PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014). Hal tersebut sejalan dengan fungsi
puskesmas yaitu 1) sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, 2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, 3) pusat pelayanan
kesehatan strata pertama. Namun, dalam pelaksanaannya puskesmas masih
menghadapi berbagai masalah antara lain: 1) kegiatan yang dilaksanakan
puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan masyarakat
setempat tetapi lebih berorientasi pada pelayanan kuratif, 2) keterlibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama belum
dikembangkan secara optimal (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 585/Menkes/SK/V/2007). Sehingga, untuk memecahkan masalah
kesehatan yang ada di puskesmas digunakan suatu metode yang disebut Problem
Solving Cycle (Siklus Pemecahan Masalah).
Problem Solving Cycle adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan
penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari
pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang
terbaik dalam menyelesaikan masalah (Reed, 2000). Problem Solving Cycle
merupakan proses yang terdiri dari langkah-langkah berkesinambungan yang
terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan
1
alternatif terbaik menjadi rencana operasional, dan melaksanakan rencana
kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan.
Secara garis besar, langkah-langkah dalamProblem Solving Cycle (PSC)
meliputi: penetapan prioritas masalah (pengumpulan dan pengolahan data,
pemilihan prioritas masalah, dan analisis Strength, Weakaness, Opportunity, dan
Threat), penetapan prioritas jalan keluar (alternative jalan keluar, pemilihan
prioritas jalan keluar) dan Plan Of Action (POA) (Bagian Ilmu Kesehata
nMasyarakat / Kedokteran Komunitas, 2013).
Data dari Puskesmas Karanganyar menunjukkan bahwa data pasien
ISPA selalu menduduki peringkat pertama pada sepuluh besar penyakit selama
bulan Januari hingga September 2015. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ISPA merupakan masalah kesehatan utama pada daerah kerja Puskesmas
Karanganyar . Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan analisis lebih
dalam tentang pengendalian dan pemecahan masalah ISPA dimasa mendatang di
lingkup Puskesmas Karanganyar .
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada pathogen
penyebabnya, factor lingkungan, dan factor pejamu (WHO, 2008).
ISPA merupakan suatu penyakit menular yang cara penularan utamanya
sebagian besar adalah melalui droplet, tetapi penularan melalui kontak (termasuk
kontaminasi tangan yang dkuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol
pernapasan infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bias juga terjadi
untuk sebagian patogen (WHO, 2008).
Penyakit ISPA ini merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA
setiap tahun, dimana 98% disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
bawah.Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut
2
usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan
menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi
atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama pada bagian perawatan
anak (WHO 2008).
Sebanyak 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30%
kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan
oleh ISPA (Rinaldi, 2010). Dari seluruh kematian, yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20-30% kematian. Kematian yang terbesar umumnya karena
pneumonia. Sebanyak 40-60% dari kunjungan di puskesmas adalah olehpenyakit
ISPA (Rasmaliah, 2004). Penyakit ISPA ini juga merupakan penyakit dengan
peresepan antibiotic terbanyak kedua (Yasinetal., 2005).
B. Tujuan Kegiatan
1. Umum
Memecahkan masalah kesehatan di Puskesmas Karanganyar , .
2. Khusus
a. Memecahkan masalah kesehatan prioritas di Puskesmas Karanganyar
Kabupaten .
b. Mengetahui faktor-faktor biologis, fisik, ekonomi, sosial, dan budaya
yang mungkin berpengaruh terhadap masalah kesehatan tersebut.
c. Untuk mengetahui alternatif intervensi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
d. Untuk mengetahui intervensi prioritas yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
e. Untuk mengetahui kekuatan sumberdaya internal organisasi.
f. Untuk mengetahui peluang dan ancaman dari eksternal organisasi.
g. Untuk dapat menyusun plan of action (POA).
3
3. Manfaat Kegiatan
a. Mampu memecahkan masalah kesehatan prioritas di Puskesmas Karanganyar
Kabupaten .
b. Mampu mengetahui faktor-fakto rbiologis, fisik, ekonomi, sosial, dan budaya
yang mungkin berpengaruh terhadap masalah kesehatan tersebut.
c. Mengetahui alternatif intervensi yang bisa dilakuka nuntuk mengatasi
masalah tersebut.
d. Mengetahui intervensi prioritas yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
e. Mengetahui kekuatan sumberdaya internal organisasi.
f. Mengetahui peluang dan ancaman dari eksternal organisasi.
g. Mampu menyusun POA.
