pendidikan yang bebas dari tindak
kekerasan;
2) membangun lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan
menyenangkan, serta jauh dari tindak kekerasan antara lain dengan
melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencegahan tindak kekerasan;
3) wajib menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi peserta
didik dalam pelaksanaan kegiatan/pembelajaran di sekolah maupunkegiatan
sekolah di luar satuan pendidikan;

4) wajib segera melaporkan kepada orangtua/wali termasuk mencari informasi

125
awal apabila telah ada dugaan/gejala akan terjadinya tindak kekerasan yang
melibatkan peserta didik baik sebagai korban maupun pelaku;
5) wajib menyusun dan menerapkan Prosedur Operasi Standar (POS)
pencegahan tindak kekerasan dengan mengacu kepada pedoman yang
ditetapkan Kementerian;
6) melakukan sosialisasi POS dalam upaya pencegahan tindak kekerasan
kepada peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, komite
sekolah, dan masyarakat;

7) menjalin kerjasama antara lain dengan lembaga psikologi, organisasi


keagamaan, dan pakar pendidikan dalam rangka pencegahan; dan

8) wajib membentuk tim pencegahan tindak kekerasan dengan keputusan


kepala sekolah yang terdiri dari:
a) kepala sekolah;
b) perwakilan guru;
c) perwakilan siswa; dan
d) perwakilan orang tua/wali.
9) wajib memasang papan layanan pengaduan tindak kekerasan pada serambi
satuan pendidikan yang mudah diakses oleh peserta didik, orang tua/wali,
guru/tenaga kependidikan, dan masyarakat yang paling sedikit memuat:
a) laman pengaduan http://sekolahaman.kemdikbud.go.id;
b) layanan pesan singkat ke 0811-976-929;
c) telepon ke 021-5790-3020 atau 021-570-3303;
d) faksimile ke 021-5733125;
e) email laporkekerasan@kemdikbud.go.id
f) nomor telepon kantor polisi terdekat;
g) nomor telepon kantor dinas pendidikan setempat; dan
h) nomor telepon sekolah.
b. Pembentukan dan tugas tim pencegahan tindak kekerasan dimaksud berdasarkan
surat keputusan kepala sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan satuan
pendidikan.
c. Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya, meliputi:
1) wajib membentuk gugus pencegahan tindak kekerasan dengan keputusan

126
kepala daerah yang terdiri dari unsur:
a) pendidik;
b) tenaga kependidikan;
c) perwakilan komite sekolah;
d) organisasi profesi/lembaga psikolog;
e) pakar pendidikan;
f) perangkat pemerintah daerah setempat; dan
g) tokoh masyarakat/agama;
yang dalam pelaksanaan tugasnya mengacu pada pedoman yang ditetapkan
pada Kementerian serta dapat berkoordinasi dengan gugus atau tim sejenis
yang memiliki tugas yang sama.
2) fasilitasi dan dukungan kepada satuan pendidikan untuk melaksanakan
pencegahan tindak kekerasan;
3) bekerja sama dengan aparat keamanan dalam sosialisasi pencegahan tindak
kekerasan;
4) melakukan sosialisasi, pemantauan (pengawasan dan evaluasi) paling
sedikit setiap 6 (enam) bulan sekali terhadap pelaksanaan pencegahan
tindak kekerasan yang dilakukan oleh satuan pendidikan, serta
mengumumkan hasil pemantauan tersebut kepada masyarakat; dan
5) wajib mengalokasikan anggaran dalam pelaksanaan tugas gugus
pencegahan tindak kekerasan.
d. Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi:
1) penetapan kebijakan pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan
pada satuan pendidikan;
2) penetapan instrumen pencegahan tindak kekerasan pada satuan pendidikan
sebagai indikator penilaian akreditasi pada satuan pendidikan;
3) menetapkan pedoman pelaksanaan tugas gugus pencegahan tindak
kekerasan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah dan panduan penyusunan
POS pencegahan pada satuan pendidikan;
4) melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan
tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan; dan
5) koordinasi dengan instansi atau lembaga lain dalam upaya pencegahan
tindak kekerasan.

127
10. Penanggulangan
Penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan dilakukan oleh
satuan pendidikan, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah sesuai
kewenangannya dengan mempertimbangkan:
a. kepentingan terbaik bagi peserta didik;
b. pertumbuhan dan perkembangan peserta didik;
c. persamaan hak (tidak diskriminatif);
d. pendapat peserta didik;
e. tindakan yang bersifat edukatif dan rehabilitatif; dan
f. perlindungan terhadap hak-hak anak dan hak asasi manusia sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
Tindakan Penggulangan
a. Tindakan penanggulangan yang dilakukan satuan pendidikan meliputi:
1) wajib memberikan pertolongan terhadap korban tindakan kekerasan di
satuan pendidikan;
2) wajib melaporkan kepada orang tua/wali peserta didik setiap tindak
kekerasan yang melibatkan peserta didik baik sebagai korban maupun
pelaku;
3) wajib melakukan identifikasi fakta kejadian tindak kekerasan dalam rangka
penanggulangan tindak kekerasan peserta didik;
4) menindaklanjuti kasus tersebut secara proporsional sesuai dengan tingkat
tindak kekerasan yang dilakukan;
5) berkoordinasi dengan pihak/lembaga terkait dalam rangka penyelesaian
tindak kekerasan;
6) wajib menjamin hak peserta didik untuk tetap mendapatkan pendidikan;
7) wajib memfasilitasi peserta didik, baik sebagai korban
maupun pelaku, untuk mendapatkan hak perlindungan hukum;
8) wajib memberikan rehabilitasi dan/atau fasilitasi kepada peserta didik yang
mengalami tindakan kekerasan;
9) wajib melaporkan kepada Dinas Pendidikan setempat dengan segera apabila
terjadi tindak kekerasan yang mengakibatkan luka fisik yang cukup
berat/cacat fisik/kematian untuk dibentuknya tim independen oleh

