Anda di halaman 1dari 5

Resume Materi 2

“CARA MENGKAJI PIPING & INSTRUMENTATION DIAGRAM”

Oleh :

Ega Yanuar Rizqi NIM. 1641420004

Imam Aldi NIM. 164142

M. Suharto NIM. 164142

Nabilla A.E.P NIM. 1641420084

Silvi Adelia P. NIM. 1641420019


Piping and Instrumentation Diagram (P&ID)

P&ID merupakan rangkuman operating manual suatu pabrik. Dari P&ID dapat diketahui cara
pabrik tersebut beroperasi bahkan konsep safety-nya.

Syarat mengkaji P&ID (Piping and Instrumentation Diagram) yaitu :

1. Adanya PFD (Process Flow Diagram)


2. Mengerti dasar-dasar/prinsip kerja unit operasi serta kelakuan masukan dan keluarannya
serta keterkaitan antar unit operasi
3. Mengerti dasar-dasar process control atau pengendalian proses
4. Mengerti tentang process safety

Beberapa contoh aplikasi control system pada unit operasi di industri minyak dan gas bumi
bagian hulu.

A. Separator
Separator adalah bejana tekan yang digunakan untuk memisahkan campuran
fluida berdasarkan perbedaan densitasnya.

Kriteria pemisahan yang baik di dalam separator sedikit membutuhkan


pengetahuan rancang bangun separator. Prinsip dasar yang penting adalah:
 Kecepatan aktual gas di dalam badan separator harus lebih kecil dari
kecepatan minimum butiran cairan yang jatuh secara gravitasi ke bagian bawah
separator. Jika tidak cairan dapat terbawa ke aliran gas. Ini dikenal sebagai liquid
carry over. Kriteria ini penting untuk suction scrubber kompresor.
 Waktu tinggal cairan digunakan untuk mengetahui kapasitas suatu
separator. Untuk separator horizontal dengan diameter tertentu, semakin panjang
separator maka kapasitas pemisahan cairannya besar, sehingga dapat memisahkan
laju alir fluida cair yang lebih besar. Untuk separator jenis vertikal, besarnya
kapasitasnya dapat dilihat dari diameter dan tingginya. Separator vertikal
mempunyai syarat minimum diameter vessel guna menghindari liquid carry over
ke badan gas.

Cara membatasi aliran fluida ke separator karena dibatasi oleh kapasitas
separator.

Berikut terdapat cara lain membatasi aliran fluida ke separator yang lebih murah.
Contoh Sistem Pengendalian yang lebih ruwet

Elemen Pengendali Akhir


Elemen pengendali akhir dalam suatu loop control system adalah control valve. Control
valve bekerja berdasar pada driving force-nya. Untuk suatu laju alir yang sama yang melewati
sebuah control valve, jika pressure drop (dp) – nya besar, maka bukaan control valve itu akan
relatif kecil. Jika dp-nya kecil, maka bukaan control valve itu akan relatif besar. Jika laju alir
fluida yang melewati control valve tersebut meningkat, melebihi kapasitas control valve, maka
yang terjadi adalah penumpukan fluida di upstream control valve tersebut. Penumpukan ini bisa
berupa kenaikan tekanan (jika fluidanya berupa gas), atau kenaikan aras/level cairan (jika
fluidanya cair).
Dua contoh berikut memberikan gambaran mengapa separator B secara praktis tidak bisa
diharapkan kinerjanya.

Pada separator B, tidak ada pengendali tekanan di separator B. Separator ini adalah gaya
penggerak atau driving force dari suatu control valve jadinya bersifat floating atau tidak
dikendalikan. Nilainya bervariasi, tergantung dari laju masukan fluida dan juga tekanan di flare
system. Akibanya tekanan separator tidak stabil sehingga tekanan yang masuk ke control valve
berkurang. Dan jika kapasitas LCV tersebut terlewati,maka akan terjadi penumpukan cairan di
separator B. Akibatnya akan terjadi level high-high. Pada kondisi ini, separator harus dihentikan
operasinya (di shutdown). Bahkan terkadang, seluruh operasi pabrik harus berhenti akibat dari
level high-high tersebut

Step a Head

Anda mungkin juga menyukai