Disusun oleh:
NELLA SRI PUJIRAHAYU
17/420994/KU/20179
Poliferasi sel
kanker
Infiltrasi
Tulang
mengecil/Lemah
E. JENIS KANKER
a. Karsinoma: jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau
permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar
mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rectum, lambung, pancreas, dan
esofagus.
b. Limfoma: jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya
jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan sumsum tulang.
Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limfa)
c. Leukemia: kanker jenis ini tidak membentuk massa tumor, tetapi memenuhi pembuluh
darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
d. Sarkoma: jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada dipermukaan tubuh
seperti jaringan ikat, termasuk sel - sel yang ditemukan diotot dan tulang.
e. Glioma: kanker susunan syaraf, misalnya sel-sel glia (jaringan penunjang) di susunan
saraf pusat.
f. Karsinoma in situ: istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang
masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif (kelainan/ luka
yang belum menyebar).
Untuk keperluan pemberian kemoterapi, maka kanker dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kanker haemopoitik dan limphopoitik
Kanker hemopoitik dan limphopoitik umumnya merupakan kanker sistemik. Termasuk
dalam jenis kanker ini ialah: kanker darah (leukemia), limfoma maligna dan kanker
sumsum ( myeloma ). Terapi utama kanker hematologi ialah dengan khemoterapi, sedang
operasi dan radioterapi sebagai adjuvan.
b. Kanker padat (solid)
Kanker padat mulai lokal, lalu menyebar regional dan atau sistemik ke organ-organ lain.
Dalam kanker jenis ini termasuk semua kanker di luar kanker hematologi. Terapi utama
kanker ini ialah dengan operasi dan atau radioterapi sedang khemoterapi baru diberikan
pada stadium lanjut atau sebagai adjuvant.
F. TANDA DAN GEJALA
Kanker dapapt didiagnosis dalam pemeriksaan rutin sebelum muncul gambaran klinis.
Ketika muncul, gambaran klinis biasanya spesifik untuk tumor dan letaknya. Beberapa gejala
klinis umum yang biasanya diperlihatkan oleh sebagian besar pengidap kanker adalah :
1. Kakesia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan secara umum lemak
dan protein yang sering dijumpai pada pasien kanker. Penurunan berat badan menyertai
kakesia lazim dialami penderita kanker. Kakesia tampaknya disebabkan oleh beragam hal
seperti hilangnya nafsu makan, pencernaan yang terganggu dan peningkatan laju
metabolisme sel-sel kanker yang terus menerus masuk ke siklus sel dan bereproduksi
secara berlebihan. Sel kanker membutuhkan energy yang tinggi dan mengambil nutrient
yang diperlukan oleh sel lain untuk hidup. Metabolisme bahan makanan misalnya
glukosa dan asam amino sapat terganggu, terutama apabila kanker mengenai hati.
Kakesia juga diketahui dapat disebabkan oleh adanya sitokinin tertentu yang dihasilkan
oleh sistem imun untuk melawan kanker, termasuk faktor nekrosis tumor.
2. Anemia terjadi akibat beragam faktor dan berbagai jenis kanker. Sebagian besar orang
yang mengalami kanker metastatic menderita anemia. Anemia terjadi dini pada mereka
yang mengderita kanker sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang. Kanker yang
menyebabkan perdarahan kronik (kolorektum atau uterus) juga dapat menyebabkan
anemia. Kelainan trombosit juga dapat memperberat kehilangan darah. Sebagian
kemoterapi dan terapi radiasi dapat menekan sumsum tulang belakang dan menyebabkan
anemia bahkan pasien yang sebelumnya tidak mengalami perdarahan atau kelainan
sumsum tulang belakang.
3. Keletihan sering terjadi akibat nutria yang buruk, malnutrisi protein dan gangguan
oksigenasi jaringan akibat anemia.sitokinin tertentu yang digunakan untuk menunjang
respon imun terhadap kaker yang juga diketahui menyebabkan keletihan. Tumor yang
tumbuh menghambat suplai darah ke sel normal sambil merangsang suplai darah
baginya. Tumor tersebut mengambil alih nutrien dan suplai oksigen dari sel normal yang
menyebabkan keletihan ekstrem.
