ABSTRAK
Kebakaran merupakan kejadi yang mengakibatkan kerugian berupa nyawa atau harta
benda serta dapat terjadi dimana saja. Salah satu kebakaran yang paling fatal adalah yang
terjadi di sektor industri karena hal ini mengganggu kelangsungan kegiatan operasional dan
produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem proteksi kebakaran di PT. PJB
Unit Pembangkitan Brantas. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional
dan jenis penelitian observasional. Observasi lapangan terhadap alat dan sarana proteksi
kebakaran menggunakan lembar checklist mengacu pada peraturan nasional dan
internasional. Wawancara dilakukan kepada informan penelitian terdiri atas 3 karyawan yaitu
Supervisor bidang Sipil dan LK3, Safety Officer dan Ketua Regu Pemadam Kebakaran PT.
PJB UP Brantas. Hasil penelitian ini menunjukkan apabila PT. PJB UP Brantas telah
membuat identifikasi potensi risiko kebakaran di gedung kantor dan sudah dilakukan
pengendalian dalam bentuk sistem proteksi kebakaran.
Manajemen tanggap darurat mendapat nilai kesesuaian sebesar 80% yang berarti
adalah Cukup. Namun, untuk sistem proteksi kebakaran aktif, akses dan pasokan air untuk
pemadam kebakaran, sistem proteksi kebakaran pasif dan sarana penyelamatan jiwa masing-
masing hanya mendapat nilai sebesar 59%, 30%, 20% dan 43% yang apabila dikategorikan
termasuk dalam kategori Kurang. Kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat potensi risiko
kebakaran yang termasuk dalam klasifikasi kelas A, B dan C. Berdasarkan klasifikasi tersebut
maka dilakukan upaya pengendalian berupa pemasangan sistem proteksi kebakaran, akan
tetapi dalam pelaksanaannya masih ada komponen yang belum maksimal seperti sistem
proteksi aktif yang tidak memenuhi syarat standar nasional Indonesia dan standar
internasional. Saran yang diberikan adalah memasang alarm kebakaran di gedung kantor dan
melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap detektor dan sprinkler.
Kata Kunci: Risiko Kebakaran, Pengendalian Risiko Kebakaran, Sistem Proteksi Kebakaran.
ABSTRACT
Fire accident can result catastrophic personal injury and devastating property
damage wherever it occurs. One of the fatal effects of fire is attacking industry sector since it
interferes operation and production process. This study aims to examine fire protection in
PT. Java-Bali Power Plant (PJB) Brantas Generating Unit (UP). The research was
conducted with observational and cross-sectional study design. The observation of field
research towards fire protection facilities and equipment by using checklist sheet is referring
to national and international regulation. Interview was done to research informants who
consist of three employees, Supervisor of civil and LK3, Safety Officer, and the head of
firefighter team of PT. PJB UP Brantas. Result of the study shows that PT. PJB UP Brantas
has been created the identification of fire risk assessment form for the workplace in a
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)
building and applied by controlling fire protection management system. Emergency response
constitutes 80% which means adequate. Unlike emergency response, the percentage for
active fire protection, evacuation facilities, access and water supply of fire fighting, and
passive fire protection are 59%, 30%, 20%, and 43%, respectively, which mean inadequate.
From data result, the study can be concluded that the tendency of fire risk included in A, B,
and C classification might occur. According to classification, some controlling efforts are
conducted by applying fire protection. However, in fact, some components have not worked
properly yet, such as unstandardized active protection system nationally and internationally.
Suggestions of this study are installing the fire alarm in the building and doing inspection
regularly to fire detector and sprinkler.
tanggap darurat.
