Anda di halaman 1dari 15

Mikrozonasi Gempabumi Menggunakan

Data Mikrotremor Dengan Metode HVSR


(Proposal Tugas Akhir)

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016/2017
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmatnya sehingga proposal Tugas Akhir (TA) ini bisa terselesaikan.
Tak lupa kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dan proses pembuatan proposal ini.
Tugas Akhir (TA) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus
diambil bagi mahasiswa Strata-1 (S1) di Universitas Lampung sebagai sarana untuk
mendapatkan data dalam skripsi. Untuk itu kami memohon kepada Badan
Meteorologi Klimatologi dan Gofisika (BMKG), agar bisa menerima kamiuntuk
melakukan Tugas Akhir. Selain itu, dengan adanya Tugas Akhir ini, penyusun
dapat mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh selama kuliah pada fenomena
nyata yang terjadi di alam.
Adapun topik yang kami ajukan yaitu “Mikrozonasi Gempabumi
Menggunakan Data Mikrotremor Dengan Metode HVSR”namun kami tidak
menutup kemungkinan untuk menyesuaikan topik dengan kebijakan dari
pembimbing lapangan di instansi. Adapun metode yang akan digunakan
disesuaikan dengan pembimbing lapangan yang ada di instansi. Hal ini untuk
mempermudah proses bekerja selama Tugas Akhir berlangsung. Waktu
pelaksanaannya pada 23 Januari s.d. 10 Maret 2017.
Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

Penulis,

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
1
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gempa bumi tidak dapat diprediksi kapan waktu terjadinya. Gempa bumi
memiliki statistik kerusakan dan korban jiwa yang sangat tinggi, sehingga
diperlukan cara untuk mengantisipasi kerusakan dan korban jiwa akibat bencana
ini. Salah satu antisipasi yang dapat digunakan untuk meminimalisir dampak dari
bencana gempa bumi adalah dengan melakukan survei untuk memetakan
karakteristik tanah dalam merespon guncangan gempa bumi. Salah satu metode
yang dapat mengukur karakteristik tanah tersebut adalah denganmenggunakan
mikrotremor yang selanjutnya diolah dengan Metode HVSR dari Nakamura.
Metode HVSR tersebut menghasilkan nilai frekuensi dominan dan
amplifikasi dari tanah di suatu daerah, sehingga dapat dihitung pula periode
dominan tanah di daerah tersebut. Dari data-data yang dihasilkan tersebut dapat
digunakan untuk membuat peta zona rawan bencana gempabumi. Suatu tingkat
kerusakan akibat gempabumi umumnya dipengaruhi oleh magnitudo dan jarak
pusat gempabumi. Namun pada beberapa kasus, karakteristik sedimen pada suatu
daerah sangat menentukan bagaimana gempa bumi berlangsung. Daerah dengan
soft sediment cenderung memperkuat gelombang seismik, sehingga tingkat
kerusakan akibat gempabumi pada daerah tersebut sangat parah. Litologi yang lebih
lunak cenderung akan memberikan respon periode getaran yang panjang (frekuensi
rendah) dan mempunyai resiko yang lebih tinggi bila digoncang gelombang
gempabumi karena akan mengalami penguatan yang lebih besar dibandingkan
dengan batuan yang lebih kompak. Adapun beberapa kasus gempabumi yang telah
terjadi menunjukkan bahwa kerusakan lebih parah terjadi pada dataran alluvial
dibandingkan dengan daerah perbukitan. Sehingga sangatlah penting dilakukan
penelitian pada daerah-daerah di Indonesia, agar dapat diantisipasi dan dikurangi
resiko bencana akibat gempa bumi.

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
2
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

1.2.Tujuan

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini yaitu untuk membuat pemetaan
mikrozonasi dengan metode Mikrotremor yang diolah dengan HVSR sebagai salah
satu upaya mitigasi bencana gempabumi.

1.3.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah Tugas Akhir yang diambil adalah untuk membuat dan
menganalisis mikrozonasi dengan metode Mikrotremor yang diolah dengan HVSR
menggunakan software Geopsy. Dengan menganalisis beberapa parameter utama
yang akan digunakan, yaitu Periode Dominan, Amplifikasi, Vs30, Indeks
Kerentanan Seismik, PGA dan Ground Shear Strain.

