PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dicegah pada > 60% neonatus sebagai suatu kondisi fisiologis dalam minggu
berupa jaundice patologis (Greco, et al., 2015; Hossain, et al., 2015). Ikterus
encephalopathy (ABE atau CBE) atau kern icterus dengan resiko mortalitas
Osibanjo, & Slusher, 2015). ABE , CBE, dan sequelae neurologis jangka
1,1 juta bayi dengan hiperbilirubinemia berat per tahun (Olusanya, Osibanjo,
berat (Total Serum Bilirubin (TSB) > 20 mg/dL) dan ABE pada 8 Rumah Sakit
yang sebagian besar terjadi di lokasi terpencil di mana hanya terdapat sumber
ikterus neonatorum.
B. Rumusan Masalah
neonatorum?
C. Tujuan
neonatorum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu
bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi
bilirubin serum >5 mg/dL. Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila
B. Patofisiologi
haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah.
tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam
Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit
melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan
untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik
ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin.
muncul pada dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru
normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga
Ikterus fisiologis ditandai keadaaan umum bayi toleransi minum baik, berat
badan naik, dan kuning m,enghilang pada minggu 1-2 pasca kelahiran.
5. Ikterus pada neonatus kurang bulan (telapak tangan dan kaki bayi kuning)
D. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa serta warna
feses (dempul) dan urine (coklat tua). Ikterus terbaik dilihat dari cahaya
matahari dengan meregangkan daerah kulit yang diperiksa, dan perkiraan kadar
koleodokus).
Tabel II.D.1. Rumus Kramer untuk Total Cutaneus Billirubin (TcB)
E. Pemeriksaan Penunjang
Bilirubin total dan direk bila curiga kolestasis atau ikterus menetap >2
minggu, darah perifer lengkap dan hapusan darah tepi (morfologi eritrosit),
golongan darah, uji Coombs bila dicurigai inkompabilitas ABO, kadar enzim
dengan kadar TSB yang mencapai ambang batas transfusi tukar adalah
Program, 2017)
lengkap
kecurigaan hemolitik)
fototerapi, transfusi tukar, dan terapi farmakologis adjungtif. Selain itu, hidrasi
adekuat penting dipertimbangkan pada kasus ikterus neonatorum dengan kadar
bilirubinemia sedang hingga tinggi. Pada bayi yang berusia ≥ 12 jam dengan
kadar TSB tidak lebih dari 50 mikromol/L di bawah ambang batas fototerapi,
Program, 2017)
1. Fototerapi
Program, 2017)
pada grafik fototerapi berdasarkan usia gestasional bayi dan berat tubuh
bayi seperti yang tertera pada Gambar II.F.1 - 6. Efikasi fototerapi pada
490 nm) efektif, namun biru khusus (~460 nm) paling efektif), dosis
4 – 6 jam pada kadar TSB yang meningkat, dilakukan hingga kadar TSB
TSB lebih besar, dan durasi fototerapi lebih singkat), overhead LED atau
modalitas fototerapi lainnya lebih dipilih daripada fototerapi fiberoptik
berkaitan dengan TSB puncak yang lebih rendah, dan fototerapi cenderung
dilepas saat pemberian makan atau perawatan mata dan diganti tiap hendak
atau sesuai usia (bayi dibangunkan bila perlu), dan bila perlu, disertai
> 12% berat badan bayi pada bayi yang menyusui), tanda hipovolemia atau
dehidrasi, dan output feses < 3 feses kecil per hari. Asupan tambahan,
diberikan secara intragastrik sesuai, dan pada kasus berat dapat juga
Program, 2017)
2. Transfusi Tukar
indikasi transfusi tukar dan diduga tidak akan menurun di bawah ambang
batas tersebut dalam 6 jam dengan fototerapi kontinu multipel, atau jika
tukar). Ambang batas TSB indikasi transfusi tukar tertera pada Gambar
Program, 2017)
Program, 2017)
pada kasus penyakit hemolitik rhesus atau ABO ketika TSB meningkat >
dapat dicegah dan berprognosis sangat baik (dengan sedikit atau tanpa resiko
didasari oleh sepsis atau hemolisis akut, dengan cara yang meliputi identifikasi
dan adekuat (Greco, et al., 2015; Kuzniewicz, et al., 2014; Wong, et al., 2014).
