TINJAUAN PUSTAKA
5
Universitas Islam Riau
6
terhadap volume minyak mentah pada temperatur dan tekanan standar (1 atm)
(Han, 2015). Merchant (2017) membagi metode CO2 Tertiary Recovery menjadi
metode operasi seperti pada gambar 2.1 : Conventional WAG Recovery, ROZ
Recovery, Gravity-stabilized Recovery, Double Displacement, Gas-cycling Huff-
and-Puff, Heavy Oil-California, Shale Oil (Bakken, Wolfcamp), Horizontal Well
Pattern Development, dan CO2 Gas Drive dengan Nitro Boost.
Parameter Nilai
Kedalaman, ft >1800
Viskositas minyak, cp <600
Gravity, ºAPI >12
Saturasi minyak, % >35
Sumber: Taber et al, 1987
Desain tersebut dibuat berdasarkan parameter-parameter seperti geologi
reservoir, sifat fisik fluida dan batuan, relative timing untuk waterflooding dan
konfigurasi pola sumur, salah satu dari metode CO2-EOR flood yang tepat dapat
dipilih seperti pada gambar 2.2 (Verma, 2015). Gambar tersebut menunjukkan
berbagai skema teknik injeksi CO2. Terlihat perbedaan pada masing-masing
metode injeksi terletak pada durasi siklus antara gas CO2, air, dan penambahan
jenis gas lainnya.
Gambar 2.2 Skema berbagai desain injeksi karbon dioksida pada reservoir
(Verma, 2015)
Freistuhler et al. (2000); Soares (2008) secara umum injeksi air dipilih untuk
reservoir water-wet, sementara injeksi gas cenderung dipilih untuk reservoir oil-
wet. Meskipun demikian, proses water alternating gas (WAG) memberikan hasil
perolehan yang lebih baik dibanding penerapan injeksi gas atau injeksi air saja
dengan cara memanfaatkan kemampuan gas dan air tersebut pada saat yang
bersamaan (Zahoor, Derahman, & Yunan, 2011). Gambar 2.3 menampilkan
skema proses water alternating gas (WAG). Proses injeksi WAG terdiri dari
injeksi air dan gas secara simultan dalam beberapa siklus dengan tujuan
meningkatkan sweep efficiency dari waterflood serta meminimalisir viscous
fingering dan gas overriding melalui injeksi gas (Anuar et al., 2017).
Parameter WAG terdiri dari slug size, rasio, dan cycle (Touray, 2013).
Johns, Bermudez, & Parakh (2003) juga berpendapat bahwa proses WAG akan
menyebabkan terjadinya pencampuran antara fluida reservoir dengan fluida
injeksi, yang bergantung pada total volume gas yang diinjeksikan (slug volume),
rasio WAG, dan jumlah siklus gas atau frekuensi WAG. Siklus alami proses
WAG dapat mengakibatkan peningkatan saturasi air selama setengah siklus
injeksi air dan penurunan saturasi air selama setengah siklus injeksi gas. Proses
yang mempengaruhi siklus imbibisi dan drainage ini menyebabkan nilai saturasi
oil sisa lebih rendah dibandingkan water flooding dan gas flooding (Esmaiel et al.,
2005).
Dalam sebuah penelitian, efisiensi tertiary oil recovery yang dihasilkan dari
injeksi WAG sangat signifikan, menyebabkan nilai akhir dari saturasi oil tersisa
hanya sebesar 13% pore volume (PV) (Righi et al., 2004). Christensen, et al
(2012) proses WAG secara umum diklasifikasikan menjadi miscible flooding
ketika tekanan lebih tinggi dari tekanan tercampur minimum, dan immiscible
flooding ketika tekanan lebih rendah dibanding tekanan tercampur minimum
(Jiang et al., 2012). Penggunaan injeksi miscible atau near-miscible water
alternating gas (WAG) dapat dipertimbangkan apabila nilai produksi yang
diperoleh menggunakan waterflood kecil dan terdapat persediaan solvent
(Bhambri & Mohanty, 2005). Sementara itu, metode immiscible WAG bertujuan
untuk menstabilkan permukaan dan meningkatkan kontak dengan area reservoir
yang belum tersapu (Touray, 2013). Immiscible WAG adalah proses injeksi WAG
dimana gas yang diinjeksikan tidak bercampur (miscible) dengan residual oil di
dalam saluran pori (Anuar et al, 2017). Immiscible CO2 EOR dilakukan jika
reservoir mengandung heavy oil atau tekanan reservoir tidak mampu melebihi
MMP (Chathurangani & Halvorsen, 2015). Pada immiscible WAG, efek berupa
oil swelling dan viscosity reduction terjadi pada minyak di reservoir
(Chathurangani & Halvorsen, 2015).
Penerapan immiscible WAG (IWAG) sukses dilakukan pada the giant
statjford field pada pilot project di tahun 1997. Oleh sebab itu, proyeknya
berlanjut hingga meliputi hampir seluruh lapangan (Skauge & Stensen, 2003).
Studi yang dilakukan oleh Christensen, Stenby, & Skauge (2001) mengenai kilas
balik penerapan WAG di lapangan dari total 59 pekerjaan yang menunjukkan
bahwa 18% di antaranya dilakukan dengan metode immiscible, seperti pada
gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Penerapan teknik miscible/immiscible pada metode WAG (dari total
59 pekerjaan) (Christensen et al., 2001)
Stensen (2003) menunjukkan bahwa volume injeksi relatif air terhadap gas
meningkat pada stage akhir WAG, untuk mengatasi channeling dan gas
breakthrough.
Gambar 2.5 Oil recovery pada beragam rasio WAG (Zekri et al., 2011)
Studi yang pernah dilakukan oleh Zekri et al., (2011) mengenai pengaruh
dari rasio WAG pada CO2 flooding pada oil wet system dilakukan dengan uji coba
enam skenario rasio : WAG 1:1, 2:1, 1:2, 3:1, 1:3 dan continues CO2 flooding ,
seperti pada gambar 2.5. Hasil yang mereka peroleh mengindikasikan bahwa
perolehan minyak yang lebih tinggi dapat dicapai dengan menggunakan rasio
WAG 1:1 atau 1:2 dibandingkan rasio lainnya. Sementara continues CO2 flooding
memberikan hasil yang paling buruk diantara seluruh skenario tersebut. Hal ini
mungkin saja disebabkan oleh rendahnya volumetric sweep efficiency sebagai
akibat dari mobility ratio yang tinggi pada sistem yang diteliti. Secara umum,
meningkatkan rasio WAG dapat meningkatkan performa proses WAG dengan
meningkatkan volumetric sweep efficiency.