1.4.Waktu dan Pelaksanaan

Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 2 bulan pada:


Waktu : 23 Januari s.d. 10 Maret 2017
Tempat : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Jl. Raden Intan No. 219, Kota Alam, Kotabumi, Lampung Utara,
34519

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
3
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

II. TEORI DASAR

2.1. Gelombang Seismik

Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi


disebabkan adanya deformasi struktur, tekanan ataupun tarikan karena sifat
keelastisan kerak bumi. Gelombang ini membawa energi kemudian menjalarkan ke
segala arah di seluruh bagian bumi dan mampu dicatat oleh seismograf
(Siswowidjoyo dkk, 1997).
Gelombang seismik dapat dibedakan berdasarkan tempat penjalarannya yaitu
gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave).
Gelombang tubuh yaitu gelombang yang arah rambatannya masuk ke bawah
permukaan bumi terdiri atas gelombang kompressional (gelombang longitudinal
atau P-wave) dan gelombang geser (gelombang transerval atauS-wave).
Gelombang P memiliki ciri arah gerakan partikel dalam medium seraah dengan arah
perambatan gelombang sedangkan gelombang S arah perambatannya tegak lurus
dengan gerak partikel dalam medium. Gelombang permukaan merupakan
gelombang seismik yang arah rambatannya hanya pada batas permukaan medium.
Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media elastik, gelombang permukaan
merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang rendah dan
amplitude yang besar, yang menjalar akibat adanya efek free surface dimana
terdapat perbedaan sifat elastik. Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu
gelombang Rayleigh dan gelombang Love (Telford dkk, 1976).

2.2. Mikrotremor

Struktur bawah permukaan tanah dapat diketahui dengan survei pengukuran


mikrotremor. Mikrotremor merupakan getaran tanah yang ditimbulkan oleh
peristiwa alam ataupun buatan, misal angin, gelombang laut, atau getaran
kendaraan, yang dapat menggambarkan kondisi geologi dekat permukaan.
Mikrotremor mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempa bumi,
periodenya kurang dari 0,1 detik yang secara umum antara 0,05-2 detik dan untuk

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
4
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

mikrotremor periode panjang bisa 5 detik, sedang amplitudenya berkisar 0,1-2


mikron (Tokimatsu, 1995).
Mikrotremor dapat juga diartikan sebagai getaran harmonik alami tanah yang
terjadi secara terus menerus, terjebak di lapisan sedimen permukaan, terpantulkan
oleh adanya bidang batas lapisan dengan frekuensi yang tetap, disebabkan oleh
getaran mikro di bawah permukaaan tanah dan kegiatan alam lainnya. Dalam kajian
teknik kegempaan, litologi yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi
bila digoncang gelombang gempa bumi dikarenakan mengalami penguatan
(amplifikasi) gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan batuan yang lebih
kompak (Kanai, 1983).
Secara umum perekaman mikrotremor tidak berbeda dengan perekaman
gelombang seismik pada seismometer. Alat yang digunakan pun merupakan
seismometer. Untuk metode nakamura diperlukan seismometer yang memiliki tiga
komponen yang merekam komponen EW (east-west), NS (north-south), dan
komponen vertikal (up-down). Pada perekaman mikrotremor tidak dibutuhkan
adanya sumber buatan atau sumber berupa gempa bumi, namun pengukuran
langsung dilakukan karena yang direkam merupakan gelombang yang timbul dari
alam. Spektra ambient noise yang diperoleh dari pengukuran mikrotremor dapat
digunakan untuk menentukan respon lokasi khususnya frekuensi dari puncak utama
atau frekuensi resonansi lapisan sedimen. Respon lokasi pada daerah sedimen
sangat berhubungan dengan ketebalan sedimen dan kecepatan gelombang geser
sehingga respon lokasi yang diperoleh dari teknik perbandingan spektra dapat
digunakan untuk menentukan ketebalan sedimen. Kajian mikrotremor telah banyak
digunakan untuk memperkirakan kerusakan yang timbul akibat bencana gempa
bumi. Kajian ini sangat tepat dan baik dalam memperkirakan tingkat resiko yang
disebabkan oleh aktivitas seismik dengan kondisi geologi setempat (Nakamura,
2008).

