Anda di halaman 1dari 197

World Teacher -Isekaishiki Kyouiku Agent-

Arc 3 – Servant (Petugas)

Genre : Action, Adventure, Comedy, Drama, Fantasy, Harem, Martial Arts,


Romance, School, Life, Shounen, Supernatural
Ditulis oleh : Kouichi Neko
Ilustrasi oleh : Nardack

Versi Indonesia dipersembahkan oleh:

Penerjemah : I-Fun Novel


Editor : I-Fun Novel
PDF Creator : Revenalt (MonSubs Project)

Dilarang Keras memperjualbelikan atau mengkomersialisasikan karya ini tanpa izin dan
sepegetahuan Pemilik Hak Cipta secara Legal.

Buku ini semata-mata dibuat untuk kepentingan pribadi atau peminat seri ini. Saya tidak
bertanggung jawab atas hak cipta buku ini.

Update Terbaru Kunjungi : I-Fun Novel


FanPage : I-Fun Novel
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Chapter 15 – Easy Training


Bagian 1

Aku terang-terangan mengembalikan pengakuan Emilia.

Secara khusus, melontarkan perkataan 'Aku masih anak-anak sekaligus gurumu


jadi aku tidak bisa menanggapi perasaanmu....', itu jawaban yang cukup buruk.

Dia depresi---atau lebih tepatnya, begitulah yang aku pikir selanjutnya akan terjadi.

"Perasaan ini adalah atas kemauanku sendiri, jadi jangan terlalu keberatan. Tolong
tepuk kepalaku lagi dari sekarang"

Balasnya dengan senyuman lebar lalu kembali ke dalam rumah. Mungkin dia
menyukaiku karena diriku merupakan penyelamat sekaligus orang yang bisa dia
buat bahan sandaran. Meskipun itu bagian kuat dari perasaannya, aku pikir ini
lebih seperti perasaan suka pada individu yang memperoleh suatu prestasi besar.

Singkatnya, perasaannya padaku tidaklah sempurna. Hm-Hm, ini masih aman.

Bersamaan dengan diriku yang sendirian dan menghela nafas kelegaan, Noel
muncul sambil agak tertekan. Seakan dia telah menyaksikan peristiwa yang
mengecewakan. Itu agak mengganggu jadi aku mencakar besi dirinya.

"Nya-Nyaaaa~~! K-Kerja bagus, Emi-chan~!"

Wow, kau masih bisa menyoraki Emilia saat menderita rasa sakit ya. Ketahananmu
berkembang cukup pesat. Dan lagi, sesuai perkiraan, orang dibalik tingkah gadis itu
adalah kau, kan? Aku akan mengurusmu secara menyeluruh hari ini.

Meninggalkan Noel yang jatuh kelelahan, sekarang tiba waktunya untuk sarapan.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Isi makanan pagi ini adalah Roti bakar Perancis yang dibuat oleh Dee. Erina dengan
anggun mengambil dan mengunyah makanan, Dee mengangguk puas, Emilia yang
menikmati sesuka hati, dan Reus bertingkah biasa. Sedangkan....Noel....oi, kau
tergeletak di tanah beberapa saat lalu. Bukankah kau pulih terlalu cepat?.

Melihat dua saudara kandung makan seperti itu, Dee berbicara dengan nada
senang.

"Bagaimana menurut kalian?"

"Sangat lezat. Ini pertama kalinya aku makan sesuatu selezat ini"

"Ini benar-benar lezat, kakak besar Dee. Sangat menakjubkan bahwa kau dapat
membuat sesuatu seperti ini"

"Ini adalah hidangan yang diajarkan padaku oleh Sirius-sama"

""Apa?!""

Pada titik ini, wajah kedua anak yang menatapku dibagi menjadi dua jenis. Di satu
sisi, wajah dengan mata berkilau dari ketakjuban, di sisi lain, wajah yang jelas-jelas
menyatakan ketidaksenangan. Tidak perlu untuk menjelaskan siapa itu.

"Sebagian besar hidangan yang Dee buat diajarkan kepadanya oleh Sirius-sama"

"Benar. Dia memperkenalkan rasa dunia baru~"

"Sungguh menakjubkan, Sirius-sama"

"H-Hmph. Hal ini tidak enak sama sekali!!"


Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Baru saja dia mengatakan itu lezat, Reus tampaknya ingin memukul mundur diriku
sepenuhnya. Tidak peduli seberapa rewel dia, itu masihlah kasar untuk orang yang
membuatkan makanan, kan? Saat aku berpikir untuk memarahinya singkat, Noel
mendahului selangkah di depanku.

"Hei! Mengatakan sesuatu seperti itu tidak sopan, Reus-kun"

"Uuuh...."

"Ini tidak diragukan lagi enak. Lebih enak lagi jika kau menuangkan madu di
atasnya. Makanlah"

"....Hidangannya lezat"

"Benarkan~? Kau tidak akan bisa makan kalau bukan karena Sirius-sama dan Dee,
jadi minta maaflah dengan benar"

"....Maafkan aku...."

"Hmm. Sebagai hadiah, aku akan membagikan bagianku denganmu"

....Siapa itu? Apa Erina menyamar dengan kulit Noel?

Saat aku sempat kaget dengan keterampilan yang membuat anak merajuk untuk
meminta maaf, Erina diam-diam berbisik di telingaku.

"Meskipun dia biasanya kenakak-kanakan, dia sangat baik ketika berurusan


dengan anak-anak. Terutama karena kedua bersaudara itu pergi melalui situasi
yang mirip dengan dirinya"

Dia sangat terampil dalam urusan anak? Kalau dipikir-pikir, sampai sekarang, tidak
ada orang yang lebih muda dari Noel kecuali diriku. Ini sesuatu seperti, karena aku
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

tidak bertindak seperti diriku lebih muda, keahliannya hanya muncul setelah kedua
anak itu datang ke sini.

Aku akan mengangkat evaluasi Noel walaupun hanya sedikit.

"Hmmm, kakak besar Noel. Kau tidak harus memaksakan diri jika itu akan
membuatmu menangis"

"Tidak! Aku kakak, jadi aku bisa menangani kalau hanya segini!"

"....Apa kau ingin aku memasak lagi?"

""Iyyaayy~!""

....Mungkin seharusnya tidak.

Setelah selesai menikmati sarapan, kedua saudara dan aku datang ke halaman.

Pelatihan akhirnya dimulai hari ini. Semua pihak mengganti pakaian dengan
sesuatu yang mudah untuk bergerak. Dan untuk pemula, kami bisa melakukan
pemanasan.

"Dengar, Ini berbeda dari pertempuran, tapi sebelum latihan, kalian harus
melakukan pemanasan"

"Kenapa begitu?"

"Karena jika tiba-tiba bergerak keras, kalian mungkin mengalami cedera. Untuk
memahami tubuh, kau harus rajin berolahraga atau kecepatan reaksimu akan
menjadi tumpul. Terlepas dari pertempuran, akan memalukan kalau kau terluka
dalam pelatihan, benar kan"?
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Mengerti. Hei, Reus, lakukan seperti Sirius-sama katakan"

"....Baiklah"

Mereka meniru gerakan dan pereganganku berulang kali, kami berhenti ketika
tubuh mulai memanas.

"Nah, mula-mula, aku ingin mendengar tentang kemampuan kalian berdua. Apa
kalian memiliki pengalaman bertarung atau sebagainya?"

"Aku memiliki sedikit. Meskipun itu dari berburu dengan ayahku"

"Aku tidak. Tapi, aku yakin dalam pergerakanku!"

"Begitu ya. Kemudian, aku ingin menilai daya tahan kalian, ayo kita berlari di
halaman untuk saat ini"

Aku mengalihkan perhatian ke halaman dan berlari mengitarinya.

Jika seseorang memutari bagian luar halaman ini pada kisaran jarak luas, dia akan
menempuh sekitar satu putaran mengelilingi lapangan bermain Sekolah Dasar*.
[Tidak, aku sungguh tidak tahu seberapa lebar itu -_- .]

"Itu mudah"

"Jadi berapa lama kami harus melakukannya?"

"Sampai kalian pingsan"

""....Hah?""
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Ada apa dengan wajah terkejut itu? Berlarilah sampai kalian pingsan. Kalian tidak
dapat melampaui batas kalau kalian tidak tahu batasan kalian sendiri. Jangan takut
disini, akan ada seseorang yang mengurus jika kalian runtuh"

Seseorang yang akan menjaga mereka adalah Noel, aku berada di sini untuk
bersiaga di ujung halaman, mempersiapkan minuman dan handuk.

Pengembangan pertama-tama adalah stamina. Stamina sangat penting untuk


mengambil tindakan dan tiak ada alasan untuk tidak meningkatkannya. Aku
menyadarkan diriku dari pemikiran itu dan memukulkan tangan bersama-sama di
depan keduanya yang terfokus tanpa tergoyahkan.

"Di perjalanan, kalian juga harus berlari kencang beberapa kali. Jangan lengah
karena aku akan mengikuti kalian"

"Potong omong kosongmu!! Bagaimana kau bisa tiba-tiba meminta kami untuk
melakukannya sampai pingsan?!"

"Reus, kita akan pergi"

"Kakak?!"

Adiknya tidak bisa menyembunyikan keheranan pada ketetapan hati kakaknya. Dia
menghadapi Emilia yang sedang dalam ekspresi serius.

"Aku memutuskan untuk mengikuti Sirius-sama. Aku akan berlari bahkan jika kau
tidak pergi, Reus"

"Ugh....baiklah, aku juga akan pergi. Namun, aku masih tidak setuju dengan 'orang
itu'!"

"Dia 'Sirius-sama', kan? Panggil dia dengan benar!"


Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Sialan, yang aku maksud 'Sirius-sama'!"

Mengalihkan kemarahannya menjadi tenaga, Reus mulai melesat di halaman.


Emilia berlari setelah dia sambil tersenyum masam pada kenakalannya.

Kecepatan mereka serampangan, tapi aku cukup menyukainya jadi aku


membiarkan mereka melakukan itu. Lagipula, keduanya akan pingsan dan harus
diurus dengan perlakuan yang sama.

"Hei hei, kau harus mengejar ketinggalan. Tempatkan lebih banyak kekuatan di
kakimu"

"Si-Sialaaaannn!!!"

"Reus, menaikkan suara takkan berguna ketika berlari"

"Atur irama pernapasan dengan kakimu. Bahkan kalau ini sulit sekarang, akan lebih
mudah dimasa depan kalau kau mengingatnya"

"Ya!"

"A-Aku bisa melakukan itu---!"

"Dan berlari kencang dari sini!!"

"Hah....Ya!"

"Hah....hah....K-Kau pasti bercanda"

"Kau melambat. Apa kau sudah mencapai batas?"


Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"....Hah....hah....aku masih.....bisa pergi!!...."

"Hah.....hah...."

"Berapa banyak sekarang, aku bertanya-tanya?"

"Ha....ha....hagh---"

"....Eh...."

Dan, dua mayat muncul di halaman.


Keduanya runtuh dengan napas lemah. Noel, yang berada disebelah mereka,
merawat sementara mengipasi Emilia dan Reus.

"He-eh, aku bisa memahaminya, aku juga melalui hal yang sama. Kalian bukan
orang-orang dengan masalah, Sirius-sama lah yang terlalu abnormal"

Sementara Noel berbicara sungguh-sungguh tentang diri tiga hari pengalaman


dalam pelatihan, aku terus berlari. Keduanya mungkin tidak mampu menjawab,
jadi aku berencana untuk berlari sampai nafas mereka menjadi tenang dan mampu
berkata.

Setelah sepuluh menit, Noel melambaikan tangannya dan memanggilku.

"Sirius-samaaa~, Emi-chan dan Reus-kun sudah pulih"

"Mengerti. Aku akan melakukan satu putaran lagi"

Setelah berputar dengan segala kekuatan di akhir, aku berdiri di depan Emilia,
yang dengan berat mengangkat tubuh bagian atas. Sedangkan Reus jatuh tanpa
bisa bergerak.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Bagaimana tentang hal itu? Apa kalian mengerti batas kalian? Ah, kalian tidak
perlu memaksa diri untuk berbicara"

Emilia bernafas berat dengan wajah yang sangat merah, dia tidak khawatir tentang
rambutnya yang tertempeli keringat dan terlihat linglung menuju kesini. Di sisi lain,
Reus masih roboh dengan wajah pucat dan tak bergerak satu inci-pun. Seseorang
akan bertanya-tanya apakah dia sudah mati. Yah, itu masih aman karena perutnya
jelas-jelas bergerak naik turun.

"Saat ini tepat waktu untuk istirahat. Kalian akan berlari lagi sampai tiba waktu
makan siang setelah benar-benar pulih"

Keduanya gemetar, menggigil dengan ucapan itu. Aku juga khawatir, namun aku
takut bahwa ini merupakan batas mereka.

"Hmmm, Sirius-sama. Bukankah ini sedikit terlalu jauh? Aku pikir itu adalah...."

"Benarkah? Mereka memiliki istirahat yang stabil jadi tidak apa-apa, orang tak
terduga akan kuat selama mereka memiliki kemauan"

"Itu tidak terdengar baik-baik saja sama sekali~!"

Jadi bisa dikatakan, dalam hidupku sebelumnya, aku tidak bisa melepas
kewaspadaanku bahkan selama istirahat. Itu karena guruku telah terbiasa
menargetkanku dengan peluru karet berlapis logam ketika diriku bersantai.

Oleh karena itu, sementara mengistirahatkan tubuh, kejadian ini hanya


mendorongku untuk mengingat kerja fisik paksa. Aku akan mempertajam indra
dan fisik mereka setidaknya minimum.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Intinya, untuk saat ini aku akan tetap menempatkan beban pada tubuh mereka
dan menekan sampai batas. Aku sekarang agak mengerti tingkat stamina keduanya
berkat lari.

Selanjutnya, mereka hanya harus mengulangi proses itu berulang-ulang dan


bersungguh-sungguh. Masalahnya adalah menyesuaikan kesulitan sehingga
kehendak mereka dapat bertahan dan tubuh tidak cedera. Mereka tidak akan
bertahan lama kalau aku bertindak terlalu keras. Lagipula, dasar pendidikan adalah
wortel dan tongkat.

Wortel, ya? Apa yang akan menjadi bagus untuk keduanya? Tentu saja, menikmati
makanan lezat.

"Aku harus membuat sesuatu untuk makan siang. Apa yang kalian inginkan?"

"Aku memilih sandwich potongan daging yang kita makan dihari lain!"

"....Aku juga!"

"A-Aku juga...."

Kalian....terutama kedua yang meninggal di sana. Kalian bahkan tidak bisa


menjawab beberapa saat lalu namun mampu menanggapi makanan? Untuk
berpikir hanya makan akan cukup. Apa ras binatang terobsesi dengan hal-hal
berbau kuliner?

Setelah itu, istirahat berakhir dan aku membuat kedua bersaudara berlari lagi. Kali
ini, tujuannya adalah untuk tetap berlari sampai siang bukannya sampai jatuh. Aku
menunjukkan mereka langkah bolak-balik, namun meskipun kecepatan berlari
berkurang, kaki mereka tidak berhenti. Ini adalah pelatihan yang ditanamkan
dalam tubuh dan meningkatkan kekuatan fisik saat bergerak.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Seseorang akan berpikir bahwa pelatihan tersebut keterlaluan sampai terasa tidak
menyenangkan, namun jujur saja, mereka awalnya meremehkan ini dan sekarang
harus terus bersabar. Terutama Reus, aku berpikir bahwa dia akan melayangkan
protes karena ia masih menentangku, tapi setelah melihat kakaknya melanjutkan
diam-diam, dia menjadi cukup taat. Dan, waktupun berlalu begitu saja, keduanya
lalu kehilangan keseimbangan.

Dan dengan demikian, mereka berhasil melewatinya. Aku menghargai kedua sosok
yang jatuh memuaskan.

"Terima kasih untuk makanannya!"

Seseorang biasanya akan kehilangan nafsu makan dari berlari, namun keduanya
mengambil dua kali tiga porsi potongan roti. Masing-masing berminyak tebal,
tetapi mereka serigala jadi ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan. Bagian
penting adalah bahwa mereka tampaknya memiliki perut sekuat baja dan cukup
sehat. Aku pikir anak-anak ini akan mampu makan dalam situasi apa pun.

Meninggalkan pembersihan setelah makan siang kepada orang lain, aku


memegang beberapa minuman dan menyerahkan kepada keduanya yang
tenggelam dalam rasa kekenyangan.

"Hmmm....apa hal-hal luar biasa berwarna-warni yang mengambang ini?"

Ada bintik-bintik benda hijau, putih dan kemerahan mengambang di suatu


minuman misterius. Ini bisa dimengerti bagi Emilia untuk mempertanyakan hal itu.

"Suplemen gizi. Meskipun rasanya mengerikan, dengan ini kalian akan


mendapatkan banyak nutrisi"

"Nu-tri-si? Apa itu?"


Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Aku tidak tahu. Yang aku tahu kalau ini bagus untuk fisik jadi minumlah"

Ngomong-ngomong, aku memeras berbagai sayuran dan buah-buahan, memotong


dan mencampur bagian-bagian yang cukup bergizi. Aku juga mencampurnya
dengan madu, yang membuat rasanya hampir bukan minuman....mungkin. Wajah
mereka yang meneguknya sampai habis cukup sulit dibaca. Yah, ini baik-baik saja
karena aku juga meminumnya.

"Apa kalian ingin makan puding untuk menghapus rasa tidak enak itu?"

"""Iya~!"""

Meskipun satu orang ras binatang bertelinga kucing bercampur disana, baiklah,
aku tidak keberatan. Seusai menikmati makanan penutup, aku memberikan arahan
selanjutnya untuk kedua anak yang tampak puas.

"Berikutnya adalah tidur siang"

""Tidur?""

Emilia dan Reus melihat wajah satu sama lain.

Aku kira wajar saja untuk ragu ketika seseorang yang membuatmu berlarian hingga
tergeletak beberapa saat lalu tiba-tiba mengatakan hal hangat semacam itu.

"Aku mengatakan 'tidur siang', tapi itu hanya tidur sebentar. Setelahnya, kalian
akan diajarkan oleh Erina"

Meskipun penting untuk menempa kekuatan fisik, aku tidak mampu untuk
mengabaikan pengetahuan. Tidak peduli seberapa kuatnya seseorang, itu tidak
berguna jika ia tidak dapat berhitung dan berkomunikasi. Sebelumnya Erina
mengatakan bahwa ia ingin mendidik petugas baru, yang membuatku berpikir
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

tentang menggabungkannya dengan kursus mata pelajaran. Membiarkan mereka


tidur sebentar adalah untuk memulihkan diri serta mencegah dari ketiduran.

"Kalian harus berbaring di sofa di sana selama satu jam"

Dikatakan bahwa segera tidur setelah makan akan membuat seseorang menjadi
gemuk, tapi itu hal yang benar untuk keduanya karena mereka bertubuh kurus.
Pertama-tama harus memberikan lemak kemudian mengubahnya menjadi otot.

"Berbaringlah, kau katakan? Itu cukup mendadak"

"Dengarkan saja dan berbaringlah. Dia mengatakan itu baik-baik saja untuk
beristirahat sehingga kita harus melakukannya"

"Itu benar, istirahatlah selagi bisa. Aku akan duduk di tengah sofa, jadi aku ingin
kalian tidur menghadapkan wajah kearah ku"

Setelah memiringkan kepala mereka dari perkataanku, keduanya melakukan


seperti yang aku instruksikan. Duduk di tengah, ada kepala dua bersaudara
berbaring di kedua sisi, tapi mereka tidak mencoba untuk tidur dan hanya melihat
kemari.

"Ada apa, Reus? Tidak bisa tidur?"

"Seolah-olah aku bisa tidur dalam kondisi ini"

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan melakukan satu trik agar kau tertidur. Tutup
matamu"

Meletakkan tangan di dada Reus, aku menekannya dengan jariku dalam irama
teratur. Semakin dekat dengan irama detak jantungnya, semakin baik.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"A-Apa? Untuk apa kau menekan dadaku?"

"Tidak apa-apa. Berkonsentrasi saja pada jariku"

Meneruskan ritme jari seperti itu, lima menit kemudian....

"Zzzz...."

Begitu mudah. Di atas total kelelahan dari berlari keras, ada juga perasaan setelah
makan dari perut kenyang sehingga itu alami.

Mereka diam-diam tertidur di sampingku, atau begitulah aku mengira, tapi


kakaknya dengan pandangan senang hati melihat kemari. Ku pikir dia akan tidur
tanpa harus disuruh karena dia merupakan anak yang baik dan patuh.

"Bahkan jika itu tidak menyenangkan untukmu, bergegaslah dan tidur. Kau
sebaliknya tidak akan kehilangan kelelahan kalau terus begitu"

"Iya. Hmm....bisa kau menepukku?"

"....apa boleh buat"

"Hehehe...."

Ketika menepuk kepalanya sesuai permintaan, dia menutup mata dan tertawa
dalam suasana hati yang puas. Anehnya, setelah beberapa detik, dia merebahkan
diri dan mulai membiarkan keluar pernapasan tidur damai. Tanganku pasti
menakjubkan....yah, seolah-olah.

"Ooh....itu seperti tangan ajaib. Keterampilan ini, aku ingin mempelajarinya juga"
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Kondisi tidur mereka sangat memuaskan, jadi ini hanya persoalan 'membuat
mereka sedikit bersantai'. Nah, hal sungguhan berawal dari sini"

Aku meletakkan tangan di atas kepala keduanya dan menuangkan Mana diam-
diam sehingga tidak mengganggu kondisi tidur. Dalam rangka untuk membuat
aliran Mana masuk dengan nyaman, triknya adalah untuk membuat ini menyebar
ke seluruh tubuh lewat osmosis*, dengan memberikan luka yang lemah dan dapat
disembuhkan oleh aktivitas regenerasi ke seluruh tubuh, kekuatan penyembuhan
saat tidur sangatlah berpengaruh.
[Singkatnya, dia ingin menyebarkannya dengan cara lewat sel-sel tubuh. Kalau
kalian ingin lebih mempelajarinya, lihat Wiki]

Setelah berlangsung selama sekitar 30 menit, aku menjauhkan tanganku, dan


beranjak dari sofa, lalu segera duduk di meja di mana beberapa teh hijau sudah
disiapkan.

Sementara minum, mataku menangkap Erina yang sedang menunggu dengan


senyuman.

"Terima kasih untuk kerja kerasmu. Setelah keduanya bangun, ini merupakan
giliranku"

"Silakan lakukan apa yang harus. Dan karena aku ketat sampai beberapa saat yang
lalu, mudahkan mereka, ya?"

"Tinggalkan kepadaku. Aku akan membuat mereka menjadi petugas bagus yang
tidak akan membuat malu di manapun keduanya pergi"

"Tunggu, mereka belum menyetujui akan menjadi petugas, kan? Kau tidak perlu
repot-repot pergi sejauh itu"
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Pendidikan petugas adalah pendidikan yang baik. Selain itu, tampaknya ini hanya
masalah waktu, bukan?"

Erina mengalihkan pandangan ke arah dua bersaudara yang tidur, dan


mengangguk dengan 'Hm' bersama-sama dengan Noel yang juga menatap.

"Terutama untuk Emi-chan, itu akan pasti terjadi cepat atau lambat. Diriku yang
dulu juga sama, aku tidak bisa mengira dia mengambil jalan lain daripada ini~"

"Meskipun aku memahami di mana kau berasal, aku pikir gadis itu hanya
mengidolakanku dan cintanya belumlah tumbuh. Setelah ini, jika dia terus berlatih,
aku berpikir bahwa dia tidak akan punya waktu untuk jatuh cinta"

Ketika aku akan menambahkan pelatihan tempur, pelatihan sihir dan pelatihan
lapangan untuk pengembangan fisik....Ini akan berdesak-desakan. Cinta sederhana
gadis itu akan dengan mudah tersingkir, kan?

"Itu terlalu naif, cinta seorang gadis tak terbatas! Tidak peduli kondisinya, cinta
akan menang~!"

"Kau membaca terlalu banyak cerita fiksi, Noel. Pokoknya, mental Emilia sudah
tenang, masalahnya tinggal Reus"

"Benar. Aku telah bertanya tentang masalahnya, dan anak itu belum stabil"

"Eeh? Tidak stabil, kau katakan? Reus-kun tampaknya cukup energik~?"

Erina dan aku berbagi pikiran yang sama, dia menjelaskan kepada Noel sementara
memasukkan pendapatnya sendiri.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Apakah itu sungguh baik-baik saja? Kedua bersaudara itu mencoba untuk saling
melindungi satu sama lain hanyalah relatif. Ini memang bagus, namun hanya jika
kau tidak mengubah sudut pandangmu"

"Bukankah wajar? Itu bukti bahwa mereka menganggap satu sama lain penting,
kan~?"

"Tapi, bagaimana jika sesuatu yang disesalkan terjadi pada salah satu dari mereka?
Sebagai contoh, Reus. Seluruh titik hidupnya tidak diragukan lagi adalah kakaknya
sendiri. Katakan saja kalau Emilia meninggal, Reus akan mati juga. Sementara
keduanya saling mendukung, ini hubungan yang sangat tidak stabil dan akan
runtuh sepenuhnya kalau satu sisi menghilang"

"Karena Emilia telah melampiaskan semua perasaan terpendamnya padaku, gadis


itu akan mencoba untuk menemukan tujuan baru. Di lain sisi, Reus hanya memiliki
kakaknya seperti sekarang"

Penolakan Reus terhadapku jelas-jelas merupakan kecemburuan. Untuk kakak


yang dia cintai dan sayangi melihatku, itu mungkin tak tertahankan baginya.

"Anak itu masih terlalu muda. Dia bertindak tegar tetapi luka-luka dari kehilangan
orangtua di dalam masihlah ada, dan akhirnya tanpa sadar bergantung pada
kakaknya. Kita harus membuatnya menemukan tujuan lain"

"Itu benar, baiklah, untungnya, aman untuk saat ini. Dia berlatih rajin demi
melindungi kakaknya, sehingga ia tidak dapat melakukan apa-apa kecuali
menerima keadaan"

Masih ada dua tahun lagi sebelum kami diusir dari sini. Aku akan pergi ke sekolah,
namun masalahnya, aku tidak tahu bagaimana keduanya akan tumbuh. Sehingga,
sampai saat itu tiba, aku ingin entah bagaimana melakukan sesuatu.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Bersamaan dengan Erina dan aku yang cemas menatap wajah masing-masing, Noel
menekan suaranya dan tertawa.

"Kalian berdua agak seperti seorang ibu dan ayah~"

"Hei hei, tidak mungkin dalam hal usia. Aku setidaknya bisa menjadi kakak"

"Dengan kata lain, aku ibu Sirius-sama? Indah sekali"

Meninggalkan Erina yang tiba-tiba diliputi emosi sendirian, kami menghabiskan


waktu dalam suasana santai sampai keduanya bangun.

Anak-anak yang sedang berbaring, persis satu jam kemudian bangun.

Walaupun mereka tampak sedikit mengantuk, kekuatan fisik akhirnya pulih. Aku
membuat mereka berlari ringan agar mata mereka terbuka lebar-lebar, dan
pendidikan petugas Erina pun dimulai.

"Kita akan mempelajari tentang petugas. Ini agak sulit jadi ikutilah dengan penuh
perhatian"

"Mengerti"

"Hm"

Mereka duduk bertatap muka di meja ruang tamu, aku melihat adegan itu sambil
menaruh pantat di sofa. Ngomong-ngomong, Noel dan Dee tidak hadir karena
sedang bertugas dan bersih-bersih.

Sejak Erina adalah pelayan yang ahli, dia sangat cocok dengan peran pengajar
untuk bidang ini. Reus taat padanya juga, jadi tidak ada masalah tertentu dalam
melanjutkan.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Reus, hari ini aku gurumu. Hanya katakan 'Iya' bukan 'Hm'"

"Uh....I-Iya!"

'Pendidikan berbicara' segera dimulai. Sementara perubahan sikap biasanya


lembut dan penyabar Erina cukup mengejutkan, tampaknya sesuai untuk
meningkatkan ketaatan.

"Menjadi bawahan master, petugas, secara alami adalah orang yang


mendukungnya dari bayang-bayang. Mengabdikan diri sampai ke hati sangat
penting. Jika kebetulan bertemu master yang ingin kalian layani, aku percaya
kalian pasti akan mengerti"

"....Ya!"

"Eeeeh?"

Kedua tatapan mereka masing-masing memiliki reaksi yang berbeda.


Kesampingkan Emilia, wajah Reus tampaknya terang-terangan tidak senang. Erina
segera berbalik mata tajamnya ke arah anak itu untuk kesalahannya yang jelas.

"Reus, alih-alih berbicara seperti itu, jawablah dengan 'Aku mengerti'"

"Tapi, aku tidak mengatakan akan menjadi seorang petugas....Maksudku, aku tidak
mengatakan kalau aku akan melakukan itu. Apa ini---....apa arti dari ini*"
[Dia agak tergagap karena mencoba berbicara sopan]

"Itu benar, kau tentu tidak perlu menjadi seorang petugas seperti yang kau
katakan dan mengurangi makna belajar tentang hal ini. Namun, belajar ini tidak
akan merugikan. Misalnya, cara berbicara"
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Erina tegas membalas perkataan masuk akal dari Reus, tapi ia tampaknya tidak
memahami dengan baik dan memiringkan kepalanya heran.

"Cara berbicara sangat penting. Orang-orang berperingkat tinggi akan


menghormati orang lain jika dia memberikan kesan yang baik dengan berbicara
sopan, di atas semua, itu membuatmu tampak cerdas dan elegan. Reus, apakah
kau ingat bagaimana kesan berbicara orang dewasa yang membodohimu?"

"....Aku tidak mengerti dengan baik, tapi itu sesuatu yang sangat kasar...."

"Itulah yang terjadi ketika seseorang tidak tahu cara berbicara yang sopan,
sehingga latihlah dirimu sendiri. Atau kau ingin menjadi seperti itu?"

Menandakan sangat tidak ingin, Reus dengan panik menggelengkan kepalanya


dengan wajah tidak senang.

"Oleh karena itu, mari kita belajar. Ikuti aku dan contoh kakakmu, lanjutkan dalam
mengingatnya secara perlahan"

"Iya! Aku mengerti"

"Itu saja, anak yang baik"

Dia memuji Reus dan segera menepuk kepalanya. Meskipun itu adalah wortel dan
tongkat sederhana, aku percaya itu sangat efektif untuk anak-anak seperti Reus.
Bahkan, dia tersenyum sangat lebar. Kerja bagus Erina.

"Cara berbicaramu akan membaik seiring waktu, jadi untuk sekarang aku akan
menampilkan beberapa gerakan petugas"

Berdiri tanpa suara, dia menunjukkan tingkah anggunnya didepan dua bersaudara
itu.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Meskipun aku menyaksikannya setiap hari, melihat dengan lekat selagi lagi....aku
berpikir itu benar-benar indah.

Cara berjalan yang anggun dan langkah kakinya nyaris tak terdengar, sudut
bungkukan saat berjalan dengan nampan sekaligus air di atas kepala. Tak ada
tetesan, bahkan itu tidak berguncang, teknik ini tentu bisa menjadi gerakan
petugas yang ideal. Keduanya melihat kagum pada karakter seperti ibu lembut
yang ia biasanya tunjukkan.

Dia mempertunjukkan berbagai gerakan. Setelah selesai, keduanya spontan


bertepuk tangan.

Mereka memujinya tanpa disuruh, atau lebih tepatnya, itu sangat sempurna,
bukan?

"Terima kasih. Ini sederhana karena hanya gerakan dasar. Untuk sekarang,
akankah kalian mencobanya?"

""Ya!""

Dengan demikian, keduanya meniru gerakan barusan, tetapi secara alami tidak
berjalan dengan baik, seperti yang diharapkan. Jejak mereka bising, sudut
bungkukkan yang terlalu dangkal, ada hal-hal yang tak ada habisnya untuk
disalahkan, namun Erina membuat mereka melakukannya lagi beberapa kali tanpa
menyalahkan apapun kecuali untuk kecerobohan besar. Kebijakannya untuk
memperbaiki hal-hal sedikit demi sedikit daripada memperbaiki semuanya
sekaligus itu sangat tepat.

Aku juga ikut dalam pengajaran berjalan. Mereka memang terkejut pada kakiku
yang memijak tanpa menggemakan satupun bunyi. Yah, ini bukan keterampilan
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

petugas, melainkan keahlian seorang pembunuh. Namun sisanya bisa dicocokan


sehingga aku sekaligus belajar pengetahuan itu, hanya untuk berjaga-jaga.

"Cukup untuk hari ini. Akumulasi pengalaman harian sangat penting, sehingga
kalian harus berpikir kembali pada hal itu dengan benar sebelum tidur"

""Terima kasih banyak!""

Pendidikan petugas mengambil dua jam, cukup singkat. Aku membuat mereka
berhenti karena sisanya bisa dilakukan di lain waktu, dan mempersiapkan
pelatihan berikutnya.

Namun, sebelum itu....

"Kerja bagus, Erina. Ayo kita menikmati makanan ringan atau sesuatu saat
mengambil istirahat"

Selama waktu luang, aku membuat roti panggang dan menaruhnya di meja dengan
beberapa seduhan teh. Keduanya telah menunggu dengan mata berbinar pada
Erina agar membiarkan duduk. Mereka tidak mencoba untuk makan tanpa izin
berkat pendidikannya.

