Anda di halaman 1dari 16

JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No.

1, April 2017 : 70-85

ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN


DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
(Studi di PT. PJB UP Brantas Malang)

Rigen Adi Kowara, Tri Martiana*


*Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: rigenadi@gmail.com

ABSTRAK

Kebakaran merupakan kejadi yang mengakibatkan kerugian berupa nyawa atau harta
benda serta dapat terjadi dimana saja. Salah satu kebakaran yang paling fatal adalah yang
terjadi di sektor industri karena hal ini mengganggu kelangsungan kegiatan operasional dan
produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem proteksi kebakaran di PT. PJB
Unit Pembangkitan Brantas. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional
dan jenis penelitian observasional. Observasi lapangan terhadap alat dan sarana proteksi
kebakaran menggunakan lembar checklist mengacu pada peraturan nasional dan
internasional. Wawancara dilakukan kepada informan penelitian terdiri atas 3 karyawan yaitu
Supervisor bidang Sipil dan LK3, Safety Officer dan Ketua Regu Pemadam Kebakaran PT.
PJB UP Brantas. Hasil penelitian ini menunjukkan apabila PT. PJB UP Brantas telah
membuat identifikasi potensi risiko kebakaran di gedung kantor dan sudah dilakukan
pengendalian dalam bentuk sistem proteksi kebakaran.
Manajemen tanggap darurat mendapat nilai kesesuaian sebesar 80% yang berarti
adalah Cukup. Namun, untuk sistem proteksi kebakaran aktif, akses dan pasokan air untuk
pemadam kebakaran, sistem proteksi kebakaran pasif dan sarana penyelamatan jiwa masing-
masing hanya mendapat nilai sebesar 59%, 30%, 20% dan 43% yang apabila dikategorikan
termasuk dalam kategori Kurang. Kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat potensi risiko
kebakaran yang termasuk dalam klasifikasi kelas A, B dan C. Berdasarkan klasifikasi tersebut
maka dilakukan upaya pengendalian berupa pemasangan sistem proteksi kebakaran, akan
tetapi dalam pelaksanaannya masih ada komponen yang belum maksimal seperti sistem
proteksi aktif yang tidak memenuhi syarat standar nasional Indonesia dan standar
internasional. Saran yang diberikan adalah memasang alarm kebakaran di gedung kantor dan
melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap detektor dan sprinkler.

Kata Kunci: Risiko Kebakaran, Pengendalian Risiko Kebakaran, Sistem Proteksi Kebakaran.

ABSTRACT
Fire accident can result catastrophic personal injury and devastating property
damage wherever it occurs. One of the fatal effects of fire is attacking industry sector since it
interferes operation and production process. This study aims to examine fire protection in
PT. Java-Bali Power Plant (PJB) Brantas Generating Unit (UP). The research was
conducted with observational and cross-sectional study design. The observation of field
research towards fire protection facilities and equipment by using checklist sheet is referring
to national and international regulation. Interview was done to research informants who
consist of three employees, Supervisor of civil and LK3, Safety Officer, and the head of
firefighter team of PT. PJB UP Brantas. Result of the study shows that PT. PJB UP Brantas
has been created the identification of fire risk assessment form for the workplace in a
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

building and applied by controlling fire protection management system. Emergency response
constitutes 80% which means adequate. Unlike emergency response, the percentage for
active fire protection, evacuation facilities, access and water supply of fire fighting, and
passive fire protection are 59%, 30%, 20%, and 43%, respectively, which mean inadequate.
From data result, the study can be concluded that the tendency of fire risk included in A, B,
and C classification might occur. According to classification, some controlling efforts are
conducted by applying fire protection. However, in fact, some components have not worked
properly yet, such as unstandardized active protection system nationally and internationally.
Suggestions of this study are installing the fire alarm in the building and doing inspection
regularly to fire detector and sprinkler.

Keywords : Fire Risk, Fire Risk Control, Fire Protection System

PENDAHULUAN Menurut PERMENAKER No.


Pada sektor industri mengalami 03/MEN/1998 kecelakaan kerja adalah
perkembangan yang pesat di bidang ilmu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
pengetahuan dan teknologi. Seluruh diduga atau tiba-tiba yang dapat
perkembangan ini merupakan upaya menimbulkan korban manusia dana atau
meningkatkan potensi pembangunan harta benda. Oleh sebab itu, perlu upaya
nasional demi terwujudnya kemakmuran pencegahan dan penanggulangan terkait
dan kesejahteraan masyarakat. Perubahan kebakaran perlu adanya di setiap tempat.
gaya hidup masyarakat dari hanya Kebakaran di industri merupakan salah
bergantung pada sumber daya alam yang satunya yang tidak hanya dapat
ad di sekitarnya, sekarang beralih ke menghilangkan harta benda maupun
penggunaan alat-alat yang dibuat oleh nyawa, tetapi juga mengganggu
manusia sendiri dengan konsumsi energi keberlangsungan kegiatan operasional
lebih banyak. sehingga mengganggu stabilitas dan
Konsumsi energi seperti listrik kontinuitas kegiatan industri yang pad
maupun bahan bakar lain khususnya aakhirnya menyebabkan semakin besarnya
penggunaan unsur hidrokarbon yang kerugian finansial yang ditanggung oleh
menyebabkan semakin tingginya potensi perusahaan.
terjadi bahaya kebakaran. Faktor Laporan tahun 2012 di Amerika angka
pengetahuan masyarakat yang belum kejadian kebakaran masih tinggi yakni
begitu memahami tentang potensi bahaya sebesar 1.375.000 kasus kebakaran yang
dari bahan bakar tersebut dapat semakin mengakibatkan 2.855 penduduk
memperbesar potensi terjadinya meninggal, 16.500 cidera dan kerugian
kebakaran. properti kurang lebih sebesar $12.400.000
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

