Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS PADA NEONATUS DI RUANG


PERINATOLOGI RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Sri Wahyuni, S.Kep
NIM 162311101314

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JULI, 2018

1
2

LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEONATORUM

A. Pengertian

Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,

2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri

pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis

adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan.

(Mary E. Muscari, 2005).

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.

Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja

(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat

sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan

dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau

jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua,

antara lain:

1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada

saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka

mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat

dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak

langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,

sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)


3

B. Etiologi

Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis

seperti septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem

imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus

sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,

atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

- Bakteri escherichia koli

- Streptococus group B

- Stophylococus aureus

- Enterococus

- Listeria monocytogenes

- Klepsiella

- Entererobacter sp

- Pseudemonas aeruginosa

- Proteus sp

- Organisme anaerobik

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48

jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan

amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada

early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.

2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa

kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial)

sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.


4

C. Tanda dan Gejala

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala

lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut

kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI

pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada

lengan atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan

diare (Asrining, 2007).


5

D. Patofisiologi

Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).

Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang

mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu,

ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan

alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah

mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas

(wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur

selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi

kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.

Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga

menyebabkan hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan

kulit. Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG

spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak

melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah

sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di

rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi

parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga

mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu,

seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan
6

antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga

menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap

epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),

paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan

E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya

didominasi oleh E.colli.


7

E. PATHWAY

Infeksi pada ibu

Masuk ke dalam tubuh janin

Terjadi infeksi awal

Infeksi menyebar ke seluruh tubuh janin

Hipotalamus Organ Hati Organ Pernafasan Sistem Gastrointestinal

Menghasilkan panas Eritrosit banyak Lisis Fungsi tidak optimal Muntah, diare
tubuh

Hiperbilirunemia Bayi akan sesak Malas Menghisap


Hipertermi

Jaundice (ikterik)
Gangguan
Defisit
Pola Nafas
Volume
Cairan &
Ke otak Elektrolit

Ensepalopati

Kemit Ikterik (Kejang)


8

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika

diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara

menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :

3. Leukositosis (>34.000×109/L)

4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5. Netrofil muda 10%

6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2

7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

G. Penatalaksanaan

a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta,
2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
9

4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya

memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah

diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah

ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain

sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu
dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan
antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus
presipitatus). Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain.
Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,
dll). Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi
(mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji tatus
sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya

setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi,

peka rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara

fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan


10

adalah hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan

dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala

traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu

b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi

atau inflamasi

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

demam.

I. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
Kriteria hasil:
- Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara
nafas yang bersih
- Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada
suara nafas abnormal)
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat
memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara napas, catat Suara napas tambahan dapat menjadi
adanya suara napas tambahan tanda jalan napas yang tidak adekuat
3. Monitor respirasi dan status Pada sepsis terjadinya gangguan
O2,TTV respirasi dan status O2 sering
ditemukan yang menyebabkan TTV
tidak dalam rentan normal
4. Bila perlu lakukan suction,pustural Untuk mengeluarkan sekret pada
drainage saluran napas untuk menciptakan
11

jalan napas yang paten


2. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi
atau inflamasi
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36o-37o C)
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang
setiap dua jam dan pantau warna signifikan akan mempengaruhi proses
kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air Kompres pada aksila, leher dan lipatan
hangat pada aksila, leher dan paha terdapat pembuluh-pembuluh
lipatan paha, hindari dasar besar yang akan membantu
penggunaan alkohol untuk menurunkan demam. Penggunaan
kompres. alcohol tidak dilakukan karena akan
menyebabkan penurunan dan
peningkatan panas secara drastis.
4. Kolaborasi : Berikan antipiretik Pemberian antipiretik juga diperlukan
sesuai kebutuhan jika panas untuk menurunkan panas dengan
tidak turun. segera.
12

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat


demam
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
- Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang
setiap dua jam dan pantau signifikan akan mempengaruhi proses
warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, Hipertermi sangat potensial untuk
kejang dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika Kompres air hangat lebih cocok
terjadi hipertermi, dan digunakan pada anak dibawah usia 1
pertimbangkan untuk tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak
langkah kolaborasi dengan terjadi hipotermi secara tiba-tiba.
memberikan antipiretik. Hipertermi yang terlalu lama tidak baik
untuk tubuh bayi oleh karena itu
pemberian antipiretik diperlukan untuk
segera menurunkan panas, misal dengan
asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
jadwal dengan jumlah diperlukan untuk mencegah bayi dari
pemberian yang telah kondisi lapar dan haus yang berlebih.
ditentukan
13

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.

Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi

Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di


http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/NET.

Anda mungkin juga menyukai