(mengindikasi terapi) dan neuropati bilirubin meliputi kadar bilirubin serum >
bilirubin secara cepat (> 8,5 mikromol/L/jam), dan tanda klinis ensefalopati
selain itu juga primiparitas (OR, 6,42), inkompatibilitas ABO (OR 4,01),
polimorfisme UGT1A1 (OR 4,92), preterm (OR 1,71), berat badan rendah atau
penurunan berat badan (OR, 6,26), sepsis (OR 9,15), bilirubin transkutan atau
total yang tinggi (OR 1,46), riwayat saudara kandung terindikasi fototerapi,
ikterus makroskopik dalam 24 jam pertama postnatal, dan keinginan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif (ASI tetap dilanjutkan meskipun ikterus) (National
2015).
gejala yang menetap seumur hidup (di antaranya meliputi letargi, paralisis otot
okular, retardasi mental, kejang, dystonia, dan bahkan kematian), di mana 60%
penderita tidak mampu berjalan, 36% mengalami retardasi mental berat, 12%
sering pula ditemukan apnea yang dapat memberat secara akut (makin rendah
usia kehamilan, makin sering ditemukan), serta bagi penderita yang selamat,
H. KIE
Ikterus adalah hal yang sering ditemukan pada neonatus, dan dapat terjadi pada
semua neonatus, yang tampak sebagai diskolorasi kekuningan pada kulit dan sklera
mata bayi yang muncul biasanya 2 – 4 hari postnatal yang dapat ekstensi ke
ekstremitas. Beberapa bayi yang lebih beresiko mengalami ikterus adalah bayi yang
lahir sebelum 38 minggu usia kehamilan, susah menyusu, mengalami memar, infeksi,
riwayat saudara kandung yang mengalami ikterus, atau bergolongan darah berbeda
dengan ibunya. Pada sebagian besar bayi, ini adalah proses normal, dan tidak
bersifat berat, namun, meskipun berat atau tidak, bila tidak ditangani akan
kadar bilirubin darah, yang mengarah pada munculnya gejala seperti kejang dan
Upaya pasien mencari pertolongan medis perlu dilakukan bila terdapat ikterus
terutama dalam 24 jam pertama postnatal, ikterus yang muncul kembali setelah selesai
penanganan sebelumnya, ikterus yang ekstensi progresif, ikterus yang tetap ada
setelah 14 hari postnatal, berak berwarna pucat seperti kapur, urin kuning tua seperti
teh atau bahkan tidak ada urinasi, gangguan feeding, atau tampak sakit. (Queensland
meminta atau setidaknya tiap 3 – 4 jam, karena hal ini membantu fungsi sistem
adalah ikterus yang tidak membahayakan yang dapat muncul dalam 5 – 7 hari
postnatal, dan kegiatan menyusui dapat tetap dilakukan pada kondisi ini. (Queensland
yang meliputi transcutaneous bilirubin test (TCB) dan serum bilirubin test (SBR).
TCB menggunakan alat khusus yang akan dipaparkan ke kulit bayi untuk mendeteksi
kadar bilirubin, yang, apabila tinggi, dapat diikuti saran untuk dilakukan SBR
sumber cahaya tertentu untuk membantu bayi memecah bilirubin lebih cepat.
evaluasi ikterus, berat badan, feeding, urinasi, dan fungsi pencernaan. Jika ditemukan
ikterus pada follow-up, dapat disarankan untuk melakukan terapi ikterus kembali.
PENUTUP
A. Kesimpulan
bila ikterus neonatorum tidak diidentifikasi dan ditangani dini dan adekuat,
klinis nampak sebagai diskolorasi kuning pada kulit dan sklera mata neonatus.
neonatorum dapat terjadi pada semua bayi, dan sebagain besar bersifat
B. Saran
Identifikasi populasi bayi beresiko ikterus neonatorum, pencegahan
hiperbilirubinemia berat, dan penanganan ikterus penting dilakukan untuk