G. KOMPLIKASI YANG MUNCUL
1. Infeksi terjadi akibat malnutrisi protein, defisiensi gizi dan supresi imun.
2. Nyeridapat terjadi akibat tumor meluas menekan saraf atau pembuluh darah di area
tersebut. Penekanan pembuluh darah dapat menyebabkan hipoksia jaringan, penimbunan
asam laktat atau kematian sel. Nyeri juga timbul karena sel-sel kanker mengeluarkan
enzim-enzim lisis/pencerna yang secara langsung merusak sel. Nyeri terjadi sebagian dari
reaksi imun dan inflamasi terhadap kanker yang sedang tumbuh.
H. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
Diagnosis kanker didasarkan pada pengkajian fisiologis dan perubahan fungsi juga hasil
dari evaluasi diagnostik. Pasien yang diduga kanker menjalani pemeriksaan diagnostik untuk:
1. Menentukan adanya tumor dan keluasan penyakit
2. Mengidentifikasi kemungkinan penyebaran (metastsatis) atau invasi ke jaringan tubuh
lainnya
3. Mengevaluasi fungsi baik sistem dan organ tubuh yang sakit dan tidak sakit
4. Mendapatkan jaringan dan sel-sel untuk analisis kanker, termasuk tahap dan derajatnya.
Beberapa prosedur diagnostik yang digunakan dalam mengevaluasi malignansi adalah
sebagai berikut :
Prosedur Deskripsi Penggunaan Utama
Marker tumor Substansi yang ditemukan dalam Kanker payudara,
darah atau cairan tubuh lain yang paru, ovarium, testis
dibentuk oleh tumor atau oleh tubuh
dalam berespon terhadap tumor
MRI Penggunaan medan magnet dan sinyal Kanker neurologik,
frekuensi radio untuk menghasilkan pelvik, abdomen,
gambaran berbagai struktur tubuh torakik
CT Scan Menggunakan pancaran sempit sinar- Kanker neurologik,
X untuk memindai susunan lapisan pelvik, skeletal,
jaringan untuk memberikan abdomen, torakik
pandangan masing-masing potongan
melintang
Fluoroskopi Menggunakan sinar X yang Kanker skeletal,
memperlihatkan perbedaan ketebalan paru, gastrointestinal
antara jaringan, dapat mencakup
penggunaan bahan kontras
Ultrasound Echo dari gelombang bunyi Kanker abdomen dan
berfrekuensi tinggi direkam pada layar pelvik
penerima, digunakan untuk mengkaji
jaringan yang ada di dalam tubuh
Endoskopi Memvisualisasikan langsung rongga Kanker bronchial,
tubuh atau saluran dengan gastro intestinal
memasukkan suatu endoskopi ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh
memungkinkan dilakukannya biopsi
jaringan, aspirasidan eksisi tumor
yang kecil.
Pencitraan Menggunakan suntikan intravena atau Kanker tulang, hepar,
kedokteran menelan bahan radioisotope yang ginjal, limpa, otak,
nuklir diikuti dengan pencitraan jaringan tiroid
yang menjadi tempat berkumpulnya
radioisotop
Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih terbatas dan
stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori kanker in situ (tumor
yang terbatas pada lapisan atas sel epitel), penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat.
Sistem TNM dapat digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran
tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak adanya
metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The International Agency for
Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC).
Subklas Klasifikasi
Subklas T (tumor) Tx – Tumor tidak dapat dikaji secara adekuat
T0 – tidak ada bukti tentang tumor primer
Tis – karsinoma in situ
T1 – tumor dengan f maksimal < 2 cm
T2 – tumor dengan f maksimal 2-5 cm
T3 – tumor dengan f maksimal > 5 cm
T4 – tumor invasi keluar organ
Subklas N (nodus) Nx – nodus limfe regional tidak dapat dikaji secara
klinis
N0 – nodus limfe regional menunjukkan normal
N1– nodus regional positif, mobile (belum ada
perlekatan)
N2– nodus regional positif, sudah ada perlekatan
N3– nodus regional atau bilateral
Subklas M (metastase) Mx – tidak dapat dikaji
M0 – tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 – ada metastasis jauh
Setelah menentukan T, N, M dari tumor padat tersebut sesuai ketentuan yang ada, dan
selanjutnya dikelompokkan dalam stadium tertentu yang dinyatakan dalam angka romawi ( I –
IV ) dan angka arab ( khusus untuk stadium 0 ). Lebih mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat
staging kanker payudara menurut AJCC pada table berikut (Pentahapan Karsinoma Payudara
Menurut AJCC Edisi 6 Tahun 2002):
I. TERAPI
1. Pembedahan
Mengurangi ukuran tumor untuk meredakan nyeri, mencegah metastatis jika dilakukan
sejak dini, dan untuk diagnostik.
