Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.

Penyusun bersyukur karena dengan kodrat dan iradat Allah SWT. Penyusun dapat
menyelesaikan tugas dengan baik. Namun dengan kerendahan hati, keterbukaan tangan dan
keleluasaan waktu “tak ada gading yang tak retak” oleh karena itu penyusun berterima kasih
akan saran dan kritik sahabat pembaca budiman. Semoga memberikan manfaat bagi kita
semua

Akhirnya semoga makalah ini dapat menjadi ladang amal saleh yang diterima oleh
Allah SWT, ilmu yang bermanfaat dan menjadi bagian dalam mewujudkan agen of change
kearah yang diridhai Allah SWT. Amin.

Banggai, 25 April 2018

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul
akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis,
yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan sering
merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi biasanya bakteri
Helycobacter pylori masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik atau ruangan
penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini
bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia
remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua
kita semua,sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk
mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian penyakit gastritis?
3. Bagaimanakah klasifikasi penyakit gastritis ?
4. Bagaimanakah pathogenesis penyakit gastritis ?
5. Apa sajakah faktor resiko penyakit gastritis ?
6. Bagaimanakah gejala klinis penyakit gastritis ?
7. Bagaimanakah diagnosis penyakit gastritis ?
8. Bagaimanakah pencegahan penyakit gastritis ?
9. Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit gastritis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal dari
bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau
peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosive. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping
pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak
diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat
menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas. Penderita gastritis akut
erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk
menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak
sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.
Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis kronik sering
dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung, tetapi hubungan sebab akibat
antara keduanya belum pernah dapat dibuktikan.
B. KLASIFIKASI
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis kronik
bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling berhubungan.
1.Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif.Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muskularis.
2.Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101).Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung
jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal :
188).
Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B:
1. Dikatakan gastritis kronik tipe A (korpus) jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini.
2. Gastritis kronik tipe B (antrum) lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
C. PATOGENESIS
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :
1. Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu.
3. Jumlah asam lambung.
Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik akan
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah
infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu.Mukosal barrier pada
penderita stres fisis biasanya tidak terganggu. Hal inilah yang membedakannya dengan
gastritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan
kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang
terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosal barrier oleh cairan usus.
Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik sering
dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia, penyakit Addison dan
Gondok, anemia kekurangan besi idiopatik. Gastritis kronik antrum-pilorus hampir selalu
terdapat bersamaan dengan ulkus lambung kronik. Beberapa peneliti menghubungkan
gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal ini didasarkan pada kenyataan kira-kira
60% serum penderita gastritis kronik fundus mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya.
Gastritis kronik antrum-pilorus biasanya dihubungkan dengan refluks usus-lambung.
D. FAKTOR RISIKO
1. Pola Makan Menurut
a. Frekuensi Makan
b. Jenis Makanan.
c. Porsi Makan
2. Kopi
3. Teh
4. Rokok.
5. Obat-Obatan.
6. Stress
7. Alkohol
8. Infeksi Helicobacter pylori
9. Usia.
E. GEJALA KLINIS
1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buru ketika makan
2. Mual
3. Muntah
4. Kehilangan selera makan
5. Kembung
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada
perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya
mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau
kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang
menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka pada lambung.
Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces
dan memerlukan perawatan segera.
Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil saja
yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri seperti
ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai
kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium yang ringan saja.
Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai
anemia makrositik. Uji coba ciling tidak normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang
terganggu. Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis
kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian
penderita gastritis kronik fundus.
F. DIAGNOSIS
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan gejalanya
menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila seseorang didiagnosa terkena
gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas
penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai
30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
5. Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen
G. PENCEGAHAN GASTRITIS
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua Faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan pencegahan seperti
dibawah ini:
 Makan yang teratur
 Hindari alkohol
 Makan dalam porsi kecil dan sering
 Menghindari stress
 Mengunyah 32 kali
 Menghindari rokok

H. PENGOBATAN/PENANGGULANGAN
1. Cara Perawatan Gastritis
a. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan tidak
merangsang asam lambung
b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti makanan
pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung
c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh kopi,
alkohol
d. Makan secara teratur
e. Minum obat secara teratur
f. Hindari stress fisik dan psikologis
2. Pemberian Obat-obatan
Pengobatan yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung pada penyebabnya. Pada
banyak kasus Gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat sangat bermanfaat.
Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan yang mengiritasi lambung
juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat
lain dari Gastritis.
Kategori obat pada Gastritis adalah :
a. Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
b. Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang diproduksi
c. Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan menghambat
H.pylori.
I. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAIJIAN
2. Identitas
Identitas pasien
Nama : Tn A
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Status : Kawin
Identitas penanggung jawab
Nama : ny. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Hubungan dengan pasien : anak
3. Diagnosa Medis : Gastritis
4. Waktu Dan Tempat
Tgl masuk rumah sakit :
Tgl pengkajian :
Tempat Praktik :
5. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Saat masuk Rumah sakit : Klien datang Ke IGD RSUD Palabuhanratu jam 19.00 tanggal
19 september 2016 dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari yang lalu disertai mual
muntah
b. Saat pengkajian (PQRST) : Pada tanggal 21 september 2016 dilakukan pengkajian, klien
mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai mual muntah
c. Keluhan penyerta : Klien mengatakan tidak nafsu makan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah di rawat di Rumah sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 3
tahun yang lalu, dengan penyakit yang sama
2) Obat-obatan yang pernah digunakan : Obat-obatan yang sering digunakan ketika di
rumah biasanya obat dari warung.
3) Tindakan (operasi) : Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
4) Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi obat-obatan.
5) Kecelakaan : Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan 3 tahun yang lalu.
6) Imunisasi : Keluarga mengatakan klien di imunisasi pada saat masih kecil.

6. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Anak pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke puskesmas.
3) Factor factor resiko sehubungan dengan kesehatan
Anak pasien mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur pasien tidak
terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur dengan nyenyak, tidak gelisah,
dan tidak sering terjaga pada malam hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien terganggu.
Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam kemudian terbangun,
lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak nyenyak, dan sering terjaga
pada malam hari karena nyeri pada perutnya dan pasien merasa nyei pada luka di
bokongnya.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum pasien tidak
mengalami masalh. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk dan habis 1 porsi. Tidak
mula dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien menurun.
Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang pasien mengeluh mual dan
ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
d. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur, 1x/hari,
tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat BAK.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak teratur, kadang 3
hari baru BAB. BAK hanya sedikit.
Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari.
e. Pola Kognitif Perseptual
Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan baik
dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan berorientasi dengan
baik dengan orang-orang sekitar”.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat berkomunikasi
dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien jarang berbicara, berbicara
hanya seperlunya saja.
f. Pola Konsep Diri
Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh dengan kondisi
tubuhnya.
Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali dirinya sendiri.
Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan
bekerja sebagai pedagang.
Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup dengan baik,
sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu berharap ingin cepat sembuh.
Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh anak,
menantu, dan keluarga.
g. Toleransi Stres Koping
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien selalu bercerita
dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan masalah secara bersama sama.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah masih
selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu
mengatakan pada anaknya.
h. Pola reproduksi-seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien memiliki 2
anak perempuan.
i. Pola Hubungan peran
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak anaknya
maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien berperan sebagai ibu
rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan keluarganya
tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di rumah sakit sehingga
tidak bisa bekerja seperti biasanya.
j. Pola Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5 waktu.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah sholat karena
kondisi sakitnya.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu
nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan
ronkhi
b. Sistem kardiovaskular
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu
nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas jantung normal, suara redup, suara paru
reguler, tidak terdengar gallop.
c. Sistem pencernaan .
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 5x/ menit. Suara
lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak
terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa Bibir tampak kering. Lidah
tampak putik dan kotor.
d. Sistem perkemihan
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak
terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.
e. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
f. Sistem genetalia
Klien tidak terpasang DC
g. Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak
ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada
sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi,
berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, pindah, ambulasi normal.
h. Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tak
ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.
i. Sistem persarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak bola mata bebas ke
segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi waktu, tempat, orang normal.
Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.

8. Terapi Obat
a. Peroral : Sukralfat, Paracetamol
b. Parenteral : RL/12 jam
RUTE
JENIS TERAPI DOSIS INDIKASI TERAPI
TERAPI
Parenteral
Omeprazole inj 2 x 1 amp Pengobatan anti emetik
(IV)
Parenteral
Ondansentron inj 3 x 1 amp Pengobatan anti mual
(IV)
3 x 500
Paracetamol Oral Pengobatan anti piretik
mg
Sukralfat Oral 3 x 1 cth Pengobatan anti tukak duodenum
BAB III
KESIMPULAN

1. Gastritis atau yang lebih dikenal maag adalah penyakit tidak menular yang disebabkan
imflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung.
2. Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis kronik
bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling berhubungan.
3. Ada banyak factor risiko yang dapat menyebabkan maag antara lain, pola makan yang
tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung kopi, teh, rokok, alcohol,
stress, obat-obatan, dan usia
4. Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya. Biasanya
penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa tidak nyaman di
perut sebelah atas.
5. Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor risiko yang dapat
memicu timbulnya penyakit gastritis
6. Pengobatan dengan memberikan obat yang dapat menetralisir asam lambung seperti
antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi makanan, hindari makanan yang
dapat memicu naiknya asam lambung
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anonimous,
2010.
Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.
http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-Nikmat/
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory. 2010
Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/-
pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf
Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya. http://www.kompas.com/Sakit-
Lambung-Bagaimana/Terjadinya
Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.
http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640
Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004. Medical
Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorders.

Anda mungkin juga menyukai