Erina duduk sambil berterima kasih kepadaku, dan pesta minum teh pun dimulai.
Aku sadar bahwa seorang ras binatang bertelinga kucing telah bercampur disini,
tapi aku tidak keberatan, ya, tidak keberatan sama sekali.

"Ini sangat renyah dan lezat. Kakak besar Noel, apa ini?"

"Aku tidak membuatnya jadi aku tidak tahu. Sirius-sama, ini adalah roti, kan~?"

"Ya, itu adalah jajanan yang terbuat dari roti disebut 'Rusk'*"
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

[Mungkin banyak dari kalian yg sudah pernah memakan ini. Bentuknya berupa roti
kering yang seperti biskuit. Wiki. Gambar]

Ini jajanan yang dibuat dengan memotong roti menjadi seukuran satu gigitan dan
digoreng dalam lautan minyak setelah melapisinya dengan gula. Ketika aku
menjelaskan bagaimana membuatnya, mereka terkesan dengan tingkat perubahan
yang dibuat untuk bahan umum dengan 'sedikit dimasak'.

"Faktanya adalah bahwa bahan-bahan umum bisa berubah dalam berbagai cara
tergantung bagaimana kau menggunakannya. Kau tidak harus berhenti
mempertimbangkan bagaimana memanfaatkan sesuatu hanya karena itu hal yang
umum. Singkatnya, penting untuk terus mengembangkannya"

"Tapi ini hanya roti, kan? Tidak ada alasan untuk---Tidak ada alasan untuk
mengembangkannya"

"Itu bukanlah artinya. Kau akan paham ketika umurmu bertambah, hanya pikirkan
tentang itu untuk sekarang. Pada akhirnya kau akan mengerti"

"Aku tidak benar-benar memahaminya...."

Wajahnya pahit untukku seperti biasa, tapi tidakkah itu menjadi sedikit lebih baik?
Seperti ini, tim perempuan melihat kami sambil tertawa.

"Noel-neesan, aku meminta diajarkan bagaimana cara menyeduh teh"

"Tentu, aku bahkan akan mengajarkan cara Sirius-sama membuat bir~"

"Ini hanya menambah sedikit cara asli pembuatan bir, itu tidak terlalu berbeda dari
aku yang melakukannya secara pribadi"
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Itu tidak benar. Meskipun aku sudah yakin tentang cara pembuatannya, bir
ciptaan Sirius-sama mengingatkan bahwa aku masih memiliki jalan panjang
sebelum mencapai puncak"

"Apakah teh ini juga buatan Sirius-sama?"

"Benar sekali~. Teknik Sirius-sama melampaui milikku. Bagaimana mungkin kau


menguasainya tanpa diajarkan bentuk keterangan dari tata caranya?"

"Aku hanya melihat dan belajar"

"""Haaaah?*"""
[Noel, Reus, Emilia]

Ada apa dengan wajah-wajah itu? Setidak percaya itukah kalian?

"Lalu bagaimana kalau aku menampilkannya seperti yang Erina lakukan? Erina,
mastermu ini akan bertindak sesuai dirimu"

"Itu merupakan suatu kehormatan"

Dan, aku mempraktekkannya.

Dengan bungkukan elegan, menangani alat-alat makan tanpa suara, itu intervensi
alami yang tidak mengganggu tindakan master. Ini semua adalah hal yang aku
pelajari dengan mengamati gerakan Erina. Mengamati lawan adalah poin penting
dan esensial dalam pertarungan. Jika kau berlatih dengan baik, tidak akan sulit
untuk melakukan gerakan petugas. Namun, karena hanya meniru, akhirnya akan
menumpul dari waktu ke waktu.

Akan kurang ajar untuk membandingkannya dengan orang yang mempelajarinya


sampai meresap ke dalam tubuh dan dapat melakukannya secara spontan.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Ujungnya, aku menyeduh teh dan membungkuk, mengakhiri pertunjukkan.

"Sempurna. Tubuh dan jiwaku puas"

"Ugh, ada apa dengan kekalahan ini? Namun, Sirius-sama adalah tuanku, bukan
saingan. Jadi ini baik-baik saja, ya kan Emi-chan?"

"....Sudut itu....Dan cara kaki berjalan....bukan?"

Dengan mata tertutup, Emilia bergumam sesuatu, mungkinkah bahwa dia


melakukan latihan mengimajinasikan?

"Hah? Emi....chan?"

"Dia tampaknya serius entah bagaimana. Dia mungkin menyalipmu kalau kau
ceroboh, Noel"

"Dalam hal ini, saatnya untuk pelatihan khusus. Kakak ini tidak dapat dikalahkan
oleh seseorang karena dia berdiri di atas~!!"

Aku tidak tahu dan tidak peduli ke mana dia akan pergi, Noel bergegas keluar dari
ruang tamu, penuh motivasi.

Ini aneh, aku merasa seperti ada terlalu banyak kebisingan di sini dan kami tidak
benar-benar bisa beristirahat. Nah, dengan penyebab utama dari keributan itu
sudah menjauh, harusnya suasana menjadi tenang.

"Kakak...."

Aku memutuskan untuk tidak melihat Reus yang bergumam sendiri.


Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Mengakhiri istirahat, kami memulai pengajaran berikutnya.

Membaca dan menulis, perhitungan sederhana, saatnya untuk memasukkan


pengetahuan dasar yang diperlukan untuk hidup ke kepala dua anak ini. Itu akan
diajarkan olehku yang bekerjasama dengan Erina.

"Nah, huruf dan aritmatika sangat penting. Kenapa begitu?"

"Hmm....Apa kau tahu, kakak?"

"Reus, bagaimana kita berakhir saat tidak mengetahui itu?"

"....Kita ditipu?"

"Benar. Singkatnya, kemungkinanmu ditipu akan berkurang jika kau tahu dua hal
ini"

Pencurian dengan alasan palsu, kekurangan dokumen dan sebagainya, ada


perangkap di mana-mana dalam masyarakat.

Misalnya, orang yang tidak dapat menggunakan aritmatika atau huruf, setelah
menandatangani kontrak untuk mendapatkan pekerjaan 10 perak, hanya
menerima 6 koin perak setelah menyelesaikannya. Meskipun dia tentu saja
mengeluh, itu tertulis di kontrak ditandatangani 30% akan diambil sebagai biaya
rujukan dan dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menyerah. Selain itu, dia
tidak mengerti arti dari 30% sehingga dia tidak bisa tahu satu koin perak telah
digelapkan.

Mereka dapat lolos jika memahami pengetahuan dasar. Dalam rangka untuk
menyadari ketidakadilan, seseorang perlu memiliki ilmu yang diperlukan demi
menghindari penipuan.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Namun, itu tidak akan menjadi masalah saat ini---....aku pikir, kalau aku menjadi
kuat, itu tidak akan menjadi masalah"

"Apakah kau berniat untuk hanya menyerang dari depan seperti berandalan? Itu
hanya membuat seseorang tampak seperti mangsa bagi pencuri. Dengar, tidak
peduli seberapa kuat dirimu, kau masih menyetujui mengenakan {Kerah
Penaklukan} tanpa menyadarinya. Jika kau belajar dengan sungguh-sungguh, kau
bisa menyelamatkan diri dari kecurangan orang dewasa dan dapat membela
sesama yang ingin kau lindungi. Itu benar, pengetahuan adalah kekuatan juga"

Di dunia yang fantasi, anak-anak masih benci belajar, ya?

Namun, dunia ini memiliki margin yang lebih rendah dari hidupku sebelumnya. Di
sana, kau tidak punya pilihan kecuali menerima ajaran-ajaran penting dan untuk
menanamkan rasa disiplin kedalam dirimu.

Ini juga wajar, karena satu-satunya hal yang ia rasakan adalah bagian bawah
perbudakan.

"Erina-san! Tolong ajari aku seluruh perkataan Sirius-sama dari sekarang dalam
bentuk huruf"

"Sepertinya kau terlalu terkesan"

"Ya, aku berpikir kata-katanya menakjubkan. Aku ingin menyelamatkan mereka,


jadi aku ingin belajar huruf secepat mungkin"

"Baiklah. Aku sepenuhnya menulis dan mengumpulkan ucapan bijak masa lalunya
sehingga, setelah ini, aku akan menunjukkan catatanku"

"Tolong lakukan!"
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Tunggu sebentar, dia ingin mempelajari huruf untuk membuat kompilasi dari
kutipanku, apa-apaan ini? Sebaliknya, kapan Erina bahkan menulis perkataanku?
Aku tidak keberatan niat tingginya untuk belajar, tapi....sungguh, aku serius ingin
mereka berhenti karena itu memalukan.

Aku membuat bagan sederhana dari huruf. Ketika menampilkannya, aku


membandingkan nama-nama dari berbagai hal dengan grafik sementara mengajari
mereka. Karena huruf dan rangkaian kata adalah hal-hal yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, dengan ketekunan dan waktu, seseorang akan
mengingatnya.

Aritmatika maju dengan lancar. Mengajari mereka angka hingga 100, aku
membuat mereka memahami digit tersebut dan menyuruh anak-anak ini
mengulangi penambahan dan pengurangan satu digit.

Aku bahkan menguji mereka dengan membuat keduanya mengalami simulasi


berbelanja setelah memberikan satu koin tembaga sebagai alat tukar-tambah. Aku
membiarkan anak-anak ini membeli potongan sandwich daging yang tersisa dari
makan siang, menjanjikan kalau mereka dapat memakannya hanya jika bisa
membeli dengan hitungan yang benar. Berada di puncak usia pertumbuhan, Emilia
dan Reus benar-benar berjuang untuk makanan.

"Katakanlah, satu unit potongan sandwich harganya tiga koin besi. Lalu, berapa
banyak kembalian yang akan kalian dapat kalau membeli dua unit?"

"Nah....untuk satu koin tembaga, itu...."

Uang dari dunia ini semuanya dalam bentuk koin yang harganya diputuskan sesuai
dengan bahan. Mengkonversinya ke perkiraan kasar dalam yen Jepang, seperti
berikut :
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

>Satu koin batu adalah 1 yen*.


[0,008 $ > sekitar 120 rupiah]

>Satu koin besi adalah 50 yen*.


[0.41 $ > sekitar 6.000 rupiah]

>Satu koin tembaga adalah 500 yen*.


[4.13 $ > 60.000 rupiah]

>Satu koin perak adalah 5.000 yen*.


[41,36 $ > 600.000]

>Satu koin emas adalah 100.000 yen*.


[827,2 $]

Selain itu, tampaknya ada koin yang berperingkat lebih tinggi, yaitu koin emas
putih dan koin naga emas. Namun aku menyerah karena tidak memilikinya.

Sebagai acuan, dengan sekelompok koin perak, empat keluarga bisa hidup sekitar
satu bulan, aku kira? Karena harga yang tertera oleh perubahan barter tergantung
pada lokasi, aku tidak bisa mengatakan itu bagaimana. Hanya saja kira-kira
begitulah.

Sementara Emilia serius menghitung jumlah uang, Reus memberikan koin tembaga
kepadaku dan berkata.

"Terserah padamu mau berapa itu. Karena aku mungkin makan lebih banyak"

Menerima koin tembaganya, aku memutuskan untuk menyertakan cakar besi


lemah sebagai pertukaran.
Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

"Haaah?! Kenapa aku menerima hal yang sama seperti Noel-neesan?! Hal-itu
sedikit menyakitkan sehingga hentikan, tolong hentikan itu!!"

"Kau memiliki nyali untuk menyerah pada perhitungan. Ini adalah apa yang aku
lakukan sekarang ketika kau melakukan hal-hal bodoh"

"Aku pikir seperti ini!....Hah? Ada apa Reus?"

"Jangan khawatir tentang hal itu. Jadi, berapa banyak kembalian untuk satu koin
tembaga?"

"Empat koin besi"

"Benar, ini dia potongan sandwich-mu"

Ketika aku memisahkan tanganku dari Reus dan menyerahkan dua potongan
sandwich, Emilia menyerahkan satu bagian kepada adiknya.

"Kakak, jawabanku salah...."

"Aku tidak memerlukan dua jadi tidak apa-apa"

Meskipun Reus melihat kemari, bersama-sama dengan Erina, aku menghadap ke


tempat lain, pura-pura tidak tahu. Keduanya tersenyum sambil menggigit
potongan sandwich mereka.

"Sangat lezat walaupun sudah mendingin. Kali ini, hitunglah dengan benar dan
dapatkan satu, ya?"

"....Baiklah!"

Hubungan persaudaraan mereka sangat baik.


Arc 3 – Servant
Chapter 15 – Easy Training

Erina dan aku terus menatap dengan tenang dan hangat.

---Namun.

"Baiklah, kita akan berlari di luar setelah kalian selesai memakan itu"

""Eeeeh?!""

Pelatihanku belumlah berakhir.

Setelah itu, aku terus berlari dengan keduanya sampai makan malam.

☆☆☆Chapter 15 berakhir disini☆☆☆

Catatan penerjemah=
Kalian mungkib sadar, aku belum menyesuaikan cara memanggil Emilia dan Reus
kepada Erina, Noel dan Dee. Seperti 'Noel-neesan' 'Noel-nee' atau 'Dee-niisan' 'Dee-
nii' dan sebagainya, terkadang aku sering mencampurnya dengan 'Kakak Noel'
'Kakak besar Dee' dll. Tenang saja, aku berjanji akan menyesuaikannya setelah
mengetahui panggilan yang cocok ^_^
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Chapter 16 – Wanting to Say The Truth


Bagian 1

---Sudut pandang Reus---*

[Jangan heran kalau kata-katanya terkesan plin-plan dan kurang kosakata, atau
bahkan 'Terlalu pintar'. Ini merupakan sudut pandang Reus, yang adalah seorang
anak kecil]

Kakak menjadi aneh akhir-akhir ini.

Meskipun aku menyebutnya aneh, dia masih baik untukku dan tidak benar-benar
terlihat berbeda. Tapi, aku tahu kalau dia terus melihat 'orang itu'.

'Orang itu'....Sirius, adalah manusia yang menolongku dan kakak.

Para manusia hanya mengganggu kami, memukul sambil mengejek bahkan jika
kami menangis kepada mereka untuk berhenti, orang-orang itu menjijikkan yang
tidak memberi apa-apa ketika kami lapar. Namun, dia berbeda. Dia tidak dengan
sinis memukuli kami, dia membuat kami makan banyak hal lezat, dan segera
melakukan sesuatu ketika kami terluka. Sama seperti ayah---Tidak!!.

Ayah jauh lebih baik!! Dia akan selalu mengawasiku, tahu segalanya, orang kuat
dan dibanggakan yang akan memarahiku ketika aku melakukan sesuatu yang
buruk. Dia mungkin agak mirip dengan orang itu. Mungkinkah ayah dan orang itu
memang mirip?

Kenapa kakak selalu melihat orang itu? Setiap kali dia melakukan sesuatu, kakakku
memujinya dengan wajah memerah. Dan setiap kali aku melihat kakak seperti
itu....sesuatu dalam diriku terasa sakit.

Aku suka pelayannya, Erina-san, meskipun dia seorang manusia.


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Dia selalu tersenyum, menepuk-nepuk lembut kepalaku, dan berbau seperti ibu
ketika memelukku. Selama waktu pendidikan, dia keras tapi akan memuji ketika
aku melakukannya dengan baik.

Kakak Noel lucu dan aku menyukainya.

Dia sangat menjengkelkan tapi menyenangkan untuk mengawasinya, kami sering


bermain bersama. Aku senang bisa berteman dengan orang lain yang mirip dengan
kakakku.

Kakak Dee seperti kakak dan aku menyukainya juga.

Meskipun dia manusia yang sedikit menakutkan, dia orang yang mengagumkan
karena membuat banyak hal lezat. Ketika aku lapar di tengah malam, dia diam-
diam akan memberiku beberapa roti. Dia baik sekali.

Dikelilingi oleh orang-orang yang aku cintai, rasanya seperti kembali ke rumah.

Walaupun begitu, semua orang yang aku suka mengatakan bahwa 'orang itu'lah
yang menakjubkan. Dan aku berpikir kalau dia memang menakjubkan. Dia hampir
mirip denganku, namun aku---yang tidak pernah kalah melawan siapa pun di desa-
--tidak pernah bisa memenangkan perlombaan melawan dia. Ayah sering
mengatakan bahwa ras serigala perak harus menghormati lawan yang kuat, tapi
aku benci orang itu. Aku benci dia meskipun aku tidak tahu alasannya.

Apa ini? Tidak hanya kakakku, bahkan aku aneh.

Selama beberapa hari aku tinggal di rumah ini dengan bantuan orang itu, aku tidak
melakukan apapun kecuali berlari.

Aku bangun di pagi hari dan dibuat untuk berlari, aku makan sarapan dan disuruh
berlari, aku tidur siang, belajar dan diperintahkan untuk berlari. Kakakku
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

melakukannya tanpa mengeluh, tapi aku sudah cukup bosan. Oleh karena itu aku
mengatakan bahwa aku ingin mengubah kebiasaan ini. Dia lalu mengusulkan untuk
mempertimbangkannya jika aku bisa menang dalam perlombaan melawan dia.
Dan kemudian, aku berlari sambil berharap untuk tidak dikalahkan olehnya. Tapi,
sialan! Aku kalah kali ini juga. Sial, aku tidak akan kalah di waktu berikutnya, pasti.
Aku akan meniru cara orang itu berlari dan mengejutkannya.

Aku menikmati makan siang lezat sampai waktu pendidikan. Namun, makanan hari
ini juga hebat. Ini menyenangkan padahal dibuat oleh orang itu, aku mengakui
bahwa makanan yang ia buat baik, hm.

Setelah itu, aku belajar pendidikan petugas dari Erina-san.

Meskipun dia tersenyum seperti biasanya, Erina-san terlihat sangat keren saat ini.
Dia menempatkan piring tanpa membuat suara, aku bertanya-tanya bagaimana
dia tahu kapan harus mempersiapkan meja? Erina-san mengatakan bahwa aku
secara alami akan mengerti ketika menemukan master yang aku ingin layani, tapi
aku seorang pria, aku tidak mau melayani orang itu.

Kakakku berusaha dengan serius. Aku juga bersungguh-sungguh karena ingin


menunjukkan Erina-san apa yang bisa aku lakukan. Selain itu, Erina-san akan
memuji jika aku melakukannya dengan benar, jadi aku mencoba yang terbaik.

Mengikuti pelajaran yang disebut aritma-tika atau sesuatu seperti itu.

Ini adalah pelajaran di mana jawaban ditemukan dengan menambahkan dan


mengurangkan jumlah. Biar kujelaskan, itu sangat sulit dan membuatku sakit
kepala. Namun, orang itu mengatakan bahwa aku tidak akan tertipu oleh orang-
orang dewasa kalau aku bisa menguasai hal ini, jadi aku akan melakukannya.

Setelah kami menjawab beberapa pertanyaan dan mencatat di buku, orang itu
memberikan kami uang untuk membeli sesuatu sebagai praktek. Hari ini, puding
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

manis tercinta kakak Noel. Aku mungkin mendapatkannya kalau aku menjawab
dengan benar, jadi aku harus mencoba yang terbaik.

"Ini cukup sulit. Satu unit puding harganya 1 koin besi dan 10 koin batu, jika kita
membeli 4 unit dengan 1 koin tembaga, berapa kembaliannya?"

"Ya~~!!! Yaaaaa~~!!! 5 koin besi dan 10 koin batu~!!!"

Kakak Noel, yang tiba-tiba datang, menyumpal puding ke dalam mulutnya lalu
diusir. Dia sangat bersemangat hari ini juga, ya.

"Lupakan dia. Bagaimana jika satu unit puding berharga 1 koin besi dan 20 koin
batu, berapa banyak yang dibutuhkan untuk membeli lima?"

Hah? Bukankah itu sedikit berbeda? Bagaimanapun, aku menghitung sambil


melihat grafik uang yang orang itu berikan padaku. Disana tertulis 1 koin tembaga
sama dengan 10 koin besi jadi....hmmm?

"Sirius-sama, bagaimana dengan ini?"

"Bagus, itu benar. Ini puding-mu"

Seperti yang diharapkan dari kakak, ia segera mengerti dan menuliskan jawaban
yang tepat. Bahkan kalau aku sendiri tidak paham, kakakku bisa melakukannya.
Bagaimanapun, aku tidak ingin kalah dari kakak dan membuatku seperti pengecut.

"Aku memang senang tentang puding, tapi aku lebih suka ditepuk"

"Astaga, baiklah"

"Hehehe"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

....Ini lagi, rasa sakit dalam diriku. Kenapa aku punya perasaan seperti itu?

"Reus. Berusahalah"

Aku tenang saat Erina-san membelai kepalaku. Itu benar, Jika aku tidak menjawab
dan mendapatkan puding segera, aku tidak akan bisa makan dengan kakak.
Hmmm....1 koin besi adalah 50 koin batu, kemudian....

"....Kembaliannya tiga koin besi!!"

"Benar. Kau mampu menjawab dengan baik tanpa kebingungan dengan koin batu"

Akhirnya, aku bisa menjawab dengan benar setelah mengitungnya. Walaupun aku
bisa mendapatkan puding, aku merasa sedikit tidak nyaman karena orang itu mulai
menepuk kepalaku. Hanya saja, aku tidak mengerti kenapa, tapi aku tidak merasa
ingin menyingkirkan tangannya.

"Sangat lezat. Benarkan, Reus~?"

"Iya!!"

Puding benar-benar lezat.

Seperti yang kakak Noel katakan, hal yang lezat adalah keadilan.

....

Hari itu, aku tidak bisa tidur karena beberapa alasan.

Aku tidak bisa tidur tidak peduli berapa kali aku menutup mata, bagian dalam
dadaku bersuara 'Boom-Boom'. Aku tidak mengantuk sedikit pun, dan
tenggorokanku kering. Aku pergi keluar dari kamar, berusaha agar tidak
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

membangunkan kakak yang sedang tidur di kasur yang sama, dan ketika aku
minum air di dapur, bunyi 'Boom-Boom' sedikit mereda. Saat aku mencoba
kembali ke kamar, perhatianku bergeser ke lorong pintu masuk dan merasa ingin
pergi keluar. Karena masih gelisah, aku memutuskan untuk ke luar diam-diam.

Itu luar biasa cerah saat aku dihalaman. Mungkin karena bulan yang mengambang
di langit, bersinar terang. Meskipun aku sering melihatnya ketika masih di desa, itu
tampak sangat indah hari ini.

Ketika melihat bulan, 'Boom-Boom' menjadi kencang, tapi aku tidak bisa
mengalihkan mataku.

Tubuhku memanas....diriku mendidih....

....Hah?

Apa....kenapa?

Kakak....aku....

Aku....

....Benci....ini.

☆☆☆☆

Bagian 2

---Sudut pandang Sirius ---

"Reus terlihat aneh"


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Kata Emilia di malam hari. Dia menghampiri kamarku ketika aku hendak berbaring
setelah selesai membaca.

"Hmm, ia memang tampak aneh saat latihan hari ini"

Dia biasanya berlari agar tidak dikalahkan olehku tanpa menyembunyikan insting
berkelahi. Tapi hari ini, rasanya seperti, dia hanya ingin menggunakan segenap
tenaganya.

"Ada sesuatu yang tidak biasa tentang dia kemarin malam, sepertinya dia sangat
gelisah"

"Apa sesuatu terjadi di malam itu? Katakan padaku apa yang kau ingat"

"Kemarin malam, aku melihat Reus keluar dari kamar, kelihatannya tidak bisa
tidur. Ketika aku berpikir akan mencarinya, ia kembali setelah beberapa saat dan
langsung berbaring sambil terburu-buru bersembunyi di bawah selimut"

"Itu mencurigakan. Lalu?"

"Dia muncul pagi ini seperti hal yang wajar, jadi aku sangat lega. Aku bahkan
bertanya apa yang terjadi, dan mendapat balasan"

"(hanya masalah kecil, jadi kakak tidak perlu memperdulikannya)"

"Begitu ya? Aku lebih suka kau melaporkan itu di pagi hari jika mungkin"

"M-Maaf. Tapi Reus terlihat tidak ingin merepotkan, sehingga...."


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Apa boleh buat. Mereka sudah terbiasa memanjakan satu sama lain karena
hubungan persaudaraan. Bagaimanapun, ia tampaknya cemas. Aku akan mulai
dengan interogasi.

"Panggil Erina dan Reus. Dia mungkin berbicara sepenuhnya kalau berhadapan
dengan Erina"

"Mengerti"

Setelah memastikan bahwa Emilia keluar dari ruangan untuk memanggil keduanya,
aku mengingat-ingat kondisi Reus sekali lagi.

Nafsu makannya besar dan makan lebih banyak daripada biasanya. Lalu,
bagaimana kalau anak yang suka bersaing secara mendadak mengesampingkan
kemenangan atau kekalahan, dan tampak takut akan sesuatu? Memikirkan
penyebab di balik perilaku Reus, aku memiliki suatu firasat buruk dan langsung
mengaktifkan {Search}.

"Sirius-sama!!"

Emilia menyentak ke dalam kamar dengan wajah berlinangan air mata. Dia
mencengkeram secarik kertas dan membawanya padaku.

"Reus....Reus!....dia pergi dari sini!!"

---Para penghuni rumah melakukan pertemuan di ruang tamu.

Tampaknya, ketika Emilia kembali ke kamarnya sendiri di waktu itu, dia


menemukan secarik surat yang ditulis dengan buruk tertinggal di tempat tidur.

"(Aku memiliki hal-hal untuk dilakukan jadi aku pergi. Sirius-sama, tolong rawat
kakakku)"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Itulah isi dari catatan yang aku tunjukkan kepada para petugas untuk meminta
pendapat mereka.

"Ini terlalu tiba-tiba. Apa dia sudah lelah pada pelatihan atau hal lain? Aku kira
Reus bukan anak yang akan lari karena hal semacam itu"

"Benar sekali! Dia tidak mungkin melakukan hal seperti ini!"

"Aku sependapat"

"Yah, begitupun diriku"

Semua orang tampaknya memahami bahwa dia tidak akan lari.

Selanjutnya, aku mencoba bertanya pada Emilia, yang paling tahu tentang Reus.
Namun, aku merasa agak enggan saat menyaksikan dia sedang putus asa menangis
sambil berpegangan pada bahu Noel.

"....Emilia, kau dapat menangis setelah ini, jadi tolong tahanlah untuk sekarang dan
beritahu aku. Apa Reus benci tinggal di sini?"

"Itu tidak mungkin. Semua orang mengurus kami dengan....perlakuan yang


baik....baginya untuk kabur sendirian....itu benar-benar tidak mungkin!!"

"Begitu kah? Terima kasih. Maka, aku kira ada alasan lain....itu terkait dengan
kemarin malam, ya kan?"

"Apa sesuatu terjadi di waktu itu?"

"Hmm, sebenarnya...."
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Aku memberitahu mereka tentang perilaku Reus yang Emilia sebutkan


sebelumnya. Tapi pada akhirnya, tak satupun dari mereka memahami itu dan
hanya keheranan. Sesuai dugaan.

"Aku harus mendengar langsung dari dirinya, ya...."

"....Apakah....Sirius-sama akan menjemputnya?"

"Tidak, takkan berguna untuk membawanya kembali dengan paksaan. Aku hanya
akan meminta alasan tindakan Reus. Lokasinya sudah ku identifikasi, dia berada
pada jarak yang dapat dikejar dengan terbang"

Posisi keberadaan Reus sudah didapatkan menggunakan {Search}. Aku tidak


bergegas pergi karena ingin menghormati pilihannya.

Bagaimanapun, diriku pernah melatih sekumpulan siswa di masa lalu. Kalau


mereka mempunyai tujuan atau cita-cita lain, prinsipku adalah untuk
menghormatinya. Dulu, aku mempertimbangkan mengangkat Dee sebagai siswa
juga. Hanya saja karena orang tersebut berkata bahwa dia ingin menjadi juru
masak, aku cuma bisa mendukungnya.

Oleh karena itu, aku tidak akan menghentikan Reus seandainya dia pergi secara
sukarela. Namun yang tidak kusukai sekaligus keterlaluan adalah....dia
meninggalkan kakaknya, Emilia tanpa satu patah katapun. Setidaknya, aku ingin
mendengar motifnya.

"Lingkungan luar, terutama hutan akan menjadi berbahaya ketika gelap seperti
sekarang....Aku satu-satunya yang cocok untuk menyusulnya karena bisa terbang"

"Kalau begitu, Sirius-sama, senjatamu"


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Erina telah mempersiapkan peralatanku. Dia melengkapiku dengan ikat pinggang


berisi pisau dan pedang yang melekat. Aku memang tidak berencana untuk
bertarung, ini hanya untuk berjaga-jaga.

Ketika Erina menegaskan bahwa senjata-senjata itu sudah siap, Emilia berdiri di
depan dan bersujud.

"Aku mohon!! Aku mohon bawa diriku juga!!!"

"Erina"

"Mengerti. Emilia, bergantilah dengan ini"

"....Hah?"

Dia mungkin berpikir bahwa permintaannya akan ditolak. Gadis itu lalu tercengang
saat menerima setelan atas dan bawah.

"Ada apa? Cepat dan gantilah pakaianmu"

"Hm....Hmm, Apa ini benar-benar boleh?"

"Wajar saja, kan? Bukankah Reus adikmu? Bahkan jika kau tidak mengerti
keputusan sewenang-wenangnya, kau bisa menolak jalan yang dia pilih"

"....Terima kasih! Terima kasih banyak!!"

Dia membungkuk dengan mata lembab.

Ini masih jauh dari selesai. Aku memberi sinyal mata untuk Noel, memintanya
untuk membantu Emilia dengan mengubah pakaiannya.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"Baiklah. Emi-chan, menangislah nanti. Sekarang cepat dan pakai ini"

"....Iya!"

Dia mundur ke kamarnya. Sambil menunggu sampai mereka selesai, aku


berkonsultasi dengan Erina dan Dee.

"Ada kemungkinkan diserang oleh monster, jadi aku ingin kalian mempersiapkan
obat-obatan dan semacamnya"

"Silakan tinggalkan bagian itu kepada Erina ini. Kami akan menunggu kalian bertiga
untuk pulang"

"Aku akan mempersiapkan sesuatu yang hangat"

"Kalau begitu, aku akan menggunakan {Call} jika terjadi sesuatu"

""Dimengerti""

Emilia keluar segera setelah aku meninggalkan lorong pintu masuk. Dia
mengenakan suatu pakaian, mantel tebal agak kuat dan celana panjang. Sejenis
setelan dengan tujuan utama kebebasan bergerak. itu merupakan pakaian umum
untuk seorang petualang.

"....Maaf telah membuat menunggu"

"Tidak apa-apa, ayo kita cepat pergi. Berpeganganlah pada punggungku"

"Y-Ya! Kemudian, permisi"

Saat aku berbalik padanya dan berjongkok, Emilia naik meskipun sedikit bingung.
Untuk amannya, aku mengikatkan diri menggunakan {String}.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Kami menjadi lebih dekat, membuat gadis ini menggeliat-geliat.

"Ahaah! Si-Sirius-sama?!"

"Kau dapat tetap aman dengan sihir, jadi jangan khawatir tentang jatuh. Lalu,
semua orang, kami akan pergi"

"Ka-Kami pergi!"

"""Semoga aman~!!"""

Dengan suara para petugas di punggung, Emilia dan aku mulai terbang di naungi
lautan bintang.

"Apa kau takut?"

"A-Aku baik-baik saja!"

Melintasi langit malam untuk pertama kali mungkin terasa mendebarkan, karena
itulah aku menahan kecepatan dan ketinggian lebih dari biasanya. Walaupun dia
melingkari lengan di leherku dengan kekuatan yang cukup, aku sendiri bisa
menahannya.

"Pada saat seperti ini, kau harus melihat ke atas. Di sana, cobalah untuk melihat
bulan"

"Y-Ya!....menakjubkan...."

Emilia semakin dekat saat dia menatap bulan dan lengannya pun merenggang.
Sedangkan aku terus terbang diam-diam. Gadis yang terpaku pada pemandangan
ini, tiba-tiba bergumam.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"Apa Reus....sedang melihat bulan itu juga...."

"Yah. Mungkin saja, tanpa diduga dia menatap bulan sementara terisak kesepian"

"Hehe, itu sangat mungkin. Benar-benar....adik yang bodoh"

"Tepat sekali, dia memang bodoh. Aku akan memberinya pukulan keras jika
alasannya terlalu bodoh"

"Aku akan menampar pipinya juga"

"Itulah semangat. Kita akan sedikit meningkatkan kecepatan"

"Ya!"

Walaupun aku memeriksa dengan {Search}, reaksi dari Reus cukup stagnan.
Mengingat kemungkinan dia berada di situasi di mana ia tidak bisa bergerak, aku
terus menaikkan kecepatan terbungkus kekhawatiran hingga Emilia mulai terbiasa.

Pada akhirnya mendapat respon, kami lalu sampai di danau yang merupakan
tempat diriku mengumpulkan rumput Kelpie dulunya.

Tak ada tanda-tanda goblin di sekitar. Akupun memutuskan berpijak diiringi


perasaan lega karena tidak menemukan monster berbahaya. Melepas Emilia dari
punggung, kami mulai berjalan sambil mencari adiknya.

"Reuuss!! Di mana kau?!"

"Ssstt. Jangan berteriak"


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Melakukan sesuatu yang mencolok seperti menimbulkan bunyi nyaring dapat


mengundang para monster di lingkungan. Untungnya, tidak ada respon dari
wilayah ini, namun tetap saja tindakan berlebihan harus dihindari. Selain itu....