128
Pemerintah Daerah; dan
10) wajib melaporkan kepada aparat penegak hukum setempat apabila terjadi
tindak kekerasan yang mengakibatkan luka fisik yang cukup berat/cacat
fisik/kematian.
b. Tindakan penanggulangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya meliputi:
1) wajib membentuk tim penanggulangan untuk melakukan tindakan awal
penanggulangan tindak kekerasan yang dilaporkan oleh satuan pendidikan
atau pihak lain yang mengakibatkan luka fisik yang cukup berat/cacat
fisik/kematian guna membuktikan adanya kelalaian atau tindakan
pembiaran, termasuk berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk
ditindaklanjuti sesuai ketentuan perundang-undangan;
2) wajib melakukan pemantauan terhadap upaya penanggulangan tindak
kekerasan yang dilakukan oleh satuan pendidikan agar dapat berjalan secara
proporsional dan berkeadilan;
3) wajib memfasilitasi satuan pendidikan dalam upaya melakukan
penanggulangan tindakan kekerasan; dan
4) wajib menjamin terlaksananya pemberian hak peserta didik untuk
mendapatkan perlindungan hukum, hak pendidikan, dan pemulihan yang
dilakukan oleh satuan pendidikan.
c. Tindakan penanggulangan yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi:
1) wajib membentuk tim penanggulangan tindak kekerasan yang bersifat
independen terhadap kasus yang menimbulkan luka berat/cacat
fisik/kematian atau yang menarik perhatian masyarakat.
2) wajib melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
penanggulangan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
dan pemerintah daerah; dan
3) wajib memastikan satuan pendidikan menindaklanjuti hasil pengawasan dan
evaluasi terhadap tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.
11. Sanksi
a. Satuan pendidikan memberikan sanksi kepada peserta didik dalam rangka
pembinaan berupa:
1). teguran lisan;

129
2). teguran tertulis; dan
3). tindakan lain yang bersifat edukatif.
b. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat memberikan
sanksi kepada pendidik atau tenaga kependidikan yang diangkat oleh satuan
pendidikan atau pihak lain yang bekerja di satuan pendidikan berupa:
1) teguran lisan;
2) teguran tertulis;
3) pengurangan hak; dan
4)pemberhentian sementara/tetap dari jabatan sebagai pendidik/tenaga
kependidikan atau pemutusan/pemberhentian hubungan kerja.
c. Dinas kabupaten/kota, provinsi memberikan sanksi kepada pendidik dan tenaga
kependidikan berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penundaan atau pengurangan hak;
d. pembebasan tugas; dan
e.pemberhentian sementara/tetap dari jabatan sebagai pendidik/tenaga
kependidikan.
d. Dinas kabupaten/kota, provinsi memberikan sanksi kepada satuan pendidikan
berupa:
a. pemberhentian bantuan dari Pemerintah Daerah;
b. penggabungan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah; dan
c. penutupan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
e. Kementerian memberikan sanksi berupa:
a. rekomendasi penurunan level akreditasi;
b. pemberhentian terhadap bantuan dari pemerintah;
c. rekomendasi pemberhentian pendidik atau tenaga kependidikan kepada
Pemerintah Daerah atau satuan pendidikan; dan
d. rekomendasi kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan langkah-langkah
tegas berupa penggabungan, relokasi, atau penutupan satuan pendidikan
dalam hal terjadinya tindak kekerasan yang berulang.
f. Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Permendikbud nomor

130
82 Tahun 2015 dikenakan bagi:
1) satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik atau pihak
lain yang terbukti melakukan tindak kekerasan di lingkungan satuan
pendidikan atau terbukti lalai melaksanakan tugas dan fungsinya yang
mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan di lingkungan satuan
pendidikan.
2) satuan pendidikan yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan
Pasal 10 ayat (1) Permendikbud nomor 82 Tahun 2015; atau
3) Pemerintah daerah yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (3) dan
Pasal 10 ayat (2) Permendikbud nomor 82 Tahun 2015.
g. Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
proporsional dan berkeadilan sesuai tingkat dan/atau akibat tindak kekerasan
berdasarkan hasil pemeriksaan oleh tim penanggulangan tindak kekerasan/hasil
pemantauan pemerintah daerah/Pemerintah.
h. Pemberian sanksi pemberhentian dari jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (2) huruf d, ayat (3) huruf e, dan ayat (5) huruf c Permendikbud nomor 82
Tahun 2015 bagi guru atau kepala sekolah dilakukan apabila terbukti lalai atau
melakukan pembiaran terjadinya tindak kekerasan yang mengakibatkan luka fisik
yang cukup berat/cacat fisik/kematian atau sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dalam masa jabatannya yang mengakibatkan yang mengakibatkan luka fisik yang
ringan, berdasarkan hasil pemeriksaan oleh tim independen.
i. Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Permendikbud nomor
82 Tahun 2015 tidak menghapus pemberian sanksi yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Satuan pendidikan tidak dapat menuntut secara hukum atau memberikan sanksi dalam
bentuk apapun kepada pelapor tindak kekerasan, kecuali laporan tersebut tidak benar
berdasarkan hasil penilaian oleh gugus pencegahan/tim penanggulangan.
Kementerian menyediakan layanan pengaduan masyarakat melalui laman pengaduan
http://sekolahaman.kemdikbud.go.id, telepon ke 021-57903020, 021-5703303,
faksimile ke 021-5733125, email ke laporkekerasan@kemdikbud.go.id, atau layanan
pesan singkat ke 0811976929.
Kementerian menyediakan informasi mengenai tindak kekerasan di lingkungan satuan
pendidikan yang dapat di akses oleh masyarakat melalui laman

131
http://sekolahaman.kemdikbud.go.id.
Upaya pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan dalam Peraturan Menteri
ini juga berlaku terhadap tindak kekerasan yang dilakukan terhadap peserta didik di
luar lingkungan satuan pendidikan.
12. Komitmen Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pemalang
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pemalang dengan jumlah
sekolah dan siswa :
 SD sebanyak 770 SD Negeri/Swasta dengan Jumlah Siswa 138.706
 SMP Sebanyak 124 SMP Negeri/Swasta dengan Jumlah Siswa 55.883
 SMA Sebanyak 23 SMA Negeri/Swasta dengan Jumlah Siswa 11.079
 SMK Sebanyak 53 SMK Negeri/Swasta dengan Jumlah Siswa 28.483
Komitmen Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang, menerapkan
sekolah ramah anak (SRA) adalah sebagai berikut :
 Penerapan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang
sudah ramah anak terbukti Manajemen Sekolah yang tidak mengecilkan
partisipasi anak-anak dalam pengambilan keputusan, pembelajaran yang aktif,
menyenangkan dan interaksi yang positif antara guru dan siswa di sekolah,
serta keterlibatan langsung orang tua dan masyarakat.
 Peserta didik diperlakukan bukan obyek, melainkan menjadi subyek
pendidikan, yang akan mendapat pelayanan yang baik.
 Guru sebagai teman atau patner pembelajaran.
 Siswa lebih riang dan nyaman dalam belajar, prestasi naik, dan sekaligus
mendidik bagi orang tua agar bersikap serupa, yakni menyenangkan anak dan
menghilangkan kekerasan di rumah
 Beban Belajar yang tidak membebani siswa didalam pemberian tugas maupun
pekerjaan rumah (PR).