(National Fire Protection Association, bahan dasar proses pekerjaannya dari


2013). bahan-bahan mudah terbakar.
Indonesia juga tak luput dari bencana Upaya pencegahan dan
kebakaran. Salah satu contoh kasus yang penanggulangan kebakaran perlu
termasuk fatality menimbulkan korban dilakukan di PT. PJB UP Brantas Malang
jiwa yaitu terjadi di PLTU Sumur Adem, untuk menghindari terjadinya kebakaran di
Indramayu. Bencana ini menyebabkan 4 industri yang akan menimbulkan kerugian
orang karyawan PLTU Sumur Adem dan dalam jumlah yang besar. Sistem proteksi
sisanya mengalami luka bakar yang parah. kebakaran yang terdapat di PT. PJB UP
Potensi terjadinya kebakaran tidak hanya Brantas merupakan salah satu bentuk
di unit PLTU saja, PLTA mengalami upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang serupa dengan skala yang kebakaran. Sistem proteksi kebakaran
leih kecil. PLTA Sutami yang merupakan yang dimaksud adalah sistem yang terdiri
salah satu PLTA di PT. PJB UP Brantas dari peralatan, kelengkapan dan sarana
juga pernah terjadi kebakaran pad atahun baik yang terpasang maupun terbangun
1996 akibat hubungan arus pendek di pada bangunan dan gedung sebagai sistem
turbin generator. Beberapa tahun ini, proteksi aktif, sistem proteksi pasif, sarana
PLTA Siman jurga pernah terjadi insiden penyelamatan jiwa. Sistem proteksi
meledak di ruang operator. Hal ini kebakaran berfungsi sebagai sistem
membuktikan bahwa kebakaran tidak pengaman dan pendeteksi terjadinya
hanya terjadi di PLTU yang bahan kebakaran. Peristiwa kebakaran tidak akan
dasarnya batubara bersifat flammable, terjadi jika sistem proteksinya sesuai
namun unit pembangkit yang berasal dari dengan standar yang ditentukan.
air juga berpotensi terjadi kebakaran. Sistem proteksi kebakaran perlu
PT. PJB UP Brantas merupakan salah dilihat kesesuaiannya dengan ketentuan
satu unit pembangkit PT. Pembangkit yang berlaku antara lain PERMEN PU No.
Jawa Bali (PJB) yang memproduksi listrik 26/PRT/M/2008, KEPMEN PU No.
dan menyuplai kebutuhan listrik di Jawa 10/KPTS/2000, PERMENAKER No.
dan Bali. Total kapasitas mencapai 274 04/MEN/1980, SNI, dan NFPA. Apabila
MW terdiri dari 13 PLTA. PT. PJB UP sudah diterapkan dengan benar dan sesuai
Brantas memiliki potensi kejadian dengan standar keselamatan yang ada,
kebakaran yang lebih tinggi disebabkan maka besarnya kasus kebakaran akan lebih
oleh rangkaian kegiatan produksinya mudah ditangguulangi dan diminimalkan.
dengan potensi kebakaran serta bahan- Oleh sebab itu, usaha untuk mengenali
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

faktor-faktor risiko kebakaran lebih Informan dalam penelitian ini adalah


penting daripada sistem proteksi pekerja di PT. PJB UP Brantas Malang
kebakaran yang ada di perusahaan. Hal berjumlah 3 orang yaitu Supervisor bidang
tersebut membuat peneliti tertarik untuk Sipil dan LK3, Safety Officer dan Ketua
melakukan penelitian dengan menganalisis Regu Pemadam Kebakaran. Pemilihan
sistem proteksi kebakaran di PT. PJB UP informan ini karena mereka yang
Brantas Malang sebagai upaya pencegahan bertanggung jawab mengenai sistem
dan penanggulangan kebakaran proteksi kebakaran di PT. PJB UP Brantas
berdasarkan ketentuan yang telah ada. Malang.
Penelitian ini dilakukan di gedung
METODE
kantor PT. PJB UP Brantas Malang
Metode penelitian yang digunakan
dimulai pada Oktober 2015 hingga Juni
adalah penelitian deskriptif. Berdasarkan
2016 dengan pengambilan data pada Mei
jenisnya penelitian ini termasuk penelitian
2016.
observasional yang bertujuan untuk
Penilaian tingkat kesesuaiannya
menganalisis sistem proteksi kebakaran
berdasarkan PERMEN PU No.
sebagai upaya pencegahan dan
26/PRT/M/2008, KEPMEN PU No.
penanggulangan kebakaran di PT. PJB UP
10/KPTS/2000, PERMENAKER No.
Brantas Malang. Berdasarkan dari segi
04/MEN/1980, KEPMEN KEP.
waktunya, penelitian ini merupakan
186/MEN/1999, SNI, dan NFPA dengan
penelitian lapangan dengan rancang
menggunakan tingkat pemenuhan audit
bangun penelitian cross sectional karena
kebakaran menurut Puslitbang Departemen
pengamatan dilakukan pada satu waktu.
Pekerjaan Umum tahun 2005 sebagai
Analisis dalam penelitian ini bersifat
berikut:
deskriptif mendeskripsikan objek dengan
Tabel 1.Tingkat Penilaian Kebakaran
analisis kualitatif tanpa pengujian Nilai Kesesuaian
Baik Sesuai persyaratan
hipotesis. Objek penelitian ini adalah
(>80% -
sistem proteksi kebakaran di PT. PJB UP 100%)
Cukup Terpasang namun ada
Brantas Malang yang terdiri atas sistem
(60% - instalasi sebagian kecil
proteksi kebakaran aktif, akses dan 80%) yang tidak sesuai
persyaratan
pasokan air untuk pemadam kebakaran,
Kurang Tidak sesuai sama
sistem proteksi kebakaran pasif, sarana (<60%) sekali
penyelamatan jiwa, dan manajemen Sumber: Puslitbang Pemukiman Tahun 2005