2. Radiasi
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari akselerator liniear
atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber radioaktif secara langsung di
dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi. Terapi radiasi berpengaruh hanya pada
tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi radiasi biasanya hanya pada daerah
yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan dengan mengkombinasikannya dengan terapi
kemoterapi agar meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher,
dada, kerongkongan, dan perut penyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping
dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia,
mulut sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur
yang menyebabkan mulut kering
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati kanker.
Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor lokal.
Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh tubuh. Aksi
target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal itu juga
mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan peredaran yang cepat seperti
sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan biasanya yang paling
terpengaruh. Gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi meliputi myelosupresi
(penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum
tulang), kelelahan, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa
dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus.
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini
akan bekerja dengan menghambat atau mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh
pada sel normal seperti ketika sel-sel pada saluran pencernaan terkena dapat
menyebabkan diare, konstipasi, ataupun menghambat penyerapan zat gizi.
4. Imunoterapi/Bioterapi
Mengaktifkan sistem imun pejamu untuk mengenali dan menghancurkan sel tumor,
secara spesifik memblok enzim dan faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk
metastatis, dan memungkinkan evaluasi terapi.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Nausea
3. Nyeri akut
4. Risiko infeksi
5. Risiko trauma vascular
6. Risiko respon alergi
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ansietas Anxiety Level Anxiety Reduction
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x Aktivitas :
30 menit klien menunjukkan penurunan tingkat a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Jelaskan seluruh prosedur termasuk sensasi yang
ansietas yang ditandai dengan indikator :
dapat dialami selama prosedur
No Indikator Target c. Dukung keluarga untuk menemani klien
1 Ungkapan verbal 5 d. Identifikasi perubahan tingkat cemas
2 Peningkatan pernapasan 5 e. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang menjadi
3 Peningkatan nadi 5 faktor presipitasi cemas
4 Tangan gemetaran 5 f. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
5 Wajah tegang 5 g. Kaji tanda kecemsan verbal dan non verbal
6 Berkeringat 5
Keterangan :
1. Buruk
2. Substansial
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Anxiety Self Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x
30 menit klien menunjukkan aksi personal untuk
mengontrol kecemasan yang ditandai dengan indikator
:
No Indikator Target
1 Menggunakan teknik relaksasi 4
1. tidak dilakukan sama sekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Pre-Procedure Readiness
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x
30 menit klien menunjukkan kesiapan terhadap
keamanan prosedur dengan sedasi yang ditandai
dengan indikator :
No Indikator Target
1 Pengetahuan mengenai prosedur 5
2 Persiapan status bowel 5
3 Persiapan status hidrasi 5
4 Patrisipasi dalam checklist 3
sebelum prosedur
Keterangan :
1. Tidak asdekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Subtansial adkuat
5. Adekuat penuh
2 Nyeri akut Pain Level Pain Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x a. Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
30 menit klien menunjukkan tingkat nyeri berkurang onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya
yang ditandai dengan indikator : nyeri, faktor-faktor presipitasi
No Indikator Target b.Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
1 Frekuensi nyeri 5 mempengaruhi respon pasien terhadap
2 Ekspresi akibat nyeri 5 ketidaknyamanan
Pain Control c. Berikan informasi tentang nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x d.Ajarkan teknik relaksasi
30 menit klien menunjukkan kontrol terhadap nyeri e. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
yang ditandai dengan indikator : f. Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat
No Indikator Target meningkatkan nyeri
1 Mengenal faktor penyebab 3 g.Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
2 Mengenal reaksi serangan nyeri 4 Analgetic Administration