2.3. HVSR (Horizontal to Vertical Spektra Ratio)

Metode HVSR digunakan untuk mengolah rekaman mikrotremor dan atau


rekaman seismogram dan memiliki hasil yang baik dalam memberikan informasi

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
5
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

tentang efek tapak suatu daerah berdasarkan interpretasi kurva H/V. Hasil dari
intrepretasi kurva H/V akan dapat memberikan perkiraan tingkat kerentanan
suatu wilayah terhadap bahaya gempa bumi (Narotama, 2011).
Metode HVSR merupakan metode membandingkan spektrum komponen
horizontal terhadap komponen vertikal dari gelombang mikrotremor. Mikrotremor
terdiri dari ragam dasar gelombang Rayleigh, periode puncak perbandingan H/V
mikrotremor memberikan dasar dari periode gelombang S (S-wave). Perbandingan
H/V pada mikrotremor merupakan perbandingan dua komponen yang secara
teoritis menghasilkan suatu nilai. Metode HVSR digunakan untuk menentukan nilai
amplifikasi dan nilai periode dominan suatu lokasi yang dapat diperkirakan dari
periode puncak perbandingan H/V mikrotremor (Nakamura, 2000).
Berdasarkan penelitian untuk mengetahui karakter geologi yang dapat
merusak bangunan akibat gempa bumi, maka perlu dilakukan kajian literatur dan
karakterisasi HVSR. Hasilnya ialah, kerusakan bangunan akibat gempa bumi terjadi
pada parameter HVSR amplifikasi tinggi dan frekuensi rendah. Amplifikasi
berbanding lurus dengan kontras impedansi (kecepatan gelombang geser (Vs)
dikalikan densitas) antara sedimen dan bedrock, kecepatan gelombang primer (Vp)
dan faktor quasi gelombang geser (Qs). Sedangkan frekuensi natural berbanding
lurus dengan Vs rata-rata dan berbanding terbalik dengan ketebalan sedimen
permukaan. Dengan demikian, daerah rawan kerusakan bangunan akibat gempa
bumi terjadi pada daerah sedimen lapuk (misal: pasir, pasir lanauan, gambut) yang
yang tebal dan atau sedimen lapuk yang terdapat diatas batuan yang keras
(Sungkono dan Santoso 2011). Metode HVSR didasari oleh terperangkapnya
getaran gelombang geser (gelombang shear) pada medium sedimen di atas bedrock.
Berdasarkan kondisi tersebut maka, Nakamura merumuskan sebuah fungsi transfer
HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) mikrotremor sebagai berikut:

SM (w) = [(HSN (w) 2+ HWE (w)2)1/2]/VS (1)

Keterangan:
SM (w) adalah fungsi transfer untuk lapisan soil

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
6
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

HSN (w) adalah spektrum mikrotremor komponen horizontal utara–selatanHWE


(w) adalah spektrum mikrotremor komponen barat–timur
VSadalah spektrum mikrotremor komponen vertikal di permukaan
(Nakamura, 1989).

2.4. Frekuensi Dominan

Frekuensi dominan adalah nilai frekuensi yang kerap muncul sehingga diakui
sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di wilayah tersebut sehingga nilai
frekuensi dapat menunjukkan jenis dan karakterisktik batuan tersebut. Lachet dan
Brad pada 1994 melakukan uji simulasi dengan menggunakan 6 model struktur
geologi sederhana dengan kombinasi variasi kontras kecepatan gelombang geser
dan ketebalan lapisan sedimen. Hasil simulasi menunjukkan nilai puncak frekuensi
berubah terhadap variasi kondisi geologi (Lachet dan Brad, 1994).

2.5. Periode Dominan


Nilai periode dominan merupakan waktu yang dibutuhkan gelombang
mikrotremor untuk merambat melewati lapisan endapan sedimen permukaan atau
mengalami satu kali pemantulan terhadap bidang pantulnya ke permukaan. Nilai
periode dominan juga mengindikasikan karakter lapisan batuan yang ada di suatu
wilayah. Nilai periode dominan didapatkan berdasarkan perhitungan berikut:

T0 = 1/f0 (2)

Keterangan:
T0adalah periode dominan
f0adalah frekuensi dominan (Hz).