4
BAB
PROFIL PUSKESMAS KARANGANYAR
B. Keadaan Geografis
Puskesmas Karanganyar terletak 15 kilometer disebelah selatan kota
Kabupaten yang bertempat di Jln. Solo-Batujamus Km.32, Ds.Karangpelem,
Kec. Karanganyar, Kab. . Terletak di dataran rendah lembah Gunung Lawu di
ketinggian 15 dpl. Geografis Puskesmas merupakan daerah perbatasan dengan
Luas Wilayah Puskesmas Karanganyar 23,88 km2 terdiri 5 desa meliputi: Desa
Karangpelem; Desa Celep; Desa Pengkok; Desa Jenggrik dan Desa Mojodoyong.
Dari 5 Desa kemudian dikembangkan menjadi 1 Puskesmas Induk, 2 Pustu
(Celep dan Pengkok) dan Poskes Jenggrik. Batas wilayah:
Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Kedungwaduk Kec.
5
Karangmalang dan Desa Mojokerto Kec. Karanganyar
Wilayah Puskesmas Karanganyar I
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Pereng Kec. Mojogedang Kab.
Kr.Anyar Desa Kuto Kec. Mojogedang Kab. Kr.Anyar
Sebelah Timur Berbatasan dengan Kec. Kerjo Kab. Kr.Anyar
Sebelah Barat Berbatsan dengan Desa Jirapan Kec. Masaran Kab.
C. Demografi
Tabel 2.1.Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Karanganyar
Luas Jumlah Kepadatan
Desa Wilayah Penduduk Pria Wanita (Jiwa/Km)
(Ha) (Jiwa)
Karangpelem 3,62 5.689 2.580 3.109 1.572
Celep 5,07 7.439 3.662 3.777 1.467
Pengkok 5,38 8.709 4.390 4.319 1.619
Jenggrik 4,60 6.011 2.962 3.049 1.307
Mojodoyong 5,21 7.685 3.874 3.811 1.475
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Tabel 2.1, luas wilayah kerja UPTD
Puskesmas Karanganyar 23,88 km2, terdiri 5 desa dengan jumlah penduduk
35.533 jiwa yang terdiri dari 17.468 laki laki dan 18.065 perempuan dengan
kepadatan penduduk 1.488 Jiwa/km2.
6
Jenis dan jumlah tenaga yang ada di UPTD Puskesmas Karanganyar
menurut pendidikan meliputi:
Tabel 2.2.Sumber Daya Kesehatan di UPTD Puskesmas Karanganyar
menurut pendidikan
No Jenis Tenaga Jml
1 Dokter Umum 3
Dokter Gigi 1
2 Apoteker 1
Sarjana (Keperawatan, Ns) 3
Sarjana Kesmas 2
3 D4 (Perawat/ Bidan) 3
D3 Keperawatan 7
D3 Kebidanan 10
D3 (Gizi, Akpro, AKL, Analis, Per.gigi, Ass.Apt) 8
SPK 1
4 Non Kesehatan
S2 1
SLTA 4
5 Bidan PTT 8
K2 9
Lainnya 2
Jumlah 63
2. Sarana Kesehatan
7
Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Karanganyar untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat
meliputi:
Tabel 2.3. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karanganyar
No Sarana Jumlah
1 Puskesmas Induk 2
2 Puskesmas Pembantu 2
3 Poliklinik Kesehatan Desa 5
4 Posyandu Balita 45
5 Posyandu Lansia 15
6 Polindes 5
7 Laboratorium 1
8 Apotek 1
9 Dokter Praktik Swasta 3
10 Bidan Praktik Swasta 21
11 Balai Pengobatan 1
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Tabel 2.3, dalam fungsinya sebagai
penyedia fasilitas kesehatan primer, UPTD Puskesmas Karanganyar
membawahi dua pustu, 5 PKD, 45 posyandu balita, 15 posyandu lansia, dan
5 polindes. Di samping itu, terdapat penyedia fasilitas kesehatan swasta,
yaitu sebuah laboratorium klinik, sebuah apotek, tida dokter praktik swasta,
dua puluh satu orang bidan praktik swasta, dan sebuah balai pengobatan.