Sekolah yang ramah anak merupakan institusi yang mengenal dan menghargai hak
anak untuk memperoleh :
 pendidikan
 kesehatan
 kesempatan bermain dan bersenang
 melindungi dari kekerasan dan pelecehan

132
 dapat mengungkapkan pandangan secara bebas
 berperan serta dalam mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas mereka.
Didalam konsep sekolah ramah anak murid selalu dilibatkan didalam menciptakan
lingkungan sekolah yang menarik dan ideal seperti :
 Dilibatkan dalam mengungkapkan ide/ gagasan melalui media belajar (kotak
saran, jam diri, kotak soal, majalah dinding, taman, kebun sekolah, penataan
bangku, dekorasi kelas sehingga menarik).
 Murid dilibatkan dalam berbagai aktifitas yang mengembangkan kompetensi
dengan menekankan proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan
Bagaimana menciptakan sekolah yang ramah anak?
 Sekolah harus inklusive (terbuka) peka gender dan non diskriminasi.
 Proses pembelajaran yang efektif/ menerapkan PAKEM
 Sehat untuk anak.
 Perhatian dan melindungi anak
 Melibatkan anak, orang tua dan masyarakat didalam meningkatkan kualitas
sekolah.
Potret bagaimana proses belajar berlangsung?
Proses pembelajaran yang efektif/ menerapkan PAKEM. Bagaimana siswa terlibat
dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
Salah satu proses belajar yang menarik adalah ketika model belajar yang selalu
bervariasi (Multi Metode)
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan dan cocok bagi siwa
Anak belajar tidak sekedar menghapal tetapi harus mengkonstruksikan pengetahuan
tersebut dibenak mereka sendiri
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.
Kelas yang menarik akan sangat menunjang proses belajar mengajar (PBM). Desain
kelas yang menarik sebaiknya disesuaikan dengan kondisi anak. Kelas rendah tidak
sama dengan kelas tinggi, media-media yg dipajang menunjukan mata pelajaran yang
dipelajari. Kutipan hasil penelitian para ahli mengatakan bahwa “ warna dan gerakan
(metode belajar)dapat mendorong kemampuan belajar (Learning)

133
Bagaimana menciptakan lingkungan sekolah/kelas yang menarik dan artistik
Didalam konsep sekolah ramah anak murid selalu dilibatkan didalam menciptakan
lingkungan sekolah yang menarik dan ideal, seperti: dilibatkan dalam
mengungkapkan ide gagasannya mendesain sekolah dengan media belajar (kotak
saran, jam diri, Kotak soal, majalah dinding, taman, kebun sekolah, penataan bangku,
dekorasi kelas sehingga menarik.
Desain kelas dengan pajangan hasil karya siswa
Mengapa harus ada pajangan? Untuk menciptakan lingkungan belajar yang
menarik. Dan apa manfaatnya ?Manfaatnya adalah membantu siswa dalam proses
pembelajaran, memberikan motivasi dan dorongan pada siswa, mempertunjukkan
atau memamerkan hasil pekerjaan siswa, Anak mudah mendapat gagasan baru dari
apa yang dipajangkan, sebagai alat kontrol dan umpan balik. Menciptakan lingkungan
sekolah yang menarik tidak harus mahal, barang bekaspun jadi seperti yang terlihat
dalam gambar dibawah ini.
Kotak Saran
Kotak ini berfungsi sebagai sarana menampung saran, ide dan gagasan siswa kepada
guru tentang apa saja yang berhubungan dengan pendidikan. Siswa yang tidak mampu
menyampaikan dengan lisan ide dan gagasan bisa teratasi.
Mading
Majalah dinding merupakan media tempat mengembangkan minat dan bakat siswa,
tempat mengekspresikan kreatifitas siswa, seperti puisi, karangan, kliping, gambar,
cerita lucu, karikatur, dsb. Media ini diorganisir oleh siswa sendiri, setiap seminggu
isi mading selalu diganti dengan karya yang baru dan begitu seterusnya.

N. KEMITRAAN SEKOLAH DENGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT


1. Latar Belakang
Orang tua adalah pendidik utama dan terpenting, namun juga yang paling tak
tersiapkan. Pasalnya, mereka harus mencari sendiri informasi dan pengetahuan
tentang bagaimana menumbuhkan dan mendukung pendidikan anak-anak mereka
dalam kondisi positif. Selama ini, jika berbicara pendidikan maka fokus pembicaraan
hanya kerap jatuh kepada siswa dan guru. Sementara orang tua seperti diabaikan
dalam pendidikan.

134
Padahal, orang tua memiliki peran sangat besar dalam pendidikan anak.
Keberhasilan pendidikan anak bergantung kepada keterlibatan keluarga. Banyak
penelitian menunjukan bahwa keterlibatan orang tua di sekolah bermanfaat, antara
lain: (1) bagi peserta didik mendukung prestasi akademik, meningkatkan kehadiran,
kesadaran terhadap kehidupan yang sehat, dan meningkatkan perilaku positif; (2) bagi
orang tua memperbaiki pandangan terhadap sekolah, meningkatkan kepuasan
terhadap guru, dan mempererat hubungan dengan anak; dan (3) bagi sekolah
memperbaiki iklim sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan mengurangi masalah
kedisiplinan (detail lebih lengkap sila lihat di infografis 1.1).
Sekolah tidak dapat memberikan semua kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didiknya, sehingga diperlukan keterlibatan bermakna dari
orang tua/keluarga dan anggota masyarakat. Anak-anak belajar dengan lebih baik jika
lingkungan sekitarnya mendukung, yakni orang tua, guru, dan anggota keluarga
lainnya serta masyarakat sekitar. Artinya, sekolah, keluarga, dan masyarakat
merupakan pilar yang sangat penting untuk dapat menjamin pertumbuhan anak secara
optimal. Untuk itu, perlu dibangun kemitraan di antara mereka.
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dalam membangun
ekosistem pendidikan sejalan dengan visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yaitu “Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang
berkarakter dengan berlandaskan gotong royong”. Oleh karena itu, diharapkan
kemitraan pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik dan bermakna.
Sebagai unsur dalam ekosistem yang terdekat dengan anak, keluarga mempunyai
banyak kesempatan melalui interaksi dan komunikasi sehari-hari. Bentuk dan cara-
cara interaksi dengan anak di dalam keluarga akan memengaruhi pertumbuhan
karakter anak. Proses interaksi yang diterima anak dari keluarga inilah yang akan
digunakan oleh anak sebagai dasar untuk proses perkembangan selanjutnya di luar
rumah, termasuk di sekolah dan masyarakat.
Petunjuk teknis ini ditulis untuk memberikan panduan kepada satuan pendidikan
dalam menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat.
Dampak pelibatan dalam pendidikan anak :
a.Meningkakan prestasi akademik anak
b. Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak
c. Meningkatkan kehadiran siswa di sekolah