2.6. Amplifikasi

Amplifikasi merupakan perbesaran gelombang seismik yang terjadi akibat


adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain gelombang
seismik akan mengalami perbesaran, jika merambat pada suatu medium ke medium

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
7
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

lain yang lebih lunak dibandingkan dengan medium awal yang dilaluinya. Semakin
besar perbedaan itu, maka perbesaran yang dialami gelombang tersebut akan
semakin besar. Nilai faktor penguatan (amplifikasi) tanah berkaitan dengan
perbandingan kontras impedansi lapisan permukaan dengan lapisan di bawahnya.
Bila perbandingan kontras impedansi kedua lapisan tersebut tinggi maka nilai faktor
penguatan juga tinggi, begitu pula sebaliknya (Nakamura, 2000).
Amplifikasi berbanding lurus dengan nilai perbandingan spektral horizontal
dan vertikalnya (H/V). Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan telah
mengalami deformasi (pelapukan, pelipatan atau pesesaran) yang mengubah sifat
fisik batuan. Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi sesuai
dengan tingkat deformasi dan pelapukan pada tubuh batuan tersebut (Marjiyono,
2010).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka amplifikasi dapat dituliskan pada
persamaan (3) sebagai suatu fungsi perbandingan nilai kontras impedansi:

Ao = {(ρb.vb)/(ρs.vs)} (3)

Keterangan:
ρbadalah densitas batuan dasar (gr/ml)
vbadalahkecepatan rambat gelombang di batuan dasar (m/dt)
vsadalah kecepatan rambat gelombang di batuan lunak (m/dt)
ρs adalah rapat massa dari batuan lunak (gr/ml).

Fujimoto dan Midorikawa (2006) menyarankan hubungan antara Vs30 dan faktor
amplifikasi (ampv) dengan persamaan sebagai berikut (Morikawa dkk, 2008):

log (ampv) = 2,367–0,852・log (Vs30) (4)

Keterangan:
Vs30adalahkecepatan gelombang sekunder pada 30m (m/s),
ampv adalah faktor amplifikasi.

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
8
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

2.7. Vs30

Vs30 adalah kecepatan gelombang S (shear) pada kedalaman 30 meter,


parameter ini lumrah digunakan dalam dunia teknik sipil untuk menentukan
tahanan tanah sebagai pondasi bangunan oleh karena itulah biasanya kedalaman
yang ditetapkan sedalam 30 meter karena berhubungan dengan pembuatan pondasi
bangunan untuk teknik sipil. Zhao (2011) merumuskan hubungan antara frekuensi
dominan dengan Vs30 yakni (Zhao, 2011):

TVs30= 120m/Vs30(5)

Keterangan:
TVs30 adalah periode (s).
Vs30 adalah kecepatan gelombang sekunder pada 30m (m/s).

2.8. Indeks Kerentanan Seismik

Indeks kerentanan seismik merupakan suatu parameter yang sangat


berhubungan dengan tingkat kerawanan suatu wilayah dari ancaman resiko
gempabumi. Indeks kerentanan seismik di suatu daerah dan tingkat resiko gempa
bumi terhadap kerusakan akibat gempabumi menunjukkan adanya hubungan yang
linear. Jika suatu daerah memiliki indeks kerentanan seismik yang besar maka
tingkat resiko gempabuminya juga akan tinggi. Dalam penentuan nilai indeks
kerentanan seismik suatu daerah, faktor-faktor kondisi geologi daerah setempat
sangat perlu dipertimbangkan.
Tingkat indeks kerentanan seismik yang tinggi biasanya ditemukan pada
daerah dengan frekuensi dominan yang rendah. Ini berarti bahwa, pada lapisan
sedimen relatif tebal yang menutupi batuan dasar memiliki indeks kerentanan
seismik yang tinggi. Pada lapisan sedimen tebal, jika disertai dengan penguatan
getaran gelombang seismik (faktor amplifikasi) besar, maka akan menghasilkan
nilai indeks kerentanan yang besar pula (Hadi, 2012).

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
9
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Secara matematis, hubungan antara indeks kerentanan seismik Kg, frekuensi


dominan f0 dan faktor amplifikasi A dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐴2
𝐾𝑔 = 𝑓0 (6)

2.9. PGA

Salah satu faktor yang penting dalam analisis seismic hazard adalah penentuan

redaman (attenuation). Belum ada fungsi redaman yang cocok untuk wilayah

Indonesia, namun untuk daerah yang memiliki mekanisme yang mirip secara

geologi dan tektonik dapat digunakan beberapa model sumber gempa bumi untuk

mentukan nilai peredamannya. Model sumber gempa bumi yang diketahui adalah

model sumber gempa fault, model sumber gempa subduksi dan model sumber

gempa background (Irsyam, dkk, 2010).

