Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN I

PENCELUPAN KAPAS DENGAN


ZAT WARNA BELERANG

Disusun oleh :

- Saeful Muhtadin (02.P.2940)


- Siti Nor C. (02.P.2944)
- Slamet Wahid H. (02.P.2945)
- Widya Astuti (02.P.2960)
Kelompok : V (Lima)
Group : K-4
Dosen : H. Nono Chariono, S.Teks, Msi
Asisten : M. Ichwan, S.ST
Nanda

Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2003

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2003
PENCELUPAN KAPAS DENGAN
ZAT WARNA BELERANG

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud :
Melakukan proses pencelupan pada kain kapas dengan menggunakan
zat warna belerang dengan metoda perendaman.
Tujuan :
- Untuk mengetahui pengeruh penambahan Na2S dan Na2CO3 pada
pencelupan dengan zat warna belerang.
- Untuk mengetahui resep yang terbaikdari pencelupan kain kapas
dengan zaat warna belerang.

II. TEORI PENDEKATAN


Zat warna belerang adalah zatwaena yang mengandung unsure
belerang sebagai kromofor dan gugusan samping yang berguna dalam proses
pencelupan.
Struktur molekulzat warna belerang merupakan molekul yang
kompleks dan tidak larut dalam air, sehingga dalam pencelupannya perlu
reduktor Natrium Sulfida dan alkali untuk melarutkannya.
Senyawa Natrium Tiolat yang terjadi larut dalam air dan subtantif
terhadap serat selulosa, untuk membentuk zat warna ke bentuk semula, maka
perlu proses oksidasi yang dapat dilakukan dengan oksidasi udaraatau dengan
oksidator –oksidator lainnya.
Proses yang berlangsung dapat dituliskan sebagai berikut :
Proses pelarutan zat warna
Zw-S-S-Zw + 2H 2 Zw-Sna
(Tidak larut) (Larut dalam air)
Proses pencelupan
Selulosa + 2 Zw-Sna (selulosa 2 Zw-Sna)
Proses oksidasi
Selulosa 2 Zw-Sna Selulosa 2 Zw-SH
(Mudah larut) (Sukar larut)
Selulosa 2 Zw-SH Selulosa Zw-S-S-Zw
(Tidak larut)
Struktur molekul zat warna belerang
Struktru molekul zat warna belerang sukar sekali ditentukan sacar teliti
karena bentuknya yang kompleks. Senyawa tersebut dibuat dari senyawa
Fenol, Amina, Nitro atau Kinonimin dengan proses pemanggangan atau
pemanasan dalam bentuk larutan dengan reaksi unsure belerang atau senyawa
alkalinaya dalam suasana alkali.
Apabila zat warna belerang direduksi dengan reduktor kuat dalam
suasana asam, akan melepaskan gas asam sulfida. Gas tersebut dengan
senyawa Timbal Asetat memberikan Timbal Sulfida yang berwarna coklat
kehitam-hitaman.
Sifat-sifat zat warna belerang
Zat warna belerang harganya murah dan mudah pemakaiannya, tahan
cucinya baik, tahan sinarnya cukup, tetapi warnanya agak suram dan tidak
tahan terhadap klor.
Reduktor kuat akan menguraikan ikatan sulfida, sedangkan oksidator
akan merubah sebagian ikatan menjadi asam sulfat.
S + O2 SO2 H2SO4
Reduktor yang sering dipergunakan dalam proses pencelupan zat
warna belerang adalah Natrium Sulfida atau Natrium Hidrosulfit. Dalam
bentuk tereduksi senyawa tersebut mempunyai sifat-sifat seperti zat warna
direk misalnya penambahan elektrolit akan memperbesar penyerapan zat
warna. Zat warna belerang dan senyawa-senyawa alkali Sulfida akan mudah
sekali mengurai menjadi senyawa Hidrogen Sulfida. Oleh karena itu, mesin-
mesin untuk proses pencelupan dengan zat warna belerang hendaknya tahan
terhadap senyawa Hidrogen Sulfida. Afinitas zat warna belerang terhadap
selulosa sangat kecil, sehingga larutan celupanya dapat dipergunakan
berulang-ulang kali dengan penambahan zat warna dan zat kimia yang sedikit.
Pada proses pencelupan terhadap selulosa, mula-mula zat warna
direduksi dengan pereduksi lemah (Natrium Sulfida) dalm suasana lemah
(Natrium Karbonat). Setelah itu bentuk zat warna yang tereduksi
dioksidasikan kembali ke bentuk semula.
Faktor yang mempengaruhi dalam pencelupan dengan zat warna
belerang adalah :
 Suhu
- Mempercepat pencelupan
- Mempercepat migrasi, yakni perataan zat warna dari bagaian
yang tercelup tua ke bagian yang tercelup muda, sehingga
terjadi kesetimbangan.
- Mendorong terjadinya reaksi antara serat dengan zat warna
belerang
 Bentuk dan ukuran zat warna
Besar kecilnya and penambahan sesuatu pada zat warna akan
mempengaruhi kecepatan celupnya. Pada zat warna belerang
bentuk molekul zat warna akan diubah terlebih dahulu menjadi
dalam ukuran kecil dan pada saat proses oksidasi zat warna yng
telah terserap pada kain akan berubah kembali ke bentuk semula.

III. PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
- Gelas kimia - Serat kapas
- Gelas ukur - Zat warna belerang
- Gelas porselen - Na2S
- Termometer - Na2CO3
- Pengaduk - Na2BO3
- Pipet ukur - Na2SO4
- Neraca - Pembasah (Teepol BA)
- Bunsen burner - Detergent (Teepol BA)
- Kasa - Air

Zat warna belerang : Sulphur Red

III.2 Resep dan Fungsi Zat


Resep :
Resep 1 2 3 4
Leuko zat warna 2% + 50 % leuko
Pembasah (cc/L) 0.5 0.5
Na2S (g/L) 2 4 4
Na2CO3 (g/L) 1 1 2
(Standing batch)
Na2SO4 (g/L) 40 40 40
Vlot (1:X) 1:30 bekas larutan resep ke-3
Suhu (oC) 80-90

Resep oksidasi : Resep cuci sabun :


Na2BO3 : 2-3 g/L Detergent : 1 cc/L
Suhu : 60 oC Na2CO3 : 0.5 g/L
Waktu : 10 menit Suhu : 80 oC
Vlot : 1:30 Waktu : 15 menit
Vlot : 1:30

Fungsi zat :
 Zat warna belerang : memberikan warna terhadap kain kapas yang akan
dicelup.
 Na2SO4 : sebagai elektolit yang berfungsi untuk
memperbesar penyerapan zat warna pada kain kapas.
 Pembasah : menurunkan tegangan antar muka sehingga zat
warna dapat larut secara merata dan mempercepat proses pelarutan.
 Zat pendispersi : mendispersi zat warn asupaya zat warna larut pada
saat pembuatan leuko.
 Na2BO3 : sebagai oksidator pada saat proses oksidasi yang
berfungsi untuk mengembalikan zat warna ke bentuk semula.
 Na2S : sebagai reduktor yang berfungsi untuk mereduksi
jembatan belerang sehingga menjadi komponen yang larut dalam air dan
mempunyai daya tarik terhadap serat pada proses pelarutan zat warna dan
mencegah premature oksidasi pada saat proses berlangsung.
 Na2CO3 : bekerja sama dengan Na2S menjaga zat warna
dalam bentuk leuko.
III.3 Diagram Alir Proses
Pembuatan leuko zat warna

Pencelupan

Pembangkitan warna (oksidasi)

Pencucian

Pembilasan

Pengeringan

Evaluasi :
Kerataaan /tua muda warna

Pembuatan leuko zat warna :


1 gram zat warn abelerang + 1 cc zat pendispersi, dibuat pasta dengan ± 10 ml
air panas. Tambahkan 2 gram Na2S, 1 gram Na2CO3, aduk-aduk ±air panas
hingga 100 ml, saring terlebih dahulu sebelum digunakan.
III.4 Skema Proses
III.5 Perhitungan
 Resep ke-1
Berat bahan = 3.6 g
Vlot = 1:30 Air = 30 x 3.6 = 0.108 L
Leuko zat warna = 2 % x 3.6 = 0.072
= 0.072 x 100 = 7.2 ml
1
Pembasah = 0.5 x 0.108 = 0.054 cc
Na2S = 2 x 0.108 = 0.216 g
Na2CO3 = 1 x 0.108 = 0.108 g
Na2SO4 = 40 x 0.108 = 4.32 g
Resep oksidasi :
Na2BO3 = 3 x 0.108 = 0.324 g
Resep cuci sabun :
Detergent = 1 x 0.108 = 0.108 cc
Na2CO3 = 0.5 x 0.108 = 0.054 g

 Resep ke-2
Berat bahan = 3.7 g
Vlot = 1:30 Air = 30 x 3.7 = 0.111 L
Leuko zat warna = 2 % x 3.7 = 0.074
= 0.074 x 100 = 7.4 ml
1
Pembasah = 0.5 x 0.111 = 0.055 cc
Na2S = 4 x 0.111 = 0.444 g
Na2CO3 = 1 x 0.111 = 0.111 g
Na2SO4 = 40 x 0.111 = 4.44 g
Resep oksidasi :
Na2BO3 = 3 x 0.111 = 0.333 g
Resep cuci sabun :
Detergent = 1 x 0.111 = 0.111 cc
Na2CO3 = 0.5 x 0.111 = 0.0555 g

