PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering
disebut dengan masa pubertas (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja terdiri dari masa remaja awal
(10-14 tahun), masa remaja pertengahan (14-17 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun)
(Poltekkes, 2010). Remaja menengah merupakan masa terjadinya interaksi dengan kelompok,
tidak tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual (Poltekkes, 2010). Sikap seksual
pranikah remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi
oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, pengalaman pribadi,
lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu (Azwar, 2009).
Angka kehamilan remaja di luar nikah sulit diketahui secara pasti, karena di Indonesia
kasus ini selalu disembunyikan oleh pelakunya. Namun di Papua Barat data yang tercatat di
klinik hubungan masyarakat, biro konsultasi KB menunjukkan bahwa jumlah remaja hamil di
luar nikah yang datang minta jasa konsultasi psikologi, perawatan medis untuk kehamilan,
maupun yang meminta aborsi semakin meningkat tajam dari tahun ke tahun (Apriani, 2010).
pada tahun 2007 diperoleh data yang mengalami hamil diluar nikah sekitar 37%, meningkat
11% dari tahun 2006 yaitu sekitar 26%. Dari data SDKI tahun 2007 menunjukkan dari 801
orang remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah, sebanyak 81 orang (11%)
berakhir dengan kehamilan yang tidak diharapkan. Diantara remaja yang hamil tersebut, sekitar
50 orang (57,5%) mengakhiri kehamilannya dengan melakukan aborsi (Lala, 2011). Data dari
sekolah SMK X Manokwari kelas XI sebanyak 360 siswi. Dari hasil studi pendahuluan pada
tanggal 6 Februari 2014 di SMK X Manokwari, dari 10 siswi ada 4 orang (40%) mempunyai
pengetahuan baik, 4 orang (40%) mempunyai pengetahuan cukup, dan 2 orang (20%)
dan menjadi masalah terutama kehamilan di bawah 20 tahun. Kurangnya pengetahuan seks
serta adanya adat istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan
meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. Beberapa faktor yang menyebabkan
kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks pada masa subur, renggangnya hubungan
antara remaja dengan orang tuanya, rendahnya interaksi di tengah-tengah keluarga, keluarga
yang tertutup terhadap informasi seks dan seksualitas, menabukan masalah seks dan
seksualitas, kesibukan orang tua (Manuaba, 2010). Seiring dengan pertumbuhan primer dan
sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan
untuk menyalurkan keinginan seksualnya, yang dimulai dari perasaan tertarik hingga tingkah
laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama, yang akhirnya bisa terjadi kehamilan remaja
diluar nikah. Dampak dari kehamilan pada usia remaja antara lain abortus yang didukung
dengan status ekonomi sebuah keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi,
keadaan emosionalnya, pasangan yang tidak bertanggung jawab. Ada juga kehamilan pada
remaja beresiko terjadinya pre-eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah
(BBLR), kematian bayi, kanker pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12-
17 tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali, menderita disproporsi sefalo
pelvic (karena tulang panggul belum tumbuh sempurna) dan PMS. Selain itu, kehamilan usia
remaja dapat menyebabkan perceraian karena kurang matangnya kedewasaan mereka dalam
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang risiko kehamilan di luar nikah dapat dilakukan
klasikal, bimbingan secara individual oleh guru bimbingan dan konseling (BK) sewaktu-waktu
bila remaja membutuhkan informasi (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). Meningkatkan
hubungan remaja dalam lingkungan keluarga, memberikan pendidikan seksual yang sehat,
mengikutsertakan dalam semua aktivitas yang produktif, upaya preventif ini bertujuan untuk
menyelamatkan alat reproduksi remaja, sehingga tidak terjadi akibat yang buruk dan dapat
meneruskan generasi yang tangguh pada waktunya berkeluarga nanti (Manuaba, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang:
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Risiko Kehamilan Remaja di Luar Nikah Pada Siswi
B. Rumusan Masalah
Tingkat Pengetahuan Tentang Risiko Kehamilan Remaja di Luar Nikah Pada Siswi kelas XI di
SMK X Manokwari?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang risiko kehamilan di luar nikah
2. Tujuan Khusus
Manokwari.
b. Mengidentifikasi risiko kehamilan remaja di luar nikah pada siswi kelas di XI SMK X
Manokwari.
c. Menganalisis tingkat pengetahuan tentang risiko kehamilan remaja di luar nikah pada siswi
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Merupakan wacana yang perlu dikaji mendalam mengenai gambaran pengetahuan tentang
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan siswi tentang risiko
kehamilan remaja di luar nikah sehingga siswi menghindari hubungan seksual pranikah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah terutama guru
di luar nikah pada siswi, sehingga siswi menjauhi hubungan seksual pranikah dan terhindar
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan agar lebih meningkatkan
perhatian terhadap upaya konseling yang bermutu serta materi konseling tentang risiko
kehamilan remaja di luar nikah yang sangat dibutuhkan remaja agar dapat dipilih sikap yang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal bagi penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
yaitu :
Cara kuno atau tradisional, ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.
ini dilakukan dengan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain.
yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran. Apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi
berikutnya.