8
5. Poli kesehatan ibu dan KB
6. Imunisasi
7. Laboratorium klinik
8. Apotek
9. Konsultasi Sanitasi
10. Konsultasi Gizi
11. Klinik merokok.
9
BAB I
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
NO Penyakit
September
November
Juni 2015
Mei 2015
Desenber
Juli 2015
Februari
Agustus
Oktober
Januari
jumlah
Maret
April
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2016
2016
1. ISPA 307 304 236 265 413 475 379 282 323 306 260 277 3.827
2. Polimialgia 202 115 145 105 189 157 141 136 148 173 142 122 1.775
Rheumatik
3. Gastritis 92 87 64 55 48 52 57 62 58 61 59 54 749
4. Hipertensi 62 80 54 46 64 59 81 55 47 56 66 58 728
5. DM 118 110 82 78 59 49 51 42 51 48 55 42 785
6. Diare 74 65 56 49 60 56 53 42 59 42 59 61 676
7 Peny. Kulit 32 25 37 42 26 21 35 17 28 22 34 28 347
alergi/
dermatitis
8. Peny. Lain 48 33 48 43 23 34 26 45 44 44 48 44 480
pada sal. nafas
bawah
9. Peny. Mata 38 31 20 18 27 27 32 33 31 29 33 39 358
10. Peny.kulit 18 18 15 18 21 17 35 22 16 17 23 26 246
infeksi
10
Data diatas menunjukkan penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
menempati urutan pertama penyakit terbanyak di Puskesmas Karanganyar pada
bulan Maret-Februari 2016.
Peringkat
Total
Daftar
No
Kemudahan
Masalah
masyarakat
Prevalensi
Mortalitas
Insidensi
ekonomi
Dampak
Persepsi
Durasi
diatasi
Onset
sosial
1. ISPA 5 5 1 5 2 2 1 3 23 I
2. Polimialgia 4 4 1 2 3 2 1 3 20 IV
Rheumatik
3. Gastritis 3 3 1 4 2 1 1 4 19 VI
4. Hipertensi 3 3 2 1 5 3 2 3 22 II
5. DM 2 2 3 1 5 4 3 2 22 II
6. Diare 2 2 2 5 1 2 2 3 19 V
7. Peny. Kulit 1 1 1 5 2 2 3 4 19 VIII
alergi/
dermatitis
8. Peny. Lain 1 1 2 4 3 2 2 3 18 VII
11
pada sal.
nafas bawah
9. Peny. Mata 1 1 1 5 3 2 2 3 18 IX
10. Peny. Kulit 1 1 1 4 3 2 5 2 19 X
infeksi
Kriteria :1= sangat rendah; 2 = rendah; 3= sedang; 4= tinggi; 5= sangat tinggi
12
BAB IV
PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR
Rendahnya
tingkat
pendidikan Keterbatasan PHBS belum
Kurangnya jumlah masyarakat dana puskesmas maksimal
tenaga kesehatan
yang memberikan
Rendahnya
penyuluhan
tingkat
mengenai ISPA
ekonomi
masyarakat
ISPA
Terbatasnya waktu Lingkungan
untuk tenaga kesehatan udara yang Kurangnya
memberikan berdebu pengetahuan
penyuluhan pencegahan masyarakat
ISPA tentang ISPA Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang
Cepatnya waktu pentingnya pencegahan
Kurangnyaupayape
penularan ISPA penularan ISPA
mberian masker
padamasyarakat (penggunaan masker)
yang terkena ISPA
MATERIAL
Gambar 4.1. Diagram Tulang Ikan
INFORMATION
Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, dapat ddentifikasi beberapa
penyebab masalah yang berperan terhadap tingginya angka ISPA di wilayah kerja
13
Puskesmas Karanganyar . Penyebab masalah dikelompokkan menjadi enam
kelompok sebab, yaitu:
1. Man
Dari segi manusia, didapatkan permasalahan yaitu kurangnya jumlah
tenaga kesehatan yang dapat memberikan penyuluhan sehingga
menyebabkan masyarakat kurang paham mengenai ISPA. Selain itu
rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat yang rata-rata
hanya tamat SMP turut berkontribusi terhadap rendahnya kesadaran
masyarakat dan tendensi masyarakat untuk menganggap ISPA sebagai
masuk angin biasa.