 Resep ke-3
Berat bahan = 3.6 g
Vlot = 1:30 Air = 3.6 x 30 = 0.108 L
Leuko zat warna = 2 % x 3.6 = 0.072
= 0.072 x 100 = 7.2 ml
1
Pembasah = 0.5 x 0.108 = 0.054 cc
Na2S = 4 x 0.108 = 0.432 g
Na2CO3 = 2 x 0.108 = 0.216 g
Na2SO4 = 40 x 0.108 = 4.32 g
Resep oksidasi :
Na2BO3 = 3 x 0.108 = 0.324 g
Resep cuci sabun :
Detergent = 1 x 0.108 = 0.108 cc
Na2CO3 = 0.5 x 0.108 = 0.054 g

 Resep ke-4
Menggunakan larutan bekas resep ke-3
Leuko zat warna = 50 % x leuko zat warna resep ke-3
= 50 % x 7.2 = 3.6 ml
Pembasah = 0.5 x 0.108 = 0.054 c

III.5 Hasil Percobaan


Resep ke-1 Resep ke-2

Resep ke-3 Resep ke-4


IV. DISKUSI
 Penyerapan atau afinitas zat warna belerang kurang baik terutama
untuk warna-warna tua. Oleh karena itu pada proses
pencelupannya dipergunakan vlot yang kecil, karena dengan vlot
yang kecil akan mempercepat dan memperbanyak penyerapan
(migrasi molekul zat warna berjalan cepat karena molekul zat
warna lebih suka terhadap bahan sehingga penyerapannya lebih
cepat).
 Pada pencelupan dengan zat warna belerang, sering kali unsure
belerang bebas nampak dipermukaan larutan, belerang ibebas ini
nantinya akan menempel pada bahan dan memberikan bintik-bintik
muda. Hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan natrium sulfit
yang akan bereaksi dengan belerang membentuk senyawa natrium
tiosulfat. Selain itu bentuk tereduksi zat warna belerang mudah
teroksidasi maka pada proses pencelupan, kain harus seluruhnya
terendam.
 Pada pencelupan dengan zat warna belerang dipergunakan reduktor
dan alkali lemah. Karena apabila menggunakan alkali kuat ikatan
sulfida yang terbentuk antara serat dan zat warna akan diuraikan
oleh alkali kuat tersebut.
 Perbandingan resep :
- Pada resep ke-1 zat yang dipergunakan sedikit sehingga kain
hasil celupan warnanya muda karena zat warna yang terserap
pada kain sedikit.
- Pada resep ke-2 dihasilkan warna yang lebih tua dan lebih
merata dari resep ke-1, karena pada resep ke-2 zat pembantu
yang dipergunakan relatif banyak sehingga zat warna yang
terserap ke dalam kain pun menjadi banyak.
- Resep ke-3 adalah resep yang hasilnya paling baik, karena
warnanya lebih tua dan lebih merata. Karena zat warna yang
terserap pada bahan lebih banyak dan menggunakan zat
pembantu yang paling banyak, sehinggga zat warna yang
terlarut juga banyak.
- Pada resep ke-4 hasil yang diperoleh paling muda dari hasil
proses pencelupan yang lain, karena larutan celup yang
dipergunakan adalah larutan celup bekas resep ke-3 sehingga
molekul zat warna yang terserap pada bahan sedikit. Proses ini
dapat disebut juga dengan proses standing batch.

V. KESIMPULAN
Dari data dan hasil percobaan diperoleh bahwa :
 Pada proses pencelupan zat warna belerang diperlukan
penambahan reduktor dan alkali lemah supaya ikatan sulfida yang
terjadi antara serat dan zat warna belerang tidak terurai.
 Zat warna belerang dapat dipergunakan berulang-ulang kali dengan
menambahkan zat pembantu (standing batch).
 Penambahan elektrolit dipergunakan untuk memperbesar
penyerapan zat warna terhadap kain.
 Resep yang menghasilkan warna kain yang tertua dan merata
adalah resep ke-3.
 Pembasah ditambahkan untuk menurunkan tegangan antar muka
sehingga zat warna dapat terserap kedalam bahan atau kain.
VI. DAFTAR PUSTAKA
 Djufri Rasjid. Ir. M.Sc. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan,
dan Pencapan. ITT. Bandung:1976
 Nn. Isminingsih,S.Teks, M.Sc. Pengantar kimia zat warna, ITT.
Bandung:1978-1979
 Pedoman Praktikum Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan
Pencapan.

Anda mungkin juga menyukai