135
d. Mengurangi perilaku disruptif anak
e. Meningkatkan kepercayaan diri orang tua
f. Meningkatkan kepuasan orang tua terhadap sekolah
g. Orang tua merasa berhasil
h.Meningkatkan ekspektasi orang tua pada anak
i. Meningkatkan kebiasaan belajar anak
j. Meningkatkan keinginan anak untuk melanjutkan sekolah
k.Meningkatkan kecenderungan orang tua melanjutkan pendidikan
l. Sikap dan perilaku anak yang lebih positif
m.Meningkatkan moral guru
n.Mendukung iklim sekolah yang lebih baik
o.Mendukung kemajuan sekolah secara keseluruhan
2. Sasaran
a. Kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan
kemitraan dengan keluarga dan masyarakat;
b. Komite sekolah sebagai mitra kerja satuan pendidikan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program sekolah;
c. Organisasi mitra yang berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan
keluarga; dan
d. Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pembina teknis satuan pendidikan menengah
dan pendidikan khusus.
e. Dinas pendidikan kabupaten/kota sebagai pembina teknis satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan non-formal.
3. Pengertian
Kemitraan pendidikan adalah kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling
percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun
ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.
4. Tujuan Program Kemitraan
Tujuan Umum
Program kemitraan ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dan keselarasan
program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam membangun
ekosistem pendidikan yang kondusif untuk menumbuhkembangkan karakter dan

136
budaya berprestasi pada peserta didik
Tujuan Khusus
Secara khusus, berikut ini tujuan program kemitraan satuan pendidikan dengan
keluarga dan masyarakat untuk:
a. Menguatkan jalinan kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam
mendukung lingkungan belajar yang dapat mengembangkan potensi anak secara
utuh;
b. meningkatkan keterlibatan orang tua/wali dalam mendukung keberhasilan
pendidikan anak di rumah dan di sekolah; dan
c. meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung program pendidikan di
sekolah dan di masyarakat.
5. Model Kemitraan
Model kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat secara konseptual dapat
digambarkan seperti tampak pada infografis 2.1. Sedangkan secara operasional model
ini dapat dikembangkan atas dasar pendayagunaan potensi dan sumber daya keluarga
dan masyarakat secara kolaboratif. Kemitraan dibangun di atas dasar kebutuhan anak
sehingga orang tua/wali dan masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan yang berkaitan dengan sekolah. Model kemitraan melibatkan jejaring yang
luas dan melibatkan peserta didik, orang tua, guru, tenaga kependidikan, masyarakat,
kalangan pengusaha, dan organisasi mitra di bidang pendidikan.
Model Operasional Kemitraan Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
Anak Mandiri Dan Berbudi Pekerti :
Sekolah Kondusif :Tersedia,terjangkau, berkualitas, memiliki tata kelola yg. baik.
Organisasi Profesi Suportif: Menyusun kurikulum khusus, menjadi narasumber.
Warga Peduli: Konsisten memantau, aktif berkontribusi.
Pemerintah Peduli: Menyediakan akses dan jaminan, menyederhanakan
birokrasi, memiliki tata kelola yang baik.
Guru Penyemangat: Peduli pada murid, berkompeten, belajar berkelanjutan.
Orangtua Peduli: Sadar pendidikan, aktif memberi stimulus, tekun mendampingi.
Industri Suportif: Menyusun kurikulum khusus, aktif berkontribusi.
Model operasional kemitraan ini dikembangkan dengan mendayagunakan semua
potensi sumber daya yang dimiliki sekolah, keluarga dan masyarakat secara
kolaboratif. Pihak sekolah bertindak sebagai:

137
a. pemrakarsa dalam kemitraan, yaitu pihak yang mengawali untuk membangun
kemitraan. Misalnya pada hari pertama masuk sekolah. Pada kegiatan itu sekolah,
diwakili wali kelas, memimpin pertemuan dengan orang tua/wali untuk
membahas program sekolah dan agenda pertemuan orang tua/wali.
b. fasilitator kemitraan, yaitu pihak yang memfasilitasi terwujudnya kemitraan
dengan keluarga dan masyarakat. Misalnya dengan menyediakan tempat
penyelenggaraan kelas orang tua/wali; dan
c. pengendali kemitraan, yaitu pihak yang mengendalikan secara proaktif sehingga
kemitraan terus berjalan semakin baik. Misalnya melakukan evaluasi perubahan
perilaku orang tua/wali dalam keterlibatannya mendukung proses pendidikan
anak di rumah.
Selain itu, pihak sekolah membangun kapasitas warganya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pendidikan keluarga serta berbagi
pengetahuan dengan orang tua terkait dengan pola pengasuhan anak.
Keluarga atau orang tua diharapkan membantu dan mendukung anak melalui
bimbingan, arahan, motivasi, dan tindakan mendidik lainnya yang selaras dengan
program pendidikan yang dilaksanakan pihak sekolah. Misalnya, ketika guru di
sekolah mengajarkan agar anak selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, di
rumah orang tua juga mengajarkan untuk menjaga kebersihan rumah.
Masyarakat sesuai kapasitasnya dapat mendukung program pendidikan keluarga
di sekolah melalui berbagai cara. Misalnya, salah satu tokoh masyarakat menjadi
narasumber dalam kegiatan kelas orang tua/wali, menjadi guru model, atau
menjadi konsultan bagi pihak sekolah.
Pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi pendidikan tersebut diharapkan
dapat membentuk ekosistem sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan,
sehingg
6. Prinsip Kemitraan
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dirancang agar
terbentuk ekosistem pendidikan yang dapat mendorong tumbuhnya karakter dan
budaya prestasi semua warga sekolah. Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka
kemitraan dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip berikut.
a. Kesamaan Hak, Kesejajaran, dan Saling Menghargai
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat terjalin secara