"Tapi!---"

"Tidak apa-apa, Reus ada di sana"

Ujung jariku menunjuk ke depan, tepat di tepian danau dimana sosok punggung
Reus terlihat sedang duduk meringkuk. Emilia mencoba mendekatinya, namun....

"Reus!"

"Jangan datang!!"

Dia ditolak oleh suara mengancam yang tidak sepatutnya digunakan pada
kakaknya sendiri. Keheranan dengan tindakan tak disangka-sangka, Emilia tanpa
sengaja tertegun di tempat.

"Reus? Apa yang kau katakan? Kau akan pulang dengan kakak, kan?"

"Aku bilang jangan datang!!"

Penolakan tidak berhenti. Tapi, Emilia masih bersikeras sambil menggertakkan gigi
dan memanggil lagi untuk adiknya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kita sudah mengatakan bahwa kita akan bekerja
keras bersama, kan? Apa gunanya kalau kau melakukannya sendiri, terpisah dari
setiap orang?!"

"Aku baik-baik saja sekarang. Aku punya kekuatan fisik dengan berlari, aku
memperoleh pengetahuan dengan belajar. Aku dapat mengurusnya sendiri!"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"Jangan bercanda! Sebanyak itu tidak akan membuatmu menjadi kuat!!"

"Aku menjadi kuat! Aku....aku sudah menjadi kuat!!"

Argumen itu saling bertentangan. Aku lalu memutuskan untuk ikut campur karena
waktu akan terbuang jika terus membiarkan mereka seperti ini. Ketika menepuk
bahu Emilia, dia berbalik dan mendongak sambil terisak padaku.

"Maaf, a-aku akan membujuknya segera, jadi---"

"Mundurlah dari percakapan. Kalian hanya akan membuat kacau satu sama lain.
Biarkan aku yang menangani ini"

"....Hiks....iya...."

Melewati Emilia yang melangkah kebelakang dengan sedih, aku mendekati Reus.

Nah sekarang, kenapa dia lari dari rumah?

"Hei, Reus. Apa yang kau lakukan di tempat semacam ini?"

"....Bukan urusanmu"

"Ini urusanku. Aku wali sekaligus gurumu. Bukankah alami bagiku untuk khawatir
ketika siswaku lari?"

"Aku tidak ingat menjadi siswamu!"

"Kau menjadi siswaku saat diajarkan olehku. Selain itu, aku menawarkanmu
makanan dan tempat tinggal, aku pantas untuk disebut begitu, kan?"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"...."

"Diam, ya? Lagipula, jawablah. Kenapa kau meninggalkan rumah? Menyisakan


catatan tidak akan membenarkan tindakanmu"

"....Aku sudah menjadi lebih kuat"

"Kau menjadi lebih kuat dengan sejumlah pelatihan itu? Kesalahpahaman yang
besar, jangan terlalu percaya diri"

Dengan penolakan provokatif-ku, Reus berdiri, menoleh, lalu berteriak.

"Aku sudah menjadi lebih kuat darimu!! Ambil kakakku dan kembalilah!!!"

"Meskipun kau kalah di lomba hari ini juga? Kau berkata telah menjadi kuat, itu
hanya omong kosong dari seorang anak nakal"

"Diam!!!! Diam dan tutup mulutmu!!!!"

Ia meronta-ronta sambil menginjak-injak tanah dalam kemarahan. Meskipun


mentalnya tidak stabil dari awal, itu harusnya agak mereda berkat Erina. Kurasa
memang tidak mungkin untuk Reus memuntahkan semua perasaannya hanya
dalam satu hari.

"Kau hanya mengoceh, tapi kau tidak mengerti!....Lihatlah ini!!!"

"....---?! R-Reus....itu tidak mungkin....kan?"

Aku menengok ke Emilia yang terpaku di sana dengan wajah menunjukkan ketidak
percayaan. Ketika mengembalikan pandanganku ke Reus sekali lagi....rambut
peraknya yang mencerminkan cahaya bulan telah berubah menjadi emas.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"Apa itu?"

"....Reus....adalah anak kutukan....?"

Gadis ini sedang tercengang sendiri, hanya saja aku tidak menangkap artinya sama
sekali. Reaksi Emilia terlalu berlebihan, ada sedikit kesan sifat rasial disana.

"Apa? Beritahu aku jika kau tahu sesuatu"

"Itu....Kami, suku serigala perak, memiliki hal yang disebut 'anak kutukan' sebagai
keturunan"

Anak kutukan? Pertama kalinya aku mendengar istilah itu.

Ini tidak muncul di buku {Catatan Perjalanan Albert}, entah kenapa tidak terdengar
bagus.

"Ugh, grrrrAAAAAAH!!!!"

Sebuah fenomena aneh mulai terjadi pada tubuh Reus. Rambut yang semula
pendek, memanjang. Otot-otot membengkak, hidung meluas, bulu tumbuh di
sekujur tubuh dan....sosoknya berubah menjadi serigala berkaki dua.

Pakaian yang tersisa di tubuhnya hanya nyaris membuat kami mengenali kalau itu
sebelumnya seorang anak bernama Reus. Ooh, inikah manusia serigala?

"Seluruh tubuh anak kutukan berubah menjadi serigala. Dikatakan bahwa orang
yang bersangkutan akan memanggil bencana dan kemalangan....Sesuai dengan
hukum ras perak serigala, dia akan....dibuang...."

"Dibuang? Cerita yang terlalu kejam"


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"....Dua tahun lalu, satu orang dewasa di desa kami tiba-tiba menjadi seorang anak
kutukan. Orang itu kebingungan dan mulai melakukan kekasaran. Ketika ia
mencoba untuk menyerang kami, ayahku....membunuhnya"

"Apa dia dibunuh tepat di depan mata kalian?"

"Ya...."

Entah bagaimana aku mulai memahami maksud dari perilaku Reus.

Dia tahu bahwa dirinya sendiri adalah anak kutukan. Setelah menyaksikan
bagaimana akhir dari pemegang julukan ini, dia sangat gelisah karena memikirkan
akan menuju takdir yang sama. Keinginan untuk tidak mau mati sekaligus tidak
bisa tinggal dengan kakaknya berbentrokan, jadi dia memilih lari....atau begitulah.

"Lihat, Aku anak kutukan! Seorang anak kutukan yang akan terbunuh seperti orang
dewasa itu! Aku tidak menginginkannya, jadi aku akan menjauh!! Ambil kakakku
dan kembalilah!!!"

"....Reus....itu tidak boleh. Kau....kau tidak boleh pergi"

"Kakak....tetaplah sehat, ya? Aku sangat kuat dalam bentuk ini jadi, aku akan
aman. Aku bisa hidup sendiri karena itulah---"

"Kau tidak boleh!!....Reus. Jangan....Jangan tinggalkan aku sendirian...."

Emilia juga tahu hukum ras serigala perak, jadi dia mengerti tindakan adiknya.

Mereka terikat pada rantai yang disebut 'hukum', tak ada kekuatan di suara gadis
yang menderita ini. Meski begitu, kenyataannya dia mungkin ingin menghentikan
Reus dan menangkapnya dengan paksa, namun kakinya tidak mampu bergerak
dan hanya bisa menitikkan air mata.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Bagian dalam tubuhnya terselimuti ketidakberdayaan dan keputusasaan....

"Haaa, bodoh"

....Situasi penuh haru itu pecah karena satu orang. Diriku lalu tertawa mengejek.

"Eeeeh?! Si....rius-sama?"

"Apa?! Coba dan katakan itu lagi!!"

"Aku akan mengatakannya sebanyak apapun yang kau mau. Betapa bodohnya,
sungguh, benar-benar bodoh"

Emilia terkejut dengan kata-kataku, sedangkan Reus disisi lain marah. Namun aku
mengacuhkannya dan mengangkat jari.

"Hei, ayo kita bertanding. Jika kau bisa menang melawanku, kau dapat pergi ke
mana pun. Hanya saja, kalau aku yang menang, kau harus menuruti satu hal yang
aku katakan"

"Apa? Kau tadi berkata kau akan membiarkanku melakukan apa yang aku suka.
Tapi, sekarang ketika aku melakukan apa yang aku inginkan, kau menghentikanku,
pembohong!!"

"Aku tidak mau disebut pembohong oleh orang yang membohongi dirinya sendiri.
Selain itu, 'ini' adalah apa yang ingin kau lakukan? Lucu"

Aku memang menghormati keputusan seseorang, itu hanya jika kami dapat saling
menyetujuinya.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Misalkan aku berhubungan dekat dengan seorang wanita yang ingin kulindungi
namun dia memutuskan untuk berpisah. Seandainya dia menipu siswa-siswaku,
aku masih akan menghentikan dan menghajarnya, bahkan kalau orang
bersangkutan adalah seorang wanita.

"Kau telah menjadi kuat, kan? Jika kau yakin dengan kemampuanmu, cepat dan
datanglah padaku"

Sementara mengundangnya dengan lambaian kelima jari, aku melepas sabuk


senjata dimana pisau dan pedang tergantung. Dihadapanku, Reus mulai
mengeluarkan lolongan bagai serigala, cukup keras hingga bisa didengar oleh
Emilia.

"Dengar Emilia!"

"---!! I-Iya!"

"Aku akan mendidik anak ini sekarang. Apa itu boleh?"

"....Silakan....lakukan"

Aku membuang sabuk senjata ke arahnya, dan bersiap dengan sikap tangan
kosong. Memposisikan kakiku dalam bentuk L sambil meregangkan lengan.

"Selalu, selalu bertindak sombong!! Aku akan menunjukkan kekuatanku!!!"

Sementara melotot dengan segenap intensitasnya, Reus yang menjadi manusia


serigala, menerjang.

"Makan iniiiiii!!!!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Tangan kanan Reus terdorong lurus dalam pukulan bangsal lokomotif*, aku
memutuskan untuk membalas tinjunya yang datang dari samping....tapi buru-buru
beralih untuk menghindari itu. Ketika menyadari tekanan angin dari tinju lewat
dipipi kananku, aku menjatuhkan tubuh untuk mengelak.
[Setahuku, adanya tendangan bangsal lokomotif (Mawashi-Geri), yaitu tendangan
yg dilakukan dengan cara mengayunkan kaki dalam bentuk setengah lingkaran dari
samping. Tapi yg dimaksud disini, tinju Reus berasal dari samping dan menuju pipi
Sirius]

Karena perut telanjangnya tampak di depan mata, aku melesatkan tinju hook kiri*
ke arah sana tanpa keragu-raguan....
[Hook kiri ya kayak gini . Tapi dengan tangan kiri. Jangan salah loh ya, pukulan
hook kiri itu juga mematikan dan sering membuat KO lawan dalam olahraga tinju]

"....Tidak sakit!!"

Mungkin memang sungguh tidak efektif, ia mengungkapkan senyum ganas saat


bertahan jadi aku melangkah mundur dan mengambil jarak....Ini lebih dari yang
diharapkan.

"Cepat dan kuat juga, ya"

"Bagaimana? Aku sudah menjadi kuat, kan?!"

"Ya, tentu"

"Aku tidak akan memungkinkanmu untuk meminta maaf!!"

Reus, yang mendekat sekali lagi, menerjang dalam amukan. Aku menghindari hook
kanan, mengelak pukulan uppercut kiri* dengan membelokkan leher, dan,
menahan tendangan kiri ke depan dengan kedua lengan, diriku terpaksa mundur.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

[Nah, uppercut itu serangan dari bawah keatas yg berawal dari siku lengan petinju
membentuk huruf V]

Karena terus-terusan melangkah kebelakang, punggungku menabrak pohon.


Untuk memanfaatkan kesempatan itu, Reus menyodorkan sebuah pukulan kanan
lurus, jadi aku melompat jauh ke samping untuk menghindarinya. Saat tinjunya
sampai, pohon itu patah dengan suara derakan keras.

Kekuatan penghancur yang sangat hebat untuk anak berusia lima tahun.
Walaupun aku mengelek pukulannya, ini membuatku agak kaku.

"Apa itu? Kau tidak mampu melakukan apapun kecuali menghindar?!"

"Katakan saja apa yang kau mau"

Dalam lompatan jarak menengah, ia menerjunkan tendangan ke bawah. Akupun


menggeser setengah tubuh ke samping untuk mengelak dan membalas dengan
mendorong kepalan kanan ke perutnya. Hanya saja, seolah-olah memukul dinding
kokoh, tak ada kerusakan atau reaksi apapun.

"Hahaha!! Itu tidak menyakitkan sama sekali!! Aku sudah menjadi kuat!!"

Reus merentangkan lengannya dengan cemoohan dalam upaya untuk


menangkapku. Aku lalu bertujuan pada saat ketika tangannya mendekat dan
melepaskan tendangan kanan menuju panggulnya untuk menghancurkan
keseimbangan.

Dia jatuh kebelakang di jarak beberapa langkah dari dampak, dan kembali tegap
seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Itu tidak akan bekerja! Ini kemenanganku jadi menyerahlah!!"


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Dia menarik tinjunya dan menyerang dengan pukulan telepon* sarat dengan
tenaga sekaligus momentum. Kakiku bersiap lalu melompat pergi, ini akan selesai
jika aku memblokir kepalan yang melesat itu.
[Jujur, ini yg paling gak kutahu. Mungkin begini, dia menarik tinju sampai dekat
telinga (kayak orang lagi nelpon) lalu melepaskannya secara lurus]

Hanya saja---

"....Kau bertarung masih seperti anak kecil"

Sebuah pukulan telepon adalah pukulan yang lurus dan mudah diprediksi.

Aku menghindari serangan yang penuh dengan celah, melangkah ke arah dada
Reus, merebut kerah bajunya dan menarik dirinya ke arahku sambil menendang
kakinya keras, membuatnya terjegal. Setelah itu, Reus berputar tiga kali di udara,
dari depan ke belakang, dan tanpa pertahanan terhempas ke tanah.

"Ughhh!?....Bagaimana....mungkin?!"

Ini adalah teknik yang mengacaukan kanalis semisirkularis*, memutar lawan


dengan cara yang dia tidak duga. Meskipun itu sangat berbahaya untuk
melakukannya pada seorang amatir, aku cukup mengerti untuk menahan. Paling
buruk, melumpuhkan rasa keseimbangan sementara. Buktinya adalah Reus tidak
bisa berdiri dan hanya berlutut, ia melihat ke sini dengan ekspresi terkejut.
[Ini merupakan struktur organ yg mengatur keseimbangan tubuh. Kayak gini, coba
kamu memutar tubuhmu kearah manapun beberapa kali. Lalu berhentilah, nah
kamu merasa sangat 'pusing' bukan? Itu karena cairan di rumah siput pada telinga
(kalo gak salah) juga masih berputar/berguncang. Cairan itulah yg mengatur
keseimbangan]

"Tidak peduli seberapa cepat dan kuatnya dirimu, jangan berpikir bahwa teknik-
teknik permainan anak kecil belaka itu dapat mencapaiku"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Maksudku, dari awal dengan mudah menghindari serangan bangsal lokomotif,


melakukan tendangan ke bawah tanpa trik apapun, dan menyelesaikannya dengan
pukulan telepon? Apakah dia menganggap remeh pertarungan ini? Aku beberapa
kali ingin memukulnya dengan serius di jalan.

"S-Sialaaaannn...."

Namun, itu tidak benar-benar berakhir atau belum. Dia berdiri meskipun ini
mengejutkan, dan pergi untuk menyerangku.

Aku mengakui keberanian dan kecepatan pemulihannya, tapi aku akan


memberikan sebuah kekurangan karena bertujuan kepala target yang lebih kecil.
Aku menghindar dengan gerakan leher belaka, dan bergantian mendorong tinju
pada perut Reus.

"Aggh---UUUGH!!!"

Dengan pukulan yang tak terduga, Reus mengambil dua atau tiga langkah,
membungkuk, dan memuntahkan isi perutnya.

Dia pikir dirinya bisa bertahan, sayangnya seranganku sampai sekarang dilakukan
tanpa menggunakan {Boost}. Tujuannya adalah untuk menyelidiki kekuatan
pertahanan lawan, tapi karena aku sudah tahu batasnya, aku hanya memukul
tanpa berlebihan agar tidak sampai membunuh.

"Guuuh, aaaah....itu-itu hanya kebetulan!!!"

Kau berpikir ada hal seperti itu di medan perang? Bagaimanapun, efek setelah
seranganku mereda, aku kira seseorang pasti pulih sekaligus saat menerima
serangan frontal sejelas itu dan dapat diprediksi.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Atau begitulah yang aku pikir tapi itu merupakan perkiraan tak berdasar, dan
ketika tendangan kanan berputar ditujukan pada sisiku, aku menjatuhkan tubuh
untuk mengelak. Karena menyikat dengan segala kekuatan dimasukkan ke dalam
kaki.

Selain itu, aku langsung mencengkeram kaki goyah Reus, dan membuatnya
berputar beberapa kali sebelum membuangnya ke tanah lagi.

"Bagaimana, Reus? Dapatkah kau benar-benar hidup sendiri dengan kekuatan


setingkat itu?"

"Tidak....Aku masih....belum....kalah"

Semangat juangnya belum layu, ia menampilkan tinjunya yang terangkat. Oh,


sekarang setumpuk serangan kecil, ya? Bagus.

Aku menghindari serangannya berturut-turut, sesekali pukulan bangsal lokomotif


menyatu, aku juga menyerangnya kembali. Namun, Reus terus maju tanpa
berkedip. Lebih dari 30 balasan, melihat wajahnya, ia menangis sambil terus
meninju.

"Kenapa....kenapa....tidak sampai? Kenapa....tidak jatuh?!"

"Tidak mungkin aku akan jatuh dengan permainan anak-anak"

"....Jatuhlah....biarkan aku menang....biarkan aku pergi...."

"Benarkah? Kau ingin pergi?"

"Aku ingin pergi....Aku harus....pergi. Seorang anak kutukan....tidak boleh tinggal"


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Ayunan pukulanku terisi dengan kekuatan menuju pipi kirinya, membuat dia
terpelanting, jatuh dan mencungkil daratan kasar. Sementara menumpahkan
darah, Reus masih bersikeras berdiri.

Namun hanya itu yang mampu dia lakukan.

Aku mendekati sosok tak bergeraknya. Ketika tepat di depan, aku menatap ke
kedalaman mata anak itu, yang ketakutan akan dirinya sendiri.

"Sekali lagi. Apa kau benar-benar ingin berpisah dari kami?"

"....Iya. Jika aku tidak....pergi, kakakku....dia tidak akan bahagia!!"

Dia meluncurkan pukulan yang meremas setiap tetes terakhir tenaganya. Aku
hanya menangkap kepalan itu dengan satu tangan, dan mencengkram kerahnya
sekali lagi.

"Reus, lihat aku"

"....Apa?...."

Kami menutup jarak. Pada kedua bola mata tajam serigalanya, diriku tercermin
disana.

"Aku ini apa? Apa aku terlihat seperti ras serigala perak untukmu?"

"....Tidak"

"Benar sekali, aku manusia. Oleh karena itu, aku tidak tahu dan tidak peduli
tentang hal-hal anak kutukan ini. Aku hanya menganggap dirimu anak normal yang
bisa berubah menjadi serigala. Sebaliknya, aku akan senang untuk meningkatkan
dirimu menjadi lebih kuat"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"....Hah....ah?"

"Hukum ras serigala perak? Omong kosong! Hukum-hukum itu tidak berhubungan
denganmu, siswaku. Meski begitu, jika orang bodoh mengerahkan keluhan, aku
akan menghajarnya"

"....Aku....siswamu....?"

"Emilia, datanglah!!"

"....I-Iya!!"

Aku memanggil kakaknya yang sedang mengawasi situasi dengan linglung.


Menunjukkan Reus padanya dan melontarkan pertanyaan.

"Apa yang ingin kau lakukan? Apa kau ingin membunuh anak kutukan karena
hukum ras serigala perak?"

Anak itu gemetar dengan kata-kata 'membunuh'. Untuk membantah


pertanyaanku, Emilia langsung menggeleng.

"Lalu, apa kau ingin berpisah dan melupakan dia? Apa yang ingin kau lakukan?!
Muntahkan isi hatimu!!!"

"....Aku....Aku....tidak....Entah itu membunuh Reus atau berpisah dari dia, aku tidak
ingin semua itu!! Jika bisa dengan Reus, aku takkan peduli tentang hukum!!!!"

....Dan sang kakak pun meneriakkan apa yang berada dalam benaknya,
mematahkan rantai yang disebut 'hukum'.

Aku melihat ke dalam mata Reus, untuk terakhir kalinya.


Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"Seperti yang kau dengar, kakakmu maupun aku tidak peduli tentang hal anak
kutukan....Apa kau masih ingin pergi?"

"....Ti....Tidak...."

Tubuhnya pun berubah kembali lagi, membatalkan transformasinya. Aku tidak


mengerti prinsip di balik itu. Hanya saja, aku pikir wajah Reus, yang kembali ke
asalnya sambil ditutupi dengan air mata dan ingus dengan wajah Emilia sama-
sama berantakannya. Mereka memang benar-benar terikat oleh darah.

Anak ini meneteskan air mata seperti wastafel yang bocor lalu berteriak sekencang
mungkin.

"Tidak tidak tidak tidak!!!!! Aku tidak ingin sendirian!!!! Aku tidak ingin menjadi
kesepian!!!! Aku tidak ingin lepas dari kakakku!!! Aku ingin Erina-san
menepukku!!! Aku ingin bermain lebih banyak dengan kakak Noel!! Aku ingin
memakan berbagai makanan kakak besar Dee!! Aku tidak ingin pergi! Aku
ingin....kembali pulang...."

Menangis dan menjerit, Reus melepaskan isi hatinya, yang telah mati-matian di
pendam.

Itu bagus. Dia masihlah seorang anak yang memiliki setumpuk hal.

Dia harus mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa menahan diri.

Ketika aku menyerahkan adiknya ke Emilia yang mendekat, gadis itu memeluk dia
erat tanpa khawatir tentang tubuhnya yang kotor.

"....Reus....aku lega....Reus"
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

"Kakak....Maaf....Aku sangat menyesal...."

Di balik kedua saudara yang saling berpelukan sambil berurai air mata, aku
mengambil dan melengkapi sabuk senjata saat ingat untuk memakainya.

"Reus, kalau dipikir-pikir, kita menyetujui bahwa kau akan menuruti satu hal yang
aku katakan jika aku memenangkan pertandingan, kan?"

Ini tentu kemenanganku tidak peduli bagaimana orang melihatnya. Meskipun ia


menggigil dari ucapanku, sebuah pertandingan adalah pertandingan. Ayo kita
berasumsi bahwa aku diizinkan untuk memerintahkannya tanpa ampun.

"Sirius-sama, aku akan melakukannya sebagai pengganti Reus....Oleh karena itu,


dia...."

"....Kakak, kau tidak bisa"

"Benar. Ini pertandingan kami jadi akan salah bagimu untuk ikut campur, Emilia.
Reus, dengarkan aku baik-baik"

Menatap wajahnya, aku memberi perintah sementara mengangkat kedua sisi


bibirku.

"Pulanglah"

"....ya...."

Berpikir kembali sampai sekarang, ini sudah berakhir. Membuatku malu telah
bertindak begitu hebat.

Namun, aku berhasil mengembalilan Reus ke rumah dengan benar.


Kesimpulannya, semua berakhir dengan baik.
Arc 3 – Servant
Chapter 16 – Wanting to Say The Truth

Menjadi agak nekat saat masih anak-anak bukanlah masalah, kan?

Dengan demikian, gejolak dari pelarian diri Reus berakhir.

☆☆☆Chapter 16 berakhir disini☆☆☆

Catatan penerjemah =
Banyak reverensi tentang beladiri disini ya. Membuatku sempat pusing -_- yah,
apapun. Syukurlah bisa selesai.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Chapter 17 – Oath of The Silver Moon


Bagian 1

Pagi hari setelah gejolak dari pelarian diri Reus, diriku berlatih sendirian di puncak
gunung.

Aku memang telah berlarian di halaman bersama kedua siswa akhir-akhir ini.
Namun, akan menjadi kejam untuk melakukan pelatihan tepat setelah insiden
kemarin. Dengan kata lain, jadwal pengembangan fisik untuk mereka akan
ditunda. Itu karena aku berlebihan hingga membuat Reus babak belur, dia bahkan
belum bisa berjalan secara normal. Aku hanya bisa tersenyum masam ketika
mengingatnya.

Tadi malam, kami yang telah membawa kembali anak itu, disambut oleh para
petugas yang menunggu di depan rumah.

"Selamat datang, Sirius-sama~. Emilia dan Reus juga~"

"Ah, aku kembali semua orang. Tolong rawat Reus"

"Serahkan padaku"

"Woow, dia penuh luka~. Apa salep cukup, ya~?"

Aku menyerahkan anak yang sedang kewalahan dan pingsan pada Dee, ia lalu
menghilang dibalik pintu masuk bersama Noel.

Setelah melepas Emilia dari punggungku, kedua lubang hidungku akhirnya


menghela nafas dalam-dalam.

"....Yah, kurasa aku memang berlebihan"


Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Tapi itu diperlukan. Ini hanya hasil dari kalian berdua yang saling berhadapan
dengan sungguh-sungguh. Sirius-sama tidak perlu khawatir"

"Aku bukannya khawatir. Hanya saja situasi mungkin berubah lebih baik andaikan
aku tidak terlalu keras. Aku membiarkan emosi mengambil alih tanpa
menahannya"

"Tidak apa-apa, itu juga merupakan salah satu bentuk cinta. Dengan begini, dia
akan menahan diri dari berbagai jenis tindakan egois, kan?"

"Kau malah terkesan tak berperasaan, Erina....Nah, memang bisa dikatakan begitu"

Di saat aku merasa aneh dari pemikiran sepenuhnya positif Erina, mataku
menangkap Emilia yang berdiri di belakang dengan tenang. Dia tidak mengucapkan
sepatah kata pun sampai kami kembali ke rumah.

Apa dia marah karena aku menghajar Reus? Gadis itu tampak sedang
mengumpulkan tekad.

"Ada apa? Apa kau tidak ingin menghampiri Reus?"

"Ah iya! A-Aku akan segera pergi!!"

Emilia melewati sisiku dengan terburu-buru....namun segera berhenti di tengah


jalan. Dia mulai menelusuri kembali langkah-langkahnya lalu membungkuk di
hadapanku.

"....Sirius-sama, sejujurnya....Terima kasih banyak!! Kami bersaudara bisa bersama-


sama, dan itu berkat kau, Sirius-sama!!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Ah, yah....Jika tidak ada yang lain, ini giliranku berkata. Aku senang bahwa kau
aman"

"Iya! Dan, mulai sekarang, aku juga akan terus mengikuti kemanapun Sirius-sama
pergi!!"

Emilia menatap diriku dalam ekspresi dibanjiri kegembiraan. Hingga dia tampak
seolah-olah dilanda demam.

....Hah....mungkinkah ini....?

"....M-Maaf!!!"

Dia tiba-tiba meminta maaf, dan memelukku. Bersamaan dengan diriku yang
keheranan dari tindakan mendadaknya....

"---Aduh!!"

Bahuku digigit. Walaupun aku membocorkan jeritan singkat secara reflek, itu
sebagian besar akibat terkejut. Rasa sakitnya hanya sedikit, bahkan hampir tidak
terasa sama sekali.

Sebelum sempat mempertanyakan perilakunya itu, dia bergumam sesuatu,


berpisah dariku, dan melarikan diri sambil tersipu menuju ke dalam rumah.

Ketika diriku tertinggal dengan tercengang disini, Erina memancarkan aura gelap.

"Menaruh taringnya pada Master....dia perlu hukuman dengan nama pelatihan"

"Tahan! Tunggu sebentar!! Itu tadi kebiasaan dari ras serigala perak, aku bukannya
diserang!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Membujuk Erina, yang berada di ambang mengambil langkah berbahaya, aku


memberinya penjelasan tentang kebiasaan ras serigala perak yang pernah
kudengar dari Emilia.

Bagi mereka, menggigit bahu adalah bukti kasih sayang. Adapun perkataan yang
gadis itu gumamkan saat pergi....

"(Aku....menyukaimu)"

....Ini tentu adalah tahap lebih lanjut dari yang terakhir kali. Sudah
mencapai....tingkat itu, ya....

"....Jika diriku Noel, aku akan mengatakan bahwa dia seorang---"

"Tolong jangan lanjutkan itu"

Ya, ini jelas bagi siapa pun yang melihatnya----Dia seorang gadis yang telah
sungguh-sungguh jatuh cinta, ya kan~?

Aku menyelamatkan adiknya dari keputusasaan anak kutukan, membuat


kekagumannya padaku bertambah sangat tinggi, lalu berevolusi menjadi rasa cinta
terhadap lawan jenis. Tidak bagus, ini akan berkembang menjadi situasi yang si
pelayan bertelinga kucing pernah ceritakan.

Walaupun aku tidak terlalu suka gadis itu, kami masih muda dan akan berubah
buruk kalau tidak membahasnya bersama-sama dengan benar sebelum menjadi
situasi aneh sekaligus rumit.

Pada kekhawatiranku, Erina menegaskan sesuatu sambil menepuk dadanya seakan


berucap 'Percayakan kepadaku'.

"Sirius-sama, tinggalkan pengurusan Emilia untukku"


Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Apa ini baik-baik saja? Jika kau malah membuat dia tertekan, itu akan menjadi
masalah"

"Tidak apa-apa. Aku memiliki ide bagus agar kami dapat mengurus perasaannya
hingga mencapai suatu kesimpulan"

"....Agak mencemaskan, tapi baiklah, aku akan mempercayakan masalah


perempuan kepada perempuan"

....Aku percaya, namun hanya kali ini saja. Ada kegelisahan aneh yang tak bisa
kulenyapkan.

Dan setelah itu, pengobatan Reus berakhir. Hanya saja, dia belum bisa bangun
sampai matahari terbit.

Aku bekerja keras dalam pelatihan di puncak gunung, dan menuju rumah dengan
terbang.

Tiba lalu disambut oleh Erina, dia membawakan handuk dan minuman untuk
menyegarkan tubuhku.

"Apa kedua anak itu sudah bangun?"

"Belum. Mereka tidak terlihat ingin pergi keluar, jadi aku berpikir untuk memanggil
keduanya segera"

"Melewati berbagai adegan yang aku sebabkan kemarin, ini bisa dipahami kenapa
mereka enggan untuk bertatap muka denganku"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Tapi tetap saja, kami masih akan saling bertemu cepat atau lambat karena tinggal
di tempat yang sama. Emilia juga tidak muncul, mungkin dia ingin menemani Reus
dulu.

"Paling buruk, bolehkah aku menempatkan makanan di depan kamar mereka agar
keduanya keluar?"

"Jangan sekarang. Pokoknya, sarapan sudah siap jadi ayo kita pergi. Dee
tampaknya antusias hari ini"

Ini tidak seperti aku mengadakan festival untuk memancing keluar Amaterasu dari
Ama no iwato*, tapi bukankah menyedihkan untuk memperlakukan mereka
seperti binatang dengan memikat keduanya menggunakan makanan?....Yah, anak-
anak itu memang seperti hewan peliharaan sehingga....aku mendadak berpikir
tidak akan bersalah bahkan jika melakukannya, aku cukup kejam, ya kan?
[Sejarahnya, Susano'o pernah berulah dan membuat Amaterasu sangat marah,
hingga dia ngambek dan bersembunyi didalam gua bernama Ama-no-Iwato,
menyebabkan matahari tidak muncul untuk waktu yg lama. Jagad raya-pun
meredup. Agar dirinya bisa keluar, para dewa mengadakan semacam 'Festival'
didepan gua, rasa penasaran lalu membuat Amaterasu membuka pintu gua.
Begitulah singkatnya]

""Selamat pagi, Sirius-sama""

Walaupun Noel dan Dee berdiri di depan meja sarapan yang telah diatur
sedemikian rupa, masih belum ada tanda-tanda kehadiran dari dua bersaudara.

Semua anggota lalu duduk, dan ketika Noel hendak meninggalkan ruangan untuk
memanggil mereka....

"Ah, heh~? Kalian sudah bangun?"


Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

""---?!""

Keduanya yang sedang mengintip ke sini melalui celah pintu ditemukan.

Mereka sempat panik, tapi Noel bergegas menghampiri, membuka pintu dan
menarik anak-anak itu kedalam tanpa diskusi apapun.

"....Selamat....pagi"

"....hiks...."

Mata mereka tampak membengkak juga merah. Disatu sisi, Emilia terlihat sangat
gugup dan malu. Sedangkan disisi lain, sambil terisak Reus menunduk seakan
menghindari tatapannya agar tidak dilihat oleh orang lain.

"Reus, bagaimana dengan ucapan salam?"

"Uh....Se---....Selamat....Pagi...."

"Ya, sangat bagus. Kemudian, ambillah kursi. Sarapan akan menjadi dingin jika
terus dibiarkan"

"Di sini di sini~, kalian berdua silakan dan duduklah~"

Dengan punggung mereka didorong oleh Noel, keduanya walaupun terlihat


enggan menaruh pantat di kursi masing-masing.

Roti dan daging berbaris indah di atas meja. Hanya saja, Reus belum menyentuh
apapun. Dia jelas masih sedih dengan semua fakta yang mengarah ke dirinya.

"Kau, makanlah ini"


Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Meski sedikit terlambat, Dee menyendoki semangkuk sup hangat. Dia lalu
menyodorkan hidangan menuju anak itu sambil memasang wajah tanpa ekspresi
seperti biasa. Tapi dapat terlihat kalau sudut mulutnya agak naik.