3 Mengenali gejala nyeri 4 a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
4 Melaporkan nyeri terkontrol 4 nyeri sebelum pemberian obat
Keterangan : b.Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
1. tidak dilakukan sama sekali analgetik
2. jarang dilakukan c. Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
d.Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang
3. kadang dilakukan
ditimbulkan
4. sering dilakukan e. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan
5. selalu dilakukan frekuensi
3 Nausea Discomfot Level Nausea Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x Aktivitas :
60 menit klien menunjukkan tingkat kenyamanan a. Dukung klien untuk memantau pengalaman mualnya
yang ditandai dengan indikator : b.Dukung klien mengontrol mualnya
No Indikator Target c. Evaluasi pengalaman mual klien di masa lalu
1 Nausea 4 d.Dukung makan dalam jumlah kecil namun dengan
2 Kehilangan nafsu makan 4 frekuensi yang sering
Keterangan : e. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
1 : berat f. Yakinkan penggunaan anti emetik untuk mencegah
2 : substansial mual jika memungkinkan
3 : sedang g.Monitor efek manajemen mual
4 : ringan
5 : tidak ada
4 Resiko infeksi Risk Control : Infectious Process Infection Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 Aktivitas :
jam klien menunjukkan aksi personal untuk a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
mengontrol resiko infeksi yang ditandai dengan b. Monitor nilai WBC, granulosit dan hasil lainnya
indikator : c. Batasi jumlah pengunjung
No Indikator Target d. Pertahankan teknik aseptic
1 Mempertahankan lingkungan 3 e. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
yang bersih adanya kemerahan, panas ekstrim dan drainase
2 Menggunakan universal 3 f. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi antibiotik
yang diresepkan
precaution g. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan
3 Mempraktekan cuci tangan 3 gejala infeksi
4 Monitor faktor lingkungan yang 3 h. Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara untuk
berhubungan dengan resiko menghindari infeksi
infeksi i. Ganti insersi IV perifer sesuai dengan pedoman
5 Mengembangkan strategi yang 3 CDC
efektif untuk mengontrol infeksi j. Pastikan perawatan aseptic untuk semua jalur IV
Keterangan :
1 : tidak ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan
3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan
5 Resiko trauma vaskular Risk Control Medication Administration : Intravenous (IV)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 Aktivitas :
jam klien menunjukkan aksi personal untuk a. Ikuti 5 benar administrasi terapi
mengontrol atau mengurangi ancaman terhadap b.Atur alat-alat untuk pemberian obat
kesehatan yang ditandai dengan indikator : c. Verifikasi tempat dan kepatenan kateter IV
No Indikator Target d.Administrasi pengobatan IV dengan tetesan yang
1 Mengembangkan strategi efektif 3 tepat
untuk mengontrol resiko e. Bilas akses IV sebelumdan sesudah medikasi dengan
2 Menyesuaikan strategi control 3 larutan yang tepat
resiko f. Pertahankan akses intravena
Keterangan : g.Monitor respon pasien terhadap medikasi
1 : tidak ditunjukkan h.Monitor peralatan IV, kecepatan tetesan dan jenis
2 : jarang ditunjukkan cairan dengan interval yang teratur
3 : kadang-kadang ditunjukkan i. Monitor adanya infiltrasi atau phlebitis pada insersi
4: sering ditunjukkan IV
5 : terus menerus dtunjukkan
Treatmen Behavior : Illness or Injury
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4
jam klien menunjukkan aksi personal untuk
mengeliminasi hal patologis yang ditandai dengan
indikator :
No Indikator Target
1 Mengikuti rekomendasi 4
pencegahan
2 Monitor efek samping terapi 4
Keterangan :
1 : tidak ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan
3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan
6 Risiko respon alergi Respon Alergi: Sistemik Manajemen Alergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 Aktivitas:
jam klien menunjukkan aksi personal untuk a. Identifikasi alergi yang diketahui
mengontrol atau mengurangi ancaman terhadap b. Memberitahukan pemberi pelayanan dan petugas
kesehatan yang ditandai dengan indikator : kesehatan mengenai alergi yang diketahui.
No Indikator Target c. Dokumentasikan semua informasi mengenenai alergi
1 Edema laring 3 dalam rekam medis, sesuai prosedur.
2 Sesak nafas saat istirahat 3 d. Monitor pasien mengenai paparan berikutnya
3 Penurunan tekanan darah 3 terhadap agen yang diketahui dapat menyebabkan
4 Rasa gatal seluruh tubuh 4 alergi dengan adanya gejala kemerahan, angiodema,
5 Demam 4 urtikaria, batuk paroksimal, kecemasan berat, sesak
6 Menggigil 4 nafas, muntah, sianosis atau syok.
Keterangan : e. Jaga pasien tetap di bawah pengawasan selama 30
1 : Berat menit setelah pengelolaan bahan yang diketahui bisa
2 : Cukup berat membuat atau memicu respon alergi.