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka
untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
2. Cara modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmuwan
1. Sosial ekonomi
dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang
baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan
4. Pengalaman
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka
pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan
semakin banyak.
kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat juga disesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan
3. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 56%
2. Konsep Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan) dihitung dari hari-hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu : triwulan pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
Kehamilan remaja di luar nikah adalah kehamilan yang terjadi pada usia antara 14-19
tahun tanpa melalui proses pernikahan (Cuman, 2009). Kehamilan di luar nikah mempunyai
dua pilihan yaitu mempertahankan kehamilan atau menggugurkan kehamilan dengan aborsi
kehamilannya, yaitu :
a. Bila hamil di luar nikah perasaan bersalah yang berlebihan dapat dialami remaja dan malu
karena orang lain mengetahui bahwa remaja hamil tetapi belum menikah, demikian pula orang
Menurut Muslich (2009) kehamilan remaja di luar nikah dapat menyebabkan terganggunya
a. Meninggalkan sekolah
Banyak remaja hamil terpaksa meninggalkan sekolahnya atas kemauan sendiri karena rasa
malu atau dikeluarkan dari sekolah karena sekolah tidak memberi toleransi siswi hamil
sehingga upaya menggapai cita-cita masa depan yang cerah akan terhambat.
b. Terpaksa menikah
Bila remaja membentuk keluarga, lahirlah keluarga muda yang belum tentu siap untuk menjadi
bapak atau ibu rumah tangga, mengurus bayi, memberi makan, mengasuh bayi dan hal-hal lain
Terjadi karena orang tua tidak menyetujui pernikahan, ditinggalkan oleh laki-laki yang
menghamili. Hal ini mengakibatkan anak yang dilahirkan hanya mempunyai pertalian dengan
ibunya saja. Anak yang lahir di luar nikah tanpa kejelasan status orang tuanya sering
mendapatkan cap buruk sepanjang hidupnya, tidak mendapatkan kualitas pengasuhan yang
d. Ditolak keluarga
3. Risiko fisik
a. Rahim siap melakukan fungsinya setelah wanita berumur 20 tahun dan pada usia ini fungsi
hormonal melewati masa kerja yang maksimal. Pada usia 14-18 tahun otot-otot rahim belum
cukup kuat sehingga kehamilan dapat membuat robekan pada rahim (Muslich, 2009).
b. Pada usia 14-19 tahun sistem hormonal belum stabil ditandai dengan belum teraturnya haid.
Ketidak teraturan hormon membuat kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan
c. Ibu remaja berisiko ketika melahirkan dan dapat mengalami komplikasi pascapartum
(Susanti, 2008).
Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu keadaan
emosionalnya, apalagi bagi yang tidak bisa menerima kehamilan tersebut karena malu terhadap
jamu atau obat secara sembarangan akan tetapi upaya tidak berhasil dan kehamilan berjalan
2. Risiko psikis
dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama
sehingga dapat menyebabkan depresi, perasaan sedih karena kehilangan bayi, kehilangan
3. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan menjadi besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan,
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi, bila terjadi komplikasi maka biaya menjadi semakin tinggi
(Rachmawati, 2008).
3. Konsep Remaja
a. Pengertian
Remaja adalah sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara
Masa yang ditandai dengan perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan
dalam menyesuaikan diri, dan pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri (Poltekkes
Ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Remaja sering kali
diharapkan dapat berprilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara psikologi. Pada
masa ini sering terjadi konflik dengan pencarian identitas, di lain pihak merka masih tergantung
Ditandai dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat, tetapi masih berlangsung
di tempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi, dan cara berfikir remaja akhir mulai stabil.
2010).
pranikah, yaitu :
1. Perubahan hormonal.
Terjadinya perubahan hormonal seperti peningkatan hormon testosteron pada laki-laki dan
estrogen pada perempuan, dapat meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasrat
seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk prilaku seksual tertentu (Sarwono, 2008).
undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 16 tahun
untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki, maupun karena norma sosial yang makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan,
Sebagai seorang remaja yang normal pasti mempunyai perasaan dan minat seksual, merasakan
ketertarikan seksual dan emosi terhadap lawan jenis dan terdorong untuk melakukan hubungan
Terlalu sering melihat tayangan pornografi di media massa dapat meningkatkan keinginan
5. Norma-norma di masyarakat.
Norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks
sebelum menikah, bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain
seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat
seksual pranikah adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Norma ini
tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan seorang wanita sebelum
yang bersangkutan, walupun tidak membawa akibat lain seperti kehamilan atau penyakit
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan
rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih menjadi tidak
terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan
meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada
umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya
(Sarwono, 2005).
7. Tabu-larangan.
Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih
mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak sehingga
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual ini (Sarwono, 2005).
8. Lingkungan.
Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan
Menurut Suryoprajogo (2009), untuk mencegah agar tidak terjadi hubungan seksual
2. Bertanggung jawab atas diri sendiri dan jangan biarkan orang lain memaksa.
3. Melindungi kesehatan dan emosi apabila ada yang mengajak berhubungan seks pranikah
dengan mengatakan “Tidak, bukan sekarang” dan masih boleh berkata “tidak” walaupun
4. Pasangan yang benar-benar menyayangi dan menghormati tidak akan meminta berhubungan
Menurut Suryoprajogo (2009), ada beberapa cara untuk menahan keinginan seksual,
yaitu :
1. Waspada terhadap rangsangan dari dalam diri serta lingkungan yang dapat meningkatkan
hasrat seksual.
4. Jika keinginan seksual timbul harus hormati batasan masing-masing, belajar cara
berkata “tidak”.
guru agama.
7. Melibatkan diri dengan aktifitas sosial dan yang sehat. Curahkan perasaan dan berkomunikasi
kandungan yang berisiko, pembuangan bayi, penyakit seksual. Dari aspek psikologi dan sosial
adalah masalah hubungan dengan orang tua, mengalami gangguan emosi, tidak ada
Keterangan :
= = Diteliti
= Tidak diteliti
= Berpengaruh
= Berhubungan
Dari gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa remaja putri mempunyai tingkat pengetahuan tentang
risiko kehamilan remaja diluar nikah yaitu meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kultur (budaya,
agama), pendidikan dan pengalaman. Pengetahuan tentang risiko kehamilan remaja di luar