"Kau akan baik-baik saja dengan memakan ini walaupun bagian dalam mulutmu
terluka"

Memperjelas itu, Dee juga mengambil kursi. Disaat keduanya masih tercengang
memandang perlakuan ini, kami pun menepukkan kedua tangan.

"Lalu, semua orang, Itadakimasu"

"""Itadakimasu"""

"....Itadakimasu"

Sarapan dimulai dengan sinyal dari Erina. Ngomong-ngomong, meskipun ada


praktek umum berdoa kepada dewa sebelum makan, tidak ada ucapan
'Itadakimasu' jadi aku sendiri menjadikan itu sebuah kebiasan.

Meskipun sempat linglung, kedua bersaudara mengambil peralatan makan dan


mengais hidangan dihadapan mereka. Saat ia meneguk sup, Reus memunculkan
ekspresi kesakitan. Itu mungkin mencapai luka intraoral*.
[Luka dlm rongga mulut]

"Hmm? Haruskah aku membuat itu agak mendingin? Tampaknya terlalu panas
untukmu"

"....Hal-hal hangat sangat lezat, jadi...."

"Benar~. Lagipula, itu sup pertamamu. Apa kau memahami rasanya, Reus-kun?"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Apakah itu enak?"

Mungkin dari khawatir tentang kualitas sup yang aku ajari, Dee menunggu reaksi
anak ini sambil tampak mengantisipasi jawabannya.

....Dan Reus dengan air mata berkumpul lagi, akhirnya mengangkat kepala.
Pandangan berkaca-kaca itu mencerminkan kami semua.

"Y-Ya....enak....sangat enak...."

Tanpa memperdulikan tetesan-tetesan yang mengalir dari pipi lalu jatuh ke dalam
sup, sendok Reus tidak berhenti bergerak. Dia selesai makan lebih cepat dari
biasanya dan langsung membungkuk penuh semangat.

"Maafkan aku!! Aku minta maaf karena berbuat sesuatu yang egois. Aku tidak
akan melakukan hal-hal seperti itu lagi, jadi....tolong biarkan aku tinggal dengan
kakakku!!!"

Tangan semua orang berhenti dalam teriakan penyesalannya yang tiba-tiba, Erina
meletakkan peralatan makan sambil menyeka mulut.

"Reus, aku bertanya-tanya, apakah kau mengingat perkataan yang Sirius-sama


berikan agar kau datang kembali?"

"....'Pulanglah'...."

"Kalau begitu, semuanya telah berakhir baik....Selamat datang di rumah, Reus"

"""Selamat datang di rumah!!"""

"....Uuu....Uaaa....aaaaa!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Air mata meluap dengan aliran deras hingga terasa percuma untuk menyekanya
lagi dan lagi.

Hari ini, aku pikir itu adalah pertama kalinya Reus tersadar....dari lubuk hatinya,
bahwa dia sudah menjadi anggota rumah sederhana ini.

"Kau harusnya masih lapar, kan~? Kau dapat menelan roti meskipun sakit?"

"Makanlah daging juga. Ini akan membuatmu semakin kuat"

"Reus, ayo kita berbagi telur milik kakak"

"....Ya....Aku akan....memakan semuanya...."

Dimanjakan oleh saudaranya, Noel dan yang lain, waktu sarapan pun berubah
menjadi momen kebisingan.

Setelah makan, Reus menghampiriku saat aku sedang menikmati teh. Pandangan
iri dan cemburu dari sebelumnya sudah benar-benar menghilang. Sekarang, dia
hanya seorang anak yang kebingungan ingin memulai percakapan. Akan
kukesampingkan seluruh hal dan berfokus padanya dulu.

"Ada apa? Kau memiliki urusan denganku?"

"Hmm....Sirius-sama....aku minta maaf. Dan....terima kasih"

"Ya, baiklah. Namun, walaupun aku orang yang memukulmu, aku akan
membiarkan cedera mu sembuh sendiri. Itu untuk mengukir kesalahanmu dengan
tegas"

"....Ya!"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Dia akhirnya mencapai titik tersenyum padaku? Aku lalu mencoba menepuk
kepalanya, tapi dia tidak tampak seperti tidak menyukai itu dan perlahan-lahan
mengayunkan ekornya.

Apa-apaan ini?....Aku ingin melakukan Doya-gao* sekarang.


[Istilah yg maksudnya menggambarkan suatu ekspresi sombong. Kayak 'Weh, gua
punya ini']

"Ini mengingatkanku tentang anak kutukan. Bagaimana dengan itu? Meskipun kau
normal sekarang, apa tanpa sadar dapat berubah lagi ketika malam datang?"

"Tidak, asalkan aku yakin tidak ingin menjadi itu. Memang membuat dadaku
berbunyi pelan 'boom-boom' ketika melihat bulan, tapi aku masih bisa
menahannya"

Perubahan wujud tampaknya terkendali. Dia berkata itu akan berefek disaat
menatap bulan. Yah, syukurlah transformasi paksa ini bukan disebabkan karena
datangnya malam. Hanya saja, kami tidak tahu kapan dia akan benar-benar
berubah, aku harus menyelidikinya dengan berbagai eksperimen.

Selain membuatnya berjanji untuk memberi kabar segera jika terjadi sesuatu, aku
juga menyuruh Reus agar tidak secara gegabah bertindak. Karena pribadinya yang
dari awal memang patuh, seluruh ucapanku disetujui dengan lancar tanpa
keberatan apapun.

"Sirius-sama, aku ingin menjadi kuat. Lalu, aku dapat melindungi kakak dan tidak
kalah melawan hal-hal seperti anak kutukan. Aku ingin menjadi kuat sepertimu,
Sirius-sama"

"Sepertiku, ya....Nah, jalan untuk mencapainya sangat sulit. Kalau kau masih mau,
ikutilah aku dengan benar dari sekarang"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Iya!"

Emilia dan Reus telah terguncang menghadapi berbagai keadaan, namun itu kini
hanya terukir sebagai masa lalu. 'Garis start' dimana mereka memijaki takdir baru
akhirnya muncul.

Dari sini, keterampilanku akan diuji. Aku juga akan mengembangkan diri sebagai
guru bersamaan dengan melatih keduanya. Meski jalan yang membentang begitu
panjang dan penuh rintangan, itu layak untuk diambil.

Hari ini, pelatihan keduanya dibatalkan. Aku mengatakan kepada Reus untuk tidak
berlebihan dan membuatnya beristirahat, sedangkan Emilia diarahkan ke
kamarnya sendiri oleh Erina. Maksudku, dia belum sempat bertatap muka
denganku sejak pagi. Tapi dengan kemampuan Erina, masalah-masalah dari
kemarin harusnya akan mereda.

Karena tak ada yang dapat dilakukan, aku berniat menuju ke rumah Lior. Sekarang
adalah giliran Dee untuk membuatkanku bekal makan siang. Dia mengatakan
persiapannya akan memakan waktu satu jam, jadi aku membunuh waktu dengan
mengayunkan pedang kayu di halaman.

'Gaya Tsuyoshi Yabu Itto' Teknik Pertama: Kekuatan Surga. Setelah penelusuran
gerakan yang aku amati dari berbagai pertarungan, aku menggerakkan tubuh
sesuai dengan imajinasi yang muncul. Ini adalah gaya membunuh tanpa gagal
dengan satu tebasan pedang, dan karena sangat diperlukan kemampuan untuk
mendapat pukulan menentukan, melatihnya berulang kali sangatlah penting. Aku
lalu mencoba meniru Chiyabu, melepaskan delapan garis tebasan miring dalam
satu tarikan napas, tapi aku berhenti hanya di enam, bahkan ketika memakai
{Boost}. Ini adalah hasil dari kurangnya kekuatan dan keterampilan, sedangkan pria
tua itu dapat melakukannya dengan pedang besi berat. Aku memahami sekali lagi
bahwa dia merupakan monster sungguhan.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Saat sedang mengayunkan dengan kasar dan agak berkeringat, aku berhenti
sejenak. Menyadari suatu siluet bersembunyi dan mengintip ke arah sini. Tak perlu
dikatakan siapa itu. Walaupun aku menyuruhnya untuk beristirahat, anak ini cukup
energik.

Aku menyeretnya keluar dari semak-semak di mana dia bersembunyi, ingin


mendengar dan memutuskan dari apa alasannya.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau baik-baik saja dengan tidak mengambil
istirahat?"

"Aku berencana untuk melakukan apa yang kau lakukan, Sirius-sama. Selain itu,
tubuhku tidak sakit lagi!"

Pemulihan yang cepat. Apa ini pengaruh anak kutukan juga? Kalau dipikir-pikir, ini
pertama kalinya Reus menyaksikan diriku menggunakan pedang, kan?
Hmm....Bagaimana kalau membuat dia mengalami berbagai hal? Tidak, itu harus.

"....Itu tadi gerakan pedang yang aku pelajari dengan meniru orang lain, bagaimana
menurutmu?"

"Menakjubkan! Ayunan-ayunannya mendesis-desis di udara, sangat keren!!"

"Begitu kah? Ingin mencobanya?"

Ketika aku menyerahkannya pedang kayu dan membiarkan dia membawa itu,
wajahnya tercerahkan seakan telah menerima mainan baru.

"Apa boleh?"

"Jangan mengayunkannyan ke arah yang tidak masuk akal. Berhentilah kalau


tubuhmu mulai sakit"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Dia sejenis individu yang menganggap pengalaman adalah segalanya. Aku tidak
tahu bagaimana gaya bertarung Reus akan berkembang, hanya saja mempelajari
pedang tidak bisa di ulur-ulur lagi.

Dengan gembira menggunakan senjata palsu, suara praktek ayunannya tercipta


tanpa pemahaman apapun, agak menyedihkan. Penampilannya lucu saat dia
kebingungan dengan perbedaan suara tebasan, seolah-olah ada setumpuk tanda
tanya melayang di atas kepalanya.

"Hmmm. Kenapa?"

"Peganganmu terlalu lembut, wajar saja jika kau mengayunkan itu hanya dengan
tenaga lengan"

Aku mengambil pedang kayunya. Secara jujur, mungkin aku harus menunjukkan
tiruan dari gerakan Lior. Walaupun sebenarnya berpedang bukanlah bidang
keahlianku, aku akan mencoba menguraikan poin-poin yang mampu kuberitahu.

"Ketika memegang pedang menggunakan kedua tangan, tangan kirilah yang


terpenting. Juga, saat menggenggam, jangan menggunakan semua jari. Kau hanya
harus mengencangkan jari kelingking dan jari manis, lalu meluruskan jari telunjuk"

Setelah menunjukkan teknik itu di depannya, aku menyerahkan lagi pedang kayu
pada Reus. Walaupun apa yang di ajarkan adalah cara memegang katana, aku pikir
itu akan bekerja tanpa masalah dengan pedang semacam ini juga. Aku akan
memastikannya pada Lior hanya untuk berjaga-jaga.

Suara praktek tebasannya membaik, meski hanya sedikit. Dia mempelajarinya


dengan cepat.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Sirius-sama, aku minta maaf telah membuat menunggu....Oh, Reus menggunakan


pedang?"

"Ini hanya percobaan kecil. Ketangkasannya cukup bagus"

Dee datang membawa sebuah kantong besar beirisi bekal. Menangkap sosok Reus
yang sedang mengayunkan pedang, dia berhenti sejenak. Setelah memberi
penjelasan kecil tentang situasi, aku menerima bekal makan siang, dan
menyimpannya didalam tas bahu.

"Dee, ajari dia di waktu luangmu. Baiklah, aku akan pergi"

"Miliki hari yang baik"

"Miliki hari yang baik!!"

Sambil dilambaikan pergi oleh keduanya, aku mengaktifkan sihir untuk maju ke
arah tempat Lior.

Memuskan untuk berhenti sebentar di tengah langit dan menoleh kebelakang. Aku
menemukan suatu pemandangan dimana Dee berbicara kepada Reus, mungkin dia
sedang memberikan beberapa saran.

Lakukan yang terbaik, anak muda.

☆☆☆☆
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Bagian 2

"---Aaagh!!"
Aku tidak dapat menepis serangan mendadak Lior, dan terpental oleh pukulan
langsungnya. Meskipun tubuhku memantul beberapa kali di tanah, aku berhasil
mengembalikan keseimbangan di udara dan mendarat dengan lancar. Serangan
barusan membuat tangan kananku benar-benar mati rasa. Mungkin pertandingan
ini sudah akan lama selesai andaikan senjata kami adalah hal sungguhan,
bukannya pedang kayu.

....Sudah dibatas, ya.

"....Aku menyerah"

"Haa....haa....sama...."

Lior tampak kewalahan juga. Dia terduduk, dan tersenyum menandakan hati yang
puas. Sialan, aku kalah setelah sekian lama.

Bagaimanapun, serangan terakhir itu sempurna. Untuk Lior yang dipanggil


Goutsurugi, satu tebasan saja sangatlah menentukan. Bahkan jika gaya
bertarungnya tidak mempunyai trik kejutan, dia masih memiliki berbagai variasi
teknik serangan.

Itulah asumsi penyebab dari kekalahanku. Memang bukan suatu hal besar, tapi ini
membawa kembali semangat dari kehidupan masa laluku yang telah lama
meredup.

"Benar-benar, kau ternyata memiliki teknik seperti itu....Aku yang kalah"

"....Hmm, teknik ini belum memiliki nama. Tapi, cukup melegakan karena berhasil
mencapai dirimu"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Hah? Kau belum menamainya?"

"Itu tadi adalah teknik yang baru diciptakan untukmu. Teknik yang dikhususkan
untuk menyerang lawan bertipe kecepatan ketika dia lengah. Fokusnya berbeda
dari gayaku, jadi merepotkan untuk mengembangkannya"

....Hanya ada satu orang yang membuat teknik baru untuk satu tujuan....yaitu
mengalahkanku.

Pria tua ini tentunya keterlaluan. Jika itu untuk kemenangan atau untuk semakin
kuat, dia rela menggunakan suatu teknik yang bertentangan dengan kebiasaan
bertarungnya sendiri.

"Yah, lain kali hasilnya tidak akan sama, kan? Adaptasimu terlalu cepat, mungkin
aku harus mengubah sedikit teknik ini nanti"

Seperti yang dia katakan, aku yakin dapat menghindar di pertarungan selanjutnya.
Oleh karena itu, tergantung pada keadaan, ia mungkin berhenti menggunakan
teknik ini.

Latih tanding hari demi hari terus mengasah diri kami, berlanjut sampai salah satu
pihak tidak mampu lagi bertarung. Aku dan Lior menikmati itu tanpa masalah
walau sering berujung babak belur.

"Apa lenganmu baik-baik saja? Meski kau memblokir itu tepat waktu, serangan
barusan cukup serius"

"Memang menyakitkan, tapi tidak apa-apa. Yah, lebih dari ini akan sulit
disembuhkan"

Kurasa ada tulang yang retak, tapi akan pulih sepenuhnya sampai beberapa jam
jika aku mengaktifkan Kontrol Regenerasi.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Hmm begitu, ya. Lagipula, tidak terasa siang hari sudah terlewat. Sekarang agak
terlambat namun masih sempat untuk waktu makan siang"

"Benar juga, aku membawa bekal yang dibuatkan oleh salah seorang dari
petugasku. Isinya terlalu banyak, jadi harusnya cukup bahkan kalau berbagi
denganmu"

"Hohou!! Aku akan dengan senang hati menikmatinya!!"

Pria tua ini sering diam-diam mencuri sedikit bekalku, ternyata dia merupakan
penggemar masakan Dee. Aku mengikutinya sambil menyaksikan sosok besar Lior
yang memasuki rumah log dan tersenyum seperti anak kecil.

"Cara memegang pedang?"

Ditengah waktu makan siang, aku melemparkan pertanyaan dari pagi ini.
Ngomong-ngomong, isi bekalku adalah hidangan warna-warni, yang merupakan
'tantangan pertama' dari ajaranku kepada Dee, sandwich potongan daging. Aku
mencicipinya, dan itu enak, bahkan agak lebih baik daripada buatanku. Dia
sungguh seorang koki.

"Hmm, aku tidak terlalu memikirkannya. Aku hanya mengayunkan itu dengan
tenaga belaka, sehingga....lagipula, aku kira kau hanya harus menggenggamnya
dengan kekuatan penuh untuk memperoleh tebasan yang bagus"

Jujur saja, kenapa pria tua ini begitu kuat? Untuk sekarang, aku akan mencoba
mengajarkan kepadanya bagaimana cara memegang pedang.

"Hoouu. Aku mengerti....tidak buruk. Tergantung pada tekniknya, mungkin efektif"

Dia memiliki keserakahan untuk mencoba dan mengadopsi pendapat orang lain,
kurasa itu juga satu dari sekian banyak rahasia dirinya bisa sampai memperoleh
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

gelar terkuat. Seseorang biasanya tidak akan mencoba untuk mengubah teknik
yang telah di asah selama bertahun-tahun, benar kan?

"Ini mengingatkanku. Siswaku, Reus tertarik pada ilmu pedang"

"Itu hal yang bagus. Aku memahami ilmu pedang di sekitar usia yang sama
denganmu juga"

"Jadi, kau kira-kira memiliki 50 tahun lebih pengalaman dengan senjata, pria tua?
Sekarangpun masih sama"

"Aku melakukannya selama 50 tahun dan kalah dengan anak berusia 6


tahun....Hei, ingin mempelajari ilmu pedangku? Bagaimana? Jika itu kau, kau pasti
akan melampauiku"

Meski kami sudah bertanding tak terhitung jumlahnya, baru kali ini ia
mengutarakan saran agar aku mewarisi pengetahuan tentang gaya bertarungnya.

Hanya saja....

"Aku menghargai idemu, tapi itu sangat berbeda dari caraku bertarung. Aku sudah
melihat teknikmu dan pernah menirunya. Setelah mengadopsi gaya pedangmu,
mungkin aku hanya akan memperlemah dari yang asli. Maaf"

"Begitu kah? Aku tidak memaksa. Ini bukan berarti aku benar-benar ingin pewaris,
tapi teknik-teknik itu akan menjadi sia-sia jika hanya diriku yang menggunakannya"

"Lalu, apa kau ingin mengambil alih siswaku?"

"Hoh, jadi apa yang kau katakan sebelumnya bukan lelucon?"*


[Dari chapter 14]
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Itu tergantung pada kehendak orangnya sendiri"

Di tempat pertama, keterampilan dan metode pertempuranku sebagian besar


didasarkan pada pengetahuan dari kehidupan sebelumnya. Ditambahkan teknik
unik guruku, hampir tidak mungkin untuk mengajarkan ini kepada orang-orang
dari dunia lain.

Oleh karena itu, rencana pelatihan dua siswaku mula-mula adalah untuk melatih
dasar-dasar daya tahan, mendorong kemampuan kesadaran akan situasi dan
sejenisnya. Membesarkan mereka hingga dapat memakai senjata sekaligus
mengembangkan gaya individual sesuai dengan diri masing-masing.

Selama ini aku memikirkan semua itu dengan kepala yang berkutat. Dan ketika Lior
menyampaikan kalau dirinya ingin seseorang untuk meneruskan teknik-tekniknya,
itu sesuatu yang tak terduga sekaligus menggembirakan.

"Aku akan menerapkan pendidikan dasar mengenai pelajaran-pelajaran dan


berlatih ringan selama setidaknya setengah tahun. Kemudian, akan mencoba
untuk memperkenalkanmu padanya jika anak itu mengatakan kalau dia mau"

"Kalau ini darimu, aku akan menerima siswa yang menakjubkan, ya kan? Hal-hal
akan menjadi semakin menyenangkan dari sekarang dan seterusnya!"

"Berharaplah untuk itu. Kau tidak memiliki masalah dengan mengekspos beberapa
keahlianmu?"

"Tidak. Aku ingin seorang siswa yang mampu memotong batu dengan pedang besi
dan melakukan empat irisan {Chiyabu}"

"Jangan konyol. Terutama bagian terakhir, bahkan bagiku batasnya hanya enam
kali, kau tahu?"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Bagimu untuk dapat menggunakannya sampai segitu tanpa diajarkan, kau terlalu
abnormal!! Apa artinya 50 tahunku selama ini?!"

"Aku tidak tahu!!"

Dengan demikian, aku terus berargumen remeh dengan si pria tua sampai
cederaku benar-benar sembuh.

Namun, suatu kesimpulan tak terduga menunggu disaat diriku kembali.

"Ah, Selamat sore, Sirius-sama!"

Ketika akhirnya sampai di rumah, aku masih melihat Reus menebas udara dengan
pedang kayu. Namun, mungkin dia tidak memaksakan diri, luka-lukanya sudah
pulih. Anak itu mengayunkan senjata palsu dengan senang hati.

Disampingnya, aku menemukan Dee yang membuat wajah tanpa ekspresi. Hanya
saja, terasa kesan rumit dimatanya.

"....Sirius-sama, meskipun kau memiliki bakat yang luar biasa, anak ini tidak kalah
denganmu juga"

"Sirius-sama!! Aku mencoba gerakan di mana kau mengayunkan pedang enam kali
dalam satu helaan napas, tapi aku hanya mampu melakukannya tiga kali! Tolong
ajari aku trik untuk itu!!!"

....Apa? Dia menerapkannya hanya dengan melihat teknik yang dilakukan sekali?
Walaupun itu hanya setengah berhasil, dia benar-benar mampu mencapainya?!.

Disamping itu, dia juga memiliki ketajaman visual. Mampu merasakan dan
mengingat sejumlah tebasan miring yang hampir seperti efek kerdipan cahaya.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

....Mungkinkah anak ini orang berbakat yang tak terpikirkan?

Ada juga tambahan kesimpulan tak terduga yang lain.

"Ah, hmmm....Selamat datang di rumah"

Wajah Emilia memerah saat menghampiri kami, matanya segaris denganku dan
berbicara.

Seperti yang diharapkan dari Erina, ia tampaknya telah menjelaskan pada gadis ini
dengan baik.

"Hmm....tentang apa yang terjadi kemarin, aku diliputi dengan emosi dan....bisa
dikatakan bahwa aku pergi terlalu jauh"

"Tidak juga. Aku senang dengan niat baikmu, Emilia"

Memang sempat agak panik oleh pengakuan mendadaknya, namun aku menerima
seluruh sifat-sifat mereka karena ini sudah diputuskan disaat diriku membawa
keduanya. Wajah Emilia berbinar gembira pada jawabanku.

"Syukurlah. Aku akan melakukan yang terbaik untukmu setelah ini, Sirius-sama.
Dan ketika menjadi dewasa, aku akan melakukan yang terbaik bahkan di tempat
tidur! Tolong tunggu aku!!"

....hhhhmmmMMMMM?!?!?! TUNGGU SEBENTAR!!!!! Ada beberapa frasa aneh


yang bercampur disana, ya kan?!?!?!

Tanpa menperdulikan diriku yang tertindih kejutan berat, Emilia menghadap dapur
dan mengambil secangkir susu dari Erina.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Para pria menyukai dada besar....benar kan? Jika aku tidak bekerja keras dari
sekarang...."

"Itulah semangat. Kau harus bersungguh-sungguh untuk memenuhi harapan Sirius-


sama di masa depan"

Erina....-san?! Apa apaan ini?!?! Apa yang kau perbuat sehingga dia terinspirasi
dengan suatu hal yang sungguh jauh melenceng?!?!?!

☆☆☆☆

Bagian 3

Pada malam harinya, tiga petugas dan aku berdiri di halaman yang disirami sinar
redup dari rembulan.

Bulan di dunia ini tidak pernah berubah ukurannya*, malahan, itu adalah bulan
yang selalu bulat dan terlihat hanya memiliki bayangan tipis.
[Kukira ini maksudnya adalah, bulan tidak pernah menjadi bulan sabit atau apapun
dan hanya bulat. Bukannya bulan menjadi Supermoon atau semacamnya yg
ukurannya berubah. Katakan kalau terjemahanku salah]

Petang ini adalah bulan purnama yang terang, malam baik untuk dimandikan
dengan sinarnya. Namun, kami tidak berdiri di sini karena suatu hal aneh,
melainkan berkumpul oleh undangan Emilia.

"(Semua orang, aku punya permintaan. Malam ini, aku ingin kita semua berkumpul
di halaman pada saat bulan bersinar paling terang)"

Adalah apa yang dia ucapkan terlepas dari situasi setelah makan malam. Kami tiba
di sini, namun dua orang bersangkutan tak bisa ditemukan dan tampaknya masih
melakukan sesuatu di dalam rumah.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Hari ini bulannya cukup indah sekaligus waktu ketika bersinar paling
terang....dengan kata lain, sekarang, apa yang kita akan lakukan~?"

"Sebelum datang kemari, aku mendengar bahwa mereka sedang mencari anggur"

"Anggur? Lalu, kita di sini untuk minum? Ini malam yang bagus, tidak akan buruk
bagi setiap orang untuk menikmati alkohol sambil memandangi bulan, ya kan~?"

"Sirius-sama dan keduanya belum dewasa, kita tidak bisa membuat anak-anak
untuk meminumnya. Aku tidak tahu tujuan mereka, tapi mungkin sesuatu yang
penting karena tampaknya serius"

"Benar, ayo kita menunggu dan---oh, itu mereka"

Keduanya muncul dari pintu masuk sambil memegang masing-masing sebuah


kotak kayu kecil sekaligus meja. Mereka datang berlari membawa barang-barang
itu ke arah sini.

"Aku minta maaf karena membuat kalian semua menunggu"

Aku tidak merasa telah menunggu selama itu sampai keduanya harus
membungkuk dengan pernapasan kuyu.

Kami hanya memberikan senyuman pada permohonan maaf yang terlanjur


diberikan.

"Jangan khawatir karena kami tidak keberatan. Lagipula, kita disini untuk apa?"

"Oh, benar juga. Ada sesuatu yang aku ingin kalian lihat. Reus"

"Baiklah, itu harusnya bagus di titik ini"


Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Emilia mengambil jus dan anggur keluar dari kotak kayu dan menempatkan itu di
atas meja yang Reus taruh di tanah. Seluruh situasi ini terlihat seolah-olah suatu
persembahan ke bulan.

"Semua orang, pertama-tama, terima kasih karena menerima pertemuan ini"

"Terima kasih"

Berdiri di depan kami, keduanya mengucapkan rasa syukur mereka. Entah


bagaimana, 'pidato pertama' serasa menghangatkan hati.

"Izinkan aku untuk menjelaskan. Pada acara-acara besar seperti pernikahan atau
festival, kami ras serigala perak mengadakan upacara yang disebut {Sumpah Bulan
Perak}. Ini adalah upacara penting di mana satu sumpah diutarakan dihadapan
bulan. Setelah sumpah diucapkan, seseorang tidak boleh mematahkannya"

Seusai menjelaskan itu, Reus menuangkan jus apu kedalam cangkir lalu diletakkan
di atas meja.

"Tidak boleh melanggarnya, kau katakan? Ras serigala perak menakjubkan, ya~"

"Menurut ayahku, 'Itu hanya sebuah keperluan'. Namun, aku belum pernah
melihat orang yang melanggar sumpahnya"

"Ini adalah upacara yang diadakan untuk acara-acara besar, kan? Serigala perak
adalah ras yang dikatakan menghargai kekerabatan, tidak ada satupun di antara
mereka yang akan melanggar sumpah itu"

"Memang. Seperti yang diharapkan darimu, Sirius-sama, kau memiliki banyak


pengetahuan"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Ini hanya pengetahuan dari buku. Aku tidak berpikir bahwa aku akan dapat benar-
benar melihatnya secara langsung"

"Aku mengumpulkan semua orang agar memastikan bahwa kalian menyaksikan


sumpah kami. Sirius-sama, bisa kau berdiri di sini?"

Di bawah arahan Emilia, aku dibuat untuk berdiri di belakang meja yang telah di
siapkan.

Hah? Ini terlihat seperti aku berpartisipasi ke dalamnya, ya kan?

"Apa kau siap?"

"Iya, kakak"

Dua anak menekuk lutut lalu menaruh tangan di depan dada mereka dalam bentuk
silang, gerakan yang mengisyaratkan seakan berdoa kepada dewa.

Upacara pun dimulai.


Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"O, bulan perak. Ibu kami. Tolong penuhi sumpah baru yang akan kami untaikan"

Dalam suasana khidmat di mana semuanya menjadi sunyi, Emilia merangkai kata-
kata yang diperuntukkan kepada sang rembulan.

"Aku, Emilia Silverlion"

"Aku, Reus Silverlion"

""Mengantarkan pada bulan sebuah janji. Untuk mengikuti engkau dan


menyerahkan pusat umurku sendiri dari sekarang dan sampai diri ini layu""

Telingaku sempat menangkap suara napas seseorang berhenti sejenak di tengah


sumpah itu.

Biarkan aku jujur, kalian hanya mengidolakanku. Kalian berdua masihlah anak-
anak, kalian akan menemukan orang-orang dari lawan jenis yang kalian akan
hargai lebih dari diriku di masa depan, kalian akan menikah dan memiliki anak
dengan mereka....Pada saat itu tiba, sumpah hari ini pasti akan menjadi halangan.
Karena itulah, tidak perlu perlu untuk melakukannya, perasaan kalian sudah cukup.

....Itulah yang aku ingin sampaikan.

Sayangnya....tak ada yang keluar dari mulutku.

Keduanya mempunyai ekspresi bersungguh-sungguh, mereka menatapku tanpa


mengalihkan pandangan sama sekali.

Mereka anak-anak yang memiliki tekad baja untuk melepaskan suatu sumpah
dalam sebuah upacara. Oleh karena itu, aku harus membalas ketetapan hati
keduanya. Bukan sebagai guru kepada siswa, melainkan semata-mata sebagai
manusia.
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Kami sudah membahas tentang ini dan memutuskannya....Kami bersaudara ingin


bersamamu selamanya, Sirius-sama"

"Aku memang masih anak-anak dan belum berguna, tapi suatu hari manti aku
ingin menjadi kuat dan membantumu, Sirius-sama!"

"Kami tidak akan pernah menyesali pilihan ini. Maukah kau menerima Sumpah
Bulan Perak kami?"

"....Aku menerimanya"

Keduanya gembira dengan balasanku dan memeluk satu sama lain, tiga petugas
memberi tumpahan murah hati tepuk tangan.

Seusai malu dan menggaruk kepalanya, Emilia menyerahkan sebuah cangkir dari
atas meja.

"Upacara ini belum berakhir, jadi tolong tunggu sebentar lagi"

Sementara bergumam 'itu benar-benar harus alkohol, tapi kurasa tidak apa-apa',
Emilia menggigit jarinya dan menempatkan satu tetes darah yang mengalir
kedalam cangkir. Mengikutinya adalah Reus, darah dari dua bersaudara bercampur
dengan jus.

"Silahkan diminum. Dikatakan bahwa....artinya adalah darah kami didedikasikan


untukmu. Tapi, jika kau menganggapnya kotor, tidak perlu memaksakan diri untuk
meminum---"

"Tidak....Aku akan meminumnya. Dan, aku juga akan mengucapkan


sumpah....Bagiku kalian sudah kuat, janji ini akan didengar juga oleh bulan. Aku
tidak akan pernah membuat kalian menyesal telah mengikuti diriku"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

Itulah yang telah aku putuskan dari awal, tapi aku mengatakan kepada keduanya
dan seluruh petugas sekali lagi. Karena dalam situasi saat ini, apa yang diucapkan
lebih berbobot dan dapat dipercaya.

"Sirius-sama, ini adalah sumpah sepihak kami, kau tidak perlu mengucapkan
sumpah sendiri"

"Benar. Lagipula, kami melakukan ini tanpa izin"

Aku minum dengan cepat, bertentangan dari harapan keduanya. Seteguk demi
seteguk, jus ditambah darah, menyebar melalui setiap bagian dari tubuhku.

"Walaupun hanya jus apu normal, aku berpikir bahwa perasaan kalian telah
disalurkan dengan ini....Nah, kalau begitu, apa sudah selesai?"

Keduanya sempat terkejut, namun segera mengangkat sunggingan lebar dan


menerima semua perlakuanku.

"Iya. Salamku di masa depan"

"Aku juga akan bekerja keras untukmu, Sirius-sama!!"

Tiga petugas mendekati diri kami sambil tersenyum dan masing-masing


menawarkan ucapan selamat.

"Selamat kalian berdua. Aku sangat terhormat untuk menjadi saksi suatu upacara
suci"

"Singkatnya, dari hari ini, kalian petugas seperti kami~! Ayo kita bekerja keras
bersama-sama di masa depan~~!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Jika kau bermasalah dengan apa pun, datanglah bertanya padaku"

""Terima kasih!!""

Keduanya bersuka cita pada sikap formalitas Emilia dan lainnya. Dengan ini, ikatan
mereka akan menjadi lebih diperdalam. Itu sangat baik.

Yang mengingatkanku. Selain jus, anggur disiapkan juga, kan?

"Katakanlah, Emilia. Apa anggur ini untuk semua orang?"

"Benar. Kami awalnya berencana untuk mempersiapkan banyak makanan dan


membuat pesta, tapi itu tidak mungkin. Jadi hal terbaik yang bisa kami lakukan
adalah membawa alkohol dan jus"

"Kalian tidak perlu memaksa melakukannya. Itu hanya akan terkesan berlebihan
untuk upacara suci, bukan~?"