3 : Sedang f. Siapkan obat-obatan untuk mengurangi atau
4: Ringan menimbulkan respon alergi
5 : Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Price, S. A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta: EGC.
Shierly, E. O. 2001. Oncology Nursing 4th editiom. St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. 2006 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV-Jilid II. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta
KEMOTERAPI
A. PENGERTIAN
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang
mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat proliferasi sel-sel kanker dan
diberikan secara sistematik. Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel. Untuk
kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan kemoterapi
digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya dipergunakan
kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat
lebih besar.
B. TUJUAN
1. Mencapai kesembuhan
2. Mencapai masa bebas penyakit yang lama
3. Memperkuat efek pengobatan lain (operasi atau radioterapi)
4. Mengecilkan tumor sebelum pembedahan atau radioterapi
C. PERSIAPAN DAN SYARAT KEMOTERAPI
1. Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serim creatinin
meningkat.
d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
2. Syarat
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000
/mm³, trombosit > 150 000/mm³.
D. PRINSIP KERJA OBAT KEMOTERAPI (SITOSTATIKA) TERHADAP KANKER
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut
berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya
semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Menurut mekanisme kerjanya,maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Alkylating Agent
Obat ini bekerja dengan cara:
a. Menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan
silang DNA.
b. Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino,
karboksil, sulfhidril, atau fosfat.
c. Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik.
Yang termasuk golongan ini adalah:
- Amsacrine - Cyclophospamid
- Cisplatin - Procarbazin.
- Busulfan - Ifosphamid
- Carboplatin - Streptozocin.
- Chlorambucil - Thiotepa
- Dacarbazine - Mephalan
2. Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor
yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA
dan RNA. Yang termasuk golongan ini:
- Actinomicin D - Mitoxantron.
- Mithramicin. - Doxorubicin
- Bleomicin - Epirubicin
- Mitomicyn. - Idarubicin.
- Daunorubicin
3. Antimetabolit
Golongan ini menghambat sintesa asam nukleat.Beberapa antimetabolit memiliki struktur
analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel, beberapa yang
lain menghambat enzym yang penting untuk pembelahan.Secara umum aktifitasnya
meningkat pada sel yang membelah cepat. Yang termasuk golongan ini:
- Azacytidine
- Cytarabin
- Capecitabine
- Fludarabin
- Mercaptopurin
- Fluorouracil
- Metotrexate
- Luekovorin
- Mitoguazon
- Capecitabine
- Pentostatin
- Gemcitabine
- Cladribin
- Hydroxyurea
- Mercaptopurin
- Thioguanin
- Metothrexate
- Pentostatin
- Mitoguazone
4. Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan
disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara lain:
Plakitaxel (Taxol)
- Vinorelbin
- Docetaxel
- Vindesine
- Vinblastine
- Vincristin
5. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses
transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain:
- Irinotecan
- Topotecan
- Etoposit
6. Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain:
- Adrenokortikosteroid (Prednison,Metilprednisolon,Dexametason)
- Adrenal inhibitor(Aminoglutethimide,Anastrozole,Letrozole,Mitotane)
- Androgen
- Antiandrogen
- LHRH
7. Cytoprotektive Agents
Macam- macamnya antara lain:
- Amifostin
- Dexrazoxan
8. Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya relatif
rendah.Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat pula
digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu. Macam-macamnya
antara lain:
- Rituximab
- Trastuzumab
9. Hematopoietic Growth Factors
Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yang
menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lain:
- Eritropoitin
- Coloni stimulating factors (CSFs)
- Platelet growth Factors
- Progestin
E. HASIL PENGOBATAN
Hasil pengobatan sitostatika dipengaruhi oleh:
1. Pertumbuhan sel kanker
2. Fraksi tumor mitosis terbesar saat ukuran tumor 37 % dari ukuran maksimal
3. Sitostatik efektif pada sel yang mengalami mitosis, terutama pada saat sel tumor
masih kecil
4. Mutasi genetic: Tergantung ketidakstabilan gen dan besarnya tumor sehingga
diperlukan kombinasi dengan dosis maximal.