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85
baik dan benar. APAR diperiksa minimal 2 PJB UP Brantas Malang tingkat
kali dalam setahun dan arsip dari semua kesesuaiannya dibandingkan dengan
APAR yang diperiksa telah disimpan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008.
dengan baik. Pasokan air terletak dekat dengan
Hidran tingkat kesesuaiannya musholla.
dibandingkan dengan standar SNI 03- Sumber air berupa hidran halaman dan
1745-2000. Hidran hasil observasi terdiri reservoir air sudah tersedia, namun tidak
dari hidran halaman dan hidran gedung. dilengkapi dengan sarana komunikasi
Hidran halaman terletak di area outdoor umum untuk memudakan penyampaian
berjumlah buah, sedangkan hidran gedung informasi kebakaran. Sarana yang dipakai
tidak terpasang. Pengujian fungsi hidran hanya menggunakan Handphone.
dilakukan setiap 1 tahun sekali secara Tersedianya jalur akses masuk untuk
rutin. mobil pemadam kebakaran tidak didukung
Sebagian besar kotak hidran mudah dengan tanda jalur masuk warna kontras
dibuka, dilihat, dan dijangkau. Kotak yang dapat dilihat pada malam hari.
hidran di cat merah dengan tulisan hidran Berdasarkan hasil observasi
yang di cat warna putih. Namun, di dalam didapatkan tingkat kesesuaian akses dan
kotak tidak terdapat petunjuk penggunaan pasokan air untuk pemadam kebakaran
hidran yang baik dan benar serta sebesar 30% dengan kategori kurang,
kelengkapan hidran pada semua lokasi artinya elemen terpasang tetapi ada
tidak sesuai sehingga tidak bisa digunakan sebagian besar yang tidak sesuai dengan
cepat sewaktu-waktu.Hidran halaman PT. standar yang berlaku.
PJB UP Brantas Malang bertekanan rata- Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
rata 8 bar pada semua lokasi. Sistem proteksi kebakaran pasif
Hasil elemen-elemen sistem proteksi tingkat kesesuaianya dibandingkan dengan
kebakaran aktif menunjukkan bahwa PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008.
tingkat kesesuaiannya sebesar 59% dengan Berdasakan hasil observasi sistem proteksi
kategori kurang, artinya elemen terpasang kebakaran pasif di gedung kantor PT. PJB
tetapi ada sebagian besar yang tidak sesuai UP Brantas Malang termasuk kategori
dengan standar yang berlaku. kurang sebesar 20%, artinya elemen
terpasang tetapi ada sebagian besar yang
Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam
Kebakaran tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
Akses dan pasokan air untuk
Elemen yang tidak sesuai dengan
pemadam kebakaran di gedung kantor PT.
standar antara lain tidak terdapat pintu
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85
tahan api dan tidak dilakukan SDM 1,66 meter, serta pintu Enjineer 0,82
pemeliharaan berkala terhadap konstruksi meter. Hal ini menunjukkan rata-rata lebar
tahan api. minimal jalan keluar kurang dari 2 meter.
Hasil observasi menyatakan tingkat
Sarana Penyelamatan Jiwa
Sarana penyelamatan jiwa di gedung kesesuaian sebesar 80% dengan kategori
kantor PT. PJB UP Brantas Malang terdiri cukup, artinya elemen terpasang tetapi ada
dari sarana jalan keluar, tangga darurat, sebagian kecil yang tidak sesuai dengan
tanda petunjuk keluar, pintu darurat, standar yang berlaku Gedung kantor PT.
dengan kategori cukup, artinya elemen aktif adalah sistem perlindungan terhadap
terpasang tetapi ada sebagian kecil yang kebakaran yang dilaksanakan dengan
tidak sesuai dengan standar yang berlaku. menggunakan perlaatan yang dapat
benar sehingga sulit dalam mencari lokasi ketika terjadi kebakaran akan tetapi masih
APAR ketika terjadi kebakaran, APAR ada sebagian kecil hal yang belum sesuai
tidak pada ketinggian yang kurang dari dengan standar yang berlaku.
120 cm apabila diukur dari dasar lantai Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam
yang dapat memungkinkan untuk diambil. Kebakaran
Menurut PERMEN PU No.