138
dinamis dan harmonis apabila semua unsur yang terlibat memiliki kesamaan hak,
kesejajaran, dan saling menghargai sesuai dengan peran dan fungsinya. Prinsip
ini akan mendorong peran aktif dan sukarela dari semua pihak untuk terlibat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kemitraan.
b. Semangat Gotong Royong dan Kebersamaan
Kemitraan dibangun atas dasar semangat gotong royong dan kebersamaan.
Prinsip ini akan terjadi jika semua pihak merasakan ada kebutuhan dan
kepentingan yang sama terkait dengan pendidikan anak atau peserta didik.
Prinsip ini akan menumbuhkankan keinginan dari semua pihak untuk
berkolaborasi dan bersinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang
dapat memberi pengalaman belajar yang kaya kepada peserta didik.
c. Saling Melengkapi dan Memperkuat
Pihak sekolah tak mungkin mampu melayani semua kebutuhan belajar peserta
didiknya. Sekolah juga memiliki keterbatasan. Untuk itu, perlu dijalin kemitraan
dengan orang tua dan masyarakat sehingga tercipta kolaborasi pendidikan yang
saling melengkapi dan memperkuat sesuai perannya masing-masing.
d. Saling Asah, Saling Asih, dan Saling Asuh
Prinsip saling asah, saling asih, dan saling asuh diharapkan dapat mewujudkan
terjadinya proses berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan
nilai/norma antara satu dengan lainnya. Serta terjadi proses saling belajar antara
pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat yang dilandasi rasa cinta dan kasih
sayang dalam rangka menciptakan ekosistem pendidikan yang baik bagi peserta
didik.
7. Bentuk Kemitraan
Bentuk-bentuk kemitraan sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Penguatan Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan
tentang perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada sekolah maupun
sebaliknya. Komunikasi sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat
dilakukan dalam beragam bentuk dan media. Misalnya, informasi yang dituliskan
rutin melalui buku penghubung, pertemuan rutin wali kelas dengan orang
tua/wali, komunikasi dalam wadah paguyuban orang tua per kelas, komunikasi

139
melalui media komunikasi seperti melalui pesan singkat (SMS), dan lain-lain
yang sesuai.
b. Pendidikan Orang Tua
Bentuk kemitraan ini ingin membantu orang tua/wali dalam membangun
kesadaran akan pendidikan anak, di antaranya dengan mengembangkan
lingkungan belajar di rumah yang kondusif (aman, nyaman dan menyenangkan).
Pendidikan orang tua ini bisa berupa kelas orang tua/wali yang dilakukan rutin
oleh sekolah atau masyarakat (komite sekolah, organisasi mitra dan komponen
masyarakat lain).
Kelas ini diharapkan dapat membantu orang tua/wali untuk:
1) memperoleh pemahaman yang benar tentang kondisi anak dan upaya-upaya
yang dapat dilakukan;
2) meningkatkan peran positif dan tanggung jawab sebagai orang tua/wali
dalam mengatasi permasalahan anak; dan
3) meningkatkan kerja sama yang lebih harmonis antara orang tua/wali dan
sekolah dalam membantu permasalahan anak.
Kegiatan Sukarela
Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masing-masing pihak dalam
mendukung dan membantu kemajuan pendidikan anak. Kegiatan ini bisa berupa
makan bersama orang tua, guru/ wali kelas, dan anak.
Belajar di Rumah
Sekolah mengkomunikasikan orang tua/wali mengenai materi yang sebaiknya
diperkaya dan diperdalam kembali di rumah.
Kolaborasi dengan Masyarakat
Kemitraan ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam
mendukung pencapaian tujuan pendidikan anak. Masyarakat dalam hal ini adalah
tokoh masyarakat, tokoh agama, ahli pendidikan atau lainnya, pengusaha,
profesional, dan lembaga yang relevan dengan program kemitraan yang dapat
dijadikan narasumber, baik bagi sekolah maupun bagi peserta didik.
8. Peran Pelaku Kemitraan
a. Peran Sekolah
Sebagai penyelenggara pendidikan sekolah perlu melakukan sejumlah hal
berikut:

140
1) melakukan analisis kebutuhan
2) menyusun program tahunan pendidikan keluarga;
3) melakukan pertemuan dengan orang tua/wali peserta didik;
4) melaksanakan program pendidikan keluarga; dan
5) melakukan supervisi dan evaluasi.
Unsur-unsur yang memiliki peran utama dalam program pendidikan keluarga di
sekolah adalah:
1) Kepala Sekolah
a) Menetapkan kebijakan yang mendukung penyelenggaraan program
pendidikan keluarga;
b) Menyusun rancangan kegiatan program pendidikan keluarga;
c) Mengelola warga sekolah dan anggaran yang ada di sekolah maupun
dari pihak mitra untuk mendukung pencapaian tujuan program;
d) Menjalin hubungan dengan keluarga dan masyarakat untuk menunjang
pelaksanaan program; dan
e) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dengan
melibatkan seluruh mitra.
2) Wali kelas / Guru Kelas
a) Mendukung kebijakan program pendidikan keluarga;
b) Menjadi fasilitator antara pihak sekolah dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat;
c) Menjadi motivator dan inisiator dalam kegiatan pendidikan karakter dan
budaya prestasi bagi peserta didik; dan
d) Mengevaluasi pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup
pencapaian prestasi akademik dan non-akademik (karakter).
3) Komite Sekolah
a) Mendukung kebijakan program kemitraan yang ditetapkan sekolah;
b) Memantau pelaksanaan program kemitraan yang ditetapkan bersama
pihak sekolah;
c) Memberi saran perbaikan atas pelaksanaan program kemitraan; dan
d) Melakukan evaluasi program kemitraan yang dilaksanakan di sekolah.
b. Peran Orang Tua/Wali
1) Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan

141
mendorong perkembangan budaya prestasi anak;
2) Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang
dengan anak;
3) Memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anak;
4) Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak sekolah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif;
5) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan anak di sekolah; dan
6) Memiliki inisiatif untuk menggerakan orang tua/wali lain agar terlibat dalam
pengambilan keputusan di sekolah dan masyarakat.
c. Peran Masyarakat
1) Mengembangkan dan menjaga keberlangsungan penyelenggaraan proses
pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan keluarga; dan
2) Menyelenggarakan dan mengendalikan mutu layanan pendidikan, baik
dilakukan secara perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
dunia usaha, maupun organisasi kemasyarakatan.
9. Strategi Pelaksanaan Kemitraan
Perencanaan Program Kemitraan ( Dicetak tersendiri).
10. Pembinaan Kemitraan
a. Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota dan Provinsi
Dalam konteks pembinaan pendidikan dasar dan menengah, dinas pendidikan
kabupaten/ kota melakukan pembinaan program kemitraan sekolah dengan
keluarga dan masyarakat pada pendidikan dasar (sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama). Sedangkan dinas pendidikan provinsi melakukan pembinaan
program kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat pada jenjang
pendidikan menengah (sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan.
Dinas pendidikan kabupaten/kota dan provinsi melakukan supervisi untuk
memberikan bimbingan, arahan dan pembinaan, serta pendampingan terhadap
sekolah untuk meningkatkan kinerja, khususnya berkaitan dengan kemitraan,
dengan memanfaatkan data hasil pengisian instrumen evaluasi diri yang
dilaporkan pihak sekolah. Berdasarkan data tersebut, dinas pendidikan
kabupaten/kota dan provinsi melakukan evaluasi guna menyusun rencana