tanggap darurat.
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

Data yang telah terkumpul selanjutnya terpasangnya alarm kebakaran di gedung


diolah secara deskriptif yaitu kantor PT. PJB UP Brantas Malang.
mendeskripsikan objek yang diteliti Detektor yang ada di gedung kantor
dengan membandingkan kesesuaian PT. PJB UP Brantas berjumlah 24 buah.
berdasarkan PERMEN PU No. Seluruh detektor ini hanya dilakukan
26/PRT/M/2008, KEPMEN No. pemeriksaan 1 kali sejak pertama kali
10/KPTS/2000, PERMENAKER No. dipasang, yaitu pada saat pemasangan
04/MEN/1980, SNI, dan NFPA kemudian awal selanjutnya tidak pernah dilakukan
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi pemeriksaan lagi.
sehingga memudahkan pembacaan hasil Sprinkler disesuaikan dengan standar
penelitian yang dilakukan. SNI 03-3989-2000 dan NFPA 13. Sama
halnya dengan detektor, sprinkler di
HASIL
gedung kantor PT. PJB UP Brantas
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Malang hanya dilakukan 1 kali
Sistem proteksi kebakaran aktif di
pemeriksaan sejak pertama kali dipasang.
gedung kantor PT. PJB UP Brantas
Persediaan sprinkler hanya berjumlah
Malang terdiri dari alarm, detektor,
3 buah dan keseluruhan sprinkler tidak
sprinkler, APAR dan hidran. Semua
terhubung secara otomatis dengan alarm
elemen tersebut diidentifikasi dengan
kebakaran, karena gedung kantor PT. PJB
observasi.
UP Brantas Malang tidak terpasang alarm
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Sistem
kebakaran.
Proteksi Kebakaran Aktif di
Gedung Kantor PT. PJB UP Alat pemadam api ringan tingkat
Brantas Malang Tahun 2016
kesesuaiannya dibandingkan dengan
No. Komponen Presentase
PERMENAKER No. 04/MEN/1980 dan
1. Alarm 0%
2. Detektor 80% PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008.
3. Sprinkler 70%
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan
4. APAR 72%
5. Hidran 73% bahwa alat pemadam api ringan di gedung
Tingkat
59% akntor PT. PJB UP Brantas Malang
Kesesuaian
sebanyak 22 buah dan dibagi menjadi 2
Alarm kebakaran tingkat jenis yaitu gas dan dry chemical powder.
kesesuaiannya dibandingkan dengan Namun, yang terpasang hanya 19 buah.
standar SNI 003-3985-2000. Berdasarkan Penempatan alat tersebut sudah sesuai
hasil observasi menunjukkan tingkat dengan klasifikasi kebakaran yang ada,
kesesuaian alarm 0%, artinya tidak namun tanda pemasangan belum terpasang
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

baik dan benar. APAR diperiksa minimal 2 PJB UP Brantas Malang tingkat
kali dalam setahun dan arsip dari semua kesesuaiannya dibandingkan dengan
APAR yang diperiksa telah disimpan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008.
dengan baik. Pasokan air terletak dekat dengan
Hidran tingkat kesesuaiannya musholla.
dibandingkan dengan standar SNI 03- Sumber air berupa hidran halaman dan
1745-2000. Hidran hasil observasi terdiri reservoir air sudah tersedia, namun tidak
dari hidran halaman dan hidran gedung. dilengkapi dengan sarana komunikasi
Hidran halaman terletak di area outdoor umum untuk memudakan penyampaian
berjumlah buah, sedangkan hidran gedung informasi kebakaran. Sarana yang dipakai
tidak terpasang. Pengujian fungsi hidran hanya menggunakan Handphone.
dilakukan setiap 1 tahun sekali secara Tersedianya jalur akses masuk untuk
rutin. mobil pemadam kebakaran tidak didukung
Sebagian besar kotak hidran mudah dengan tanda jalur masuk warna kontras
dibuka, dilihat, dan dijangkau. Kotak yang dapat dilihat pada malam hari.
hidran di cat merah dengan tulisan hidran Berdasarkan hasil observasi
yang di cat warna putih. Namun, di dalam didapatkan tingkat kesesuaian akses dan
kotak tidak terdapat petunjuk penggunaan pasokan air untuk pemadam kebakaran
hidran yang baik dan benar serta sebesar 30% dengan kategori kurang,
kelengkapan hidran pada semua lokasi artinya elemen terpasang tetapi ada
tidak sesuai sehingga tidak bisa digunakan sebagian besar yang tidak sesuai dengan
cepat sewaktu-waktu.Hidran halaman PT. standar yang berlaku.
PJB UP Brantas Malang bertekanan rata- Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
rata 8 bar pada semua lokasi. Sistem proteksi kebakaran pasif
Hasil elemen-elemen sistem proteksi tingkat kesesuaianya dibandingkan dengan
kebakaran aktif menunjukkan bahwa PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008.
tingkat kesesuaiannya sebesar 59% dengan Berdasakan hasil observasi sistem proteksi
kategori kurang, artinya elemen terpasang kebakaran pasif di gedung kantor PT. PJB
tetapi ada sebagian besar yang tidak sesuai UP Brantas Malang termasuk kategori
dengan standar yang berlaku. kurang sebesar 20%, artinya elemen
terpasang tetapi ada sebagian besar yang
Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam
Kebakaran tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
Akses dan pasokan air untuk
Elemen yang tidak sesuai dengan
pemadam kebakaran di gedung kantor PT.
standar antara lain tidak terdapat pintu
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