Pemeriksaan rutin terhadap APAR
26/PRT/M/2008 ketersediaan sumber air
dilakukan minimal 2 kali dalam setahun
berupa hidran halaman, sumur kebakaran
dan arsip pemeriksaan sudah disimpan
atau reservoir harus direncakanan
dengan baik.
sedemikian rupa agar dapat memudahkan
Menurut KEPMEN No.
instansi pemadam kebakaran untuk
10/KPTS/2000, hidran adalah alat yang
menggunakannya ketika terjadi kebakaran.
dilengkapi dengan selang dan mulut
Berdasarkan hasil obsrvasi dan
pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
wawancara terkait akses dan pasokan air
bertekanan yang digunakan bagi keperluan
untuk pemadam kebakaran dibandingkan
pemadaman kebakaran.
dengan standar PERMEN PU No.
Sesuai hasil observasi terkait hidran
26/PRT/M/2008 didapatkan tingkat
dibandingkan dengan standar SNI 03-
kesesuaian sebesar 30%. Hal ini
1745-2000 didapatkan bahwa nilai
dikategorikan KURANG karena masih
kesesuaian sprinkler adalah 73%. Hasil ini
banyak elemen yang tidak berfungsi
memenuhi kategori yaitu CUKUP. Gedung
kapasitasnya jauh dari nilai yang
kantor PT. PJB UP Brantas dilengkapi
ditetapkan.
dengan 3 buah Hidran halaman yang dapat
digunakan ketika terjadi keadaan darurat Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
namun tidak dilengkapi dengan hidran Sistem proteksi pasif didefinisikan sebagai
gedung. sistem perlindungan terhadap kebakaran
Berdasarkan keterangan Supervisor yang dilaksanakan dengan melakukan
LK3 PT. PJB UP Brantas, gedung kantor pengaturan tehadap komponen bangunan
masih belum dilengkapi dengan hidran gedung dari aspek arsitektur dan struktur,
gedung dikarenakan sudah tercukupinya sehingga dapat melindungi penghuni dan
area cakupan hidran halaman dalam benda dari kerusakan fisik saat terjadi
menanggulangi kebakaran yang dapat kebakaran. (KEPMEN PU No.
terjadi. Hasil ini menunjukkan bahwa 10/KPTS/2000)
hidran yang terpasang di gedung kantor
PT. PJB UP Brantas cukup memadai
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)
darurat harus didesain khusus untuk darurat atau baterai. Petunjuk jalan keluar
penyelamatan bila terjadi kebakaran. biasanya berwarna dasar hijau dengan
Berdasarkan hasil observasi terkait tulisan putih.
tangga darurat dibandingkan dengan Hasil observasi dan wawancara terkait
standar SNI 03-1746-2000 dan NFPA 101 tanda petunjuk keluar yang dibandingkan
didapatkan tingkat kesesuaian sebesar 0%. dengan standar SNI 03-1746-2000 dan
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak NFPA 101 didapatkan tingkat kesesuaian
terdapat tangga darurat di gedung kantor sebesar 80%. Hasil ini memenuhi kategori
PT. PJB UP Brantas. Tidak tersedianya CUKUP yang berarti gedung kantor PT.
tangga darurat ini dapat merugikan PJB UP Brantas dilengkapi dengan tanda
perusahaan mengingat bahwa gedung petunjuk keluar yang sudah memadai,
kantor bertingkat satu. akan tetapi hasil observasi menunjukkan
Berdasarkan keterangan Supervisor bahwa masih ada sebagian kecil hal yang
L3 PT. PJB UP Brantas Malang sesuai belum sesuai dengan standar yang berlaku.
dengan hasil wawancara, bangunan Elemen yang belum sesuai adalah
gedung yang hanya memiliki tingkat petunjuk keluar yang masih belum
berjumlah satu tidak perlu memasang dilengkapi dengan sumber daya istrik atau
tangga darurat dan cukup hanya penerangan darurat. Penerangan darurat ini
menggunakan tangga umum. Hal ini sendiri berfungsi ketika sumber daya
bertentangan dengan peraturan SNI 03- listrik yang utama mati akibat kebakaran,
1746-2000 tentang Tata cara perencanaan maka satu-satunya penerangan yang dapat
dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk digunakan saat evakuasi adalah tanda
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran petunjuk keluar.