"Aku akan mempersiapkan banyak makanan yang kalian inginkan"

"Maaf, tapi ini adalah upacara kami sehingga kami ingin mengurus itu sendiri"

"Ah-hah? Begitukah? Kalian tidak harus bekerja terlalu keras~"

"Di sini, berhenti berbicara dan ambillah"

Sementara Noel dan Emilia berbincang-bincang, Erina segera bergerak. Dia


menuangkan anggur ke beberapa cangkir, dan menyerahkannya kepada kami.
Tentu saja, anak-anak hanya mendapatkan jus.

"Kemudian, kita harus bersulang di perayaan kan? Orang yang akan memimpin tos
adalah....Noel, aku akan menyerahkannya kepadamu"
Arc 3 – Servant
Chapter 17 – Oath of The Silver Moon

"Aku? Baiklah~! Aku ingin tahu apa yang harus dikatakan~~"

"Buang dulu perilaku anehmu dan lakukan itu secara normal"

"Haaah~?! Kalau begitu apa boleh buat, aku akan melakukan hal yang biasa.
Jadi...."

Kami berkumpul mengelilingi meja, dan sedikit mengangkat cangkir. Lalu,


bersamaan dengan suara Noel....

"Untuk memperingati sumpah Emilia dan Reus, juga pengangkatan petugas baru
Sirius-sama....bersulang~~~!!!!"

"""""Bersulang!!!!!"""""

Di bawah pancaran sinar rembulan, suara cangkir saling bertubrukan bergema ke


sekitar.

☆☆☆Chapter 17 berakhir disini☆☆☆


Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -


Bagian 1

"Haah!!!"

Emilia menghindari ayunan sebuah senjata, lalu menusukkan pisau menuju leher
lawan. Dia langsung melepas bilahnya yang tenggelam, dan berbalik untuk
melempar. Menembus sampai ke tenggorokan mahkluk lain yang mendatangi
punggungnya. Disela-sela itu, ada musuh yang datang dari samping.

"{Air Slash}!!"

Bersamaan dengan lecutan udara kencang, hempasan angin tajam mengiris leher
musuh. Gadis itu memastikan bahwa tidak ada lagi yang mendekat dan bergegas
mengambil pisaunya.

"Yaaah!!!"

Di lain pihak, Reus menebaskan pedangnya. Dengan mudah memotong tongkat


tebal yang lawan gunakan untuk bertahan. Dia membelahnya tepat di tengah
tanpa keraguan.

Menyaksikan serangan itu, musuh gemetaran dan berhenti dilanda ketakutan.


Anak ini juga memotongnya dengan sapuan ke pinggir. Satu lagi menerima
pukulan lutut dan terpelanting jatuh.

"Makan ini!!!"

Dua mahkluk sekaligus terbelah oleh {Chiyabu}. Lima serangannya mencabik-cabik


tubuh tanpa memberikan waktu bagi mereka untuk mengeluarkan jeritan.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

....Sedangkan diriku....mengamati para bersaudara sambil terduduk di sebuah batu


tak jauh dari tempat pertarungan berlangsung.

Bukannya tidak peduli, hanya saja ini adalah pelatihan untuk keduanya. Aku
berniat ikut campur jika sesuatu hal diluar perkiraan terjadi, tapi kelihatannya
takkan ada masalah.

Satu tahun telah berlalu sejak {Sumpah Bulan Perak}. Terlepas dari terikat sumpah
atau tidak, caraku bergaul dengan anak-anak ini tetaplah sama. Bahkan jika
muncul suatu perubahan, itu hanyalah pendidikan yang sudah menjadi lebih intens
dari sebelumnya.

Emilia dan Reus semakin berkembang karena berlatih dengan sungguh-sungguh.


Hingga, bisa dibilang anak-anak ini cukup matang untuk disebut seorang prajurit.

Adapun kemampuan, seperti yang ditunjukkan barusan, goblin tidak sepadan bagi
mereka lagi. Yah, aku sadar bahwa mahkluk-makhluk itu memang lemah tapi
kekuatan tak ada hubungannya karena hari ini adalah jadwal pertarungan
kelompok untuk melatih kerjasama tim.

Jumlah musuh setidaknya 30, namun tersingkirkan bagaikan cabang layu yang
berserakan di tanah dalam sekejap mata. Pemandangan itu sebenarnya agak
menyedihkan.

Akan kujelaskan tentang kedua bersaudara dengan singkat.

Atribut Emilia adalah angin, senjata utamanya merupakan pisau. Dia menggunakan
taktik untuk memotong lawan dengan sihir angin dari jarak jauh. Tentu saja, aku
mengajarinya melemparkan sihir tanpa mantra.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Ketika didekati oleh banyak goblin, Emilia dengan terampil bergerak ke sekitar
untuk melindungi bagian belakang, lalu menusuk titik lemah mereka dengan pisau
demi mengurangi jumlah. Disaat lawan berada di jarak yang terlalu dekat, gadis ini
akan membanting tubuh mereka menggunakan Aikido* yang juga pernah
kuberitahu.
[Beladiri jepang]

Dan kalau musuh menjauh, dia akan memporak-porandakan para mahkluk itu
menggunakan sihir angin. Bahkan dari sudut pandang gurunya, yaitu diriku, cara
gadis itu mengalahkan mereka dengan semangat dan cepat sangatlah hebat.

Atribut Reus adalah api, tapi dia tidak sering menggunakan sihir dan hanya
berfokus menghabisi musuh dengan seni pedang murni.

Gayanya berpedang meniru 'Tsuyoshi Yabu Itto' milik Lior. Aku menyiapkan
pertemuan dengan si pria tua ketika mendapatkan waktu yang tepat sambil
membawa kedua bersaudara. Mereka agak senang. Untuk setengah tahun
terakhir, hari-hari diisi dengan anak-anak itu yang dibantu berlatih oleh Lior dan
diriku. Jika harus menilai, keterampilan saat ini berada di titik di mana Reus
mampu memotong goblin menjadi setengah bagian menggunakan pedang besi
normal. Hanya saja, aku mendengar dari Lior 'Itu hanya tingkat pemula!!'.
Seberapa hebatnya 'Gaya Tsuyoshi Yabu Itto'?

Saat aku merenungkan itu dengan linglung, goblin terakhir roboh oleh tebasan
Reus. Dia sempat terkena sedikit semburan darah dari mahkluk itu, tapi tidak
mendapat cedera. Ini jelas-jelas kemenangan yang sempurna.

"Sirius-sama!!"

"Aniki!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Ekor mereka berguncang, dua sosok berlarian kemari sambil tersenyum lebar.
Tampak seperti hewan peliharaan.

"Bagaimana? Aku tidak memiliki cedera dan bisa mengalahkan mereka tanpa
terkena bercak darah. Sedangkan Reus terciprat sedikit"

"Kakak banyak menggunakan sihir. Bukankah Aniki sering mengingatkanmu untuk


jangan terlalu mengandalkan sihir? Aku mengalahkan mereka semua tanpa
menggunakan sihir. Menakjubkan, ya kan?"

Mereka mulai berdebat di depanku, tapi ini terlihat seperti kedua bersaudara
hanya ingin dipuji. Aku pun menepuk kepala anak-anak itu.

""Hehehe""

Walaupun ekspresi senang ketika ditepuk tidak berubah, perbedaan besar telah
mulai muncul pada penampilan keduanya dibandingkan dengan setahun yang lalu.

Emilia tidak hanya tumbuh lebih tinggi, tapi dia tampak lebih seperti orang dewasa
juga. Rambut* perak yang awalnya hanya mencapai bahu, memanjang hingga
pinggul, membuat pesona sebagai seorang wanita mulai keluar. Untuk beberapa
alasan, apa yang paling berkembang adalah dadanya. Itu sudah menonjol sedikit,
tubuhnya tampak telah menjawab dengan sikap keras kepala saat ia berharap agar
tumbuh. Aku bisa menebak alasannya, namun tidak berani bertanya. Bahkan jika
itu dari motivasi dan niat baik....Ini terlalu cepat untuk delapan tahun, kan?
Topiknya mulai melenceng. Dari segala sisi, dia menjadi cantik. Gadis in akan
menjelma menjadi seorang wanita mengagumkan di masa depan.
[Di versi LN. Dia memang belum sepanjang itu]

Dilain pihak, seluruh tubuh Reus membesar, dan mentalnya menjadi jauh lebih
stabil. Dia mencapai titik di mana ia menyebut dirinya sendiri sebagai 'Ore' bukan
'Boku'*. Dia juga sudah berhenti bertindak mengikuti emosi. Setelah kejadian
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

sumpah bulan perak, ia mulai memanggilku Aniki. Aku menunjukkan bahwa itu
aneh untuk tidak memanggil Master seseorang dengan sebutan 'sama', namun
tampaknya Aniki adalah sebutan superlatif baginya, sehingga dia diperbolehkan
untuk memanggilku begitu kecuali di depan umum. Sayangnya, dia tidak
berpengalaman dengan sebutan kehormatan, bahkan jika aku mengajarinya, ia
akan segera melupakan hal itu, jadi aku akan meninggalkan ini sampai ia menjadi
sedikit lebih dewasa.
[Yg sering nonton anime pasti tau. Kalo aku yg bilang, Ore ini merupakan
penyebutan 'Aku' yg lebih gaul daripada 'Boku' (lebih informal)]

Sedangkan diriku....baiklah, terus terang, aku agak lebih tinggi. Meski sekilas ini
adalah pertumbuhan normal, aku kira diriku akan segera disusul oleh Reus yang
pertumbuhannya terlalu cepat. Dia pasti akan melampauiku dalam setengah
tahun. Yah apapun, aku merupakan orang yang meningkat di dalam daripada di
luar. Sihir-sihir baru juga berkembang, aku sudah dapat menggunakan sihir
beratribut walaupun masih perlu persiapan sebelum melakukannya.

Siswa-siswaku tumbuh tanpa masalah. Singkatnya, semua berjalan lancar.

"Pertarungan barusan adalah akhir untuk hari ini?"

"Memang agak lebih awal, namun latihan sudah selesai. Ayo kembali untuk makan
siang"

"Aku ingin tahu apa yang dibuat Dee-nii"

Kami bisa mendapatkan sedikit uang jika memotong tanduk goblin dan
membawanya ke lembaga yang disebut Serikat Petualang. Hanya saja, harga per-
unitnya rendah dan aku belum bisa mendaftar ke Serikat karena keterbatasan usia.
Alhasil, selama ini kami meninggalkan goblin terbunuh ditempatnya. Beberapa
monster liar mungkin akan memakan bangkai mereka di kemudian hari.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Reus berjalan di depan seolah itu wajar. Aku mengikutinya sambil mengawasi.
Sedangkan Emilia, mengikuti dari urutan belakang. Sampai akhir-akhir ini, posisi
berjalan kami yang sekarang merupakan sebuah formasi.

Ada satu tahun tersisa sebelum diusir dari rumah dan pergi ke sekolah.

Meski tumbuh dengan baik, aku terus berpikir setiap hari tentang 'Adakah sesuatu
yang tersisa untuk dilakukan?'.

Meninggalkan Reus di halaman untuk membersihkan pedang dan mencuci


pakaiannya yang terkena semburan darah, kami memasuki rumah.

"Selamat datang kembali, Sirius-sama"

"Aku pulang, Erina. Ah, tidak apa-apa, duduklah"

Erina mencoba berdiri dari sofa untuk menyambut. Hanya saja tanganku terangkat
segera, menghentikannya.

"Aku dengan rendah hati meminta maaf....Kesampingkan itu, aku berharap hari
kalian berjalan dengan lancar"

"Keduanya sangat bagus, jadi tentunya begitu....Ngomong-ngomong, bagaimana


kondisimu hari ini?"

"Yah, hanya ada masalah kecil. Jadi, tidak perlu khawatir"

Kondisi fisik Erina telah menurun selama setengah tahun terakhir. Sebelumnya, dia
sering datang ke pintu masuk setelah merasakan bahwa kami kembali, tapi akhir-
akhir ini, durasi duduknya lebih panjang. Bahkan, berjalan ke pintu terlihat sulit.
Oleh karena itu, aku membebaskan dia dari menyambut kami, dan membujuknya
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

untuk membuat janji agar mengurangi pekerjaan pelayan seminimum mungkin


tanpa melampaui setengah hari.

"Sirius-sama, apa jadwalmu untuk siang hari ini?"

"Aku berencana untuk membawa Reus pergi ke tempat Lior. Emilia sedang bebas,
jadi, bagaimana kalau kau mendidiknya?"

"Kalau begitu, aku akan meminjam dirinya. Emilia, sampai jumpa seusai makan
siang"

"Mengerti. Sirius-sama, aku akan ganti baju dulu"

Mata lembut Erina mengikuti sosok gadis, yang kembali ke kamarnya untuk
berganti pakaian petualang dengan setelan pembantu.

"Pertumbuhan gadis itu cepat. Akulah yang membuat pakaian pembantunya, dan
sudah seperti tidak akan muat lagi"

"Benar juga. Jujur saja, aku percaya bahwa dia akan tumbuh menjadi sosok yang
mempesona. Daripada itu, mengurusi ukuran pakaian gadis ini harusnya menjadi
pekerjaan keras untukmu, kan?"

"Tidak, sama sekali tidak. Malahan, itu membuatku bahagia. Karena setiap kali
diriku melakukannya, aku bisa mengetahui seberapa banyak dia telah tumbuh.
Lagipula, Ini merupakan tugas yang bisa aku lakukan sambil duduk"

Pada saat itu, matanya seakan berkata 'Tentu saja, kau salah satunya!' kepadaku,
yang aku tanggapi dengan tawa kecil.

Seusai mengenakan pakaian pelayan buatan tangan Erina, Emilia membungkuk


manis terhadapku.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"Selamat datang di rumah, Sirius-sama. Perkenankan aku untuk menjaga barang-


barangmu"

Aku membiarkan dia melepas sabuk senjata yang masih kukenakan. Meskipun aku
bisa melakukannya sendiri, tampaknya bahwa ini juga merupakan bagian dari
pelatihan sebagai petugas jadi aku hanya diam melihat dia melakukannya.

Bila dibandingkan dengan Reus, Emilia tidak terlalu baik dalam hal bertempur. Dia
akan menjadi pelayanku, jadi gadis ini menerima pendidikan petugas dari Erina
dalam interval tetap disamping praktek bertarung.

Berlatih secara intensif cukup melelahkan mental, ditambah pelatihan petugas.


Namun, dia terus melakukannya tanpa mengucapkan keberatan atau keluhan.
Semangat dan cara berpikir itu benar-benar menakjubkan.

"....Bagaimana dengan yang barusan?"

"Sempurna. Kau telah berkembang"

"Aku juga sependapat. Kau melepas senjata dengan halus, juga bungkukanmu
sangat sempurna"

"Woah! Terima kasih banyak!!"


Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Dirinya masihlah sangat muda. Ketika dipuji, ekspresi polos itu akan keluar.

"Sepertinya kau memiliki lebih banyak bakat daripada Noel. Nah, apa itu
berlebihan?"

Setelah Erina mengucapkan itu, sebuah nampan kayu jatuh dengan bunyi keras
dari belakang. Melihat kesana, ada Noel yang bertugas menyiapkan makanan
kami. Dia kaku dengan mata terbuka lebar, seolah-olah berkata 'Aku tidak dapat
mempercayainya'.

Kesunyian lalu menyelimuti ruang tamu. Ketika melihat tergeletaknya nampan,


aku mulai berpikir bahwa membuat troli makanan dengan piring berbahan kuat
akan bagus.

"Ti-Tidak apa-apa, Onee-chan. Hanya bagi Sirius-sama, aku bagus. Kalau untuk
orang lain, aku masih kurang berpengalaman dan kalah darimu yang dapat
menangani siapapun"

"....Ha-Hahaha....ha....Ya, itu benar! Onee-chan tidak akan kalah! Aku seorang yang
pekerja keras~!!"

....Menyedihkan, dihibur oleh seorang gadis muda yang hampir 10 tahun....

"Akan sangat bagus jika si ceroboh ini tidak di sini, tapi...."

Gumaman Erina sepertinya hanya mencapai telingaku.

☆☆☆

Bagian 2
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Sekarang adalah waktu setelah makan siang, berlokasi ditempat Lior.

Aku mempercayakan Reus kepada si pria tua itu, sedangkan diriku berlatih sihir di
sebuah bukit agak jauh dari mereka.

"Wooo!!!!"

"Sialaann!!"

Suara dari pertarungan keduanya bergema sampai kesini saat aku membidik
dengan sihir pistol, mengincar target di depan.

Dalam hidupku dulu, aku sering menghabiskan waktu istirahat untuk memburu
'mangsa tertentu'. Meskipun jarak tembak maksimum pada saat itu adalah 2000
meter. Sekarang bisa dua kali lipat, yaitu 4000 meter. Dan akan mengenainya
bahkan jika aku membidik target dengan cara yang buruk. Aku, secara alami,
membayangkan pistol sebagai senapan sniper. Membidik dengan gaya berdiri di
atas satu lutut....dan....kena, walaupun tidak pas di tengah. Biasanya lebih
melenceng daripada ini, tapi disini adalah dunia dengan sihir.

"Hahahaha!!! Ada apa, nak?!?!"

"Tunggu!!! Itu terlalu mustahil! Mustahil!!"

Kekuatan dan jarak tembak sihir pistol sangatlah tinggi. Memastikannya, aku
memakai alat sihir ciptakan sendiri diatas mataku untuk melihat ke kejauhan. Ya,
bahkan aku dapat membuat alat-alat sihir, asalkan itu sederhana.

Apa yang aku lakukan adalah menggambar formasi lingkaran sihir air di tengah-
tengah kayu berbentuk tabung, dan membuat dua lensa cairan transparan untuk
membangun mekanisme mirip dengan teropong.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Karena tidak ada teropong di dunia fantasi, ini adalah hal pribadi. Sepertinya aku
akan bisa belajar berbagai lingkaran sihir jika pergi ke sekolah, itu sangat
dinantikan.

Meneruskan latihan menembak untuk sejenak, akhirnya aku berhasil tepat sasaran
di tengah. Selanjutnya, ayo mencoba membidik lagi.

"Sampai disini kau mampu bertahan, ya. Kemudian, berikutnya adalah ini!!!"

"Tolong akuuuu!!! Anikiiiiii!!!!"

Biasanya, ketika peluru ditembakkan masalahnya adalah hambatan udara. Itu


mengurangi kecepatan dan bisa menyimpangkan jalurnya. Namun, peluru Mana
sebagian besar tidak terpengaruh oleh angin sehingga ini baik-baik saja. Aku
bertambah yakin bahwa sihir adalah hal yang menakjubkan.

Oh, tepat sasaran lagi.

"Hahahahahaha!!!!"

"Uwaaaaaaaaaaa!!!!"

Reus tampaknya sudah kewalahan. Jadi, aku akan mengakhiri ini.

"....A....Aniki...."

"Oh, kaukah itu? Dia akhirnya dapat menahan 30% dari diriku"

Melihat keduanya setelah kembali ke tempat mereka, Reus babak belur dan
runtuh. Di lain sisi, si pria tua tertawa keras. Aku menepuk kepala anak yang
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

berlinang air mata sambil mencoba meraih diriku dan mengambil pedang kayunya
yang tergeletak. Lalu berhadapan dengan Lior.

"Kau melakukannya dengan baik, Reus. Dari sini, aku akan menghajar pria tua
kekanak-kanakan ini"

"Aniki...."

"Ugh, kekanak-kanakan? Kejamnya. Aku mengeraskan hati demi pelatihan, kau


tahu?"

"Mengatakan itu sementara tersenyum begitu lebar. Apa kau iblis atau
sejenisnya?"

"Karena ini sangat menyenangkan, apa boleh buat! Haha!!"

"....Jangan bicara lagi!!"

Dari permulaan, aku langsung melepaskan {Boost} di tingkat penuh dan


menerjang.

Adapun hasilnya....aku menang menggunakan serangan dengan cara yang berbeda


dari yang biasa. Masih lah, pria tua itu tertawa gembira tanpa peduli apapun.

☆☆☆☆

Bagian 3

Hari berikutnya. Sambil menengok seluruh anggota yang berbaris di meja sarapan,
aku mengumumkan.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"Ayo kita pergi piknik!"


Walaupun para petugas diam-diam bertukar pandang diantara mereka, Noel
mengangkat tangan seakan mewakili semua orang yang kebingungan.

"Bolehkah aku mengajukan pertanyaan~?"

"Ya, silakan"

"Apa itu pi-ke-nik?"

Hah?....Hmmm. Jadi begitu ya? Menatap reaksi semua orang, mereka tampaknya
berpikiran sama dan mencari penjelasan. Aku membuat sebuah kesalahan, banyak
kosakata yang mirip dari duniaku sebelumnya jadi aku mengira istilah 'piknik' juga
ada.

"Kita semua akan pergi keluar untuk makan siang dan bersantai. Dengan kata lain,
pergi bersenang-senang bersama. Bagaimana?"

"""Setuju~!!!"""

Anak-anak dari rumah ini---dengan tambahan si pelayan bertelinga kucing---


sepenuh hati menerima usul mendadak yang aku ajukan. Tampaknya Dee sudah
berpikir tentang menu makan siang.

Hanya Erina yang menggeleng agak sedih.

"Aku sangat meminta maaf. Kondisiku tidak akan mampu mengimbangi, jadi aku
akan menjaga rumah. Nikmati hari kalian, semua orang"

"Tidak, kita tidak bisa pergi dan meninggalkan Erina-san sendirian!"


Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"Ini tidak akan menyenangkan tanpa Erina-san!!"

"Kalian berdua....aku juga ingin pergi, sayangnya diriku hanya akan menjadi beban
jika staminaku habis ditengah jalan"

"Tidak apa-apa, aku sudah mempersiapkan suatu hal"

Aku mengambil sebuah kursi roda* kayu yang dibuat untuk dibawa dari belakang
rumah. Jika Erina duduk disana, Dee atau aku dapat mendorongnya. Dia tidak
perlu berjalan.
[Entah apakah terjemahanku salah apa enggak. Di versi RAW, itu tertulis kursi yang
dibuat untuk membawa hal-hal berat. Bukannya kursi roda. Aku mengubahnya
karena menurutku lebih jelas]

"....Aku tidak mungkin menolak sesuatu jika sampai pada titik ini, kan?"

"Kemudian, kita anggap kau juga setuju tentang piknik!"

"Yaaay, piknik!!"

"Hei, Reus, jangan terlalu kegirangan. Yah, aku menantikannya juga"

Karena mereka tidak melakukan apa-apa kecuali berlatih, ini adalah pertama
kalinya bagi kedua bersaudara untuk bermain sehingga mereka lebih senang dari
yang diharapkan. Senyum polos anak-anak itu menembus langsung ke hati, aku
agak menyesal membuat mereka menghabiskan hari dengan bekerja keras....Dari
sekarang, waktu bermain akan sedikit diperbanyak.

"Kemudian, kalian masing-masing diberi tugas untuk dilakukan. Dee dan Noel akan
membuat bekal makan siang, Emilia dan Reus membawa tikar agar semua orang
bisa duduk. Adapun Erina, dia menunggu. Nah itu saja, mengerti?"
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

""""Mengerti!!!""""

Semua dari mereka tersebar. Aku yang tertinggal, membuat penyesuaian akhir ke
kursi roda. Sementara itu, orang lain yang tersisa, Erina, melemparkanku
pertanyaan.

"Sirius-sama, kenapa mengadakan acara seperti ini begitu tiba-tiba? Kita hanya
memiliki satu tahun disini"

"Yah, karena itulah aku ingin membuat kenangan dengan semua orang"

Seperti yang dia katakan, hanya ada sedikit waktu yang tersisa, hampir tidak ada
saat untuk bersantai. Hanya saja, kesampingkan diriku, apa yang akan terjadi
dengan para petugas setelah satu tahun tidaklah jelas. Oleh karena itu, aku ingin
meninggalkan lebih dari satu atau dua kenangan. Ide tentang piknik pun datang.

"Ayo tinggalkan topik pembicaran sulit dulu dan bersenang-senang hari ini"

"....Benar juga. Mungkin aku akan merepotkan, namun mohon untuk bantuannya"

"Ya, kau dapat mengandalkanku"

Aku berlatih mendorong Erina beberapa kali untuk penyesuaian, dan sekali
mengkonfirmasikan bahwa tidak ada masalah, persiapan berakhir. Kami
meninggalkan rumah tanpa penundaan.

Tempat yang dituju berada di gunung yang bisa dilihat dari belakang rumah, pada
jarak berjalan kaki sekitar 30 menit. Aku terbang sekali di langit untuk memeriksa
keadaan, tapi hanya melihat tersebarnya lapangan rumput terbuka tanpa satupun
monster, tempat yang tepat untuk bersantai.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Reus, yang memiliki insting tajam memimpin. Aku mengikutinya sambil


mendorong Erina. Noel, Emilia, dan Dee berada di belakang. Jika ada monster
berbahaya di sekitar daerah, itu hanyalah goblin. Namun, aku menyingkirkan
sekawanan dari mereka di lain hari. Sehingga, kemungkinan bertemu harusnya
cukup rendah.

Lagipula, aku membawa senjata untuk berjaga-jaga. Kami bertiga* menghadapi


tujuan sambil waspada.
[Maksudnya bertiga itu Sirius, Emilia dan Reus]

"Sirius-sama, tidakkah diriku berat?"

"Jangan khawatir, takkan ada masalah bahkan jika harus berlari. Daripada itu, apa
muncul suatu perubahan pada kondisimu, Erina?"

"Cukup aneh, aku hampir tidak merasakan beban apapun pada tubuhku bahkan
ketika terguncang naik turun"

"Mungkin karena langkah yang kuambil sangat berhati-hati. Ini juga merupakan
bentuk pelatihan"

"Jika itu pelatihan, maka aku akan melakukannya juga!!"

"Peranmu adalah untuk mengamankan jalur kita, Reus. Dengar, kalau kau
melakukannya dengan tekun, beban Erina-san akan menurun. Jadi bekerja
keraslah dan manfaatkan pedangmu itu"

"Oh, benar! Baiklah, serahkan padaku!!"

Anak ini, dia sebenarnya cukup tolol. Menatap sosok kecil yang memotong semak-
semak dan cabang, aku merasa cemas tentang masa depannya.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"....Woooah...."

"Wow~....Sungguh menakjubkan~"

Pohon-pohon lebat pun menghilang, digantikan oleh hamparan ribuan bunga


mekar di hadapan mata. Wilayah ini tidak rata seolah-olah hutan mencekung
karena tercuil oleh sendok raksasa. Akupun memeriksa dengan {Search} dan tak
menemukan satupun keberadaan hal-hal yang dapat mengancam, itu melegakan.

Mengajak bersama petugas yang gemetar dari kegembiraan, aku menyebarkan


tikar di bawah satu-satunya pohon pada pusat taman pelangi.

"Kebun bunganya sangat luas, tapi kenapa hanya ada satu pohon di sini~?"

"Mungkin pohon itu adalah pemilik tempat ini. Lihatlah, sedikit lebih besar dari
pohon-pohon lain"

"Begitu, ya. Untuk sekarang, kita akan permisi dan meminjam tanah disekitarnya
dulu"

"Aku akan melakukannya juga!"

Noel dan Reus menggenggam kedua tangan didepan dada seakan menghantarkan
do'a menuju pohon.

Aku kira pohon ini memonopoli nutrisi di daerah sehingga tanaman besar lainnya
berhenti tumbuh. Akibatnya, jumlah pohon pun berkurang. Sedangkan sinar
matahari yang terus menyinari tanah, menyediakan bunga-bunga dengan nutrisi
kecil dan memungkinkan berbagai bunga untuk mekar dalam jumlah
melimpah....atau sesuatu seperti itu.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"Hmm~, kita telah tiba. Tapi masih terlalu awal untuk makan siang, kan~?"

"Kemudian, ayo bermain untuk menghabiskan waktu? Aku membawa hal kecil"

""Ayo kita bermain!!""

Dengan telinga dan ekor mereka menegang, kedua bersaudara berbalik, menatap
penuh kilauan ke arahku. Mengingatkan tentang ucapan 'Ingin pergi berjalan-
jalan?' yang seseorang biasanya akan sampaikan kepada anjingnya.

Aku mengeluarkan sebuah benda berbentuk cakram tipis dan tepian melengkung,
Frisbee. Karena bahan plastik tidak ada, aku membuatnya dengan mengukir kayu
yang ringan sekaligus kokoh.

"Apa itu? Haruskah aku menyerangnya dengan pedang?"

"Haruskah aku menembaknya dengan sihir?"

"Hei hei, jangan berpikir tentang menghancurkannya. Ini adalah hal bernama
Frisbee, sebuah objek yang cara memainkannya dengan begini"

Aku mencoba untuk menerbangkannya. Ini buatan tangan sehingga tidak


seimbang dan meliuk sedikit. Namun bukan masalah, yang penting adalah
gerakannya diudara mirip dengan yang sungguhan.

Oh, tidak, tidak, tidak. aku sembarangan melempar kearah tanpa seorangpun
disana.

"---!! Yah~!!"

....Hanya saja, Noel melesat dan menangkapnya di udara. Lalu memberikan itu
kepadaku.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

....Baru saja dia masih melakukan persiapan di belakang. Kapan dia datang?

"Apa itu tadi? Aku bereaksi tanpa sengaja~"

Dengan tampilan penuh tanda tanya, dia kembali ke posisinya.

Kucing akan bereaksi terhadap objek bergerak. Tampaknya hanya karena dia
memiliki telinga dan ekor kucing, naluri dalam dirinya juga sama.

Sementara itu, kedua bersaudara mengamati Frisbee dengan mata berbinar.


Biasanya, orang-orang akan melakukan ini dengan saling melempar....aku akan
mencoba bermain-main sedikit.

"Tangkap ini!!"

"Tunggu---!!!!"

"Yaaah!!"

Mengayunkan tangan, membuat cakram terbang. Emilia dan Reus pun mulai
bersukacita mengejar. Perkiraanku, menangkapnya pada kecepatan itu tidaklah
mungkin. Tapi, dengan memaksimalkan ayunan kaki, mereka berhasil menyusul.

Dan dimenangkan oleh si kakak.

"Ooh, kau menangkapnya. Baiklah, kemudian, lemparkan lagi---"

"Sirius-samaaa!!"

Sebelum sempat menyelesaikan untuk memberitahu agar melemparkan Frisbee


kembali, keduanya berlari dan menyerahkannya kepadaku.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"Aniki, cepat dan lemparkan! Kali ini aku yang akan mendapatkannya!!"

"Aku tidak akan kalah juga! Sirius-sama, silakan lemparkan lagi!!"

Sangat berisik. Aku lalu melemparkannya dengan tenaga lebih. Jika secepat itu,
bahkan anjing veteran terlatih akan memiliki saat-saat yang sulit. Namun, kedua
bersaudara adalah siswaku.

Menanggapi dengan respon cepat, Reus melesat dan mempu menangkapnya


langsung saat masih di udara. Sekejap kemudian, mereka datang lagi.

"Aniki! Sekali lagi, lagi!!"

"Yang berikutnya, aku pasti bisa! Sirius-sama, tolong lemparkan!"

....Ini....Ini aneh, kan? Tidakkah Frisbee dimainkan dengan saling melempar satu
sama lain? Aku membuat kalian mengambilnya hanya sebagai lelucon dan kalian
malah sangat menikmati itu?! Kalian, bukankah kalian lebih mirip
anjing?!?!....Tidak....mereka memang anjing....*
[Serigala juga dari keluarga anjing. -_- ]

"Oh, oooh~...."

Di lain sisi, aku menyadari tatapan berbahaya dari Noel yang berdiri mendekat. Itu
adalah mata predator di ambang menerkam mangsanya. Aku mencoba
melemparkan Frisbee agak ringan di titik tak jauh dari dirinyal sebagai
percobaan....dan ia melompat tepat ke sana.

Hmmm. Dia tidak bisa menahan nalurinya, ya.

"Tunggu, Sirius-sama, apa yang---Ahh, jangan lagi~! Yaaaah~!"


Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Ras binatang memang menarik. Kemampuan fisik mereka lebih tinggi dari
manusia, namun sebagian besar masyarakatnya berisi orang-orang ramah.

"Melakukannya hanya dengan Noel-nee tidaklah adil! Sekarang giliranku!!"

"Onee-chan memang memiliki reflek cepat, tapi kami lebih baik darinya!"

"Apa?! Jika kalian pergi sejauh mengatakan itu, aku tidak akan segan-segan.
Lihatlah kekuatan sejati Onee-chan ini!!"

Keramaian sudah meningkat. Akupun dengan sungguh-sungguh melemparkan


Frisbee. Ini menyenangkan, jadi tidak ada yang benar-benar keberatan.

"Pemikiran ini terlintas dari tadi....aku tidak perlu melemparkannya sendirian, kan?
Kalian hanya harus saling melempar secara bergiliran"

"""Tidak~!!!"""

"Baiklah, kenapa?"

Akhirnya, mencapai titik di mana anjing veteran dihidupku sebelumnya berada di


jalan buntu. Maksudku, itu karena mereka menggunakan {Boost} yang aku ajarkan,
tapi tetap saja, mereka terlalu menganggap permainan ini serius*.
[Noel bisa menggunakan Boost ??. Kurasa dia memang sudah berkembang]

"Semua orang, waktu makan siang sudah tiba!"

"""Ya~~!!!!"""