tahan api dan tidak dilakukan SDM 1,66 meter, serta pintu Enjineer 0,82
pemeliharaan berkala terhadap konstruksi meter. Hal ini menunjukkan rata-rata lebar
tahan api. minimal jalan keluar kurang dari 2 meter.
Hasil observasi menyatakan tingkat
Sarana Penyelamatan Jiwa
Sarana penyelamatan jiwa di gedung kesesuaian sebesar 80% dengan kategori

kantor PT. PJB UP Brantas Malang terdiri cukup, artinya elemen terpasang tetapi ada

dari sarana jalan keluar, tangga darurat, sebagian kecil yang tidak sesuai dengan

tanda petunjuk keluar, pintu darurat, standar yang berlaku Gedung kantor PT.

penerangan darurat, dan tempat PJB UP Brantas Malang tidak memiliki

berkumpul. tangga darurat.

Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Sarana Tanda petunjuk keluar di gedung


Penyelamatan Jiwa di Gedung kantor PT.PJB UP Brantas Malang
Kantor PT. PJB UP Brantas
Malang Tahun 2016 sebagian besar sudah sesuai dengan

No. Komponen Presentase standar NFPA 101 dan SNI 03-1746-2000.


1. Sarana Jalan Sama halnya , dengan sarana jalan keluar,
80%
Keluar
2. Tangga tingkat kesesuaiannya sebesar 80% artinya
0%
Darurat elemen terpasang tetapi ada sebagian kecil
3. Tanda
Petunjuk 80% yang tidak sesuai dengan standar yang
Keluar berlaku. Elemen yang tidak terpasang di
4. Pintu Darurat 0%
5. Penerangan gedung kantor PT. PJB UP Brantas adalah
0%
Darurat tidak dituliskan petunjuk “EXIT”.
6. Tempat
100% Berdasarkan hasil observasi pintu
Berkumpul
Tingkat darurat dan penerangan darurat di gedung
43%
Kesesuaian
kantor PT. PJB UP Brantas tidak tersedia,
Sarana jalan keluar tingkat sehingga menyebabkan tingkat kesesuaian
kesesuaiannya dibandingkan dengan sebesar 0%, elemen terpasang tetapi ada
standar NFPA 101 dan SNI 03-1746-2000. sebagian kecil yang tidak sesuai dengan
Gedung kantor PT. PJB UP Brantas standar yang berlaku. Gedung kantor PT.
Malang memiliki 5 sarana jalan keluar PJB UP Brantas Malang tidak memiliki
yang letaknya tidak terhalangi oleh benda pintu darurat dan penerangan darurat.
apapun dan semuanya langsung terhubung Titik berkumpul dalam tingkat
dengan halaman. Namun, pintu samping kesesuaiannya dibandingkan dengan
lebarnya 1,4 meter, pintu utama 0,85 standar NFPA 101 tentang life safety code.
meter, pintu depan 1,5 meter, pintu dekat Hasil observasi di lapangan didapatkan
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

bahwa di gedung kantor PT. PJB UP manajemen tanggap darurat dalam


Brantas Malang terdapat 2 tempat lokasi pencegahan dan penanggulangan
titik berkumpul. kebakaran. Tim tersebut memiliki tugas
Kondisi lokasi titik berkumpul di dan kewajiban yaitu menentukan dan
ruang terbuka dan aman untuk menanggulangi keadaan darurat
memudahkan saat evakuasi berlangsung. perusahaan seperti kebakaran,
Lokasi titik berkumpul memiliki luas melaksanakan latihan tanggap darurat
minimal 0,3m2/orang dengan pembagian yang melibatkan seluruh karyawan secara
area meliputi parkiran karyawan 397,5 berkala dan melaksanakan pertemuan
2 2
meter dan parkiran tamu 400 meter . rutin/non rutin kinerja tim tanggap darurat
Hasil elemen sarana penyelamatan di kantor PT. PJB UP Brantas Malang.
jiwa tingkat kesesuaiannya sebesar 43% Tim ini diketuai langsung oleh
dengan kategori kurang, artinya elemen General Manager, dibantu oleh sekretaris,
terpasang tetapi ada sebagian besar yang koordinator dan 8 ketua regu yang
tidak sesuai dengan standar yang berlaku. membawahi masing-masing bidang seperti
regu pemadam kebakaran, tim evakuasi,
Manajemen Tanggap Darurat
regu P3K, pengamanan dokumen, bidang
Manajemen tanggap darurat di PT.
transportasi, regu komunikasi internal,
PJB UP Brantas Malang terdiri dari
regu komunikasi eksternal dan regu
organisasi tanggap darurat, prosedur
keamanan.
tanggap darurat, dan pelatihan. Semua
Hasil wawancara menyebutkan bahwa
elemen diidentifikasi dengan wawancara.
seluruh karyawan PT. PJB UP Brantas
Manajemen tanggap darurat dalam
Malang tidak diberikan pelatihan tanggap
tingkat kesesuaiannya dibandingkan
darurat sejak 2 tahun terakhir.
dengan SNI 03-1746-2000, NFPA 101,
dan KEPMEN PU No. 10/KPTS/2000. PEMBAHASAN

Berdasarkan data sekunder dan hasil Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

wawancara didapatkan tingkat kesesuaian Menurut KEPMEN PU No.