142
pembinaan ke depan.
Evaluasi pelaksanaan pembinaan sekurang-kurangnya dilakukan satu kali dalam
satu tahun pembelajaran. Pembinaan dilakukan melalui proses pengawasan yang
dalam hal ini dilakukan oleh pengawas sekolah serta pejabat dan staf dinas
pendidikan kabupaten/kota dan provinsi.
b. Pembinaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen PAUD dan Dikmas, mempunyai tugas
dan fungsi untuk menyusun Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)
penyelenggaraan pendidikan keluarga di satuan pendidikan pada setiap jalur,
jenis dan jenjang pendidikan, kecuali pendidikan tinggi.
Kebijakan berupa NSPK tersebut disosialisasikan melalui berbagai bentuk dan
tahapan kegiatan, mulai dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat satuan
pendidikan. Bentuk dan tahapan kegiatan yang dilakukan, antara lain:
1) Pelatihan calon pelatih tingkat kabupaten/kota dan provinsi; dan
2) Bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga bagi pelaku
pendidikan.
Semua kegiatan tersebut dipantau secara berkala dan dievaluasi pada setiap akhir
tahun berjalan.
Pada akhirnya, dengan menerapkan pendidikan keluarga di sekolah, berbagai
permasalahan tentang anak diharapkan dapat difasilitasi dan dipecahkan dengan baik
melalui keterlibatan semua unsur. Hal ini dapat mendorong orang tua dan masyarakat
untuk lebih terlibat dalam pendidikan yang baik bagi anak.

N. PROGRAM KEMITRAAN SEKOLAH DENGAN KELUARGA DAN


MASYARAKAT
1. Latar Belakang
Orang tua adalah pendidik utama dan terpenting, namun juga yang paling tak
tersiapkan. Pasalnya, mereka harus mencari sendiri informasi dan pengetahuan
tentang bagaimana menumbuhkan dan mendukung pendidikan anak-anak mereka
dalam kondisi positif. Selama ini, jika berbicara pendidikan maka fokus pembicaraan
hanya kerap jatuh kepada siswa dan guru. Sementara orang tua seperti diabaikan
dalam pendidikan.

143
Padahal, orang tua memiliki peran sangat besar dalam pendidikan anak.
Keberhasilan pendidikan anak bergantung kepada keterlibatan keluarga. Banyak
penelitian menunjukan bahwa keterlibatan orang tua di sekolah bermanfaat, antara
lain: (1) bagi peserta didik mendukung prestasi akademik, meningkatkan kehadiran,
kesadaran terhadap kehidupan yang sehat, dan meningkatkan perilaku positif; (2) bagi
orang tua memperbaiki pandangan terhadap sekolah, meningkatkan kepuasan
terhadap guru, dan mempererat hubungan dengan anak; dan (3) bagi sekolah
memperbaiki iklim sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan mengurangi masalah
kedisiplinan (detail lebih lengkap sila lihat di infografis 1.1).
Sekolah tidak dapat memberikan semua kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didiknya, sehingga diperlukan keterlibatan bermakna dari
orang tua/keluarga dan anggota masyarakat. Anak-anak belajar dengan lebih baik jika
lingkungan sekitarnya mendukung, yakni orang tua, guru, dan anggota keluarga
lainnya serta masyarakat sekitar. Artinya, sekolah, keluarga, dan masyarakat
merupakan pilar yang sangat penting untuk dapat menjamin pertumbuhan anak secara
optimal. Untuk itu, perlu dibangun kemitraan di antara mereka.
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dalam membangun
ekosistem pendidikan sejalan dengan visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yaitu “Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang
berkarakter dengan berlandaskan gotong royong”. Oleh karena itu, diharapkan
kemitraan pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik dan bermakna.
Sebagai unsur dalam ekosistem yang terdekat dengan anak, keluarga mempunyai
banyak kesempatan melalui interaksi dan komunikasi sehari-hari. Bentuk dan cara-
cara interaksi dengan anak di dalam keluarga akan memengaruhi pertumbuhan
karakter anak. Proses interaksi yang diterima anak dari keluarga inilah yang akan
digunakan oleh anak sebagai dasar untuk proses perkembangan selanjutnya di luar
rumah, termasuk di sekolah dan masyarakat.
Petunjuk teknis ini ditulis untuk memberikan panduan kepada satuan pendidikan
dalam menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat.
Dampak pelibatan dalam pendidikan anak :
a.Meningkakan prestasi akademik anak
b. Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak
c. Meningkatkan kehadiran siswa di sekolah

144
d. Mengurangi perilaku disruptif anak
e. Meningkatkan kepercayaan diri orang tua
f. Meningkatkan kepuasan orang tua terhadap sekolah
g. Orang tua merasa berhasil
h.Meningkatkan ekspektasi orang tua pada anak
i. Meningkatkan kebiasaan belajar anak
j. Meningkatkan keinginan anak untuk melanjutkan sekolah
k.Meningkatkan kecenderungan orang tua melanjutkan pendidikan
l. Sikap dan perilaku anak yang lebih positif
m.Meningkatkan moral guru
n.Mendukung iklim sekolah yang lebih baik
o.Mendukung kemajuan sekolah secara keseluruhan
2. Sasaran
a. Kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan
kemitraan dengan keluarga dan masyarakat;
b. Komite sekolah sebagai mitra kerja satuan pendidikan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program sekolah;
c. Organisasi mitra yang berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan
keluarga; dan
d. Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pembina teknis satuan pendidikan menengah
dan pendidikan khusus.
e. Dinas pendidikan kabupaten/kota sebagai pembina teknis satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan non-formal.
3. Pengertian
Kemitraan pendidikan adalah kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling
percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun
ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.
4. Tujuan Program Kemitraan
Tujuan Umum
Program kemitraan ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dan keselarasan
program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam membangun
ekosistem pendidikan yang kondusif untuk menumbuhkembangkan karakter dan