Para ras binatang lalu berkumpul pada panggilan Erina, membuatku berpikir
tentang anak-anak TK yang bertamasya dengan ibu mereka.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Kami duduk melingkari bekal makan siang yang Dee atur sementara tertawa
gembira. Berkata 'Itadakimasu' secara bersamaan, aku lalu menerima sandwich
dan minuman dari Emilia. Para petugas tidak bisa makan sebelum masternya,
sehingga, walaupun aku sempat berpikir itu agak merepotkan, aku merasakan
gigitan pertama.

"Hmm, enak. Sedikit terlalu banyak bumbu, tapi setingkat ini tidaklah buruk"

"Benarkah?!"

Emilia mengibaskan ekornya tertanda hati yang senang. Hmm, menurutku ini
terlalu dibuat kikuk kalau pembuatnya adalah Dee, mungkinkah....

"....Apa kau yang membuat ini, Emilia?"

"Ya, akulah yang membuatnya!"

"Begitu ya, kau melakukannya dengan baik untuk masakan pertamamu....Oleh


karena itu, kau harus makan juga. Jangan hanya menatapku"

"Mengerti. Haahh....melegakan"

"Kau benar-benar melakukan yang terbaik, Emi-chan~"

"Itu bagus"

Setelah dipuji oleh dua orang yang ternyata mengawasi ketika memasak, dia
dengan senang hati menggigit bagian sandwich potongan dagingnya. Meski ada
masalah di mana Reus tersedak karena terlalu rakus melahap, momen makan
berlangsung aman.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Seusai makan siang, aku berpikir permainan Frisbee akan dimulai kembali, namun
waktu damai pun datang di taman bunga. Hal ini karena tiga penyebab utama
keributan itu sedang tidur siang berdampingan di bawah naungan pohon. Tentu
saja mereka akan mengantuk setelah mengisi perut dengan semangat tinggi. Dee
duduk didekat sebagai penjaga, jadi tidak akan ada masalah bahkan jika
munculnya monster. Sedangkan diriku meniru mereka, berbaring sambil
menggunakan bantal pangkuan dari Erina.

"Fufu...."

"Ini menyenangkan, ya"

Dia membelai rambutku dengan wajah penuh kasih sayang. Wajah sama yang ia
telah tunjukkan sepanjang waktu sejak diriku terbangun di dunia ini. Walaupun
keriputnya bertambah seiring tahun berlalu, ungkapan itu tidak pernah berubah.

"Ya, sangat menyenangkan. Kau semakin besar, dan keluarga kita telah bertambah
banyak juga. Aku sangat bahagia"

"Bahagia....yah. Kau benar, aku ingin menciptakan lebih banyak kenangan


menyenangkan seperti hari ini"

Kelopak mataku menjadi semakin berat saat sedang terbungkus dalam kebaikan
hati Erina.

"Jika itu Sirius-sama, kau akan dapat membuat sebanyak mungkin kenangan indah.
Aku baik-baik saja, jadi jangan sungkan dan ambillah istirahat"

"Hmm....kalau begitu aku akan menerimanya"

Dia menyanyikan lagu tidur yang sudah sering kudengar berkali-kali sebelumnya.
Kesadaranku perlahan-lahan mengalir pergi mengikuti arus ritme kenyaman.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"....---sama....Sirius-sama!!"

Membuka mata ke arah panggilan yang membangunkanku, ada Emilia dan Reus
disana.

"....Berapa lama aku tidur?"

"Sekitar satu jam"

"Begitu ya. Jadi, ada apa dengan mereka?"

Aku bangkit sambil berterima kasih kepada Erina, lalu menilai keadaan kedua
bersaudara saat merengangkan otot-otot tubuhku. Sampai membangunkan dan
membuatku mengira ada yang tidak beres, namun itu tidak seperti mereka sedang
panik.

"Ketika bangun beberapa waktu yang lalu, kami pergi untuk berjalan-jalan dan
menemukan sesuatu yang aneh di jalan. Reus mengatakan bahwa itu
mencurigakan"

"Ya, aku tidak tahu apa itu. Tapi aku memiliki firasat yang aneh"

"Oleh karena itu, kami meminta Onee-chan dan Dee-san agar mengawasinya
sementara kami datang untuk membicarakannya denganmu, Sirius-sama"

Tampaknya tahap-tahap Horenso dilakukan dengan benar, mereka sudah


meninggalkan suatu hal agar diawasi oleh seseorang.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Ngomong-ngomong, Horenso* adalah singkatan yang mengambil suku kata


pertama dari kanji 'Hokoku' (報告 = Melaporkan), 'Renraku' (連絡 =
Bekomunikasi/Menghubungi) dan 'Sodan' (相談 = Berkonsultasi/Berdiskusi). Ini
sangat diperlukan untuk kemajuan efisiensi suatu perusahaan dan berbagai
kegiatan lainnya. Seorang siswa dari kehidupanku sebelumnya tidak tahu hal ini,
jadi aku menjelaskan kepadanya sambil mendesah.
[Yap, itu bukan sayuran Horenso (ホウレンソウ) yang daunnya dapat dimakan.
Melainkan suatu akronim. Intinya merupakan pola berkomunikasi yang umum di
perusahaan-perusahaan Jepang]

Aku ditarik oleh keduanya dan dipandu ke tempat itu....memang ada sesuatu yang
aneh disana.

"....Sebuah permata?"

Sebuah permata yang memancarkan sinar keemasan menonjol sekitar dua kepalan
tingginya mencuat dari tanah. Aku tidak merasa ingin mengambil batu mulia itu
karena terlalu mencurigakan.

"Begitu indah~. Tapi Reu-kun mengatakan jangan menyentuhnya"

"Intuisi Reus tajam pada saat seperti ini....Namun, Jika itu berada disini...."

"Apakah kita akan mengambilnya?"

"Meskipun sangat mencurigakan, ayo dicoba. Aku akan melakukannya sendiri. Jadi
semua orang, mundurlah"

Kami mengemas kembali barang-barang hanya untuk berjaga-jaga. Dengan seluruh


petugas yang pergi ke posisi aman, aku melilitkan {String} disekitar permata dan
mencoba untuk menariknya sedikit, namun tidak terpengaruh sama sekali.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"Tidak bergerak. Daripada terkubur didalam tanah, ini lebih seperti tersangkut
pada sesuatu"

Saat aku menempatkan lebih banyak tenaga ke dalam tarikan, tanah di sekitar
permata berguncang. Suatu objek yang sangat besar pun muncul perlahan
diselimuti awan debu.

"Itu....seekor {Jewel Turtle}"

Itu adalah kura-kura setinggi lima meter. Permata yang aku cari sebelumnya
bersinar di puncak tempurungnya. Seluruh tubuh ditutupi bebatuan, tampak
sangat keras. Enam tentakel yang membentang dari tempurung, menggeliat
dengan kesan mengancam.

"Kau tahu apa itu, Dee-san?"

"Ya, monster yang sangat keras. Mahkluk ini cukup terkenal karena bisa membuat
seseorang mendapatkan setumpuk uang"

"Benarkah~?! Kemudian, tunggu apa lagi!! Ayo kita kalahkan dia~!!!"

"Bagamanapun, pertahanannya samgat unggul sekaligus ganas. Orang selain


penyihir atau petualang tingkat tinggi akan berakhir kalah setelah menantangnya"

Dengan penjelasan Dee, aku teringat suatu informasi dari buku.

{Jewel Turtle}

Monster kura-kura yang memiliki kulit layaknya batuan dari kepala hingga ujung
kaki. Tubuhnya lebih keras dari baja.
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

Mahkluk ini sangat lambat, membuat seseorang mudah untuk melarikan diri
darinya. Jika dilawan, mereka harus cukup siap untuk melakukan itu karena
serangan setengah-setengah tidak akan berpengaruh. Kalau ada yang mendekat
tanpa kemampuan, orang itu akan tertangkap dan dicekik oleh tentakel-tentakel
yang membentang dari tempurung. Bagian bagusnya, permata disana berharga
sangat tinggi. Setelah mendapatkan itu, memperoleh ribuan emas dalam satu
langkah bukan lagi mimpi. Hanya saja, mereka yang belum mampu takkan pernah
bisa mengalahkan si kura-kura raksasa.

"Jika kita akan lari, sekaranglah saatnya"

Dari sudut pandang Dee yang memiliki banyak pengalaman tempur, ini bukan
lawan yang kami bisa hadapi. Sambil menatap lingkungan, benak-ku
mengimajinasikan simulasi pertarungan. Aku lalu membuat keputusan.

"Tidak, tak perlu takut. Kalian berdua, persiapkan diri untuk pertempuran!"

""Ya!!!""

Menanggapi perintah itu, Emilia berbaris di sampingku. Reus melangkah maju


sambil mengunus pedangnya sebagai barisan terdepan. Jewel Turtle-pun
mendekat sementara setiap langkahnya agak tenggelam ke tanah. Meskipun
lambat, gaya yang ditimbulkan oleh tubuh raksasa si kura-kura sudah cukup untuk
membuat nada Erina dan Noel bergetar.

"Si-Sirius-sama?! A-Apa Kau benar-benar akan melawannya~?"

"Berhenti disana! Tidak cukupkah jika kita hanya melarikan diri tanpa harus
bertarung?!"

"Jangan khawatir, kami bisa menang. Dee, aku mempercayakan keduanya


padamu"
Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

"....Dimengerti. Aku akan berdoa untuk kemenangan Sirius-sama"

"Dee-san?!"

Tanpa menduga bahwa orang yang paling berpengalaman, yaitu Dee akan setuju.
Noel hanya bisa terkejut. Laki-laki itu lalu membuka mulut sambil meletakkan
tangan di atas kepala si perempuan seakan untuk menenangkannya.

"Sirius-sama jauh lebih kuat dariku. Dan dia mengenal dirinya sendiri. Jika orang
seperti itu berkata bahwa dia bisa menang, maka tidak akan ada masalah"

"Itu....benar. Dia selalu melebihi harapan. Baiklah, kalau begitu. Sirius-sama, Emi-
chan, Reu-kun. Lakukan yang terbaik~!!!"

"Sirius-sama...."

Terus terang, aku ingin mengirim ketiganya kembali ke rumah. Tapi bahkan jika
usul itu disampaikan, mereka mungkin tidak akan mendengarkan. Dalam hal
apapun, aku akan meminta mereka menjauh ke lokasi yang aman.

Kami pun berhadapan dengan Jewel Turtle.

"Ayo mulai pertempurannya!!!"

☆☆☆Chapter 18 berakhir disini☆☆☆


Arc 3 – Servant
Chapter 18 – Let's Go on a Picnic - Outing Part -

>Catatan penulis =
Kesan 'Hewan peliharaan berupa anjing yang bermain dengan majikannya' lebih
penting daripada 'Bersenang-senang dengan Frisbee'. Namun, bermain frisbee
karena adanya dua anak itu membuatnya dua kali lebih menyenangkan. Sedangkan
'dia' ingin melakukannya dengan kekuatan penuh.

Cerita berakhir terlebih dahulu menjelang pertarungan. Sebenarnya, terdapat


banyak hal tambahan. Hanya saja, apa boleh buat. Aku sudah kehabisan kata.

Pokoknya, terima kasih sudah membaca.

>Catatan penerjemah =
Agak berbeda ya? Yah karena sejujurnya hampir seluruh isinya aku ngambil dari
RAW (dari situs syosetu atau asli dari jepangnya) sedangkan sisanya....aku tidak
seahli itu dbidang Sastra jepang. Jadi ada sedikit kata yang sulit kucari maknanya
dicontek dari versi english. Tenang saja. Itu tidak terlalu berpengaruh.
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Jewel Turtle terdiri dari batuan dan bijih unik. Kalau disederhanakan, itu seperti
golem yang memiliki kecerdasan.

Pokoknya, meskipun seluruh tubuhnya merupakan monster kokoh, mahkluk ini


memiliki titik lemah, yaitu jantung yang berada di bawah perut. Tempat itu hampir
tanpa pertahanan dan tipis, jadi jika dilawan dengan baik, akan mungkin
dikalahkan hanya dengan mengandalkan pisau. Namun, itu berarti kau harus
bergerak ke bagian bawah tubuh besarnya. Apa lagi, karena setumpuk bijih unik
membuat bobotnya sangat berat. Dengan mudah melampaui sekitar empat
ton....itu seperti dua truk.

Bahkan jika seseorang berhipotesis untuk membaliknya, titik lemah atau jantung
cukuplah kecil dan sulit untuk dilihat. Dilain sisi, tentakel akan meluas dari
tempurung Jewel Turtle untuk melindungi sambil mendukung tubuh besar
monster ini. Walaupun hanya memiliki tentakel yang lunak, dikatakan bahwa itu
tidak terbatas, karena mampu beregenerasi setiap kali terpotong.

Aku tidak tahu bagaimana cara para petualang menghadapinya. Namun, aku pikir
bisa menjungkir balikkan tubuhnya dengan strategiku.

"Reus, jangan menyerang dan fokus pada pertahanan. Ketika kesempatan datang,
jangan sampai melewatkan itu"

"Aku mengerti, Aniki!!"

Jika Jewel Turtle bertemu Lior, mahkluk ini mungkin akan terbelah menjadi dua
dari ayunan pedangnya, hanya saja itu masih tidak mungkin bagi Reus. Dia
memiliki pedang besi yang umum, dan pasti akan pecah saat berhantaman dengan
tubuh kokoh si kura-kura. Jadi, aku menyuruhnya untuk berkonsentrasi pada
serangan ke titik lemah target.
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"Emilia, bimbing dia menggunakan sihirmu. Pertama-tama, buat mahkluk ini


berfokus pada kita"

"Mengerti"

Kami harus menghindari pertempuran jarak dekat sebanyak mungkin. Pertama,


mengambil beberapa langkah kebelakang untuk keluar dari jangkauan tentakel
dan menyerangnya dari jarak jauh. Agar tidak menargetkan para petugas, kami
akan mengarahkan garis pandangnya, memancingnya ke sini agar menuju ke lokasi
lain.

"Tembak wajahnya!"

"Iya! {Wind Ball}!!"

Emilia memadatkan udara untuk membuat sihir yang melesatkan sebuah bola
seukuran bola voli. Itu mempunyai kekuatan untuk menghancurkan bebatuan
ketika dibuat dengan upaya serius, tapi kali ini, dia meluncurkannya sambil
menurunkan kekuatan. Monster itu lebih keras daripada batu, sehingga tujuan dari
serangan hanyalah untuk menarik perhatian.

Bola angin menyentuh wajah monster langsung, membuat suara agak keras dari
dampak. Kura-kura itupun mengarahkan mata heningnya kearah sini.

"Selanjutnya, potong satu tentakelnya!"

"{Air Slash}!!"

Pisau dari udara mencabik-cabik tentakel, membuatnya jatuh sambil


memuncratkan cairan dari bagian yang terpotong*. Aku berniat membidik dengan
sihir pistol jika situasi memburuk, namun ternyata tidak diperlukan karena sihir
Emilia saja sudah bisa mengirisnya. Bersamaan dengan diriku yang bertanya-tanya
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

apakah makhluk ini merasakan sakit dari serangan itu, dia mulai mengangkat
teriakan tak masuk akal. Tampaknya telah mengakui kami sebagai musuh. Ketika
aku bersiap untuk tindakan balasan pihak lain, si kura-kura mendadak
merentangkan lehernya ke bawah, menggerakkan mulut, lalu mulai mengunyah
tanah.
[Bagian ini agak mesum. Penulis, kenapa kau harus menciptakan monster dengan
tentakel -_- ]

"Serangan jarak jauh?! Semua orang, jaga garis tembak agar menghindari Erina
dan yang lain!!"

Kami berlari ke arah berlawanan agar para petugas tidak terkena. Monster itu lalu
membuka mulutnya lebar-lebar di posisi diagonal, dan melepaskan butiran tanah
yang sudah berubah menjadi benjolan besar. Sayangnya, itu tidak lagi tanah.
Bukan juga meriam. Untuk sekarang, aku akan menyebutnya 'Rudal bumi'*.
[Aku tidak terlalu apa itu arti yg pas. Tapi. Aku setuju dgn Sirius "untuk sekarang
aku akan menyebutnya 'Rudal Bumi'" XD ]

"Melompat!!"

Pada sinyalku, seluruh pihak yang bersangkutan mengaktifkan {Boost} dan


melompat.

Gemuruh Rudal Bumi lewat di bawah kaki. Menengok ke belakang disaat hal itu
telah terhantam, ada adegan tragis dimana pepohonan porak-poranda dalam garis
lurus. Ini sejenis serangan yang tidak dapat ditahan.

"H-Hebat! Aku ingin menebas seperti itu suatu hari nanti"

"Apa yang kau katakan, Reus? Kesampingkan itu, Sirius-sama, apa yang harus kita
lakukan?"
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"Strategi masih sama. Aku akan bergerak dari sekarang. Kalian berdua, dorong
mahkluk itu dan bawa dia padaku. Jika posisi kalian terlalu jauh, serangan barusan
bisa datang lagi. Kalian harus mempertahankan jarak di mana tentakel hampir
tidak mampu mencapai namun masih tetap dekat. Apa bisa dilakukan?"

"Silakan serahkan padaku!"

"Tentu saja, bisa! Kalau Nee-chan bisa memotong tentakel dengan angin, aku juga
bisa melakukan itu. Aku akan menunjukkanmya!!"

Dengan kata-kata penuh keyakinan itu, aku berpisah dari monster dan pergi ke
lokasi yang menanjak. Kemiringannya sekitar 20 derajat, ini sudah cukup karena
ada kemungkinan bahwa si kura-kura tidak bisa datang jika bukit terlalu miring.
Aku menggunakan {String} untuk membuat sebuah pola lingkaran di tanah,
menggambar formasi sihir menggunakan cairan dari botol yang kukeluarkan.

Membuat formasi sihir bukan hanya sekedar menggambar atau mengukir. Agar
efektif, seseorang terlebih dahulu perlu memecah belah bijih khusus yang berisi
Mana dan menumbuknya bersama tumbuhan {Bunga cahaya bulan}. Terakhir,
disaring hingga menghasilkan {Air Suci Sihir}---yang digunakan untuk menggambar
pola. Selain itu, pola perlu dibuat secara berhati-hati, membutuhkan banyak waktu
dan usaha sampai bisa sempurna. Hanya saja, untuk membuat lingkaran sihir dasar
seperti membuat api kecil cukuplah mudah. Apa yang aku ciptakan sekarang
adalah sihir bumi di tingkat pemula.

Selesai dalam durasi kurang dari satu menit, aku mengulurkan tangan di
permukaannya dan menuangkan Mana untuk mengaktifkan. Lubang kecil pun
muncul di tanah ketika lenganku menjauh.

Aku melakukan sedikit lebih banyak pekerjaan dan persiapannya pun berakhir.
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Melihat kedua bersaudara, mereka secara bertahap mendekat ke mari. Tentakel


hanya butuh beberapa menit untuk meregenerasi dan menyerang, tetapi anak-
anak itu dengan baik memotong atau menghindarinya sambil terus berlarian.
Perlahan tapi pasti, mereka berhasil menuntun Jewel Turtle selangkah demi
selangkah.

"Begitu caranya! Sedikit lagi, pancing dia agar datang ke posisiku!"

"Ya!!"

"Eeeh?! Tunggu, Nee-chan!!"

"Ah, apa yang sedang kau lakukan?!"

Mungkin karena tidak sabar, Emilia seketika datang ke sini. Reus pun mengikuti
dan meninggalkan posisinya. Bahaya, pada jarak ini, rudal bumi akan datang.

"Serangan itu akan dilepaskan lagi!! Sial, sudah terlambat!"

"Eeeeh....Aaah!"

Ketika Emilia berbalik, Jewel Turtle sudah mengais tanah dan mempersiapkan diri.
Jika ia menembak kemari dan membuat kekacauan di daerah, strategi kami akan
hancur. Sekarang atau tidak sama sekali*, aku harus mencoba menghalanginya.
[Jepangnya memang bukan begitu. Dan aku ganti karena bingung nyari kata2 yg
pas]

"A-Aku sangat minta maaf! Aku...."

"Aku juga melakukannya, Nee-chan bukan satu-satunya yang harus disalahkan!"


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"Menyesalah nanti! Aku akan mencegat itu, persiapkan diri untuk menghindar
kalau aku gagal!!"

""Y-ya!!""

Memarahi mereka bisa dilakukan setelah ini selesai. Aku memfokuskan satu
telapak tangan ke arah mulut si monster. Menunggu waktu yang tepat dan....di
saat bersamaan sebuah amunisi tanah mulai mengintip dari mulut terbukanya,
sihirku dilecutkan.

"{Launcher}!!"

Meskipun peluru yanng kulepaskan mirip dengan {Magnum}, ukuran dan


dampaknya berbeda.

Setelah terkena, peluru berukuran bola bisbol akan menghasilkan gelombang kejut
sangat kuat dan meledakkan area luas. Ini dapat dianggap sebagai bom yang
dilepaskan oleh peluncur granat.

Bahkan sebelum rudal bumi keluar, sihir {Launcher} telah sampai kesana. Tidak
peduli seberapa banyak monster itu mengunyah untuk memperkuat amunisinya,
bahan bola itu masihlah tanah. Dampak tinggi dari ledakan menyingkirkannya dan
hanya menyisakan sedikit pasir pada mulut si kura-kura.

"Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama!"

"Aniki mengagumkan!"

"Ini belum selesai!"


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Mampu bertahan dari gelombang kejut langsung di dalam mulutnya, kura-kura itu
melangkah maju dan mengangkat raungan lebih tinggi. Baiklah, dia mendekat lagi,
ini akan menghemat waktu.

Dan kemudian, saat tubuh monster itu akhirnya mencapai lubang....kami bergerak.

"Sekarang! Potong seluruh tentakelnya!!"

Pada sinyalku, Emilia melepaskan berturut-turut enam {Wind Slash}, mengiris


semua tentakel makhluk itu. Pada saat yang sama, aku melesat, membelitkan
{String} ke leher Jewel Turtle dan melompati bagian atasnya untuk sampai ke sisi
yang lain. Perangkap yang telah dipasang pada lubang pun diaktifkan.

"Sekarang!!!"

Di dalam lubang, aku telah memasang {Impact} terbuat dari Mana padat dalam
keadaan bersiaga. Ini akan membuat hempasan beruntun cepat atau lambat jika
ditinggalkan begitu saja. Hanya saja, aku sudah menyambungkan {String} disana,
sehingga bisa membuat sihir itu aktif hanya dari memerintahkannya lewat tali
sihir. Dan sekarang adalah waktu terbaik untuk itu.

Memanfaatkan tubuh monster yang miring karena mendaki bukit, aku


membayangkan sebuah Ranjau Anti-Tank, yang mampu memusnahkan bongkahan
besar baja dalam hidupku dulu. Bersamaan dengan diriku yang berlari menjauh
sambil menarik {String}, leher makhluk itu tepat dibawah bom. Sebuah bunyi
hebat pun bergema seakan gempa sedang terjadi. Tubuhnya berguncang dan
terpelanting, dalam sekejap perut telanjang si kura-kura terlihat di siang hari
bolong.

Reus pun melompat.

"Disiniiii!!!!"
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Tepat di bagian perut datar sempurna yang menyebar berwarna kemerahan, Reus
menusukkan pedang menggunakan berat seluruh tubuh. Namun, karena upaya
dari si monster untuk bangun, pijakan anak itu berguncang, membuat bilahnya
berhenti ditengah jalan. Dia mencoba untuk menjejalkannya lebih jauh, tapi
tampaknya inilah batas. Reus berusaha untuk tidak berpisah dari senjata yang
menempel ke Jewel Turtle sambil mengepalkan gigi. Bagaimanapun, dengan situasi
ini, dia kemungkinan besar tidak akan mampu mempertahankan pedang dan
hanya meninggalkan cukup waktu bagi tentakel untuk meregenerasi agar
mengangkat kembali badan besarnya. Meskipun tidak ingin mengambil
kesempatan mereka, aku harus membuat keputusan cepat.

"Reus! Tinggalkan pedangmu!!"

"Tapi, aku mampu mengalahkannya jika berusaha sedikit lebih keras!"

"Jangan keras kepala!!!"

"Uh?!"

Aku lalu melompat ke atas kepala monster itu. Setelah memastikan bahwa Reus
mundur, {Launcher} ditembakkan tepat ke wajahnya. Dia pun menegang untuk
sesaat. Namun 'sesaat' sudah cukup. Bertujuan pada gagang pedang yang berhenti
bergetar, aku melepaskan {Magnum}. Pegangannya hancur karena dampak
berlebihan. Sebagai gantinya, bilah tajam dengan sempurna tertanam ke
kedalaman organ, membuatnya kejang-kejang. Pada akhirnya, Jewel Turtle
mengulurkan leher sambil merintih, dan terdiam.

"....Apakah itu....selesai?"

"Entahlah"
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Emilia telah kehabisan Mana dan tampak kelelahan. Sedangkan Reus terengah-
engah, bola mata mereka hanya berfokus ke monster itu dengan rasa takjub
kosong. Setelah diriku sampai di dekatnya, kedua bersaudara menyerbu ke arahku.

"Apakah monster tersebut berhasil dikalahkan?!"

"Kau melakukannya, Aniki!!"

"Ya, aku mengalahkan itu. Namun, terlalu ceroboh jika berdiri diam di tempat
seperti ini. Bagaimana jika seranganku tidak mampu membunuhnya dan dia mulai
bergerak lagi?"

Walaupun aku tahu pasti bahwa mahkluk itu sudah mati dari {Search}, ada
binatang di luar sana yang dapat terdiam dan berpura-pura mati. Jadi harusnya
ada monster yang bisa melakukannya juga. Jewel Turtle memiliki tubuh besar, jadi
takkan aneh kalau vitalitasnya mengambil waktu lama untuk kembali. Aku ingin
anak-anak ini dapat menentukan sendiri kapan pertarungan berakhir, hingga baik-
baik saja untuk menjatuhkan kewaspadaan.

"....Emilia, kau tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan?"

"Ya....Aku tidak mengikuti instruksi Sirius-sama...."

"Jika begitu, aku juga sama. Aku mengikuti Nee-chan dan akhirnya tidak mematuhi
rencana Sirius-sama...."

Telinga dan ekor kedua bersaudara benar-benar terkulai dengan wajah yang
tampak seperti akan menangis. Maaf, bukan itu yang aku maksud.

"Terlebih dahulu, ketahuilah bahwa aku tidak marah karena kau tidak mengikuti
instruksi-ku. Jangan salah paham"
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"Eh? Tapi, kami...."

"Ya....kami tidak mengikuti perintahmu"

"Memang buruk kalau mengabaikan instruksi. Namun, akan merepotkan jika tidak
dapat bertindak tanpa mengikuti perintah. Aku akan memberitahu poin yang aku
ingin kalian renungkan. Mulai darimu, Emilia. Katakan padaku, apa yang kau
dengar dari perkataanku?"

"Aku harus datang ke posisimu, itulah yang kudengar"

Pada waktu itu, aku menyuruhnya agar sedikit lagi memikat Jewel Turtle dan
menghampiri tempatku berada....dia mungkin hanya menangkap bagian
terakhirnya. Caraku berbicara juga sedikit bersalah, aku akan merenungkan itu.

"Kau tahu bahwa Jewel Turtle akan melepaskan bola tanah jika terlalu jauh
darinya, kan? Namun, kau tidak meragukan apa yang aku katakan dan
menghiraukan itu"

"....Aku berpikir bahwa Sirius-sama mungkin memiliki rencana lain"

"Lalu, aku akan menjelaskan seterang-terangnya. Bahkan diriku ini tidaklah


sempurna. Jika kau merasa ada masalah dengan ucapanku, apapun itu, aku ingin
kau untuk berhenti sejenak dan memikirkannya"

Dia benar-benar bergantung padaku, ini cukup buruk. Andaikan ada seekor naga
kuat yang mampu memporak-porandakan segala hal, mungkin Emilia dengan
senang hati akan menerjangnya jika aku memerintahkan untuk melakukan itu,
sangat mengkhawatirkan. Aku tidak mau menciptakan prajurit tempur yang hanya
hidup mematuhi perintah.
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Aku ingin dia berpikir sendiri dan menjadi mandiri, sehingga gadis ini mampu
bertahan dari segala rintangan. Ketika saat itu tiba, dia akan ikut
denganku....Tidak, aku akan meninggalkan pilihan itu kepada orang yang
bersangkutan. Akan cukup bagus jika dia bisa tumbuh menggunakanku sebagai
batu loncatan.

Yah, namun aku tidak akan membuatnya mudah.

"Aku tahu bahwa apa yang kukatakan merupakan hal-hal rumit. Hanya saja,
bahkan jika kau tidak mengerti sekarang, aku ingin kau mengingat itu di sudut
kepalamu. Jadi, sebagai cerminan dari kesalahan Emilia, aku akan memberikan
hukuman. Tutup matamu"

"Ya!"

Dia gemetar dengan mata terpejam rapat. Kau tidak perlu setakut itu, kan? Untuk
sekarang, aku menyimpulkan dengan sentilan ringan di kepala.

"Selanjutnya, Reus. Hal tentangmu yang mengikuti Emilia tidaklah masalah, tapi
apa yang kau lakukan setelah menusukkan pedang?"

"Hmm....aku mencoba mendorongnya lebih jauh?"

"Itu benar, kau memang melakukannya. Namun, tak peduli bagaimana seseorang
melihat, kau hanya bersikap keras kepala. Kenapa kau mencoba suatu hal yang
sudah pasti tidak bisa diselesaikan?"

"Aku berpikir kalau diriku bisa"

"Itu hanyalah kesombongan. Meski kau memang sudah menjadi lebih kuat, ada
banyak orang yang jauh melampaui dirimu di dunia ini. Kau harus mengetahuinya
dengan baik"
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Karena sering dibuat babak belur oleh Lior dan aku, terlepas dari hal ini yang
merupakan fakta pahit, dia tahu itu benar. Reus pun mengangguk berulang kali.

"Seseorang perlu menilai dengan cepat apa yang dia mampu lakukan. Dengan kata
lain, kau perlu memastikan apakah kau dapat menebas musuhmu atau tidak"

"Aku sudah memahaminya dengan jelas!"

....Astaga....Apa anak ini sudah terinfeksi oleh jiwa nekat si pria tua? Aku akan
mengurangi durasi pertemuan.

"Dan jika kau menilai bahwa kau tidak dapat menebasnya....kalau kau tidak
mampu merobohkan pihak lain, maka menyerahlah dan meminta bantuan. Kau
tidak berjuang sendirian sekarang, ya kan?"

"Tidak, Nee-chan dan Aniki berada di sini"

"Tepat, jangan berpikir satu orang bisa melakukan apapun. Jika kau bertarung
sambil bekerjasama dan terus bertahan, kau akan menjadi semakin kuat. Dan
kemudian, suatu hari nanti kau akan mampu mengalahkan lawan sendirian"

"Ya!"

"Ketika membuat kesalahan, manfaatkan itu dan belajarlah darisana. Jangan


khawatir dengan kesalahan sekarang, karena dengan begitu kau tidak akan takut
menerima tantangan lagi"

Aku melakukan hal yang sama pada jidat Reus.


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Sejujurnya, aku tidak suka hal tentang menasehati dan dinasehati. Namun hal-hal
seperti ini diperlukan. Apa setiap orang ingin terus berada di satu titik? Tentu saja
tidak.

"Yah, kurasa omelan ini sudah cukup. Kalian berdua melakukannya dengan baik,
berhadapan dengan monster besar tanpa takut. Kalian sungguh berani"

"Benarkah?!"

"Benar. Sihir yang digunakan Emilia untuk memotong semua tentakel itu bagus.
Dan Reus, waktu ketika kau melompat kepada monster juga sempurna. Kalian
berdua memang telah bertambah kuat"

""Kita berhasil! Tepukan, tepukan!!""

Suasana hati tertekan dari beberapa saat yang lalu terbang ketika aku menepuk
kedua bersaudara. Mereka dengan ceria menggoyangkan ekornya. Yah, aku sudah
mengatakan semua yang harus dikatakan.

"Sirius-sama!!"

Saat menengok ke asal suara panggilan itu, Erina yang didukung oleh bahu Dee
dan Noel, berjalan kemari. Seusai melambaikan tangan untuk menunjukkan bahwa
keadaan aman, kami juga menuju ke arah para petugas.

"K-Kau baik-baik saja?!"

Ketika Erina lepas dari dukungan bahu Dee, dia langsung memegang pundakku
untuk memastikan diriku terluka atau tidak. Kekuatannya benar-benar tak dapat
dipercaya bahwa itu berasal dari seseorang dalam kondisi fisik yang lemah.

"Aku tidak terluka. Jika harus dikatakan, keduanya...."


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"---?! Kalian berdua, tunjukkan jika kalian terluka!!"

"A-Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah"

"Aku juga...."

"....Begitukah? Haah....Syukurlah"

Setelah ia memperoleh ketenangan pikiran, dia merosot ke tanah. Dee dan Noel
juga bertanya tentang kondisi kami, aku pun meminta maaf untuk selalu membuat
mereka khawatir.

"Masihlah....dilihat sekali lagi, itu benar-benar besar"

"Itu benar?! Pedangku!!"

Disaat Noel bergumam sementara menyentuh Jewel Turtle yang sudah menjadi
mayat, Reus pergi ke perut monster seakan baru saja ingat tentang senjatanya.
Ah....sial.

"AAAAHHHH!! Pe-Pedangku...."

Aku lupa kalau gagangnya sudah hancur karena sihirku. Selain itu, bilahnya jauh
terkubur dalam tubuh si kura-kura, memperbaikinya akan mustahil. Berkecil hati,
Reus kembali sambil menghela nafas.