manajemen tanggap darurat sebesar 80% 10/KPTS/2000, sistem proteksi kebakaran

dengan kategori cukup, artinya elemen aktif adalah sistem perlindungan terhadap

terpasang tetapi ada sebagian kecil yang kebakaran yang dilaksanakan dengan

tidak sesuai dengan standar yang berlaku. menggunakan perlaatan yang dapat

PT. PJB UP Brantas Malang bekerja secara otomatis ataupun manual.

membentuk tim organisasi atau Peralatan digunakan oleh penghuni atau


petugas pemadam kebakaran dalam
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

upayanya melaksanakan operasi pemadam keadaan darurat, sistem pemberitahuan


kebakaran. Sistem proteksi ini meliputi kepada seluruh karyawan masih
alarm, detektor, sprinkler, APAR, dan menggunakan Handphone, kentongan
hidran. ataupun HT. Penggunaan alat-alat tersebut
Dalam analisis sistem proteksi sangat berisiko untuk terlambat melakukan
kebakaran aktif tersebut rata-rata dari respon tanggap darurat dikarenakan
tingkat kesesuaian dari alarm, detektor, terkendala berbagai macam hal seperti
sprinkler, APAR, dan hidran diperoleh sinyal Handphone yang lemah, suara
nilai yaitu 59%. Hal ini masih pada kentongan kurang terdengar, dan
kategori KURANG, karena sebagian besar terbatasnya area jangkauan apabila
elemen sistem proteksi kebakaran ada menggunakan HT.
yang tidak terpasang/tidak berfungsi Menurut SNI 03-3989-2000, Detektor
kapasitasnya jauh di bawah nilai yang adalah alat yang dirancang untuk
ditetapkan. mendeteksi adanya kebakaran dan guna
Menurut SNI 03-3985-2000, alarm mengawali suatu tindakan. Detektor
kebakaran adalah suatu komponen dan terbagi menjadi 3 macam antara lain
sistem yang berfungsi untuk memberikan detektor asap, detektor panas dan detektor
isyarat/tanda setelah kebakaran terdeteksi. api.
Berdasarkan hasil observasi terkait alarm Hasil observasi terkait detektor
kebakaran sesuai dengan peraturan SNI dibandingkan dengan standar SNI 03-
03-3985-2000 didapatkan bahwa nilai 3985-2000 didapatkan bahwa nilai
kesesuaian alarm kebakaran adalah 0%. kesesuaian detektor adalah 80%. Hasil ini
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak adanya memenuhi kategori yaitu CUKUP yang
sistem alarm kebakaran di gedung kantor berarti sudah ada detektor yang terpasang
PT. PJB UP Brantas. Tidak tersedianya di gedung kantor PT. PJB UP Brantas akan
alarm kebakaran ini dapat merugikan tetapi masih ada sebagian kecil hal yang
perusahaan dalam jangka panjang karena belum sesuai dengan standar yang berlaku.
cara kerja alarm adalah secara otomatis Ketidaksesuaian ini terletak pada tidak
memberitahukan keadaan bahaya yang pernah dilakukannya inspeksi, pengujian
sebelumnya dideteksi oleh detektor dan pemeliharaan secara berkala serta
kebakaran. tidak ada penyimpanan hasil inspeksi atau
Berdasarkan keterangan Supervisor dokumen inspeksi terkait.
LK3 PT. PJB UP Brantas Malang sesuai Berdasarkan hasil wawancara dengan
dengan hasil wawancara, apabila terjadi Supervisor LK3 PT. PJB UP Brantas, di
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

gedung kantor terdapat detektor yang terhubung otomatis dengan alarm


jumlahnya sebanyak 24 buah, namun letak kebakaran yang disebabkan oleh tidak
detektor ini tidak tersebar di setiap sudut tersedianya alarm kebakaran dan juga
gedung. Hal ini berakibat fatal saat terjadi tidak adanya prosedur pemeriksaan dan uji
keadaan darurat seperti kebakaran karena coba karena hanya sekali dilakukan
kebakaran adalah suatu hal yang dapat prosedur pemeriksaan yaitu saat pertama
terjadi sewaktu-waktu dan dimana saja. kali sprinkler dipasang. Ketidaksesuaian
Salah satu lokasi yang berisiko tinggi ini lebih karena kurangnya anggaran dana
terjadinya kebakaran seperti kantin, untuk sarana prasarana terkait K3 yang
seharusnya dipasang detektor agar disebabkan oleh kurangnya komitmen
kebakaran lebih cepat dideteksi dan perusahaan khususnya dari aspek
persebarannya dapat diminimalisir. pemeliharaan.
Sprinkler menurut PERMEN PU RI Alat pemadam api ringan menurut
No. 26/PRT/M/2008 adalah alat pemancar PERMENAKER No. 04/MEN/1980
air yang difungsikan untuk memadamkan adalah alat yang ringan serta mudah
kebakaran berbentuk tudung dengan dilayani oleh satu orang untuk
ujungnya memiliki mulut pancar yang memadamkan api pada mula terjadinya
dapa memancar yang dapat memancar ke kebakaran ketika api belum membesar.
semua arah. Sesuai hasil observasi terkait APAR
Hasil observasi terkait sprinkler dibandingkan dengan standar
dibandingkan dengan standar PERMEN PERMENAKER No. 04/MEN/1980 dan
PU RI No. 26/PRT/M/2008 didapatkan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008
bahwa nilai kesesuaian sprinkler adalah didapatkan bahwa nilai kesesuaian
70%. Hasil ini memenuhi kategori yaitu sprinkler adalah 72%. Hasil ini memenuhi
CUKUP. Berdasarkan hasil wawancara kategori yaitu CUKUP. Berdasarkan hasil
dengan karyawan LK3 PT. PJB UP wawancara dengan karyawan LK3 PT.
Brantas, di gedung kantor terdapat PJB UP Brantas Malang terdapat sejumlah
sprinkler yang jumlahnya sebanyak 23 23 APAR yang tersebar di semua lokasi
buah, Seluruh sprinkler ini terletak di dan sudah disesuaikan dengan potensi
parkiran mobil karyawan dan berdekatan bahaya kebakaran yang ada.
dengan detektor kebakaran. Elemen dari APAR yang masih
Elemen yang tidak sesuai antara lain kurang disebabkan tidakberfungsi secara
jumlah persediaan kepala sprinkler maksimal, diantaranya tidak ditemukan
cadangan hanya berjumlah 3 buah, tidak tanda pemasangan APAR yang baik dan
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