145
budaya berprestasi pada peserta didik
Tujuan Khusus
Secara khusus, berikut ini tujuan program kemitraan satuan pendidikan dengan
keluarga dan masyarakat untuk:
a. Menguatkan jalinan kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam
mendukung lingkungan belajar yang dapat mengembangkan potensi anak secara
utuh;
b. meningkatkan keterlibatan orang tua/wali dalam mendukung keberhasilan
pendidikan anak di rumah dan di sekolah; dan
c. meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung program pendidikan di
sekolah dan di masyarakat.
5. Model Kemitraan
Model kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat secara konseptual dapat
digambarkan seperti tampak pada infografis 2.1. Sedangkan secara operasional model
ini dapat dikembangkan atas dasar pendayagunaan potensi dan sumber daya keluarga
dan masyarakat secara kolaboratif. Kemitraan dibangun di atas dasar kebutuhan anak
sehingga orang tua/wali dan masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan yang berkaitan dengan sekolah. Model kemitraan melibatkan jejaring yang
luas dan melibatkan peserta didik, orang tua, guru, tenaga kependidikan, masyarakat,
kalangan pengusaha, dan organisasi mitra di bidang pendidikan.
Model Operasional Kemitraan Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
Anak Mandiri Dan Berbudi Pekerti :
Sekolah Kondusif :Tersedia,terjangkau, berkualitas, memiliki tata kelola yg. baik.
Organisasi Profesi Suportif: Menyusun kurikulum khusus, menjadi narasumber.
Warga Peduli: Konsisten memantau, aktif berkontribusi.
Pemerintah Peduli: Menyediakan akses dan jaminan, menyederhanakan
birokrasi, memiliki tata kelola yang baik.
Guru Penyemangat: Peduli pada murid, berkompeten, belajar berkelanjutan.
Orangtua Peduli: Sadar pendidikan, aktif memberi stimulus, tekun mendampingi.
Industri Suportif: Menyusun kurikulum khusus, aktif berkontribusi.
Model operasional kemitraan ini dikembangkan dengan mendayagunakan semua
potensi sumber daya yang dimiliki sekolah, keluarga dan masyarakat secara
kolaboratif. Pihak sekolah bertindak sebagai:

146
a. pemrakarsa dalam kemitraan, yaitu pihak yang mengawali untuk membangun
kemitraan. Misalnya pada hari pertama masuk sekolah. Pada kegiatan itu sekolah,
diwakili wali kelas, memimpin pertemuan dengan orang tua/wali untuk
membahas program sekolah dan agenda pertemuan orang tua/wali.
b. fasilitator kemitraan, yaitu pihak yang memfasilitasi terwujudnya kemitraan
dengan keluarga dan masyarakat. Misalnya dengan menyediakan tempat
penyelenggaraan kelas orang tua/wali; dan
c. pengendali kemitraan, yaitu pihak yang mengendalikan secara proaktif sehingga
kemitraan terus berjalan semakin baik. Misalnya melakukan evaluasi perubahan
perilaku orang tua/wali dalam keterlibatannya mendukung proses pendidikan
anak di rumah.
Selain itu, pihak sekolah membangun kapasitas warganya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pendidikan keluarga serta berbagi
pengetahuan dengan orang tua terkait dengan pola pengasuhan anak.
Keluarga atau orang tua diharapkan membantu dan mendukung anak melalui
bimbingan, arahan, motivasi, dan tindakan mendidik lainnya yang selaras dengan
program pendidikan yang dilaksanakan pihak sekolah. Misalnya, ketika guru di
sekolah mengajarkan agar anak selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, di
rumah orang tua juga mengajarkan untuk menjaga kebersihan rumah.
Masyarakat sesuai kapasitasnya dapat mendukung program pendidikan keluarga
di sekolah melalui berbagai cara. Misalnya, salah satu tokoh masyarakat menjadi
narasumber dalam kegiatan kelas orang tua/wali, menjadi guru model, atau
menjadi konsultan bagi pihak sekolah.
Pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi pendidikan tersebut diharapkan
dapat membentuk ekosistem sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan,
sehingg
6. Prinsip Kemitraan
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dirancang agar
terbentuk ekosistem pendidikan yang dapat mendorong tumbuhnya karakter dan
budaya prestasi semua warga sekolah. Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka
kemitraan dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip berikut.
a. Kesamaan Hak, Kesejajaran, dan Saling Menghargai
Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat terjalin secara

147
dinamis dan harmonis apabila semua unsur yang terlibat memiliki kesamaan hak,
kesejajaran, dan saling menghargai sesuai dengan peran dan fungsinya. Prinsip
ini akan mendorong peran aktif dan sukarela dari semua pihak untuk terlibat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kemitraan.
b. Semangat Gotong Royong dan Kebersamaan
Kemitraan dibangun atas dasar semangat gotong royong dan kebersamaan.
Prinsip ini akan terjadi jika semua pihak merasakan ada kebutuhan dan
kepentingan yang sama terkait dengan pendidikan anak atau peserta didik.
Prinsip ini akan menumbuhkankan keinginan dari semua pihak untuk
berkolaborasi dan bersinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang
dapat memberi pengalaman belajar yang kaya kepada peserta didik.
c. Saling Melengkapi dan Memperkuat
Pihak sekolah tak mungkin mampu melayani semua kebutuhan belajar peserta
didiknya. Sekolah juga memiliki keterbatasan. Untuk itu, perlu dijalin kemitraan
dengan orang tua dan masyarakat sehingga tercipta kolaborasi pendidikan yang
saling melengkapi dan memperkuat sesuai perannya masing-masing.
d. Saling Asah, Saling Asih, dan Saling Asuh
Prinsip saling asah, saling asih, dan saling asuh diharapkan dapat mewujudkan
terjadinya proses berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan
nilai/norma antara satu dengan lainnya. Serta terjadi proses saling belajar antara
pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat yang dilandasi rasa cinta dan kasih
sayang dalam rangka menciptakan ekosistem pendidikan yang baik bagi peserta
didik.
7. Bentuk Kemitraan
Bentuk-bentuk kemitraan sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Penguatan Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan
tentang perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada sekolah maupun
sebaliknya. Komunikasi sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat
dilakukan dalam beragam bentuk dan media. Misalnya, informasi yang dituliskan
rutin melalui buku penghubung, pertemuan rutin wali kelas dengan orang
tua/wali, komunikasi dalam wadah paguyuban orang tua per kelas, komunikasi