2. Money
Tidak terdapat program khusus dari pemerintah dalam menanggulangi
ISPA, sehingga tidak terdapat pendanaan khusus dalam penanggulangan
ISPA di puskesmas Karanganyar . Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat
juga menyebabkan kurangnya konsumsi makanan seimbang dan bergizi
yang dapat menjaga kekebalan tubuh sehingga tidak mudah terserang
ISPA. Selain itu, rendahnya tingkat ekonomi masyrakat menyebabkan
masyarakat biasanya lebih terpapar terhadap debu dan udara yang kurang
bersih.
3. Method
Perilaku hidup bersih dan sehat yang selama ini dilakukan belum optimal.
4. Minute
Permasalahan dari segi waktu adalah walaupun sudah dilakukan
penyuluhan ISPA saat posyandu, tetapi waktu untuk secara khusus
memberikan penyuluhan mengenai ISPA ini dianggap masih kurang. Hal
ini disebabkan oleh sulitnya mengumpulkan semua masyarakat dalam acara
posyandu, karena kurangnya kesadaran masyarakat, sehingga dibutuhkan
waktu tambahan khusus untuk pengadaan penyuluhan ISPA, Waktu
14
penularan ISPA yang cepat juga menyulitkan petugas dalam hal
pencegahan penyakit.
5. Material
Masih kurangnya upaya pemberian masker pada masyarakat saat berada di
lingkungan berdebu atau pada masyarakat yang menderita ISPA untuk
mencegah penularan menyebabkan mudahnya penularan ISPA
dimasyarakat. Selain itu, masih didapatkan banyak rumah masyarakat yang
lembab dan tertutup yang akan mempermudah proses penularan.
6. Information
Permasalahan yang ditemukan yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai ISPA dan pencegahannya. Sehingga sebagian masyarakat yang
sudah memiliki masker pun masih merasa enggan untuk menggunakan
masker sebagai upaya pencegahan ISPA.
15
2 Banyak masyarakat yang • Peningkatan program promosi kesehatan
menganggap remeh penyakit ISPA mengenai ISPA kepada kader untuk
dengan menganggapnya sebagai disampaikan kepada masyarakat
masuk angin biasa
16
pencegahan, cara
menangani pasien
ISPA dengan cara
yang lebih menarik,
seperti leaflet,
poster dan lain-lain.
2 Pemanfaatan 3 4 3 3 5 5 5 28
posyandu dan
poskesdes sebagai
tempat promosi
kesehatan dan
penemuan kasus
ISPA
3 Mencanangkan 5 1 4 2 5 5 5 27
program
penanggulangan
ISPA yang
murah dan
pembagian
masker gratis ke
posyandu
4 Melakukan 3 3 2 2 5 5 5 25
promosi PHBS
ke warga
masyarakat
tentang manfaat
PHBS dan
bagaimana cara
melaksanakannya
5 Menggiatkan 3 3 3 2 3 5 5 24
penyuluhan oleh
kader dan tenaga
kesehatan, yang
dapat
dijadwalkan
secara mingguan
dan bulanan
17
Keterangan:
18
O T
O S t r a t e g i S OS t r a t e g i W O
1. Adanya puskesmas pembantu di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar 1. P e m a n f a a t a n p u s k e s m a1.s Memanfaatkan kepercayaan
2. Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. pembantu untuk menjangkau masyarakat terhadap
s e m u a m a s y a r a k a t pelayanan kesehatan untuk
2. P e l a k s a n a a n d a n mengikuti penyuluhan ISPA
evaluasi PHBS di puskesmas d a n P H B S
d a n j a r i n g a n n y a 2. M e n g o p t i m a l k a n f u n g s i
3. P e m a n f a a t a n o b a t - o b a t a n puskesmas pembantu untuk
untuk pengobatan ISPA di melaksanakan pengobatan
puskesmas dan jaringannya dan penyuluhan tentang ISPA di daerah yang sulit dijangkau puskesmas
T S t r a t e g i S TS t r a t e g i W T
1. T i n g k a t p e n d i d i k a n1. P e m b e r i a n p e n y u l u h a nC. D i a g e n d a k a n p e n yu l u h a n
m a s ya r a k a t r e n d a h tentang ISPA dan PHBS rutin dan terjadwal tentang
2. S t a t u s e k o n o m i o l e h t e n a g a m e d i s d a n IS P A dan P H B S
m e n e n ga h k e b a w a h . paramedis yang ada
3. A n g g a p a n b a h w 2. a Evaluasi rutin tentang
ISPA adalah penyakit pelaksanaan program
w a j a r PHBS, jika perlu memberikan
penghargaan terhadap warga
ya n g m e l a k s a n a k a n P H B S
19
BAB V
PLAN OF ACTION
1. Tujuan :
- Meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Karanganyar , mengenai ISPA, cara pencegahan, dan
penanganannya, serta mengenai PHBS.