benar sehingga sulit dalam mencari lokasi ketika terjadi kebakaran akan tetapi masih
APAR ketika terjadi kebakaran, APAR ada sebagian kecil hal yang belum sesuai
tidak pada ketinggian yang kurang dari dengan standar yang berlaku.
120 cm apabila diukur dari dasar lantai Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam
yang dapat memungkinkan untuk diambil. Kebakaran
Menurut PERMEN PU No.
Pemeriksaan rutin terhadap APAR
26/PRT/M/2008 ketersediaan sumber air
dilakukan minimal 2 kali dalam setahun
berupa hidran halaman, sumur kebakaran
dan arsip pemeriksaan sudah disimpan
atau reservoir harus direncakanan
dengan baik.
sedemikian rupa agar dapat memudahkan
Menurut KEPMEN No.
instansi pemadam kebakaran untuk
10/KPTS/2000, hidran adalah alat yang
menggunakannya ketika terjadi kebakaran.
dilengkapi dengan selang dan mulut
Berdasarkan hasil obsrvasi dan
pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
wawancara terkait akses dan pasokan air
bertekanan yang digunakan bagi keperluan
untuk pemadam kebakaran dibandingkan
pemadaman kebakaran.
dengan standar PERMEN PU No.
Sesuai hasil observasi terkait hidran
26/PRT/M/2008 didapatkan tingkat
dibandingkan dengan standar SNI 03-
kesesuaian sebesar 30%. Hal ini
1745-2000 didapatkan bahwa nilai
dikategorikan KURANG karena masih
kesesuaian sprinkler adalah 73%. Hasil ini
banyak elemen yang tidak berfungsi
memenuhi kategori yaitu CUKUP. Gedung
kapasitasnya jauh dari nilai yang
kantor PT. PJB UP Brantas dilengkapi
ditetapkan.
dengan 3 buah Hidran halaman yang dapat
digunakan ketika terjadi keadaan darurat Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
namun tidak dilengkapi dengan hidran Sistem proteksi pasif didefinisikan sebagai
gedung. sistem perlindungan terhadap kebakaran
Berdasarkan keterangan Supervisor yang dilaksanakan dengan melakukan
LK3 PT. PJB UP Brantas, gedung kantor pengaturan tehadap komponen bangunan
masih belum dilengkapi dengan hidran gedung dari aspek arsitektur dan struktur,
gedung dikarenakan sudah tercukupinya sehingga dapat melindungi penghuni dan
area cakupan hidran halaman dalam benda dari kerusakan fisik saat terjadi
menanggulangi kebakaran yang dapat kebakaran. (KEPMEN PU No.
terjadi. Hasil ini menunjukkan bahwa 10/KPTS/2000)
hidran yang terpasang di gedung kantor
PT. PJB UP Brantas cukup memadai
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

Berdasarkan hasil observasi dan untuk menyelamatkan diri dengan aman


wawancara terkait sistem proteksi tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
kebakaran pasif dibandingkan dengan oleh keadaan darurat. Sarana penyelamat
standar PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008 jiwa meliputi sarana jalan keluar, tangga
didapatkan tingkat kesesuaian sebesar darurat, tanda petunjuk arah, pintu darurat,
20%. Hal ini dikategorikan KURANG penerangan darurat, dan titik berkumpul.
karena masih banyak elemen yang tidak Sarana jalan keluar menurut SNI-03-
berfungsi kapasitasnya jauh dari nilai yang 1735-2000, merupakan jalan yang tidak
ditetapkan. terputus atau terhalang menuju jalan
Ketidaksesuaian elemen-elemennya umum. Sedangkanjalan keluar adalah jalan
diantaranya tidak terdapat pintu tahan api yang terlindung dari ancaman bahaya
di gedung kantor yang dapat digunakan kebakaran dengan dinding, lantai, langi-
sebagai sarana jalan keluar ketika terjadi langitdan pintu jalan keluar yang tahan api.
kebakaran, kemudian tidak dilakukannya Sesuai hasil observasi dan wawancara
pemeliharaan secara berkala terhadap terkait sarana jalan keluar dibandingkan
konstruksi tahan api, lalu terakhir adalah dengan standar SNI 03-1746-2000
tidak dilengkapinya gedung kantor dengan didapatkan tingkat kesesuaian sebesar
jendela tahan api jendela yang ada masih 80%. Hasil ini memenuhi kategori
terbuat dari kayu yang notabene tidak CUKUP. Gedung kantor PT. PJB UP
tahan api. Sistem proteksi kebakaran pasif Brantas dilengkapi dengan 5 sarana jalan
ini sebetulnya berperan penting ketika keluar yang dapat digunakan sebagai jalan
terjadi kebakaran, namun hasil eksisting untuk menyelamatkan diri ketika terjadi
menunjukkan bahwa sistem proteksi pasif keadaan darurat. Berdasarkan keterangan
ini masih belum diterapkan secara Supervisor LK3 PT. PJB UP Brantas,
maksimal dan justru dapat mempercepat gedung kantor sudah dilengkapi dengan
perambatan api yang ada pada gedung sarana jalan keluar yang memadai untuk
kantor seluruh karyawan kantor, akan tetapi hasil
observasi menunjukkan bahwa masih ada
Sarana Penyelamatan Jiwa
sebagian kecil hal yang belum sesuai
Menurut PERMEN PU No.
dengan standar yang berlaku.
26/PRT/M/2008 setiap bangunan harus
Tangga darurat merupakan tempat
dilengkapi dengan sarana evakuasi yang
yang paling aman untuk evakuasi
dapat digunakan oleh penghuni bangunan,
penghuni dan harus bebas dari gas panas
sehingga memiliki waktu yang cukup
dan gas beracun. Oleh sebab itu, tangga
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