148
melalui media komunikasi seperti melalui pesan singkat (SMS), dan lain-lain
yang sesuai.
b. Pendidikan Orang Tua
Bentuk kemitraan ini ingin membantu orang tua/wali dalam membangun
kesadaran akan pendidikan anak, di antaranya dengan mengembangkan
lingkungan belajar di rumah yang kondusif (aman, nyaman dan menyenangkan).
Pendidikan orang tua ini bisa berupa kelas orang tua/wali yang dilakukan rutin
oleh sekolah atau masyarakat (komite sekolah, organisasi mitra dan komponen
masyarakat lain).
Kelas ini diharapkan dapat membantu orang tua/wali untuk:
1) memperoleh pemahaman yang benar tentang kondisi anak dan upaya-upaya
yang dapat dilakukan;
2) meningkatkan peran positif dan tanggung jawab sebagai orang tua/wali
dalam mengatasi permasalahan anak; dan
3) meningkatkan kerja sama yang lebih harmonis antara orang tua/wali dan
sekolah dalam membantu permasalahan anak.
Kegiatan Sukarela
Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masing-masing pihak dalam
mendukung dan membantu kemajuan pendidikan anak. Kegiatan ini bisa berupa
makan bersama orang tua, guru/ wali kelas, dan anak.
Belajar di Rumah
Sekolah mengkomunikasikan orang tua/wali mengenai materi yang sebaiknya
diperkaya dan diperdalam kembali di rumah.
Kolaborasi dengan Masyarakat
Kemitraan ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam
mendukung pencapaian tujuan pendidikan anak. Masyarakat dalam hal ini adalah
tokoh masyarakat, tokoh agama, ahli pendidikan atau lainnya, pengusaha,
profesional, dan lembaga yang relevan dengan program kemitraan yang dapat
dijadikan narasumber, baik bagi sekolah maupun bagi peserta didik.
8. Peran Pelaku Kemitraan
a. Peran Sekolah
Sebagai penyelenggara pendidikan sekolah perlu melakukan sejumlah hal
berikut:

149
1) melakukan analisis kebutuhan
2) menyusun program tahunan pendidikan keluarga;
3) melakukan pertemuan dengan orang tua/wali peserta didik;
4) melaksanakan program pendidikan keluarga; dan
5) melakukan supervisi dan evaluasi.
Unsur-unsur yang memiliki peran utama dalam program pendidikan keluarga di
sekolah adalah:
1) Kepala Sekolah
a) Menetapkan kebijakan yang mendukung penyelenggaraan program
pendidikan keluarga;
b) Menyusun rancangan kegiatan program pendidikan keluarga;
c) Mengelola warga sekolah dan anggaran yang ada di sekolah maupun
dari pihak mitra untuk mendukung pencapaian tujuan program;
d) Menjalin hubungan dengan keluarga dan masyarakat untuk menunjang
pelaksanaan program; dan
e) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dengan
melibatkan seluruh mitra.
2) Wali kelas / Guru Kelas
a) Mendukung kebijakan program pendidikan keluarga;
b) Menjadi fasilitator antara pihak sekolah dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat;
c) Menjadi motivator dan inisiator dalam kegiatan pendidikan karakter dan
budaya prestasi bagi peserta didik; dan
d) Mengevaluasi pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup
pencapaian prestasi akademik dan non-akademik (karakter).
3) Komite Sekolah
a) Mendukung kebijakan program kemitraan yang ditetapkan sekolah;
b) Memantau pelaksanaan program kemitraan yang ditetapkan bersama
pihak sekolah;
c) Memberi saran perbaikan atas pelaksanaan program kemitraan; dan
d) Melakukan evaluasi program kemitraan yang dilaksanakan di sekolah.
b. Peran Orang Tua/Wali
1) Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan

150
mendorong perkembangan budaya prestasi anak;
2) Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang
dengan anak;
3) Memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anak;
4) Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak sekolah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif;
5) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan anak di sekolah; dan
6) Memiliki inisiatif untuk menggerakan orang tua/wali lain agar terlibat dalam
pengambilan keputusan di sekolah dan masyarakat.
c. Peran Masyarakat
1) Mengembangkan dan menjaga keberlangsungan penyelenggaraan proses
pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan keluarga; dan
2) Menyelenggarakan dan mengendalikan mutu layanan pendidikan, baik
dilakukan secara perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
dunia usaha, maupun organisasi kemasyarakatan.
9. Strategi Pelaksanaan Kemitraan
Perencanaan Program Kemitraan ( Dicetak tersendiri).
10. Pembinaan Kemitraan
a. Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota dan Provinsi
Dalam konteks pembinaan pendidikan dasar dan menengah, dinas pendidikan
kabupaten/ kota melakukan pembinaan program kemitraan sekolah dengan
keluarga dan masyarakat pada pendidikan dasar (sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama). Sedangkan dinas pendidikan provinsi melakukan pembinaan
program kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat pada jenjang
pendidikan menengah (sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan.
Dinas pendidikan kabupaten/kota dan provinsi melakukan supervisi untuk
memberikan bimbingan, arahan dan pembinaan, serta pendampingan terhadap
sekolah untuk meningkatkan kinerja, khususnya berkaitan dengan kemitraan,
dengan memanfaatkan data hasil pengisian instrumen evaluasi diri yang
dilaporkan pihak sekolah. Berdasarkan data tersebut, dinas pendidikan
kabupaten/kota dan provinsi melakukan evaluasi guna menyusun rencana

151
pembinaan ke depan.
Evaluasi pelaksanaan pembinaan sekurang-kurangnya dilakukan satu kali dalam
satu tahun pembelajaran. Pembinaan dilakukan melalui proses pengawasan yang
dalam hal ini dilakukan oleh pengawas sekolah serta pejabat dan staf dinas
pendidikan kabupaten/kota dan provinsi.
b. Pembinaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen PAUD dan Dikmas, mempunyai tugas
dan fungsi untuk menyusun Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)
penyelenggaraan pendidikan keluarga di satuan pendidikan pada setiap jalur,
jenis dan jenjang pendidikan, kecuali pendidikan tinggi.
Kebijakan berupa NSPK tersebut disosialisasikan melalui berbagai bentuk dan
tahapan kegiatan, mulai dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat satuan
pendidikan. Bentuk dan tahapan kegiatan yang dilakukan, antara lain:
1) Pelatihan calon pelatih tingkat kabupaten/kota dan provinsi; dan
2)Bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga bagi pelaku
pendidikan.
Semua kegiatan tersebut dipantau secara berkala dan dievaluasi pada setiap akhir
tahun berjalan.
Pada akhirnya, dengan menerapkan pendidikan keluarga di sekolah, berbagai
permasalahan tentang anak diharapkan dapat difasilitasi dan dipecahkan dengan baik
melalui keterlibatan semua unsur. Hal ini dapat mendorong orang tua dan masyarakat
untuk lebih terlibat dalam pendidikan yang baik bagi anak.

152
BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN
LAMPIRANI:
PERATURAN KEPALADINASPENDIDIKAN
PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR : 420/ 02945
TANGGAL : 04 APRIL 2017

URAIANKALENDER PENDIDIKAN
TAHUNPELAJARAN2017/2018

153
154
LAMPIRAN III
PEATURANKEPALADINASPENDIDIKAN
PROVINSIJAWATENGAH
NOMOR : 420/ 02945
TANGGAL : 04 APRIL 2017

155
156
LAMPIRAN VII
KEPUTUSANKEPALADINASPENDIDIKAN
PROVINSIJAWATENGAH

NOMOR : 420/ 02945


TANGGAL : 04 APRIL 2017

157
158

Anda mungkin juga menyukai