"Maaf, Dee-nii. Pedang yang aku dapatkan darimu benar-benar rusak"

Ini sesuatu yang Dee beli ketika dia pergi ke kota. Anak itu benar-benar senang
ketika menerimanya. Dia lalu menepuk kepala Reus yang murung.
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"Yang penting adalah bahwa kalian semua aman. Aku akan membelikanmu lagi"

"Benarkah?!"

"Ya....aku akan mencari sesuatu yang lebih baik. Adapun uang...."

"Aku mengerti! Kita bisa mendapatkan permata dari sebelumnya~~"

Tatapan mereka beralih ke Jewel Turtle....dan membeku. Hmm, aku bisa mengerti.
Karena bahkan aku juga baru menyadarinya sekarang.

Permata besar itu melekat di puncak tempurung Jewel Turtle, dan mahkluk
tersebut sekarang mati dalam posisi terbalik. Pertanyaannya adalah....apa yang
terjadi di bagian atas tempurungnya?

"Sirius-sama! Permatanya, permatanya tertindih dan hancur~~!!!"

"Aku juga mengerti. Tenanglah"

Tidak ada mesin-mesin berat seperti kendaraan crane di sini, tapi aku memiliki
{Impact} yang dapat melepaskan kejutan mirip dengan bom. Memang merepotkan
ketika pihak lain bergerak, namun mahkluk ini sekarang sudah tewas. Aku pasti
berhasil melakukannya jika mengurus ini dengan tenang.

Untuk sekarang, aku mempersiapan {Impact} pada berbagai sisi di tubuh Jewel
Turtle, dan akan mencoba untuk membalik dirinya menggunakan dorongan dari
ledakan beruntun.

Sambil bekerja disana, aku bertanya kepada Dee bagaimana cara petualang
lainnya mengalahkan Jewel Turtle. 'Mereka berfokus agar serangan mereka
melampaui pertahanan pihak lain'....begitulah selama ini. Ada juga beberapa orang
yang terlalu antusias dan akhirnya ikut memecahkan permata. Tentu, dia mengaku
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

belum pernah menyaksikan ada yang mengalahkan monster itu dengan cara yang
sama sepertiku. Namun jika memang ada, aku ingin bertemu dengannya.

Setelah menyelesaikan pekerjaan, aku menyuruh semua orang mundur dan


mengaktifkan {Impact}. Bunyi ledakan berturut-turut melambung layaknya
kembang api. Akibat dari energi kinetik dampak, tubuh Jewel Turtle beguncang
sangat hebat. Diiringi bumi yang bergetar, posisinya kembali ke semula.

"Oh~...Ini kembali ke posisi sebelumnya. Tapi, bagaimana kau melakukannya


kepada suatu hal yang besar? Kau tidak masuk akal seperti biasa, Sirius-sama~"

"Aniki luar biasa!!!"

"Woah...."

Tampak tidak mampu berkata-kata, Emilia menatapku hormat dengan mata


berbinar. Jangan jatuh cinta....namun itu sudah terlanjur, ya kan?

Aku memanjat melewati kulit berbatu tak rata si kura-kura, dan menemukan
sebuah permata emas di puncaknya. Tanpa goresan sedikitpun, seolah di waktu
awal kami melihat. Meskipun agak kesulitan, aku akhirnya mendapatkan ini.

Menyingkirkan bebatuan yang melingkari permata, diriku lalu melepasnya.

"Tolong dinilai"

"Serahkan padaku"

Aku segera menyerahkannya kepada Dee untuk diperiksa. Walaupun ini bukan
bagian dari keahliannya, Dee telah bepergian ke berbagai tempat, hingga agak
mampu menilai suatu harta. Beberapa menit setelah menyentil ringan dan
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

menerawangnya di bawah sinar matahari, dia mengembalikan permata itu padaku


sambil agak berkeringat.

"Meskipun dari penilaian seorang amatir, hal ini memiliki nilai yang cukup tinggi.
Tentunya bisa ditukar dengan puluhan koin emas---"

"""Puluhan koin emas?!"""

Para ras binatang berteriak harmonis. Nah, tak ada yang mustahil. Bahkan jika
kami mendapatkan harga terendah 10 koin emas, ini sudah menjadi satu juta yen.
Suatu penghasilan banyak hanya dari 'berjuang' pada durasi kurang dari satu jam.
Hanya saja, itu hanya kemungkinan dari orang yang memiliki beberapa tingkat
kemampuan.

"Mengagumkan, mengagumkan! Kau dapat membeli pedang yang lebih besar dan
lebih berat, kan?!"

"Hei, Reus. Sirius-sama yang akan memutuskan bagaimana itu akan digunakan, jadi
jangan berbicara egois"

"Ahhh, pedangku...."

Dia sedih oleh teguran Emilia. Maaf Reus, kita akan meninggalkan persoalan
senjata dilain waktu.

"Aku sudah memutuskan menggunakkannya untuk apa. Emilia, Reus....uang yang


kita akan peroleh dari menjual ini akan disisihkan untuk biaya pendaftaran sekolah
kalian"

"Hah?....Biaya pendaftaran?"

"Jadi....maksudnya, kami berdua bisa pergi ke sekolah juga?"


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Sebelumnya, aku sudah menjelaskan kepada kedua bersaudara hal tentang aku
yang akan diusir dari rumah dan pergi ke sekolah. Aku sempat berpikir tentang
mempercayakan mereka kepada para petugas setelah meninggalkan rumah, tapi
anak-anak ini bersikeras untuk mengikutiku. Memohon, dengan mata berair,
kedua bersaudara ingin tinggal di kota tempat sekolahku berada walaupun harus
bekerja disana demi lebih dekat denganku. Para ras binatang sering di
diskriminasikan, jadi ada rasa cemas yang timbul. Itulah sebabnya aku berencana
membuat mereka agar ikut bersekolah juga. Halangan terbesar adalah biaya
masuk tapi beruntungnya si kura-kura sudah memecahkan masalah itu.

Kedua bersaudara tidak bisa mempercayai bahwa mereka juga akan pergi ke
sekolah, sehingga Erina tersenyum lembut kepada Emilia dan Reus yang
kebingungan. Erina memang paling bisa diandalkan.

"Ya, itu benar. Ini sesuatu yang aku telah perbincangkan dengan Sirius-sama
beberapa waktu yang lalu"

"Bersama dengan Sirius-sama....bersekolah...."

"Benarkah? Bahkan aku bisa pergi?"

"Kalian memperoleh uang dengan bekerjasama mengalahkan monster. Jika Sirius-


sama mengizinkan, maka takkan ada masalah. Pergilah ke sekolah dengan bangga"

""YAAAYYYYY!!!""

Dari perasaan kegembiraan yang nyata pada akhirnya, kedua bersaudara


melompat-lompat gembira sambil merangkul satu sama lain.

"Kalian berdua berhasil! Aku senang juga~!"


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Noel menerobos. Melijat tiga orang yang berkumal saat berguling-guling di tanah
seakan menyaksikan suatu pemandangan menghibur dari hewan peliharaan yang
bermain bersama.

Setelah menatap mereka untuk sejenak, Dee, yang memeriksa Jewel Turtle,
mendekat. Berdiri di sampingku dan datang untuk berbisik. Tiga ras binatang
sedang membuat kebisingan di tempat agak jauh. Pembicaraan ini merupakan
suatu hal yang kami tidak ingin bocorkan kepada mereka.

"Aku sangat menyesal karena mengecewakan harapan kalian, tapi hal seperti ini
takkan bisa terjual di sebuah kota kecil. Selain itu.... hal seberharga permata juga
bisa menjadi benih masalah"

Di dunia ini, pertukaran uang dilakukan dengan melewatkan tunai langsung. Mula-
mula, tidak ada metode untuk membuat akun tabungan ataupun melakukan
transfer uang.

Jadi jika menjual permata, kau akan mendapat puluhan koin emas langsung di
tempat. Namun, tergantung pada toko-nya, kemungkinan paling buruk ialah, tidak
dibeli. Intinya, ini merupakan sebuah properti yang terlalu berharga. Jika ada
seseorang yang membelinya, pencuri dan orang-orang dari kalangan dunia bawah
mungkin akan mengendus kabar itu dan datang. Kau harus mengurusnya dengan
aman agar tidak diambil dari genggaman. Walaupun toko besar memiliki
keamanan tersendiri, toko-toko kecil takkan mampu menyediakan itu sehingga
menjual hal-hal kepada mereka akan sulit.

Masalah lain adalah kau bisa diserang. Seseorang pasti akan ditargetkan oleh
orang-orang bodoh ketika membawa puluhan koin emas. Ini akan baik-baik saja
jika lingkungan tidak menyadari adanya hal berharga yang kau bawa dan belum
dilihat oleh siapa pun, tapi fakta bahwa permata itu dibeli pasti akan bocor di kota
tempatmu menjualnya. 'Ada permata yang menakjubkan!' 'Toko mana itu?' 'Siapa
yang membawanya?'....Informasi tentang Individu yang menjualnya akan beredar,
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

terkenal karena baru saja memperoleh banyak uang pun akan ditargetkan. Kalau
kau menanggapi dengan buruk, mereka akan mengikuti dan menganggumu begitu
kau sampai di kediaman.

Jadi itulah yang akan terjadi. Satu gerakan salah dan benih masalah akan tumbuh.

"Ayo pikirkan situasi itu nanti. Paling buruk, kami akan memberikan ini langsung
sebagai pengganti uang ke sekolah"

"Aku mengerti. Kemudian, Sirius-sama, kau akan mengurus permata itu?"

"Benar juga, lebih baik aku yang memegangnya. Kesampingkan itu, Dee, apakah ini
satu-satunya batu mulia dari Jewel Turtle?"

"Sirius-sama ternyata menyadarinya. Silakan lihat ini"

Sambil menggeruk permukaan kasar Jewel Turtle dengan tangan, kulitnya yang
juga terbuat dari batu pun muncul. Melihat lebih teliti, ada kerlipan tak terhitung
jumlahnya memasuki pandanganku, beberapa bagian bersinar merah atau biru
menempel disana.

Mungkinkah....

"Apakah semua batu berwarna ini, merupakan batu mulia?"

"Begitulah"

Apa kau serius? Jadi, itu sebabnya pada buku diterangkan bahwa ini cara tercepat
untuk kaya raya. Menebak dari warna, ada rubi, safir, zamrud dan berbagai macam
jenis lainnya. Namun, ini hanya sekumpulan bijih mentah yang belum diolah
sekaligus berukuran kecil. Aku ragu tentang menukarnya dengan uang.
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

"Semuanya tampak terlalu kecil. Aku belum punya cukup pengalaman dengan batu
mulia"

"Itu tidak terlalu buruk. Jika kau mencarinya, ada yang sedikit lebih besar juga"

Safir seukuran jari kelingking pun ditemukan. Sepertinya bisa digunakan sebagai
barang dekoratif atau hiasan, mungkin ini bisa ditukar dengan sedikit uang.

"Tampaknya bagus. Aku akan pergi menjualnya"

"Yah, Dee. Bagaimana kalau ini dijadikan cincin pernikahan untuk Noel?"

"....Apa?"

Dia membuat wajah konyol yang jarang kusaksikan.

"Karena kelihatannya ada beberapa batu mulia yang tersisa, ayo kita gunakan uang
dari menjual itu semua sebagai harga pembuatannya. Kau selalu melakukan hal-
hal merepotkan, anggap saja ini imbalanmu"

"....Itu...."

"Noel merupakan gadis polos, biru harusnya terlihat bagus. Tidakkah menurutmu
warna rambutnya yang merah dengan kontras cincin biru akan memberikan kesan
indah?"

"Jadi begitu....tidak, tolong berhenti bercanda!"

"Bercanda....ya?"
Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

Walaupun Dee juga menampilkan kemarahan yang jarang terlihat, mataku


membalasnya dengan tatapan serius. Kami saling memandang selama beberapa
saat. Aku pun menyerahkan bijih safir yang dari tadi berada di genggamanku.

"Aku akan meninggalkan sisanya padamu"

"....Terima kasih banyak"

Dia sempat ragu, tapi akhirnya memutuskan menerima dan menaruh itu di saku
pakaiannya. Sambil melewati Dee, aku tersenyum dari kedalaman hati. Ini berjalan
dengan lancar.

Kami kemudian berkumpul dengan para petugas dan mulai memeriksa setiap
sudut dari Jewel Turtle. Hasilnya, kami menemukan beberapa batu mulia mentah
berukuran kecil, tapi memiliki kemungkinan bisa ditukar menjadi uang. Sepertinya
ini semua merupakan suatu hal yang dapat ditemukan sekaligus dijual bahkan di
kota-kota kecil.

Aku tidak pernah mengira bahwa piknik dengan tujuan membuat kenangan akan
berubah menjadi seperti ini. Hanya saja, itu masihlah piknik penuh arti karena
memperoleh biaya pendaftaran untuk kedua siswa. Berada dibarisan belakang
sambil mendorong Erina, kami mulai melangkah pulang dengan gembira.

Sisa tahun berjalan dengan baik.

Namun, dunia ini tidaklah begitu manis.

Cobaan terakhir kami bergegas mendekat.

Enam bulan kemudian, situasi yang aku takutkan akhirnya terjadi.

Erina terjatuh sekali lagi.


Arc 3 – Servant
Chapter 19 – Let's Go on a Picnic - Money Making Part -

☆☆☆Chapter 19 berakhir disini☆☆☆

>Catatan penulis =
Sebenarnya, kesan yang muncul cukup remeh. Di versi awal, aku berpikir tentang
pedang itu yang langsung terdorong dari permukaan tanah menuju keatas. Jadi
meskipun bukan karena {Magnum}, hasilnya masih akan tetap hancur.*
[Karena {Impact} yg Sirius pasang di tanah]

Lain kali, aku akan berusaha lebih keras sesegera mungkin.

Terima kasih telah membaca.

>Catatan penerjemah =
Oke!! Chapter selanjutnya akan berisi penuh dengan adegan yang menguras air
mata!! Jadi, jangan pernah lewatkan ya~~~~ (Bahkan orang yang memiliki sifat
kalem kayak Dee bisa bertingkah lucu XD ).
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Chapter 20 – Pure Love


Bagian 1

Tersisa setengah tahun sampai pergi ke sekolah.

Musim sekarang disebut {Bulan dari Bunga Salju}*, dalam hidupku sebelumnya
inilah musim dingin. Hari-hari bersuhu rendah-pun berlanjut, waktu dimana alat
sihir pemanas terus-terusan digunakan.
[Yang dimaksud bukannya bulan dilangit malam. Melainkan, bulan di tanggalan]

Aku memang masih memiliki permata dari Jewel Turtle, namun sempat
mengkonsultasikannya dengan Dee dan Erina tentang menjualnya segera.
Tak ada permasalahan dengan keuangan karena terdapat penghasilan yang sudah
ditabung selama 5 tahun

Pelatihan juga berjalan lancar, mengetahui bahwa mereka bisa bersekolah


bersama membuat kedua siswa berusaha lebih keras. Awalnya aku membuat
jadwal jangka pendek karena berpikir kami akan berpisah, tapi itu tidak lagi
diperlukan jadi durasinya kuubah dan diperpanjang.

Memang akan sulit, hanya saja keduanya akan bertahan dan meningkat.

Tujuan dari para petugas juga telah diputuskan.

Yang pertama adalah Noel, sepertinya dia akan kembali ke kampung halamannya.

Orang tua dan saudara-saudaranya tinggal di sebuah desa miskin, dia pergi dari
tempat itu dengan dalih menjadi pekerja migran hanya agar dapat mengurangi
'mulut yang harus diberi makan'. Tapi, saat bertukar surat, dia mengetahui bahwa
penguasa saat ini cukuplah mampu mengurus wilayahnya dan dapat mengurangi
kemiskinan disana. Sekarang juga sudah sedikit berkembang, dan karena
merupakan desa yang toleran terhadap ras binatang, Noel memutuskan pulang
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

kampung sambil berpikir bahwa dia pasti bisa menemukan minimal satu
pekerjaan.

Dee juga akan pergi menuju desa Noel.

Dia memiliki kelebihan sebagai bekas seorang petualang dan pandai dalam hal
memasak. Mereka takkan pernah bisa meragukan kedatangan Dee jika Noel
menyajikan hidangan buatannya kepada para penduduk. Dia akan mampu
menghidupi diri sebagai koki.

Setengah tahun telah berlalu, tapi dia masih belum meyatakan perasaannya
kepada Noel. Ini membuat kesal, aku berencana untuk mendorongnya agar
melakukan yobai*.
[Istilah untuk seorang lelaki muda yg blum menikah datang menyelinap ke rumah
si gadis yg juga blum menikah sampai ke kamarnya. Nanti, si lelaki akan
menyatakan niatnya. Jika si gadis setuju, mereka berdua akan 'tidur bersama'
sampai pagi menjelang. Ini adalah cara kuno yg dilakukan untuk menentukan
pasangan suami-istri yg cocok]

Sedangkan Erina....

Hari itu aku berlatih tanding dengan Reus.

Noel dan Dee sibuk dengan pekerjaan rumah. Emilia menerima pendidikan dari
Erina. Dilain sisi, kami berdua saling menarikan pedang kayu ke masing-masing
pihak. Sekarang aku di tengah-tengah memperbaiki kebiasaan Reus.

"Anikiiiii!!! Menyerah, menyerah!!!"


Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Berapa kali kau perlu diberitahu agar paham? Itu karena kau tidak menarik
pedang ke arah sini, akibatnya kau terkena serangan"

Karena ia memiliki terlalu banyak celah, aku mencakar besi dirinya dan
membuatnya belajar secara fisik.

"Baiklah, ayo kita coba lagi. Yang berikutnya---"

"Sirius-samaa!!! Tolong....Tolong datanglah segera!!!!"

Teriakan Emilia lebih mirip sebuah jeritan dengan wajah menyembul keluar dari
jendela. Mengakhiri hukuman di sana, diriku kembali ke rumah dan menyadari
semuanya begitu sampai di kamar Erina.

"Erina-san....Erina-san runtuh....dia berhenti bergerak...."

Sambil bernafas tersengal-sengal, wajah Erina memucat seakan telah kehilangan


banyak darah ketika dipeluk diantara lengan Emilia. Gadis itu hampir tumpah
dalam tangisan sementara memanggil-manggil namanya.

"Erina-san! Erina-san!"

"Aku....baik-baik....saja. Jika sedikit....beristirahat...."

"Jangan bicara lagi! Segera pindahkan dia ke kasur!"

"Tolong bertahanlah, Erina-san!"

"Emilia!!!"

"---?!"
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Aku merasa malu karena mengikuti emosi. Dia pun tenang seusai diriku berbicara
perlahan dengannya. Itu benar, aku tidak boleh tak sabaran disini. Prioritas
pertama adalah membaringkan Erina ke tempat tidur.

"Terlebih dahulu, gendong dia ke kasur. Jika tidak, aku takkan bisa memeriksanya.
Kau mengerti?"

"I...ya...."

Setelah diberikan instruksi, Emilia pun membawa Erina dengan sangat berhati-hati
ke tempat tidur seakan sedang mengangkat hal yang mudah pecah. Meskipun
sulit, teknik menggendong sementara tidak memberi beban pada seseorang yang
sedang dibawa merupakan hadiah dari pendidikan petugasnya.

Ketika aku berdiri di samping tempat tidur sambil mengkonsentrasikan Mana, Noel
dan Dee hadir, berdiri di belakang. Mereka tampak cemas, namun masih terdiam
membisu untuk menunggu hasil pemeriksaanku. Sedangkan kedua bersaudara
terus terisak saat memegangi tangan Erina.

Menggunakan {Search}, aku memeriksa tubuhnya. Dari kepala sampai perut, dari
pinggul hingga kaki, menghabiskan waktu perlahan dengan memindai keseluruhan
badan.

Dan....suatu kesimpulan pun muncul

"Akhirnya....tiba, ya"

Ini bukanlah penyakit, atau luka. Melainkan hanya umur.

Aku pernah mendengar ini sebelumnya. Di masa muda, dia tidak bisa
mengkonsumsi makanan dengan benar. Tanpa dapat memperoleh gizi secara
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

memuaskan, ditambah berada dilingkungan yang membuatnya terus bekerja


terlalu keras. Mengakibatkan organ-organ dalam tak dapat berkembang selama
fase pertumbuhan.

Harga untuk membayarnya pun adalah persis sekarang. Di kehidupanku dulu, usia
setiap orang bisa sampai hampir seratus tahun. Namun di dunia di mana
pengetahuan medis tidak dikembangkan, umur Erina mungkin takkan lama lagi.
Sihir pemulihan juga tidak memiliki kemampuan untuk memanjangkan rentang
hidup.

Hanya satu hal yang dapat dikatakan dengan pasti. Dirinya....tidak mempunyai
banyak waktu tersisa.

Dari awal, tubuhnya memang telah mencapai batas. Durasi duduk telah meningkat
sejak setengah tahun terakhir, lalu secara bertahap semakin kesulitan hanya untuk
bergerak. Bahkan akhir-akhir ini dia sering menghabiskan hari-hari dengan
terbaring lemah di tempat tidur.

Meski begitu, ketika jadwal pendidikan Emilia tiba, dia akan berdiri dan
menunjukkan contoh dari dirinya sendiri sambil memberitahu poin-poin yang
salah. Menahan rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuh, memeras setiap tetes
kekuatan, untuk menyampaikan kemampuannya pada gadis itu, bahkan jika hanya
sedikit.

"Sirius-sama! Erina-san baik-baik saja, kan?!"

"Aniki, Aniki dapat menyembuhnya, ya kan?!"

Noel dan Dee tampaknya telah paham, tapi kakak beradik ini masih terjebak pada
harapan, yaitu diriku. Sayangnya, aku bukan orang yang akan percaya pada
keajaiban yang tak mampu kuciptakan. Bahkan dari awal aku tidak ingin lari ke ilusi
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

yang disebut 'keajaiban'. Diriku merasa hina kepada keduanya, tapi aku memang
bukanlah dewa. Melakukan sesuatu tentang umur seseorang adalah mustahil.

"....Tidak mungkin....jangan katakan...."

"Erina-san!!"

Erina tersadar kembali, namun wajahnya masih pucat dengan gejala yang tidak
membaik. Dia membelai kepala dua bersaudara yang menangis, lalu
menghadapkan wajahnya kemari.

"Sirius-sama, pemeriksaanku telah selesai, benar kan?"

"Ya, aku sudah memastikannya"

"Kalau begitu, aku ingin hasilnya didengar semua orang"

"....Kau tidak keberatan?"

"Aku siap karena ini tentang diriku sendiri. Setiap orang berhak mengetahuinya"

Walaupun berada di situasi sulit, ia masih tersenyum lembut. Aku mengerti....dia


telah memantapkan hatinya.

"Erina, kau memiliki dua....tidak, satu bulan tersisa"

Para saudara menjatuhkan diri mendengar pengumumanku, sementara Dee dan


Noel dengan sedih menundukkan pandangan mereka.

"Kalian dengar? Waktuku tidak akan lama lagi. Oleh karena itu...."
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Dia memandang semua orang sekali, dan menyatakan suatu hal dengan ekspresi
serius.

"Buat diri kalian siap"

☆☆☆☆

Bagian 2

Beberapa hari berlalu sejak saat itu, akan tetapi gejalanya semakin buruk.

Tanpa bisa keluar dari tempat tidur, dia berdiam disana sambil dirawat oleh Noel
dan Emilia. Ketika setiap satu dari penghuni rumah memiliki waktu luang, mereka
akan tinggal di sisinya. Hanya saja, Erina hanya akan membalas dengan anggukan
atau sedikit berucap, penampilan berkesan orang yang akan pergi ke ajalnya itu
sangat sulit untuk dilihat. Namun, hal ini merupakan pertimbangannya, yang
dengan usaha keras menunjukkan kepada kami. Inilah yang dia ingin katakan.

"(Saat waktunya tiba, relakan diriku)"

Beberapa hari yang lalu ketika ia mengatakan untuk mempersiapkan diri, itulah
maksudnya. Memang hanya akan menampilkan hantaman keras lagi kepada kedua
bersaudara yang sudah mulai sembuh dari kematian orang tua mereka, sayangnya
hal ini tak dapat dihindari. Itu sebabnya, dia menguatkan hati dan menunjukkan
sosoknya yang akan pergi, agar Reus dan Emilia dapat menahannya walaupun
hanya sedikit.

Dalan situasi begini, pelatihan masih terus berlangsung. Walaupun keduanya


sering kehilangan konsentrasi, mungkin perasaan sedih itu bisa sedikit dialihkan
ketika menggerakkan tubuh*. Sambil berhati-hati agar tidak melukai diri, hari pun
berlalu.
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

[Mungkin maksudnya kayak orang yg ngelampiasin emosi dengan cara meninju


tembok]

Setengah bulan terlewati.

Erina tak lagi bisa mengkonsumsi makanan padat, sekarang itu hanya terdiri dari
meminum suplemen gizi khusus.

Mungkin dikarenakan telah jatuh ke dalam jurang keputus-asaan sekali, kedua


bersaudara telah mengukuhkan hati masing-masing. Mereka mulai berbincang
dengan Erina sambil tersenyum, seolah berkata 'kami baik-baik saja'. Itu jelas
mengisyaratkan kekhawatiran dan berusaha untuk memberikan dia ketenangan
pikiran.

Ini mungkin disekitar tengah hari.

'Apa yang bisa aku lakukan?'

Aku merenungkan itu sambil membaca berbagai buku dan menemukan suatu hal
tertentu. Ketika sebuah saran kusampaikan pada Erina, dia menyetujuinya.

Apa yang akan aku lakukan bukan sesuatu yang harus dipuji, tergantung dari sudut
pandangnya itu bahkan menjadi suatu tindakan kejam. Meski begitu, tinggal diam
tanpa melakukan apapun bukanlah pilihan, aku ingin dirinya puas.

Setelah memperoleh izin, kakiku berlari mengitari langit untuk mengumpulkan


bahan-bahan.

Persiapannya lalu selesai dalam beberapa hari.


Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Hal itu kemudian berpindah tangan kepada Erina, satu-satunya yang tersisa adalah
menunggu keputusannya.

Dan....hari itupun tiba.

☆☆☆☆

Bagian 3

Satu bulan setelah Erina runtuh.

Pagi hari dimulai dengan suara berisik.

"Selamat pagi, semua orang"

""""Erina-san?!?!"""""

Semua penghuni rumah selain diriku berteriak. Tidak mengherankan, Erina yang
seharusnya terbaring di tempat tidur, saat ini sedang berdiri di dapur dan
memasak. Dia mempersiapkan sarapan sambil bersenandung, mengabaikan
mereka yang berdiri bodoh tanpa tahu apapun.

"Erina-san....kau sudah sembuh?"

"Aku akan menjelaskan itu nanti. Ayo mulai dengan sarapan terlebih dahulu"

Hidangan yang berbaris di meja, seluruhnya adalah menu klasik yang sudah umum
disiapkan oleh Erina. Hatiku merasakan kegembiraan dari masakannya, entah itu
daging, telur sup ataupun sandwich.

Hanya saja, itu berbeda untuk Erina. Yang ada didepannya sendiri bukanlah
makanan, melainkan cuma segelas air putih
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Apakah Erina-san tidak akan makan?"

"Iya, sedikit. Lagipula, Jangan pedulikan aku dan makanlah"

Sambil bertanya-tanya, semua orang memutuskan untuk memberikan prioritas


pada masakan buatanya, yang sudah cukup lama tidak dirasakan.

"Bagaimana? Aku berharap itu tidak menjadi aneh"

"Ini tidak berubah"

"Ah, syukurlah. Sebenarnya, aku agak cemas"

"Ya. sandwich favoritku juga masih sama seperti sebelumnya"

"Aku menyukainya juga!"

Momen sarapan yang damai berakhir. Kebenaran mengejutkanpun terucap


setelah Erina mengambil teh.

"Aku akan mati hari ini"

Semua gerakan berhenti. Aku yang mengetahui keadaan, hanya menatapnya yang
mengumumkan itu dengan santai. Di lain sisi, setelah tersadar kembali, Noel
mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan.

"Itu....Tolong beri aku penjelasan. Ini sesuatu yang terlalu mendadak"

"Tentu saja. Aku yang bisa berdiri dan memasak ini adalah berkat obat tertentu"

"Obat....tidakkah memang karena obat?"


Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Bukan begitu. Ini merupakan obat tabu, yang mengurangi rentang kehidupan
pemakainya sebagai ganti meningkatkan kemampuan fisik. Efeknya akan
berlangsung hingga malam hari ini, jadi sampai saat itu aku bisa beraktivitas
seperti biasa"

{Pil Peningkat Kehidupan}

Itulah obat yang dia minum.

Efeknya seperti yang Erina baru saja jelaskan, tampaknya sering digunakan selama
perang. Pada umumnya, pengaruh obat seharusnya lenyap setelah beberapa jam,
seseorang lalu berbaring di tempat tidur selama berhari-hari agar bisa pulih.
Namun aku sudah menyesuaikan itu, menahan efek sekaligus memperpanjang
durasi. Hanya saja, beban yang akan muncul jauh lebih parah. Ketika saat itu
datang, dia akan 'berakhir'.

"Kenapa kau meminum obat yang seperti itu....Erina-san....Kenapa?"

"Bahkan jika tidak dilakukan, hanya ada beberapa hari tersisa, aku tidak ingin
menghabiskan waktu dengan berbaring. Jadi, aku lebih memilih menjalani hidup
normal, walaupun hanya untuk hari ini"

""""Haahhh....""""

Semua dari mereka kagum atas pernyataan lugas itu. Aku juga berpikir demikian.
Karena sangat jarang baginya untuk mengajukan suatu keegoisan, aku ingin
bertindak seperti yang dia inginkan. Garis pandang Erina lalu terkonsentrasi
padaku tanpa memperdulikan tatapan sekitar, seolah berucap 'Apa yang harus
dilakukan?'.
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Seperti katanya. Aku tidak akan berlatih hari ini dan hanya bersantai di rumah.
Sehingga, kau dapat melakukan apa yang kau inginkan, Erina"

"Terima kasih banyak. Kemudian, Noel, Emilia, kita akan membersihkan rumah
setelah ini, jadi datanglah denganku"

"Y-Ya!"

Diapun menangani pekerjaan rumah seperti sebelumnya.

Dimulai dengan bersih-bersih, mencuci, menyiapkan makan siang---terus bekerja


sambil tampak senang dari lubuk hati. Pada awalnya semua orang kebingungan,
namun menyerah karena melihat perilakunya yang terlalu normal dan ikut
membantu dalam pekerjaan rumah tangga.

Dari permulaan, dia menghabiskan sepanjang waktu dengan tersenyum. Sering


menepuk kepala Reus dan Emilia, minum teh sambil bercanda bersama Noel dan
Dee, juga memberiku bantal pangkuan.

Lalu....seusai makan malam, dia mengajak semua orang ke kamarnya.

Mengabaikan siapapun, dia mulai berbaring di tempat tidur. Memandangi kami


yang berbaris mengelilinginya, Erina mulai membuka mulut.

"Hari ini memang menyenangkan. Waktunya sudah tiba, jadi untuk yang terakhir,
aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian semua"

Sambil tersenyum lembut, dia berbicara dan memanggil nama kami satu per satu.

Berkata kepada Noel bahwa dia akan baik-baik saja selama tidak melupakan dasar-
dasarnya. Mengingatkan Dee untuk memperbaiki caranya berbicara. Lembut
menegur Reus agar selalu ingat berkata hormat dan sopan. Juga, menyampaikan
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

ke Emilia untuk terus mendukungku sambil memanfaatkan seluruh keterampilan


yang diajarkan kepadanya.

Setiap orang mendengarkan sambil membocorkan aliran air mata, tapi disaat terus
menyimak cerita ini....Aku mulai marah. Jika ditanya apa yang membuatku marah,
itu adalah sikap Erina.

"Kenapa kau...."

"Apakah ada masalah, Sirius-sama?"

Dia bertanya, masih tersenyum. Tapi aku tidak menyukai senyuman itu. Apa-apaan
dia? Ini hanyalah pembicaraan sederhana, namun dia membuatnya seolah-olah
menjadi sebuah acara untuk pengambil alihan pekerjaan.

Apa ini perasaan sejatimu? Aku repot-repot menyiapkan obat, dan kau sudah puas
hanya dengan begini?.

"Erina....apa ini saja tidak apa-apa?"

"Maaf, apa kau keberatan dengan sesuatu?"

Lingkungan mulai mengalami perubahan karena suasana disekitar diriku. Dia lalu
mencoba untuk menenangkanku sebagai seorang petugas, namun kemarahan itu
takkan menghilang.

'Apa kau keberatan?'.

Memang tidak.
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Kau....berapa lama kau akan bertindak sebagai petugas?! Hubungan kita memang
master dan bawahannya, tapi untuk yang terakhir bicaralah padaku layaknya
keluarga!! Seperti seorang ibu yang menepuk kepala anaknya!!!....---

"(Erina sangat cocok sebagai ibu. Aku juga berpikir seperti itu)"

"(---?! A-Apakah begitu? Terima kasih banyak!)"

"(Kalian berdua agak seperti seorang ibu dan ayah~)"

"(Hei hei, tidak mungkin dalam hal usia. Jadikan aku setidaknya sebagai seorang
adik)"

"(Dengan kata lain, aku ibu Sirius-sama? Itu sangat bagus)"*


[Itu semua dialog ketika Sirius selesai menyembuhkan bekas luka Emilia]

---Oh, jadi begitu.