- Meningkatan kesadaran masyarakat di wilayah kerja PuskesmasKaranganyar
, mengenai pentingnya PHBS untuk menghindari ISPA.
- Menemukan/deteksi dini warga dengan ISPA.
2. Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar , .
3. Metode :
a. Penyuluhan tentang ISPA dan PHBS dalam bentuk:
- Pemberian penyuluhan dengan presentasi secara langsung dengan LCD.
- Pemberian leaflet yang informatif dan edukatif tentang ISPA baik gejala,
pengobatan, pencegahan dan PHBS.
- Pemberian informasi mengenai hubungan ISPA dan PHBS oleh tokoh
desa di kegiatan-kegiatan desa.
b. Evaluasi hasil penyuluhan ISPA dan PHBS:
20
- Evaluasi tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah
penyuluhan dengan kuisioner.
- Evaluasi tingkat kesadaran masyarakat tentang ISPA dan PHBS dengan
melihat angka kesakitan di puskesmas.
4. Materi :
- Penyuluhan pada tokoh masyarakat dan masyarakat tentang ISPA berupa
gejala, pengobatan, dan cara pencegahan.
- Penyuluhan pada tokoh masyarakat dan masyarakat tentang PHBS.
- Pelatihan kader di desa tentang ISPA (gejala, pengobatan, dan cara
pencegahan) dan kaitannya dengan PHBS.
5. Lokasi : Wilayah binaan Puskesmas Karanganyar , .
6. Pelaksana:
- Tenaga kesehatan puskesmas
- Kader dan tokoh setempat
7. Biaya :
Biaya pelaksanaan bersumber dari swadana masyarakat dan dari Biaya
Operasional Kesehatan (BOK).
21
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan matrikulasi masalah, prioritas masalah pertama di UPTD
Puskesmas Karanganyar adalah angka kesakitan ISPA. Sedangkan prioritas
utama pemecahan masalah adalah melakukan penyuluhan yang variatif dan
terintegrasi mengenai penyebab, gejala, pengobatan, penularan dan pencegahan
ISPA.
B. Saran
a. Untuk Pihak Dinkes: memperhatikan puskesmas-puskesmas di wilayah
kerjanya dalam hal pendanaan untuk pelatihan kader dan tokoh masyarakat
di wilayah desa.
b. Untuk Kepala Puskesmas: meningkatkan kerja sama lintas sektoral dengan
menjalin komunikasi yang baik, meningkatkan komunikasi dan koordinasi
yang jelas dengan kader dan tokoh masyarakat di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Karanganyar , mengawasi pelaksanaan SOP pengobatan ISPA di
puskesmas
c. Untuk kader dan tokoh masyarakat: meningkatkan peran dan tenaga
kader dan tokoh masyarkat secara berkesinambunangan agar masyarakat
lebih peduli dan mendukung program ISPA dari puskesmas, pasien-pasien
pun lebih meningkatkan kesadaran dalam deteksi dini, penularan dan
pencegahan ISPA.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Komunitas (2013). Buku kegiatan
mahasiswa pendidikan dokter tahap profesi bagian ilmu kesehatan
masyarakat / kedokteran komunitas. Surakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Rinaldi SNST (2010). Gambaran pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak umur 5-
10 tahun di Puskesmas Medan Denai. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Skirpsi.
WHO (2008). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan
kesehatan. Jenewa.
Yasin NM, Bahari MB, Ismail HIM (2005). Penggunaan atibiotik pada infeksi
saluran pernapasan anak.Majalah Farmasi Indonesia, 16 (1):1-5.
23