darurat harus didesain khusus untuk darurat atau baterai. Petunjuk jalan keluar
penyelamatan bila terjadi kebakaran. biasanya berwarna dasar hijau dengan
Berdasarkan hasil observasi terkait tulisan putih.
tangga darurat dibandingkan dengan Hasil observasi dan wawancara terkait
standar SNI 03-1746-2000 dan NFPA 101 tanda petunjuk keluar yang dibandingkan
didapatkan tingkat kesesuaian sebesar 0%. dengan standar SNI 03-1746-2000 dan
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak NFPA 101 didapatkan tingkat kesesuaian
terdapat tangga darurat di gedung kantor sebesar 80%. Hasil ini memenuhi kategori
PT. PJB UP Brantas. Tidak tersedianya CUKUP yang berarti gedung kantor PT.
tangga darurat ini dapat merugikan PJB UP Brantas dilengkapi dengan tanda
perusahaan mengingat bahwa gedung petunjuk keluar yang sudah memadai,
kantor bertingkat satu. akan tetapi hasil observasi menunjukkan
Berdasarkan keterangan Supervisor bahwa masih ada sebagian kecil hal yang
L3 PT. PJB UP Brantas Malang sesuai belum sesuai dengan standar yang berlaku.
dengan hasil wawancara, bangunan Elemen yang belum sesuai adalah
gedung yang hanya memiliki tingkat petunjuk keluar yang masih belum
berjumlah satu tidak perlu memasang dilengkapi dengan sumber daya istrik atau
tangga darurat dan cukup hanya penerangan darurat. Penerangan darurat ini
menggunakan tangga umum. Hal ini sendiri berfungsi ketika sumber daya
bertentangan dengan peraturan SNI 03- listrik yang utama mati akibat kebakaran,
1746-2000 tentang Tata cara perencanaan maka satu-satunya penerangan yang dapat
dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk digunakan saat evakuasi adalah tanda
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran petunjuk keluar.
pada bangunan gedung menyatakan bahwa Menurut NFPA 101, pintu darurat
bangunan apapun yang memiliki lantai atau pintu kebakaran merupakan pintu
lebih dari satu wajib memasang tangga yang langsung menuju tangga kebakaran
darurat yang dikhususkan saat terjadi dan hanya digunakan sebagai jalan keluar
keadaan darurat. untuk usaha penyelamatan jiwa manusia
Tanda petunjuk keluar menurut SNI apabila terjadi kebakaran. Pintu darurat
03-1735-2000 harus memiliki tulisan tidak boleh terhalang dan tidak boleh
“KELUAR” atau “EXIT” dengan tinggi terkunci serta harus berhubungan langsung
minimum 10 cm dan lebar minimum dengan jalan penghubung, tangga atau
tulisan 1 cm, terlihat jelas dari jarak 20 m, halaman luar.
dan dilengkapi dengan sumber daya
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

Hasil observasi dan wawancara terkait terjadi pemutusan aliran listrik secara
yang dibandingkan dengan standar SNI otomatis akibat adanya keadaan darurat.
03-1746-2000 dan NFPA 101 didapatkan Berdasarkan wawancara, gedung
tingkat kesesuaian sebesar 0%, yang kantor masih belum dilengkapi dengan
berarti tidak terdapat pintu darurat di penerangan darurat dikarenakan pasokan
gedung kantor PT. PJB UP Brantas listrik yang kurang. Jika diamati kembali,
Malang. Hasil ini dikategorikan letak gedung kantor berdekatan dengan
KURANG karena tidak tersedianya pintu PLTA Sutami yang apabila terjadi
darurat ini dapat merugikan perusahaan pemutusan listrik maka prioritas
karena pada umumnya pintu umum yang penyaluran listrik utama adalah gedung
biasa digunakan saat aktivitas kantor kantor itu sendiri.
sehari-hari tidak terbuat dari bahan yang Tempat berkumpul menurut NFPA
tahan api. 101 merupakan tempat berhimpun setelah
Ketentuan teknis menurut SNI 03- proses evakuasi dan perhitungan jumlah
6574-2000, penerangan darurat adalah personal saat terjadi kebakaran. Tempat
setiap lampu darurat yang dapat bekerja berhimpun harus aman dari bahaya
secara otomatis dan mempunyai tingkat kebakaran dan lainnya.
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi Sesuai hasil observasi terkait tempat
yang aman (minimal 10 Lux diukur pada berkumpul yang dibandingkan dengan
lantai). Pencahayaan darurat pada sarana NFPA 101 didapatkan tingkat kesesuaian
jalan keluar harus ters menerus menyala sebesar 100%. Hasil ini memenuhi
selama penghuni membutuhkan sarana kategori yaitu BAIK yang berarti semua
jalan keluar. elemen berfungsi sempurna dan sesuai
Hasil observasi dan wawancara terkait dengan persyaratan yang berlaku. Capaian
penerangan darurat yang dibandingkan tersebut perlu dipertahankan agar tidak
dengan standar SNI 03-1746-2000 dan terjadi kendala saat melakukan evakuasi.
NFPA 101 didapatkan tingkat kesesuaian
Manajemen Tanggap Darurat
sebesar 0%, yang berarti tidak terdapat Berdasarkan hasil wawancara,
penerangan darurat di gedung kantorPT. manajemen tanggap darurat memperoleh
PJB UP Brantas Malang. Hasil ini nilai rata-rata tingkat kesesuaian dari
dikategorikan KURANG karena tidak organisasi tanggap darurat, prosedur
tersedianya penerangan darurat ini dapat tanggap darurat, dan pelatihan diperoleh
merugikan perusahaan karena penggunaan nilai sebesar 80%. Hal ini telah memenuhi
penerangan darurat sangat berguna ketika
JURNAL MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, Vol. 3 No. 1, April 2017 : 70-85