5. Intensitas dosis : Jumlah obat dalam kurun waktu tertentu.
F. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI
Obat-obat kemoterapi dapat diberikan sebagai:
1. Terapi Utama
a. Kemosensitif, sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada kanker yang
kemosensitif ,seperti pada:
1) Leukemia
2) Lymphoma maligna
3) Choriocarsinoma
4) Kanker paru Oat cel
5) Sarcoma Ewing
b. Kanker yang telah menyebar jauh (umumnya stadium IV). Pemberian kemoterapi
pada kanker stadium lanjut yang telah menyebar jauh ialah untuk tujuan paliatif
seperti kanker pada:
1) Mamma
2) Serviks
3) Paru
4) Kulit
5) Mulut
2. Terapi Tambahan
Terapi tambahan kemoterapi pada kanker lokal atau regional umumnya diberikan
pasca operasi dan/atau pasca radioterapi untuk kanker yang khemosensitif. Pemberian
adjuvant kemoterapi itu didasarkan kenyataan pada penderita kanker, setelah beberapa
bulan dan tahun timbul residif, yang menunjukan waktu operasi atau radioterapi
masih ada sel kanker mikroskopis yang masih tinggal hidup dalam lapangan operasi
atau telah ada metastase jauh yang subklinik. Ternyata kemoterapi adjuvant dapat
mengurangi frekwensi residif atau metastase pada :
a. Mammae
b. Servik
c. Paru-paru
d. Lambung
e. Colon
G. METODE PEMBERIAN KEMOTERAPI
Dikenal ada empat metode pemberian kemoterapi:
1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker,
contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada
keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan
penyelamatan.
2. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi,
tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau
metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3. Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker
yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain
misalnya bedah atau radiasi.
4. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti pembedahan
atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah
untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih
berhasil guna.
Pemberian khemoterapi dapat bermacam-macam:
1. Intravena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung dan
hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang paling banyak digunakan
untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada ekstravasasi
obat.
2. Intra arteri
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah ke
daerah tumor dengan cara INFUSI INTRA ARTERI menggunakan catheter dan
pompa arteri. Infus intra arteri itu untuk memberikan obat selama beberapa jam atau
hari. Setelah melalui tumor obat keluar melalui vena ke sirkulasi umum. Pemberian
intra arteri dapat:
a. Menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor.
b. Menaikkan efek obat yang kurang stabil karena secara cepat dan langsung masuk
ke dalam tumor.
c. Mengurangi toksisitas.
3. Perfusi regional
Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi langsung ke
daerah tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi umum dengan cara
sirkulasi ekstra korporal menggunakan mesin jantung-paru.
4. Intra tumoral
Obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena dapat
melepaskan sel kanker dan tumor induknya dan ada cara lain yang lebih efektif,
yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau radioterapi.
5. Intra cavitair
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal. Contoh: instalasi bleomycin, fluorouracil,
chlormetine, terramycin, dsb. intra pleura untuk efusi maligna.
6. Topikal
Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit.
H. EFEK SAMPING KEMOTERAPI, RESISTENSI, DAN KEMOTERAPI
KOMBINASI
1. Efek samping kemoterapi
a. Terhadap sumsum tulang: leukopeni , anemi, trombositopenia.
b. Terhadap saluran cerna: mual, muntah, stomatitis, gastritis, diare,ileus.
c. Terhadap kardiovaskuler: kardiomiopati, hipertensi, dekompensasio cordis
d. Terhadap paru: fibrosis
e. Terhadap hepar: fibrosis.
f. Terhadap ginjal : nekrosis tubulus
g. Terhadap kulit: hiperpigmentasi, alopesia.
h. Terhadap syaraf: parestesi, neuropati, , tuli.
i. Terhadap pankreas: pankreatitis.
j. Terhadap uterus: perdarahan.
k. Terhadap kandung kemih: sistitis.
Sehingga pada pasien yang diberikan kemoterapi perlu dilakukan monitoring ketat
fungsi hati, fungsi ginjal, sumsum tulang, EKG, dan efek lokal.
2. Mekanisme terjadinya resistensi:
a. Konsentrasi obat terbatas oleh karena vaskularisasi yang tidak adekuat.
b. Kegagalan sel untuk mengubah obat kedalam bentuk aktif
c. Impermeabelitas dinding sel terhadap sitostatika.
d. Perubahan spesifitas enzim dalam sel.
e. Katabolisme yang berlebihan oleh sel tumor.
f. Cara mencegah resistensi:
g. Pemakaian dosis intermiten
h. Terapi kombinasi atau disertai imunoterapi
i. Pemakaian obat berbeda dengan siklus berurutan
j. Jika timbul resistensi diganti dengan obat yang bermekanisme kerja berbeda.
k. Pemakaian obat harus segera dihentikan sesudah ada remisi.
3. Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi:
Dalam pemberian terapi kombinasi dari zat kemoterapi maka harus diperhatikan
prinsip sebagai berikut:
a. Hanya obat - obatan yang diketahui memiliki efektifitas partial terhadap tumor
tertentu jika ia diberikan secara tunggal yang dipilih untuk diberikan secara
kombinasi.
b. Jika terdapat beberapa obat dalam kelas yang sama dengan efektifitas yang sama,
maka obat tersebut harus dipilih berdasarkan toksisitas dari masing - masing obat
yang tidak akan menimbulkan overlapping toksisitas dengan jenis obat yang lain
yang akan dikombinasikan bersama dengan golongan obat itu.
c. Masing - masing obat harus diberikan dalam dosis dan jadual yang optimal.
d. Kombinasi ini harus diberikan dengan interval yang konstan.
I. PEMANTAUAN KEMOTERAPI
Obat anti kanker sangat toksis, karena itu pada pemberian khemoterapi perlu
dikerjakan pemantauan toksisitasnya. Sebelum memberikan khemoterapi terlebih dulu harus
diketahui dengan baik bagaimana status penderita sebagai data dasar. Hal yang harus
diketahui mencakup :
1. Fisik penderita, terutama keadaan umum dan berat badan .
2. Radiologi, terutama keadaan paru.
3. Laboratorium, terutama hemoglobin, leukosit dan thrombosit.
Toksisitas khemoterapi perlu dipantau untuk menghindari komplikasi yang fatal.
Kalau timbul toksisitas maka dosis obat yang diberikan perlu disesuaikan dan kalau perlu
dihentikan untuk sementara sampai toksisitas dapat diatasi. Sebelum memberikan
khemoterapi perlu diperiksa darah, fungsi hati, fungsi ginjal, dsb. Untuk darah pemberian
dosis protokol sebaiknya diberikan bila hemoglobin >10 mg%, leukosit > 4.000 per mm3 dan
thrombosit > 100.000 per mm3 .
J. HASIL KEMOTERAPI
Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:
1. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi sebagai
pegangan dapat dipakai paramater: Berat badan dan status penampilan.
2. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur serta dapat diperiksa secara klinik ,radiologi, biokimia,
atau pemeriksaan stadium klinik patologi. Hasil obyektif ini dapat berupa :
- Respon komplit: semua tumor menghilang dalam jangka waktu sedikitnya 4 minggu
- Respon Partial: semua tumor akan mengecil sedikitnya 50 % dan tidak ada tumor
baru yang timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu.
- Tidak berubah.: tumor mengecil kurang dari 50 % atau membesar kurang dari 25 %.
- Penyakit progresif: tumor membesar 25 % atau lebih atau timbul tumor baru yang
dulu tidak diketahui adanya.
K. KOMPLIKASI KEMOTERAPI
1. Segera
- Shock
- Nyeri pada tempat suntikan
- Arrhythmia
2. Dini
- Mual/Muntah
- Panas
3. Lambat ( beberapa hari )
- Stomatitis
- Nephrotoksis
- Diarrhoea
- Neuropathi
- Alopecia
- Depresi sumsum tulang , dapat terjadi :
Setelah 1-3 minggu: sebagian besar obat anti kanker
Setelah 4-6 minggu: nitrosourea
4. Lambat ( beberapa bulan )
- Hiperpigmentasi kulit
- Lesi organ:
1) Adriamycin: hati
2) Bleomycin, Busulfan: paru
3) Methotrexate: hati
5. Gangguan kapasitas reproduksi:
- Amenorreae
- Penurunan konsentrasi sperma
6. Gangguan endokrine:
- Feminisasi
- virilisasi
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Z. 2007. Faktor Genetik dalam Karsinogenesis yang Diinduksi oleh Radiasi Pengion.
Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan III.
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta: EGC .
Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapis
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Shierly E. O. 2001. Oncology Nursing (4 th ed). St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
Susan B. Baird, Ruth McCorkle, Marcia Grant ( 1996 ). Cancer Nursing a comprehensive
textbook. Philadelphia: W.B. Saunders Company.