pada bangunan gedung menyatakan bahwa Menurut NFPA 101, pintu darurat
bangunan apapun yang memiliki lantai atau pintu kebakaran merupakan pintu
lebih dari satu wajib memasang tangga yang langsung menuju tangga kebakaran
darurat yang dikhususkan saat terjadi dan hanya digunakan sebagai jalan keluar
keadaan darurat. untuk usaha penyelamatan jiwa manusia
Tanda petunjuk keluar menurut SNI apabila terjadi kebakaran. Pintu darurat
03-1735-2000 harus memiliki tulisan tidak boleh terhalang dan tidak boleh
“KELUAR” atau “EXIT” dengan tinggi terkunci serta harus berhubungan langsung
minimum 10 cm dan lebar minimum dengan jalan penghubung, tangga atau
tulisan 1 cm, terlihat jelas dari jarak 20 m, halaman luar.
dan dilengkapi dengan sumber daya
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)
Hasil observasi dan wawancara terkait terjadi pemutusan aliran listrik secara
yang dibandingkan dengan standar SNI otomatis akibat adanya keadaan darurat.
03-1746-2000 dan NFPA 101 didapatkan Berdasarkan wawancara, gedung
tingkat kesesuaian sebesar 0%, yang kantor masih belum dilengkapi dengan
berarti tidak terdapat pintu darurat di penerangan darurat dikarenakan pasokan
gedung kantor PT. PJB UP Brantas listrik yang kurang. Jika diamati kembali,
Malang. Hasil ini dikategorikan letak gedung kantor berdekatan dengan
KURANG karena tidak tersedianya pintu PLTA Sutami yang apabila terjadi
darurat ini dapat merugikan perusahaan pemutusan listrik maka prioritas
karena pada umumnya pintu umum yang penyaluran listrik utama adalah gedung
biasa digunakan saat aktivitas kantor kantor itu sendiri.
sehari-hari tidak terbuat dari bahan yang Tempat berkumpul menurut NFPA
tahan api. 101 merupakan tempat berhimpun setelah
Ketentuan teknis menurut SNI 03- proses evakuasi dan perhitungan jumlah
6574-2000, penerangan darurat adalah personal saat terjadi kebakaran. Tempat
setiap lampu darurat yang dapat bekerja berhimpun harus aman dari bahaya
secara otomatis dan mempunyai tingkat kebakaran dan lainnya.
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi Sesuai hasil observasi terkait tempat
yang aman (minimal 10 Lux diukur pada berkumpul yang dibandingkan dengan
lantai). Pencahayaan darurat pada sarana NFPA 101 didapatkan tingkat kesesuaian
jalan keluar harus ters menerus menyala sebesar 100%. Hasil ini memenuhi
selama penghuni membutuhkan sarana kategori yaitu BAIK yang berarti semua
jalan keluar. elemen berfungsi sempurna dan sesuai
Hasil observasi dan wawancara terkait dengan persyaratan yang berlaku. Capaian
penerangan darurat yang dibandingkan tersebut perlu dipertahankan agar tidak
dengan standar SNI 03-1746-2000 dan terjadi kendala saat melakukan evakuasi.
NFPA 101 didapatkan tingkat kesesuaian
Manajemen Tanggap Darurat
sebesar 0%, yang berarti tidak terdapat Berdasarkan hasil wawancara,
penerangan darurat di gedung kantorPT. manajemen tanggap darurat memperoleh
PJB UP Brantas Malang. Hasil ini nilai rata-rata tingkat kesesuaian dari
dikategorikan KURANG karena tidak organisasi tanggap darurat, prosedur
tersedianya penerangan darurat ini dapat tanggap darurat, dan pelatihan diperoleh
merugikan perusahaan karena penggunaan nilai sebesar 80%. Hal ini telah memenuhi
penerangan darurat sangat berguna ketika
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85