Percepatan getaran tanah (ground acceleration) merupakan nilai percepatan

bergetarnya tanah akibat bencana gempabumi. Nilai percepatan getaran tanah

sering digunakan untuk menggambarkan tingkat resiko suatu kawasan terhadap

gempabumi yang terjadi. Namun yang lazim digunakan adalah percepatan tanah

maksimum (Peak Ground Acceleration, PGA) yaitu percepatan getaran tanah yang

tertinggi yang terjadi pada suatu kawasan akibat gempabumi. Satuan yang

digunakan dalam pengukuran PGA adalah centimeter per detik atau disebut gal

(Kirbani dkk., 2006). Para ahli Geofisika sering menggunakan nilai percepatan

tanah maksimum sebagai parameter untuk menentukan dan memetakan tingkat

resiko suatu kawasan terhadap bencana gempabumi (Supriatna dkk., 2010).

2.10. Ground Shear Strain

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
10
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Nilai ground shear-strain (γ) pada lapisan tanah permukaan menggambarkan


kemampuan material lapisan tanah untuk saling meregang atau bergeser saat terjadi
gempabumi. Menurut Ishihara dengan nilai γ≅1.000x10-6 tanah menunjukkan
karakter non-linear dan pada nilai γ=10.000x10-6 tanah dapat terjadi deformasi dan
likuifaksi. Untuk menghitung ground shear-strain lapisan tanah permukaan di suatu
tempat saat terjadi gempabumi, Nakamura, merumuskan:

𝐴2 𝑎
γ = 𝑓0 𝜋2 𝑣𝑏 (7)

Dimana A/f0 adalah indeks kerentanan seismik (Kg), aadalah percepatan


maksimum (PGA) dan vb adalah kecepatan gelombang shear pada bedrock.

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
11
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

III. METODE PENELITIAN

3.1. Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa Periode Dominan, Amplifikasi, Vs30, Indeks


Kerentanan Seismik, PGA dan Ground Shear Strain yang digunakan untuk
menganalisis kerentanan gempa bumi di daerah tertentu dan mengetahui site effect
di daerah tersebut sehingga dapat dibuat peta mikrozonasi sebagai upaya mitigasi
bencana gempabumi. Untuk menghasilkan parameter-parameter diatas dilakukan
pengolahan data hasil pengukuran mikrotremor dengan metode HVSR Nakamura.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan selama Tugas Akhir ini berlangsung
adalah sebagai berikut :
1 Perangkat lunak (software) yang digunakan di BMKG dalam pengolahan
(processing) dan interpretasi data mikrotremor dengan HVSR.
2 Data mikrotremor yang digunakan merupakan data hasil dari akuisisi
mikrotremor yang telah dilakukan oleh BMKG.
3 Perangkat keras (hardware) yang digunakan adalah separangkat komputer
maupun laptop yang memiliki software pendukung dalam pengolahan data
mikrotremor

3.3. Jadwal Kegiatan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Januari – 10 Maret 2017. Tabel
rencana jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kegiatan Waktu ( minggu ke-)


1 2 3 4 5 6 7

Studi Literatur dan


1 Persiapan

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
12
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Persiapan Data
2 Mikrotremor
Pengolahan Data
3 Mikrotremor
Interpretasi Data
4 Mikrotremor

5 Penulisan Laporan
*) Jadwal menyesuaikan kebijakandan ketentuan dari BMKG

3.4. Diagram Alir Penelitian


Adapun diagram alir yang akan kami gunakan untuk penelitian kami adalah
sebagai berikut:

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
13
Proposal Tugas Akhir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

PENUTUP

Demikianlah Proposal Pengajuan Tugas Akhir ini kami buat. Besar harapan
bagi kami dapat diterima di Badan Meteorologi Klimatologi dan Gofisika
(BMKG) untuk melaksanakan Tugas Akhir dengan Judul “Mikrozonasi
Gempabumi Menggunakan Data Mikrotremor Dengan Metode HVSR”.

Mohon Bapak/Ibu membalas surat permohonan kami melalui email di bawah ini,
1. deswitasari158@gmail.com (Deswita Sari);
2. pipitmelinda38@gmail.com (Pipit Melinda M);
3. ulfawahyuningsih3@gmail.com (Ulfa Wahyuningsih)

Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 20 Desember 2016


Pengusul Tugas Akhir
Mahasiswa II Mahasiswa I

Pipit Melinda M. Deswita Sari


NPM. 1315051042 NPM. 1315051013

Mahasiswa III

Ulfa Wahyuningsih
NPM. 1315051056

Email : deswitasari158@gmail.com
Phone : 0822-7902-6039
14

Anda mungkin juga menyukai