Erina bertindak sebagai petugas bukan hanya karena dirinya sendiri, itu juga
terjadi karena diriku.

Aku tidak harus terus bertindak seperti orang dewasa. Sepatutnya seorang anak,
diriku akan membiarkan cintanya sampai kepadaku dan patuh untuk dimanjakan.

"Sirius-sama, aku minta maaf jika suasana hatimu buruk karena ucapanku. Jadi,
tolong dengarkan...."

"Aku akan mendengarnya. Tapi aku ingin kau mengutarakan perasaan


sejatimu....kaa-san*"
[Ibu. Lebih informal]
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Erina sempat terkejut mendengar ucapanku dengan matanya yang melebar,


namun segera menggeleng dan tersenyum masam.

"Tolong berhenti bercanda. Ibumu semata-mata adalah Aria-sama, aku hanyalah


seorang pelayan yang bekerja untukmu"

"Itu berbeda. Aku memiliki seorang ibu yang melahirkanku, dan ibu yang
membesarkanku. Ibu yang membesarkanku, yaitu kau....Erina"

"Aku....Ibu...."

"Aku pikir diriku sangat beruntung karena memiliki dua ibu. Jadi aku ingin kau
memberitahu semua orang bukan sebagai petugas, melainkan sebagai seorang ibu
dan anggota keluarga. Tolong, kaa-san"

"....Apa kau yakin akan hal itu?"

"Aku sudah terlanjur menganggap Erina begitu. Jadi tolong katakan, kalau tidak
aku akan membenci dirimu"

Butiran air jernih mulai meluap dari sudut matanya. Itu adalah air mata
kebahagiaan yang murni. Dia menatapku lurus tanpa menyeka satupun
tetesannya.

"Sirius-sama....tidak, Sirius. Aku tidak ingin dibenci jadi aku akan melakukan apa
yang kau inginkan"

Noel dan yang lain kebingungan pada Erina dimana nada suaranya berubah
menjadi tidak formal terhadapku, tapi diriku sangat puas. Benar, seharusnya aku
memanggilnya ibu lebih dini dan menerima segala hal seperti ini. Aku terlambat
menyadari itu....sialan.
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"....Maaf untuk semua orang....Apa kalian tidak keberatan aku mengatakannya


lagi?"

Kali ini, disaat dimana hati sesungguhnya dari Erina menyampaikan untaian kata.

"Reus, kau harus mengunyah makanan dengan benar. Aku telah memberitahu itu
berkali-kali, tapi akan tidak sopan bagi mereka yang memakannya secara kasar"

"H-Hal semacam itu....tidak harus dibilang sekarang....kan...."

"Tidak, justru karena sekaranglah aku mengatakan ini. Juga, belajarlah untuk
berbicara dengan sopan. Jika pribadimu mencurigakan, itu hanya akan
menyebabkan ketidak nyamanan untuk dirimu juga, jadi berhati-hatilah,
mengerti?"

"U-Un....Ya....!!"

"Berikutnya adalah Dee. Kau adalah yang tertua, tapi bagaimana kalau aku
menyampaikan beberapa kata untukmu?"

"....Silakan...."

"Berhati-hati itu bagus, tapi kalau keterlaluan kau hanya akan menjadi seorang
pengecut. Lebih beranilah. Tunda pembicaraanmu dan bertindaklah sebelum
terlambat"
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"....Aku....akan terus mengingat itu...."

"Noel....adikku yang lucu sekaligus ceroboh. Kau membuatku benar-benar


berjuang"

"Apa....kau sedang....memuji~....?"

"Ya, ya, sebagaimana yang mereka katakan, adik kecil yang bodoh itu manis"

"....Itu mengerikan"

"Bukankah bagus? Kau orang bodoh dan polos yang paling aku sukai. Jadi tetaplah
seperti itu"

"Un....aku akan melakukan yang terbaik~"

"Emilia, manfaatkan sepenuh mungkin apa yang telah aku ajarkan. Aku memang
sudah mendengarnya berulang-ulang, namun tekadmu tidak berubah, kan?"

"Ini masih sama....Tempatku harus berada adalah di samping Sirius-sama"

"Kalau begitu, jangan sampai memaksakan diri. Karena Sirius lah yang akan paling
sedih jika kau terluka. Jadi, berhati-hatilah"

"Aku sering diberitahu seperti itu"


Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"....Mungkin ini sudah agak terlambat. Tapi....hargailah dirimu sendiri dengan


benar. Karena mulai dari sekarang kau akan mendukung Sirius"

"Un....Aku....Aku akan....mendukungnya...."

"Dan....Sirius....aku tidak punya sesuatu untuk disampaikan kepadamu"

"Apa-apaan itu?"

"Karena kau bisa melakukan apa saja sendirian, kan?"

"Tunggu....'apa saja' itu mustahil"

"Aku tidak benar-benar menyangkalnya. Tapi kau memang bisa melakukan


apapun. Karena Kaa-san yang akan menjaminnya"

"Terdengar menjanjikan"

"Seperti yang Aria-sama katakan, lakukan apapun yang kau ingin dan jalani hidup
dengan maju kedepan tanpa terikat oleh siapapun"

"Serahkan padaku, aku pandai dalam hal semacam itu"

"Agak menggembirakan. Ngomong-ngomong, aku punya permintaan....bolehkah?"

"Apa itu?"
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Boleh aku....dipanggil kaa-san lagi?"

"Berapa kalipun, kaa-san"

"Lagi"

"Kaa-san!"

"Lebih keras!"

"Kaa-san!!!"

"Aku ingin kau memanggilku mama"

"Ya ya, mama!"

"Sudah kuduga, kaa-san lebih baik"

"....Baiklah, kaa-san"

"Fufu, ini pertama kalinya aku melihat air matamu....Kau menangis untukku?"

"....Sudah jelas....kan...."

"....Hei, Sirius, aku sangat bahagia sekarang"

"....Baguslah...."
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Satu-satunya penyesalan diriku yang tersisa....adalah tak mampu menyaksikan


pertumbuhanmu lagi"

"Bukankah itu berarti....kau tidak bahagia....?"

"....Mungkin. Tapi, aku senang. Ada banyak hal yang menyakitkan, namun hidupku
tetap memuaskan. Disaat terakhir diriku diantar pergi oleh keluarga yang
mencintaiku....sangat membahagiakan...."

"....Aku juga....merasa bahagia....bisa bersamamu, kaa-san"

"Sirius-ku.....Aku mencintaimu

"....Aku juga mencintaimu, kaa-san...."

"Aah....ucapan itu sudah cukup, Sirius....---

"---Terima kasih"

☆☆☆☆

Bagian 4

---Sudut pandang Erina---

Aku tersadar di suatu ruangan putih tanpa ujung.

Aneh, beberapa saat yang lalu diriku berada di tempat tidur sambil diawasi oleh
Sirius....apa artinya ini?
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Mou, masih terlalu dini untuk datang!"

Itu....Aria-sama?!

"Benar. Lama tidak bertemu, Erina"

....Memang, sudah lama. Putramu telah tumbuh dengan luar biasa.

"Un un. Selama ini aku juga telah mengawasinya, jadi aku tahu. Juga kau keliru. Dia
bukan hanya putraku, dia merupakan putra kita....ya kan?"

....Ah, ya, itu benar.

"Kesampingkan itu, caramu bicara terlalu kaku. Kita bukan lagi master dan
petugasnya....kita berdua hanyalah ibu"

Kata-kata itu membuatku senang, tapi ini sudah menjadi kebiasaan. Lagipula, disini
tempat apa?

"Hmmm....bagaimana cara mengatakannya, ya. Kukira ini seperti....mimpi"

Mimpi? Menurut apa yang Aria-sama ucapkan, situasi Sirius dapat dilihat dari sini?.

"Bukankah kau beradaptasi terlalu cepat? Aku pikir ini akan sedikit
mengejutkan...."

Kau akan terbiasa jika tinggal didekat anak itu. Ini hanyalah masalah sepele kalau
diriku bisa menyaksikan keadaan Sirius.

"Aku mengerti. Duduklah karena tempat disebelahku kosong"

Walaupun disuruh duduk, dimana kursinya?.


Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

"Jangan pedulikan itu. Lihat, Sirius dapat disaksikan disini"

....Benar. Aa....menggemaskan tidak peduli berapa kalipun aku melihatnya.

"Hoouuhh....anakku memanglah pembunuh wanita. Dia seorang yang berdosa


karena sudah membuat Erina menjadi seperti ini"

Aku telah jatuh hati sejak ia lahir dan kugendong.

"Jika berbicara tentang itu, aku bahkan sudah jatuh hati sebelum ia lahir.
Kedalaman cintaku tidak akan kalah dengan siapapun!"

Apa yang kau katakan? Aku lebih mencintainya!.

"Aku yang lebih mencintainya!!"

Tidak, itu aku!!....

"....Ini sia-sia. Mungkin cinta kita sebegitu dalamnya hingga dasarnya tak dapat
dilihat"

....Benar, aku setuju dengan itu. Tapi, aku akan tetap mengukur seberapa besarnya
perasaanku.

"Hei, keras kepalamu pada hal yang aneh tidak pernah berubah, ya"

Aria-sama juga tidak berubah.

"Yah begitulah....Erina, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah
mengawasinya, namun aku juga memiliki hal yang ingin kusampaikan kepadamu"
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Aku akan mendengarkannya.

"....Terima kasih. Dan....kerja bagus"

....Iya.

....Diriku bahagia karena telah menjalani kehidupan.

☆☆☆☆

Bagian 5

---Sudut pandang Sirius---

Keesokan harinya, kami sampai di taman bunga tempat piknik sebelumnya.

Adapun kenapa kami repot-repot datang adalah karena aku berencana untuk
membuat makam di dasar pohon pada pusat kebun pelangi.

Di dunia ini, pemakaman dilakukan diam-diam diantara keluarga kecuali untuk


para bangsawan. Mengkremasi sampai ke tulang dan menghancur leburkan
tulangnya menjadi beberapa bagian. Karena ada kasus sisa-sisa tubuh menyerap
Mana dan berubah menjadi zombie.

Kami pun mulai menggali lubang untuk memasukkan kotak kayu berisi tulang
bubuk Erina.

Semua orang tak mengucapkan sesuatu, bahkan satu kata. Hanya dengan sunyi
menggali dan menguburkannya.

"Aniki, ini"
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Menyiapkan batu nisan yang dibawa Reus, aku mengukir sebuah nama disana
menggunakan pisau mithril. Hanya sebuah nama akan terkesan monoton,
haruskah sesuatu ditambahkan?.

"Semua orang, aku ingin mengukir hal yang lain, apakah ada saran?"

"Uuuun, aku tak punya ide~"

"Begitupun diriku"

"Aku ingin mengukir namaku atau sesuatu seperti 'Untuk favoritku, Erina-san...."

"Tidak adil untuk mengukir namamu sendiri dimakam seseorang, Reus. Walaupun
aku juga setuju tentang memfavoritkannya"

"Hmmm....kalau begitu, bagaimana kalau begini?"

Semua orang lalu yakin sambil menganggukkan kepala atas rangkaian huruf yang
terukir disana. Dan akhirnya mengheningkan diri menghantarkan doa bersama.

Dengan demikian pemakaman Erina berakhir.

Aku tidak tahu ibu kandungku di kehidupan sebelumnya, orang yang mengangkat
dan membesarkanku, hanya wali daripada orangtua.

Meskipun dilahirkan kembali, aku masih tidak bisa melihat wajah ibuku, namun
Erina tentunya adalah orang yang mengajariku tentang kasih sayang seorang ibu.

Aku berpikir bahwa diriku telah berulang kali mengalami penderitaan di kehidupan
sebelumnya, aku berpikir bahwa air mataku telah habis....namun, ternyata
tangisan masih bisa keluar ketika memikirkan dirinya.
Arc 3 – Servant
Chapter 20 – Pure Love

Ini adalah sensasi yang nostalgia. Aku sungguh-sungguh berpikir, bahwa cinta ibu
yang menyebabkan diriku mengingat kesedihan, benar-benar menakjubkan.

Erina, yang menuangkan limpahan cinta murni dan polosnya.

Erina, yang terus mendukung dari belakang demi diriku, demi keluarga.

....Selamat tinggal. Orang tersayang, yang mengajari kehangatan seorang ibu untuk
pertama kalinya....

Sekarang tidurlah....dalam damai.

---Untaian kata yang tertera pada batu nisan---

{Erina tercinta dan setia kepada keluarganya....beristirahat disini}

☆☆☆Chapter 20 berakhir disini☆☆☆

>Catatan penulis =
Inilah Ujung dari Volume 3.
Aku akan menulis sedikit lagi tentang kisah seperti ini di jadwalku, jadi silakan lihat
jika kau tidak keberatan. Akhirnya, di volume selanjutnya mereka akan pergi ke
sekolah.

Aku akan mencoba mengarahkan sebuah cerita berat disekitar sana.

Terima kasih sudah membaca.


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Chapter 21 – Erina
Ini adalah suatu kontribusi tambahan untuk merayakan penerbitan LN jilid 1.

Aku minta maaf, karena jika dibandingkan dengan LN jilid 1, ada poin dimana
dialognya sedikit berbeda.

Namun dasarnya tidak berubah, jadi jangan khawatir*.


[Itu dari penulisnya. Bukan aku]

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Erina.

Aku terlahir sebagai orang biasa yang miskin.

Setiap hari dijalani tanpa mengetahui apakah diriku bahkan bisa makan atau tidak.
Namun aku mampu bertahan karena memiliki orang tua yang lembut.

....Sayangnya, mereka meninggal karena sebuah wabah, dan meninggalkanku


sendirian.

Tanpa satupun kerabat, ataupun kelompok yang bisa diandalkan....akupun berjuang


untuk tetap hidup, tidak ingin tergeletak hingga mati begitu saja.

Suatu hari ketika aku sudah cukup dewasa untuk dilihat sebagai seorang
wanita....titik balikpun datang.

Seorang bangsawan tertentu melihatku bekerja di kota dan mengundangku untuk


menjadi petugasnya.
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Pekerjaannya termasuk pergi ke kamar tidur. Tak ada alasan untuk ragu ketika
ditawari sebuah posisi yang menjanjikan sejumlah besar uang sekaligus makanan,
yang sudah sangat sulit diperoleh di zaman sekarang.

Dan....itulah bagaimana diriku menjadi seorang pelayan bangsawan, terus


berkembang sambil belajar berbagai hal.

Beberapa tahun kemudian....ketika aku sudah terbiasa tidur bersama majikanku dan
memperoleh posisi yang layak di mansion....suatu penyakitpun datang menimpa.

Nyawaku memang berhasil diselamatkan. Hanya saja, fisikku mulai melemah dan
meninggalkan efek yang bahkan lebih mengerikan.

Tubuh ini kemudian menjadi tidak mampu lagi melahirkan seorang anak yang
seharusnya menjadi satu-satunya keluarga bagiku, yang telah kehilangan
orangtuanya.

Bagaikan menambahkan penghinaan pada luka, aku diusir dari mansion.

Tidak memiliki kekuatan fisik yang cukup bahkan untuk datang ke kamar tidur,
akhirnya aku benar-benar ditinggalkan.

Diusir dari rumah tanpa dapat melahirkan, membuatku kehilangan harapan dalam
segala hal. Semuanya mulai kuanggap sebagai hal yang tak penting.

Terduduk di sudut kota sambil memeluk barang-barangku dan hanya terdiam tanpa
peduli apakah aku akan diserang oleh orang jahat atau semacam itu....tak lama
kemudian, seorang gadis mendekat dan berbicara denganku.

"Hei, onee-san, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?"

Itulah pertemuanku dengan Aria-sama.


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Yang menyelamatkanku dari gelapnya keputusaan....seakan menjadi sebuah


perjumpaan yang telah ditakdirkan.

☆☆☆☆

Setelah itu, diriku menjadi petugas Aria-sama sambil menyaksikan pertumbuhannya.

Aria-sama merupakan seorang berhati lembut, tak pernah melenceng dari kata
maupun sikap. Kami terus bersama seiring aku yang mulai memikirkannya sebagai
adik kecilku.

Selanjutnya, Aku bertemu dengan Dee, mengenal Noel, dan terus tinggal
bersama....bahkan sampai keluarga bangsawan Eldrand runtuh.

Lalu....Aria-sama memperoleh benih dari pria yang sangat kubenci....

"Aria-sama! Tolong....lihatlah! Kau mempunyai seorang bayi laki-laki!!"

"Aa....syukurlah. Dia sudah terlahir dengan aman....aku akan....mempercayakannya


padamu...."

"Bertahanlah, Aria-sama!! Apakah kau tidak ingin memeluknya?!?!"

Aku memanggil dirinya sambil memegangi bayi yang baru saja lahir. Namun, kondisi
perempuan itu hanya semakin memburuk.

Setelah semua, melahirkan dengan kekuatan fisiknya saat ini terlalu beresiko.

Hanya saja....aku tidak bisa menghentikannya.


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

---Karena diriku bisa memahami Aria-sama, yang bersikeras ingin melahirkan---

"Aria-sama! Tolong....demi anak ini....demi kita...tolong hiduplah Aria-sama!!!"

Aku tahu bahwa api kehidupannya akan segera tertiup dan lenyap.

Orang tuaku....dan Aria-sama yang menyelamatkan diriku.

Semua yang sangat kusayangi....pergi dan meninggalkanku sendiri.

"Aku tidak menginginkan ini. Aku tidak ingin....kehilangan orang yang berharga
bagiku lagi...."

"....Apa....yang kau katakan? Kau tidak kehilangan....siapapun"

"Tapi, Aria-sama....!!"

Dia yang mengambil bayi itu dariku, tersenyum sambil menunjukkan wajah
putranya.

"Ini, lihatlah lebih dekat. Suatu kehidupan....baru...."

"....Apa?"

"Memang bukan Erina yang melahirkannya....tapi bayi ini adalah anak semua orang.
Jadi....rawatlah dia dengan baik...."

"Tidak, hal itu harus dilakukan dengan Aria-sama! Dengan semua orang....ayo
besarkan dia bersama-sama!!"

"....Itu mungkin benar, aku juga....aku juga ingin membesarkannya....mungkin akan


mustahil, walaupun hanya untuk sesaat, ya kan?"
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

....Tolong berhenti.

Aku tidak....menginginkan ini....

"Namamu adalah Sirius....Anakku Sirius, aku mencintaimu. Hiduplah jujur dengan


penuh kepercayaan diri dan tanpa terikat apapun. Itu keinginanku sebagai
ibumu....Dan Erina, aku akan meninggalkan sisanya padamu. Berikan dia
cinta....menggantikan diriku"

Dan setelah mempercayakan Sirius-sama padaku, dia....

"Aria-sama?! Aria-....sama...."

....Segalanya telah selesai. Dia sangat bahagia sampai dirinya pergi....

Yang tertinggal adalah diriku, penuh kepiluan dan linglung....juga Sirius-sama, yang
baru saja lahir.

Aria-sama hanya menginginkan keluarga dan orang disekitarnya bahagia....Lalu,


kenapa....jadi seperti ini.

"(Memang bukan Erina yang melahirkannya....tapi bayi ini adalah anak semua orang.
Jadi....rawatlah dia dengan baik....)"

Pada saat itu, tangisan dan kehangatan bayi ini membuatku kembali tersadar.

Tegaslah....aku tidak punya waktu untuk meratap.

Hal penting yang ditinggalkan Aria-sama....hanya diriku yang dapat melindunginya.

"....Aku akan membesarkan dengan baik Sirius-sama....Tolong awasi kami darisana"


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Dan Ini adalah pertemuanku dengan Sirius-sama.

Salah seorang yang membawa kebahagiaan padaku....perjumpaan dengan sosok


yang sangat berharga.

☆☆☆☆

Sebulan kemudian.

Ketika semua orang tertinggal di rumah seusai kematian Aria-sama, diriku terserap
dalam kelucuan Sirius-sama.

Tangan mungil yang akan meraih ketika kuulurkan jari, mata bulat yang diperoleh
dari ibu kandungnya....setiap bagian begitu menggemaskan.

Aku telah mengurus beberapa bayi di masa lalu, hanya saja Sirius-sama tidak rewel
sama sekali. Jika disuapi makanan, dia akan mengunyahnya dengan cara yang rapi.

Seolah-olah, dia memahami kata-kataku. Rasanya seperti dia akan makan sendiri
jika aku menyerahkannya sendok.

"Meski begitu, Sirius-sama makan terlalu bersih, kan?"

"Sirius-sama itu spesial"


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Perkembangkannya sangat cepat bila dibandingkan dengan bayi lain. Dia benar-
benar putra Aria-sama.

Awalnya Noel memiringkan kepala dengan heran, lalu menyerah berpikir tentang
hal itu karena kelucuan Sirius-sama.

Setelah itu, gadis ini meminta agar dirinya dipanggil 'Onee-chan' oleh Sirius-sama.
Itu sudah sering kudengar, tapi....kenapa aku merasa selain diriku, Sirius-sama juga
merasa takjub?.

Aku senang dia tumbuh dengan cepat. Hanya saja....aku juga berharap agar dia
tumbuh sedikit lebih lambat.

....Namun, itu merupakan perasaan seorang ibu. Suatu perasaan yang tidak
seharusnya diriku genggam.

Aku adalah petugas Aria-sama, mengawasi perkembangan Sirius-sama saja sudah


cukup.

☆☆☆☆

Diriku lalu runtuh karena penyakit air.

Tanpa bisa merasakan sensasi tubuh karena demam dan kesadaran yang mulai
meredup, aku mengerti bahwa kematianku sudah mendekat.

"Aria-....sa....ma...."

Aku....masih belum....melakukan segala hal yang harus dilakukan....

Akankah diriku berakhir....hanya sejauh ini?


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

....Aria-sama....maaf.

....Meskipun aku bersumpah untuk melindungi anakmu....aku....sungguh


meminta....maaf....

"Minum saja! Aku takkan memaafkanku kalau kau tidak melakukannya!!"

Rambut hitam ini....Aria-sama?


Aku mengerti. Jika itu adalah....perintahmu....

Sesuatu mendekat, dan ketika mulutku benar-benar meminumnya....akupun


menyadari hal yang berbeda.

Suara dan tangan ini tidak mirip dengan Aria-sama....melainkan Sirius-sama?

"Tidur"

....Aa....Sirius-sama.

Kau telah berkembang hingga....mampu memerintahkan diriku.

Tumbuhlah....lebih banyak seperti ini....

☆☆☆☆

"Dimana....ini?"

Aku masih hidup.


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Meski kelelahan masih ada, namun demam yang menyiksa tubuhku telah lenyap
tanpa jejak, penyakit air ini sudah sembuh total.

Ketika diriku melihat sosok Sirius-sama yang sedang tertidur dalam posisi tidak
benar dan bersandar di kasur....aku mengingatnya.

Hidupku telah diselamatkan oleh dirinya.

Tatapan serius saat mencoba menyelamatkanku itu mirip dengan Aria-sama.

Aku tidak tahu tentang asal-usul obat....persoalan itu seakan menjadi masalah
sepele ketika melihat wajah tidurnya yang polos.

Tanpa dapat menahan rasa kasih sayang yang memuncak, aku mengulurkan tangan
pada Sirius-sama dan membelai kepalanya.

"Erina?!"

"Ya, aku disini...."

Setelah aku mengatakan kebenaran tentang ibunya, Sirius-sama mengutarakan


alasan di balik pertumbuhannya yang abnormal.

Tampaknya mustahil dan sulit dipercaya. Namun jika dia berucap demikian, maka
itu harusnya benar.

....Tidak, kebenaran bukanlah hal yang penting bagiku sekarang.

Dia telah berkembang sedemikian rupa hingga aku bisa menghormatinya sebagai
masterku.
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Mulai sekarang aku akan menjalani sisa hidup ini, bukan sebagai petugas Aria-sama,
melainkan sebagai petugas Sirius-sama.

☆☆☆☆

Sirius-sama berkembang pada kecepatan yang tidak masuk akal.

Sampai di hari yang lain, dia bertarung dengan Dee, bekas seorang petualang
ditambah memiliki postur lebih besar, dan berakhir sebagai kemenangan Sirius-
sama.

Sekarang ia memainkan peran sentral bagi kami, tumbuh sebagai master hebat yang
mampu memberikan mimpi dan harapan tidak hanya untukku, namun juga untuk
Noel dan Dee.

....Pertumbuhan ini bisa dikatakan 'luar biasa'.

Kemampuannya dapat dengan mudah mengambil nyawa seseorang.

Dari perspektif orang yang tidak mengetahui apapun, ia merupakan eksistensi


mengerikan.

Tapi, Sirius-sama mengerti bagaimana untuk menggunakan kekuatannya. Orang


yang memanggil kami keluarga ini, memiliki banyak kebaikan sekaligus kepedulian.

Aku tidak berpikir dia sebagai individu yang harus ditakuti, bahkan tidak sedikitpun.

Dia merupakan anak kami yang berhar---....tidak, dia adalah tuanku yang berharga.

Suatu hari Sirius-sama pulang sambil membawa anak-anak dari ras serigala perak.
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Kampung halaman sekaligus orang tua mereka telah lenyap oleh monster, kakak
beradik itupun tidak mempunyai satupun tempat untuk dituju.

Terus terang, kami tidak mampu lagi menyediakan makanan untuk tambahan dua
orang. Namun, jika Sirius-sama menginginkannya, satu-satunya hal yang bisa kami
lakukan adalah menanggapi itu.

Lagipula....ini adalah pertama kalinya dia mengatakan sesuatu yang egois, aku tentu
ingin memenuhinya.

"....Aku lebih ingin ditepuk...."

"Ya, ya, Reus adalah anak yang baik"

"Un...."

Sementara Sirius-sama merawat bekas luka Emilia, aku menempatkan Reus ke


tempat tidurnya.

Dia terlelap dengan ekspresi polos dan lucu, tapi tetap saja wajah tidur Sirius-sama
yang terbaik.

Ngomong-ngomong, kapan terakhir kali aku melihat tidur wajah Sirius-sama?

Dia bangun lebih awal daripada kami, jadi aku tidak memiliki kenangan tentang
menyaksikannya sampai beberapa tahun terakhir.

Pertumbuhan Sirius-sama adalah hal yang menggembirakan, hanya saja aku juga
berharap dia akan menjadi sedikit lebih egois sesuai usianya seperti Reus.

Malam itu, diputuskan bahwa Sirius-sama akan akhirnya tidur di kamarku.


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Dia tampak berpikir keras tentang sesuatu, tapi wajah seriusnya juga
menggemaskan.

Meskipun beberapa waktu yang lalu dirinya masih kecil....dia telah tumbuh dengan
sangat baik.

"....Hei....aku cemas kalau ditatap terlalu lama, jadi...."

"Aku sangat menyesal. Hanya saja, aku tidak bisa tidur jika tidak menghadap ke sisi
ini"

"Jangan berbohong"

"Tidak, hanya untuk hari ini, aku tidak bisa tidur jika tidak menghadap ke sisi ini"

Memiliku momen yang menyenangkan, aku tidak bisa menyia-nyiakannya dengan


terlelap.

☆☆☆☆

Beberapa hari setelah itu, Emilia dan Reus menyadari kehebatan Sirius-sama, dan
mengabdikan loyalitas kepadanya.

Terutama Emilia, dia mungkin akan menjadi petugas yang tidak akan pernah
berhianat.

Artinya, dia mungkin bisa meneruskan jejakku.

Aku....tidak memiliki sisa umur yang panjang....


Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

....Akhir-akhir ini tubuhku sulit untuk digerakkan. Hari-hari tanpa bisa menangani
pekerjaan jika tidak beristirahat beberapa kali telah meningkat.

Masalahnya adalah umur. Aku tidak bisa mendukung Sirius-sama selamanya.

Membuat penggantiku....dengan kata lain, mempercayakan perasaanku kepada


gadis kecil itu. Ini hanyalah keegoisanku sendiri.

Ini bukan hanya tindakan yang membuat Emilia membawa beban tak terlihat,
namun juga tindakan yang mampu mengubah masa depannya.

Jika perasaan satu sisi ini diutarakan terlepas dari keputusannya....

"Aku memutuskan untuk hidup demi Sirius-sama! Jadi, tolong ajarkan aku semua
keterampilan seorang petugas secara penuh, Erina-san!!"

....Dia ternyata menerimanya dengan penuh semangat.

Sirius-sama, kau menemukan seorang gadis yang sungguh baik.

Akan kupastikan untuk mengasuhnya menjadi petugas yang hebat, sesuai untukmu.

Mungkin ini akan menjadi tugas terakhirku.

Jadi, tolong....

....Aku ingin mampu bertahan....sedikit lebih lama.

☆☆☆☆
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Tampaknya aku sudah mencapai batas.

Untunglah semua curahan ini masih sempat kupercayakan kepada Emilia.

Aku hanya harus memberikan ucapan terakhir untuk semua orang....Hanya saja,
Sirius-sama mulai marah padaku.

"Aku akan mendengarnya. Tapi aku ingin kau mengutarakan perasaan


sejatimu....kaa-san"

Dan....dia memanggil diriku sebagai 'kaa-san'.

Meskipun aku bukan wanita yang melahirkan dirimu.

Tidak apa-apakah walaupun aku bukan ibu kandungmu?

Tidak apa-apakah aku menjadi ibumu?

Perasaan yang seharusnya tidak pernah kumiliki mengalir deras. Akupun menjadi
tidak mampu menahan luapan air mata ini.

"....Apa kau yakin akan hal itu?"

"Aku sudah terlanjur menganggap Erina hanya sebagai seorang ibu. Jadi tolong
katakan, kalau tidak aku akan membencimu, kaa-san"

"Sirius-sama....tidak, Sirius. Aku tidak ingin dibenci jadi aku akan melakukan apa
yang kau inginkan"

Aku lalu menyampaikan kepada semua orang setiap tetes dari untaian lubuk hatiku
yang sesungguhnya.
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Untuk Reus agar menjadi lebih sopan.

Untuk Dee agar dirinya semakin berani.

Untuk Noel agar dia terus tersenyum cerah.

Untuk Emilia agar gadis itu juga memperhatikan dirinya sendiri.

Dan untuk Sirius, seperti ucapan terakhir dari Aria-sama....agar kau bisa menjalani
hidup....dengan bebas.

"Boleh aku....dipanggil kaa-san lagi?"

"Berapa kalipun itu, kaa-san"

"Lagi"

"Kaa-san!"

"Lebih keras"

"Kaa-san!!!"

"Aku ingin kau memanggilku mama"

"Ya ya, mama!"

"Sudah kuduga, kaa-san lebih baik"

"....Baiklah, kaa-san"

"Fufu, ini pertama kalinya aku melihat air matamu....Kau menangis untukku?"
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

"....itu sudah jelas....kan"

Aku tidak bisa merasakan tangan yang kau berikan padaku karena pengaruh obat,
namun kehangatanmu telah tersampaikan.

Sejak dirinya lahir, aku tak pernah menyaksikan Sirius membiarkan air matanya
mengalir.

Anak yang tidak menangis bahkan setelah mengetahui bahwa Aria-sama sudah
tiada....meneteskan perasaan tulusnya untukku.

"Aku juga.....merasa bahagia....bisa bersamamu, kaa-san"

Aku....telah sungguh menjadi ibumu, ya?

"Sirius-ku....Aku mencintaimu"

"....Aku juga mencintaimu, kaa-san"

"Aah....ucapan itu sudah cukup, Sirius....---"

Mendadak....kenangan dari masa laluku mengalir.

Sejak menerima kehidupan di dunia ini, aku berulang kali mengalami suka duka.

Setelah kehilangan orang tua, hari-hariku di isi sebagai seorang pelayan bangsawan
yang lebih mirip dengan menjual diri, menghabiskan setiap waktu penuh hal-hal
melelahkan.

Dan begitu diriku tertular penyakit parah, aku pun mulai putus asa disaat
mengetahui tubuhku menjadi tidak mampu lagi untuk melahirkan.
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

Namun....Aku yang kehilangan alasan untuk hidup, diselamatkan oleh Aria-sama.

Seusai kehilangan dirinya juga, waktu ketika aku hendak jatuh kedalam gelapnya
keputusasaan sekali lagi....aku bertemu denganmu.

Ketika mengangkat dirimu, bayi yang ditinggalkan oleh Aria-sama dalam pelukanku
untuk pertama kalinya....aku menegaskan segala hal.

'Aku akan....hidup untuk melindungi anak ini'

Itu lucu....sambil mencintai dirimu....aku ada untuk melindungimu, bahkan jika


harus membuang segala sesuatunya.

Ada juga hal yang sulit dan menyusahkan, tapi aku tidak takut pada apapun jika
memikirkanmu.

Karena itulah alasanku untuk hidup.

Disebut 'kaa-san' olehmu, seluruh hal serasa berharga.

Memberikan impian untuk Noel dan Dee, menjadi tujuan masa depan Emilia dan
Reus....demi keluarga....kau adalah kebanggaanku.

Karena adanya dirimulah, aku disini.

Karena adanya dirimulah, duniaku dipenuhi cahaya terang.

Oleh karena itu....aku ingin memberitahumu di akhir.

Sirius ku yang tercinta....

....Untuk terlahir....---
Arc 3 – Servant
Chapter 21 – Erina

☆☆☆Chapter 21 berakhir disini☆☆☆

Catatan penerjemah =
Dengan ini, kunyatakan arc 3 World Teacher, selesai!! Berarti untuk VOL 1 dari
World Teacher telah selesai...!! Woohooo~ ^_^ mulai ke VOL baru dengan arc baru

Anda mungkin juga menyukai