kategori yaitu CUKUP. Hasil analisis Malang termasuk dalam kategori


tersebut mengacu pada standar NFPA 101 KURANG, yaitu 20%.
tentang life safety code dan KEPMEN 4. Sarana penyelamatan jiwa di gedung
KEP. 186/MEN/1999 tentang unit kantor PT. PJB UP Brantas Malang
penanggulangan kebakaran. termasuk dalam kategori KURANG,
Elemen yang belum sesuai adalah yaitu 43%. Elemen yang belum sesuai
tidak dilakukannya pelatihan tanggap adalah tangga darurat, pintu darurat,
darurat secara rutin. Terakhir kali dan penerangan darurat.
dilakukan pelatihan adalah 2 tahun yang 5. Manajemen tanggap darurat di gedung
lalu. Tujuan dilakukannya pelatihan kantor PT. PJB UP Brantas Malang
tanggap darurat secara rutin setiap termasuk dalam kategori CUKUP,
tahunnya agar kepekaan seluruh karyawan yaitu 80%. Komponen yangbelum
yang ada di lingkungan kantor tinggi sesuai adalah pelatihan.
dalam menghadapi kebakaran. Apabila
DAFTAR PUSTAKA
tidak rutin dilakukan pelatihan tanggap
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000.
darurat terhadap aryawan, maka risiko
SNI 03-1735-2000 tentang Tata
timbulnya kerugian akan meningkat. Cara Perencanaan Akses
Bangunan dan Akses Lingkungan
untuk Pencegahan Kebakaran
SIMPULAN
pada Bangunan Gedung. Jakarta:
Berdasarkan hasil peneltian dan Badan Standar Nasional Indonesia.
pembahasan yang telah dipaparkan, maka
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000.
dapat disimpulkan sebagai berikut: SNI 03-1736-2000 tentang Tata
Cara Perencanaan Sistem Proteksi
1. Sistem proteksi kebakaran aktif di
Pasif untuk Pencegahan Bahaya
gedung kantor PT. PJB UP Brantas Kebakaran pada Bangunan Rumah
dan Gedung. Jakarta: Badan
Malang termasuk dalam kategori
Standar Nasional Indonesia.
KURANG, yaitu 59%. Elemen yang
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000.
belum sesuai adalah alarm kebakaran.
SNI 03-1746-2000 tentang Tata
2. Akses dan pasokan air untuk pemadam Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sarana Jalan Keluar
kebakaran di gedung kantor PT. PJB
untuk Penyelamatan terhadap
UP Brantas Malang termasuk dalam Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung. Jakarta: Badan
kategori KURANG, yaitu 30%.
Standar Nasional Indonesia.
3. Sistem proteksi kebakaran pasif di
gedung kantor PT. PJB UP Brantas
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …..(Rigen Adi Kowara)

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. National Fire Protection Association,


SNI 03-3989-2000 tentang Tata 2003. NFPA 101 Life Safety Codes.
Cara Perencanaan dan USA: NFPA.
Pemasangan Sistem Sprinkler
Otomatik untuk Pencegahan National Fire Protection Association,
Bahaya Kebakaran pada 2013. Fire loss in the United
Bangunan Gedung. Jakarta: Badan States. [Online] Tersedia di:
Standar Nasional Indonesia. http://www.nfpa.org/research/repo
rts-and-statistics/fires-in-the-
Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI us/overall-fire-problem/fire-loss-
03-6574-2001 tentang Tata Cara in-the-united-states[Diakses 27
Perencanaan Pencahayaan Februari 2016].
Darurat, Tanda Arah dan Sistem
Peringatan Bahaya pada Permen PU. Peraturan Menteri Pekerjaan
Bangunan Gedung, Jakarta: Badan Umum Nomor 26 / PRT / M / 2008
Penerbit PU. tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada
Departemen pekerjaan umum RI. 2000. Bangunan Gedung Dan
Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 Lingkungan. Jakarta: Badan
tentang Ketentuan Teknis Penerbit PU.
Pengamanan Terhadap Bahaya
Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Puslitbang, 2005. Pemeriksaan
Departemen pekerjaan umum RI. Keselamatan Bangunan Gedung.
Jakarta: Departemen Pekerjaan
Depnaker RI, 1980. Peraturan Menteri Umum.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per 04/MEN/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR. [Online]
Tersedia di:
www.proxsis.com/perundangan/K3
/Per%2004_MEN_1980
[Diakses2 April 2016].

Depnaker RI, 1999. Peraturan Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Kep 186/MEN/1999 tentang
Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja. [Online]
Tersedia di:
http://www.proxsis.com/perundang
an/K3/Kep%20186_MEN_1999
[Diakses 2 April 2016].

National Fire Proctetion Association,


2012. NFPA 13 Installation of
Sprinkler Systems. USA: NFPA.

Anda mungkin juga menyukai